Anda di halaman 1dari 55

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM PROSES PEMECAHAN MASALAH

BANGUN RUANG DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKTUAL


PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SDN 03
SUBULUSSALAM KECAMATAN SIMPANG KIRI

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh

AYU SULASTRI
NPM. 181434022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL WASHLIYAH
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu
perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?(10).
(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan
Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika
kamu mengetahui.(11) (As-Shaff Ayat 10-11)
Segala puji bagi Allah yang telah melimoahkan segala karunia-Nya

kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan Proposal skripsi yang “Analisis

Kesulitan Siswa Dalam Proses Pemecahan Masalah Bangun Ruang Dengan

Model Pembelajaran Kontektual Pada Mata Pelajaran Matematika Di Kelas IV

SDN 03 Subulussalam Kecamatan Simpang Kiri” sebagai syarat dalam meraih

gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muslim Nusantara Al-

Washliyah.

Dalam penyususnannya penulis mendapat banyak bimbingan, dari

tahap awal sampai akhir penulisan skripsi ini, penulis telah banyak menerima

bimbingan baik moril maupun materil dari beberpa pihak. Ucapan terima kasih

juga penulis berikan kepada nama-nama yang ada dibawah ini

1. Bapak Dr. KRT. Hardi Mulyono K. Surbakti, SE, M.AP selaku Rektor
Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan.
2. Bapak Dr. Samsul Bahri., M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pedidikan Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan.
3. Ibu Dra. Sukmawarti, S.Pd., M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar.

i
4. Ibu Dara Fitrah Dwi, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktunya dan perhatian untuk memberikan bimbingan
kepada penulis.
5. Kepala Sekolah beserta para guru dan siswa SDN 03 Subulussalam yang telah
membantu melengkapi data penelitian ini.
6. Kepada keluarga tercinta yaitu orang tua saya Ayahanda Amirrudin dan Ibu
Nurhayati serta adik saya yang saya sayangi, yang sudah mendukung dan
memberi motivasi, nasehat, dan bimbingan sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal ini.
7. Sahabat-sahabat tersayang seluruh kelas H yang telah banyak memberikan
semangat kepada penulis.
Untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam

memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan penulis mengharapkan semoga

skripsi ini dapat berguna dan bermanafaat bagi para pembaca. Aamiin.

Medan, Mei 2022


Penulis

Ayu Sulastri
181434022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.............................................................................10
1.3 Batasan Masalah...................................................................................10
1.4 Rumusan Masalah................................................................................11
1.5 Tujuan Penelitian..................................................................................11
1.6 Manfaat Penelitian................................................................................12
1.7 Anggapan Dasar...................................................................................13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................14
2.1 Kajian Teori......................................................................................... 14
2.1.1 Pembelajaran Matematika SD....................................................14
2.1.1.1 Hakikat Matematika.......................................................14
2.1.1.2 Pembelajaran Matematika Menurut Para Ahli...............15
2.1.1.3 Tujuan Pembelajaran Matematika.................................16
2.1.2 Model Pembelajaran Kontektual................................................17
2.1.2.1 Hakikat Pembelajaran Kontektual.................................17
2.1.2.2 Pembelajaran Kontektual Menurut Para Ahli................20
2.1.2.3 Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontektual..........21
2.1.2.4 Tujuan Pembelajaran Kontektual...................................24
2.1.2.5 Manfaat Pembelajaran Kontektual.................................25
2.1.2.6 Kelebihan Pembelajaran Kontektual.............................25
2.1.2.7 Kekurangan Pembelajaran Kontektual..........................25
2.1.3 Bangun Ruang............................................................................26

iii
2.1.3.1 Hakikat Bangun Ruang..................................................26
2.1.3.2 Pengertian Tabung, kerucut dan Bola............................26
2.1.3.3 Sifat-Sifat Bangun Ruang..............................................27
2.2 Penelitian Relevan................................................................................28
2.3 Kerangka Berpikir................................................................................29
2.4 Hipotesis...............................................................................................30
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................31
3.1 Desain Penelitian..................................................................................31
3.2 Partisipan dan Tempat Penelitian.........................................................32
3.2.1 Partisipan....................................................................................32
3.2.2 Tempat Penelitian.......................................................................32
3.3 Instrumen Penelitian.............................................................................32
3.4 Pengumpulan Data...............................................................................35
3.5 Analisis Data........................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................39
LAMPIRAN..........................................................................................................41

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Desain Penelitian....................................................................................31


Tabel 3.2 Indikator Instrument (tes) Ranah Kognitif.............................................33

v
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupanya, pendidikan

merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi yang ada dalam

dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang sudah dikenal dan diakui

oleh masyarakat, salah satu bentuk dari pendidikan dasar adalah sekolah dasar.

Salah satu mata pelajaran di sekolah dasar adalah mata pelajaran matematika.

Matematika mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan

memajukan daya pikir manusia seperti yang tercantum dalam (Departemen

pendidikan nasional, 2006) yaitu peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk

meningkatkan kualitas manusia indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir,

olah rasa dan olahraga agar memiliki daya saling dalam menghadapi tantangan

global, matematika diberikan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan

berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja

sama.

Pendidikam di tuntut untuk permasalahan yang timbul dalam

masyarakat,dalam undang-undang dasar 1945 salah satu tugas Negara

iyalah”mencerdaskan segenap bangsa” yang di jabarkan dalam undang-undang no

20 tahun 2003 pasal 1:”pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat

secara aktif mengembangkan potensi diri nya untuk memiliki kemampuan

1
sepiritual keagamaan, pengadilan diri, keperibadian, kecerdasa, ahlak mulia, serta

ketermpilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”

Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses , yaitu proses mengatur,

mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat

menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar.

Pembelajaran juga dikatakan sebagai proses memberi bimbingan atau bantuan

kepada peserta didik dalam melakukan proes belajar. Peran dari guru sebagai

pembimbing bertolak dari banyaknya peserta didik yang bermasalah. Dalam

belajar tentunya banyak perbedaan, seperti adanya peserta didik yang mampu

mencerna materi pelajaran, ada pula peserta didik yang lambah dalam mencerna

materi pelajaran. Kedua perbedaan inilah yang menyebabkan guru mampu

mengatur strategi dalam pembelajaran yang sesuai dengan keadaan setiap peserta

didik. Oleh karena itu, jika hakikat belajar adalah “ perubahan”, maka hakikat

pembelajar adalah”pengaturan”.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

“tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi

pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu

lingkungan belajar”. Secara Nasional, pembelajran dipandang sebagai suatu

proses interaksi yang melibatkan komponen-komponen utama, yaitu peserta didik,

pendidik, dan sumber belajar, maka yang dikatakan dengan proses pembelajaran

adalah suatu system yang melibatkan suatu kesatuan komponen yang saling

berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan

secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran

ditandai dengan adanya interaksi edukatif yang terjadi, yaitu interaksi yang sadar

2
akan tujuan. Interaksi ini berakar dari pihak pendidik (guru) dan kegiatan belajar

secara paedagogis pada diri peserta didik, berproses secara sistematis melalui

tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi seketika,

melainkan berproses melalui tahap-tahapan tertentu. Dalam pembelajaran,

pendidik menfasilitasi peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Dengan

adanya interaksi tersebut maka akan menghasilkan proses pembelajaran yang

efektif sebagaimana yang telah di harapkan.

Menurut Trianto, pembelajaran adalah aspek kegiatan yang kompleks dan

tidak dapat di jelaskan sepenuhnya. Secara sederhana, pembelajaran dapat

diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan

pengalaman hidup. Pada hakikatnya, Trianto mengungkapkan bahwa

pembelajaran merupakan usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan

peserta didiknya (mengarahkan interaksi kepada peserta didik dengan sumber

belajar lain) dengan maksud agar tujuanya dapat tercapai. Dari uraian tersebut,

maka terlihat jelas bahwa pembelajaran itu adalah interaksi dua arah dari pendidik

dan peserta didik, diantara keduanya terjadi komunikasi yang terarah menuju

kepada target yang telah ditetapkan. Pola pembelajaran yang terjadi saat ini sering

kali masih bersifat transmisif, yaitu siswa secara pasif menyerap struktur

pengetahuan yang diberikan guru atau yang ada pada buku pelajaran saja. Adapun

menurut Hudojo, menyatakan bahwa system pembelajaran dalam pandangan

kontruktivis memberikan perbedaan yang nyata. Ciri-cirinya adalah: (a) siswa

terlihat aktif dalam belajarnya. Siswa belajar materi secara bermakna dengan

bekerja dan berfiki, dan (b) informasi baru harus dikaitkan dengan informasi

sebelumnya sehingga menyatu dengan pengetahuan yang dimiliki oleh siswanya .

