Anda di halaman 1dari 64

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER

(NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA


PELAJARAN PPKn DIKELAS VIII. 3 SMP NEGERI 12 KOTA JAMBI

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH:

OLEH

CINDY CLODIA REZEKI BR. S

A1A319045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2023
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER
(NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN PPKn DIKELAS VIII. 3 SMP NEGERI 12 KOTA JAMBI

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Jambi


untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan
Program Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

OLEH:

Oleh

Cindy Clodia Rezeki Br. S

A1A319045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2023

2
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal skripsi yang berjudul Penerapan model pembelajaran

numbered head together (nht) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran PPKn di kelas VIII. 3 SMP Negeri 12 Kota Jambi: Skripsi Program

Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, yang disusun Oleh Cindy

Clodia Rezeki Br.S, Nomor Induk Mahasiswa A1A319045 telah diperiksa dan

disetujui untuk diuji.

Jambi, Maret 2023

Pembimbing I

Drs. M Salam, M.Si

NIP.195907111985031002

Jambi, Maret 2023

Pembimbing II

Sundari Utami, S.Pd.,M.Sc.

NIP.199206272022032014

ii
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Cindy Clodia Rezeki Br. S

Nim : A1A319045

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini benar-

benar karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan dari penelitian pihak lain.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini

merupakan jiplakan atau plagiat, saya besedia menerima sanksi dicabut gelar dan

ditarik ijazah.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanggung

jawab.

Jambi, Maret 2023


Yang Membuat Penyataan

Cindy Clodia Rezeki Br. S


A1A319045

iii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

dengan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi

yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PPKn Di Kelas

VIII. 3 SMP Negeri 12 Kota Jambi” Proposal ini merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan.

Penyusunan proposal skripsi ini tidak akan selesai tanpa ada bantuan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada Drs. M Salam, M.Si selaku dosen pembimbing

I dan Sundari Utami, S.Pd.,M.Sc. selaku dosen pembimbing II, dengan segala

kesabaran, keikhlasan, yang telah membimbing dan memotivasi penulis.

Terimakasih atas segala arahan dan bimbingannya selama penyusunan proposal

skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikannya.

Secara khusus kepada ayahanda Anda Sarwono Simanungkalit dan

ibunda Sontariani Br. Hombing yang tiada henti mendoakan dan memberikan

perhatian serta dukungan yang luar biasa kepada penulis untuk merahi cita-cita

dan kesuksesan.

Penulis menyadari proposal ini tidak luput dari berbagai kekurangan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan dan

kesempurnaan proposal skripsi ini. Semoga proposal skripsi ini dapat memberikan

iv
manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan di lapangan serta bisa

dikembengkan lebih lanjut.

Jambi, Maret 2023

Cindy Clodia Rezeki Br.S

v
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................ii

PERNYATAAN .................................................................................................iii

KATA PENGANTAR .......................................................................................iv

DAFTAR ISI ......................................................................................................vi

DAFTAR TABEL .............................................................................................viii

DAFTAR BAGAN ............................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .....................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................................8

BAB II KAJIAN TEORITIK

2.1 Hasil Belajar ..................................................................................................10

2.1.1 Pengertian hasil belajar......................................................................10


2.1.2 Tujuan Hasil Belajar..........................................................................11
2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar........................................12
2.1.4 Klasifikasi Hasil Belajar....................................................................15
2.1.5 Indikator Hasil Belajar.......................................................................18

2.2 Model Pembelajaran Kooperatif....................................................................19

2.2.1 Model Pembelajaran.............................................................................19

2.2.2 Pembelajaran Kooperatif......................................................................20

vi
2.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT..................................................21
2.3.1 Pengertian NHT....................................................................................21
2.3.2 Langkah-Langkah NHT........................................................................23
2.3.3 Kelebihan dan Kelemahan NHT...........................................................26
2.4 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)....................................27
2.4.1 Pengertian Mata Pelajaran PPKn..........................................................27
2.4.2 Tujuan Mata Pelajaran PPKn................................................................29

2.5 Penerapan Model NHT untuk Meningkatkan Hasil Belajar .........................30

2.6 Penelitian Relevan.........................................................................................30

2.7 Kerangka Pikir...............................................................................................32

2.8 Hipotesis Tindakan........................................................................................36

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian........................................................................37

3.2 Subjek Penelitian...........................................................................................38

3.3 Data dan Sumber Data...................................................................................38

3.4 Teknik Pengumpulan Data.............................................................................39

3.5 Teknik Analisis Data......................................................................................43

3.6 Indikator Capaian Penelitian..........................................................................46

3.8 Prosedur Penelitian........................................................................................47

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................52

vii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Daftar Nilai Ulangan Harian..................................................................5

2.1 Sintaks Pembelajaran NHT..................................................................25

3.1 Waktu Penelitian..................................................................................37

3.2 Format Observasi Aktivitas Guru.......................................................40

3.3 Kriteria Hasil Belajar Siswa.................................................................44

3.4 Kriteria Tafsiran Presentase.................................................................45

viii
DAFTAR GAMBAR

Bagan Halaman

3.1 Desain PTK Model Kurt Lewin.....................................................................47

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu negara didunia yang sedang mengembangkan

sistem pendidikan supaya menuju lebih baik yang mampu melahirkan sumber

daya masusia yang berkualitas, sebagai upaya untuk memperkokoh kesatuan

negera republik Indonesia yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan

menembangkan potensi setiap warga negara.

PadaiBab II pesal 34 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yangiimenyatakan “Pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa,iibertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlakiimulia,iisehat,iiberilmu,iicakap,iikreatif,iimandiri,iidaniimenjadi warga

negara yang demokratisiiserta bertanggungjawab.”

Pada perkembangan globalisasi saat ini,isetiap individu dituntut agar dapat

bersaing dengan perkembangan zaman yang semakin cangih dan maju. Hal ini,

didukung oleh pendidikan yang memadahi agar tercipta sumber daya manusia

(SDM) yang terampil dan mempunyai kemampuan untuk menyikapi

permasalahan dan tantangan zaman. Oleh karena itu, perlu pengembangan sistem

pendidikan yang selaras dan terpadu sesuai dengan orientasiiidan

kebutuhaniipembangunan.iiDengan hal ini, sejalan dengan visi pendidikan

1
nasional khususnya memandang sistem pendidikan sebagai satu kesatuan dan

berwibawa untuk memberdayakan warga negara Indonesia akan menjadi makhluk

yang terampil dapat mampu menghadapi tantangan dan proaktif menjawab

tantangan pada perkembangan zaman yang selalu berubah.

Sejalan dengan hal tersebut mata pelajaran PPKn dirancang agar setiap

individu menjadi warga negara Indonesia yang baik yang memiliki kecerdasan

intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual dan rasa tanggung jawab yang

tinggi. Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan merupakan pendidikan

berkarakter sebagai upaya untuk memperkuat karakter siswa, sehingga menjadi

warga negara Indonesia yang baik yang akan mengahasilkan sumber daya

manusia berkualitas bukan hanya ilmu pengetahuannya saja melainkan karakter

yang baik bermoral dan beretika yang akan mencerminkan sebuah negara yang

baik Hanidda dkk (2020:55). Diharapkan melalui pembelajaran pendidikan

pancasila dan kewarganegaraan mulai disekolah dasar sampai perguruan tinggi

mampu membentuk peserta didik mempunyai jiwa dan karakter yang baik bagi

bangsa dan negara.

Mata pelajaran PPKn yang sudah ditempuh selama sekolah dasar sampai

perguruan tinggi merupakan proses belajar yang dialami setiap peserta didik.

Proses belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan

dan pemahaman, keterampilan dan sikap. Dalam proses belajar terjadi suatu

bentuk interaksi yang dilakukan antara pendidik atau guru dan peserta didik atau

siswa, dalam proses belajar mengajar ini melibatkan adanya pola interaksi antara

siswa dan guru untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan hasil

pembelajaran yang maksimal. Dalam pembelajaran PPKn, hasil belajar siswa

2
menjadi perhatian khusus karena apabila siswa berminat dan aktif mengikuti

pembelajaran maka siswa dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri

mereka. Oleh karena itu, siswa harus memiliki minat belajar yang tinggi dikarena

besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil pembelajaran.

Adanya peran guru dalam pembelajaran saat ini masih ada yang bersifat

konvensional yaitu masih berpusat pada guru yang dikemukakan oleh Toha

(2022:2). Sistem konvesional yang masih sering dilakukan pada saat pembelajaran

belum mampu mengkaitkan materi dengan kehidupan nyata, dikarenakan

pembelajaran konvesional ini menuntut siswa memiliki kemampuan untuk

menghapal bukan berpikir kritis,ikreatif,idan analitis semakiniimenimbulkan sikap

apatisiipada siswa yang menganggap enteng dan kurang menarik pembelajaran.

Sehingga, saat anak lulus dari sekolah mereka hanya dapat belajar secara teori,

namun miskiniisecara aplikasi.

Oleh sebab itu, pentingnya bagi guru untuk mengembangkan potensi dan

inovasi dalam penerapan model pembelajaran yang sesuai pada karakteristik

materi dan siswa.iiSalah satunya, model pembelajaran yang melibatkan

siswa/siswi adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah

strategi pembelajaran dimana siswa tergabung dalam kelompok kecil yang

berbeda pada tingkat kemampuannya.iiSetelah menyelesaikan tugas kelompok,

setiap siswa/siswi dalam kelompok harus berkerja sama dan saling membantu

menafsirkan topik.

