Anda di halaman 1dari 35

HUBUNGAN PERAN GURU DAN ORANGTUA TERHADAP

MOTIVASI BELAJAR PENJASKES SISWA KELAS V


SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN
RAMBUTAN MASAM

PROPOSAL

OLEH
GUSRI GUNANDA
NIM: KIA118078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran ialah salah satu kebutuhan primer manusia di dunia.
Permasalahan- permasalahan hidup bisa dialami dengan mempunyai bekal
pembelajaran yang lumayan. Pembelajaran ialah hak serta kewajiban untuk
tiap orang di dunia. Penafsiran pembelajaran bagi Undang- Undang No 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pembelajaran Nasional:“ Pembelajaran
merupakan usaha sadar serta terencana buat mewujudkan atmosfer belajar
serta proses pendidikan supaya partisipan didik secara aktif meningkatkan
kemampuan dirinya buat mempunyai kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, karakter, kecerdasan, akhlak mulia, dan keahlian yang
dibutuhkan dirinya, warga, bangsa, serta Negeri”
Semacam yang kita tahu kalau pada dasarnya manusia merupakan
makhluk sosial yang senantiasa memerlukan dorongan orang lain serta tidak
bisa hidup sendiri. oleh sebab itu pula, secara alamiah manusia mempunyai
kemauan buat senantiasa tersambung serta berbicara dengan orang lain.
Tiap orang mempunyai keahlian buat berbicara dengan orang lain,
walaupun keahlian tersebut tarafnya dapat berbeda- beda.
Berolahraga berkembang serta tumbuh dengan bermacam wujud serta
metode penerapan, pengorganisasian serta tujuan yang berbeda- beda cocok
dengan penekanannya tiap- tiap. Terdapat 4 tujuan yang mau dicapai dalam
melaksanakan kegiatan berolahraga ialah:( 1) berolahraga buat tamasya
yang jadi bertambah, serta dapat melaksanakan kegiatan tiap hari dengan
baik( Nala, 1992: 32).
Dalam Implementasinya Pembelajaran jasmani membutuhkan
sokongan dari bermacam pihak, baik dari pemerintah, warga, ataupun orang
tua. Keterlibatan ini hendak sangat menolong pertumbuhan anak, paling
utama dalam pertumbuhan aspek sosial emosional.
Buat itu, guru serta orang tua memerlukan uraian yang baik terhadap
pertumbuhan anak, menguasai gimana anak berganti selama hidupnya, baik
pergantian raga, sikap ataupun keahlian berpikir( thinking skill) sehingga
pendidikan yang baik dicoba bersumber pada serta cocok dengan ciri
partisipan didik( Suyadi, 2010: 19).
Pembelajaran jasmani merupakan bagian integral dari pembelajaran
secara totalitas yang mengutamakan kegiatan jasmani serta pembinaan
hidup sehat buat perkembangan serta pertumbuhan jasmani, mental, sosial
serta emosional yang selaras, serasi serta balance( Depdikbud, 1991: 1) dari
penafsiran tersebut bisa dipahami kalau pembelajaran jasmani ialah
pembelajaran yang khusus, ialah dengan melaksanakan kegiatan jasmani
yang diseleksi serta direncanakan hendak bisa dicapai sesuatu tujuan yang
komplek yang hendak menampilkan mutu yang memiliki makna berarti
dalam kehidupan pelajar, kualifikasi ini hendak bisa terwujud apabila
pelajar menguasai kaidah- kaidah serta nilai- nilai tertentu yang ada dalam
pembelajaran jasmani.
Orang tua ialah area awal untuk anaknya, Siswa selaku insan dalam
kodratnya selaku mahluk sosial yang mempunyai rasa hormat,
berkepribadian serta berbudi pekerti wajib bisa mewujudkan perilaku serta
sikap tiap hari cocok dengan nilai serta norma dilingkungannya.
Bersumber pada hasil observasi dini periset di SD di Kecamatan
Rambutan Masam yang ada 2 sekolah, melaporkan kalau nampak siswa
kurang menghormati apalagi acuh terhadap guru, ribut dan mengusik
sahabat dikala guru mangulas modul yang diajarkan, berdialog agresif
terhadap temannya, berdialog keras serta main sendiri kala pendidikan
berlangsung, membangkang ataupun tidak patuh terhadap ketentuan yang
sudah diresmikan kala guru mengajar di depan kelas apalagi terdapat anak
yang asik bermain.
Berdasarkan pengamatan tersebut tentu berdampak pada moivasi
belajar siswa khususnya pendidikan jasmani olahraga, pembelajaran yang
hamper setiap pertemuannya dilakukan secara praktek, di situ anak sering
melakukan aktivitas seperti mengangu teman sedang focus beajar derta
rebut saat belajar,
Meski tidak dapat dipungkiri kalau pembelajaran di dalam keluarga
merupakan titik dini pembuatan individu siswa( anak didik), sebab
pembelajaran di dalam keluarga yang baik hendak membagikan motivsi
yang baik pula terhadap area di sekolah serta pula disekitar siswa( anak
didik).
Berdasarkan permasalahan di atas peneliti ingin melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan peran guru dan orangtua terhadap
motivasi belajar Penjaskes siswa kelas V Sekolah Dasar di Kecamatan
Rambutan Masam”
1.1 Identifikasi Masalah
Bersumber pada latar balik permasalahan di atas, hingga penulis bisa
mengenali permasalahan selaku berikut:
1. Sebagian anak kurang menghormati apalagi acuh terhadap guru,
2. Ribut dan mengusik sahabat dikala guru mangulas modul yang
diajarkan,
3. Berdialog agresif terhadap temannya,
4. Berdialog keras serta main sendiri kala pendidikan berlangsung,
5. Motivasi belajar Penjaskes yang butuh di tingkatkan.

