Anda di halaman 1dari 53

STRATEGI GURU DALAM MENANAMKAN KONSEP DIRI PADA

PEMBELAJARAN IPS KELAS VII DI SMPN 2 PUJUT KABUPATEN


LOMBOK TENGAH TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Oleh

Ibnu Majid Abdul Tamrin

NIM 180105145

PROGRAM STUDI TADRIS IPS EKONOMI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

2022

1
STRATEGI GURU DALAM MENANAMKAN KONSEP DIRI PADA
PEMBELAJARAN IPS KELAS VII DI SMPN 2 PUJUT KABUPATEN
LOMBOK TENGAH TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Proposal Skripsi

Oleh

Ibnu Majid Abdul Tamrin

180105145

PROGRAM STUDI TADRIS IPS EKONOMI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

2022

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb Alhamdulillah, puji syukur penulis

panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, taufiq serta inayah-

Nya proposal ini dapat diselesaikan dengan baik guna memenuhi salah satu

syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas

Keguruan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

(Ekonomi) di Universitas Islam Negeri Mataram (UIN). Shalawat dan

salam senantiasa pula diperuntukkan kepada baginda Rasulullah

Muhammad SAW, yang dengan penuh semangat dan ikhlas berjuang dalam

menumbuh kembangkan ajaran Islam sehingga dapat membimbing umat

manusia menuju keimanan dan keselamatan, baik di dunia maupun di

akhirat nanti. Sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal yang

berjudul “Strategi Guru Dalam Menanamkan Konsep Diri Pada

Pembelajaran IPS Kelas VII Di SMPN 2 Pujut Kabupaten Lombok Tengah

Tahun Pelajaran 2021/2022” dapat terselesaikan dengan baik. Dengan

selesainya penyusunan proposal ini penulis ingin mengucapkan rasa terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah banyak

membantu dalam memberikan bimbingan, saran-saran dan informasi yang

sangat berharga kepada penulis, terutama kepada:

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini jauh dari

kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak

sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya. Akhirnya hanya

kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga proposal ini

3
dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para

pembaca pada umunya semoga Allah SWT meridhoi dan mencatat sebagai

ibadah di sisinya. Amin.

Mataram, 1 Juni 2022

Penulis

Ibnu Majid Abdul Tamrin

NIM. 180105145

4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................3

DAFTAR ISI......................................................................................................................5

A. Judul :.....................................................................................................................6

B. Latar Belakang Masalah.........................................................................................6

C. Rumusan Masalah..............................................................................................12

D. Tujuan Manfaat Penelitian................................................................................12

1. Tujuan Penelitian...........................................................................................12

2. Manfaaat Penelitian.......................................................................................13

E. Ruang lingkup dan setting penelitian..............................................................14

1. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................................14

2. Setting penelitian............................................................................................14

F. Telaah pustaka...................................................................................................15

G. Kerangka Teori..............................................................................................17

1. Peran Guru dalam Menanamkan Kepercayaan Diri Siswa........................17

a. Pengertian Guru.............................................................................................17

b. Tugas Guru.....................................................................................................19

c. Peran Guru.....................................................................................................21

2. Konsep Diri.....................................................................................................23

a. Pengertian Konsep Diri..................................................................................23

b. Ciri-ciri Konsep Diri......................................................................................24

c. Jenis-jenis Konsep Diri..................................................................................25

d. Dimensi Konsep Diri......................................................................................28

e. Pembentukan Konsep Diri.............................................................................28

5
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri.........................................29

3. Pembelajaran IPS pada Jenjang Pendidikan Menengah Petama...............31

a. Pengertian Pembelajaran IPS.......................................................................31

b. Tujuan Pembelajaran IPS.............................................................................32

c. Strategi Guru Dalam Menanamkan Konsep Diri.......................................33

H. Metode penelitian...........................................................................................34

1. Pendekatan Penelitian....................................................................................34

2. Kehadiran Peneliti..........................................................................................35

3. Lokasi penelitian............................................................................................35

4. Sumber Data...................................................................................................36

5. Prosedur Pengumpulan Data........................................................................37

6. Tenik Analisis Data........................................................................................41

7. Pengecekan Keabsahan data.........................................................................43

I. Sistematika Pembahasan...................................................................................45

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................47

6
A. Judul :

Strategi Guru Dalam Menanamkan Konsep Diri Pada Pembelajaran

IPS Kelas VII DI SMPN 2 Pujut Kabupaten Lombok Tengah Tahun

Pelajaran 2021/2022

B. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai salah satu sistem yang menjadi salah satu

kegiatan yang berkaitan dengan suatu usaha sadar yang terencana dalam

terlaksananya proses pembelajaran secara optimal, sehingga mampu

membuat peserta didik menjadi lebih aktif dalam mengembangkan sebuah

skill atau potensi yang dimiliki, baik dari tingkat spiritual keagamaan,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, keterampilan dalam bersosial atau

bermasyarakat dan bernegara.1 Pendidikan juga dapat diartikan sebagai

proses pembinaan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja kepada

anak atau peserta didik yang mengarah pada terbentuknya kepribadian

peserta didik yang baik.2 Sehingga pendidikan menjadi hal yang sangat

efektif dalam mengembangkan kemampuan dan mutu kehidupan yang

sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertera pada

Undang-Undang sistem pendidikan nasional.3

Dalam “Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 3, bahwa


1
Syafarudin dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Melejitnya Potensi Budaya Umat), (Jakarta:Hijri
Pustaka Utama, 2017) , H.22
2
Heru Setiawan, Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pengembangan Pendidikan Islam, Jurnal
Nidhomul Haq Vol 1 No: 2 September 2016. H 59
3
Undang-Uundang Republik Indonesia NO. 20 Tahun 2003 “Tentang Sistem Pendidikan
Nasional”, Hlm. 2

7
tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.4 Di sisi

lain, tujuan pendidikan adalah untuk mengarahkan peserta didik pada

perubahan tingkah laku, aktivitas, dan pencapaiannya.5 Menurut Crow

tujuan pendidikan memperbaiki moral, yakni “memanusiakan manusia”.

Jadi pendidikan bukan hanya untuk persiapan kehidupan mendatang,

melainkan untuk perkembangan individu menuju tingkat kedewasaannya

di kehidupannya yang sekarang.6

Berdasarkan paparan di atas, pendidikan memiliki tujuan untuk

membentuk pribadi yang beriman dan berakhlak mulia. Untuk mewujudkan

kepribadian yang beriman dan berakhlak mulia. Ilmu pengetahuan sosial

adalah proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi,

masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu

aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam

masyarakat.7 Ilmu pengetahuan sosial sebagai bagian yang paling sentral

dalam sistem pendidikan nasional, oleh karena itu penerapannya tidak lepas

dari pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Konsep dasar dalam ilmu pengetahuan sosial dalam membentuk

kepribadian peserta didik merujuk pada kemampuan dasar yang sudah ada

4
Nur Efendi, Islamic Educational Sociology (Depok : Rumah Media), Hlm 12
5
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al Qur’an, (Jakarta : Pt Raja Grafindo
2012), H. 45
6 ?
Lukman Hakim, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta: Genta Press, 2008), H. 4.
7 ?
Bukhari Umar. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kencana, 2013), Hlm. 26-27

8
pada diri peserta didik itu sendiri, untuk diarahkan dalam meningkatkan

keimanan, ketaqwaan, pemahaman keagamaan, penghayatan dan

pengamalan peribadatan peserta didik. Proses pembelajaran di sekolah

merupakan kegiatan inti dari seluruh kegiatan yang dilaksanakan pada

lembaga pendidikan di sekolah. Kegiatan proses belajar ini merupakan

kegiatan yang di dalamnya terjadi proses interaksi antara guru dan peserta

didik. Guru dan peserta didik adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan

khususnya dalam proses pembelajaran.8

Dengan demikian, setiap lembaga pendidikan memiliki tugas dan

tanggung jawab yang berat dalam rangka mempersiapkan pendidikan

kepada anak. Orang tua bertanggung jawab atas pendidikan anaknya di

rumah, guru bertanggung jawab atas kelangsungan pendidikan di sekolah.

Keberadaan guru memiliki peranan yang sangat penting di dalam proses

pembelajaran di sekolah. Peranan guru dalam proses pembelajaran tidak

dapat digantikan dengan alat atau media elektronik, karena terdpat banyak

unsur yang bersifat manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan,

motivasi, dan kebiasaan yang diharapkan merupakan hasil dari proses

pembelajaran yang tidak dapat terwakili oleh media elektronik. Seorang

guru harus selalu memikirkan perilakunya, karena segala hal yang

dilakukannya akan dijadikan teladan murid-muridnya dan masyarakat.