Realita saat ini, kebanyakan guru hanya terfokus pada penyampaian teori-

teori dengan menggunakan media pembelajaran berupa LKS dan papan tulis yang

3
materi-materi pembelajaran tersebut disampaikan secara konvensional.iiHal

demikian membuat suasana belajar cenderung membosankan. Padahal guru adalah

bagian faktor penting dalam kegiatan pendidikan, di mana keberhasilan suatu

pembelajaran juga terletak bagaimana guru tersebut merancang materi

pembelajaran yang disampaikan.

Model pembelajaran adalah suatu bentuk pembelajaran untuk menciptakan

situasi belajar didasarkan pada teori-teori dan cara mengorganisasikan

pembelajaran digunakan dalam Sudana (2013:7). Salah satunya, model

pembelajaran yang alternatif adalah model Numbered Head Together

(NHT).iModel ini adalah model umum perilaku belajar yang ditujukan

tercapainya tujuan belajar yang diinginkan dan meningkatkan hasil belajar.

Ungkapan senada juga disampaikan oleh Nurwadani dkk (2022:28) bahwa hasil

belajar siswa/siswi adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melakukan

kegiatan belajar. Kegiatan belajar siswa dapat saling berinteraksi dapat

memperoleh sesuatu pemahaman dan pengetahuan sehingga dapat terjadi

perubahan perilaku.

Berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti dilakukan pada seluruh

kelas VIII yaitu pada kelas VIII.1 sampai VIII.8 SMP Negeri 12 Kota Jambi

terdapat permasalahan hasil belajar yang masih dimiliki siswa/siswi. Namun dari

keseluruhan kelas VIII yang peneliti amati dari nilai ulangan harian, hasil belajar

siswa/siswiiibanyak yang belum mencapai KKM yaitu di kelas VIII.3 sehingga

peneliti tertarik untuk melakukan perbaikan pada pembelajaran dikelas dengan

mengaplikasikan model pembelajaraniiNumbered Head Together (NHT).

4
Prosesiipembelajaran pada kelas VIII. 3 di SMP Negeri 12 Kota Jambi

terdapat permasalahan dimana para siswa banyak ngobrol dan tidak terlibat secara

aktif pada waktu mengikuti pembelajaran, selain itu siswa masih kurang

memperhatikan guru saat menjelaskan makanya hal ini menyebabkan kurangnya

pemahaman yang diperoleh siswa/siswi. Selama ini pembelajaran dilakukan oleh

guru menuntutiisiswaiiuntukiimemperhatikan dan mendengarkan saja materi yang

disampaikan denganiceramah. Hal ini tentunya menimbulkaniirasa bosan terhadap

siswa dan mengakibatkan siswa mengobrol dengan temannya,iilalu pada saat guru

memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang telah dijelaskan

siswa/siswi memberikan jawaban yang berbeda bahkan diam dan tidak bisa

menjawab pertanyaan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru PPKn yaitu Ibu

Yanti Yunita, S.Pd mengatakan bahwa pembelajaran PPKn masih menekankan

pada konsep-konsep yang ada pada buku cetak, Lks dan masih menggunakan

metode ceramah yang divariasikan dengan menggunakan infokus sebagai media

pembelajarannya. Hal tersebut tentunya menjadi masalah yang masih banyak

ditemukan pada siswa/siswi, sehingga hasil belajar siswa/siswi masih banyak

yang belum mancapaiinilaiipadaiKKM diisekolah.

TABEL 1.1 Daftar Nilai Ulangan Harian Semester Genap Tahun 2023

Siswa Kelas VIII. 3 SMP Negeri 12 Kota Jambi

NO Rentang Nilai Jumlah Tuntas Tidak

Siswa Tuntas

1 90-100 3

5
2 80-89

3 70-79 7

4 60-69 32 13

5 50-59 7

6 40-49 2

Jumlah 10 22

Presentase 31,25% 68,75%

Sumber: Guru Mata Pelajaran PPKn pada Kelas VIII

Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa hasil belajar siswa/siswi masih

banyak yang belum mencapai nilai kriteria ketentuan maksimal (KKM), dengan

KKM pada mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dikelas

VIII. 3 SMP Negerii12 KotaiJambi adalah 75.iDimana terdapat 68,75% atau 22

siswa hasil belajarnya belum mencapai KKMiisedangkan 31,25% atau 10 siswa

hasil belajarnya sudah mencapai KKM. Jadi, dapat disimpulkan tingkat ketuntasan

hasil belajar siswa kelas VIII.3 masih rendah. Jika nilai yang diperoleh siswa

kurang dari 75 maka dinyatakan belum tuntas dan akan diadakan remedia untuk

memenuhi dan mencapai KKM. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang dipilih

peneliti serta dianggap efektif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran PPKn di kelas VIII.3 melalui model pembelajaran numbered head

together (nht).

Menurut (Azizah 2017:2) pada model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) merupakan proses yang disusun untuk

6
mempengaruhi pada pola interaksi siswa/siswi yang bertujuan meningkatkan

penguasaan akademik sehingga hasil belajar diperoleh lebih meningkat. Model

ini, memberikanikesempatan kepada setiap siswa/siswi didalam kelompok untuk

saling berkerjasama guna memberikan pemahaman dan pengetahuannya agar

setiap siswa/siswi terlibat secara aktif dalam kelompok.

Pada model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dilakukan

dengan menunjuk seorang siswa sebagai perwakilan kelompoknya dengan cara

acak, sehingga siswa yang terpilih secara acak tersebut dapat mempersiapkan diri

sebelum mempresentasikan hasil kelompoknya, hal ini dapat melatih dan

meningkatkan tanggung jawab pada setiap siswa melalui diskusi kelompok

dikemukakan oleh Kurniasih dan Sani (Azizah 2017:2). Dengan adanya kesiapan

dalam diri siswa maka keaktifan dalam diskusi kelompok akan terlaksana dan

hasil belajar mengalami peningkatan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered

Head Together (NHT) untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata

Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Di kelas

VIII. 3 SMP Negeri 12 Kota Jambi”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, untuk mempermudah

pemahaman dalam pembahasan permasalahan yang akan diteliti, maka rumusan

masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Apakah penerapan model

pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatakan hasil belajar

7
siswa pada pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaaraan di kelas

VIII. 3 SMP Negeri 12 Kota Jambi?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk

mengerahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII. 3 SMP Negeri 12 Kota

Jambi dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together

(NHT).

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan PTK di atas, maka hasil PTK ini diharapkan dapat

bermanfaat bagi:

1. Manfaat Teoritis

a) Secara teoritis, diharapkan penelitian ini dapat menemukan teori atau

pengetahuan baru tentang upayaiimeningkatkan hasil belajar siswa/siswi pada

mata pelajaran PPKn melalui model pembelajaran Numbered Head Together

(NHT).

b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pemikiran bagi siswa

serta menambah wawasan siswa/siswi terhadap model pembelajaran pada

Numbered Head Together (NHT).

c) Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan sebagai bahan ajar

pada pembelajaran PPKn khusunya dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Manfaat Praktis

8
a) Bagi siswa

Diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

melaui model pembelajaran Numbered Head Together (NHT).

b) Bagi sekolah

Diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran tentang model

pembelajaran Numbered Head Togethe (NHT).

c) Bagi peneliti

Diharapkan dapat menambah wawasan dan termasuk ilmu mengenai upaya

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn melalui model

pembelajaran Numbered Head Together (NHT).

9
BAB II

KAJIAN TEORETIK

2.1 Hasil Belajar

2.1.1 Pengertian Hasil Belajar

Keberhasilan seseorang didalam mengikuti proses pembelajaran pada satu

jenjang pendidikan tertentu dapat dilihat dari hasil belajar. Hasil belajar diperoleh

peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar. Sejalan dengan pendapat

Rusman (2012:67) hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa

yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemudia juga sejalan

dengan pendapat Afandi (2013:6) hasil belajar merupakan proses perubahan

kemampuan intelektual (kognitif),ikemampuan minat ataupun emosi (afektif) dan

kemampuan motorik halus dan kasar (psikomotor) pada peserta didik dalam

proses pembelajaran khususnya dalam satuan pendidikan dasar diharapakan sesuai

dengan tahap perkembangannya yaitu pada tahap operasional kognitif.

Adapun hasil belajar pada siswa/siswi menurut Slameto (2012:6) yang

menggolongkan ke dalam tiga ranah yang perlu diperhatikan dalam setiap proses

belajar mengajar yaituiikognitif,iefektif,iidanipsikomotorik. Ranah kognitif

mancakup hasil belajar yang berhubungan denganiingatan, pengetahuan, dan

kemampuan intelektual. Ranah efektif mencakup hasil belajar yang berhubungan

denganisikap, nilai-nilai, perasaan, dan minat. Ranah psikomotorik mencakup

hasil belajar yang berkaitan dengan keterampilan fisik atau gerak ditunjang oleh

kemampuan psikis. Kompetensi mencangkup tiga ranah yang harus dikuasai oleh

10
siswa yang dikembangkan selama proses pembelajaran sehingga hasil

pembalajaran lebih menyeluruh dan utuh.