1.2 Batasan Masalah


Bersumber pada penjelasan tersebut di atas, hingga batas permasalahan
penelitan ini ialah:
1. Kedudukan guru pada riset ini di batasi 1) Mendidik dengan titik
berat membagikan arahan serta motivasi pencapaian tujuan baik
jangka pendek ataupun jangka panjang. 2) Berikan sarana
pencapaian tujuan lewat pengalaman belajar yang mencukupi, 3)
Menolong pertumbuhan aspek- aspek individu semacam perilaku,
nilai- nilai, serta penyesuaian diri.
2. Motivsi belajar pada riset ini dibatasi pada 1) motivasi instrinsik dan
2) motivasi ekstrinsik.
1.3 Rumusan Masalah
Bersumber pada latar balik di atas, rumusan permasalahan yang jadi
acuan dalam riset ini, ialah: Bagaimanakah ikatan kedudukan guru serta
orangtua terhadap motivasi belajar Penjaskes siswa kelas V Sekolah Bawah
di Kecamatan Rambutan Masam?.

1.4 Tujuan Peneliti


Bersumber pada rumusan permasalahan di atas hingga tujuan riset
ini merupakan selaku berikut:. Buat mengenali ikatan kedudukan guru serta
orangtua terhadap motivasi belajar Penjaskes siswa kelas V Sekolah Bawah
di Kecamatan Rambutan Masam.
1.6 Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
Hasil riset ini diharapkan bisa meningkatkan ilmu
pengetahuan dalam memberikn motivasi belajar siswa.
2. Secara praktis
Riset ini diharapkan bisa membagikan khasiat kepada pihak
yang terpaut antara lain:
a. Bagi Peserta Didik agar motivasi siswa dapat berkembang
dengan baik.
b. Bagi Guru dapat dijadikan masukan dalam mengembangakan
motivasi siswa dalam belajar dan focus pada pernnya sebagai
guru.
c. Bagi Orang Tua dapat dijadikan masukan dalam mendidik anak
sebagai wawasan serta motivasi dalam belajar siswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Guru
Tiap orang bisa jadi guru, guru untuk keluarganya serta guru untuk
orang banyak. Tetapi tidak seluruh orang bisa jadi pendidik yang
melakukan pembelajaran ataupun pengajaran. Berikan tutorial ataupun
dorongan kepada anak didik dalam pertumbuhan jasmani serta rohaninya
Guru memegang bermacam tipe kedudukan yang ingin tidak ingin,
wajib dilaksanakannya selaku seseorang guru( Kunandar, 2011: 51).
Sardiman dalam bukunya yang bertajuk Interaksi serta Motivasi Belajar
serta Mengajar diterangkan terdapat sebagian berkomentar tentang
kedudukan guru antara lain :
1. James W. Brown, mengemukakan kalau tugas serta kedudukan guru
antara lain: memahami serta meningkatkan modul pelajaran, merancang
serta mempersiapkan pelajaran tiap hari, mengendalikan serta
mengevaluasi aktivitas siswa.
2. Federasi serta Organisasi Handal Guru Sejagat, mengatakan kalau
kedudukan guru di sekolah, tidak cuma selaku transmiter dari ilham
namun pula berfungsi selaku transformer serta katalisator dari nilai serta
perilaku( Sardiman, 2001: 43).
Penulis bisa merumuskan kedudukan guru merupakan totalitas
tingkah laku ataupun aksi yang dipunyai seorang dalam membagikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik..
2.1.1 Pengertian Peran Guru
Kedudukan serta kompetensi guru dalam proses belajar serta
mengajar meliputi banyak perihal sebagaimana yang dikemukanan oleh
Adams& ( Usman, 2005: 6)

