Anda di halaman 1dari 110

STRATEGI GURU DALAM MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH SISWA

PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV DI MI MI’RAJUL ISHLAH GETAP

Oleh
Rosyidah Mar Raja
NIM 190106067

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (PGMI)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

MATARAM

2023

i
STRATEGI GURU DALAM MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH SISWA

PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV DI MI MI’RAJUL ISHLAH GETAP

Skripsi
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Mataram Untuk Melengkapi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

ROSYIDAH MAR RAJA


NIM. 190106067

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM

2023

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh Rosyidah Mar Raja, NIM 190106067 dengan judul “

Strategi Guru Dalam Meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa Pada Mata Pelajaran

IPA Kelas IV Di Mi Mi’Rajul Ishlah Getap ” Telah memenuhi syarat dan

disetujui untuk diuji.

Di setujui pada tanggal 2023

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Harja Efendi, M.Pd Hamzan, M.Pd


NIP. 198002272003121002 NIP. 198812312019031021

iii
NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Ujian Skipsi

Yang Terhormat

Rektor UIN Mataram

Di Mataram

Dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi, kami

berpendapat skripi saudari :

Nama Mahasiswa : Rosydah Mar Raja

NIM : 190106067

Jurusan/Prodi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Judul : Strategi Guru Dalam Meningkatkan Sikap Ilmiah

Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV Di MI

Mi’Rajul Ishlah Getap.

Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang Munaqasya Skripsi

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram. Oleh Kerena Itu, Kami

berharap agar Skripsi ini dapat Segera di-munaqasyah-kan

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Harja Efendi, M.Pd Hamzan, M.Pd


NIP. 198002272003121002 NIP. 198812312019031021

iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rosyidah Mar Raja

NIM : 190106067

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Menyatakan bahwa skrispsi dengan judul “Strategi Guru Dalam

Meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV Di MI

Mi’Rajul Ishlah Getap.” Ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian dan

karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagaian yang di rujuk sumbernya. Jika

saya terbukti melakukan plagiat tulisan/karya orang lain, siap menerima sanksi

yang telah ditentukan oleh lembaga.

Mataram,

Saya yang mengatakan

Rosyidah Mar Raja

v
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI

Skripsi oleh : Rosyidah Mar Raja, NIM :190106067 dengan judul “ Strategi

Guru Dalam Meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa Pada Mata Pelajaran IPA

Kelas IV Di MI Mi’Rajul Ishlah Getap,” telah dipertahankan di depan dewan

penguji jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan UIN Mataram pada tanggal

vi
MOTTO

‫ت ْال ِع ْل َم اُوْ تُوا الَّ ِذ ْينَ َو ِم ْن ُك ۙ ْم ٰا َمنُوْ ا الَّ ِذ ْينَ هّٰللا ُ يَرْ فَ ِع‬
ٍ ۗ ‫خَ بِ ْي ٌر تَ ْع َملُوْ نَ بِ َما َوهّٰللا ُ د ََر ٰج‬

“ Niscaya Allah Akan Meninggikan Orang-Orang Yang Beriman Di Antaramu

Dan Orang-Orang Yang Di Beri Ilmu Pengetahuan Beberapa Derajat. Dan

Allah Maha Menge tahui Apa Yang Kamu Kerjakan

(QS Al-Mujadalah:11)1

1
Alquran, al-Mujadalah ayat 11, Alquran dan Terjemahannya (Jakarta: Depertemen Agama RI,
Yayasan Penerjemah dan Penerbit Alquran, 2013),543.
vii
PERSEMBAHAN

“ Kupersembahkan skripsi ini untuk kedua orang tuaku

tercinta yang membesarkan dan mendidikku yang selalu

memberi semangat dan terus mendoakanku, untuk almamaterku

dan semua guru-guruku yang telah berjasa mendidikku, Kepada

saudara-saudariku yang selalu memberikan semangat dan

motivasi kepadaku, serta kepada teman-teman seperjuangan

yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi

ini.”

viii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah swt. Tuhan semesta alam, Rahmat, Hidayat, dan Taufik-nya. Peneliti

memiliki kekuatan dan kesabaran untuk menyelesaikan skripsi ini meskipun

peneliti menegaskan bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna. Shalawat dan

salam semoga tetap dilimpahkan kepada Rasulullah SAW. Keluarganya, para

sahabat dan penganut ajarannya. yang dengan penuh semangat dan ikhlas

berjuang dalam menumbuh kembangkan ajaran Islam sehingga dapat

membimbing umat manusia menuju keimanan dan keselamatan, baik di dunia

maupun di akhirat nanti.

Skripsi ini peneliti susun merupakan syarat akhir studi untuk

mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) di Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Universitas

Islam Negeri Mataram. Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis sangat

menyadari bahwa dalam proses tersebut tidaklah lepas dari segala bantuan,

bimbingamn dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karenanya melalui

kesempatan ini, peneliti mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya

kepada:

1. Bapak Dr. Harja Efendi, M.Pd, selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak

Hamzan, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan

waktu, tenaga dan pikiranya untuk membimbing dan mengarahkan dalam

penyusunan proposal ini.

2. Bapak Drs. Muammar, M.Pd, selaku ketua prodi jurusan PGMI dan ibu

Ramdhani Sucilestari, M.Pd selaku sekretaris jurusan PGMI.


ix
3. Bapak Dr. Jumarin, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Mataram

4. Bapak Prof. Dr. H. Masnun Tahir. M.Ag selaku Rektor UIN Mataram.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan PGMI yang Telah Banyak Memberikan

Wawasan Dan Pendalaman Keilmuan Serta Layanan Prima Selama Studi

Dan Penyelesaian Skripsi.

Penulis menyatakan bahwa terdapat kekurangan dan kekeliruan

dalam penyusunan Skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mohon maaf atas

segala kekhilafan dan kekurangan Skripsi ini, dan peneliti berharap akan

saran dan kritikan agar skripsi ini lebih bermanfaat menjadi bahan

penunjang kualitas dalam mengajar dimasa yang akan datang. semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan

para pembaca pada umunya semoga Allah SWT meridhoi dan mencatat

sebagai ibadah disisinya. Aamiin.

Mataram, 2023

Peneliti

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.....................................................................i

HALAMAN JUDUL.........................................................................ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................iii

NOTA DINAS PEMBIMBING.......................................................iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.........................................v

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI.............................................vi

HALAMAN MOTTO.......................................................................vii

HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................viii

KATA PENGANTAR......................................................................ix

DAFTAR ISI.....................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR........................................................................xiv

DAFTAR TABEL.............................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................xvi

ABSTRAK.........................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................1

a) Latar Belakang...................................................................1

b) Rumusan Masalah..............................................................6

c) Tujuan dan Manfaat Penelitian..........................................6

d) Ruang Lingkup Penelitian..................................................7

e) Telaah Pustaka...................................................................9

f) Kajian Teori ......................................................................12

1. Strategi ...........................................................................12

a. Pengertian strategi.......................................................12

2. Guru...............................................................................13
xi
a. pengertian Guru...........................................................13

b. peran guru dalam proses pembelajaran.......................15

3. Sikap Ilmiah..................................................................17

a. Pengertian sikap ilmiah ...............................................17

b. sikap Ilmiah SD/MI ....................................................19

4. Strategi Guru dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa...26

5. Pembelajaran IPA di SD/MI............................................29

A. Tujuan Pembelajaran IPA................................................31

g) Metode Penelitian .............................................................33

1. Pendekatan Penelitian .............................................33

2. Kehadiran Peneliti .................................................33

3. Lokasi Penelitian ....................................................34

4. Sumber Data .........................................................35

5. Teknik Pengumpulan data .....................................36

6. Teknik Analisis Data .............................................38

7. Pengecekan Keabsahan Data .................................42

8. Sistematika Pembahasan .......................................46

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN...................................47

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..............................47

1. Sejarah MI MI’Rajul Ishlah Getap ................................47

2. Profil MI MI’Rajul Ishlah Getap ...................................47

3. Visi dan misi MI MI’Rajul Ishlah Getap .......................48

4. Letak geografis MI MI’Rajul Ishlah Getap ...................49

5. Sarana dan prasrana MI MI’Rajul Ishlah Getap ............50

xii
6. Keadaan guru MI MI’Rajul Ishlah Getap......................51

7. Keadaan siswa MI MI’Rajul Ishlah Getap .....................53

8. Struktur Organisasi MI MI’Rajul Ishlah Getap .............56

B. Strategi guru dalam meningkatkan sikap ilmiah

siswa Pada mata pelajaran IPA di MI MI’Rajul

Ishlah Getap. ..................................................................57

C. Kendala-kendala yang di hadapi oleh guru dalam

meningkatkan sikap ilmiah siswa Pada Mata

Pelajaran Ipa Kelas IV Di MI Mi’rajul Ishlah Getap. ....62

BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN................69

1. Strategi guru dalam meningkatkan sikap ilmiah

siswa Pada mata pelajaran IPA di MI MI’Rajul

Ishlah Getap ..................................................................69

2. Kendala-kendala yang di hadapi oleh guru dalam

meningkatkan sikap ilmiah siswa Pada Mata

Pelajaran Ipa Kelas IV Di MI Mi’rajul Ishlah Getap ...71

BAB IV PENUTUP .........................................................................76

A. Kesimpulan ...................................................................76

B. Saran .............................................................................77

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................79

LAMPIRAN

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi MI Mi’rajul Ishlah Getap.