Menurut Sudjana (Marhadi 2014:74) hasil belajar merupakan kemampuan

yang dimiliki siswa/siswi setelah menerima pengalaman belajarnya. Sejalan

dengan pendapat Rahmawati (2016:26) bahwa hasil belajar merupakanipola-pola

perbuatan,iinilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan

keterampilan. Hasil belajar berperan penting dalam proses pembelajaran sebagai

tolak ukur untuk mengetahui seberapa jauh perubahan pada diri siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya yang dapat diukur dalam bentuk pengetahuan,

sikap, dan keterampilan.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah pencapaian yang dilakukan peserta didik untuk memperolah perubahan

pada aspek kognitif (kemampuan hafalan, pemahaman, penerapan, analisis,

sintesis, dan evaluasi), aspek afektif (penerimaan, partisipasi, penilaian,

organisasi, dan karakterisasi) dan aspek psikomotorik (persepsi, kesiapan, gerakan

terbimbing, gerrakan terbiasa, gerakan kompleks dan kreativititasi). Oleh karena

itu, penialian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil belajar

yang telah dicapai oleh siswa sesuai kriteria tertentu.

2.1.2 Tujuan Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar oleh peserta didik bertujuan untuk mengevaluasi

proses belajar . Sejalan dengan pendapat Hamalik (Afandi et al. 2013:5) tujuan

belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa/siswi telah

11
melakukan perbuatan belajar,iyangiumumnya meliputi pengetahuan, keterampilan

dan sikap-sikap yang baru, yang diperlukan dapat dicapai oleh siswa/siswi.

Hal penting menurut Bloom (Afandi et al. 2013:7) tujuan hasil belajar

dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu :

a. Ranah kognitif yang terdiri dari enam tingkatan, artinya:iipengetahuan,

pemahaman, penerapan, analisa, sintesis, penilaian.

b. Ranah afektif yang terdiri dari lima tingkatan, artinya:iipenerimaan,

penanggapan, penilaian, pengelolaan, bermuatan nila.

c. Ranah psikomotor terdiri dari lima tingkatan, artinya:iimenirukan, manipulasi,

keseksamaan, artikulasi, naturalisasi.

Sesuai dengan uraian diatas, dapat peneliti simpulkan tujuan pembelajaran

adalah perolehan hasil belajar peserta didik untuk melatih dan mengasah

kemampuan berpikir, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya

secara lebih mandiri. Oleh karena itu, tujuan hasil belajar juga dapat dipandang

sebagai perubahan-perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih baik dan untuk

memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih meningkatkan hasil belajarnya.

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Keberhasilan dalam belajar seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor

yang mempengaruhi hasil belajar. Menurut pendapat Slameto (Sukhesti 2013:17–

20) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang

belajar,isedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar individu. 

12
1) Faktor internal meliputi :

a. Faktor jasmaniah, terdiri dari faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh.

1. Faktor kesehatan, sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta

bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal

sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.iProses belajar

seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu

juga ia buat cepat lelah, kurang bersemangat.

2. Cacat tubuh, adalah sesuatu yang membawa dampak kurang baik atau

kurang sempurna terhadap tubuh/badan.

b. Faktor psikologis, terdiri dari; inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,

kematangan, dan kesiapan. 

1. Intelegensi, artinya kecakapan yang mencakup tiga jenis yaitu kecakapan

untuk menghadapai dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan

cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak

secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

2. Perhatian, artinya keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata

tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat

menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa/siswi perlunya perhatian

terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi

perhatian siswa/siswi, maka timbulah kebosanan, akibatnya siswa/siswi

tidak lagi suka belajar.

3. Minat, adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa kegiatan. Dengan hal ini, minat besar berpengaruh

terhadap belajar bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat

13
siswa, siswa/siswi tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak

ada daya tarik baginya.

4. Bakat, adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan

terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesuai belajar dan berlatih. Jadi

jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang

dipelajari siswa/siswi sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih

baik karna siswa/siswi senang belajar dan pastilah selanjutnya menjadi lebih

giat lagi dalam belajarnya itu.

5. Motif, sangat hubungan dengan tujuan yang akan dicapai.Dalam

menentukan tujuan itu mampu disadari atau tidak, namun untuk mencapai

tujuan itu perlu berbuat, sementara itu yang menjadi penyebab berbuat

adalah motif yang berperan sebagai daya penggerak/pendorong.

6. Kematangan, diartikan bahwa fase dala pertumbuhan seseorang, yang mana

alat-alat tubuhnya telah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Dengan

hal ini, diperlukan latihan-latihan dan pelajaran secara konstan agar

memperoleh suatu kematangan pada seseorang.

7. Kesiapan, diartikan ketersediaan memberikan responsif atau bereaksi.

Timbulnya kesediaan pada diri seseorang dan berkaitan dengan kematangan,

dikarenakan arti kematangan adalah kesiapan untuk melaksanakan

kecakapan. Dalam hal ini, kesiapan perlu diperhatikan dalam proses belajar,

sehingga mendapatkan hasil belajarnya akan lebih meningkat.

c. Faktor kelelahan, berbagai faktor kelelahan termasuk kelelahan jasmani

maupun kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya

tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh akibat kelelahan.

14
Sementara itu, kelelahan rohani dapat dirasakan dengan adanya kelesuan dan

kebosanan, maka minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

2) Faktor eksternal meliputi :

a. Faktor keluarga, mencakup cara orang tua mendidik, relasi antar

anggotaiikeluarga, suasanaiirumah, keadaaniiekonomiiikeluarga, pengertian

orang tua, dan latar belakangiikebudayaan. 

b. Faktor sekolah, yang terdiri dari metode mengajar, kurikulum, displin sekolah,

hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, alat pelajaran,

waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode pada

belajar dan tugas rumah.

c. Faktor masyarakat, kegiatan berhubungan dengan siswa dalam masyarakat,

media massa atau pers, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyakarat

disekitar siswa/siswi juga berpengaruh terhadap belajar siswa/siswi.

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

dipengaruhi pada faktor internal yang diartikan dalam diri siswa/siswi dan faktor

ekternal diartikan dalam luar diri siswa/siswi. Faktor ini, sangat berpengaruh pada

pencapaian hasil belajar siswa/siswi dan dapat mendukung terealisasi dalam

kegiatan proses pembelajaran, sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran.

2.1.4 Klasifikasi Hasil Belajar

Berdasarkan klasifikasi hasil belajar dari Bloom (Rahmawati 2016:40)

yang secara umum dikelompokkan menjadi tiga ranah, antara lain sebagai

berikut:

1. Pengetahuan (Kognitif)

15
Domain kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau

prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan-kemampuan intelektual, seperti

mengaplikasikan prinsip atau konsep, menganalisis, mensintesis, dan

mengevaluasi. Sebagian besar tujuan-tujuan instruksional berada dalam domain

kognitif. Pada ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari

yang tingkatan rendah sampai tinggi, yakni: pengetahuan/ingatanii(knowledge),

pemahamanii(comprehension),iiipenerapaniii(aplication), analisis (analysis),

sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation).

Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh Slameto

(2012: 55) dikategorikan lebih rinci ke dalam enam jenjang kemampuan, yaitu:

a. Hafalan (C1), jenjangi hafalani meliputii kemampuani menyatakani

kembali fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang telah dipelajarinya.

b. Pemahaman (C2), jenjang pemahaman meliputi kemampuan

menangkap arti dari informasi yang diterima, misalnya dapat

menafsirkan bagan, diagram atau grafik.

c. Penerapan (C3), yang termasuk jenjang penerapan adalah kemampuan

menggunakan prinsip, aturan, metode yang dipelajarinya pada situasi

baru atau situasi konkrit.

d. Analisis (C4), jenjang analisis meliputi kemampuan menguraikan

suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponennya

sehingga struktur informasi serta hubungan antar komponen informasi

tersebut menjadi jelas.

e. Sintesis (C5), yang termasuk jenjang sintesis ialah kemampuan untuk

mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu

16
keseluruhan yang terpadu. Termasuk di dalamnya kemampuan

merencanakan eksperimen, menyusun cara baru untuk

mengklasifikasikan obyek-obyek, peristiwa dan informasi lainnya.

f. Evaluasi (C6), Kemampuan pada jenjang evaluasi ialah kemampuan

untuk mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjan,

berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan.

2. Sikap (Afektif)

Domain afektif mencakup pemilikan minat, sikap, dan nilai yang

ditanamkan dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar proses berhubungan

dengan sikap dan nilai, berorientasi pada penguasaan dan pemilikan kecakapan

proses atau metode. Ciri-ciri hasil belajar ini akan tampak pada peserta didik

dalam berbagai tingkah laku misalnya perhatian terhadap pelajaran, kedisiplinan,

motivasi belajar, rasa hormat kepada guru dan sebagainya. Ranah afektif dirinci

menjadi lima jenjang, yakni perhatian, tanggapan, penilaian, pengorganisasian,

dan karakterisasi terhadap suatu atau beberapa nilai. Untuk menilai hasil belajar

dapat digunakan instrumen evaluasi yang bersifat non tes, misalnya kuesioner dan

observasi.

3. Keterampilan (Psikomotor)

Pada hasil belajar ini merupakan ranah yang berkatian dengan

keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima

pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor merupakan kelanjutan dari

hasil belajar kognitif dan afektif, akan tampak setelah siswa menunjukkan

perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung pada

17
kedua ranah tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Ranah ini diklasifikasikan

kedalam tujuh kategori yakni persepsiii(perception), kesiapanii(set), gerakan

terbimbingii(quided response), gerakan terbiasai(mechanism), gerakan kompleks

(complex response), penyesuaianipolaigerakan (adaptation), kreatifitas/keaslian

(creativity/origination).

