BAB I
PENDAHULUAN
hanya pada guru agama saja, tetapi merupakan tanggung jawab sekolah secara
proses kehidupan semacam ini bagi para siswa benar-benar bisa memberi
antara guru yang mengajar dalam suatu situasi yang bersifat intruksional dengan
siswa untuk mendapatkan hasil yang optimal. Proses belajar mengajar juga
merupakan proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas
dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam suasana edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu. lnteraksi timbal balik itu merupakan syarat utama bagi
belajar siswa dengan proses mengajar guru dalam interaksi timbal baliknya yang
1
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (PT.IMTIMA, 2007
hlm 2)
2
perencanaan yang seksama. Setelah itu proses belajar mengajar yang berlangsung
perlu dilakukan secara sistematis dalam kerangka suatu sistem yang memiliki
Prilaku belajar pada pihak siswa dan prilaku mengajar pada pihak guru
tidak berlangsung hanya pada satu arah, tetapi terjadi secara timbal balik dimana
kedua belah pihak berperan dan berbuat secara aktif dalam sesuatu dan disepakati
bersama-sama. Tujuan interaksi merupakan titik temu dan bersifat mengikat serta
yang sangat penting dan dominan. Selain itu, potensi seorang guru juga amat
ditentukan oleh sekolah pula dan isi kurikulum saja, tetapi ditentukan oleh
kompetensi seorang guru itu sendiri dalam mengajar dan membimbing anak
didiknya. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih.
siswa2.
pendidik dan pengajar untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
mengajar. Ketiga aspek tersebut harus berkembang secara selaras dan tumbuh
menjelaskan beberapa kompetensi guru yang dituangkan dalam kode etik guru
yang meliputi : ,5
guru
pengajaran
2
Usman, Uzer, Moh., Menjadi Guru Profesionamel, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995.
3
Sudjana Nana, Metoda Statistika, Bandung: Tarsito, 1988
4
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyaakarta, 1994
5
Mudiharjo Redja, Dasar-dasar Pengembngan Guru dan Profesinya (Dasar-dasar Kepndidikan),
Bandung: IKIP, 1990
4
minimal memiliki dua fungsi yakni fungsi moral dan kedinasan. Tinjauan secara
umum guru dengan segala perannya akan kelihatan lebih menonjol fungsi
moralnya. Sebab walaupun dalam situasi kedinasan, seorang guru tidak dapat
melepaskan fungsi moralnya. Oleh karena itu guru dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pendidik dan pembimbing juga diwarnai oleh fungsi moral itu, yakni
dengan wujud bekerja dengan sukarela, tanpa pamrih dan semata-mata demi
panggilan hati nurani dan disebut juga dengan istilah roeping. Dengan ini maka
ada tiga alternatif yang perlu diperhatikan oleh para guru dalam menjalankan
1. Merasa terpanggil
tugasnya
Ketiga hal tersebut saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan antara yang
satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu merasa terpanggil hati nuraninya untuk
mendidik, maka ia harus mencintai anak didik dan menyadari sepenuhnya apa
yang ada dalam panggilan hati nuraninya. Karena merasa bertangung jawab secara
penuh atas keberhasilan pendidikan anak didiknya, konsep inilah yang harus
5
dipegang teguh oleh guru dalam upaya mendidik dan membimbing para anak
didiknya6
1. Berwibawa
rasa segan dan rasa hormat, sehingga peserta didik merasa memperoleh
Sikap tulus ikhlas dari hati yang rela berkorban untuk peserta didik yang
diwarnai juga kejujuran keterbukaan dan kesabaran, sikap ini merupakan motivasi
Pendidik yang berbuat tanpa pamrih seperti itu setiap kali menemui kekurangan
agar menjadi baik dan benar sesuai dengan petunjuk Allah SWT dan mampu
3. Keteladanan
Dari uraian diatas fungsi dan peran guru sebagai pendidik dan
6
Sardiman, Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar, Jakarta : Radja Grafindi Persada, 1996
7
Hadari Nawawi (1993 : 108-111)
6
studi pendidikan agama Islam mempunyai tugas, (1) Mengajar ilmu pengetahuan
agama Islam (2) Menananmkan keimanan kedalam jiwa anak didik (3) Mendidik
anak taat menjalankan ajaran agama dan (4) Berbudi pekerti yang mulia.8
agama islam adalah : Upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik
berakhlaq mulia dalam menjalankan ajaran agama Islam dari sumber utamanya
kitab suci Al-Qur’an dan Hadits melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan
jawab, sedangkan bila materi yang diajarkan berkenaan dengan ibadah disamping
terkadang dibantu oleh siswanya menghadapi materi aqidah akhlak , guru agama
menerangkan bahwa metode yang digunakan adalah bercerita dan berdiskusi, guru
sekolah dan kegiatan keagamaan lainnya seperti kegiatan perayaan hari-hari besar
Islam, singkatnya dilihat dari sisi ini guru agama telah melaksanakan tugasnya
8
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (PT.IMTIMA, 2007
hlm 2)
9
Depdiknas, 2001
7
secara optimal .