1. Orang tua yang penuh kasih sayang pada partisipan didiknya.


2. Sahabat, tempatmengadu, serta mengutarakanperasaan untuk para
partisipandidik.
3. Fasilittor yang senantiasa siap membagikan kemuahan, serta
melayani partisipandidik cocok atensi, keahlian, sertabakatnya.
4. Membagikan buat bisa mengenali kasus yang dialami anak serta
memeberikan anjuran pemecahannya.
5. Menyesuikan partisipandidik buat silihberhubungan
6. Meningkatkan kreativitas.
7. Jadi pembantukala dibutuhkan( Mulyasa, 2009: 39)
Guru sejatinya merupakan seseorang individu yang wajib serba dapat
serta serba ketahui. Dan sanggup mentransferkan Kerutinan metode yang
cocok dengan pertumbuhan serta kemampuan.
2.1.2 Tugas seorang Guru
Usman( 2005: 7) Guru mempunyai tugas yang bermacam- macam
yang berimplementasi dalam wujud dedikasi..
1. Guru sebagai pendidik
Guru merupakan pendidik, yang jadi tokoh, panutan, serta
identifikasi untuk para peseta didik, serta lingkungannya. Oleh sebab itu,
guru wajib mempunyai standar mutu individu tertentu, yang mencangkup
tanggung jawab, wibawa, mandiri, serta disiplin.
2. Guru sebagai pengajar
Guru menolong partisipan didik yang lagi tumbuh buat menekuni
suatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, serta menguasai
modul standar yang dipelajari.
3. Guru sebagai pembaharu.
Guru menerjemahkan pengalaman yang sudah kemudian kedalam
kehidupan yang bermakna untuk partisipan didik.
4. Guru sebagai model dan teladan
Guru ialah model ataupun teladan untuk para partisipan didik serta
seluruh orang yang menganggapnya ia guru ada kecendrungan yang besar
buat menyangka kalau kedudukan ini tidak gampang buat ditentang. Selaku
teladan, pasti saja individu serta apa yang dicoba guru hendak menemukan
sorotan partisipan didik serta orang dekat lingkungannya.
5. Guru sebagai pribadi
Selaku orang yang berkecimpung dalam pembelajaran, guru wajib
mempunyai karakter yang mencerminkan seseorang pendidik. Selaku
individu yang hidup di tengah- tengah warga, guru butuh pula mempunyai
keahlian buat berbaur dengan warga.
6. Guru sebagai peneliti
Guru merupakan seseorang pencari ataupun periset. Ia tidak ketahui
serta diatahu kalau ia tidak ketahui, oleh sebab itu ia sendiri ialah subyek
pendidikan. Dengan pemahaman kalau dia tidak mengenali suatu hingga dia
berupaya mencarinya lewat aktivitas riset.
7. Guru sebagai pendorong kreativitas
Kreativitas ialah perihal yang sangat berarti dalam pendidikan, serta
guru dituntut unutuk mendemonstrasikan serta membuktikan proses
kreativitas tersebut. Kreativitas diisyarati oleh terdapatnya aktivitas
menghasilkan suatu yang tadinya tidak terdapat serta tidak dicoba oleh
seorang ataupun terdapatnya kecendrungan buat menghasilkan suatu.
8. Guru sebagai pemindah kemah.
Guru merupakan seseorang pemindah kemah, yang menolong
partisipan didik meninggalkan perihal lama mengarah suatu yang baru yang
dapat mereka natural. Guru berupaya keras buat mengenali permasalahan
partisipan didik.
9. Guru sebagai pembawa cerita.
Guru selaku pembawa cerita merupakan sanggup bawa partisipan
didik mempunyai pemikiran yang rasional terhadap suatu.
10. Guru Sebagai Emanisipator.
Guru sanggup menguasai kemampuan partisipan didik, menghormati
tiap insan, serta menyadari kalau mayoritas insan ialah“ budak”
kebudayaan.
11. Guru sebagai kulminator
Guru yang memusatkan proses belajar secara bertahap dari dini
sampai akhir melewati sesi kulminasi, sesuatu sesi yang membolehkan tiap
partisipan didik dapat mengenali kemajuan belajarnya( Mulyasa, 2009: 31).

2.2 Pengertian Orangtua


Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dipaparkan kalau,“ Orang tua
merupakan bapak bunda kandung”( Depdiknas, 1990: 629). Berikutnya
Hasanuddin( 2004: 155) melaporkan kalau,“ Orang tua merupakan bunda
ayah yang diketahui mula awal oleh putra putrinya”. Arifin( 2007: 74) pula
mengatakan kalau“ Orang tua jadi kepala Keluarga.
Zakiyah( 2012: 35) Orang tua ialah pendidik utama serta awal untuk
kanak- kanak mereka, sebab pembelajaran. Dengan demikian wujud awal
dari pembelajaran ada dalam keluarga. Pada biasanya pembelajaran
pemahaman serta penafsiran, melainkan sebab secara kodrati atmosfer serta
strukturnya membagikan mungkin natural membangun suasana
pembelajaran.

Jadi bisa dimengerti kalau orang tua merupakan bapak serta bunda
yang bertanggung jawab atas pembelajaran anak serta seluruh aspek
kehidupannya semenjak anak masih kecil sampai mereka berusia.
2.2.1 Tanggung Jawab Orang tua
Dalam upaya menghassilkan generasi penerus yang tangguh serta
bermutu, dibutuhkan terdapatnya usaha yang tidak berubah- ubah serta
kontinu dari orang tua di dalam melakukan tugas memelihara, mengurus
serta mendidik kanak- kanak mereka baik lahir ataupun batin hingga anak
tersebut berusia serta ataupun sanggup berdiri sendiri, dimana tugas ini
ialah kewajiban orang tua. Begitu pula halnya terhadap pendamping suami
istri yang berakhir perceraian, bapak serta bunda senantiasa berkewajiban
buat memelihara, mengurus serta mendidik anak- anaknya( Gunawan,
2013: 132).
Sangat normal serta logis bila tanggung jawab pembelajaran terletak
di tangan kedua orang tua serta tidak dapat dipikulkan kepada orang lain
sebab dia merupakan darah dagingnya kecuali bermacam keterbatasan
kedua orang tua ini. Hingga sebagian tanggung jawab pembelajaran bisa
dilimpahkan kepada orang lain ialah lewat sekolah.
Bersumber pada penjelasan diatas bisa disimpulkan kalau tanggung
jawab orang tua terhadap anak meliputi bermacam perihal antara lain
membentuk individu seseorang anak, bukan cuma dalam tataan raga
saja( modul), pula pada mental ( rohani), moral, keberagamaan dalam
kehidupan tiap hari.
Terdapatnya pemahaman hendak tanggung jawab mendidik serta
membina anak secara kontinu butuh dibesarkan kepada tiap orang tua
sehingga pembelajaran yang dicoba tidak lagi bersumber pada kebiassaan
yang dilihat dari orang tua, namun sudah disadari oleh teori- teori
pembelajaran modern, cocok dengan pertumbuhan era yang cenderung
senantiasa berganti.