Menurut pendapat Sudjana ( 2012:10) perbedaan hasil belajar di kalangan

para siswa/siswi disebabkan olehidua faktor yakni faktor pertama, yaitu dari

dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya dan faktor terakhir, yaitu

datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Hasil belajar tampak sebagai

terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang diamati dan diukur dalam

bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan ini diartikan

terjadinya pengembangan dan peningkatan yang lebih baik dibandingkan dengan

sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi

sopan, dan sebagainya.

2.1.5 Indikator Hasil Belajar

Pencapaian hasil belajar merupakan prestasi yang dicapai oleh peserta

didik dalam proses belajar mengajar. Untuk mengetahui pencapaian hasil belajar

tersebut terdapat beberapa indikator yang menjadi tolak ukur bahwa proses

belajar mengajar tersebut dianggap berhasil atau tidak.

Menurut Mardiana (2018:19) tolak ukur dalam penilaian hasil belajar

dapat berupa angka, huruf, dan symbol. Alat yang digunakan untuk mengukur

hasil belajar melalui evaluasi dan tes. Evaluasi menyangkut pemeriksaan

ketercapaian tujuan yang ditetapkan. Penilaian hasil belajar bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran sudah tercapai.

18
2.2 Model Pembelajaran Kooperatif

2.2.1 Model Pembelajaran

Secara umum model dimaknai sebagai pedoman atau acuan dalam

melakukan suatu kegiatan yang di pakai untuk menirukan, menunjukkan,

menjelaskan, memperkirakan atau memperkenalkan sesuatu. Hal tersebut seperti

yang diungkapkan oleh Tibahary dan Muliana (2018:55) mengatakan bahwa

model adalah representasi suatu proses dalam bentuk grafis, dan/atau naratif,

dengan menunjukkan unsur-unsur utama serta strukturnya. Dalam pembelajaran,

model merupakan bentuk umum sebagai pedoman untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Ungkapan senada juga disampaikan Syaiful (2018:26) bahwa

model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk

mencapai tujuan belajar dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang

pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar

mengajar. Menurut Indrawati (Tibahary and Muliana 2018:56) model

pembelajaran merupakan suatu rencana mengajar yang memperlihatkan pola

pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru dan

peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan yang

menyebabkan terjadinya belajar pada peserta didik.

Berdasarkan uraian para ahli di atas tentang model pembelajaran, dapat di

simpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pedoman yang digunakan

guru sebagai aktivitas peserta didik dengan prosedur sistematis sehingga mencapai

tujuan pembelajaran.

19
2.2.2 Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif marupakan proses belajar yang melibatkan siswa

untuk bekerja sama sehingga mencapai tujuan pembelajaran. Sesuai dengan

pendapat Wahyuni (2018:59) bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi

pembelajaran dengan cara menempatkan siswa dalam kelompok kecil yang

memiliki kemampuan berbeda. Model pembelajaran kooperatif ialah siswa

bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-5 orang secara

kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih giat dalam belajar untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam menyelesaikan tugas

kelompoknya Sulistio (2021:10). Dalam pemilihan kelompok peserta didik akan

dipilih secara heterogen berdasarkan kemampuan peserta didik agar tiap-tiap

kelompok seimbang berdasarkan kemampuannya.

Menurut Kessler (Tibahary 2018:59) pembelajaran kooperatif adalah

aktifitas belajar kelompok yang teratur sehingga ketergantungan pembelajaran

pada struktur sosial pertukaran informasi antara anggota dalam kelompok dan tiap

anggota bertanggungjawab untuk kelompoknya dan dirinya sendiri dan dimotivasi

untuk meningkatkan pembelajar lainnya.

Terdapat tujuh unsur pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim

(2019:14) sebagai berikut:

1) Siswa dalam kelompok harus berangapan bahwa mereka sehidup

sepenanggungan.

2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu dalam kelompoknya seperti milik

mereka sendiri.

20
3) Siswa harus melihat bahwa semua anggota kelompoknya mempunyai tujuan

yang sama.

4) Siswa harus membagi tugasnya dan tanggung jawab yang sama pada semua

anggota kelompok.

5) Siswa akan dikenalkan evaluasi atau akan diberikan hadiah atau penghargaan

yang juga akan dikembangkan untuk semua anggota kelompok.

6) Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang

ditangani dalam kelompok kooperaif.

7) Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan ketrampilan untuk

belajar bersama

Berdasarkan uraian dari para ahli tentang pembelajaran kooperatif dapat di

simpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang

melibatkan siswa secara heterogen untuk menyelesaikan masalah secara

bersamaan dengan saling berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran

bersama. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan

kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir

dalam aktivitas belajar sehingga hasil belajar peserta didik mengalami

peningkatan.

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)

2.3.1 Pengertian Numbered Head Together (NHT)

Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) mulai

dikembangkan pada tahun 1993 oleh Spenser Kagen. Model pembelajaran

Numbered Head Together melibatkan siswa menuangkan kemampuan atau ide-ide

21
didalam kelompok untuk memecahkan permasalahan. Sesuai dengan pendapat

Tabayan (2017:2) model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) atau

kepala bernomor lebih banyak melibatkan siswa untuk mempelajari materi yang

tercakup dalam pelajaran serta melibatkan seberapa besar pemahaman siswa

mengenai materi pelajaran yang sudah dijelaskan.

Menurut Trisianawati (2018:355)imodel pemebajaran kooperatif tipe NHT

dirancang untuk mengetahui pola interaksi siswa dan berbagai alternative terhadap

struktur kelas tradisional.iUngakapan senanda juga di sampaikan oleh Yenni

(Arifin 2020:12) model Numbered Head Together dapat membentuk

pembelajaran kooperatif yang mengarahkan siswa untuk bekerja sama dalam

suatu kelompok kecil untuk menuntaskan materi pelajarannya. Penerapan NHT

didalam kelompok memacu peserta didik untuk bertanggungjawab dalam

menyelesaikan permasalahan dimana masing-masing peserta didik diberikan

tanggungjawab yang sama untuk memecahkan permasalan.

Menurut Rauf dkk (2017:47) model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama merupakan

jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang utuk mempengaruhi pola interaksi

siswa/siswi dan sebagai alternatif terhadap struktur khusus yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa dengan tujuan untuk meningkatkan

penguasaan akademik. Model NHT juga dapat diartikan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang

untuk mempengaruhi pola interaksi siswa/siswi dan memiliki tujuan untuk

mempelajari materi yang telah ditentukan Sulistio (2021:53).

22
Menurut Trianto (2017:144) memberikan penjelasan bahwa ada empat fase

sebagai sintaks NHT yaitu: penomoran, pengajuan pertanyaan, berpikir bersama

dan menjawab. Sejalan dengan pendapat Lie (Arifin 2020:12) model Numbered

Heads Together (NHT) atau kepala bernomor adalah suatu tipe dari pengajaran

kooperatif pendekatan struktural yang memberikan kesempatan kepada

siswa/siswi untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban

yang paling tepat.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Numbered Head

Together (NHT) merupakan tipe pembelajaran yang mengedapankan diskusi

kelompok untuk memecahkan masalah dengan cara bertukar ide-ide dari masing-

masing anggota kelompok. Dari tiap-tiap kelompok menemukan beberapa ide atau

temuan anggota kelompok yang disimpulkan menjadi satu.

2.3.2 Langkah-Langkah Numbered Head Together (NHT)

Menurut Akhnaf dkk (2022:101) langkah-langkah Numbered Head

Together (NHT) sebagai berikut:

1) Guru menyiapkan materi pembelajaran kepada siswa.

2) Guru melakukan pre test individu kepada siswa untuk mendapatkan

skor dasar atau awal.

3) Guru menjelaskan pada siswa terkait materi yang dipelajari.

4) Guru membagi kelompok dengan jumlah anggota kelompok 4-5

siswa, setiap anggota kelompok diberi nomor di kepala masing-

masing.

23
5) Guru mengajukan soal dikusi untuk dipecahkan besama dalam

kelompok.

6) Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap

paling benar dan memastikan semua anggota kelompok memahami

jawaban tersebut.

7) Guru mengecek pemahaman siswa dengan memanggil salah satu

nomor dan setiap anggota yang memiliki nomor tersebut maju

kedapan secara bersama-sama untuk mempresentasikan hasil diskusi

secara berganti.

8) Guru memberikan post test kepada siswa secara individual.

9) Guru memberikan kesimpulan di akhir pembelajaran.

10) Di akhir pembelajaran peneliti memberikan pengarahan kepada

siswa bahwa siswa yang memperoleh nilai peringkat hasil belajar

individu yang paling tinggi dan kelompok yang paling aktif serta

nilai hasil diskusinya paling tinggi akan memperoleh hadiah.

Berdasarkan Trianto (Afandi et al. 2013:66–68) sebagai pengganti

pertanyaan langsung kepada seluruh kelas, guru menggunakan 4 langkah struktur

Number Heads Together (NHT) yaitu :

1) Langkah I (Penomoran)

Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 4 orang secara

heterogen dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 4.

2) Langkah II (Pengajuan pertanyaan)

24
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi

dan spesifik dalam bentuk kalimat tanya.

3) Langkah III (Berpikir Bersama)

Siswa menyatakan pendapat terhadap jawaban pertanyaan itu dan

meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut.

4) Langkah IV (Pemberian Jawaban)

Guru menyebut nomor tertentu kemudian siswa yang nomornya

dipanggil mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk

seluruh kelas.