Sebagai guru dan pendidik diharapkan mampu memberi teladan yang baik

8 ?
Muhammad Darwis Dasopang, “Belajar Dan Pembelajaran”, Jurnal Kajian Ilmu
Keislaman, Vol. 3, Nomor 2, Desember 2017, Hlm. 334

9
bagi peserta didik, baik dalam setiap kegiatan yang dilakukan, maupun

dalam tutur kata dan tindakan nyata atau perilaku.9

Guru adalah orang yang memberikan atau mentransfer ilmu

pengetahuan kepada peserta didik. Dalam pandangan masyarakat guru

merupakan orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu,

tidak harus di lembaga pendidikan formal seperti halnya pendidikan dasar,

menengah dan pendidikan atas sampai perguruan tinggi akan tetapi bisa

juga dilaksanakan di masjid, di surau atau mushola, di rumah dan

sebagainya yang dapat dijadikan sebagai tempat belajar. 10 Selain itu guru

merupakan orang yang profesi dan pekerjaannya sebagai pengajar. Guru

memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran,

keberhasilan peserta didik atau siswa tergantung dari keterampilan seorang

guru. Oleh karena itu seorang guru harus memiliki fungsi dan posisi sebagai

teladan bagi peserta didiknya, baik dari segi perbuatan maupun

perkataannya.11

Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di pandangan

masyarakat. Masyarakat meyakini sepenuhnya bahwa gurulah yang dapat

mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian

mulia, memilik tingkah laku yang baik dan diharapkan akan menjadi

generasi emas nantinya. Penanaman karakter dapat dilakukan dengan cara

9 ?
Elly Manizar, “Peran Guru Sebagai Motivator Dalam Belajar”, Jurnal Tadrib, Vol.1,
Nomor 2, Desember 2015, Hlm. 178
10
Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif: Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologis, (Jakarta, Rineka Cipta, 2010), Hlm. 31
11
Mujtahid, Pengembangan Profesi Guru, (Malang: UIN Maliki Press, 2011), Hlm. 33.

10
mengajarkan cara menanamkan konsep diri kepada peserta didik melalui

pembelajaran.

Konsep diri merupakan keseluruhan pandangan seseorang terhadap

dirinya sendiri. Konsep tersebut merupakan kepercayaan atau keyakinan

mengenai keadaan dirinya sendiri. Konsep diri tumbuh dari interaksi

seseorang dengan orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya,

biasanya orang tua, guru, dan teman-teman.12 Cawages, berpendapat bahwa

konsep diri merupakan seluruh persepsi individu akan dimensi fisiknya,

motivasinya, karakteristik pribadi, kelebihannya, kelemahannya,

kegagalannya, kecakapannya dan sebagainya.13

Penelitian mengenai konsep diri ini perlu dilakukan untuk

mengetahui bagaimana strategi guru dalam menanamkan konsep diri

pada pembelajaran IPS. Oleh sebab itu dalam penanaman konsep diri

peserta didik tersebut dibutuhkan sumber daya manusia sebagai pelaksana.

Pendidik yang memiliki sertifikat atau ijazah telah mendapatkan pengakuan

dari pemerintah merupakan sumber daya manusia yang dapat dijadikan

sebagai pelaksana dalam menanamkan konsep diri.

Mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran integrasi dari mata

pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial

lainnya. Menurut Sekar Purbarini Kawuryan, Pendidikan IPS dalam

kepustakaan asing disebut dengan berbagai istilah seperti Social Studies,

12
Slameto, 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. (Jakarta: Rineka
Cipta), Hlm 182
13
Ibid, Hlm. 165

11
Social Education, Citizenship Education, dan Social Science Education. 14

Batasan Pendidikan IPS di Indonesia adalah program pendidikan yang

memilih bahan pendidikan dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humanitis yang

diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan

pendidikan.15

Berdasarkan hasil observasi awal peneliti di SMPN 2 Pujut, peneliti

menemukan beberapa peserta didik yang memiliki beberapa permasalahan

pada dirinya, hal tersebut tercermin dari beberapa keadaan siswa yang

mengalami kesulitan dalam berbicara dengan orang lain, menunjukkan sikap

mengasingkan diri, masih terlihat malu-malu, kurangnya semangat dalam

belajar, sulit menerima kritik, dan kurangnya kepercayaan diri dari peserta

didik.16

Oleh karena itu, peneliti sangat tertarik untuk melaksanakan penelitian

skripsi dengan judul “Strategi Guru Dalam Menanamkan Konsep Diri Pada

Pembelajaran IPS DI SMPN 2 Pujut Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok

Tengah Tahun Pelajaran 2021/2022”. Penelitian ini sangat penting

dilakukan karena peneliti bisa mengetahui sejauh mana Strategi Guru Dalam

Menanamkan Konsep Diri Pada Pembelajaran IPS kelas VII di SMPN 2

Pujut.

14
Sapriya, Pendidikan Ips Konsep Dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2009), Hlm.7
15
Muhammad Numan Somantri, Menggagas Pembaharuan Pendidikan Ips. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2001), Hlm.79
16 ?
Observasi, Di SMPN 2 Pujut, Pada Hari Selasa Tanggal 12 Januari 2022

12
C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang atau konteks penelitian di atas, maka fokus penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi guru dalam menanamkan konsep diri pada

Pembelajaran IPS kelas VII di SMPN 2 Pujut Kabupaten Lombok Tengah?

2. Bagaimana dampak strategi guru terhadap konsep diri pada pembelajaran

IPS kelas VII di SMPN 2 Pujut ?

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat guru dalam menanamkan konsep

diri pada Pembelajaran IPS kelas VII di SMPN 2 Pujut Kabupaten Lombok

Tengah ?

D. Tujuan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan peneliti yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Untuk mengetahui strategi guru dalam menanamkan konsep diri pada

Pembelajaran IPS kelas VII di SMPN 2 Pujut Kabupaten Lombok Tengah

b. Untuk mengetahui dampak strategi guru terhadap konsep diri pada

pembelajaran IPS kelas VII di SMPN 2 Pujut

c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat guru dalam

menanamkan konsep diri pada Pembelajaran IPS kelas VII di SMPN 2 Pujut

Kabupaten Lombok Tengah

13
2. Manfaaat Penelitian

Adapun Manfaat yang didapat dari penelitian ini, baik manfaat secara teoritis

maupun secara praktis adalah sebagai berikut:

1) Manfaat secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan mengenai

nilai-nilai pendidikan guru dalam menanamkan konsep diri pada peserta didik

2). Manfaat secara Praktis

Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi guru, sekolah, orangtua,

siswa, dan peneliti lainnya.

a. Bagi Peneliti, merupakan sarana untuk belajar dan menuangkan pikiran dan

gagasan serta untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman di

bidang penelitian serta pengetahuan tentang upaya guru dalam membentuk

konsep diri melalui pembelajaran IPS

b. Bagi Sekolah, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi

positif bagi pihak sekolah, khususnya bagi pihak SMPN 2 Pujut untuk

membentuk konsep diri terhadap peserta didik terkhusus siswa siswi SMPN 2

Pujut.

c. Bagi Fakultas Tarbiyah dan keguruan, diharapkan hasil penelitian ini dapat

memberikan informasi ilmiah dan dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa

Fakultas Tarbiyah, khususnya program studi IPS UIN Mataram untuk penelitian

selanjutnya.

14
E. Ruang lingkup dan setting penelitian

1. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk memperjelas masalah yang dibahas dalam penelitian ini agar tidak

terjadi pembahasan yang meluas dan menyimpang dari fokus penelitian. Adapun

ruang lingkup permasalah yang dibahas dalam penelitian ini yaitu mengenai strategi

guru dalam menanamkan konsep diri melalui pembelajaran IPS. Selain itu penelitian

ini fokus pada faktor pendukung dan penghambat dalam strategi guru dalam

menanamkan konsep diri melalui pembelajaran IPS pada siswa kelas VII SMPN 2

Pujut Kabupaten Lombok Tengah. Supaya lebih fokus peneliti dapat merincikan

sebagai berikut:

a. Peneliti lebih memfokuskan kelas VII di SMPN 2 Pujut Kabupaten Lombok

Tengah yang di dalamnya masih banyak peserta didik yang memiliki konsep diri

negatif yang tercermin dari keadaan individual dari dalam diri pesera didik

b. Faktor pendukung dan penghambat dalam strategi guru dalam menanamkan

konsep diri melalui pembelajaran IPS pada siswa kelas VII SMPN 2 Pujut

Kabupaten Lombok Tengah

c. Guru dan peserta didik terlibat dalam penanaman konsep diri dalam pembelajaran

IPS.

2. Setting penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Pujut yang berada di lingkungan Desa

Kawo, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. SMPN 2

Pujut ini dijadikan sebagai lokasi penelitian karena didalamnya terdapat beberapa

peserta didik yang memiliki konsep diri negatif yang tercermin dari keadaan

15
individual dari dalam diri pesera didik yang mengalami beberapa kesulitan dalam

berbicara dengan orang lain, menunjukkan sikap mengasingkan diri, masih terlihat

malu-malu, kurangnya semangat dalam belajar, sulit menerima kritik, dan kurangnya

kepercayaan diri dari peserta didik. Hal itu membuat peneliti tertarik untuk

mengangkat permasalahan tersebut sebagai bahan untuk mengatasi masalah konsep

diri peserta didik. Selain itu, strategi guru IPS sangat berperan penting dalam

mengatasi masalah konsep diri peserta didik.