3
jadi dapat disimpulkan bahwakegiatan pembelajaran ini dilakukan oleh dua orang

pelaku, yaitu guru dan siswa perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa

adalah belajar. Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut tidak terlepas dari

bahan pelajaran. Dengan demikian, pembelajaran pada dasarnya adalah kegiatan

terencana yang mengkondisikan atau merangsang seseorang agar dapat belajar

dengan baik, sehingga kegiatan pembelajaran ini bermuara pada dua kegiatan

pokok, yaitu bagaimana orang melakukan tindakan penyampaian ilmu

pengetahuan melalui kegiatan mengajar. Oleh karena itu, makna pembelajaran

merupakan tindakan eksternal dari belajar, sedangkan belajar adalah tindakan

internal dari pemebalajaran.

Guru merupakan komponen pengajaran yang memiliki peranan penting

dan utama, karena keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh

faktor guru, keberhasilan guru dalam menyampaikan materi sangat tergantung

pada kelancaran interaksi komunikasi antara guru dan siswanya, Mengingat hal

tersebut, seorang guru matematika dituntut untuk memahami dan

mengembangkan suatu strategi pengajaran di dalam kelas untuk mencapai suatu

tujuan pembelajaran, sehingga konsep tersebut dapat di kuasai oleh siswa dengan

baik. Karena dengan adanya konsep yang kuat, maka dalam pembelajaran tidak

akan salah dalam melangkah. Kebanyakan dalam penanaman konsep mengajar

matematika tidak sesuai dengan konsep sesungguhnya sehingga siswa akan salah

penafsiran ketika iya kelak dewasa dan terus berlanjut. Selama ini kegiatan

pembelajaran yang di lakukan oleh guru matematika berlangsung di dalam kelas

saja siswa tidak bisa melihat gambaran yang jelas tentang materi dipelajari selain

itu pembelajaran juga hanya berpusat kepada guru, sehingga siswa cenderung

4
kurang aktif. Pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas saja tanpa adanya

keterkaitan dengan lingkungan sekitar juga menjadi faktor yang membosankan

untuk siswa dan menghambat proses pemahaman. Perlu di arahkan untuk

pemahaman konsep dan prinsip matematika bangun ruang yang kemudian

diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematika, masalah dalam disiplin

ilmu lain, dan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Siswa merupakan pesrta

didik yang secara langsung akan menerima pembelajaran maka dari itu kita

memerlukan media yang bisa mendukung siswa dalam memecahkan masalah

tentang bangun ruang, dengan media siswa mampu dalam memecahkan masalah–

masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa menjadi lebih mampu

dalam memecahkan masalah yang ada dalam pembelajaranya. Pemecahan

masalah juga merupakan suatu suatu langkah yang menentukan siswa bisa atau

tidak dalam menghadapi masalahnya karena pemecahan masalah sangat besar

efeknya bagi penunjang kemampuan siswa oleh sebab itu pemecahan masalah

sangat di perlukan untuk siswa.

Bangun ruang adalah sejenis benda ruang beraturan yang memiliki

rusuk, sisi dan titik sudut. Usaha yang di kembangkan dari pembelajaran

matematika salah satunya mengenalkan permasalahan kontektual kepada siswa

agar dapat di pecahkan, masalah kontektual adalah masalah yang berkaitan

dengan objek, peristiwa, fakta atau konsep yang dipelajari dan dapat menemukan

pengetahuan tentang suatu hal baru Anggo (dalam “Afdila”: 2018). Jadi masalah

kontektual tersebut tidak hanya dapat dilihat dari suatu hal abstrak saja namun

meliputi masalah yang berkaitan dengan objek nyata, karena hal yang diawali

kenyataan dan dekat dengan kehidupan akan lebih mudah untuk dimengerti. Pada

5
pembelajaran matematika kemampuan menyelesaikan masalah bangun ruang

masih tergolong rendah, dalam mengerjakan soal-soal matematika yang di berikan

oleh guru, siswa lebih sering langsung menggunakan persamaan matematis, tanpa

melakukan analisis, menebak rumus yang di gunakandan menghapal contoh soal

yang telah di kerjakan untuk mengerjakan soal-soal lain. Siswa mengalami

kesulitan ketika berhadapan dengan permasalahan yang kompleks, siswa mampu

menyelesaikan permasalahan sederahana namun kurang memiliki kemampuan

untuk menyelesaikan masalah yang kompleks. Siswa kesulitan karena strategi

yang di ajarkan dalam pembelajaran terlalu monoton sehingga siswa sulit

mengerti. Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah menciptakan

manusia yang dapat memecahkan masalah kompleks dengan cara menerapkan

pengetahuan dan pemahaman mereka pada situasi sehari-hari. Menurut

Ikhwanuddin etal, kesulitan pemecahan masalah disebabkan oleh pemahaman

yang lemah tentang prinsip dan aturan matematika, kekurangan dalam memahami

materi dan soal, dan tidak cukup motivasi dari guru terhadap siswa.

Kesulitan tersebut dapat dilihat dari rendahnya nilai ujian siswa yang

masih dibawah KKM. Berdasarkan wawancara terhadap wali kelas IV, beliau

mengatakan bahwa nilai siswa kelas IV pada materi bangun ruang kurang

memuaskan karena lebih dari 50% hasil belajar siswa mendapatkan nilai di bawah

rata-rata. Penelitian ini penting dilakukan karena dengan mengetahui sejauh mana

kesulitan siswa dalam memecahkan masalah pada bangun ruang, guru dapat

mengambil tindakan yang tepat sesuai dengan kesulitan yang di alami siswa

tersebut. Maka dari itu penelitian yang bertujuan menganalisis kesulitan siswa

pemecahan masalah bangun ruang matematika harus dilakukan agar guru dan

6
siswa dapat bekerja sama untuk memperbaiki dan menemukan solusi bagaimana

mengatasi permasalahan tersbut. Calon guru di sekolah dasar penting untuk

mengetahui kesulitan siswa dalam proes pembelajaran yang sering di alami oleh

siswa di kelas. Khususnya kesulitan pada pelajaran matematika yang masih

menjadi masalah bagi siswa. Peneliti tertarik untuk mengetahui faktor kesulitan

siswa pembelajaran matematika di kelas IV karena kelas ini adalah kelas yang

tinggi di sekolah dasar. Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan

mampu mengurangi keterhambatan belajar matematika di kelas IV, sehingga

keterhambatan tersebut tidak berkelanjutan di kelas V dan VI. Oleh karena itu,

peneliti ingin mengetahui permasalahan dalam pembelajaran matematika di

sekolah dasar melalui penelitian deskriptif kualitatif dengan judul “Analisis

Kesulitan Siswa Dalam Proses Pemecahan Masalah Bangun Ruang Dengan

Model Pembelajaran Kontektual Pada Mata Pelajaran Matematika Di Kelas

IV SDN 03 Subulussalam Kecamatan Simpang Kiri”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah yang telah peneliti jelaskan dalam latar belakang

tersebut, peneliti telah mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Siswa kesulitan dalam penyebutan benda konkret bangun ruang

2. Siswa kurang memahami materi bangun ruang

3. Kurangnya keterampilan menggunakan benda nyata dalam

memecahkan masalah bangun ruang

1.3 Batasan Masalah

7
Batasan masalah perlu dilakukan agar masalah tidak menjadi terlalu luas,

dan karena materi bangun ruang terlalu meluas sehingga peneliti membatasi

materi bangun ruang yaitu :

1. Analisis yang diteliti yaitu pemecahan masalah bangun ruang siswa

kelas IV SDN

2. Model pembelajaran dalam hal yang di teliti adalah model

pembelajaran kontektual yaitu siswa di hadapkan dengan pembelajaran

nyata yang terdapat di kehidupan sehari-hari.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Kesulitan apa saja yang di alami siswa kelas IV 03 Subulussalam

kecamatan simpang kiri dalam proses pemecahan masalah bangun

ruang ?

2. Penyebab apa saja yang menghambat pembelajaran Matematika pada

proses pemecahan masalah bangun ruang siswa kelas IV SDN 03

Subulussalam kecamatan simpang kiri ?

3. Upaya apa saja yang dapat di lakukan untuk mengatasi keterhambatan

dalam belajar Matematika pada proses pemecahan masalah bangun

ruang siswa kelas IV SDN 03 Subulussalam kecamatan simpang kiri ?