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran NHT

Fase Kegiatan Guru dan Siswa

Fase 1 Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok

Fase 2 Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor

Fase 3 Guru memberikan tugas/pertanyaan pada masing-masing

kelompok untuk mengerjakannya

Fase 4 Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban

yang dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota

kelompok mengetahui jawaban tersebut

Fase 5 Guru memanggil salah satu nomor secara acak

Fase 6 Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan

jawaban dari hasil diskusi kelompok mereka

Sumber: Huda (2015:203)

25
2.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Model Numbered Head Together (NHT)

2.3.3.1 Kelebihan Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head

Together (NHT)

Menurut Suwarno (Sukhesti, 2013:35–36) penerapan pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) memiliki beberapa kelebihan

adalah sebagai berikut:

1) Terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi atau siswa secara bersama

dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

2) Siswa pandai maupun siswa lemah sama-sama memperoleh manfaat melalui

aktifitas belajar kooperatif.

3) Dengan bekerja secara kooperatif ini, memungkinkan konstruksi

pengetahuan akan menjadi lebih besar atau kemungkinan untuk siswa dapat

sampai pada kesimpulan yang diharapkan.

4) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan

ketrampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat

kepemimpinan.

Menurut kelebihan Shoimin (Afandi et al. 2013:21) model Numbered

Heads Togther (NHT):

1) Setiap murid menjadi siap.

2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

3) Murid yang pandai dapat mengajari murid yang kurang pandai.

4) Terjadi interaksi secara intens atara sisiwa dalam menjawab soal.

26
5) Tidak ada murid yang mendominasi dalam kelmopok karena ada nomor yang

membatasi.

Berdasarkan uraian dari para ahli di atas tentang kelebihan model

pembelajaran Numbered Head Together dapat disimpulakan bahwa model ini

mampu melatih siswa untuk saling bekerjasama, tangungjawab dan menghargai

pendapat orang lain, malatih siswa untuk meningkatkan keterampilan

berkomunikasi melalui diskusi kelompok.

2.3.3.2 Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head

Together (NHT)

Menurut Sudana (2013:9) model pembelajaran Numbered Head Together

memiliki beberapa kekurangan yang dihadapi yaitu sebagai berikut :

1) Siswa/siswi belum terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif Numbered

Head Together (NHT).

2) Masih terdapat siswa/siswi yang ribut didalam kelas.

3) Masih ada siswa/siswi yang ingin mewakili anggota kelompoknya didalam

menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru padahal masing-masing siswa

sudah mendapatkan nomor kepala yang berbeda.

2.4 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)

2.4.1 Pengertian Mata Pelajaran PPKn

Mata pelajaran PPKn salah satu mata pelajaran yang diajarakan mulai dari

sekolah dasar samapai perguruan tinggi. Mata pelajaran PPKn merupakan salah

satu mata pelajaran yang wajib diselenggarakan di setiap jenjang pendidikan,

sebagai pedoman dalam terampil, berkarakter, dan berbudi pekerti yang luhur

27
sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945. Sejalan dengan pendapat

Priyanto (2019:22) mata pelajaran PPKn dapat memupuk jiwa patriotik, rasa cinta

tanah air, nasionalisme, semangatiiikebangsaan, kesetiakawananiiisosial,

kesadaraniiakan sejarah perjuangan bangsa Indonesia,iidan sikap menghargai jasa

para pahlawan. Kemudian dijelaskan pada Pasal 37 Ayat 1 dan 2 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, dijelaskan bahwa:

”Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan pelajaran wajib yang

diajarkan ditingkat pendidikan dasar, menengah, danitingkat pendidikan tinggi”.

Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran

yang sebagai wadah untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai luhur,

moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan mampu

mewujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik

baik sebagai individu mampu sebagai anggota masyarakat dan mahluk ciptaan

Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berperan

penting dalam mencapai tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sehingga PPKn dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran yang ada di lembaga

sekolah.

Berdasarkan uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa mata pelajaran

PPKn merupakan mata pelajaran yang pada dasarnya telah memfokuskan pada

pembentukan diri seseorang yang beragamiidari segiiiagama, ras, bahasa, usia dan

suku bangsa yang menjadi warga cerdas, terampil, dan berkarakter.

28
2.4.2 Tujuan Mata Pelajaran PPKn

Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan merupakan salah satu mata

pelajaran yang wajib diselenggarakan di setiap jenjang pendidikan, sebagai

pedoman dalam terampil, berkarakter, dan berbudi pekerti yang luhur sesuai

dengan amanat Pancasila dan UUD 1945. Sejalan dengan pendapat Nurmalisa dan

Mentari (2020:36) pendidikan pancasila dan kewarganegaraan pada hakikatnya

adalah sebuah bentuk pendidikan untuk generasi penerus yang bertujuan agar

mereka menjadi warga negara yang berpikir tajam dan sadar mengenai hak dan

kewajibannya dalam hidup bermasyarakat dan bernegara, juga bertujuan untuk

membangun kesiapan seluruh warga negara agar menjadi warga dunia (global

society) yang cerdas. Menurut pendapat Isep (Nurmalisa dan Mentari 2020:37)

tujuan pendidikan pancasila dan kewarganegaraan adalah untuk membentuk atau

mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik.

Berdasarkan uraian diatas, dapat peneliti simpulkan bahwa pembelajaran

pendidikan pancasila dan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang pada

dasarnya telah memfokuskan pada pembentukan diri seseorang yang beragam dari

segi agama,iras,ibahasa,iusiaiidaniisuku bangsa yang menjadi warga cerdas,

terampil, daniiberkarakter. Selain itu, didalam pendidikan pancasila dan

kewarganegaraan juga dapat diartikan sebagai wadah atau bahan untuk

mengembangkan dan melestarikaniinilai luhur serta moral yang berakar pada

budaya bangsa indonesia yang dapat diharapkan serta dapat mewujudkan ke

dalam perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik sebagaiiiindividu, anggota

masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

29
2.5 Penerapan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Menurut Azizah (2017:2) pada model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) dirancang dalam mempengaruhi pola interaksi

siswa yang bertujuan dapat meningkatkan pengausaan akademikisehinggaiihasil

belajariilebihiitinggi. Dengan demikian diterapkannya model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Head Together sebagai upaya peningkatan hasil belajar

siswa agar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran yang memprioritaskan dan

memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi kepada

orang lain, mengemukakan pendapat, mendengarkaniiide dari siswa lain,iidimana

siswa berpikir secara mandiri tentang permasalahan yang diberikan oleh guru dan

saling menyumbangkan pikiran, kemudian berbagi jawaban dengan siswa dalam

kelas sehingga membuat siswa bertanggungjawab terhadap pencapaian hasil

belajar secara individu maupun kelompok.

2.6 Penelitian Relevan

Penelitian yang berkaitan dengan model pemebalajaran Numbered Head

Together (NHT) yaitu:

2.6.1 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mohamad Toha yang berjudul

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head

Together (NHT) Dengan Media Kartu Soal Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Matematika Siswa SMP.” Berdasarkan hasil penelitiannya

dapat dikemukakan bahwa hasil analisis menunjukkan terjadinya

peningkatan terhadap hasil belajar PKn siswa kelas VII 5 SMP Negeri 3

30
Kota Bengkulu. Kesimpulan yang di dapat dari penelitian tersebut

mengunakan model NHT yang mengalami peningkatan hasil belajar pada

setiap siklus yaitu siklus I diperoleh nilai rata-rata siswa/siswiii67,76

dengan persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 37,14% kemudian

meningkat pada siklus II menjadi 57,14 dengan nilai rata-rata siswa 75.

Pada siklus III kembali meningkat menjadiii83,24iidengan persentase

ketuntasan belajar klasikal sebesar 82,85%.

2.6.2 Hasil penelitian oleh Nersy Banneringgi, Anggraini, Bakri yang berjudul

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head

Together Untuk Meningkatkan Hasil Belajaar Siswa Kelas VII SMP

Kristen Bala Keselamatan Palu Pada Matero Irisan Dan Gabungan

Himpunan.” Berdasarkan hasil penelitiannya dapat disimpulkan pada

siklus I menunjukan persentase nilsi rata-rataii63,75% masuk keiidalam

kategori baik. Pada siklus II nilai rata-rata diperolehii78,75% masuk ke

dalam kategori sangat baik.

2.6.3 Hasil penelitian oleh I Made Sudana yang berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif NHT Untuk Meningkatkan Aktivitas dan

Hasil Belajar PKn”. Berdasarkan hasil penelitianya dapat dikemukakan

kesimpulan pada siklus I rata-rata aktivitas belajar siswa secara klasikal

adalah 6,4 dengan persentase rata-rata aktivitas belajar siswaii(M%) 6,4%.

Bila dikonversikan kedalam penggolongan aktivitas belajar berada pada

kriteria 60-69% atau berada dalam kategori cukup aktif. Kemudia

berdasarkan skor rata-rata hasil belajar PKn siswa pada siklus I sebesar

75,86 daya serapii75,86% sedangkan jumlah sisa yang tuntas pada siklus

31
pertama ini sejumlahii26 orang siswa dan 9 orang siswa belum tuntas. Jadi

ketuntasan belajar secara klasikalnya sebbesar 74,28%.

2.7 Kerangka Berpikir

Belajariimenurut Winkel (Afandi et al. 2013:2) merupakan suatu aktivitas

mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan

yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan-perubahan itu dapat berupa suatu hasil

yang baru atau penyempurnaaniiterhadap hasil yang telah diperoleh dan terjadi

selama jangka waktu tertentu. Jadi, belajar merupakan proses perubahan tingkah

laku individu merespon interaksi aktif dengan lingkungan melalui pengalaman

yang didapatnya secara pribadi.