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Dimensi Dan Indikator Sikap Ilmiah

Tabel 2.1 Sarana Dan Prasarana Madrasah Ibtidaiyah Mi’rajul Ishlah Getap

Tabel 2.2 Data Guru Madrasah Ibtidaiyah Mi’rajul Ishlah Getap

Tabel 2.3 Data Jumlah Siswa Madrasah Ibtidaiyah Mi’rajul Ishlah Getap

Tabel 2.4 Data Siswa-Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Mi’rajul Ishlah

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Obsevasi Strategi Guru Dalam Meningkatkan Sikap

Ilmiah Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV Di MI

Mi’Rajul Ishlah Getap.

Lampiran 2 : Lembar Pedoman dan Hasil Wawancara Strategi Guru Dalam

Meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa Pada Mata Pelajaran IPA

Kelas IV Di MI Mi’Rajul Ishlah Getap.

Lampiran 3 : Foto Hasil Wawancara Dengan Guru

Lampiran 4 : Kartu konsultasi Skripsi

Lampiran 5 : Surat Rekomendasi Penelitan UIN Mataram

Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 7 : Surat Bukti Sudah Melakukan Penelitian di MI Mi’Rajul Ishlah

Lampiran 8 : Cetak Plagiasi Skripsi

xvi
STRATEGI GURU DALAM MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH SISWA PADA
MATA PELAJARAN IPAKELAS IV DI MI MI’RAJUL ISHLAH GETAP
Oleh :
Rosyidah Mar Raja
Nim : 190106067

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi guru dalam


meningkatkan sikap ilmiah siswa pada kelas IV MI Mi’rajul Ishlah Getap dan Untuk
mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam meningkatkan sikap
ilmiah siswa pada kelas IV MIMi’rajul Ishlah Getap.
Jenis Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk
mengungkapkan fakta atau keadaan yang terjadi sesungguhnya tanpa adanya
rekayasa.
Teknik pengumpulan data merupakan sebuah upaya yang dilakukan peneliti
dalam memperoleh dan mengumpulkan data seperti teknik observasi, wawancara,
dokumentasi. Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data
yang sudah terkumpul. Analisis data yang digunakan berupa analisis kualitatif yang
bersifat deskritif, yaitu analisis berdasarkan data yang diperoleh. Dari analisis data
diperoleh hasil penelitian sebagai berikut : strategi guru dalam meningkatkan sikap
ilmiah siswa pada kelas IVMI Mi’rajul Ishlah Getap adalah memberikan penguatan
dan stimulus, pendekatan saintifik dalam proses belajar mengajar di kelas dan
mengaitkan materi pelajaran dengan dunia nyata atau dunia siswa itu sendiri dan
menggunakan media. Adapun kendala yang Dihadapi Guru dalam Meningkatkan
Sikap Ilmiah Siswa pada Mata pelajaran IPA Kelas IV MI Mi’rajul Ishlah Getap
adalah guru tidak menggunakan media yang menarik, guru jarang memberikan suatu
pujian, penghargaan, dan hadiah kepada siswa, guru jarang melakukan pengamatan,
dan sebagian siswa tidak aktif dalam kegiatan-kegiatan di sekolah. Kemudian adapun
upaya yang dilakukan guru berdasarkan hasil wawancara dari empat responden yang
peneliti wawancarai terkait upaya guru dalam mengatasi kendala-kendala yang
dihadapi dalam mewujudkan sikap ilmiah siswa yaitu: (1) Menggunakan media yang
menarik dengan menampilkan sebuah video atau gambar, (2) Memberikan pujian,
penghargaan, serta reward (hadiah), (3) Meletakkan barang baru di dalam kelas, (4)
Melakukan pengamatan terhadap materi yang dipelajari, (5) Mengajak siswa aktif
mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah.
Kata Kunci: Strategi Guru, Sikap Ilmia, IPA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan sebagai suatu sistem yang menjadi kegiatan yang berkaitan

dengan upaya terencana dan sadar untuk menyelenggarakan suatu proses

pembelajaran dengan sebaik-baiknya, Sehingga mampu membuat peserta didik

menjadi lebih aktif dalam mengembangkan sebuah potensi yang dimiliki, baik

dari tingkat spiritual keagamaan, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

keterampilan dalam bersosial atau bermasyarakat dan bernegara.2 Pendidikan juga

dapat diartikan sebagai proses pembinaan atau pertolongan yang diberikan dengan

sengaja kepada anak atau peserta didik yang mengarah pada terbentuknya

kepribadian peserta didik yang baik.3 Sehingga pendidikan menjadi hal yang

sangat efektif dalam mengembangkan keterampilan dan kualitas hidup yang

sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang di tet apkan undang-

undang Sisdiknas.4

Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan menerapkan

kurikulum 2013 yang ditetapkan menjadi salah satu bagian yang di harapkan

dapat meningkatkan kualitas pendidikan di indonesia di semua jenjang yang di

nilai dari tiga ranah kompetensi, yaitu : pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Tahap pelaksanaa kurikulum 2013 lebih berfokus pada keaktifan siswa dalam

suatu proses ilmiah dengan tujuan agar pembelajaran tidak hanya menciptakan

2
Syafarudin dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Melejitnya Potensi Budaya Umat), (Jakarta: Hijri Pustaka
Utama, 2017), hlm.22.
3
Heru Setiawan, Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pengembangan Pendidikan Islam, Jurnal Nidhomul
Haq Vol 1 No : September 2016. hlm.59.
4
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 “ Tentang Sistem Pendidikan Nasional’’ ,
hlm.2.
1
peserta didik yang mempunya kompetensi pengetahuan saja, tetapi peserta didik

juga mampu menciptakan sikap dan keterampian yang baik.5

Proses ilmiah (keterampilan proses) akan menjadi salah satu wahana yang

dapat mengaitkan pengembangan konsep dan pengembangan sikap serta nilai.

Salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah dasar adalah IPA (Ilmu

Pengetahuan Alam). IPA adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena di

alam semesta (Depdiknas, 2005). IPA memperoleh kebenaran tentang fakta dan

fenomena alam melalui kegiatan empirik, IPA berkaitan dengan fakta, konsep,

prinsip dan juga proses penemuan itu sendiri. Penemuan diperoleh melalui

eksperimen yang dapat dilakukan di laboratorium maupun di alam bebas.6 Secara

garis besar, IPA memiliki tiga komponen, yaitu: (1) proses ilmiah, seperti

mengamati mengklasifikasi, memprediksi, merancang, dan melaksanakan

eksperimen, (2) produk ilmiah, seperti prinsip, konsep, hukum, dan teori, serta (3)

sikap ilmiah, seperti sikap ingin tahu, hati-hati, objek, dan jujur. Ketiga komponen

tersebut saling berkaitan satu sama lain.7 Dengan demikian, IPA tidak hanya

sebatas kumpulan pengetahuan atau materi saja, melainkan IPA merupakan salah

satu mata pelajaran di sekolah dasar yang masih terpadu karena belum dipisahkan

secara tersendiri seperti mata pelajaran biologi, kimia, dan fisika. Pada tingkat

sekolah dasar kelas I, II, dan III mata pelajaran IPA diintegrasikan pada

kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia sedangkan kelas IV, V, dan VI

5
Ratna Rosidah, dkk, Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Pada Pembelajaran Hukum-
Hukum Dasar Kimia Ditinjau Dari Aktifitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA SMA Negri Surakarta Tahun
Pelajaran 2013/2014, jurnal Pendidikan Kimia, Volume 3,2014, hlm. 66.
6
Nana Hendracipta, Menumbuhkan Sikap Ilmiah Siswa Sekolah Dasar Melalui Pembelajaran Ipa
Berbasis Inkuiri, JPSD Vol. 2 No. 1, Maret 2016, hlm.110
7
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), hlm. 137.
2
pembelajaran IPA menjadi mata pelajaran tersendiri tetapi pembelajarannya

menggunakan tematik terpadu.8

IPA sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan komponen- komponen

IPA, yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Tetapi, pembelajaran IPA di sekolah

saat ini masih terpaku pada paradigma penelusuran informasi dan melupakan

aspek lain dari pembelajaran IPA. Selain ini ada kecenderungan guru memandang

pembelajaran IPA hanya sebagai kumpulan produk saja dan melupakan aspek

lainnya, salah satunya aspek sikap ilmiah. Padahal, dalam proses belajar mengajar