4. Bagaimanakah perhatian siswa terhadap pelajaran matematika sebelum

dan sesudah menggunakan model pembelajaran kontektual ?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini antara lain :

8
 Untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran

matematika pada proses pemecahan masalah bangun ruang siswa kelas

IV SDN 03 Subulussalam kecamatan simpang kiri

 untuk mengetahui Penyebab apa saja yang menghambat pembelajaran

Matematika pada proses pemecahan masalah bangun ruang siswa kelas

IV SDN 03 Subulussalam kecamatan simpang kiri

 untuk mengetahui upaya apa saja yang dapat di lakukan untuk

mengatasi keterhambatan dalam belajar Matematika pada proses

pemecahan masalah bangun ruang siswa kelas IV SDN 03

Subulussalam kecamatan simpang kiri

1.6 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu

pendidikan khususnya pada mata pelajaran matematika di Sekolah Dasar dan

menambah pengetahuan bagi siswa mengenai belajar matematika yang

menyenangkan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah : dapat di jadikan sebagai bahan masukan agar lebih

mengembangkan lagi sistem pembelajaran matematika sehingga

pembelajaran matematika tersebut dapat sukses dan berjalan dengan

baik.

b. Bagi siswa : dapat di jadikan suatu pedoman dan menambah ilmu

pengetahuan mengenai pembelajaran matematika pada proses

9
pemecahan masalah bangun ruang dengan model pembelajaran

kontektual yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.

c. Bagi guru : dapat di jadikan sebagai masukan sehingga dapat di

manfaatkan sebagai pembelajaran yang lebih baik lagi, memberikan

saran kepada penelitian dan juga memberikan motivasi kepada siswa

agar dapat belajar dengan gaya yang menyenangkan dan tidak

membosankan.

1.7 Anggapan Dasar

Berdasarkan materi yang ada bahwa model pembelajaran kontektual

memungkinkan siswa untuk menggunakan cara berfikir dan dalam menyelesaikan

masalah. Model pembelajaran kontektual menekankan kepada siswa untuk

memahami makna materi pelajaran yang di pelajarinya dengan mengkaitkan

materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga iya

mampu memahami pembelajaran, siswa akan di hadapkan kepada tugas-tugas

yang relevan untuk di selesaikan, baik melalui diskusi kelompok maupun

individual, agar bisa menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Matematika SD

2.1.1.1 Hakikat Matematika

Berdasarkan etimologinya perkataan “matematika” berarti ilmu

pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Hal ini dimaksudkan bukan berarti

ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran, akan tetapi dalam matematiaka lebih

menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran) sedangkan dalam dunia lain

lebih menekankan hasil observasi atau eksperimen disamping penalaran. Menurut

Sutawidjaja dan Dahlan (2011) matematika itu memiliki sifat aksiomatik yaitu

bahwa suatu struktur matematika dimulai dari istilah yang tidak di tentukan

(undefined term) atau istilah pangkal dan kaidah yang berkaitan dengan istilah

pangkal tersebut yang disepakati kebenaranya yang disebut aksioma. Banyak para

ahli yang mengartikan tentang matematika baik secara umumnya maupun secara

khusus. Tall (Hasratuddin, 2015) menyatakan bahwa “the mathematics is

thinking”. Hal ini berarti matematika adalah sarana untuk berfikir. Suherman

(2001) metematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Hal

ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran, akan

tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam rasio (penalaran),

sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperimen

disamping penalaran. Borich dan Tombari (Turmudi, 2018) matematika

dipandang sebagai dua hal aktivitas interaktiv dan aktivitas konstruktif.

11
Berdasarkan penjelasan hakikat matematika diatas, dapat disimpulkan

bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar

yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat

representasinya dengan lambang-lambang atau simbol dan memiliki arti serta

dapat digunakan dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan bilangan.

Disamping itu juga dapat dikatakan bahwa matematika itu terdiri atas unsur-

unsur yang saling berkaitan bukan saling terpisah, dalam matematika ada hierarki

yaitu adanya unsur yang satu merupakan syarat dari yang lain atau suatu konsep

atau entitas matematika dibangun dari konsep atau entitas lainnya. Contohnya jika

seseorang mempelajari perkalian maka terlebih dahulu harus mempelajari

penjumlahan, inilah contoh kecil hierarki didalam matematika.

Matematika sebagai ilmu dasar memegang peranan yang sangat penting

dalam pengembangan sains, teknologi, ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial, maupun

managemen, karena matematika merupakan sarana berfikir untuk menumbuh

kembangkan daya nalar, yang berfikir logis, sistematis, dan kritis. Matematika

merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern

mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya fikir

manusia. Untuk menguasai dan menciptkan teknologi di masa depan diperlukan

penguasaan matematika yang kuat sejak dini, sehingga mata pelajaran matematika

di berikan kepada semua peserta didik mulai dari usia dini. Dalam kenyataanya

setiap individu mempunyai minat dan pandangan yang berbeda tentang pelajaran

matematika. Ada yang memandang matematika sebagai pelajaran yang

menyenangkan sehingga mereka sangat berminat untuk mempelajari matematika.

12
Di sisi lain ada juga yang memandang matematika sebagai pelajaran yang sulit

yang menyebabkan mereka kurang berminat untuk mempelajarinya.

Sebagaimana kita ketahui bahwa objek-objek matematika bersifat abstrak. Hal

demikian berpotensi akan memunculkan berbagai kesulitan dalam

mempelajarinya, terutama bagi siswa di kelas tingkat rendah, meningat mereka

pada umumnya belum mampu berfikir secara abstrak . fakta demikian mendorong

perlunya media pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman visual kepada

siswa dalam berinteraksi dengan objek-objek matematika yang bersifat abstrak

tersebut. olah karena itu, guru membantu siswa untuk memvisualisasikan konsep

yang abstrak tersebut menjadi sesuatu yang nyata sehingga mudah di pahami

siswa. Perlu di tegaskan disini bahwa setiap konsep matematika dapat di pahami

dengan baik apabila disajikan kepada siswa dengan bantuan media pembelajaran

yang konkret. Rendahnya kemampuan matematika pelajar Indonesia dapat

dikatahui dari nilai-nilai yang di proleh siswa di sekolah. matematika kurang di

senangi karena di angap mata pelajaran yang sulit dimengerti, karena banyak

mempelajari materi-materi yang bersipat abstrak di dalam nya. Matematika

menjadi pelajaran yang di takuti dan kalau bisa di hindari oleh para pelajar. Tidak

mengherankan apabila kemampuan pelajar Indonesia rendah dan sulit untuk

meningkat. Materi matematika yang abstrak, membuat siswa kesulitan untuk

memahami pembelajaran matematika. disinilah guru di tuntut untuk dapat

mengajarkan materi-materi pelajaran matematika agar dapat di pahami oleh siswa.

jika siswa memiliki kemampuan memahami konsep abstrak yang rendah terhadap

pelajaran matematika, maka hasil belajar juga akan rendah. beda halnya dengan

siswa yang memliki kemampuan pemahaman konsep yang baik, maka

13
kemungkinan siswa mendapat hasil belajar yang baik lebih tinggi. Belajar

matematika merupakan proses aktif siswa untuk merekontruksi makna atau

konsep-konsep matematika, yang berarti bahwa belajar matematika merupakan

proses untuk menghubungkan materi yang di pelajari dengan pemahaman yang

dimiliki. Hal ini sesuai dengan pandangan Hudojo (dalam “Kurniasih”: 2017)

bahwa agar transfer belajar dapat optimal, dalam mengajar guru harus

menekankan pada pengertian terhadap konsep dan setelah pengertian diperoleh

siswa diberikan latihan yang cukup, jika siswa hanya diberikan keterampilan

tanpa pemahaman, maka siswa akan mengalami kesulitan belajar pada materi

berikutnya sehingga siswa akan beranggapan bahwa matematika itu merupakan

pelajaran sulit. Maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman materi merupakan

salah satu tujuan dalam pembelajaran matematika.

2.1.1.2 Pembelajaran Matematika Menurut Para Ahli

1. Menurut ahmad Susanto (2013) “Pembelajaran matematika adalah

suatu prses belajar mengajar yang di bangun oleh guru untuk

mengembangkan kreativitas berfikir siswa yang dapat meningkatkan

kemeampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan

mengkrontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan

penguasaan yang baik terhadap materi matematika”.

2. Menurut Abdurahman (2003) “Matematika dalah bahasa simbolis

yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan

kuantitatif dan keruangan sehingga fungsi teoritisnya adalah untuk

memudahkan berfikir”.

