Anda di halaman 1dari 4

a.

Penjabaran dan Penerapan Kode Etik Guru Indonesia


Kode etik adalah nilai-nilai moral yang harus dihormati dan diamalkan dalam
menjalankan tugas. Sehingga sudah seharusnya seorang guru menghormati, menghayati
dan mengamalkan kode etik guru Indonesia dalam menjalankan tugasnya. Sebagai wujud
pengabdiannya kepada nusa dan bangsa untuk membantu anak-anak mencapai
kedewasaan.1
Hasil kongres PGRI ke-XVI menjelaskan penerapan kode etik guru Indonesia, berikut
penjabarannnya:2
1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia
pembangunan yang berpancasila
Rumusan ini menjelaskan bahwa guru harus mengabdikan dirinya dalam
membimbing anak didik baik secara jasmani atau rohani, fisik atau mental
agar menjadi manusia yang melaksanakan berbagai aktivitasnya dengan
berlandaskan Pancasila.
2. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai
dengan kebutuhan anak didik masing-masing
Dalam hal ini seorang guru harus profesional dalam mendesain,
menyesuaikan dan menerapkan kurikulum sesuai dengan tingkatan anak didik.
Misalnya kurikulum dan program pengajaran untuk tingkat SD harus
ditetapkan di SD. Bukan menggunakan cara gampang, seperti satu program
ajar digunakan diberbagai tingkatan karena hal ini melanggar kejujuran
profesional.
3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang
anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan
Poin ini menjelaskan bahwa komunikasi yang baik akan membantu guru
mendapatkan penjelasan mengenai karakteristik setiap anak didik. Yang hal
ini tentu saja akan sangat membantu guru untuk mengoptimalkan jalannya
proses pendidikan.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah yang memelihara hubungan
dengan orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik
1
Soetomo, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), 264
2
A.M. Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), 52-60
Dari empat item di atas terdapat dua poin penting, yakni bagaimana guru
harus menciptakan suasana yang harmonis dan bagaimana guru harus menjaga
hubungan yang harmonis dengan peserta didik.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolah
maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
Sesuai dengan teori dari pusat pendidikan, bahwa masyarakat ikut
bertanggung jawab atas pelaksanaan proses pendidikan bagi anak. Sebab
dilihat dari hubungan masyarakat di sekitar dengan sekolah, bagi guru
sangatlah penting untuk selalu memelihara hubungan baik, karena guru akan
mendapatkan masukan pengalaman serta memahami berbagai kejadian atau
perkembangan masyarakat itu. Selanjutnya kalau dilihat dari masyarakat
secara luas itu akan mengembangkan pengetahuan guru tentang persepsi
kemasyarakatan yang lebih luas.
6. Guru secara sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan
meningkatkan mutu profesinya.
Guru mengembangkan dan meningkatkan kualitas profesi artinya seorang
guru dapat melakukannya baik secara informal maupun secara formal. Secara
informal guru dapat belajar melalui media terutama melalui Surat kabar,
majalah, radio dan televisi.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik
berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.
Hubungan sesama anggota profesi dapat dilihat dari segi hubungan formal
dan hubungan kekeluargaan. Hubungan formal ialah hubungan yang perlu
dilakukan dalam rangka melaksanakan tugas kedinasan. Sedangkan, hubungan
kekeluargaan ialah hubungan persaudaraan yang perlu dilakukan baik dalam
lingkungan kerja maupun dalam hubungan keseluruhan dalam rangka
menunjang tercapainya keberhasilan anggota profesi dalam membawakan
misinya sebagai pendidik bangsa.
8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu
organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdiannya.
Hubungan guru pada item yang kedelapan ini pada pokoknya berkisar
masalah organisasi profesional keguruan, dimana organisasi profesional ini
bermaksud meningkatkan profesi anggota-anggotanya.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang pendidikan
Guru adalah bagian warga negara dan warga masyarakat yang merupakan
aparat pemerintah di bidang pendidikan. Kementrian pendidikan dan
kebudayaan sebagai pengelola bidang pendidikan sudah barang tentu memiliki
ketentuanketentuan agar pelaksanaannya dapat terarah.