IPA, pengembangan konsep (produk IPA) tidak bisa dipisahkan dari

pengembangan sikap ilmiah.9 Sikap ilmiah melandasi proses ilmiah yang

kemudian menghasilkan produk IPA. Begitu sebaliknya, produk IPA dapat

mendorong terjadinya proses ilmiah yang baru dan akan menumbuhkan atau

menguatkan sikap ilmiah. Oleh karena itu sikap ilmiah merupakan salah satu

tujuan dari pembelajaran IPA.10

Sikap ilmiah merupakan salah satu karakter yang dimiliki oleh ilmuwan,

karakter ini harus dimiliki ketika siswa belajar IPA. Selain itu sikap ilmiah

didefinisikan sebagai salah satu pandangan seseorang terhadap cara berfikir yang

sesuai dengan metode keilmuan, sehingga timbulah kecenderungan untuk

menerima ataupun menolak terhadap cara berfikir yang sesuai dengan keilmuan

tersebut.11Tujuan dari adanya pengembangan sikap ilmiah yaitu untuk

8
Wahab Jufri, Belajar dan Pempelajaran Sains (Modal Menjadi Guru Professional), (Bandung:
Pustaka Reka Cipta, 2017), hlm. 122.
9
N.N Ayu Suciati, dkk, Hasil Belajar IPA Ditinjau Dari Sikap Ilmiah Siswa SMP, (E- jurnal:
Program Pascasarjana Univesitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA), Volume 4, 2014, hlm. 2.
10
Maskoeri Jasin, Ilmu Alamiah Dasar, Edisi Revisi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2009), hlm.44
11
Nana Hendracipta, Menumbuhkan Sikap Ilmiah Siswa Sekolah Dasar Melalui Pembelajaran Ipa
Berbasis Inkuiri, JPSD Vol. 2 No. 1, Maret 2016, hlm.110
3
menghindari munculnya sikap negatif pada diri siswa. Oleh karena itu, sikap

ilmiah merupakan aspek yang penting karena berpengaruh pada budi pekerti serta

pembentukan karakter yang baik pada diri siswa.12

Sikap ilmiah dapat dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan siswa dalam

pembelajaran IPA pada saat melakukan diskusi, percobaan, simulasi, dan

kegiatan proyek di lapangan. Pengembangan sikap ilmiah di sekolah dasar

memiliki kesesuaian dengan tingkat perkembangan kognitifnya. Menurut Harlen

sikap ilmiah yang perlu dikembangkan lebih lanjut dalam pembelajaran IPA di

sekolah dasar agar bisa dimiliki oleh siswa yaitu: (1) sikap ingin tahu, (2) sikap

respek terhadap data atau fakta, (3) sikap berpikir kritis, (4) sikap penemuan dan

kreativitas, (5) sikap berpikiran terbuka dan kerjasama, (6) sikap tekun, serta (7)

sikap peka terhadap lingkungan sekitar.13

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas IV MI

Mi’rajul Ishlah Getap, dimana kelas IV merupakan kelas tinggi dan hasil

wawancara yang didapatkan bahwa siswa kelas IV lebih banyak yang

menunjukkan sikap ilmiah. berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan

khususnya Pada pelajaran IPA. Guru IPA melakukan penanaman sikap ilmiah

pada siswa dengan memperlihatkan contoh sikap ilmiah, penguatan positif pada

sikap ilmiah, dan menyediakan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan

sikap ilmiah.14

12
Selly Gusmentari, Sikap Ilmiah Siswa Kelas IV C Dalam Pembelajaran IPA di SD
Muhammadiyah Condongcatur, (Skripsi Pdf, Universitas Negeri Yogyakarta, 2014), hlm.4.
13
Enisiati, Sikap Ilmiah Siswa Kelas V Dalam Pembelajaran IPA Siswa di Donotirto Bangunjiwo
Kasihan Bantul, (Skripsi Pdf, FTK Universitas PGRI Yogyakarta, 2016), hlm. 4-5.
14
Sri wahyuni, wawancara MI Mi’rajul Ishlah Getap, 30 september 2022
4
Dari proses penanaman sikap ilmiah tersebut, siswa kelas IV MI Mi’rajul

ishlah Getap menunjukkan beberapa sikap ilmiah yaitu sikap peka terhadap

lingkungan. Sikap ini terlihat saat siswa kels IV mengajak teman-temannya untuk

menjaga kebersihan kelas maupun sekolah, contohnya selalu membuang sampah

ke tempat sampah yang sudah di sediakan di sekolah, meskipun belum semua

siswa siswi kelas IV menunjukan sikap ilmiah yang satu ini, namun sebagaian

siswa kelas IV sudah mempunyai kesadaran tehadap kebersihan lingkungan.

Sikap berfikir secara terbuka dan bekerja sama. Sikap ini terlihat pada saat

siswa sedang menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh guru maupun temannya,

mereka menghargai pendapat-pendapat yang di kemukakan oleh temannya.

Mereka tidak mengejek pendapat temannya serta tidak merasa pendapatnya paling

benar.karena mereka tahu dari kekurangan yang ada pada temannya bisa mereka

lengkapi lewat kejasama, karena perlu mereka sadari bahwa pengetahuan yang

dimiliki orang lain mungkin lebih baik dari yang dia miliki.

sikap berpikir kritis. Dimana siswa terlihat pada saat siswa mendapatkan

hal yang baru baginya, mereka aktif bertanya tentang hal-hal yang belum mereka

pahami.sikap ingin tahu. Ketika di berikan pertanyaan yang merangsang rasa ingin

tahu mereka berkaitan dengan pelajaran yang akan dipelajari, mereka sangat

antusias untuk menjawab pertanyaan yang di berikan berdasarkan pengetahuan

yang telah mereka miliki, selain itu siswa juga aktif bertanya apabila belum

memahami materi atau tugas yang diberikan oleh guru. Tetapi, belum semua

siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, hal ini di buktikan dengan adanya

siswa yang diam saat diberikan pertanyaan oleh guru.

5
sikap peka terhadap lingkungan sekitar dan sikap objektif terhadap data

dan fakta. Dimana siswa terlihat ketika mengerjakan soal yang diberikan guru,

siswa mampu mengerjakannya secara sendiri-sendiri sesuai dengan

pengetahuannya. Dari semua sikap-sikap ilmiah yang sudah ada pada kelas IV MI

Mi’rajul ishlah, ada sikap ilmiah lainnya yang penting bagi siswa sekolah dasar

belum ditunjukkan oleh kelas IV dan perlu dikembangkan.15

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “ Strategi Guru Dalam Meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa Pada Mata

Pelajaran Ipa Kelas IV Di MI Mi’rajul Ishlah Getap

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah strategi guru dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa pada

kelas IV MI Mi’rajul Ishlah Getap?

2. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam meingkatkan sikap

ilmiah siswa pada kelas IV MI Mi’rajul Ishlah Getap?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

Adapun tujuan peneliti yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1) Untuk mengetahui strategi guru dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa pada

kelas IV MI Mi’rajul Ishlah Getap

2) Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam

meningkatkan sikap ilmiah siswa pada kelas IV MI Mi’rajul Ishlah Getap

15
Observasi, MI Mi’rajul Ishlah Getap, 30 november 2022
6
2. Manfaat

a. Manfaat Teoritis

Sebagai tambahan informasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan

tentang strategi guru dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa studi kasus kelas

IV MI Mi’rajul Ishlah Getap

b. Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti, merupakan sarana untuk belajar dan menuangkan pikiran

dan gagasan serta untuk menambah pengetahuan, wawasan dan

pengalaman di bidang penelitian serta pengetahuan tentang strategi guru

dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa pada kelas IV MI Mi’rajul

Ishlah Getap.

2. Bagi Sekolah, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan

kontribusi positif bagi pihak sekolah, khususnya bagi pihak MI Mi’rajul

Ishlal Getap untuk strategi guru dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa

pada kelas IV MI Mi’rajul Ishlah Getap.

3. Bagi Fakultas Tarbiyah dan keguruan, diharapkan hasil penelitian ini

dapat memberikan informasi ilmiah dan dapat dijadikan referensi bagi

mahasiswa Fakultas Tarbiyah, khususnya program studi Pendidikan

Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Mataram untuk penelitian selanjutnya.

D. Ruang lingkup dan setting penelitian

1. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk memperjelas masalah yang dibahas dalam penelitian ini agar

tidak terjadi pembahasan yang meluas dan menyimpang dari fokus penelitian.

Adapun ruang lingkup permasalah yang dibahas dalam penelitian ini yaitu

strategi guru dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa pada kelas IV MI


7
Mi’rajul Ishlah Getap. Selain itu penelitian ini fokus pada kendala-kendala

yang dihadapi oleh guru dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa pada kelas IV

MI Mi’rajul Ishlah Getap. Supaya lebih fokus peneliti dapat merincikan sebagai

berikut:

a. Peneliti lebih memfokuskan kelas kelas IV MI Mi’rajul Ishlah Getap yang

di dalamnya masih banyak peserta didik yang butuh meningkatkan sikap

ilmiah, hal ini tercermin dari keadaan individual dari dalam diri pesera

didik

b. Kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam meningkatkan sikap

ilmiah siswa pada kelas IV MI Mi’rajul Ishlah Getap

2. Setting penelitian

Penelitian ini di akan laksanakan di Cakra Selatan Baru, kota Mataram,

penelitian ini di lakukan untuk mengetahui bagaimana strategi guru dalam

meningkatkan sikap ilmiah siswa pada mata pelajaran IPA. Adapun penulis

memilih lokasi ini sebagai tempat peneliti karena di dasarkan atas beberapa

pertimbangan, yaitu unsur keterjangkauan lokasi penelitian oleh peneliti, baik

di lihat dari segi tenaga, maupun dana dari segi efesiensi waktu.