14
3. Menurut ruseffendi (1980) “Matematika adalah ilmu keteraturan, ilmu

tentang strukturyang terorganisasikan mulai dari unsur yang tidak

didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan”.

4. Menurut Ismail dkk (Hamzah, 2014) “Matematika merupakan ilmu

membahas angka-angka dan perhitunganya, membahas masalah-

masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari

hubungan pola, bentuk dan struktur sarana berfikir, kumpulan sistem,

struktur dan alat”.

5. Menurut Wahyudi dan Kriswandani (2013) “Matematika adalah ilmu

pengetahuan yang mempelajari konsep-konsep abstrak yang disusun

menggunakan symbol dan merupakan bahasa yang ekstrak, cermat

dan terbebas dari emosi”.

6. Menurut Badaruddin, dkk. (2016) Matematika merupakan salah satu

pengetahuan dasar yang berperan penting dalam perkembangan sains

dan teknologi serta kehidupan manusia. Pendidikan Matematika

memiliki peran yang penting karena matematika adalah ilmu dasar

yang dapat digunakan dalam berbagai bidang kehidupan. Melalui

pembelajaran matematika siswa dapat menumbuhkan kemampuan

berfikir kritis, logis, dan cermat dalam memecahkan masalah.

Tercapai atau tidak tercapainya tujuan pendidikan dan pembelajaran

matematika dapat dilihat dari keberhasilan siswa dalam memahami

matematika dan memanfaatkan pemahaman tersebut untuk

menyelesaikan permasalahan matematika atau permasalahan yang

terkait dengan matematika. Dari pemaparan diatas menurut BNSP

15
dalam Saja’ah (2018) menyatakan bahwa pembelajaran matematika

yang di lakukan di sekolah bertujuan agar siswa memiliki

kemampuan: 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan antar

konsep dan mengaplikasikan konsep secara luas, efisien dan tepat

dalam pemecahan masalah, 2) Menggunakan penalaran pada pola dan

sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,

menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan

matematika, 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan

memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan

model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengomunikasikan

gagasan dengan symbol, table, diagram, atau media yang lain untuk

memperjelas masalah dan 5) Memiliki sikap mengahragai kegunaan

matematika dalam kehidupan.

Berdasarkan uraian dari pendapat ahli tersebut matematika merupakan

kegiatan manusia yang mengkaji berbagi benda abstrak yang berkaitan dengan

angka-angka yang digunakan untuk memecahkan maslaah kehidupan sehari-hari

dan juga digunakan sebagai pengembang ilmu pengetahuan dan tekhnologi.

2.1.1.3 Tujuan Pembelajaran Matematika

Tujuan pembelajaran matematika menurut kemendikbud 2013 yaitu :

1. Meningkatkan kemampuan intelektual, khsususnya kemampuan

tingkat tinggi siswa

2. Membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah

secara sistematik

3. Memperoleh hasil belajar yang tinggi

16
4. Melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam

menulis karya ilmiah

5. Mengembangkan karakter siswa

2.1.2 Model Pembelajaran Kontektual

2.1.2.1 Hakikat Pembelajaran Kontektual

Pembelajaran Kontektual merupakan suatu konsepsi yang membantu guru

yang mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata, dan

memotivasi siwa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya

dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga ,warga Negara, dan tenaga

kerja (US Depertement of Education the National Shool-to-Work Office yang di

kutip oleh Blanchard, 2001). Pembelajaran Kontektual terjadi apabila menerapkan

dan mengalami apa yang yang sedang di ajarkan dengan mengacu pada masalah-

masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka

sebagi anggota keluarga, warga Negara, siswa, dan tenaga kerja (University of

Washington, 2001). Pembelajaran Kontektual adalah konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang di ajarkannya dengan situasi dunia

nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan

melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontektual, yakni:

konstruktivisme (constructivism), bertanya (uestioning), inkuiri (inkuiry),

masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dam penilaian

autentik (authentic assessment).

Pendekatan ini mengasumsikan bahwa secara natural pikiran mencari

makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang, dan itu dapat

17
terjadi melalui pencariang hubungan yang masuk akal dan bermanfaat.

Pemanduan materi pembelajaran dengan konteks kedasar-dasar pengetahuan yang

mendalam dimana siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk

menyelesaikannya. Siswa mampu secara independen menggunakan

pengetahuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah baru yang dan belum

pernah dihadapinya, serta memiliki tanggung jawab yang lebuh terhadap

belajarnya seiring dengan peningkatan pengalaman dan pengetahuan mereka.

Pembelajaran Kontektual dapat dikatakan sebagai suatu pendekatan pembelajaran

yang mengakui dan menunjukan kondisi alamiah dari pengetahuan. Melaui

hubungan di dalam dan di luar ruang kelas, suatu pendekatan pembelajaran

kontektual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam

pembelajaran seumur hidup. Pembelajaran Kontektual menyajikan suatu konsep

yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks dimana

materi itu digunakan, serta berhubungan dengan bagaimana seseorang belajar atau

gaya/cara siswa belajar.

Konteks memberikan arti, relevansi, dan manfaat penuh terhadap belajar.

Pembelajaran akan berarti jika siswa mempelajari materi pelajaran pelajaran yang

disajikan memalui konteks kehidupan mereka, dan menemukan arti di dalam

proses pembelajaranya, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan

menyenangkan. Siswa akan bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran,

mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk

membangun pengetahuan baru. Dan, selanjutnya siswa memanfaatkan kembali

pemahaman pengetahuan dan kemampuannya itu dalam berbagai konteks di luar

18
sekolah untuk menyelesaikan masalah dunia nyata yang kompleks, baik secara

mandiri maupun dengan berbagai kombinasi dan struktur kelompok.

Jelaslah pemanfaatan pembelajaran kontektual akan menciptakan ruang

kelas yang di dalamnya siswa akan menjadi peserta aktif bukan hanya pengamat

yang pasif, dan bertanggung jawab terhadap belajarnya. Penerapan pembelajaran

kontektual akan sangat membantu guru untuk menghubungkan materi pelajaran

dengan situasi dunia nyata, dan memotivasi siswa untuk membentuk hubungan

antara pengetahuan dan aplikasinya dengan kehidupan mereka sebagai anggota

keluarga, warga Negara, dan pekerja. Berdasarkan pemahaman tersebut teori

pembelajaran kontektual berfokus pada multi-aspek lingkungan belajar

diantaranya ruang kelas dan lain sebagainya. Iya mendorong para guru untuk

memilih dan mendesain lingkungan belajar yang dimungkinkan untuk mengaitkan

berbagi pengalam social. Di dalam suatu lingkungan yang demikian, siswa

menemui hubungan yang sangat bermakna antara ide-ide abstrak dan penerapan

praktis di dalam konteks dunia nyata: konsep dipahami melaui proses penemuan,

pemberdayaan, dan hubungan (Cecep, 2002).

Pembelajaran kontektual memiliki 5 elemen belajar yang kontruktivistik,

yaitu:

1). Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge)

2). Pemerolehan pengetahuan baru (ackuiring knowledge)

3). Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge)

4). Memperaktikan pengetahuan dan pengalaman (applying knowledge)

5).melakukan refleksi (reflecting knowledge)

19
2.1.2.2 Pembelajaran Kontektual Menurut Para Ahli

Pembelajaran kontektual menurut para ahli yaitu :

1. Menurut Depdiknas

Pembelajaran kontektual merupakan konsep belajar yang membantu

guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata

siswa. Menurut Depdiknas model pembelajaran ini harus mampu

mendorong siswa menciptakan hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Menurut Elaine B.Johnson

Pembelajaran kontektual merupakan sebuah proses pendidikan untuk

menolong para siswa/siswi melihat makna dalam pelajaran yang

mereka pelajari. Subjek-subjek akademi yang sudah di pelajari dengan

konteks kehidupan sehari-hari

3. Menurut Wina Sanjaya

Pembelajaran kontektual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang

menekankan proses keterlibatan siswa secara penuh untuk

menemukan materi yang di pelajari dan menghubungkannya dengan

situasi nyata sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya pada

kehidupan mereka

4. Menurut Suherman

Pembelajaran kontektual merupakan pembelajaran yang diawali

dengan mencontohkan kejadian di dunia nyata yang dialami siswa,

lalu di angkat menjadi pembahasan konsep yang sedang diajarkan.

Siswa bisa mempraktikan, menceritakan, berdialog, atau tanya jawab.

20
Berdasarkan uraian di atas kontektual merupakan pembelajaran yang

mengaitkan antara pembelajaran dengan kehidupan yang nyata, sehingga

memudahkan guru dalam proses pembelajaran.