F. Telaah pustaka

Selain mengumpulkan informasi dari buku yang memiliki kaitan dengan strategi

guru dalam menanamkan konsep diri pada Pembelajaran IPS kelas VII di SMPN 2 Pujut

Kabupaten Lombok Tengah, peneliti juga menggali informasi dari skripsi dan jurnal

terdahulu agar dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menghindari terjadinya

pengulangan hasil temuan yang membahas permasalahan yang serupa maka dari itu

peneliti melakukan telaah pustaka mengenai beberapa tema yang diangkat diantaranya

adalah :

1. Laily Misri menulis skripsi yang berjudul “Upaya Guru BK dalam Meningkatkan

Konsep Diri Positif Siswa (Studi pada MTs Al-Washliyah Tembung)”. Hasil

penelitian ini mengungkapkan bahwa kondisi konsep diri positif siswa MTs Al-

Washliyah Tembung berada pada kategori baik. Kemudian konsep diri positif siswa

MTs Al-Washliyah Tembung selalu ditingkatkan dengan cara memberikan layanan

konseling kepada para siswa. Dan yang menjadi faktor pendukung adalah peran aktif

seluruh personil sekolah untuk bekerjasama dalam meningkatkan konsep diri positif

siswa MTs Al-Washliyah Tembung dan faktor penghambatnya adalah kurangnya

16
perhatian orang tua dan lingkungan kepada siswa-siswa MTs Al-Washliyah

Tembung.17 Adapun letak persamaannya adalah sama-sama melakukan penelitian yang

berkaitan dengan konsep diri, sedangkan perbedaan diantaranya yaitu penelitian

terdahulu fokus penelitiannya lebih pada pembentukan konsep diri melalui bimbingan

konseling, sementara penelitian sekarang fokus penelitian lebih pada penanaman

konsep diri siswa pada pembelajaran IPS.

2. Norman, “Upaya Guru Dalam Menanamkan Konsep Diri Pada Pembelajaran IPS dI

SDN Gonjak Kecamatan Praya Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran

2019/2020”. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa guru memberikan

pengarahan, mengarahkan peserta didik pada hal-hal yang positif. Hal tersebut

membuat peserta didik menjadi lebih percaya diri dan mau bersosialisasi dengan

peserta didik lainnya. 18


Adapun letak persamaan penelitian ini dengan penelitian

terdahulu adalah sama-sama berkaitan dengan konsep diri siswa melalui pembelajaran

IPS, sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian

terdahulu objek penelitiannya mengarah ke tingkat SD, sedangkan penelitian sekarang

mengarah pada tingkat SMP.

3. Hana Nida Khafiya, Dalam Penulisan Skripsinya yang berjudul “Konsep Diri

Akademik Pada Siswa Mts (Studi Pada Siswa Yang Berasal Dari SD Umum)”. Hasil

penelitian ini mengungkapkan bahwa menggambarkan bahwa siswa MTs yang berasal

dari SD umum memiliki konsep diri akademik yang sedang yakni tidak ada siswa

(0%) yang memiliki konsep diri akademik rendah, ada 191 siswa (83.0%), yang

17 ?
Laily Misri, “Upaya Guru BK Dalam Meningkatkan Konsep Diri Positif Siswa (Studi Pada Mts Al-
Washliyah Tembung), (Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Mataram),2020.
18
Norman, “Upaya Guru Dalam Menanamkan Konsep Diri Pada Pembelajaran IPS DI SDN Gonjak
Kecamatan Praya Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2019/2020 “, (Skripsi, Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Mataram), 2020.

17
memiliki konsep diri akademik sedang dan ada ada 39 siswa (16.9%) yang memiliki

konsep diri akademik tinggi. 19


Adapun letak persamaan penelitian sekarang dengan

penelitian terdahulu adalah sama-sama berkaitan dengan konsep diri siswa, sedangkan

perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah penelitian terdahulu

lebih fokus pada konsep diri siswa dalam akademik, sedangkan penelitian sekarang

lebih fokus pada konsep diri dalam kepribadian siswa.

G. Kerangka Teori

1. Peran Guru dalam Menanamkan Kepercayaan Diri Siswa

a. Pengertian Guru

Guru juga disebut pengajar atau pendidik, akan tetapi tidak semua

pendidik bisa dikatakan guru, karna guru adalah suatu jabatan profesional yang

pada hakikatnya memerlukan persyaratan keterampilan teknis dan sikap

kepribadian tertentu yang semuanya bisa diperoleh melalui proses belajar dan

latihan, Roestiyah N.K. mengatakan bahwa guru adalah seorang yang memiliki

pengetahuan, keterampilan dan sikap profesional yang mampu dan setia

mengembangkan profesinya, menjadi anggota organisasi profesional yang

memegang teguh kode etik profesinya, ikut seta didalam mengomunikasikan usaha

pengembangan profesi bekerja sama dengan profesi yang lain.20

Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan

atau mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Dalam pandangan

masyarakat guru merupakan orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-

tempat tertentu, tidak harus di lembaga pendidikan formal seperti halnya

19 ?
Hana Nida Khafiya, Konsep Diri Akademik Pada Siswa MTS (Studi Pada Siswa Yang Berasal Dari Sd
Umum), (Skripsi, Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang), 2018.
20
Roestiyah NK., Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara,2001), hlm. 175.

18
pendidikan dasar, menengah dan pendidikan atas sampai perguruan tinggi akan

tetapi bisa juga dilaksanakan di masjid, di surau atau mushola, di rumah dan

sebagainya yang dapat dijadikan sebagai tempat belajar.21

Selain itu guru juga dapat diartikan sebagai pendidik yang mampu

mengembangkan kreativitas anak melalui pelaksanaan dalam pembelajaran

anak usia dini. Menurut Suryana, guru merupakan ujung tombak

pendidikan sebab secara langsung berupaya mempengaruhi, membina, dan

mengembangkan peserta didik, sebagai ujung tombak guru dituntut untuk

memiliki kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik, pembimbing,

pengajar, dan kemampuan tersebut tercermin pada kompetensi guru. 22

Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh kualitas dan kompetensi guru,

sebagaimana pendapat dari Mulyasa yang mengatakan bahwa guru merupakan

komponen paling penting dalam sistem pendidikan untuk mendidik,

membimbing, melatih, mengarahkan, menilai sekaligus mengevaluasi proses

pendidikan.23

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran,

keberhasilan peserta didik atau siswa tergantung dari keterampilan dari seorang

guru. Oleh karena itu seorang guru harus memiliki fungsi dan posisi sebagai

teladan dan bagi peserta didiknya, baik dari segi perbuatan maupun

perkataannya.24

21
Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif: Suatu Pendekatan Teoritis
Psikologis, (Jakarta, Rineka Cipta, 2010), Hlm. 31
22
Farida Mayar, Strategi Guru Paud Daam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, Jurnal
Pendidikan, Vol.3, Nomor 6, Tahun 2007. Hlm.2
23 ?
Mulyasa, E. Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan,
(Bandung, Pt. Remaja Rosda Karya, 2016), Hlm.134
24
Mujtahid, Pengembangan Profesi Guru, (Malang: Uin Maliki Press, 2011), Hlm. 33.

19
Menurut Undang-Undang No.14 Tahun 2005 BAB 1 Pasal 1 tentang guru

sebagai berikut:

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,


membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.25

Dari penjelasan di atas guru memiliki peran dan fungsi yang sangat penting

bahkan sangat mulia dalam mencerdaskan, mengarahkan peserta didik menjadi

lebih baik. Kebaikan seorang guru tercermin dari perilaku, sikap dan tingkah laku

yang dikerjakan. Baik di dalam sekolah maupun diluar sekolah. Seseorang dapat

dikatakan sebagai seorang guru atau seorang pendidik tidak cukup hanya

mengetahui akan materi pelajaran yang diajarkan, akan tetapi yang pertama kali ia

harus miliki ialah“ kepribadian guru” dengan segala ciri tingkat kedewasaannya.

Kepribadian tersebut merupakan unsur yang menentukan hubungan pendidik

dengan peserta didik. Kepribadian seorang pendidik akan tercermin dalam sikap

dan perbuatannya dalam mengarahkan, membimbing, dan membina peserta didik.

b. Tugas Guru

Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di pandangan

masyarakat. Masyarakat meyakini sepenuhnya bahwa gurulah yang dapat

mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian yang mulia,

memilik tingkah laku yang baik yang diharapkan akan menjadi generasi emas

nantinya. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa guru atau pendidik setiap

harinya memiliki letak tanggung jawab yang besar untuk membawa para peserta

didiknya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dalam rangka ini

25
Uu Ri No.14 Tahun 2005, Tentang Guru Dan Dosen, (Jakarta: Sinar Grafika,2010), Hlm.3.

20
guru bukan semata-mata sebagai “pengajar” yang mentransfer of knowledge akan

tetapi guru juga sebagai seorang “pendidik” yang transfer of values dan sekaligus

sebagai “pembimbing” yang memberikan pengarahan, bimbingan untuk menuntun

peserta didiknya dalam belajar.26

Selain itu guru adalah suatu profesi yang memiliki tugas yang sangat berat

sperti guru bertanggung jawab terhadap pendidikan siswa, sehingga guru harus

memerlukan keahlian khusus sebagai seorang pendidik. 27 Setelah guru memiliki

keahlian, guru akan menjadi lebih mudah dalam melaksanakan tindakan

pendidikan dalam suatu situasi.28

Dengan demikian tugas guru adalah sebagai berikut:

1) Merencanakan pembelaran.

2) Melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu.

3) Menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

4) Membimbing dan melatih peserta didik/siswa.

5) Melakukan peneltian dan pengabdian kepada masyarakat.

6) Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada kegiatan pokok yang sesuai.

7) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara

berkelanjutan.29

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru memiliki tiga tugas

utama yaitu tugas dalam bidang profesi, tugas dalam bidang kemanusiaan, serta

tugas dalam bidang kemasyarakatan. Oleh karena itu guru merupakan salah satu
26
Sardiman,Interaksi Dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2003), Hlm.
125
27
Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 1.
28
Sadiman., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru, (Jakarta:
Rajawali, 2005), hlm. 125.
29
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), hlm.7

21
komponen yang terdapat dalam proses belaar mengajar, yang berperan dalam

usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan.

c. Peran Guru

Peran ialah pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri-ciri khas semua

petugas dari pekerjaan atau jabatan tertentu. Sedangkan guru merupakan faktor

yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar, dan karenanya guru harus

menguasai prinsip-prinsip belajar disamping menguasai materi yang akan

diajarkan. Dengan kata lain Guru harus mampu menciptakan suatu situasi kondisi

belajar yang sebaik-baiknya.30

“Peran (role) guru artinya terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling
berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta behubungan dengan
kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi
tujuannya.31

Guru adalah pendidik profesional, dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 32

Guru memiliki berbagai macam peran yang harus dilakukannya. Dalam buku sardiman

yang berjudul interaksi dan motivasi belajar dan mengajar, ada beberapa pendapat

mengenai peran guru antara lain:

1. Prey Katz menggambarkan bahwa guru memiliki peran sebagai komunikator,

orang yang dapat memberikan nasihat, inspirator sebagai pemberi semangat,

dorongan, dan motivasi, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah

laku serta nilai-nilai.

30
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), hlm. 33
31
Moh. Uzer Usma, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), hlm. 4
32
Kunandar,Guru Profesional, Jakarta, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Sukses Dalam Sertifikasi Guru (Jakarta: Rajawali Pers: 2009), hlm. 51.

22
2. Havighurst berpendapat bahwa guru disekolah memiliki peran sebagai pegawai

(employee) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan terhadap atasannya,

sebagai kolega dalam hubungannya dengan teman sejawat, sebagai mediator

dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan

pengganti orangtua.

3. James W.Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peran guru antara lain:

menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan

mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan

siswa.

4. Federasi dan Organisasi Profesional Guru Sedunia, mengungkapkan bahwa peran

guru di sekolah, tidak hanya sebagai transmiter dari ide tetapi juga berperan

sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan sikap.33

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka disimpulkan bahwa peran guru

adalah keseluruhan tingkah laku atau tindakan yang dimiliki seseorang dalam

memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Seseorang dikatakan menjalankan

peran manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan bagian yang tak

terpisahkan dari status yang disandangnya.

Menurut Wilma W. Bidwel dan Thomas E. Curtis bahwa dalam artian yang

sempit guru memiliki peran spesifik pada proses pembelajaran disekolah, yaitu proses

belajar mengajar. Adapun peran utama seorang pendidik adalah sebagai berikut:

1. Guru sebagai pembimbing

33
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), hlm.
143-144.

23
Sifat kepemimpinan seorang guru pada peranan ini akan terlihat lebih menonjol.

Guru dalam hal demi menggapai tujuan dan cita-cita siswa, seorang guru memberikan

jalan kepada siswanya dengan membimbing dan mengarahkan kegiatan siswa sesuai

dengan tujuan yang dicita-citakan.

2. Guru sebagai motivator

Seorang guru harus bisa meningkatkan gairah dan semangat peserta didik saat

kegiatan belajar. Untuk memenuhi peran tersebut, seorang guru harus bisa

memberikan dorongan dan merangsang semangat peserta didik.

3. Guru sebagi evaluator

Guru memiliki hak untuk menilai prestasi peserta didik dalam tingkah laku sosial

maupun bidang akademis, sehingga dapat menentukan bagaimana peserta didiknya

berhasil atau tidak.34

2. Konsep Diri

a. Pengertian Konsep Diri

Konsep diri merupakan gambaran individu terhadap dirinya sendiri yang

merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional aspiratif,

dan prestasi yang mereka capai. Dalam pengertia lain Konsep diri merupakan

faktor yang sangat menentukan dalam perilaku siswa, karena setiap siswa

bertingkah laku sesuai dengan konsep dirinya atau secara sederhana dapat

dikatakan bahwa konsep diri merupakan pandangan atau penghayatan dan

perasaan tentang diri sendiri. Konsep diri setiap siswa berbeda-beda, antara siswa

34
Sardiman,Interaksi Dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2003), Hlm. 146

24
yang satu berbeda dengan siswa lainnya, hal itu dikarenakan setiap siswa memiliki

pandangan yang berbeda tentang dirinya.35

Menurut Surya konsep diri adalah gambaran, cara pandang, keyakinan,

pemikiran, perasaan terhadap apa yang dimiliki orang tentang dirinya sendiri,

meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, perasaan, kebutuhan, tujuan hidup dan

penampilan diri.36 Sedangkan menurut Darmawan konsep diri merupakan

pandangan individu terhadapi dirinya sendiri tentang aspek fisik, sosial dan

psikologis yang diperoleh individu melalui pengalaman dan interaksinya dengan

orang lain.37

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan

penilaian yang dilakukan individu itu sendiri menyangkut segala hal tentang

dirinya baik itu kondisi fisik (tubuh) maupun kondisi psikis (sosial, emosi, moral

dan kognitif) terhadap dirinya sendiri sehingga akan menghasilkan sebuah

penilaian yang sifatnya subjektif

b. Ciri-ciri Konsep Diri

Menurut Wasty bahwa ciri-ciri konsep diri dibedakan menjadi 6 yaitu:

terorganisasikan, multifase, stabil, tersusun secara hierarkis berkembang

(developmentel), evaluative.38 Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai

berikut:

1) Terorganisasikan Seorang individu mengumpulkan banyak individu yang


dipakai untuk membentuk persepsi tentang dirinya sendiri. Untuk sampai

35
Slameto, 2010. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. (Jakarta: Rineka Cipta), hlm 182
36
Hendra Surya. 2007. Percaya Diri itu Penting: Peran Orangtua dalam Menumbuhkan Percaya Diri Anak.
(Jakarta: Elex Media Komputindo), hlm 5.
37
9 Indra Darmawan. 2009. Kiat Jitu Taklukkan Psikotes. (Yogyakarta: Buku Kita), hlm 50.
38
Amalia Indah Safitri, Pengaruh Konsep Diri dan Peran Guru Terhadap Kedisiplinan Siswa, (Skripsi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, Bandar Lampung. 2017), hlm. 25.

25
pada gambaran umum tentang dirinya ia menginformasikan itu kedalam
kategori-kategori yang lebih luas dan banyak
2) Multifase Individu mengkategorikan persepi diri itu beberapa wilayah (area)
misalnya: social acceptance, psysical attractiveness, athletic ability and
academic ability.
3) Stabil General self concept itu stabil, hal yang sangat perlu dicatat bahwa
areal self konsep bisa berubah.
4) Tersusun secara hierarkis
5) Berkembang (developmental) Self concept berkembang sesuai dengan umur
dan pengaruh lingkungannya.
6) Evaluatif Individu tidak hanya membentuk deskripsi dirinya pada situasi
yang teristimewa, tetapi juga mengadakan penilaian terhadap dirinya sendiri.
Beberapa orang peserta didik percaya bahwa mereka adalah peserta didik
yang sukses, sementara peserta didik yang lain mereka tidak layak dan
merasa rendah, jika dibandingkan dengan peserta didik satu kelasnya.

c. Jenis-jenis Konsep Diri

Konsep diri mempunyai peraanan yang sangat penting dalam menentukan

perilaku individu. Individu memandang atau menilai dirinya sendiri akan tampak

jelas dari seluruh perilakunya. Hurlock membagi konsep diri menjadi empat

bagian, yaitu: konsep diri dasar, konsep diri sementara, konsep diri sosial dan

konsep diri ideal. Berikut ini diuraikan jenis-jenis konsep diri tersebut.

1) Konsep Diri Dasar.

Konsep diri dasar meliputi pandangan individu mengenai kemampuan,

penampilan dan peran status dalam kehidupan, kepercayaan, nilai-nilai serta

aspirasinya. Jenis ini merupakan kenyataan yang dilihat tentang dirinya sendiri

sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Keadaan ini melekat dalam dirinya

walaupun tempat dan situasi yang berbeda.

26
2) Konsep Diri Sementara.

Jenis ini merupakan konsep diri yang bersifat patokan sementara. Jika

situasi dan tempat berbeda, konsep tersebut bisa menghilang. Konsep ini

terbentuk ketika berinteraksi dengan lingkungan dan dipengaruhi oleh suasana

hati, emosi dan pengalaman baru yang dilaluinya.

3) Konsep Diri Sosial.

Konsep ini muncul ketika seseorang percaya terhadap pandangan orang

lain tentang dirinya. Konsep ini didapatkan dengan cara berinteraksi dengan

orang lain.

4) Konsep Diri Ideal.

Konsep ini terbentuk dari pandangan dan keyakinan individu tentang apa

yang diinginkan dan yang seharusnya ia miliki.39

Menurut Acocella dan calhoun, mengemukakan konsep diri terbagi

menjadi dua jenis yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Konsep diri

positif Merupakan individu yang bisa menerima kekurangan maupun

kelebihannya, bisa menerima kritik dan saran, dan yakin akan kemampuan dirinya

sendiri. Sedangkan Konsep diri negatif Merupakan individu yang kurang percaya

dan yakin dengan kemampuan dirinya sendiri.40

Menurut Philip Emmert dan William D. Brooks menyatakan bahwa ada

dua pola konsep diri, yakni konsep diri positif dan konsep diri negtif. Orang yang

memiliki konsep diri positif ditandai dengan percaya akan kemampuan yang

dimiliki, merasa sama dengan individu lain, sadar setiap individu memiliki
39
Hurlock, E. B. 1976. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
Terjemahan oleh Med. Meitasari. Tjandrasa & Muslichah Zarkasih. (Jakarta: Erlangga), hlm 78.
40
Ratna Dwi Astuti, Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri Sisiwa, (skripsi, Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2014), hlm. 29.