Sikap ilmiah merupakan salah satu karakter yang dimiliki oleh ilmuan,

karakter ini harus dimiliki ketika siswa belajar IPA. Selain itu sikap ilmiah

didefenisikan sebagai salah satu pandangan seseorang terhadap cara berpikir

yang sesuai dengan metode keilmuan. Sikap ilmiah pada siswa ini terdiri dari

sikap ingin tahu, sikap respek terhadap data atau fakta, sikap berpikir kritis,

sikap penemuan dan kreatifitas, sikap berpikir terbuka dan kerja sama, sikap

tekut, serta peka terhadap lingkungan sekitar. Adapun objek yang di ambil

dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV Mi’rajul Ishlah Getap. Disini
8
peneliti akan melihat strategi yang digunakan oleh guru untuk meciptakan

sikap ilmiah pada siswa kelas IV.

E. Telaah Pustaka

1. Penelitian yang dilakukan oleh Chandra Asih Novitasari, yang berjudul

“Peningkatan Sikap Ilmiah Siswa Pada Pelajaran IPA Melalui Model

Inkuiri Terbimbing Kelas IV SDN 01 Banjarsari Pati” dalam penelitian ini

disimpulkan bahwa penggunaan model inkuiri terbimbing dapat

meningkatkan sikap ilmiah siswa dan keterampilan guru. Persamaan

penelitian tersebut dengan penelitian yang akan peneliti laksanakan adalah

sama-sama mengkaji tentang sikap ilmiah siswa.16

Adapun perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan

dilakukan peneliti adalah. Penelitian tersebut meneliti tentang sikap ilmiah

dan hasil belajar dan juga menggunakan metode inquiri, sedangkan

penelitian ini mengukur tentang strategi guru dalam mengembangkan sikap

ilmiah siswa. Dalam penelitian tersebut menggunakan penelitian PTK

menggunakan instrumen lembar observasi rencana keterlaksanaan

pembelajaran, lembar observasi sikap ilmiah, dan tes hasil belajar.

Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

deskriptif dengan menggunakan instrumen observasi dan wawancara.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Siska Nugraheni Margiastuti, yang berjudul

“Penerapan Model Guided Inquiry Terhadap Sikap Ilmiah Dan Pemahaman

Konsep Siswa Pada Tema Ekosistem” dalam penelitian ini disimpulkan

bahwa penerapan model guided inquiry efektif untuk meningkatkan

16
Chandra Asih Novitasari, Peningkatan Sikap Ilmiah Siswa Pada Pelajaran Ipa Melalui Model Inkuiri
Terbimbing Kelas Iv Sdn 01 Banjarsari Pati, (Skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus 2017).
9
pemahaman konsep siswa dan terdapat perbedaan sikap ilmiah siswa pada

kelas eksperimen dan kontrol.Persamaan penelitian tersebut dengan

penelitian yang akan peneliti laksanakan adalah sama-sama mengkaji

tentang sikap ilmiah siswa.17

Adapun perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan

dilakukan peneliti adalah. Penelitian tersebut meneliti tentang sikap ilmiah

dan pemahaman konsep pada tema ekosistem dan juga menggunakan model

guided inquiry, sedangkan penelitian ini mengukur tentang strategi guru

dalam mengembangkan sikap ilmiah siswa. Dalam penelitian tersebut

menggunakan penelitian Quasi Experimen Design dengan metode

Nonequivalent Control Group Design. Sedangkan dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan menggunakan

instrumen observasi dan wawancara.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Stella Albright Sibagariang, yang berjudul

“Peningkatan Sikap Ilmiah Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match” dalam penelitian ini

disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a

match dapat meningkatkan hasil belajar. Persamaan penelitian tersebut

dengan penelitian yang akan peneliti laksanakan adalah sama-sama

mengkaji tentang sikap ilmiah siswa.18

Adapun perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan

dilakukan peneliti adalah penelitian tersebut meneliti tentang Peningkatan

17
Siska Nugraheni Margiastuti, Penerapan Model Guided Inquiry Terhadap Sikap Ilmiah Dan
Pemahaman Konsep Siswa Pada Tema Ekosistem, (Skripsi Jurusan Ipa Terpadu Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang 2015)
18
Stella Albright Sibagariang, Peningkatan Sikap Ilmiah Dan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas Iv Model Pembela
jaran Kooperatif Tipe Make A Match, (Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu
Pendidikan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2020)
10
Sikap Ilmiah Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match, sedangkan penelitian ini

mengukur tentang strategi guru dalam mengembangkan sikap ilmiah siswa.

Dalam penelitian tersebut menggunakan penelitian PTK menggunakan

instrumen lembar observasi rencana keterlaksanaan pembelajaran, lembar

observasi sikap ilmiah, dan tes hasil belajar. Sedangkan dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan menggunakan

instrumen observasi dan wawancara.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Nila Rusmini, yang berjudul “Strategi Guru

Dalam Mewujudkan Sikap Ilmiah Siswa Pada Muatan IPA Kelas IV Mi

Nurul Islam Sekarbela Mataram Tahun Pelajaran 2019/2020” dalam

penelitian ini disimpulkan bahwa Strategi yang digunakan guru dalam

mewujudkan sikap ilmiah siswa adalah menggunakan pendekatan saintifik,

memberikan penguatan dan stimulus sebelum pelajaran dimulai,

menggunakan media gambar yang ada di buku siswa maupun yang guru

buat sendiri, membawa suatu hal baru yang belum pernah siswa lihat

sebelumnya, mengaitkan materi pelajaran dengan dunia nyata.19

Adapun perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan

dilakukan peneliti adalah penelitian tersebut meneliti tentang strategi guru

dalam mewujudkan sikap ilmiah siswa, sedangkan penelitian ini mengukur

tentang strategi guru dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa.

19
Nila Rusmini, Strategi Guru Dalam Mewujudkan Sikap Ilmiah Siswa Pada Muatan IPA Kelas IV Mi
Nurul Islam Sekarbela Mataram Tahun Pelajaran 2019/2020, (Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Negeri Mataram 2020)
11
F. Kerangka Teori

1. Strategi

a) Pengertian Strategi

Kata strategi berasal dari bahasa latin, yaitu “strategia” yang berarti seni

penggunaan rencana untuk mencapai tujuan. Secara umum strategi adalah alat,

rencana, atau metode yang digunakan untuk menyelesaikan suatu tugas. Strategi

pembelajaran adalah suatu cara yang akan dipilih guru dalam menyampaikan

materi pembelajaran  yang bertujuan untuk memudahkan peserta didik menerima

dan memahami materi pembelajaran.20 Menurut Miarso strategi pembelajaran

adalah pendekatan menyeluruh pembelajaran yang berupa pedoman umum dan

kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran. Selain itu strategi

dapat diartikan sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai

sasaran khusus. Strategi dalam konteks pendidikan dapat dimaknai sebagai

perencanaan yang berisi serangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai

tujuan pendidikan dan mengarah kepada hal-hal yang spesifik, yakni khusus pada

pembelajaran. 21

Dalam konteks pembelajaran, strategi pembelajaran juga dapat diartikan

sebagai pola kegiatan pembelajaran yang dipilih dan digunakan guru sesuai

dengan karakteristik peserta didik, kondisi sekolah, lingkungan sekitar dan tujuan

pembelajaran yang telah dirumuskan.22 Sedangkan pengertian strategi menurut

para ahli adalah sebagai berikut:

20
Wina Sanjaya, “Strategi Pembelajaran, Beriorientasi Standar Proses Pendidikan”, (Jakarta:Kencana,
2006), hlm. 128.
21
Wahyudin Nur Nasution, “Strategi Pembelajaran” (Medan:Perdana Publishing 2017), hlm. 3.
22
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Pt. Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm. 5.
12
1) A Halim, strategi merupakan suatu cara dimana sebuah Lembaga atau

organisasi akan mencapai tujuannya sesuai peluang dan ancaman lingkungan

eksternal yang dihadapi serta kemampuan internal dan sumber daya.