2.2.2 Pengertian Peran Orangtua


Sebutan peranan ialah bagian ataupun tugas yang memegang
kekuasaan utama yang wajib dilaksanakan( Depdikbud, 2008: 667).
Peranan mempunyai makna selaku guna ataupun peran( status)( Barry,
2004: 85). Peranan mempunyai makna selaku guna maupun
Peranan bisa dikatakan selaku sikap ataupun lembaga yang memiliki
makna berarti selaku struktur sosial, yang, dalam perihal ini lebih mengacu
pada penyesuaian daripada sesuatu proses yang terjalin( Sarjono, 2002: 82).
Pembelajaran seseorang bunda terhadap anaknya ialah pembelajaran
bawah yang tidak bisa diabaikan sama sekali. Hingga dari itu, seseorang
bunda hendaklah seseorang yang bijaksana serta pandai mendidik anak-
anaknya. Sebagian orang berkata kalangan bunda merupakan pendidik
bangsa. Nyatalah betapa berat tugas seseorang bunda selaku pendidik serta
pengatur rumah tangga. Baik buruknya pembelajaran bunda terhadap
anaknya hendak mempengaruhi besar terhadap pertumbuhan serta sifat
anaknya di setelah itu hari.
Disamping bunda, seseorang bapak juga memegang peranan yang
berarti pula. Anak memandang bapaknya selaku orang yang paling tinggi
gengsinya. Aktivitas seseorang bapak terhadap pekerjaannya tiap hari
sangat besar pengaruhnyaMeskipun demikian, di sebagian keluarga masih
bisa kita amati kesalahan- kesalahan pembelajaran yang disebabkan oleh
aksi seseorang bapak. Sebab sibuknya bekerja mencari nafkah, sang bapak
tidak terdapat waktu buat berteman mendekati anak- anaknya.
Ditinjau dari guna serta tugasnya selaku bapak, bisa dikemukakan di
mari kalau peranan bapak dalam pembelajaran anak- anaknya yang lebih
dominan merupakan selaku berikut:
a. Sumber kekuasaan di dalam keluarga

b. Penghubung intern keluarga dengan warga ataupun dunia luar

c. Pemberi perasaan nyaman untuk segala anggota keluarga

d. Pelindung terhadap ancaman dari luar

e. Hakim ataupun yang mengadili bila terjalin perselisihan

f. Pendidik dalam segi rasional( Purwanto, 2009: 83).

2.3 Motivasi Belajar


Bagi Mudjiono( 2002: 80) motivasi ialah dorongan mental yang
menggerakan serta memusatkan sikap manusia, tercantum sikap, olahraga.
Dalam motivasi tercantum terdapatnya kemauan, harapan, kebutuhan,
tujuan, sasaran serta insentif. Kondisi inilah yang mengaktifkan,
menggerakan, menyalurkan, memusatkan perilaku serta sikap orang belajar.

Sebutan motivasi itu sendiri ialah turunan dari kata“ Motive” yang
berarti to move“ bergerak”. Sebutan ini bagi Sumantri( 2001: 53),
umumnya digunakan buat menampilkan sesuatu penafsiran yang
mengaitkan 3 komponen utama, ialah:
a. pemberi energi pada sikap manusia( energizing).
b. pemberi arah pada sikap manusia( directing)
c. gimana sikap itu dipertahankan( sustaining).
Bersumber pada sebagian penafsiran diatas bisa disimpulkan kalau
motivasi ditatap selaku dorongan, berati motivasi berperan selaku energi
penggerak dari dalam orang buat melaksanakan. Bila seorang memiliki
kemauan buat belajar sesuatu perihal, hingga ia hendak termotivasi buat
mencapainya.

2.3.1 Pentingnya Motivasi.


Motivasi merupakan ketentuan absolut dalam olahraga spesialnya
cabang sepakbola. seseorang siswa yang olahraga tanpa motivasi( kurang
motivasi) tidak hendak sukses dengan optimal. Motivasi memegang
peranan yang amat berarti dalam olahraga.

2.3.2 Jenis Motivasi.


Jenis- jenis motivasi bagi teorinya. Dari totalitas teori motivasi, bisa
diajukan pendekatan buat memastikan jenis- jenis motivasi, ialah:
1) Pendekatan kebutuhan
Abraham H. Maslow( dalam Hamalik, 2011: 109), memandang
motivasi dari segi kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia sifatnya
bertingkat- tingkat. kepuasan terhadap tingkatan kebutuhan tertentu bisa
dicoba bila tingkatan kebutuhan tadinya sudah menemukan kepuasan.

1. Motivasi Instrinsik
Motivasi instrinsik merupakan motivasi yang mencuat dari diri
sendiri serta tidak dipengaruhi oleh suatu di luar dirinya sebab dalam tiap
diri orang telah terdapat dorongan buat melaksanakan suatu. Orang yang
tingkah lakunya digerakkan oleh motivasi instrinsik, baru hendak puas
bila tingkah lakunya sudah menggapai hasil tingkah laku itu sendiri.
Dalam perihal ini, pujian ataupun hadiah serta sejenisnya tidak
dibutuhkan, sebagaimana dikemukakan oleh Emerson( dalam Hamalik,
2011), kalau motivasi instrinsik merupakan bertabiat nyata ataupun
motivasi yang sebetulnya.
2.4. Karateristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar

Masa umur sekolah bawah kelas V selaku masa anak- anak akhir
yang berlangsung dari umur 10 tahun sampai kira- kira umur sebelas tahun
ataupun 2 belas tahun. Ciri utama siswa sekolah bawah kelas V merupakan
mereka menunjukkan perbedaan- perbedaan individual dalam banyak segi
serta bidang, di antara lain, perbandingan dalam intelegensi, keahlian dalam
kognitif serta bahasa, pertumbuhan karakter serta pertumbuhan raga anak.
Bagi Suyati( 1992: 14–16) ciri anak usia 10- 13 tahun atau kelas 5- 6
merupakan selaku berikut:
1. Karakteristik Fisik
a. Otot tangan serta lengan lebih tumbuh.
b. Kanak- kanak jadi sadar hendak kondisi jasmaninya.
c. Anak pria bahagia pertandingan yang agresif serta keras.
d. Kanak- kanak pada masa ini terdapat revisi kecepatan
bereaksi.
e. Kanak- kanak usia ini gemar hendak tipe berolahraga
pertandingan.
f. Koordinasi kanak- kanak usia ini baik, sebab itu telah bisa
diajarkan jenis- jenis aktivitas yang agak sukar, maksudnya
aktivitas yang membutuhkan gerakan gabungan.
g. Kondisi jasmani nampak kokoh, kuat serta sehat.
2. Karakteristik Sosial dan Emosional
a. Bertepatan dengan proses kematangan raga, emosinya pada
waktu itu tidak normal.
b. Sebab hasrat bergabung serta terdapatnya perbandingan
metode memunculkan salah mengerti antara anak satu serta
yang lain.
c. Anak umur ini gampang mencuat takjub.
d. Kanak- kanak umur ini emosi biasa berontak.
e. Memiliki asumsi positif terhadap penghargaan serta puji-
pujian.
f. Kanak- kanak masa ini memiliki pemikiran kritis terhadap
aksi orang berusia.
g. Rasa kebanggaan tumbuh.
h. Tiap perihal yang dikerjakan, menginginkan terdapatnya
penghargaan ataupun pengenalan.
i. Mau pengenalan ataupun penghargaan dari kelompok.
j. Kanak- kanak masa ini gampang mendapatkan sahabat. Lebih
bahagia melaksanakan aktivitas dalam kelompok dari pada
aktivitas yang bertabiat perorangan( individual)
3. Karakteristik Mental
a. Kanak- kanak masa ini lebih gemar bermain- main dengan
mempergunakan bola.
b. kanak- kanak lebih berminat dalam permainan- permainann
berregu ataupun Berkelompok.
c. Kanak- kanak sangat terbawa- bawa apabila terdapat
kelompok yang menonjol ataupun menggapai prestasi besar.
d. Sedangkan anak masa ini gampang putus asa, sebab itu
upayakan bangun kembali ataupun bangkit kembali apabila
tidak sukses dalam menggapai suatu..
e. Dalam melaksanakan suatu usaha, senantiasa berupaya
menemukan persetujuan dari guru terlebih dulu.
f. Kanak- kanak masa ini pada biasanya mencermati soal
waktu, sebab itu berupaya bekerja pas pada waktunya
2.5 Penelitian Relevan
1. Siti Fatimah. 2019. Kedudukan Guru Pai Dalam Menanamkan
Akhlakul Karimah Partisipan Didik Di Smpn 1 Sukadana Lampung-
Timur Tahun Pelajaran. 2018/ 2019. Dari hasil riset menampilkan
kalau kedudukan guru dalam menanamkan akhlakul karimah
partisipan didik di SMPN 1 Sukadana bisa dikatakan sudah
terlaksana dengan baik. Kedudukan guru tersebut antara lain: Selaku
pendidik serta pengajar, selaku anggota warga, selaku administrator
serta selaku pengelola pendidikan. Dari hasil riset pula ada sebagian
hambatan untuk guru dalam menanamkan akhlakul karimah antara
lain aspek dari dalam ialah pembawaan yang negatif serta sukar buat
dikendalikan, perasaan rendah diri serta kurang sanggup
bersosialisasi dengan area, dan rasa egois yang besar. Setelah itu
aspek dari luar ialah ketidakharmonisan dalam keluarga, minimnya
tutorial, atensi serta pengawasan dari orang tua, minimnya atensi dari
warga dekat, area pergaulan yang tidak sehat, dan kemajuan
teknologi yang terus menjadi pesat.
2. Yanuarius Jack Damsy. 2019. Kedudukan Orang Tua Serta Guru
Dalam Menanggulangi Perilaku Serta Sikap Menyimpang Anak
Hasil riset ini membuktikan kalau kedudukan orang tua serta guru
dalam menanggulangi perilaku serta sikap menyimpang paling
utama pada permasalahan perkelahian antara anak didik di sekolah
telah baik. Dalam Kedudukan orang tua serta guru selaku pendidik,
pengajar, pembimbing serta selaku model serta teladan sudah sukses
menanggulangi perilaku serta sikap menyimpang anak.
2.6 Kerangka Berfikir
Tidak hanya orangtua guru mempunyai kedudukan bagi Heri Jauhari
Muchtar melaporkan kalau,” Pendidik ialah orang kedua yang wajib
dihormati serta dimuliakan sehabis orang tua”. Mereka mengambil alih
kedudukan orang tua dalam mendidik kanak- kanak ataupun partisipan
didik keteka terletak di lembaga pembelajaran merupakan pas apabila
terdapat pepatah berkata“ orang tua merupakan di rumah serta Guru
merupakan orang tuaku di sekolah.” Pendidik yang bertugas
menyelenggarakan aktivitas pendidikan dengan metode mentransfer ilmu
serta pengetahuannya terhadap siswa di sekolah supaya para siswa tersebut
jadi individu yang berjiwa islami serta memilki watak, kepribadian serta
prilaku.
Dengan terdapatnya kedudukan yang baik dari orangtua serta guru
diharapkan bisa membagikan motvasi yang baik dikala belajar spesialnya
pembelajaran jasmani berolahraga serta kesehatan.