27
berbagai keinginan, perasaan dan perilaku yang tidak seluruhnya di setujui

masyarakat dan mampu merperbaiki diri karena sanggup mengungkapkan

aspekaspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya.41

Sedangkan Rakhmat menjelaskan bahwasanya orang yang memiliki

konsep diri positif ditandai dengan keyakinan akan nilai dan prinsip tertentu serta

bersedia mempertahankannya walaupun menghadapi pendapat kelompok yang

kuat, mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah

yang berlebihan, tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu, memiliki kenyakinan

pada kemampuan untuk mengatasi persoalan dan Mampu menikmati dirinya secara

utuh dalam berbagai kegiatan.42

Sedangkan orang yang memiliki konsep diri negatif ditandai dengan:

1) Peka terhadap kritik Bahwa orang yang mempunyai karakter negatif ini merasa
tidak tahan dengan kritikan, mudah marah.
2) Bersikap responsif terhadap pujian. Orang yang karakter seperti ini memiliki
antusias terhadap pujian, segala embel-embel yang menunjang harga dirinya
menjadi pusat perhatiannya.
3) Cendrung merasa tidak disenangi orang lain Perasaan subjektif seseorang yang
menggambarkan bahwa setiap orang lai n disekitarnya memandang dirinya
dengan negatif sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban
dalam persahabatan.
4) Bersikap psimis Seseorang yang berkarakter seperti ini akan bersikap psimis
terhadap kompetensi, Ia mengganggap tidak akan berdaya melawan persaingan
yang merugikan dirinya.43

Berdasarkan uraian atas, secara umum konsep diri memliki 2 jenis yaitu

konsep diri negatif dan konsep diri positif. Konsep diri positif merupakan

pandangan individu yang percaya dengan kemampuan yang dimilikinya. Konsep

41
Ibid, hlm. 29-30.
42
Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 104-105.
43
Ratna Dwi Astuti, Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri Sisiwa,), hlm. 34.

28
diri negatif merupakan pandangan individu yang tidak mempercayai kemampuan

yang dimiliki dan bisa jadi penghambat perkembangan bakat dan potensi yang

dimiliki.

d. Dimensi Konsep Diri

Menurut Burns dimensi dari konsep diri terdiri dari empat dimensi yaitu

afektif, kognitif, kecendrungan merespon, evaluasi. Pandangan tersebut

berdasarkan konsep diri sebagai organisasi dari sikap-sikap diri. Oleh karena itu,

menurut Burns dimensi konsep diri sama halnya dengan dimensi sikap pada

umumnya.44

Hurlock menyebutkan bahwa konsep diri mempunyai tiga dimensi

diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Percetual atau self concept merupakan gambaran diri individu yang berkaitan
dengan tampilan fisik, termasuk kesan atau daya tarik yang dimiliki.
Komponen ini disebut juga sebagai konsep diri fisik (physical self concept).
2) Conceptual atau psychological self concept yang disebut juga sebagai konsep
diri psikis (psychological self-concept) merupakan gambaran individu atas
dirinya sendiri, meliputi kemampuan atau ketidakmampuan, masa depan, serta
meliputi kualitas penyesuaian hidup, kejujuran, kepercayaan diri, kebebasan
dan keberanian
3) Attitudinal adalah perasaan individu terhadap dirinya sendiri, meliputi sikap
terhadap keberadaan sekarang dan masa depan, harga diri, rasa kebanggaan,
hinaan.45

e. Pembentukan Konsep Diri

Konsep diri adalah gambaran/pendapat seseorang tentang dirinya. Tanpa

dinilai dan dinasehati seorang individu tidak akan pernah merasa sempurna.

Menurut Joan Rais konsep diri terbentuk dari pandangan orang lain terhadap

44
Burns, R. B. 1979. Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan, dan Perilaku. Terjemahan oleh
Eddy. (Jakarta: Arcan), hlm 66
45
Hurlock, E. B. 1976. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
Terjemahan oleh Med. Meitasari. Tjandrasa & Muslichah Zarkasih. (Jakarta: Erlangga), hlm 22

29
dirinya. Apabila seseorang mengatakan secara terus menerus bahwa ia kurang

cerdas, maka lambat laun anak tersebut akan memiliki konsep diri seperti itu.46

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terbentuknya

konsep diri berasal dari bagaimana pandangan orang lain dan orang-orang terdekat

terhadap dirinya.

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri

Konsep diri bukanlah suatu hal yang dibawa dari lahir, tetapi suatu hal

terbentuk dan dipelajari dari pengalaman hidup seorang individu. Setiap orang

akan mendapatkan penilaian dari orang lain. Penilaian-penilaian tersebut akan

digunakan sebagai tolak ukur dalam menilai dirinya sendiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri tersebut adalah sebagai

berikut:

a) Keadaan fisik. Keadaan fisik seseorang dapat mempengaruhi individu dalam


menumbuhkan konsep dirinya. Individu yang memiliki cacat tubuh cenderung
memiliki kelemahan-kelemahan tertentu dalam memandang keadaan dirinya,
seperti munculnya perasaan malu, minder, tidak berharga dan perasaan ganjil
karena melihat dirinya berbeda dengan orang lain.
b) Kondisi keluarga. Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dalam
membentuk konsep diri individu. Perlakuan-perlakuan yang diberikan
orangtua terhadap individu akan membekas hingga individu menjelang
dewasa dan membawa pengaruh terhadap konsep diri individu.
c) Reaksi orang lain terhadap individu. Dalam kehidupan sehari-hari orang akan
memandang individu sesuai dengan pola perilaku yang ditunjukkan individu
itu sendiri. Harry Stack Sullivan menjelaskan bahwa jika individu diterima
orang lain, dihormati dan disenangi karena keadaan diri individu, individu
akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri individu.
Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan diri, menyalahkan dan
menolak individu, individu cenderung akan membenci dirinya.
d) Tuntutan orangtua terhadap anak. Pada umumnya orangtua selalu menuntut
anak untuk menjadi individu yang sangat diharapkan oleh mereka. Tuntutan
yang dirasakan anak akan dianggap sebagai tekanan dan hambatan jika
tuntutan tersebut ternyata tidak dapat dipenuhi oleh anak. Selain itu sikap

46
Singgih Gunarsa D & Yulia. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. (Jakarta: BPK Gunung
Mulia), hlm 238

30
orangtua yang berlebihan dalam melindungi anak akan menyebabkan anak
tidak dapat berkembang dan mengakibatkan anak menjadi kurang tingkat
percaya dirinya dan memiliki konsep diri yang rendah.
e) Jenis kelamin, ras dan status sosial ekonomi. Konsep diri dapat dipengaruhi
oleh ketiga hal tersebut. Pudjijogyanti memberikan pendapatnya melalui
penelitian-penelitian para ahli bahwa berbagai hasil penelitian yang dilakukan
membuktikan kelompok ras minoritas dan kelompok sosial ekonomi rendah
cenderung mempunyai konsep diri yang rendah dibandingkan dengan
kelompok ras mayoritas dan kelompok sosial ekonomi tinggi, selain itu untuk
jenis kelamin terdapat perbedaan Konsep diri antara perempuan dan laki-laki.
Perempuan mempunyai sumber konsep diri yang bersumber dari keadaan fisik
dan popularitas dirinya, sedangkan konsep diri laki-laki bersumber dari
agresifitas dan kekuatan dirinya. Dengan kata lain, wanita akan bersandar
pada citra kewanitaannya dan laki-laki akan bersandar pada citra kelaki-
lakiannya dalam membentuk konsep dirinya masing-masing
f) Keberhasilan dan kegagalan. Konsep diri dapat juga dipengaruhi oleh
keberhasilan atau kegagalan yang telah dialami individu. Keberhasilan dan
kegagalan mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosialnya dan ini berarti
mempunyai pengaruh yang nyata terhadap konsep diri individu. Keberhasilan
akan mewujudkan suatu perasaan bangga dan puas akan hasil yang telah
dicapai dan sebaliknya rasa frustasi bila individu mengalami kegagalan
g) Orang-orang yang dekat dengan individu. Tidak semua orang mempunyai
pengaruh yang sama terhadap diri individu. Ada yang paling berpengaruh,
yaitu orang-orang yang paling dekat dengan individu, misalnya: orangtua,
saudara dan orang yang tinggal satu rumah dengan individu. Dari mereka
secara perlahan-lahan individu membentuk konsep dirinya. Senyuman, pujian,
penghargaan, pelukan mereka menyebabkan individu menilai diri secara
positif, tetapi ejekan, cemoohan, hardikan membuat individu menilai dan
memandang dirinya secara negatif.47

Berdasarkan penjelasan dari atas, faktor-faktor yang mempengaruhi

konsep diri seorang individu, seperti: pandangan orang lain, tuntutan dari orang

tua, orang-orang terdekat, keadaan keluarga, keadaan fisik dari individu tersebut,

dan pandangan dirinya sendiri tentang keberhasilan dan kegagalan.