Pencapaian tujuan pembelajaran merupakan harapan bagi semua guru, dan

sebagai tolak ukurnya adalah prestasi belajar siswa. Dalam penelitian ini,

kerangka berpikir menggambarkan bagaimana model pembelajaran Numbered

Head Together (NHT) mempengaruhi hasil belajar.iiHasil belajar yang dicapai

peserta didik setelah proses pembelajaran, yang dinyatakan dengan nilai atau

angka sesuai dengan batas ketuntasan minimum yang telah ditetapkan sekolah

dalam bentuk rapor. Berdasarkan observasi awal,iihasil belajar siswa di SMPN 12

Kota Jambi masih terdapat banyak siswa yang tidak mencapai KKM.

Untuk memperoleh hasil belajar maka diperlukan penerapan pada model

pembelajaran tepat agar siswa/siswi secara aktif terlibat dalam proses

pembelajaraniidi kelas.iiSiswa/siswi dapat dikatakan berhasil dalam belajar jika

telah terjadi perubahan tingkah laku dalam dirinya, baik dalam pengetahuan dan

32
keterampilan maupun dalam bentuk sikap yang bernilai.iiSalah satu model yang

melibatkan siswa/siswi secara aktifiiadalah model pembelajaran Numbered Head

Together (NHT).

Pada Number Head Together (NHT) merupakan salah satu

tipeiipembelajaraniikooperatif yang dapat mendorong siswa aktif dan saling

membantu dalam menguasaiiimateri pelajaran untuk mencapai hasil belajar yang

maksimal Era dkk (2016:67).iiMenurut Trianto (Barutu et al. 2017:144) terdapat

empat fase model Numbered Head Together yaitu: penomoran, pengajuan

pertanyaan, berpikir bersama dan menjawab.

Dalam Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

mempunyaiiiciriiikhas dimana seorang siswa/siswi ditunjuk oleh guru untuk

mewakili kelompoknya dengan cara acak, sehingga cara ini merupakan suatu

upaya yang tepat dalam meningkatkan tanggung jawab individual melalui diskusi

kelompok Azizah (2017:2) sejalan dengan pendapat Huda (Trisianawati et al.

2018:356) model pembelajaran NHT memberi kesempatan pada setiap siswa

untuk saling membantu dan berdiskusi dalam kelompoknyaiidenganiitujuan

mencapai ketuntasan belajar.

Dengan demikian menerapkan model Numbered Head Together (NHT)

diharapkan pembelajaran yang dilakukan akan lebih menyenangkan dan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dan tentunya menggunakan model ini bisa

menunjang keberhasilan suatu proses pembelajaran.iiKaitannya dengan

pembelajaran PKn, pendekatan ini sangat berguna untuk siswa karena siswa

dituntut untuk menyelesaikan masalah dalam hal ini yang berkaitan dengan

33
penerapan konsep PKn. Selain itu,idalam membangun pengetahuannya sendiri

siswa harus berinteraksi aktif baik dalam berdiskusi kelompok, mengemukakan

pendapat maupun dalam menyelasaikan permasalahan dalam pembelajaran PKn.

Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini peneliti rancang seperti

pada bagan berikut ini:

34
2.1 Kerangka Pikir

Peristiwa
Kondisi Awal Proses Belajar
Pembelajaran
Refleksi
Pemberian Memotivasi siswa
untuk terlibat dalam SIK
Rangsangan kegiatan LUS Hasil
I Belajar
Pemahaman Menjelaskan
kompetensi dan
Kompetensi
tujuan pembelajaran

Identifikasi Memberikan contoh


Tindakan permasalahan yang
Masalah ada
Siswa Kelas
VIII.3 SMP Diskusi Bekerja sama dalam Refleksi
Negeri 12 Kota kelompok kelompok
SIK
Jambi
Mempresentasikan Memberikan LUS Hasil
Hasil kelompok kesimpulan II Belajar
Menguasai Menilai pencapaian
kompetensi kompetensi

Refleksi

SIK Hasil
LUS Belajar
III

35
2.8 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan alur berpikir yang digunakan peneliti dalam kerangka

berpikir, maka hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

“Jika model pembelajaraniiNumbered Head Together (NHT) diterapkan

dalam pembelajaran pendidikaniipancasila dan kewarganegaraan (PPKn) maka

hasil belajar siswa kelas VIII. 3 SMP Negeri 12 Kota Jambi akan meningkat.”

36
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


3.3.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII. 3 SMP Negeri 12 Kota Jambi

Jalan Prabu Siliwangi No. 36141,iiKasang,iiKecamatan Jambi Timur,iiProvinsi

Jambi.

3.3.2 Waktu Penelitian

Waktuiipenelitianiiyangiidibutuhkan dalam Penelitian Tidakan Kelas ini

dilakukan selama 3 bulan yakni bulaniiApril-Juli 2023. Penentu waktu penelitian

ini juga mengikuti kebijakan dariisekolah dan guru yang mengampu mata

pelajaran PPKn.iiPenentuan waktu ini sangat penting karena penelitian tindakan

kelas ini memerlukan beberapa siklusiyang membutuhkan proses belajar mengajar

yang efektifiidikelas.

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

No Kegiatan April Mei Juni Juli


2023 2023 2023 2023
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Tahap Persiapan
1 Menyiapkan RPP
2 Materi Ajar
3 Menyiapkan
instrument ukur
Siklus I
1 Pengenalan model
2 Tatap muka I
3 Tatap muka II
4 Refleksi
Siklus II
5 Tatap muka I
6 Tatap muka II

37
8 Refleksi
Siklus III
9 Tatap muka I
10 Tatap muka II
12 Refleksi
Tahap Penyelesaian
13 Tabulasi dan analisis
data
14 Penyusunan hasil
penelitian
15 Penyampaian Hasil

38
3.2 Subjek Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan untuk kelas VIII. 3 SMP Negeri

12 Kota Jambi yang diselenggarakan padaiisemesteriigenapiitahuniiakademik

2022/2023.iiDari data hasil belajar siswa di kelasiiVIII.1 sampai VIII.8 peneliti

menemukan hasil belajar pada kelas VIII.3 masih banyak yang belum mencapai

KKM. Hal ini dibuktikan dari data hasil belajar nilai ulangan harian yang peneliti

dapat dari guru mata pelajaraniiPPKn di SMPiiNegeri 12 Kota Jambi. Oleh karena

itu subjek penelitian adalahiisiswa kelas VIII. 3 SMP Negeri 12 Kota Jambi

dengan jumlah siswa sebanyakii32 siswa. Sedangkan objek penelitianya adalah

hasil belajar siswa dengan menerapkan model Numbered Head Together (NHT).

3.3 Data dan Sumber Data

Dataiidalam penelitian ini berupa tuturan guru dan siswa baik lisan

maupun tertulis, gambariatau foto-foto yang memperlihatkan tindakan guru dan

siswa/siswiidalam interaksi pembelajaran dangan menerapkan pembelajaran

Numbered Head Together (NHT), sertaiiskoriinilai belajar siswa/siswi.

Sumber data utama dalam penelitian ini adalah hasil observasi selama

pelaksanaan tindakan kelas, catatan lapangan, hasil wawancara dengan siswa dan

guru, serta hasil tes sebagai data pendukung ditambah data hasil Febrianti

(2021:42). Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VIII.3

SMP Negeri 12 Kota Jambi, dalam konteks materi pembelajaran pendidikan

pancasila dan kewarganegaraan (PPKn)idenganiimenerapkaniipembelajaran

Numbered Head Together (NHT).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

39
Pada teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data

Sugiyono (2020:104). Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini, peneliti

menggunakan beberapa teknik pengumpulan data diantaranya yaitu observasi,

wawancara, dan dokumentasi.

3.4.1 Observasi

Observasi merupakan suatu proses pengumpulaniidataidalam pelasanaan

PTK sekaligus sebagai alat untuk pengumpulan data. Observasi sangat sesuai

digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan kondisi/interaksi belajar

mengajar, tingkahiilaku, dan interaksi kelompok. Pengumpulan data tentang

observasiiidilakukan melalui pengamatan secara cermat dan teliti Ali dan

Asrori (2014:254).iiObservasi dalam penelitian ini adalah keterlibatan secara

langsung oleh peneliti dalam proses pembelajaran yang dilakukan bersama guru

dan siswa. Pada tahap ini peneliti membuat suatu lembar atau pedoman observasi

untuk mengamati aktivitas belajar siswa serta aktivita mengajar guru. Dalam

proses pembelajaran dengan mengisi lembar observasi sebagai berikut:

Berikan tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan keadaan saat proses

pembelajaran berlangsung. Keterangan yang terdapat pada kolom pengamatan

yakni:

SB = Sangat Baik (Skor 4) CB = Cukup Baik (Skor 2)

B = Baik (Skor 3) KB = Kurang Baik (Skor 1)

Tabel 3.2 Format Observasi Aktivitas Guru

40
No Aspek Yang Diamati SB B CB KB

1 Guru membuka √
pembelajaran dengan salam
pembuka dan doa
2 Guru memastikan siswa √
siap untuk belajar baik fisik
maupun psikis
3 Guru mengabsen siswa √

4 Guru menjelaskan tujuan √


pembelajaran yang akan
dicapai
5 Guru menjelaskan langkah-
langkah pembelajaran
Numbered Head Together
(NHT)
Dst.

Berikut tanda centang (√) pada kolom yang sesuai dengan keadaan saat

pembelajaran berlangsung.

No Aspek Yang Diamati SB B CB KB

1 Siswa menjawab salam dan √


doa

2 Siswa telah siap belajar √


secara fisik maupun psikis

3 Siswa memperhatikan guru √


ketika absen

4 Siswa mencatat tujuan √


pembelajaran yang
disampaikan oleh guru
5 Siswa memperhatikan guru

41
menjelaskan langkah-
langkah pembelajaran
Numbered Head Together
(NHT)
Dst.