Peran Guru (X1)


Motivasi belajar (Y)

Peran Orangtua (X2)

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian
Riset ini ialah riset korelasional, yang hendak menyelidiki terdapat
tidaknya ikatan antara variabel leluasa dengan variabel terikat. yang jadi
variabel leluasa dalam riset ini merupakan Kedudukan guru serta
orangtua( X) sebaliknya variabel terikatnya merupakan motivasi
belajar( Y). Secara grafis wujud ikatan variabel- variabel riset ini bisa di
gambarkan selaku berikut :
Foto 3. 1. Rancangan riset yang dilakukan

X1
Y

X2

Keterangan :
X1 = Peran guru
X2 = Peran Orangtua
Y = Motivasibelajar

3.2 Populasi dan sampel


3.2.1. Populasi
Populasi merupakan segala orang yang diresmikan jadi
sumber informasi ataupun sabjek riset,( Arikunto 2013: 130).
Bersumber pada penjelasan di atas populasi dalam riset ini ialah
siswa kelas V di SD Negara Kecamatan Rambutan Masam.
Tabel 3.2 PopulasiPenelitian
30

No Sekolah Kelas JumlahAnak


1 SD 58/1 Desa Rambutan V 25 Anak
Masam
2 SD 119/1 Rengas V 23Anak
Sembulan
3 SD 105/I Tanjung Pasir V 25Anak
Jumlah 73anak

Oleh Sebab itu periset mengambil populasi dari segala ssiwa


kelas V di SD Negara Kecamatan Rambutan Masam.
3.2.2 Sampel
Bagi Sugiyono( 2012: 188) ilustrasi merupakan bagian dari
jumlah serta ciri yang dipunyai oleh populasi tersebut..Hingga
jumlah ilustrasi merupakan 45 orang anak, disebabkan populasi
kurang dari 100 hingga ilustrasi dalam riset ini merupakan segala
Siswa kelas V di SD Negara Kecamatan Rambutan Masam, yang
berjumlah 73 siswa.
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Tipe informasi yang digunakan periset dalam riset ini merupakan
tipe informasi dengan skala interval. Winarsunu( 2012: 8) melaporkan
kalau informasi interval ialah informasi dengan skala yang
mempunyai batasan alterasi nilai yang telah jelas satu dengan yang
yang lain, sehingga jarak ataupun intervalnya bisa dibanding. Interval
awal terpaut dengan kedudukan guru serta orangtua serta interval
kedua terpaut motivasi belajar.

3.3.2 Sumber Data


Sumber informasi dalam riset ini merupakan sumber informasi
kedudukan guru serta orangtua yang di amati langsung oleh periset.
Dan perilaku budi pekerti anak yang dikumpulkan dengan skala dari
siswa.
3.4 Instrumen Penelitian
Bagi Arikunto( 2013: 56) kalau instrument riset merupakan
perlengkapan ataupun sarana yang digunakan oleh periset dalam
mengumpulkan informasi supaya pekerjaannya lebih gampang serta
hasilnya lebih baik. Dari statment tersebut serta kisi- kisi yang dipaparkan,
hingga instrumen yang digunakan merupakan kisi- kisi angket.

Variabel Indikator Deskriptor Item Peryataan


Peran Guru Mendidik 1. Membagikan 1,2,3,4,
dengan titik arahan serta
berat motivasi
5,6,7,8,
Memberi 1. pencapaian
fasilitas tujuan belajar
2. Pengalaman
belajar yang
9,10,11,12,
memadai
Membantu 1. aspek perilaku,
perkembangan 2. Aspek nilai-
13,14,15,16,
nilai belajar,
3. penyesuaian diri
17,18,19,
20,21,22,

23,24,25

Variabel Indikator Deskriptor Item Peryataan


Motivasi Intrinsik 1.Kegembiraan 1,2,3,4,5
Belajar
2.Cinta tindakan 6,7,8,9,10,11,12,13,
belajar
14,15,16,17
3.Kesempatan
berprestasi
18,19,20,21
4.Meningkatkan
keterampilan
22,23,24,25
5.Motivasi diterima 26,27,28,29,
kelompok lain 30,31,
32,33,34,35
36,37,
Ekstrinsik 1. Pujian 38,3940,41,42,
2. Status 43,44,45,46,
3. Persaingan 47,48,49,50
3.5. Prosedur Pengumpulan Data
1. Dokumentasi
Bagi Sugiyono( 2012: 329) dokumentasi ialah catatan kejadian yang
telah lalu yang berupa tulisan, foto serta lain- lain. Dokumentasi dalam riset
ini digunakan periset buat memperoleh informasi berbentuk foto( photo)
ataupun video dari aktivitas riset. Dokumentasi ini hendak jadi fakta kalau
periset betul- betul melaksanakan riset serta buat menguatkan hasil dari
riset.
2. Angket
Pengumpulan informasi dalam riset ini merupakan memakai
angket( kuesioner). Angket ini digunakan buat mengenali kedudukan guru
serta orangtua dan motivasi belajar siswa. Bagi Sugiyono( 2012: 142)
berkata kalau Angket( kuesioner).

Angket yang dicoba dengan metode berikan seperangkat persoalan


tertulis kepada guru buat dijawab dengan mengamaiti anak selaku ilustrasi
di masa pendidikan keadaan pandemi, dan pemberian skor periset memakai
skala likert dengan memakai skala evaluasi ialah Sangat Sepakat( SS)= 5,
Sepakat( S)= 4, Lumayan Sepakat( CS)= 3, Tidak Sepakat( TS)= 2 serta
Sangat Tidak Sepakat( STS)= 1, setelah itu dicoba perhitungan buat
mengenali hasil jawaban pada tiap jawaban.( Sutja, 2017: 99).
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis informasi dicoba buat menguji hipotesis yang sudah
diformulasikan. Uji hipotesis yang digunakan merupakan uji- T. Buat
melaksanakan uji- T populasi wajib berdistribusi wajar serta bermacam-
macam homogen.