2) Syafrizal, menurutnya strategi ialah cara untuk mencapai sebuah tujuan

berdasarkan analisa terhadap faktor eksternal dan internal. Strategi merupakan

sekumpulan cara secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksaan

gagasan, sebuah perencanaan dalam kisaran waktu tertentu.23

Dengan demikian dapat disimpukan Bahwa strategi adalah serangkaian

keputusan atau rencana sebagai sasaran, kebijakan atau atau tujuan yang telah

ditetapkan oleh seorang pendidik dalam pembelajaran dalam kondisi yang ada,

sehingga dapat mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Terkait dengan

penelitian ini strategi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan guru dalam

rangka mencapai tujuan, termasuk meningkatkan sikap ilmiah siswa. Sehingga

dengan strategi ini pola umum kegiatan pembelajaran yang telah

direncanakan untuk melaksanakan suatu kegiatan, yang didalamnya

melibatkan banyak unsur yang harus diatur. Dalam berbagai aktifitas di sekitar

kita memerlukan strategi untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

2. Guru

a. Pengertian Guru

Guru merupakan pendidik yang mampu mengembangkan

kreativitas anak melalui pelaksaan dalam pembelajaran anak usia

dini.Menurut Suryana, guru merupakan ujung tombak pendidikan sebab secara

langsung berupaya mempengaruhi, membina, dan mengembangkan peserta

didik, sebagai ujung tombak guru dituntut untuk memiliki kemampuan

23
Faisal Afif, Strategi Menurut Para Ahli, (Bandung : Angkasa,1984), hlm. 9.
13
dasar yang diperlukan sebagai pendidik, pembimbing, pengajar, dan

kemampuan tersebut tercermin pada kompetensi guru.24 Dalam pengertian

yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan atau mentransfer ilmu

pengetahuan kepada peserta didik. Dalam pandangan masyarakat guru

merupakan orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu,

tidak harus di lembaga pendidikan formal seperti halnya pendidikan dasar,

menengah dan pendidikan atas sampai perguruan tinggi akan tetapi bisa juga

di laksanakan di masjid, di surau atau mushola, di rumah dan sebagainya yang

dapat dijadikan sebagai tempat belajar.25

Selain itu guru merupakan orang yang profesi dan pekerjaannya

sebagai pengajar. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses

pembelajaran, keberhasilan peserta didik atau siswa tergantung dari

keterampilan dari seorang guru. Oleh karena itu seorang guru harus memiliki

fungsi dan posisi sebagai tauladan bagi peserta didiknya, baik dari segi

perbuatan maupun perkataannya.26 Menurut Undang-Undang No.14 Tahun

2005 BAB 1 Pasal 1 tentang guru sebagai berikut:

Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan

menengah.27Dari penjelasan diatas guru memiliki peran dan fungsi yang

sangat penting bahkan sangat mulia dalam mencerdaskan, mengarahkan

peserta didik menjadi lebih baik. Kebaikan seorang guru tercermin dari

24
Farida Mayar, Strategi Guru Paud Daam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, Jurnal
Pendidikan, Vol.3, Nomor 6, Tahun 2007. hlm. 2.
25
Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif: Suatu Pendekatan Teoritis
Psikologis, (Jakarta, Rineka Cipta, 2010), hlm. 31.
26
Mujtahid, Pengembangan Profesi Guru, (Malang: Uin Maliki Press, 2011), hlm. 33.
27
Uu Ri No.14 Tahun 2005, Tentang Guru Dan Dosen, (Jakarta: Sinar Grafika,2010), hlm. 3.
14
perilaku, sikap dan tingkah laku yang dikerjakan. Baik di dalam sekolah

maupun diluar sekolah. Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh

kualitas dan kompetansi guru, sebagaimana pendapat dari Mulyasa yang

mengatakan bahwa guru merupakan komponen paling penting dalam sistem

pendidikan untuk mendidik, membimbing, melatih, mengarahkan, menilai

sekaligus mengevaluasi proses pendidikan.28

Jadi dapat disimpulkan bahwa guru menempati kedudukan yang

terhormat di pandangan masyarakat. Masyarakat meyakini sepenuhnya bahwa

gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang

berkepribadian yang mulia, memilik tingkah laku yang baik yang diharapkan

akan menjadi generasi emas nantinya. Dalam arti khusus dapat dikatakan

bahwa guru atau pendidik setiap harinya memiliki letak tanggung jawab yang

besar untuk membawa para peserta didiknya pada suatu kedewasaan atau

taraf kematangan tertentu. Dalam

b. Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran

Peran guru tidak hanya sebagai mendidik dan mengajar saja,

Terkandang banyak guru yang tidak mengerti, bahwa mengajar itu adalah

mendidik juga. kebanyakan guru sudah mengalami kekeliruan besar dengan

mengatakan bahwa tugas guru hanya mengajar saja.

Adapun peran serta tanggung jawab guru sesungguhnya sangat luas, meliputi:

1) Guru sebagai pengajar

Guru bertugas memberikan pengajaran di dalam sekolah (kelas) ia

menyampaikan pelajaran agar murid memahami dengan baik semua

pengetahuan yang telah disampaikan itu. Selain itu ia juga berusaha agar
28
Mulyasa, E. Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan
Menyenangkan, (Bandung, Pt. Remaja Rosda Karya, 2016), hlm. 134.
15
terjadi perubahan sikap, keterampilan, kebiasaan, hubungan sosial, apresiasi,

dan sebagainnya melalui pengajaran yang diberikannya. Untuk mencapai

tujuan-tujuan itu maka guru perlu memahami sedalam-dalamnya pengetahuan

yang akan menjadi tanggung jawabnya dan menguasai dengan baik metode dan

teknik mengajar.

2) Guru sebagai pembimbing

Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada murid agar mereka

mampu menemukan masalahnya sendiri, dan menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Murid-murid membutuhkan bantuan guru dalam hal

mengalami kesulitan-kesulitan memilih pekerjaan, kesulitan dalam hubungan

sosial, dan interpersonal.

3) Guru sebagai pemimpin

Sekolah dan kelas adalah suatu organisasi, dimana guru adalah sebagai

pemimpinnya. Guru berkewajiban mengadakan supervisi atas kegiatan belajar

murid, membuat rencana pengajaran bagi kelasnya, mengadakan menejemen

belajar sebaik-baiknya, melakukan menejemen kelas, mengatur disiplin kelas

secara demoktratis. Dengan kegiatan menejemen ini guru ingin menciptakan

lingkungan belajar yang serasi, menyenangkan, dan merangsang dorongan

belajar para anggota kelas.

4) Guru sebagai ilmuan

Guru dipandang sebagai orang yang paling berpengetahuan. Dia bukan

saja berkewajiban menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya kepada murid,

tetapi juga berkewajiban mengembangkan pengetahuan dan terus menerus

memumpuk pengetahuan yang telah dimilikinya. 29


29
Jaenab, Srijamilah, Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Vol. 02,
Nomor, 1, Maret 2020, hlm. 118-121.
16
3. Sikap Ilmiah

a) Pengertian Sikap Ilmiah

Gagne menjelaskan bahwa “Sikap merupakan salah satu kondisi yang

internal. Sikap mempengaruhi pilihan untuk bertindak. Kecenderungan untuk

memilih obyek terdapat pada diri peserta didik, bukan kinerja yang spesifik”.

Sikap merupakan proses yang dinamik sehingga media dan kehidupan

seseorang akan memperngaruhinya. Sikap dapat membantu personal karena

berkaitan dengan harga diri yang positif, atau dapat juga merusak personal

karena adanya intensitas perasaan gagal. Sikap berada disetiap orang sepanjang

waktu dan secara konstan sikap mempengaruhi perilaku dan belajar. Sikap juga

merupakan kemampuan internal yang berperan dalam pengambilan tindakan.

Dimana tindakan yang akan dipilih tergantung pada sikapnya terhadap

penilaian akan untung dan rugi, baik atau buruk, memuaskan atau tidak dari

suatu tindakan yang dilakukannya.30

Herabudin mengemukakan bahwa sikap ilmiah merupakan perluasan

kemampuan yang digunakan oleh seseorang untuk mencari suatu kebenaran

yang realistik. Sikap ilmiah meliputi sikap rasional, empiris, objektif,

sistematis, teoritis, kritis, dan teknologis. Hal ini menandakan bahwa seseorang

yang memiliki sikap ilmiah perlu memupuk sikap tersebut secara berkelanjutan

karena setiap teori yang ada dapat berubah atau menunjukkan kebenaran baru

setiap waktunya. Sodiq mengatakan bahwa sikap ilmiah seseorang dapat

terbentuk dari metode ilmiah yang ada. Sikap ilmiah terdiri dari sikap jujur,

terbuka dan berpandangan luas, toleran, tidak merasa hebat, skeptik, bersifat

berhati-hati tetapi kritis, optimis, kreatif, inovatif, dan lain sebagainya. Yani
30
Rizka Sofyan Saputri, Peran Guru Dalam Meningkatkan Sikap Ilmiah Peserta Didik Kelas V-B
MIN Demangan Kota Madiun, (Skripsi Pdf, FITK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2017), hlm. 21.
17
menjelaskan bahwa sikap ilmiah merupakan kesesuaian tingkah laku siswa