3. Pembelajaran IPS pada Jenjang Pendidikan Menengah Petama

47
Laily Misri, “Upaya Guru BK Dalam Meningkatkan Konsep Diri Positif Siswa (Studi Pada Mts Al-
Washliyah Tembung), (Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Mataram),2020. Hlm. 54

31
a. Pengertian Pembelajaran IPS

Pembelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran integrasi dari

mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial

lainnya. Menurut Sekar Purbarini Kawuryan Pendidikan IPS dalam kepustakaan

asing disebut dengan berbagai istilah seperti Social Studies, Social Education,

Citizenship Education, dan Social Science Education.48 Selain itu Pembelajaran

IPS merupakan bahan kajian yang wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan

dasar dan menengah yang antara lain mencakup ilmu bumi, sejarah, ekonomi,

kesehatan dan lain sebagainya yang dimaksudkan untuk mengembangkan

pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap

kondisi sosial masyarakat Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai bahan kajian

merupakan subject matter yang dapat dikemas menjadi satu atau beberapa mata

pelajaran atau diintegrasikan dengan bahan kajian lain sesuai dengan kebutuhan

pendidikan. 49

Batasan Pendidikan IPS di Indonesia adalah program pendidikan yang

memilih bahan pendidikan dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humanitis yang

diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan

pendidikan.50 Pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata

pelajaran IPS masih dilakukan sesuai dengan bidang kajian masing-masing

(sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi) tanpa ada keterpaduan di dalamnya. Hal

ini tentu saja menghambat ketercapaian tujuan IPS itu sendiri yang dirumuskan

48
Sapriya, Pendidikan Ips Konsep Dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), Hlm.7
49
Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam Undang-Undang Sisdiknas,
(Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam, 2003), Hlm. 34.
50
Muhammad Numan Somantri, Menggagas Pembaharuan Pendidikan Ips. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001), Hlm.79

32
atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan

interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial (sosiologi, sejarah,

geografi, ekonomi, politik, hukum, budaya).51

Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa ciri khas

pelajaran IPS adalah adanya integrasi atau perpaduan berbagai mata pelajaran

(antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik,

psikologi, agama, dan sosiologi, humaniora, matematika, ilmu alam).

b. Tujuan Pembelajaran IPS

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat,

memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi,

dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa

dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Menurut Groos tujuan utama

pembelajaran IPS adalah untuk melatih siswa bertanggung jawab sebagai warga

negara yang baik.52 Sapriya menjelaskan tujuan pendidikan IPS di tingkat sekolah

adalah untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang

menguasai pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skills), sikap dan nilai

(attitudes and values) yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah pribadi

atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi

dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik”.53

Oleh karena itu, tujuan Pendidikan IPS dapat dicapai dengan baik manakala

51
Model Pembelajaran Terpadu Ips, Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian Dan
Pengembangan Pendidikan Nasional Pusat Kurikulum
52
Sekar Purbarini Kawuryan, Pentingnya Pendidikan Ips Di Sekolah Dasar Sebagai Kerangka Dasar
Nation And Character Building. Dinamika Pendidikan. Majalah Ilmu Pendidikan, 2008,Hlm.24
53
Sapriya, Pendidikan Ips Konsep Dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), Hlm.12

33
bahan pendidikan diorganisasikan secara bervariasi mulai dari pendekatan “mono-

struktur disiplin ilmu, inter-struktur dan trans-struktur disiplin Ilmu-ilmu Sosial.

Walaupun muncul indikasi “kegagalan”, yakni munculnya berbagai permasalahn

sosial seperti tauran antar pelajar, konflik antar warga, maraknya kriminalitas,

termasuk di dalamnya korupsi, dan sebagainya. Harapan dari pencapaian

keberhasilan peserta didik adalah selama proses internalisasi nilai-nilai dalam

pembelajaran IPS (yang didalamnya terdapat berbagai strategi, pendekatan, model

dan metode) yakni menciptakan perubahan sikap, yakni menjadi warga negara

(Indonesia dan dunia) yang baik (good citizenship) dan demokratis serta

menghargai multikulturalisme yang merupakan ciri masyarakat Indonesia.

c. Strategi Guru Dalam Menanamkan Konsep Diri

Strategi dalam menanamkan berbagai masalah tentang konsep diri yang

dihadapi oleh peserta didik di sekolah dapat dilakukan oleh guru dalam

menyelesaikan masalah tentang konsep diri peserta didik. Diantaranya adalah

sebagai berikut:

a) Strategi Preventif yaitu kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru secara
sistematis, terencana, dan terarah, untuk menjaga agar permasalahan konsep
diri peserta didik tidak akan terjadi.
b) Strategi Kuratif yaitu strategi yang dilakukan oleh guru untuk menanggulangi
masalah konsep diri yang sedang dihadapi oleh peserta didik disekolah.
c) Strategi Responsif yaitu strategi layanan bimbingan yang bertujuan untuk
membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh peserta
didik saat ini. Strategi ini lebih bersifat preventif atau mungkin kuratif.
Strategi yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan ini adalah bimbingan
secara individual, bimbingan secara kelompok, dan konsultasi.54

H. Metode penelitian.

1. Pendekatan Penelitian

54
Sofyan S. Wilis, Remaja dan Masalahnya, (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm. 140.

34
Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menggunakan jenis penelitian

dengan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif sering disebut dengan metode

penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah.55

Penelitian kualitatif ini disebut juga dengan penelitian dengan metode interpretatif

karena data hasil penelitiannya lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data-data

yang ditemukan di lapangan.56 Selain itu penelitian kualitatif merupakan metode

penelitian tentang ilmu-ilmu sosial yang mengumpulkan dan menganalisis data baik

berupa kata-kata lisan maupun tulisan dan perbuatan atau tindakan manusia serta

peneliti tidak berusaha menghitung data kualitatif yang diperoleh dengan demikian

tidak menganalisis dengan angka-angka.57

Jadi pendekatan ini lebih ditujukan dalam menemukan jawaban yang valid

dari masalah yang akan diteliti secara alamiah. Pendekatan kualitatif ini bertujuan

untuk mengungkapkan fakta atau kejadian yang terjadi secara apa adanya berdasarkan

kondisi yang terjadi dan keadaan yang sesungguhnya tanpa adanya rekayasa, dalam

hal ini terkait dalam strategi guru dalam menanamkan konsep diri pada Pembelajaran

IPS kelas VII di SMPN 2 Pujut Kabupaten Lombok Tengah.

2. Kehadiran Peneliti

Untuk memperoleh informasi mengenai data yang valid, peneliti harus datang

langsung di lokasi tempat penelitian, dengan demikian bisa mengetahui lebih dekat
55 ?
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2009), H.13
56
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,2012), Hlm.1
57
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Depok: Rajagrafindo Persada,2017), Hlm.13

35
dengan subyek, demikian peneliti dengan subyek akan lebih terbuka dalam

menyampaikan beberapa persoalan yang berkaitan langsung dengan data yang diteliti.

Sebelum peneliti berada di lokasi penelitian, peneliti harus mendapatkan rekomendasi

dan izin langsung dari kepala sekolah yang bersangkutan. Sehingga bisa hadir

langsung ditempat penelitian. Dengan kehadiran peneliti di lokasi, sangat

berpengaruh dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan secara fakta

dalam mendapatkan hasil penelitian yang ilmiah (murni).

Kehadiran penelliti di lokasi penelitian secara langsung sebagai penanya atau

bisa disebut dengan pewawancara. Dalam penelitian kualitatif, tehnik pengumpulan

data yang utama adalah observasi dan wawancara, yang dilakukan secara bersama-

sama, artinya sambil melakukan wawancara peneliti juga bisa melakukan observasi

atau pengamatan.58 Peneliti bisa berhubungan langsung dengan pihak sekolah seperti

kepala sekolah, guru IPS, dan siswa kelas VII SMPN 2 Pujut yang menjadi objek

penelitian.

3. Lokasi penelitian

Adapun lokasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah di SMPN 2

Pujut, yang beralamat di Desa Kawo Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah,

Nusa Tenggara Barat. Adapun alasan dipilih lokasi tersebut karena di SMPN 2 Pujut

karna SMPN 2 Pujut merupakan sekolah yang maju di Desa Kawo, hal ini bisa dilihat

dari SMPN 2 Pujut memiliki banyak siswa dan guru yang memiliki kemampuan yang

baik. Lokasi penelitian ini juga, sangat berdekatan dengan rumah masyarakat.

4. Sumber Data

58
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2017), H.332

36
Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara

purposive, yaitu penelitian yang dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu.

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh. Sumber data

didalam melakukan penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan, dan selebihnya

data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain.59 Dari pengertian tersebut dapat

dipahami bahwa sumber data merupakan segala sesuatu yang dapat memberikan

informasi tentang data. Selain itu sumber data adalah segala sesuatu yang terdapat

dilokasi penelitian yang dapat memberikan infomasi tentang data-data yang

dibutuhkan.

Adapun yang menjadi sumber data atau informan dalam penelitian ini adalah:

1. Kepala SMPN 2 Pujut,

2. Guru IPS SMPN 2 Pujut, dan

3. Siswa kelas VII SMPN 2 Pujut.

Data dalam penelitian ini ada dua yakni data primer dan data sekunder. Data

primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.