2.1.2.3 Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontektual

Pendekatan kontektual memiliki tujuh komponen utama, yaitu

konstruktivisme (constructivism), inkuiri (inkuiry), bertanya (kuestioning),

masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi

(reflection), penilaian sebenarnya (authentic assessment). Suatu kelas dikatakan

menggunakan pendekatan kontektual jika menerapkan ketujuh prinsip tersebut

dalam pembelajarannya. Kontektual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja,

bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaanya (Depdiknas,

2002).

1. Konstruktivisme (Constructivism)

Salah satu landasan teoritik pendidikan modern termaksud kontektual adalah

teori pembelajaran konstruktivis, pendekatan ini pada dasarnya menekankan

pada pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat

keterlibatan aktif proses belajar mengajar.

Constructivism merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan kontektual,

yaitu bahwa pengetahuan di bangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang

hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas, manusia harus

mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman

nyata.

21
2. Inkuiri (Inkuiry)

Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontektual.

Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil

mengingat seperangkat fakta, melainkan hasil dari menemukan sendiri. Guru

harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan,

apa pun materi yang diajarkannya.

3. Bertanya (Kuestioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari ‘bertanya’.

Kuestioning (bertanya) merupakan strategi utama yang berbasis kontektual.

Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk

mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi

siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan

pembelajaran yang berbasis inkuiry, yaitu menggali informasi,

mengonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian

pada aspek yang belum diketahuinya.

4. Masyarakat belajar (Learning Community)

Konsep Learning Community menyarankan agar hasil hasil pembelajaran

diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Ketika seorang anak baru

belajar. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua

arah. Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang

dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk

bertanya, tidak ada pihak yang merasa paling tahu, semua pihak mau saling

mendengarkan. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki

22
pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan yang berbeda yang perlu di

pelajari.

5. Pemodelan (Modeling)

Dalam suatu pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model

yang bisa di tiru oleh siswanya, misalnya guru memodelkan langkah-langkah

cara menggunakan neraca Ohalus dengan demonstrasi sebelum siswanya

melakukan suatu tugas tertentu.

Dalam pembelajaran kontektual, guru bukan satu-satunya model. Pemodelan

dapat dirancang dengan melibatkan siswa , seseorang bisa ditunjuk untuk

memodelkan suatu berdasarkan pengalaman yang di ketahuinya.

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir

kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa yang lalu. Siswa

mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan

yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan

sebelumnya. Refleksi merupakan respons terhadap kejadian, aktivitas, atau

pengetahuan yang baru diterima.

7. Penilaian Auntentik ( Aunthentic Assesment)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan

gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar

siswa perlu diketahui oleh guru mengidentifikasi bahwa siswa mengalami

kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan yang

tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena assesmen

menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus

23
diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan

proses pembelajaran.

2.1.2.4 Tujuan Pembelajaran Kontektual

Menurut Iskandar (2015) tujuan pembelajaran kontektual antara lain :

1. Memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang

dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks

kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan

atau keterampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari

permasalahan ke permasalahan lainnya, agar dalam belajar itu tidak

hanya sekedar menghafal tetapi perlu adanya pemahaman,

menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa, melatih

siswa agar dapat berfikir kritis dan terampil dalam memproses

pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang

bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain, agar pembelajaran

lebih produktif dan bermakna, untuk mengajak anak pada suatu

aktivitas yang mengaitkan materi akademik dengan kontek kehidupan

sehari-hari dan agar siswa secara individu dapat menemukan dan

mentransfer informasi-informasi komplek dan siswa dapat menjadikan

itu miliknya sendiri.

Menurut saya tujuan pembelajaran kontektual iyalah untuk siswa lebih

memahami materi pembelajaran, karena dikaitkan dengan kehidupan

yang nyata mereka , dan dapat memotivasi siswa dalam belajar,

karena di dalamnya siswa tidak menghapal tetapi memahami pelajaran

tersebut.

24
2.1.2.5 Manfaat Pembelajaran Kontektual

Menurut Iskandar manfaat pembelajaran kontektual antara lain :

1. Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan anatara materi yang

diajarkannya dengan situasi dunia nyata siwa

2. Mendorong peserta didik membuat hubungan anatar pengetahuan

yang di milikinya dengan penerapanya dalam kehidupan sehari-hari

3. Melatih siswa agar dapat berfikir kritis dan terampil dalam memproses

pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang

bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.

2.1.2.6 Kelebihan Pembelajaran Kontektual

Menurut Sanjaya (2005) kelebihan kontektual yaitu:

1. Memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk mengembangkan

harapan, mengembangkan bakat dan mengetahu informasi terbaru

2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan makna

pelajaran cara mengkorelasi isi pelajaran dengan kehidupan sehari-

hari siswa.

2.1.2.7 Kekurangan Pembelajaran Kontektual

Menurut Sanjaya (2005) kekurangan kontektual yaitu :

1. Guru harus meluangkan waktu yang lebih banyak untuk mencari

informasi-informasi terbaru yang nantinya dapat berguna dalam

proses pembelajaran dikelas sehingga membutuhkan tenaga dan

pikiran yang cukup melelahkan dan menyita waktu bagi guru

2. Guru dalam proses pembelajaran akan membutuhkan waktu yang

cukup lama.

25
2.1.3 Bangun Ruang

2.1.3.1 Hakikat Bangun Ruang

Bangun ruang adalah bangun yang terbentuk tiga dimensi, yaitu

mempunyai bentuk dapat di lihat dari berbagai sudut pandang. Berbeda dengan

bangun datar, bangun ruang tidak hanya mempunyai dua dimensi, akan tetapi

memiliki ukuran yaitu panjang, lebar dan tinggi. Suharjana (2008) menyatakan

bahwa bangun ruang adalah bagian ruang yang di batasi oleh himpunan titik-titik

yang terdapat pada seluruh permukaan bangun tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa bangun ruang adalah suatu benda yang

mempunyai tiga ukuran yaitu panjang, lebar dan tinggi dimana di dalam bangun

itu terdapat suatu ruang atau rongga.

2.1.3.2 Pengertian Tabung, kerucut dan Bola

1. Tabung

Bangun tabung merupakan suatu bangun tiga dimensi yang

mempunyai tutup dan alas yang berbentuk sebuah lingkaran dengan

memiliki ukuran yang sama dan di selimuti oleh persegi panjang.

2. Kerucut

Kerucut merupakan salaha satu bangun ruang yang memiliki sebuah

alas yang berbentuk lingkaran dengan selimut yang mempunyai irisan

dari lingkaran

3. Bola

Bola merupakan salah satu bangun ruang sisi lengkung yang dibatasi

oleh satu bidang lengkung. Atau juga bisa didefinisikan sebagai

26
sebuah bangun ruang berbentuk setengah lingkaran yang diputar

mengelilingi garis tengahnya.

2.1.3.3 Sifat-Sifat Bangun Ruang

1) Sifat tabung

a. Tabung memiliki 3 buah sisi, 1 persegi panjang, 2 lingkaran

b. Tidak memiliki rusuk

c. Tidak memiliki titik sudut

d. Tidak memiliki bidang diagonal

e. Tidak memiliki diagonal bidang

f. Tabung memiliki sisi alas serta sisi atas berhadapan yang kongruen

g. Tinggi tabung merupakan jarak titik pusat bidang lingkaran

lingkaran alas dengan titik pusat lingkaran atas

h. Bidang tegak tabung berwujud lengkungan yang disebut sebagi

selimut tabung

i. Jaring-jaring tabung berwujud 2 buah lingkaran serta 1 persegi

panjang

2) Sifat Kerucut

a. Kerucut memiliki 2 sisi

b. Kerucut tidak memiliki rusuk

c. Kerucut memiliki 1 titik sudut

d. Jaring-jaring kerucut terdiri atas lingkaran serta segitiga

e. Tidak memiliki bidang diagonal

f. Tidak memiliki diagonal bidang

27
3) Sifat Bola

a. Bola memiliki 1 sisi serta 1 titik pusat

b. Bola tidak memiliki rusuk

c. Bola tidak memiliki titik sudut

d. Tidak memiliki bidang diagonal

e. Tidak memiliki diagonal bidang

f. Sisi bola disebut sebagai dinding bola

g. Jarak dinding ke titik pusat bola disebut sebagai jari-jari

h. Jarak dinding ke dinding serta melewati titik pusat disebut sebagai

diameter

2.2 Penelitian Relevan

1. Rerik Indarti (2005) tentang “Peningkatan Hasil Belajar Matematika

Pokok Bahasan Bangun Ruang dengan Model PAKEM Melalui alat

Peraga Matematika buatan Siswa Di Kelas V SD Negeri Tarunan

Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali”. Menyimpulkan bahwa alat

peraga matematika bangun ruang buatan sendiri terbuk tidapat

meningkatkan pemahaman konsep siswa. Kesamaan dengan penelitian ini

adalah sama-sama mengambil mata pelajaran Matematika materi bangun

ruang, sedangkan perbedaanya adalah model pembelajaran yang di pakai

adalah PAKEM sedangkan dalam penelitian ini menggunakan model

pembelajaran Kontektual.