3.6.2 Homogenitas Varians


Uji ini digunakan buat memandang apakah kedua kelompok
serta memiliki varians yang homogen ataupun tidak. Bagi
Arikunto( 2006: 324) dipaparkan rumus yang digunakan merupakan
selaku
MK
berikut:
K

F = MKd dengan dbf = dbk – dbd


Untuk

F (max) =Variansi terbesar


Variansi terkecil
Hasil hitung F( max) disbanding dengan F( max) tabel, ada
pula kriteria pengujianya selaku berikut:
Terima Ho jika F (max) hitung > F (max) tabel
Ada pula Ho melaporkan variansi homogen, sebaliknya H1
melaporkan variansi tidak homogen.
DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, Sutarjo, 2013. Pembelajaran Nilai Karakter, Jakarta: PT Raja


Grafindo

Ahmadi, 2004. Psikologi Perkembangan, Jakarta: PT Rineka Cipta

Arifin. 2007. Hubungan timbale balik pendidikan di lingkungan sekolah


dan keluarga. Bulan Bintang jakarta

Arikunto 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:


Rineka Cipta
Barry, 2004. Kamus Ilmiah Populer. Jakarta. Apolo

Gunawan, 2013. Konsep dan Implementasi pendidikan Karakter. Bandung


Alfabeta

Hamalik 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

-----------, 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

-----------. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasanuddin . 2004. Cakrawala Kuliah Pendidikan. Surabaya.

Hasbullah, 2011. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers

Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan sosial (Kuantitatif


dan Kualitatif) Jakarta. GP Press

Kunandar, 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai


Pengembangan Profesi Guru.

Mudjiono. 2002. Motivasi Kepemimpinan. Jakarta

Mulyasa. 2009. Standar Kopetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung PT.


Remaja Rosdakarya

Nala, 1992. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Bali Udayana University


Press.

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar.Jakarta: Rineka Cipta

Sardiman, 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:


Rajawali Pers.
Shaulun, 2002. Peran orangtua terhadap pemecahan problem remaja.
Jakarta. Kalam Mulia

Siti Fatimah. 2019. Peran Guru Pai Dalam Menanamkan Akhlakul Karimah
Peserta Didik Di Smpn 1 Sukadana Lampung-Timur Tahun
Pelajaran. 2018/2019.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:


PT. Rineka Cipta

Sri Tatminingsih. 2017. Peran Pendidik (Guru Dan Orang Tua) Dalam
Pembentukan Karakter Anak Usia Dini.

Sudjana, 2005. Metode Statistika. Bandung Tarsito

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Manajemen, Bandung

Sumantri. 2001. Pembaharuan pendidikan. Bandung Rosdakarya

Suyadi, 2010. Pskologi Belajar Anak. Edisi I. Jakarta. Pernanda Media


Group

Usman, 2005. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Bandung :


Alfabeta

Winarsunu. 2012. Statistik dalam Penelitian Pskologi dan Pendidikan.


Malang. UMM Press

Yanuarius Jack Damsy. 2019. Peran Orang Tua Dan Guru Dalam
Mengatasi Sikap Dan Perilaku Menyimpang Anak

Zakiyah. 2012. Kesehatan Mental. Bandung. Bulan Bintang


ANGKET KEPERCAYAAN DIRI
Nama Lengkap :

Jenis Kelamin : L/P

Umur :

N Pernyataan SS S CS TS STS

o
1 Guru memberikan arahan dalam proses

belajar
2 Hasilbelajar menjadi lebih baik

disebabkan oleh motivasi yang diberikan

oleh guru
3 Guru memberikan pandangan tentang

tujuan pembelajaran penjaskes


4 Guru menyampaikan manfaat

pembelajaran penjaskes dalam jangka

pendek
5 Guru menyampaikan tujuan

pemebelajaran penjaskes dalam

kehidupan di masa yang akan dating


6 Guru menyampaikan tujuan pencapaian

prestasi yang baik dalam pelajaran

penjaskes.
7 Guru memfasilitasi dalam proses belajar

penjaskes
8 Untuk mencapai tujuan belajar, guru
menggunakan media pembelajaran yang

fleksibel.
9 Fasilitas belajar tersedia dengan lengkap
10 Guru menguasai penggunaan fasilitas

belajar.
11 Guru memberikan pandangan mengenai

pengalaman belajar yang baik


12 Siswa termotivasi dengan pengalaman

yang disampaikan oleh guru.


13 Guru menyampaikan pengalaman belajar

sesuai dengan kondisi yang terjadi


14 Guru menggunakan bahwa yang mudah

diterima oleh siswa dalam

menyampaikan pengalaman belajar.


15 Guru menyampaikan aspek sikap yang

baik dalam belajar


16 Guru mencontohkan aspek sikap yang

baik dalam belajar


Siswa memiliki aspek sikap yang baik

selama proses belajar penjaskes.


17 Guru menyampaikan aspek nilai-nilai

belajar dalam materi penjaskes


18 Guru memberi contoh aspek nilai belajar

yang baik
19 Guru melakukan pendekatan kepada

masing –masing siswa


20 Guru membantu siswa dalam

menyesuaikan diri
21 Siswa terbantu dengan aspek pendekatan
yang dilakukan oleh guru.

Peran Orangtua

1 Orangtua bersikap terbuka terhadap

anak-anaknya
2 Orangtua menerima setiap pendapat

anaknya
3 Orangtua tidak memaksa keinginannya

kepada anak
4 Orangtua memiliki kekuasaan terhadap

keputusan-keputusan penting dalam

keluarga.
5 Orangtua mengajak anak bersosialisasi

dengan dunia luar dan masyarakat


6 Orangtua mendorong anak bersosialisasi

dengan banyak orang


7 Orangtua menerima dengan terbuka

kunjungan oranglain ke rumah


8 Orangtua menjamin rasa aman bagi

semua anggota keluarga


9 Orangtua menanamkan sikap baik dan

bertanggung jawab untuk menghindari

tekanan dari perbuatan yang salah


10 Orangtua mendengarkan permasalahan

yang sedang dihadapi anak dan

memberikan nasehat agar anak memiliki

rasa aman.
11 Orangtua menilai dari setiap sisi

kesalahan yang dilakukan anak


12 Orangtua memberikan rasa aman untuk

anak-anaknya
13 Orangtua memperhatikan keselamatan

anaknya saat diluar rumah


14 Orangtua menjaga anak dari segala

tekanan yang datang dari dari luar.