terhadap proses belajar mengajar. Sedangkan Menurut Burhanudin Salam

“Sikap ilmiah adalah suatu pandangan sesorang terhadap cara berpikir yang

sesuai dengan metode keilmuan, sehingga menimbulkan kecenderungan untuk

menerima maupun menolak cara berpikir yang sesuai dengan keilmuan

tersebut”.31

Masnur Muslich menyatakan “Sikap ilmiah merupakan sikap yang

harus ada pada diri sesorang ilmuan atau akademis ketika menghadapi

persoalan-persoalan ilmiah”. The Liang Gie juga mengemukakan bahwa,

“Sikap ilmiah adalah suatu kecenderungan pribadi seseorang ilmuan untuk

berperilaku atau memberikan tanggapan dalam hal-hal tertentu sesuai dengan

pemikiran ilmiahnya atau tidak bertentangan dengan citra keilmuan pada

umumnya”.32

Selain itu sikap ilmiah adalah aspek tingkah laku yang dapat diajarkan

melalui satuan pembelajaran tertentu, tetapi merupakan tingkah laku (behavior)

yang “ditangkap” melalui contoh-contoh positif yang harus terus didukung,

dipupuk, dan dikembangkan dalam setiap pembelajaran IPA agar dapat dimiliki

oleh siswa. Salah satu tujuan dari pengembangan sikap ilmiah yakni untuk

menghindari munculnya sikap negatif dalam diri siswa serta berbagi tanggung

jawab mereka. Sikap negatif dalam diri yang dimaksudkan adalah sikap

rendah diri, dimana siswa merasakan dimaksudkan adalah sikap rendah diri,

dimana siswa merasakan dirinya gagal sebelum melakukan tugas sehingga ia

tidak berusaha sungguh-sungguh dan akhirnya benar-benar mengalami


31
Burhanudin Salam, Pengantar Filsafat, Edisi Revisi, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2018), hlm. 38.
32
Anggit Grahito Wicaksono dan Jumanto, Relevansi Pendidikan Karakter Dengan Sikap Ilmiah
Dalam Perspektif Pembelajaran IPA Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah
Dasar, Volume XXIX, Februari 2017, hlm. 221.
18
kegagalan. Hal ini dianjurkan bagi guru yaitu tidak memberi label siswa baik

sebagai kelompok maupun sebagai perseorangan atau sebaliknya.33

Berdasarkan berbagai pendapat ahli di atas, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa sikap ilmiah adalah suatu keadaan dalam diri individu yang

disertai dengan perasaan dan alasan tertentu untuk memberikan respon atau

tanggapan serta tingkah laku yang positif guna memperoleh suatu fakta

berdasarkan ilmu pengetahuan. Maka sikap ilmiah sebaiknya dimiliki oleh

semua siswa sekolah dasar. Hal ini dikarenakan sikap ilmiah dapat

mempengaruhi motivasi belajar dan tingkah laku siswa kearah yang positif.

Oleh karena itu, sikap ilmiah yang sejalan dengan karakter yang baik perlu

terus dikembangkan lebih lanjut dalam kurikulum dan pembelajaran IPA.

a) Sikap Ilmiah SD/MI

Menurut Usman Samatowa “Sikap ilmiah yang perlu dilatih di Negara

kita adalah kemampuan untuk menghargai orang lain dan keberanian siswa

untuk menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, serta berdiskusi”. Patta

Bundu dalam bukunya juga mengemukakan bahwa paling tidak ada empat

jenis sikap yang perlu dan relevan dengan siswa sekolah dasar yaitu, sikap

terhadap pekerjaan di sekolah, sikap terhadap diri mereka sebagai siswa, sikap

terhadap ilmu pengetahuan, khususnya IPA, dan sikap terhadap objek dan

kejadian di alam sekitar. Gega dalam buku Bundu menyarankan empat sikap

pokok yang harus dikembangkan dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam

(IPA) pada siswa sekolah dasar yaitu, sikap ingin tahu, sikap penemuan, sikap

berpikir kritis, dan sikap teguh pendirian. Keempat sikap tersebut tidak dapat

dipisahkan satu sama lainnya karena saling melengkapi. Sikap ingin tahu akan
33
Patta Bundu, Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains Sekolah
Dasar…, hlm.49.
19
mendorong siswa untuk menemukan sesuatu yang barudan dengan berpikir

kritis maka akan meneguhkan pendirian.

Harlen mengemukakan pula pengelompokkan yang lebih lengkap dan

hampir mencakup dari semua pengelompokkan yang dikemukakan oleh para

ahli di atas, yaitu: (a) sikap ingin tahu, (b) sikap objektif terhadap data/fakta,

(c) sikap berpikir kritis, (d) sikap penemuan dan kreativitas, (e) sikap

berpikiran terbuka dan kerjasama, (f) sikap ketekunan, (g) sikap peka terhadap

lingkungan sekitar.34 Dari beberapa sikap ilmiah tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1) Sikap ingin tahu

Sikap ingin tahu ditandai tingginya minat dan keinginan anak terhadap

setiap perilaku alam sekitarnya. Anak sering mengamati benda-benda

disekitarnya. Anak sekolah dasar mengungkapkan rasa ingin tahunya dengan

bertanya, baik kepada temannya maupun gurunya. Sikap ingin tahu dapat

dilihat dari beberapa indikator yaitu: (1) mengamati objek atau peristiwa yang

aneh, baru, dan menarik baginya; (2) mengajukan pertanyaan pada guru jika

belum memahami materi yang sedang dibahas atau hal lain yang ingin

diketahui; (3) aktif mencari informasi yang dibutuhkan dari buku pegangan

atau sumber lainnya; (4) memperhatikan dengan sungguh-sungguh penjelasan

dari guru; dan (5) antusias dalam mengikuti pelajaran IPA.35

2) Sikap objektif terhadap data/fakta

Pada saat memperoleh data atau fakta, maka siswa harus selalu

menyajikan data yang apa adanya dan mengambil keputusan berdasarkan fakta
34
Selly Gusmentari,Sikap Ilmiah Siswa Kelas IV C Dalam Pembelajaran IPA di SD Muhammadiyah
Condongcatu…, hlm.35-36.
35
Usman Samatowa, Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, 2010, hlm. 97.

20
yang ada. Sikap objektif terhadap data/fakta dapat dilihat dari beberapa

indikator berikut: (1) melakukan kegiatan belajar di sekolah sesuai dengan

petunjuk guru; (1) menulis hasil diskusi kelompok atau diskusi kelas sesuai

dengan sumber yang diperoleh; (3) membuat kesimpulan sesuai dengan fakta

yang ada; (4) menghindari tindakan mencotek hasil diskusi membuat atau

hasil pekerjaan orang lain; (5) menegur teman yang mencotek hasil diskusi atau

hasil pekerjaan orang lain.

3) Sikap berpikir kritis

Berfikir kritis merupakan sebuah proses teorganisasi yang

memungkinkan siswa untuk mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa

yang mendasari pernyataan orang lain. Sikap berpikir kritis dapat terlihat dari

beberapa factor yaitu: (1) meragukan pendapat atau jawaban dari teman/guru

yang dirasa kurang tepat; (2) menanyakan setiap perubahan atau hal yang baru

baginya; (3) menanyakan/protes kepada guru apabila terdapat perbedaan

antara apa yang disampaikan oleh guru/teman dengan yang ada dibuku

pegangan atau sumber lainnya, dan (4) berusaha melengkapi jawaban temannya

yang belum lengkap berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.

4) Sikap berpikir terbuka dan kerjasama

Sikap berpikiran terbuka perlu ditanamkan pada siswa. Pada saat

pembelajaran, siswa dibiasakan untuk mau menerima pendapat teman yang

berbeda dan mau mengubah pendapatnya apabila pendapat tersebut kurang

tepat. Siswa juga perlu menyadari bahwa pengetahuan yang dimiliki

orang lain mungkin lebih banyak daripada yang ia miliki. Oleh karena itu, ia

perlu bekerjasama dengan orang lain dalam rangka meningkatkan

21
pengetahuan.36 Sikap berpikir terbuka dapat dilihat dari beberapa indikator,

yaitu: (1) bersedia menerima/menghargai ide-ide atau pendapat yang

disampaikan oleh guru atau teman; (2) bersedia memperbaiki hasil diskusi

kelompok atau pekerjaannya berdasarkan saran dari guru atau teman; (3)

mengganti kesimpulan apabila kesimpulan sebelumnya kurang tepat; (4),

berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi kelas. Adapun indikator sikap

kerjasama dapat dilihat dari bekerjasama dengan teman kelompok saat

melakukan kegiatan diskusi atau kegiatan IPA (percobaan).

5) Sikap penemuan dan kreativitas

Sikap penemuan dan kreativitas dikembangkan dalam rangka

mempermudah memecahkan masalah atau menemukan data baru yang benar

dengan cepat.