2. Penelitian dilakukan oleh Ratri Isharyadi dalam jurnal pendidikan

matematika fkip Univ. Muhammadiyah metro yang berjudul “Pengaruh

Penerapan Pendekatan Kontektual Terhadap Peningkatan Kemampuan

28
Pemecahan Masalah Matematis Siswa”. Hasil penelitian menunjukan

bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis, siswa

yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan kontektual lebih baik

dari pada siswa yang mendapat pembelajaran dengan saintifik.

3. Penelitian yang dilakukan oleh mohammad faizar amir (2015) yang

berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kontektual Terhadap Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Dasar”. Hasil

penelitiannya menunjukan bahwa hasil pembelajaran kontektual terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematika diperoleh thitung>ttabel yakni

15,961 >1,753. Hal ini menunjukan ada pengaruh pembelajaran kontektual

terdapat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SD.

Sementara itu hasil rumus eta-skuared diperoleh 0,944. Hal ini

menunjukan pembelajaran kontektual memiliki tingkat pengaruh besar

terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa SD.

2.3 Kerangka Berpikir

Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses

pembelajaran yang diperlihatkan dari perilaku baiknya, baik perilaku penguasaan,

pengetahuan, sikap dan keterampilan. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam

proses pembelajaran adalah seorang guru. Dalam mencapai tujuan pembelajaran

guru dituntut untuk memilih dan menerapkan model pembelajaran yang dapat

memacu semangat siswa untuk terlihat aktif dalam belajar. Ada banyak model

pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di antaranya adalah

model pembelajaran kontektual.

29
Dengan di terapkannya model pembelajaran kontektual ini siswa semakin

termotivasi untuk lebih aktif di dalam kelas selama pembelajaran dan memahami

makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut

dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari.

2.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Analisis Kesulitan Siswa Dalam

Proses Pemecahan Masalah Bangun Ruang dengan Model Pembelajaran

Kontektual Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas IV SDN 03 Subulussalam

Tahun Ajaran 2021/2022”.

30
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang

dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya akibat dari sesuatu yang

dikenakan pada subjek yaitu siswa . penelitian ini melibatkan dua kelompok yang

mendapatkan perlakuan yang berbeda yaitu kelompok yang menggunakan model

pembelajaran kontektual dan kelompok yang tidak menggunakan model

pembelajaran kontektual. Penerapan kedua pembelajaran dilakukan oleh guru

mata pelajaran sedangkan penulis sebagai pengamat.

Dalam penelitian ini di berikan perlakuan sebanyak 3 kali pada masing-

masing kelas, dan setiap perlakuan diberikan tes akhir (post test) dengan soal

berbeda. Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah jenis data

kualitatif yaitu mengelompokan suatu objek.

Table 3.1
Desain penelitian
Kelas Perlakuan Tes Akhir
X1.1 T1
Pembelajaran X1.2 T2
Kontektual X1.3 T3
X2.1 T1
Tidak Kontektual X2.2 T2
X2.3 T3
Keterangan

X1.1 = Perlakuan Pertama Model Pembelajaran Kontektual

X1.2 = Perlakuan kedua Model Pembelajaran Kontektual

X1.3 = Perlakuan Ketiga Model Pembelajaran Kontektual

31
X2.1 = Perlakuan Pertama Model Pembelajaran Tidak Kontektual

X2.2 = Perlakuan kedua Model Pembelajaran Tidak Kontektual

X2.3 = Perlakuan Ketiga Model Pembelajaran Tidak Kontektual

T1 = Post test pertama

T2 = Post test kedua

T3 = Post test ketiga

3.2 Partisipan dan Tempat Penelitian

3.2.1 Partisipan

Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SD Negeri 03

Subulussalam Kecamatan Simpang Kiri Provinsi Aceh, dengan jumlah siswa

sebanyak 20 orang siswa yaitu 10 anak perempuan dan 10 anak laki-laki.

3.1.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Subulussalam, Jl Nyak Adam

Kamil, Kecamatan Simpang Kiri, Provinsi Aceh

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah di olah.

Purwanto (2008) mengatakan bahwa instrumen merupakan alat bantu yang di

gunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dengan cara melakukan

pengukuran.

Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

32
1. Instrumen tes

tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dalam bentuk pilihan

ganda karena dirasa mudah untuk menidentifikasi kamampuan siswa dalam

mengomunikasikan soal kedalam kalimat matematika yang dijawab oleh

siswa. Tes yang dibuat untuk menyelidiki dan menggambarkan kemampuan

siswa dalam mengomunikasikan soal kedalam kalimat matematika dalam

materi tabung, kerucut dan bola. Peneliti merancang instrument ini untuk

mengungkapkan pengentauan dan menuangkan kemampuan siswa dalam

menghadapi soal-soal dengan cara mengkontruksi hubungan pada materi

tersebut. instrument soal tersebut di harapkan menunjukan kemampuan siswa

mengomunikasikan soal kedalam kalimat matematika pada materi tabung,

kerucut dan bola.dalam hal ini peneliti membedakan tiga keriteria dalam

melakukan penelitian dan mengumpulkan data yaitu dengan siswa

kemampuan tinggi sedang dan rendah.begitu juga dengan hasil instrument tes

ini akan di berikan tingkat kemampuan tinggi dengan nilai 85 sampei 100

kemampuan sedang dengan nilai 65 sampai 84 dan kemampuan rendah

dengan nilai 0 sampai 64.

Tabel 3.2 Indikator Instrument (tes)


Ranah Kognitif

Ranah Kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).


Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termaksud
dalam ranah kognitif.

No Indikator soal/tes Ranah Kognitif


1. Dengan hasil analisis percobaan yang telah C1
dilakukan, peserta didik dapat
mengidentifikasi sifat-sifat bola
2. Disajikan dua gambar bangun ruang, C2
dengan membandingkan bangun-bangun

33
ruang tersebut peserta didik dapat
menentukan sifat-sifat bangun ruang
3. Disajikan sifat-sifat bangun ruang, dengan C4
menganalisis pada percobaan yang telah
dilakukan peserta didik dapat
membedakan bangun ruang berdasarkan
sifat-sifatnya
4. Disajikan tabel berisi data bangun ruang, C2
dengan meganalisis sifat-sifat bangun
ruang pada percobaan yang telah
dilakukan, peserta didik dapat
membedakan bangun ruang berdasarkan
sifat-sifatnya
5. Disajikan gambar dan permasalahan C1
kehidupan sehari-hari, dengan
menganalisis sifat-sifat bola pada
percobaan yang telah dilakukan, peserta
didik dapat mengidentifikasikan benda apa
yang berbentuk bola

2. Instrumen Wawancara

Instrumen wawancara merupakan pedoman peneliti dalam mewawancarai

subjek peneliti untuk mengali sebanyak banyak tentang apa, mengapa, dan

bagaimana tentang masalah yang di berikan oleh peneliti. Pedoman ini

merupakan garis besar pertanyaan-pertayaan yang akan di berikan penelitti

kepada subjek penelitian bagaimana terlampir pada lampiran. Jika selama

wawancara siswa mengalami kesulitan dengan pertanyaan tertentu yang di

ajukan oleh peneliti, maka mereka di dorong untuk merepleksikan dan

menjelaskan kesulitan yang di hadapinya. Jika di perlukan subjek

diperkenankan mengunakan penjelasan seara tertulis untuk menguatkan

jawaban yang di berikan. Untuk memaksimalkan hasil wawancara peneliti

meggunakan alat pengambilan data seperti suara atau foto, tujuannya untuk

mengantisipasi keterbatasan peneliti dalam mengingat informasi pada saat

wawancara berlangsung Pelaksaanaan wawancara di laksanakan diluar jam

34
pelajaran dengan maksud agar tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar

diluar jam pelajaran di kelas dan siswa pun tidak merasa keberatan dalam

mengikuti wawancara. Wawancara pada penelitian ini berdasarkan pedoman

wawancara sebagai garis besar pertayaan-pertayaan peneliti yang akan di

ajukan kepada siswa sebagai subjek penelitian.