15 orangtua mengetahui saat anak mendapat

tekana dan ancaman dari luar


16 Orangtua menjadi penengah di antara

anak saat terjadi perselisihan


17 Orangtua berlaku adil dalam menangani

perselisihan anak
19 Orangtua bersikap bijaksana dalam

menentukan hukuman kepada anak


20 Orangtua memberikan nasehat yang baik

kepada anak untuk menghidari

perselisihan.
21 Orangtua mendidik anak dengan sikap

rasional
22 Orangtua mencontohkan kepada anak

tentang cara bersikap rasional


23 Orangtua memotivasi anak untuk berfikir

rasional
24 Orangtua memiliki alas an yang dapat

diterima saat mengajarkan anak untuk

berfiir rasional
25 Anak merasakan manfaat dalam belajar
dari hasil berfikir rasional yang diajarkan

orangtua.

Motivasi belajar

1 Saya bergembira mengikuti pelajaran

penjaskes
2 Saya menunggu waktu belajar penjaskes
3 Saya mengikuti proses belajar penjaskes

dari awal hingga selesai


4 Saya merasa gembira saat mencoba hal-

hal baru dalam pelajaran penjaskes


5 Saya bergembira menerima perintah dari

guru penjaskes
6 Saya mengikuti semua materi belajar

penjaskes
7 Saya melakukan tindakan sendiri untuk

berlatih dalam pelajaran penjaskes


8 Saya menyukai pelajaran praktik dalam

penjaskes
9 Saya memperagakan gerakan-gerakan

tertentu dalam pelajarn penjaskes


10 Saya focus memperhatikan guru saat

mencotohkan salah satu gerakan dalam

pelajaran penjaskes.
11 Saya mencari sumber lain untuk melihat

praktik langsung dari pelajaran

penjaskes.
12 Saya mudah menerima pelajaran yang
dicontohkan secara langsung.
13 Saya berlatih dan mengulangi setiap

gerakan yang disampaikan oleh guru.


14 Saya menyukai pelajaran penjaskes

untuk mendorong minat yang saya

miliki
15 Penjaskes dapat menjadi perantara dalam

meningkatkan prestasi yang saya miliki


16 Saya rajin berlatih untuk meningkatkan

bakat yang saya miliki


17 Saya memiliki pengetahuan yang cukup

baik untuk menunjang prestasi olahraga

saya dengan pelajaran pesnjaskes.


18 Pelajaran penjaskes dapat meningkatkan

keterampilan saya
29 Dengan banyak berlatih saya dapat

meningkatkan keterampilan olahraga

saya
20 Saya menjadi paham hal-hal yang

menjadi kesulitan saya dalam

meningkatkan keterampilan
21 Saya merasa terbant u untuk

meningkatkan keterampilan yang saya

miliki dengan pengarahan dari guru

penjaskes.
22 Saya mengikuti perkumpulan olahraga
23 Saya menjadi anggota dari perkumpulan

olahraga
24 Saya menempatkan diri dengan baik

dalam bergaul dengan oranglain


25 Saya menghargai setiap pendapat yang

disampaikan oleh oranglain


26 Saya termotivasi memiliki hubungan

yang baik dengan oranglain


27 Saya termotivasi untuk meningkatkan

keterampilan yang saya miliki dengan

menjalin sebanyak-banyaknya

pertemanan.
28 Saya memperhatiak motivasi oranglain

dalam belajar penjaskes


29 Saya mencontoh hal baik dari orang atau

kelompok lain
30 Saya mengaplikasikan hal-hal yang saya

dapat dari oranglain untuk meningkatkan

prestasi saya.
31 Saya memperbaiki kesalahan yang saya

lakukan dengan melihat perilaku

oranglain.
32 Saya menampilkan kemampuan terbaik

saya saat bergabung dengan kelompok

lain.
33 Saya memperhatikan hal-hal penting

yang dilakukan oranglain saat berlatih


34 Saya bersikap terbuka terhadap

kelompok lain
35 Saya menerima pendapat oranglain untuk
meningkatkan prestasi saya
36 Saya merasakan manfaat yang baik

dengan tergabung dalam komunitas

olahraga
37 Saya melakukan diskusi dengan banyak

orang.
38 Saya senang saat dipuji
39 Saya merasa termotivasi saat mendapat

pujian dari oranglain


40 Pujian yang ditujukan kepada saya dapat

meningkatkan prestasi saya


41 Saat mendapat pujian saya merasa bahwa

saya harus menampilkan yang lebih baik

lagi
42 Saya menjadikan pujian sebagai salah

satu kesempatan saya untuk menjadi

lebih baik lagi.


43 Saya menjadikan prestasi belajar sebagai

status yang saya inginkan


44 Saya merasa memiliki status yang

membanggakan saat mampu melakukan

hal terbaik saya


45 Saya ingin memiliki status yang baik di

depan guru
46 Saya termotivasi mendapatkan status

siswa terbaik di sekolah


47 Saya menyukai persaingan
48 Saya memandang sebuah persaingan

adalah salah satu cara meningkatkan


segala kemampuan terbaik saya
49 Saya bersemangat bersaing dengan

teman-teman
50 Saya dapat melihat kelemahan lawan

melalui sebuah persaingan.

Anda mungkin juga menyukai