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan belajar

mengajar. Observasi aktivitas guru dan siswa dilakukan dalam proses belajar

mengajar yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas belajar guru dan siswa

yang dikembangkan dengan menggunakan model pembelajaran numberd head

together.

3.4.2 Tes

Tes adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawab. Tes merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila

peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa

diharapkan dari responden Sugiyono (2013:142).Tes adalah suatu alat untuk

mengumpulkan informasi tentang ketercapaian tujuan pendidikan atau tujuan

pembelajaran. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang

diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa.iiTes hasil belajar

siswa adalah tes yang diberikan setelah materi pembelajaran diberikan kepada

siswa berupa tes lisan, tes tertulis atau tes perbuatan untuk mengetahui

keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.iiTes penelitian ini dilakukan untuk

melihat sejauh mana kemampuaniinilai hasiliibelajar siswa saat belajar.

42
3.4.3 Wawancara

Menurut Sugiyono (2020:114) wawancara merupakan pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Kemudia Sugiyono (2020:116)

berpendapat bahwa wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas

dimanaiipeneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun

secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.iiPedoman wawancara

yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan

ditanyakan.

Tujuan wawancara adalahiiuntuk memperoleh informasi secara langsung

guna menjelaskan suatu haliiatau situasi dan kondisi tertentu, untuk melengkapi

suatu penyelidikan ilmiah, dan untuk memeperoleh data agar dapat memperoleh

situasi atau orang tertentu. Wawancaraiidilakukan oleh dua pihak dalam penelitian

ini yaitu pewawancara (peneliti) yang mengajukan pertanyaan dan narasumber

(peserta didik dan guru) yang memberikan jawaban atas pertanyaan.

Peneliti melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran PPKn dan

peserta didik dikelas VIII. 3 SMP Negeri 12 Kota Jambi. Pada guru mata

pelajaran PPKn, wawancara dilakukan untuk memperoleh data awal tentang

proses pembelajaranisebelum melakukan penelitian. Pada peserta didik,

wawancara dilakukaniuntuk menelusuri dan menggali pemahaman peserta didik

tentang materi yang akan diberikan.

3.4.4 Dokumentasi

43
Menurut Sugiyono (2020:124) dokumen merupakan catatan peristiwa yang

sudah berlalu bisa berbentuk tulisan,iigambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

agenda, dan sebagainyai Arikunto (2013:274). Dalam penelitian ini,iipeneliti

menggunakan teknik dokumentasi yang didapatkan dari rencana pelaksaan

pembelajaran (RPP) dan silabus PPKn, dan dokumen hasil belajar siswa beserta

dokumen-dokumen yang dianggap membantu penelitian ini.

3.5 Teknik Analisis Data

3.5.1 Analisis Hasil Belajar Siswa

Teknik analisis data dalam penelitian ini menelaah semua data yang

diperoleh melalui observasi dan catatan lapangan. Jenis data atau informasi yang

direkam selama observasi dan monitoring dapat berupa data kuantitatif tergantung

dari objek yang akan diamati. Saat melakukan observasi digunakan paduan

sebagai alat untuk mempermudah menilai siswa secara klasikal baik pada silkus I

maupun siklus selanjutnya. Penilaian dilakukan observer berdasarkan aspek-aspek

yang telah disusun. Data selanjutnya hasil belajar siswa terhadap model

pembelajaran yang akan dikembangakan. Menghitung nilai siswa yang dinyatakan

tuntas jika mendapatkan nilai lebih besar atau sama dengan kriteria ketuntasan

minimal yang ditetapkan di sekolah.

Untuk menghitung persentase ketuntasan dilakukan perhitungan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

f
P= X 100 %
N

44
(Sudjana, 2011:131)

Keterangan :

P : Nilai persentase atau hasil

F : Jumlah siswa yang tuntas

N : Jumlah seluruh siswa

Selanjutnya untuk mengetahui tingkat kriteria hasil belajar siswa peneliti

menggunakan kriteria skor nilai yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kriteria Hasil Belajar Siswa

Skor Kategori

76-100 Sangat Baik

50-75 Baik

26-50 Cukup Baik

0-25 Kurang Baik

Sumber: Sugiyono (2019:153)

Kemudia untuk menentukan ketuntasan belajar secara klasikal

menggunakan rumus:

X=
∑ siswa yang tuntas belajar x 100 %
∑ seluruh siswa
Indikator keberhasilan kentutasan Hasil belajar Pendidikan

Kewarganegaraan siswa kelas VIII. 3 SMP N 12 Kota Jambi dikatakan berhasil

atauiituntasiiapabila memenuhiiiKKMiisebesar = 75

3.5.2 Analisis Data Lembar Observasi Aktivitas

45
Untuk mengukur aktivitas siswa digunakan dengan melakukan

presentase, jumlah skor maksimal dikali 100%.iiSetelah data didapat,imaka data

akan dianalisis.iiData tersebut kemudian dihitung untuk melihat apakah

pencapaian siswa meningkat antara Siklus I, Siklus II, dan Siklus III. Rumusan

yang digunakan adalah:

Skor tiap siswa


Capaian= X 100 %
Skor maximum

3.4 Tabel Kriteria Tafsiran Presentase

NO Persentase Kategori

1. 75%-100% Sangat Baik

2. 50%-75% Baik

3. 25%-50% Cukup

4. 0%-25% Kurang

Kemudia untuk menentukan ketuntasan belajar secara klasikal

menggunakan rumus:

X=
∑ siswa yang tuntas belajar x 100 %
∑ siswa

Indikator keberhasilan kentutasan Hasil belajar Pendidikan

Kewarganegaraan siswa kelas VIII. 3 SMP N 12 Kota Jambi dikatakan berhasil

atauiituntasiiapabila memenuhiiiKKMiisebesar = 75

3.6 Indikator Capaian Penelitian

46
1. Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil, apabila terjadi:Yang

menjadi kriteria keberhasilan dalam PTK ini adalah indikator yang

digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan tindakan yang dilakukan pada

hasil belajar siswa. Presentase hasil belajar siswa

diharapkaniimencapaiiikriteria tinggi atau baik.iiJika kriteria di atas

terpenuhi,iimaka penerapan model pembelajaran Numbered Head

Together (NHT) dapat meningkatkaniihasiliibelajar siswa.

2. Hasil belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan siswa kelas

VIII.3 SMP N 12 Kota Jambi dikatakaniiberhasil atau tuntas apabila

memenuhi KKM sebesar =75.iiUntuk memberikan makna terhadap

keberhasilan pelaksanaan tindakan di dasarkan pada peningkatan hasil

belajar siswaiidapat dilihat dariiites yang diberikan setiap akhir siklus.

Pedoman penilaian dengan mengacu pada Sugiyono adalah rentan nilai

sebagai berikut:

a) 75-100% = Sangat Baik

b) 50-75% = Baik

c) 25-50% = Cukup Baik

d) 0-25% = Kurang Baik

3.7 Prosedur Penelitian

Prosedur PTK ini di desain untuk 3 (tiga) siklus, dimana tiap-tiap siklus

dilaksanakan dalam 2 (kali) kaliiitatapiimuka. Rencana tindakan pada masing-

masingiisiklusiidalam PTK dibagi dalam 4 (empat) kegiatan yaitu (1) perencanaan

tindakan (planning) (2) implementasi tindakan (action) (3) Observasi

(observation) daniievaluasi,iidan (4) analisis dan refleksi (reflection), berdasarkan

47
hasil pengamatan, kemudian diulang lagiiidengan perencanaan tindakan

berikutnya dan seterusnya.iiUntuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 3.1 Desain PTK Model Kurt Lewin (Ekawarna 2011:15)

Dalam penelitian ini akan dilaksanakan tiga siklus dimana siklus akan

dihentikan apabila kondisi kelas sudah menunjukkan peningkatan hasil belajar

siswa serta siswa telah terbiasa dengan model pembelajaran numbered head

together. Penelitian ini akan dilaksanakan dengan berkolaborasi dengan Ibu Yanti

Yunita, S.Pd selaku guru PPKn di kelas VIII SMP Negeri 12 Kota Jambi.

1) Tahap Perencanaan

Pada tahapiiperencanaaniiini kegiatan yang dilakukan berupa persiapan-

persiapan yang terdiri dari:

a. Menyusunirencanaipelaksanaanipembelajaran (RPP)

b. Menetapkan materi bahan ajar.iBanyaknya bahan ajar yang harus disusun

adalah untuk 9 (sembilan) kali pertemuan.

c. Manyusun scenario pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaraniiNumbered Head Together (NHT).

48
d. Menyusun alatiievaluasi berupa tes untuk mengetahui hasil belajar siswa

kelas VIII.3 SMPiiNegeri 12 Kota Jambi.

e. Menyiapkan instrument ukur berupa lembar observasi untuk mengamati

hasil belajar siswa dan tes untuk mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran.

f. Manyiapkan kamera untuk dokumentasi sebagai bukti pembelajaran

peserta didik.

2) Tahap Implementasi Tindakan

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah

dipersiapkan sebelumnyaiidengan menerapkan model pembelajaran Numbered

Head Together (NHT).