3. Instrumen observasi

Instrumen observasi merupakan pedoman peneliti dalam mengadakan

pengamatan dan pencarian sistematik terhadap fenomena yang di teliti.

Pedoman ini berkaitan dengan situasi dan kondisi SDN 03

SUBULUSSALAM

4. Instrumen dokumentasi

Instrument dokumentasi adalah alat bantu yang di gunakan untuk

mengumpulkan data-data yang berupa dokumen seperti foto-foto kegiatan

dan transkip wawancara sebagai mana terlampir pada lampiran.

3.4 Pengumpulan Data

Yang digunakan untuk mengumpulkan data-data di atas meliputi

Observasi, Wawancara dan Tes. Yang masing-masing di uraikan berikut ini:

1. Observasi

Margono (2007), observasi merupakan teknik melihat dan mengamati

perubahan dari fenomena sosial yang tengah berkembang dan tumbuh.

Selanjutnya perubahan bisa dilakukan berdasarkan penilaian tersebut.

Observasi langsung (direct observation) adalah observasi yang di lakukan

tanpa perantara (secara langsung) terhadap objek yang di teliti. Observasi

dilakukan pada siswa kelas IV dan guru kelas IV SD Negeri 03 Subulussalam

35
untuk mengetahui proses penerapan model pembelajaran kontektual dan

untuk mengetahui keaktifan siswa selama proses kegiatan belajar mengajar.

2. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan

berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara

adalah untuk mendapatkan informasia yang terpercaya, wawancara dilakukan

dengan cara penyampaian sejumlah pertanyaan dari pewawancara kepada

narasumber. Wawancara dilakukan terhadap guru untuk menggali informasi

guna memperoleh data yang berkaitan dengan proses dan hasil pembelajaran

bangun ruang kelas IV menggunakan model pembelajaran bangun ruang.

3. Tes

Pemberian tes di maksudkan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan

yang di peroleh siswa setelah kegiatan pembelajaran dan pemberian

tindakan. Tes yang diberikan kepada siswa, yakni tes objektif materi bangun

ruang.

3.5 Analisis Data

Menurut Sugiyono (2010), yang dimaksud dengan teknik analisis data

adalah proses mencari data, menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara lain

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola memilih mana yang penting dan

yang akan di pelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh

diri sendiri maupun orang lain.

36
Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Miles dan Huberman (1984) Teknik

yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif. Model

analisis interaktif mempunyai empat buah komponen pokok yaitu Pengumpulan

Data, Reduksi Data, penyajian Data dan Penarikan Kesimpulan. Berikut ini

penjelasanya.

1. Pengumpulan Data

Data yang didapat dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dicatat

pada catatan lapangan yang terdiri atas 2 bagian yaitu bagian deskriptif dan

bagian reflektif. Pengertian catatan deskriptif yaitu catatan alami, (merupakan

catatan mengenai apa yang disaksikan, didengar, dilihat dan di alami sendiri

oleh peneliti terhadap fenomena yang dialaminya). Catatan reflektif adalah

catatan yang isinya kesan, pendapat, komentar serta tafsiran peneliti

mengenai apa penemuan yang dijumpai. Selain itu merupakan bahan rencana

pengumpulan data untuk tahap selanjutnya.

2. Reduksi Data

Selanjutnya sesudah data terkumpul dibuat reduksi data, untuk menentukan

data yang relevan dan mempunyai makna, memfokuskan data yang mengarah

pada pemecahan masalah, penemuan, pemaknaan atau untuk menjawab

pertanyaan penelitian. Selanjutnya melakukan penyederhanaan serta

menyusun secara sistematis dan menjabarkan hal-hal penting mengenai hasil

penemuan dan maknanya.

3. Penyajian Data

Penyajian data bisa berbentuk tulisan, gambar, tabel dan grafik. Tujuan

penyajian data untuk menggabungkan informasi sehingga bisa memberikan

37
gambaran terhadap keadaan yang terjadi. Dalam hal ini, supaya peneliti tidak

mengalami kesulitan dalam penguasaan informasi secara baik dan

menyeluruh dan juga bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian.

4. Penarik Kesimpulan

Penarik kesimpulan dilakukan selama berlangsungnya penelitian, seperti

halnya proses reduksi data, sesudah data terkumpul memadai maka akan

dapat diperoleh kesimpulan sementara, dan sesudah data benar-benar lengkap

maka dapat diperoleh kesimpulan akhir.

38
DAFTAR PUSTAKA

Hasyimah Setyaningtyas. (2019). Analisis Kesulitan Belajar Siswa Kelas V Pada


Materi Bangun Ruang Dan Alternative Pemecahanya Berdasarkan Teori
Van Hiele Di Sd Negeri 1 Gatak Delanggu. (Skripsi). FKIP,
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Kun AjengPrabandari. (2019). Analisis Factor-Faktor Kesulitan Belajar Pada


Mata Pelajaran Matematika Di Kelas IV Sd Negeri 4 Genengadal .
(Skripsi). FKIP, Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Ranti Kurniasih. 2017. Penerapan Strategi Pembelajaran Fase Belajar Model Van
Hiele Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Di Smp Islam Al Azhaar
Tulungagung. Jurnal Silogisme , 2, 61-68. Abstrak di peroleh dari
http://journal.umpo.ac.id/index.php/silogisme/article/view/626/612

Nurul, F. A., Yenita, R., & Maimunnah. (2018). Analisis Kesalahan Siswa Dalam
Menyelesaikan Masalah Kontektual Materi Bangun Ruang Sisi Datar
Berdasarkan Tahapan Kastolan. Letters Of Mathematics Education, 5, 65-
72. Abstrak di peroleh dari
https://www.researchgate.net/publication/336610650_ANALISIS_KESAL
AHAN_SISWA_DALAM_MENYELESAIKAN_MASALAH_KONTEKS
TUAL_MATERI_BANGUN_RUANG_SISI_DATAR_BERDASARKAN_
TAHAPAN_KASTOLAN

Agung, S., Tri. L., & Arief, S. (2015). Pengenalan Rumusan Bangun Ruang
Matematika Berbasis Augmented Reality. Prosiding Snatif, 2, 602-1180.
Abstrak di peroleh dari
http://jurnal.umk.ac.id/index.php/SNA/article/view/298

Agus Suharjana (2008). Pengenalan bangun ruang dan sifat-sifatnya di sd. Di


peroleh dari http://p4tkmatematika.org/fasilitasi/9-Pengenalan-bangun-
ruang-dan-sifat2nya.pdf

Afrida, P., Muhammad, D. D., (2017). Belajar dan Pembelajaran. Fitrah Jurnal
Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman, 03, 2460-2345. Abstrak di peroleh dari
http://jurnal.iain-padangsidimpuan.ac.id/index.php/F/article/download/
945/795

Rismatul, A., Lia, Y., & Eni, L. (2015). Kesulitan Pemecahan Masalah Fisika
Pada Siswa SMA. Jurnal penelitian fisika dan aplikasinya (JPFA) 5, 2807-
9946. Abstrak di peroleh dari
https://journal.unesa.ac.id/index.php/jpfa/article/view/821/621

39
Romika., Yuli. A. (2014) Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Dengan Teori Van Hiele.
Jurnal Binagogik, 1, 2355-3774. Abstrak di peroleh dari
https://ejournal.stkipbbm.ac.id/index.php/pgsd/article/download/35/33

Raja Usman. (2017). Penggunaan Metode Pembelajaran Kontektual (Kontextual


Teaching And Learning) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar
Siswa Kelas IIIA Sd Negeri 02 Kundur. Jurnal UPBJJ, 6, 2303-1514.
Abstrak di peroleh dari
https://www.neliti.com/id/publications/258401/penggunaan-metode-
pembelajaran-kontekstual-contextual-teaching-and-learning-untu

Muhammad, D,. S. (2017). Pembelajaran Matematika Dalam Perspektif


Konstruktivisme. Nishamiyah jurnal pendidikan islam dan teknologi
pendidikan, 7, 2086-4205. Abstrak di peroleh dari
http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/nizhamiyah/article/download/
188/175

Riyanti. Sutama & Mariyadi. (2017). Managemen Pembelajaran Matematika Di


Sd Negeri Mangkubumen 83 Surakarta. Managemen pembelajaran
matematika, 29, 65-74. Abstrak di peroleh dari
http://text-id.123dok.com/document/wyem2p0z-manajemen-pembelajaran-
matematika-di-sd-negeri-mangkubumen-83-manajemen-pembelajaran-
matematika-di-sd-negeri-mangkubumen-83-surakarta.html

Istanti. (2010). Penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan


pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran matematika siswa
kelas IV SDN 03 sidanegara kedungreja cilacap tahun pelajaran
2019/2010. (Skripsi). FKIP, 11 Maret, Surakarta.