keterangan prestasi nilai pendidikan agama Islam khususnya Akidah Akhlak pada
antara peningkatan upaya guru agama Islam secara optimal disatu sisi dengan
menurunnya kualitas prestasi siswa pada bidang studi Aqidah Akhlaq. Kenyataan
kadar intensitas belajar mereka dalam bidang studi pendidikan agama Islam ?
bagaimana hubungan antara sikap siswa terhadap guru agama terahadap intensitas
Kec.Langkaplancar Kab.Ciamis)”
8
B. Rumusan Masalah
antara optimalnya proses belajar mengajar pada bidang studi Pendidikan Agama
prestasi belajar siswa dalam bidang studi Akidah Akhlak di MIS Cimanjeti
pokok yaitu siswa yang mempunyai kewajiban untuk melakukan aktifitas belajar
bidang studi Pendidikan Agama Islam khususnya Akidah Akhlak sebagai dalam
satu bidang di MI, maka kesenjangan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
agama islam ?
Jayasari, Langkaplancar
Islam
Adapun kegunaannya :
1. Bagi Penulis
Jayasari.
psikologi pendidikan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan
khususnya kepada para orang tua murid, konselor sekolah dan guru dalam
D. Kerangka Pemikiran
Efendi, Usman, dan Juhaya S. Praja, Pengantar Psikologi, Bandung: Angkas, 1984
11
10
perubahan tingkah laku dan kepribadian. Perubahan itu mempunyai ruang lingkup
Perubahan yang terjadi dalam diri individu yang diakibatkan belajar sangat
banyak dan beraneka ragam, baik sifat maupun jenisnya, akan tetapi tidak setiap
perubahan yang terjadi dalam setiap individu pada hasil belajarnya, oleh karena
adalah perubahan dalam keseluruhan tingkah laku secara integral. Jadi tidak hanya
satu aspek saja misalnya satu aspek motorik saja atau aspek kognitif saja. Jika
seseorang individu itu telah belajar sesuatu maka ia akan menjalani perubahan
maupun pengetahuannya.
apabila siswa atau individu yang belajar melakukan aktivitas belajar secara
Efendi, Usman, dan Juhaya S. Praja, Pengantar Psikologi, Bandung: Angkas, 1984
12
11
dapat dikatakan bahwa intensitas belajar dapat menjadi dasar bagi lahimya
Intensitas belajar terdiri dari dua suku kata yaitu intensitas dan kata belajar,
kata intensitas yang dalam bahasa inggris disebut intencity secara etimologi
sebagai suatu keteladanan, berkenan dengan tingkatan atau ukuran (Kuat tidaknya,
bergelora tidaknya, mampu tidaknya, tinggi rendahnya dan lain-lain). (Moh. Ali
mengerjakan sesuatu.
yang ditunjukan oleh kuat atau tingginya berbagai aspek baik fisik maupun psikis
belajar di suatu anak didik disatu sisi dan guru yang kompeten disisi lainnya.
disamping itu agar anak didik memilki intensitas belajar yang diharapkan akan
sikapnya.