Berikut adalah tahapan tindakan berdasarkan model pembelajaran

Numbered Head Together (NHT):

1. Kegiatan Pendahuluan

a) Sebelum memulai kegiatan pembelajaran guru mengucapkan salam.

b) Guru dan peserta didik berdoa bersama sebelum memulai pembelajaran.

c) Guru mempersiapkan kelas agar siswa dapat mengikuti pembelajaran

dengan memulai mengabsen siswa serta melakukan apersepsi.

d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada peserta didik dan

menyiapkan materi pembelajaran.

e) Guru melakukan preitest individuiikepada siswa untuk mendapatkan skor

dasar atau awal.

f) Guru menjelaskan pada siswa terkait materi yang dipelajari.

2. Kegiatan Inti

49
a) Fase I (Penomoran): guru membagi siswa ke dalam kelompok

beranggotakan 4 orang secara heterogen dan kepada setiap anggota

kelompok diberi nomor 1 sampai 4.

b) Fase II (Pengajuan pertanyaan): Guru mengajukan pertanyaan kepada

siswa.iiPertanyaan dapat bervariasi dan spesifik dalam bentuk kalimat

tanya.

c) Fase III (Berpikir Bersama): Siswa berpikir bersama menyatukan

pendapatnyaiiterhadap jawaban pertanyaan dan meyakinkan tiap anggota

dalam timnya mengetahui jawaban tersebut.

d) Fase IV (Pemberian Jawaban): Guruiimemanggil satu nomor tertentu

kemudian siswa yang nomornyaiidipanggiliimengacungkan tangannya dan

mencoba menjawab pertanyaan di dapaniikelas.

3. Kegiatan Penutup

a) Guru memberikan post test kepada siswa secara individual.

b) Guru memberikan kesimpulan diiiakhir pembelajaran.

c) Di akhir pembelajaran peneliti memberikan pengarahan kepada siswa

bahwa siswa yang memperoleh nilai peringkat hasil belajar individu yang

paling tinggi dan kelompok yang paling aktif serta nilai hasil diskusinya

paling tinggi akan memperolehiihadiah.

3) Tahap Observasi dan Evaluasi

Pengamatan pada penelitian ini yaitu guru dan siswa yang menjadi mitra

kerja dalam PTK ini. Observasi dilakukan pada setiap akhir pertemuan setiap

siklus atau sebanyak 2 (dua kali) selama penelitian tindakan kelas berlangsung,

variabel yang di observasi dengan menggunakan lembar observasi meliputi:

50
a. Perhatian siswa kelas VIII.3 SMP Negeri 12 Kota Jambi dalam mengikuti

sajian bahan ajar atau scenario dari awal hingga akhir pembelajaran.

b. Pemahaman siswa kelas VIII.3 SMP Negeri 12 Kota Jambi tentang tujuan dan

manfaat materi yang diperkenalkan dan tugas yang harus diselesaikan selama

pembelajaran.

c. Memori materi penting yang menghubungkan informasi lama dengan informasi

baru yang akan dipelajari.

d. Kesulitan belajar dan hambatan siswa kelas VIII.3 SMP Negeri 12 Kota Jambi

dalam mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi yang

diterapkan.

Sedangkan kegiatan evaluasi dimulai dengan melakukan tes formatif pada

setiap akhir kegiatan pembelajaran dan pemberian tes pada setiap akhir siklus,

variabel yang diukur melalui kegiatan ini meliputi :

a. Respon siswa kelas VIII.3 SMP Negeri 12 Kota Jambi sebagai tampilan untuk

kerja yang menggambarkan apakah siswa kelas VIII.3 SMP Negeri 12 Kota

Jambi telah mencapai penugasan kompetensi pada setiap akhir kegiatan

pembelajaran.

b. Hasil belajar siswa kelas VIII.3 SMP Negeri 12 Kota Jambi setelah mengikuti

kegiatan utuh satu siklus.

4) Tahap Analisis dan Refleksi

Hasil kehiatan observasi dan evaluasi di atas selanjutnya dianalisis dengan

menggunakan pola sebagai berikut :

51
a. Hasil observasi dan evaluasi pada masing-masing siklus dipandang sebagai

“akibat”.

b. Dari akibat tersebut kemudian dianlisis faktor “sebab”.

c. Dari sebab tersebut selanjutnya ditelusuri “akar sebab”

Hasil analisis di atas menjadi dasar dalam penyusunan refleksi ini akan

menjadi dasar dalam merencanakan tindakan yang akan diterapkan untuk siklus

selanjutnya. Pekerjaan siswa dan data tambahan berupa catatan tangan

dokumentasi foto dan video.

DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Muhamad, Evi Chamalah, and Oktarina Puspita Wardani. 2013. Model
Dan Metode Pembelajaran Di Sekolah. Vol. 180.
Akhnaf, Ardhito Faza, Muhammad Arif, Ghadafi Junior, and Nur Hasna
Fauziyyah. 2022. “IMPLEMENTASI NUMBER HEADS TOGETHER
SEBAGAI STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN STUDENTS
ENGAGEMENT PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS.”
4(1):96–106.
Arifin, Moh. 2020. “Strategi Pembelajaran Numbered Head Together ( NHT )
Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Materi Statistika.” 2(2):11–
20.
Azizah, N. N. 2017. “ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER.” 5:1–4.
Barutu, Anwar, Dewi Rahimah, and Dewi Herawty. 2017. “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (Nht) Dengan

52
Media Kartu Soal Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa
Smp.” Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS)
1(2):2581–253.
Era Destiyandani, Tti Nova Hasti Yunianta, Helti Lygia Mampouw. 2016.
“Penerapan Model Pembelajaran Number Heads Together (Nht) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Viia Smp Negeri 2 Tuntang Pada
Materi Segitiga.” 32:65–78.
Febrianti. 2021. "UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
KELAS XI TBSM DI SMK NEGERI 4 KERINCI PADA MATA
PELAJARAN PPKN MELALUI PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN INQUIRY".
Hanidda, Hamdani Azzhariah, Munawar Rois, and Dina Indriyani. 2020.
“PENGARUH PENDIDIKAN PANDASILA DAN
KEWARGANEGARAAN DALAM MEMPERKUAT KARAKTER SISWA
DI SMAN 1 CIRANJANG.” 10(2):54–62.
Huda,Miftahul.2015.Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran.
Yogyakarta.Pustaka Belajar
Ibrahim, M. dkk. 2019. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Marhadi, Hendri. 2014. “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS Vd SDN 184
PEKANBARU.” 3:73–81.
Mardiana. 2018. "PENGARUH MODEL PEMEBALAJARAN INQUIRY
LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X DI SMA
NEGERI 1 MUARO JAMBI PADA MATA PELEJARAN PPKN."
Nurmalisa, Yunisca, and Ana Mentari. 2020. “PERANAN PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN.” 07(1):34–46.
Nurwadani, pri ayu, Syarifuddin, Gunawan, and Dusalan. 2022. “Hubungan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together ( NHT )
Terhadap Minat Dan Hasil Belajar Siswa Di Kelas VII SMP Negeri 4 Kota
Bima Tahun Pelajaran 2021 / 2022.” Kajian Pendidikan Dan Sosial 2:25–38.
Octaviani, Sinta Rahayu. 2019. “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF METODE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK
MENINGKATAN KETRAMPILAN Oleh : Sinta Rahayu Octaviani.”
Priyanto, Arba’in Mahmud Eko. 2019. “IMPLEMENTASI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS
TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN PPKN DI SMK DR.
TJIPTO SEMARANG.”
Rahmawati, Desi. 2016. “Hubungan Antara Kemandirian Belajar Dengan Hasil

53
Belajar Siswa Sd Negeri Purwoyoso 06 Semarang.” Skripsi 15–26.
Rauf, Asnaeni, Yusminah Hala, and A. Mushawwir Taiyeb. 2017. “Pengaruh
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Terhadap
Motivasi Dan Hasil Belajar IPA Biologi Siswa Kelas VII MP Negeri 1
Watampone.” Jurnal Nalar Pendidikan 5(1):46–54.
Rusman.(2012). Model – Model Pembelajaran. Depok : PT Rajagrafindo Persada.
Sasongko, Rizal Teguh. 2012. “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
HASIL BELAJAR PKn MATERI GLOBALISASI BAGI SISWA KELAS
IV SD NEGERI 03 PEGIRINGAN.”
Slameto. 2012. Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Sudana, I. Made. 2013. “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF NHT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
HASIL BELAJAR PKn.”
Sugiyono. 2020. "MOTODE PENELITIAN KUALITATIF."
Sukhesti, Fitri. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together ( Nht ) Terhadap Hasil Belajar Akuntansi Kompetensi Dasar
Membukukan Jurnal Penyesuaian Pada Siswa Kelas X Akuntansi.
Sulistio, Andi. 2021. “Model Pembelajaran Kooperatif.”
Syaiful. 2018. “Model-Model Pembelajaran Inovatif.” Scolae: Journal of
Pedagogy 1(1):23–30. doi: 10.56488/scolae.v1i1.12.
Tibahary, Abdul Rahman, and Muliana Muliana. 2018. “Model-Model
Pembelajaran Inovatif.” Scolae: Journal of Pedagogy 1(1):54–64. doi:
10.56488/scolae.v1i1.12.
Toha, Mohamad. 2022. “MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK
COOPERATIVE LEARNING METHODS NUMBERED HEAD " PPKn "
IN HIGH SCHOOL STUDENTS.” V:1–8.
Trisianawati, Eka, Tomo Djudin, and Yayuk Dwi Stianingsih. 2018. “Pengaruh
Penerapan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Terhadap
Hasil Belajar Siswa.” Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika 6(3):354. doi:
10.20527/bipf.v6i3.5295.
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
Depdiknas.

54

Anda mungkin juga menyukai