b. Pandangan Islam
Di dalam lingkup guru Islam seorang guru biasa disebut ustadz atau ustadzah,
mu’allim, murrabi serta muaddib, istilah ini juga ditegaskan dalam kajian ilmu filsafat
guru Islam. Sebutan ustadz ditujukan kepada guru laki-laki dan sebutan ustadzah
ditujukan kepada guru perempuan.
Murrabi dalam Islam membawa pengertian yang luas melebihi tingkat mu’allim.
Konsep Murabbi mengacu pada guru yang tidak hanya mengajarkan sesuatu ilmu tetapi
dalam waktu yang sama mencoba mendidik rohani, jasmani, fisik dan mental anak
didiknya untuk menghayati dan mengamalkan ilmu yang telah dipelajari guru atau
murabbi ini seseorang yang beriman berfungsi mendidik, membimbing, mengarahkan,
mengajak peserta didik untuk mempersiapkan pribadinya meraih tujuan hidup yang
menjadi fitrahnya. Sebelum seorang guru mengajarkan dan menyalurkan ilmunya kepada
peserta didik harus memperhatikan beberapa hal yaitu berilmu, beramal, berdakwah,
memiliki sifat sabar3.
Menjadi guru tidak semudah yang dibayangkan, tidak hanya menyampaikan sebatas
pemahaman materi saja, menjadi guru harus dituntut memiliki sifat sabar, amanah,
ketulusan, dan melindungi yang dibawahnya. Tugas berat terasa sulit akan mudah jika
memiliki sifat-sifat tersebut, semua yang sulit akan dipermudah oleh Allah SWT. Tidak
hanya itu guru juga dituntut untuk memperhatikan etika menurut lingkup Islam untuk
menjadi seorang guru, sebagai berikut: Pertama, Mengikhlaskan ilmu hanya karena Allah
3
Jaafar, N., & Rashed, Z. N. (2015). Model Kualiti Guru Pendidikan Islam Sebagai Murabbi. Tinta Artikulasi
Membina Ummah.
swt semata. Kedua, Berperilaku jujur, ucapan maupun tindakan. Ketiga, Bersikap adil.
Keempat, berakhlak mulia dan terpuji. Kelima, rendah hati. Keenam, memiliki sifat
pemberani. Ketujuh, selalu sabar dan bisa mengontrol emosi. Kedelapan, memiliki sifat
sosial yang tinggi4.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat diketahui bahwa islam berpandangan
jika seorang guru sebaiknya memiliki karakteristik yang ideal berdasarkan pada Alquran
beserta Sunah yang nantinya dapat diajarkan dan diterapkan oleh peserta didik. Selain itu,
Rasulullah SAW mencontohkan bagaimana dirinya mengajarkan ilmu, menyampaikan
wahyu yang diberikan Allah swt kepada umatnya dengan sangat terstruktur, baik, dan
santun. Hal itu yang menjadi dasar bahwa seorang guru yang baik pasti memiliki tauladan
dan contoh nyata yaitu Rasulullah SAW. Islam juga memandang bahwa sebagai seorang
guru memiliki karakter dan kepribadian yang baik akan memberikan jalan yang baik pula
bagi keberhasilan pendidikan. Di samping itu, keberhasilan pendidikan sesungguhnya
berada pada karakter unggul yang berhasil diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

4
Fahruddin, A. H., & Sari, E. N. T. (2020). Implementasi Kode Etik Guru dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMA Negeri 1 Sukodadi Lamongan. Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam, 13(2), 151.
https://doi.org/10.36835/tarbiyatuna.v13i2.643

Anda mungkin juga menyukai