Sedangkan data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data, seperti lewat dokumentasi. 60 Sedangkan data yang

dikumpulkan adalah data deskriptif tentang strategi guru dalam menanamkan konsep

diri pada Pembelajaran IPS kelas VII di SMPN 2 Pujut Kabupaten Lombok Tengah

5. Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Ketiga teknik tersebut digunakan agar

59
Ibid, H. 193
60 ?
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), H. 114.

37
memperoleh informasi yang saling menunjang dan lebih rill tentang strategi guru

dalam menanamkan konsep diri pada Pembelajaran IPS kelas VII di SMPN 2 Pujut

Kabupaten Lombok Tengah. Adapun pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

a. Metode observasi

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan

cara observasi atau melakukan pengamatan secara langsung dan mengkaji lebih

mendalam di lokasi tempat penelitian tersebut. Metode observasi merupakan

meteode pengumpulan data yang digunakan untuk mencatat data-data secara

sistematis dan mengamati gejala-gejala yang diteliti.61

Dengan menggunakan metode observasi cara yang paling efektif untuk

melengkapi ketika melakukan penelitian ialah menggunakan format atau blangko

pengamatan sebagai instrumen. Format yang berisi tentang kejadian-kejadian

yang menggambarkan akan terjadi.dalam penelitian observasi ini peranan yang

paling penting untuk digunakan ialah pengamat. Melakukan pengamatan juga

harus jeli dan teliti.62 Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi

dapat dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan

non participant observation.

1) Observasi Partisipan

Dalam observasi partisipan ini, peneliti harus terlibat dalam kegiatan

sehari-hari orang atau sesuatu yang sedang diamati dari penelitian.

61
Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), Hlm. 70.
62
Sandu Siyoto, Ali Sodik, Dasar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Literasi Media Publishing, 2015),
Hlm.65

38
Disamping melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang

dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan, kesulitan ataupun

kemudahan yang dihadapi, dengan menggunakan observasi partisipan ini,

maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui

pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

2) Observasi Nonpartisipan

Dalam observasi nonpartisipan ini, peneliti tidak terlibat secara utuh

dalam bekerja seperti yang dikerjakan oleh sumber data hanya saja dijadikan

sebagai pengamat independen. Peneliti hanya bertugas untuk meneliti,

mencatat, menganalisis, kemudian membuat sebuah kesimpulan tentang

sesuatu yang menjadi objek dari penelitian. Pengumpulan data dengan

menggunakan observasi nonpartisipan ini tidak akan mendapatkan data yang

mendalam, dan tidak sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai-nilai

dibalik perilaku yang tampak, yang terucapkan dan yang tertulis. 63 Dari segi

pelaksanaan pengumpulan data peneliti memilih jenis observasi nonpartisipan,

karena peneliti tidak terlibat langsung sebagai objek yang diteliti.

b. Metode Wawancara

Metode wawancara merupakan proses yang dilakukan oleh peneliti

dengan cara tatap muka dengan dua orang atau lebih, mendengarkan atau

mencatat secara langsung informasi-informasi yang diperoleh dari pihak yang

diwawancarai. Bentuk wawancara yang digunakan peneliti dalam melakukan

penelitian ini adalah wawancara bebas dan terpimpin dapat juga disebut

dengan wawancara terkontrol (controlled interview). Dalam wawancara bebas


63
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2017), Hlm. 203-204.

39
ini peneliti mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang lengkap sebelum

melakukan wawancara. Wawancara yang dilakukan peneliti ditujukan kepada

kepala sekolah, guru IPS dan siswa kelas VII.64 Supaya konsep ini dapat

dipahami maka konsep ini perlu dibedakan menjadi wawancara terstruktur,

semi terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.

1) Wawancara Terstruktur

Wawancara terstruktur merupakan wawancara yang digunakan sebagai

teknik pengumpulan data, apabila seorang peneliti sudah mengetahui tentang

informasi apa yang diperoleh. Maka dari itu, dalam melakukan wawancara,

pengumpul data telah melakukan instrument penelitian berupa berbagai

pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif, jawabannya pun telah disiapkan

sehingga terencana dengan baik.65

2) Wawancara Semiterstruktur

Wawancara semiterstruktur lebih tepat dilakukan pada penelitian

kualitatif dari pada penelitian lainnya dikarenakan wawancara semitersrukur

ini memiliki ciri-ciri yakni berupa pertanyaan terbuka namun ada batasan

tema dan alur pembicaraan, kecepatan wawancara dapat diprediksi, terkontrol,

memiliki pedoman wawancara yang dijadikan patokan dalam alur, urutan dan

penggunaan kata, dan tujuan wawancara adalah untuk memahami suatu

fenomena kejadian dilapangan.66

3) Wawancara Tidak Terstruktur

64
Hafiz Mubarok, Upaya Guru Al-Qur’an Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur’an Di
Sdit Ukhuwah Banjarmesin, Vol, 1, No.1 (Studio Insania,2013)
65
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan…, Hlm. 319.
66
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Salemba Humanika, 2011), Hlm. 121.

40
Wawancara tidak terstruktur merupakan wawancara yang bebas

dilakukan oleh peneliti dengan tidak menggunakan pedoman seperti halnya

wawancara sebelum-sebelumnya yang melakukan wawancara secara sitematis

dan lengkap dalam mengumpulkan data. Wawancara ini lebih menekankan

kepada permasalah-permasalahan yang besar yang perlu ditanyakan.67 Dari

ketiga metode wawancara yang dipaparkan di atas, peneliti memilih metode

wawancara semi terstruktur. Hal ini dikarenakan peneliti tidak ingin terlalu

terikat oleh pertanyaan-pertanyaan yang peneliti rancang. Tentunya selain

memiliki konsep pertanyaan yang terarah peneliti melalui wawancara semi

terstruktur ini mampu mengembangkan pertanyaan dan tentunya memiliki

batasan agar tidak melebar

c. Metode Dokumentasi

Dokumen merupakan cacatan peristiwa yang sudah berlalu,

dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, dan karya-karya monumental

dari seseorang. Dokumen berbentuk tulisan misalkan cacatan harian harian,

cerita, geografi, peraturan dan kebijakan. Dokumen gambar berupa foto,

sketsa. Sedangkan dokumen yang berbentuk karya misalkan: karya seni,

gambar, patung, dan lainnya. Studi dokumentasi dalam penelitian kualitatif

yaitu pelengkap dari kedua metode yakni metode observasi dan wawncara.

Pengumpulan data ini ini dilakukan dengan tujuan sebagai bahan pengecekan

kebenaran atau ketepatan informasi yang diperoleh dengan melakukan

wawancara mendalam. Dokumentasi juga bertujuan untuk memperluas

67
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan…, Hlm. 320.

41
wawasan penelitian, hal itu sebagai pertanggung jawaban atas apa yang

diteliti.68

Jadi dalam penelitian ini data yang didokumentasikan berupa kondisi

sekolah, sarana dan prasarana kondisi peserta didik dan guru.

6. Tenik Analisis Data

Analisis adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan dan dapat

dipahami. Dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses

dilapangan yang bersamaan dengan pengumpulan data.69 Adapun langkah yang

digunakan dalam menyajikan data supaya mudah dipahami yaitu menggunakan

analisis Model dari Miles dan Huberman.70Adapun langkah-langkah dalam kegiatan

ini terbagi menjadi empat tahap, yaitu:

a. Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data pada model pertama yang dilakukan

untuk pengumpulan data dari hasil wawancara, hasil observasi, dan berbagai

dokumen tersebut berdasarkan kategori yang sesuai dengan masalah penelitian

dilapangan.

b. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu bentuk merangkum, mengarahkan, serta

memfokuskan pada hal-hal yang penting, menghapus data yang tidak perlu dan

68
Sugiyono, Metodologi Penelitian…., hlm. 240.
69
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan…, Hlm. 337
70
Ibid, Hlm. 337-338.

42
mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga simpulan final dapat

ditarik dan diverifikasi.

c. Penyajian Data

Penyajian data merupakan suatu rangkaian organisasi yang memudahkan

membuat kesimpulan riset dapat dilakukan. Dalam hal ini dimaksudkan untuk

menemukan pola-pola yang bermakna serta merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.

d. Penarikan Kesimpulan merupakan suatu bagian dari kegiatan konfigurasi yang

utuh (Miles dan Huberman). Kesimpulan ditarik semenjak peneliti menyusun

pencatatan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, arahan sebab akibat dari kejadian

tersebut, dan berbagai proposisi.

Dalam hal penganalisaan ini menggunakan data kualitatif yaitu suatu

teknik data yang dilakukan dengan menggunakan gambaran peristiwa yang telah

terjadi dilapangan. Setelah data tersebut dikumpulkan maka selanjutnya dilakukan

penganalisis untuk mengungkapkan strategi apa yang digunakan oleh guru dalam

menanamkan konsep diri pada Pembelajaran IPS kelas VII di SMPN 2 Pujut

Kabupaten Lombok Tengah.