6) Sikap ketekunan

Ilmu bersifat relatif sehingga diperlukan ketekunan untuk terus

mengadakan suatu penelitian atau percobaan. Oleh karena itu, disaat siswa

gagal dalam melakukan percobaan mereka tidak langsung putus asa. Akan

tetapi, siswa harus mengulangi percobaan tersebut agar agar didapatkan data

yang akurat

7) Sikap peka terhadap lingkungan sekitar

Sikap peka terhadap lingkungan sekitar siswa perlu menggunakan

tumbuhan atau hewan yang ada di lingkungan sekitar sekolah untuk dijadikan

pengamatan/percobaan. Akan tetapi setelah selesai melakukan

pengamatan/percobaan tumbuhan atau hewan tersebut perlu dikembalikan lagi

36
Rizka Sofyan Saputri, Peran Guru Dalam Meningkatkan Sikap Ilmiah Peserta Didik…, hlm. 27-29.

22
kehabitatnya. Maka dengan itu siswa bisa menunjukkan rasa cinta dan

kepekaan terhadap lingkungannya.37 Adapun indikator peka terhadap

lingkungan sekitar dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu: (1) tidak

menyakiti tumbuhan atau hewan baik yang pernah digunakan sebagai sumber

belajar IPA ataupun tidak; (2) membuang sampah ditempat sampah; (3)

mengambil sampah yang di dalam kelas atau di halaman sekolah; (4) menegur

teman yang membuang sampah sembarang atau merusak lingkungan; (5)

mengajak teman-teman untuk menjaga kebersihan kelas dan lingkungan.

Penguasaan sikap-sikap ilmiah tersebut merujuk pada sejauh mana siswa

mengalami perubahan pada sikap dan sistem nilai dalam proses keilmuan.

Oleh karena itu, pengukuran sikap ilmiah dapat dilakukan melalui beberapa

indikator-indikator dari setiap dimensi agar dapat dilakukan pengukuran

sikap ilmiah oleh harlen.

Indikator-indikator tersebut dapat dilihat pada tabel1.1.38


No Dimensi Indikator-indikator
1 Sikap Ingin Tahu • Antusias mencari jawaban
• Perhatian pada objek yang
diamati
• Antusias terhadap proses sains
• Menanyakan setiap langkah
kegiatan
2 Sikap Objektif • Objektif/jujur
Terhadap Data/Fakta, • Tidak memanipulasi data
• Tidak berburuk sangka
• Mengambil keputusan sesuai

37
Selly Gusmentari, Sikap Ilmiah Siswa Kelas IV C Dalam Pembelajaran IPA di SD...,hlm. 38-40.
38
Dwi Fujiani, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar (Kognitif dan Afektif) Siswa Dengan
Menggunakan Model Problem Based Instruction di Kelas VIII A SMP NEGERI 17 Kota Jambi, (Skripsi pdf,
Universitas Jambi, 2013), hlm. 10-12.

23
fakta
• Tidak mencampur fakta
dengan pendapat
3 Sikap Berpikir Kritis • Meragukan temuan teman
• Menanyakan setiap
perubahan/hal baru
• Mengulangi kegiatan yang
dilakukan
• Tidak mengabaikan data
meskipun kecil
4 Sikap Penemuan • Menggunakan fakta-fakta
Dan Kreativitas untuk dasar konklusi
• Menunjukkan laporan yang
berbeda dengan teman sekelas
• Merubah pendapat dalam
merespon terhadap fakta
• Menggunakan alat tidak
seperti biasanya
• Menyarankan percobaan-
percobaan baru
• Menguraikan konklusi baru hasil
pengamatan
5 Sikap Berpikiran Terbuka - Menghargai pendapat
dan kerjasama atau temuan orang
lain
• Mau mengubah pendapat jika
data kurang
• Menerima saran teman
• Tidak merasa paling benar
• Menganggap setiap kesimpulan
adalah tentative
• Berpastisifasi aktif dalam
kelompok
24
6 Sikap Ketekunan • Melanjutkan meneliti sesudah
“kebaruan” hilang
• Mengulangi percobaan
meskipun berakibatkan
kegagalan
• Melengkapi suatu kegiatan
meskipun teman kelasnya
selesai lebih awal
7 Sikap Peka • Perhatian terhadap peristiwa
Terhadap sekitar
Lingkungan Sekitar • Partisipasi dalam kegiatan sosial
• Menjaga kebersihan
lingkungan sekolah

Sikap ilmiah yang dimaksud dalam penelitian ini mengacu pada

dimensi indikator menurut Harlen yang sudah dipaparkan pada tabel di atas.

Akan tetapi dari sikap ilmiah yang sudah dipaparkan di atas peneliti hanya

fokus untuk melakukan penelitian pada sikap ilmiah ingin tahu, sikap

kerjasama, sikap berpikir kritis, dan sikap peka terhadap lingkungan sekitar.

b) Penilaian sikap ilmiah

Dimensi ini dapat diukur dengan bentuk penilaian non tes. Teknik

penilaian non-tes yang sering di gunakan adalah pengamatan (observasi),

melakukan wawancara (interview), menyebar angket (koisioner), dan dokumen

(dokumentasi).39dalam penelitian ini teknik yang di pilih untuk mengukur sikap

ilmiah siswa adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

4. Strategi Guru Dalam Meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa

Dalam meningkatkan sikap ilmiah, Harlen mengemukakan empat

peranan utama guru dalam melakukan strategi yang bisa mewujudkan atau
39
Ibid,hlm.12.
25
mengembangkan sikap ilmiah yaitu, (a) memperlihatkan contoh sikap ilmiah,

(b) memberi penguatan positif terhadap sikap ilmiah dengan pujian dan

penghargaan, (c) memberikan kesempatan untuk pengembangan sikap ilmiah,

dan (d) mendiskusikan tingkah laku yang berhubungan dengan sikap ilmiah.40

a) Memperlihatkan contoh sikap ilmiah

Memperlihatkaan contoh sikap ilmiah merupakan hal yang penting

serta hal-hal positif yang dapat dilakukan oleh guru. Misalnya, menunjukkan

pada siswa bahwa pendapat guru juga bisa diubah. Hal ini tentu saja akan

berdampak pada siswa tidak bersi keras dengan pendapatnya sendiri tetapi

bersedia mengubahnya jika memang dibutuhkan serta mau menerima pendapat

orang lain yang lebih tepat. Memperlihatkan sikap positif lebih baik daripada

hanya sekedar diberikan penjelasan. Oleh karena itu, sangat penting bagi guru

untuk memperlihatkan sikap-sikap positif (sikap ilmiah) dengan cara sebagai

berikut:

1. Memperlihatkan minat yang tinggi pada sesuatu yang baru.

2. Membantu siswa untuk menemukan sesuatu yang baru atau berbeda dari

biasanya.

3. Menerima semua temuan yang dikumpulkan atau didapatkan oleh siswa

meskipun berbeda dengan yang diharapkan.

4. Menyarankan pengamatan lebih lanjut sebelum sampai pada suatu

kesimpulan.

5. Menanamkan pengertian bahwa apa yang ditemukan siswa dan data yang

mereka kumpulkan dapat mengubah ide atau pendapat sebelumnya.

40
Patta Bundu, Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains
Sekolah Dasar, (Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan, 2006), hlm. 45.

26
6. Mengevaluasi diri tentang apa dan bagaimana sesuatu telah dilakukan atau

suatu ide yang diaplikasikan.

7. Menerima dengan lapang dada apabila terdapat hal yang tidak dapat

dijelaskan.

Guru mempunyai kesempatan yang tepat untuk memperlihatkan

contoh sikap ilmiah yang dapat ditiru oleh siswa ketika kegiatan yang

dilakukan di dalam kelas tidak berjalan dengan semestinya atau percobaan

yang dilakukan tidak menghasilkan apa yang diharapkan. Siswa memiliki

kesempatan yang tepat untuk menunjukkan contoh sikap ilmiah ketika guru

tidak tahu tentang sesuatu atau terkejut dengan hal yang baru.

b) Memberi penguatan positif terhadap sikap ilmiah dengan pujian dan

penghargaan.

Siswa meniru sikap ilmiah tidak hanya melalui contoh sikap ilmiah

saja, melainkan pula dari pemberian penguatan terhadap tingkah laku mereka.

Ketika siswa menunjukkan sikap positif, maka guru perlu memberikan

penguatan, penghargaan, serta pujian yang tulus. Hal ini akan memotivasi

mereka untuk melakukan percobaaan yang lebih baik di masa yang akan

datang. Selain itu, suasana kelas menjadi lebih menyenangkan serta siswa

menjadi terdorong untuk memunculkan sikap positif yang dimiliki.

c) Memberikan kesempatan untuk pengembangan sikap ilmia

Para ahli mengemukakan bahwa salah satu ciri dari sikap adalah

adanya keinginan untuk bertindak dengan cara tertentu. Oleh karena itu,

siswa harus diberikan kesempatan untuk memunculkan sikap positif yang

dimilikinya pada kegiatan tertentu. Kegiatan yang dapat memberikan

kesempatan untuk mengembangkan kegiatan ilmiah adalah kegiatan yang agak


27
bebas tetapi terkendali. Sebaiknya menghindari kegiatan yang kaku dengan

struktur yang ketat karena dapat mematikan munculnya sikap ilmiah. Contoh

kegiatan yang memberikan kesempatan siswa mengembangkan sikap

ilmiahnya yaitu meletakkan barang baru di dalam kelas akan memunculkan

rasa ingin tahu. Selain itu, mendiskusikan pengamatan pada saat dan setelah

kegiatan pengamatan akan memunculkan sikap kritis.