13
Depdikbud, 1988 : 355
14
Ali, Moh, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa, 1993
15
Poerwadarmita, 1985 : 384
12
usaha pendidikan. Dalam arti ditangan para gurulah terletak kemungkinan berhasil
karsa), yang secara garis besar kompetensi ranah karsa guru itu terbagi 2 yaitu :
dalam bentuk gerakan dan tindakan umum jasmaniah guru, seperti duduk,
sanggahan dan pendapat siswa. Untuk itu guru sangat diharapkan terampil,
fasih dan lancer berbicara. Selain itu meliputi keterampilan ekspresi non
lain 16.
guru dalam mengajar perlu diperhatikan dalam arti bahwa pendapat serta
keyakinan seorang siswa tentang kecakapan fisik guru dalam mengajar akan
menimbulkan suatu perasaan tertentu serta memberikan dasar bagi siswa untuk
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi belajar siswa
pada mata pelajaran Akidah Akhlak diantaranya ditentukan oleh faktor sikap
Observasi
HASIL
E. Metodologi Penelitian
Syah, Muhibin, Psikologis Pendidikan, Bandung Remaja Rosda Karya, 1995
16
14
1. Alokasi.
2. Populasi.
yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama.17 Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas VI MIS Cimanjeti, berdasarkan data yang ada
pengambilan sample yang dipakai pada penelitian ini adalah menggunakan teknik
sampling ini adalah memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi
n= N .
1+N(d)2
n = 16 .
17
Sutrisno Hadi. Statistika 2. (Yogyakarta : Andi Offset. 2000 hlm 70)
18
Ibid hlm 73
19
Ibid hlm 227
5
Ibid hlm 227
15
1+16(d)2
= 16 .
1+16(0,1)2
= 16 .
1+0,16
= 16 .
1+0,16
= 14
data yang akan ditempuh dalam penelifian ini adalah sebagai berikut :
1) Observasi
peristiwa, kejadian yang dapat dilihat dengan mata kita apapun yang
dapat dicapai dengan indera kita yang lain . (Sutrisno Hadi, 1980 :
2) Wawancara
3) Angket
4) Dokumentasi
21
Arikunto, Suharsimi, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta : PT. Rineka Cipta
1993.
22
Arikunto, Suharsimi, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta : PT. Rineka Cipta
1993.
17
pembelajaran.
penting dan mutlak harus dilaksanakan, agar data yang diperoleh mempunyai arti,
sehingga penelitian yang dilaksanakan dapat memberi kesimpulan yang benar. Hal
ini senada dengan pendapat Winarno Surakhmad (1985: 109) yang menyatakan
bahwa : “Pengolahan data adalah usaha konkrit untuk membuat data itu berbicara,
sebab betapapun besarnya jumlah dan tingginya nilai data yang terkumpul
(sebagai fase pelaksana pengumpulan data), apabila tidak tersusun dalam suatu
organisasi dan tidak diolah menurut sistem yang baik niscaya data itu tetap
yakni variable sikap siswa terhadap kecakapan guru dalam mengajar sebagai
setiap item
Mx = ∑fX
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam memahami isi yang termuat dalam skripsi ini,
maka secara garis besar diobagi menjadi tiga bagian yaitu, bagian awal, bagian
Bagian utama skripsi memuat bagain pokok permasalahan yang terdiri dari
empat bab. Adapun sistematika dari bab-bab tersebut adalah sebagai berikut :
perumusan masalah dan pokok bahasan, tujuan dn kegunaan dari penelitian serta
sistematik penelitian.
19
Bab III : Hasil Penelitian dan Pembahasan, yaitu berisi tentang laporan
penelitian yang terdiri dari kondisi objektif lokasi penelitian, realitas sikap siswa
terhadap kompetensi guru agama dengan intensitas belajar mereka dalam bidang
Bab VI : Penutup, yaitu berisi tentang kesimpulan dan saran dari peneliti.