Rines, M. (2019). Pengaruh penerapan model pembelajaran kontekstual teaching


and learning (CTL), terhadap kemampuan pemecahan matematis
berdasarkan disposisi matematis siswa sekolah menengah pertaman negeri
3 tambang. (Skripsi). FTK, Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Pekan
Baru.

Laila, M. (2019). Pengaruh pendekatan kontekstual teaching and learning (CTL)


terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII
MTsN darul kur’an bengkel. (Skripsi). FTK, UIN Mataram, Mataram.

40
INDIKATOR YANG INGIN DI CAPAI

No Kompetensi Dasar Materi Indikator soal Ranah No


kognitif item
1. Membandingkan Sifat- Dengan hasil analisis C1 1
tabung, kerucut dan sifat percobaan yang telah
bola bangun dilakukan, peserta
ruang didik dapat
mengidentifikasi sifat-
sifat bola
Disajikan dua gambar C2 2
bangun ruang, dengan
membandingkan
bangun-bangun ruang
tersebut peserta didik
dapat menentukan
sifat-sifat bangun
ruang
Disajikan sifat-sifat C4 3
bangun ruang, dengan
menganalisis pada
percobaan yang telah
dilakukan peserta
didik dapat
membedakan bangun
ruang berdasarkan
sifat-sifatnya.
Disajikan tabel berisi C2 4
data bangun ruang,
dengan meganalisis
sifat-sifat bangun
ruang pada percobaan
yang telah dilakukan,
peserta didik dapat
membedakan bangun
ruang berdasarkan
sifat-sifatnya
Disajikan gambar dan C1 5
permasalahan
kehidupan sehari-hari,
dengan menganalisis
sifat-sifat bola pada
percobaan yang telah
dilakukan, peserta
didik dapat
mengidentifikasikan
benda apa yang
berbentuk bola.

41
Soal Pilihan Berganda

1. Sifat-sifat di bawah ini yang merupakan sifat bola adalah…..


a. Memiliki rusuk lurus
b. Memiliki satu titik sudut
c. Tidak memiliki rusuk lengkung
d. Tidak memiliki titik sudut

2. Perhatikan gambar di bawah ini !

dibawah ini manakah pernyataan yang benar ?

a. Gambar 1 dan 2 memiliki sisi sama banyak


b. Gambar 1 memiliki rusuk lebih banyak dari pada gambar 2
c. Semua sudut gambar 1 adalah sudut siku-siku
d. Gambar 2 memiliki rusuk lengkung

3. Dalam permainan tebak bangun ruang disediakan tabung, kerucut dan bola
di dalam kantong tertutup. Fida mengambil sebuah bangun dan
menyembunyikan. Gina menebak bangun yang disembunyikannya dengan
melakukan percakapan berikut.
Gina : apakah bangun itu memiliki satu sudut ?
Fida : ya
Gina : apakah bangun itu memiliki rusuk-rusuk yang sejajar ?
Fida : tidak
Bangun yang disembunyikan fida adalah ?
a. Prisma
b. Kerucut
c. Tabung
d. Bola

42
4. Tabel berikut menunjukan sifat-sifat bangun

Sifat-sifat Ya Tidak
Memiliki rusuk lengkung 
Semua rusuknya lurus 
Tidak memiliki titik sudut 
Memiliki 5 titik sudut 
Memiliki 8 titik susut 

Bangun yang di maksud adalah …..?


a.

b.

c.

d.

5. Adi, Budi, dan Cici sedang berpiknik bersama keluarga ke daerah


pegunungan. Pada malam hari, mereka menyalakan api unggun dan duduk
di luar tenda bersama-sama sambil mengobrol. Mereka bertiga bermain
tebak-tebakan bangun ruang. Kali ini Adi memberikan soal tebakanya
yaitu ”Benda apakah yang memiliki sifat-sifat yang sama dengan bangun
ruang bola?”

43
Menurut kamu, benda manakah yang di maksud Adi ?
a. Bulan
b. Batang kayu
c. Tenda
d. Gunung

44
PERTANYAAN WAWANCARA

1. Apakah yang ada di pikiran ibu ketika mendengar kata perangkat ajar atau
alat peraga ?
2. Adakah perangkat ajar untuk matematika di sekolah ini ?
3. Bagaimana cara ibu mengajarkan materi bangun ruang ?
4. Apakah sulit untuk ibu memberi materi mengenai bangun ruang ?
5. Bagaimana kalau di buat perangkat ajar mengenai bangun ruang ?
6. Menurut ibu apakah perlu ada soal dalam materi bangun ruang ?
7. Apakah menurut ibu dengan adanya perangkat ajar mengenai bangun
ruang dapat memudahkan siswa dalam memahami materi bangun ruang
tersebut ?

Alat atau skala yang digunakan untuk menyimpulkan wawancara yaitu

menggunakan skala nominal. Skala nominal adalah skala berdasarkan fakta yang

menunjukan perbedaan kualitatif.

45
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Satuan Pendidikan : SD Negeri 03 Subulussalam

Kelas/ Semester : IV/ II

Mata Pelajaran : Matematika

Materi Pokok : Bangun Ruang

Pembelajaran ke : 1-2

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

A. Standar Kompetensi

1. Memahami sifat-sifat Bangun Ruang

B. Kompetensi Dasar

1. Menentukan sifat-sifat Bangun Ruang

C. Indikator

 mengidentifikasi sifat-sifat bola

 menentukan sifat-sifat bangun ruang

 membedakan bangun ruang berdasarkan sifat-sifatnya

 membedakan bangun ruang berdasarkan sifat-sifatnya

 mengidentifikasikan benda apa yang berbentuk bola

D. Tujuan Pembelajaran

 peserta didik dapat mengidentifikasi sifat-sifat bola

 peserta didik dapat menentukan sifat-sifat bangun ruang

46
 peserta didik dapat membedakan bangun ruang berdasarkan sifat-

sifatnya

 peserta didik dapat membedakan bangun ruang berdasarkan sifat-

sifatnya

 peserta didik dapat mengidentifikasikan benda apa yang berbentuk

bola

E. Materi Ajar

1. Sifat-Sifat Bangun Ruang Tabung Bola dan Kerucut

F. Metode pembelajaran

 Model : Pembelajaran Kontektual

 Metode : Pengamatan, Penugasan, Diskusi

G. Langkah-Langkah Pembelajaran

 Kegiatan awal

 Guru mengucapkan salam dan mengajak seluruh siswa berdoa

 Guru mengabsensi siswa

 Guru memberikan apresiasi/ motivasi dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan dalam kehidupan sehari-hari yang

berkaitan dengan materi yang dipelajari

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

 Siswa membentuk kelompok berdasarkan arahan guru

 Kegiatan inti

 Siswa bersama guru mendiskusikan langkah-langkah

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kontektual

47
 Guru menjelaskan materi secara ringkas kepada siswa

 Guru membagi tugas siswa yang di amati siswa secara

berkelompok

 Guru membantu siswa berbagi tugas untuk mnyelesaikan

masalah dengan berbagi cara mereka sendiri dan memberi

arahan sesuai dengan kesulitan masalah yang di hadapi

masing-masing kelompok

 Guru berkeliling untuk mengamati kerja sama setiap kelompok

 Setelah siswa selesai mendiskusikan permasalahan yang di

berikan sesuai dengan waktu yang ditentukan, guru

membimbing siswa untuk melakukan pembelajaran kontektual

 Kegiatan Akhir

 Guru bersama peserta didik membuat kesimpulan tentang

materi ajar yang telah di sajikan selama pembelajaran

 Memberi pekerjaan rumah

 Menutup pelajaran dan meberi salam

H. Alat/Bahan dan sumber belajar

 Sumber

Buku matematika kelas IV SD

 Media

Bangun Ruang Tabung Bola dan Kerucut

I. Penilaian (asesmen)

Penilian terhadap materi ini dapat di lakukan sesuai kebutuhan guru yaitu dari

tes yang dilakukan dan kerja kelompok atau dengan rubric penilaian.

48
Mengetahui Subulussalam

Kepala Sekolah Peneliti

…………………… …………………..

NIP. AYU SULASTRI

49

Anda mungkin juga menyukai