7. Pengecekan Keabsahan data

Pengecekan keabsahan data atau secara ilmiah disebut validitas data

merupakan penelitian yang harus mengungkapkan kebenaran yang objektif atau dapat

43
diartikan sebagai sebuah bukti bahwasanya apa yang telah di teliti oleh peneliti sesuai

dengan yang terjadi. Hal itu untuk memperoleh keabsahan data diperlukan teknik

pemeriksaan, supaya diperoleh informasi yang absah, dapat digunakan teknik-teknik

sebagai berikut:

a. Perpanjangan Pengamatan

b. Ketentuan Pengamatan

c. Triangulasi

d. Pemeriksaan Sejawat

e. Kecukupan Refresensial

f. Pengecekan Anggota71

Supaya dapat memperoleh temuan-temuan dan informasi yang rill, maka

peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Ketekunan pengamatan

Ketekunan pengamatan ini bertujuan untuk menemukan ciri-ciri dan

unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu-isu yang

sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara

rinci.Ketekunan dalam pengamatan ini dilakukan dengan cara mengamati

kedalaman data yang diperoleh, mengamati dengan teliti terhadap faktor-faktor

yang menonjol, mencari suatu usaha dalam membatasi berbagai pengaruh terkait

tentang pengefektifan penerapan strategi yang gunakan oleh pendidik dalam

mengatasi kesulitan belajar peserta didik.. Dalam penelitian ini, peneliti terlibat

secara langsung dalam melakukan pengamatan dan peneliti tidak hanya

71
J. Moleong Lexy, Metodelogi Penelitian Kualitatif…, Hlm. 326-333.

44
mengamati satu atau dua kali saja, tetapi berulang kali agar memperoleh data

yang valid.

b. Teknik triangulasi

Triangulasi merupakan gagasan yang harus di lakukan oleh peneliti lebih

dari satu hal dalam studi. Maksudnya ialah sebagai peneliti harus menggunakan

lebih dari satu metode penelitian. Peneliti dapat menggunakan dua atau lebih

teknik untuk mengumpulkan data atau menggabungkan data penelitian kualitatif

dengan data penelitian kuantitatif dalam studi satu.72 Dalam penelitian ini

digunakan dua triangulasi, yaitu:73

1) Triangulasi data/sumber, yaitu dengan menggunakan berbagai sumber untuk

mendapatkan informasi. Pada triangulasi yang dilakukan oleh peneliti ini

tidak hanya menggunakan informasi dari satu informan saja, tetapi beberapa

informan yang terlibat langsung dengan lingkungan penelitian. Adapun

informan tersebut adalah kepala sekolah, tenaga pendidik, dan peserta didik.

2) Triangulasi metode, dengan menggunakan metode triangulasi ini terdapat dua

strategi, yaitu pengecekan drajat kepercayaan penemuan hasil penelitian

beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan sumber pengecekan

derajat kepercyaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

I. Sistematika Pembahasan

72
Michael D. Myers, Penelitian Kualitatif Di Manajemen Dan Bisnis, (Sidoarjo: Zifatama Publisher,2014),
Hlm.11
73
Sugiyono, Metode Penelitian Adalah Teknik Tentang Pemeriksaan Keabsahan Data Yang Memanfaatkan
Sesuatu Yang Lain Diluar Data Tersebut Untuk Keperluan Pengecekan Atau Sebagai Perbandingan Kualitatif,
Kuantitatif Dan R&D, (Bandung: Alfa Beta, 2018), Hlm. 225.

45
Dalam skripsi yang dibuat alur pembuatannya, akan memperjelas dari pembuatan

proposal skripsi ini, maka peneliti dapat merangkaikan demi rangkaian pembahasan

dengan menggunkan pola sebagai berikut:

1. Bagian awal, terdiri dari halaman judul, halaman pernyataan keaslian, halaman

pengesahan, halaman persetujuan tim penguji, nota dinas pembimbing, pedoman

transliterasi, halaman moto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel,

daftar gambar, lampiran dan abstrak.

2. Bagian isi, yang terdiri dari:

a. BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini akan dibahas pendahuluan yang meliputi latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka,

kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

b. BAB II Paparan dan Temuan

Dibagian ini akan dibahas atau diungkapkan seluruh data yang ditemukan

dilapangan secara murni dan jelas tanpa ada campur tangan dari teori manapun.

c. BAB III Pembahasan

Pada pembahasan dalam bab ini yakni tentang pembahasan dari rumusan

masalah yang terkait dengan penelitian yang dibuat sehingga dalam bab ini

masalah-masalah yang ada di lapangan dapat dibahas secara jelas.

3. Bagian akhir, yang terdiri dari :

46
a. BAB IV Penutup

Untuk bab penutup peneliti nantinya akan memberikan kesimpulan

tentang penelitiannya beserta saran bagi para pembaca atau yang menerima

manfaat penelitian

J. Jadwal Kegiatan Penelitian

Adapun rencana penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, sebagai

berikut:

No Kegiatan Bulan ke-


8 9 10 11 12
1. Observasi Awal √

2. Pengajuan Judul √
2. Penyusunan Proposal √ √
4. Ujian Proposal √
5. Memasuki √
lapangan/Penelitian
6. Penyusunan Skripsi
7. Penyempurnaan Ujian Skripsi

47
DAFTAR PUSTAKA

Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam Undang-Undang


Sisdiknas, Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam, 2003

Bukhari Umar. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Kencana, 2013

Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2015.

Elly Manizar, “Peran Guru Sebagai Motivator Dalam Belajar”, Jurnal Tadrib, Vol.1,
Nomor 2, Desember 2015.

Farida Mayar, Strategi Guru Paud Daam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini,
Jurnal Pendidikan, Vol.3, Nomor 6, Tahun 2007.

Hana Nida Khafiya, Konsep Diri Akademik Pada Siswa Mts (Studi Pada Siswa Yang
Berasal Dari SD UMUM), (Skripsi, Fakultas Psikologi, Universitas
Muhammadiyah Malang), 2018.

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Salemba Humanika, 2011

Hendra Surya. 2007. Percaya Diri itu Penting: Peran Orangtua dalam Menumbuhkan
Percaya Diri Anak. (Jakarta: Elex Media Komputindo

Heru Setiawan, Integrasi Imtaq Dan Iptek Dalam Pengembangan Pendidikan Islam,
Jurnal Nidhomul Haq Vol 1 No: 2 September 2016.

Indra Darmawan. 2009. Kiat Jitu Taklukkan Psikotes. Yogyakarta: Buku Kita

Kunandar,Guru Profesional, Jakarta, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Rajawali Pers:
2009

Laily Misri, “Upaya Guru BK Dalam Meningkatkan Konsep Diri Positif Siswa (Studi
Pada Mts Al-Washliyah Tembung), (Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan
Keguruan Universitas Islam Mataram),2020.

Lukman Hakim, Manajemen Pendidikan, Yogyakarta: Genta Press, 2008

Michael D. Myers, Penelitian Kualitatif Di Manajemen Dan Bisnis, Sidoarjo: Zifatama


Publisher,2014.

Model Pembelajaran Terpadu Ips, Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian


Dan Pengembangan Pendidikan Nasional Pusat Kurikulum

48
Muhammad Darwis Dasopang, “Belajar Dan Pembelajaran”, Jurnal Kajian Ilmu
Keislaman, Vol. 3, Nomor 2, Desember 2017

Muhammad Numan Somantri, Menggagas Pembaharuan Pendidikan Ips. Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2001

Muhammad Numan Somantri, Menggagas Pembaharuan Pendidikan Ips. Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2001

Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya,


2002

Mujtahid, Pengembangan Profesi Guru, Malang: Uin Maliki Press, 2011.

Mulyasa, E. Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan


Menyenangkan, (Bandung, Pt. Remaja Rosda Karya, 2016

Norman, “Upaya Guru Dalam Menanamkan Konsep Diri Pada Pembelajaran IPS DI
SDN Gonjak Kecamatan Praya Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran
2019/2020 “, (Skripsi, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan

Nur Efendi, Islamic Educational Sociology, Depok : Rumah Media.

Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009

Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012

Ratna Dwi Astuti, Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri Sisiwa,
skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta,
2014

Roestiyah NK., Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara,2001

Sandu Siyoto, Ali Sodik, Dasar Metode Penelitian, Yogyakarta: Literasi Media
Publishing, 2015.

Sapriya, Pendidikan Ips Konsep Dan Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosda Karya,
2009.

Sardiman,Interaksi Dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada,


2003

Sekar Purbarini Kawuryan, Pentingnya Pendidikan Ips Di Sekolah Dasar Sebagai


Kerangka Dasar Nation And Character Building. Dinamika Pendidikan. Majalah
Ilmu Pendidikan, 2008

49
Singgih Gunarsa D & Yulia. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta:
BPK Gunung Mulia

Slameto, 2010. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta,2012.Afrizal, Metode


Penelitian Kualitatif, Depok: Rajagrafindo Persada,2017.

Sugiyono, Metode Penelitian Adalah Teknik Tentang Pemeriksaan Keabsahan Data Yang
Memanfaatkan Sesuatu Yang Lain Diluar Data Tersebut Untuk Keperluan
Pengecekan Atau Sebagai Perbandingan Kualitatif, Kuantitatif Dan R&D,
Bandung: Alfa Beta, 2018

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998.


Syafarudin Dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Melejitnya Potensi Budaya Umat), Jakarta:Hijri
Pustaka Utama, 2017

Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif: Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologis, Jakarta, Rineka Cipta, 2010.

Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al Qur’an, Jakarta : Pt Raja Grafindo
2012

Yosep Aspat Alamsyah, Membedah Syarat-Syarat Untuk Menjadi Guru Ahli Atau
Ekspert Teacher, Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran Dasar, Volume 3, Nomer 1
Juni 2016

50
LAMPIRAN

51
Lampiran I
Kegiatan Observasi Peneliti di lokasi penelitian

52
53

Anda mungkin juga menyukai