d) Mendiskusikan tingkah laku sikap ilmiah

Sikap merupakan hal yang sukar didiskusikan, terutama bagi anak usia

dini. Tetapi, seiring pertambahan usia anak maka mereka akan dapat

merefleksikan perilaku dan motivasi mereka. Pada saat tertentu sudah

memungkinkan untuk mendiskusikan secara terbuka contoh sikap ilmiah dalam

perilaku mereka. Contohnya, anak usia 10 tahun membaca buku yang membuat

mereka mengambil kesimpulan bahwa buku tersebut salah karena isinya tidak

rasional. Dalam hal ini, guru dapat mendiskusikannya dan menjelaskan bahwa

kemungkinan penulis memiliki kesimpulan yang berbeda sehingga perlu

dilakukan investigasi lebih lanjut. Dengan begitu, siswa akan menyadari

bahwa k esimpulan tidak hanya tergantung dari data yang tersedia dan kesiapan

menerima pendapat, tetapi juga membuka peluang serta tantangan untuk

penelitian lebih lanjut. Penguasaan sikap ilmiah merujuk pada sejauh mana

siswa mengalami perubahan pada sikap dan sistem nilai dalam proses

keilmuan. Oleh karena itu, pengukuran sikap ilmiah dapat dilakukan melalui

beberapa indikator sikap yang dikembangkan berdasarkan setiap dimensi sikap

tersebut untuk memudahkan dalam menyusun instrumen.

Patta Bundu mengemukakan bahwa sikap ilmiah dapat diukur dengan

bentuk penilaian non tes. Penilaian non tes yang biasanya yaitu pengamatan
28
(observasi), wawancara (interview), angket (kuisioner), dan dokumentasi.

Teknik dokumentasi mungkin agak sulit untuk mengukur sikap ilmiah. Tetapi,

rekaman peristiwa tentang sikap tertentu yang dimiliki siswa sering diperlukan

pada saat tertentu. Data tersebut dapat direkam pada saat siswa mulai masuk

sekolah dan ditambah serta diperbaharui apabila ada perubahan pada diri

siswa.41

5. Pembelajaran IPA di SD/MI

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sering disebut dengan sains. Sains

berasal dari kata latin “scientia” yang artinya adalah: (a) pengetahuan tentang

atau tahu tentang; (b) pengetahuan, pengertian, paham yang benar dan

mendalam Secara bahasa, IPA berasal dari bahasa Inggris yaitu natural

science. Natural berarti alamiah serta berhubungan dengan alam, sedangkan

science berarti ilmu pengetahuan. Dengan begitu, IPA merupakan ilmu

pengetahuan tentang alam atau ilmu yang mempelajari peristiwa yang terjadi

di alam (Samatowa, 2010, hlm 3). Jadi, secara singkat IPA dapat diartikan

sebagai ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang alam semesta beserta segala

isinya sehingga didapatkan produk IPA. 42

Pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang penting

ditanamkan pada anak didik karena melalui pembelajaran IPA, siswa mampu

bersikap ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi (Rusnadi,

2013). Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk

mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih

41
Patta Bundu, Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains Sekolah
Dasar,…Hlm. 142-149.
42
Widdy Sukma Nugraha, Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep IPA
Siswa SD Dengan Menggunakan Model Problem Based Learning, Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 10 No.2 Juli
2018, hlm. 117.
29
lanjut. Pembelajaran IPA merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan,

yang dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa (Khusniati,

2012). Menurut Morrison dan Estes (2007) menyatakan bahwa aplikasi

skenario dunia nyata merupakan strategi yang efektif untuk mengajarkan IPA

sebagai proses. Menurut (Trisnani, 2015) pelajaran IPA memiliki peranan

penting dalam perkembangan manusia, baik dalam hal perkembangan

teknologi yang dipakai untuk menunjang kehidupanya maupun dalam hal

penerapan konsep, tanggung jawab, peduli lingkungan, nilai susila, kerja

keras, rasa ingin tahu, senang membaca, estetika, nilai ekonomi, kreatif, teliti,

skeptis, menghargai prestasi, pantang menyerah, terbuka, jujur, cinta damai,

objektif, hemat, percaya diri, dan cinta tanah air.43

Berdasarkan penjelasan di atas, maka pembelajaran IPA di SD/MI

merupakan proses transfer Pengetahuan dari guru ke peserta didik,

mengorganisasikan seluruh artibut pembelajaran untuk merubah dan mecapai

tujuan pendidikan yang dihajatkan besama dalam pembelajaran IPA di SD/MI,

mewujudkan pembelajaran yang dapat mengantarkan peserta didik menuju

perubahan kognitif, sikap, dan tingkah laku positif sesuai dengan kompetensi

yang di harapkan.

a. Tujuan Pembelajaran IPA

Pendidikan IPA bertujuan agar peserta didik memahami atau

menguasai konsep-konsep IPA dan saling keterkaitannya, mampu

menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang

dihadapinya, sehingga peserta didik lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan

43
Dek Ngurah Laba Laksana, Miskonsepsi Dalam Materi Ipa Sekolah Dasar , Jurnal Pendidikan
Indonesia, Vol.5, No. 2, Oktober 2016, hlm. 167.
30
penciptanya. Adapun tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar adalah

pencapaian IPA dari segi produk, proses, dan sikap keilmuan.

a. Dari segi produk: peserta didik diharapkan dapat memahami konsep-

konsep IPA dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Dari segi proses: peserta didik diharapkan memiliki kemampuan untuk

mengembangakan pengetahuan, gagasan, serta mengaplikasikan konsep

yang diperoleh untuk menjelaskan dan memecahkan masalah yang

ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Dari segi sikap dan nilai: peserta didik diharapkan mempunyai minat untuk

mempelajari benda-benda di lingkungannya, bersikap ingin tahu, tekun,

kritis, mawas diri, bertanggung jawab, dapat bekerjasama dan mandiri,

serta mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar sehingga

menyadari keagungan Tuhan Yang Maha Esa.

Berdasarkan uraian di atas, tujuan pembelajaran IPA di sekolah

dasar secara umum mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan

sikap. Oleh karena itu, kompetensi pembelajaran IPA di SD/MI yang harus

dikuasai peserta didik sesuai dengan Permendiknas No. 22 Tahun 2006

adalah sebagai berikut (Fatonah dan Prasetyo, 2014, hlm 9-10): (1)

menguasai pengetahuan tentang berbagai jenis dan sifat lingkungan alam

dan buatan dalam kaitannya dengan pemanfaatan bagi kehidupan sehari-

hari, (2) mengembangkan keterampilan proses IPA.

31
G. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menggunakan jenis penelitian

Kualitatif dengan pendekatan deskritif. Karena data-data yang akan di

kumpulkan merupakan data yang bersifat deskriptif. Berdasarkan kasus yang

akan di teliti, yakni strategi guru dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa pada

32
pembelajaran ipa. Metode kualitatif sering disebut dengan metode penelitian

naturalistik karena penelitian dilakukan pada kondisi yang alamiah.44

Jadi pendekatan ini lebih ditujukan dalam menemukan jawaban yang

valid dari masalah yang akan diteliti secara alamiah. Pendekatan kualitatif ini

bertujuan untuk mengungkapkan fakta atau kejadian yang terjadi secara real

atau apa adanya berdasarkan kondisi yang terjadi dan keadaan yang

sesungguhnya tanpa adanya rekayasa, dalam hal ini terkait dalam strategi guru

dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa pada mata pelajaran ipa .

2. Kehadiran Peneliti

Untuk memperoleh informasi mengenai data yang valid, peneliti harus

datang langsung di lokasi tempat penelitian, dengan demikian bisa mengetahui

lebih dekat dengan subyek, demikian peneliti dengan subyek akan lebih terbuka

dalam menyampaikan beberapa persoalan yang berkaitan langsung dengan data

yang diteliti. Sebelum peneliti berada di lokasi penelitian, peneliti harus

mendapatkan rekomendasi dan izin langsung dari kepala sekolah yang

bersangkutan. Sehingga bisa hadir langsung ditempat penelitian. Dengan

kehadiran peneliti di lokasi, sangat berpengaruh dalam mengumpulkan data dan

informasi yang dibutuhkan secara fakta dalam mendapatkan hasil penelitian

yang ilmiah (murni).

Kehadiran peneliti di lokasi penelitian secara langsung sebagai penanya

atau bisa disebut dengan pewawancara. Dalam penelitian kualitatif, tehnik

pengumpulan data yang utama adalah observasi dan wawancara, yang

44
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 13.
33
dilakukan secara bersama-sama, artinya sambil melakukan wawancara peneliti

juga bisa melakukan observasi atau pengamatan.45

Oleh sebab itu, dalam proses penelitian di sekolah peneliti harus

mencoba untuk menciptakan hubungan atau interaksi yang baik dengan

responden yang akan menjadi sumber data pada penelitian ini. Terdapat

beberapa hal yang dilakukan oleh peneliti dalam proses kegiatan penelitian:

a. Melakukan observasi terhadap kondisi lokasi penelitian, keadaan

sosial guru serta keadaan siswa.

b. Melakukan wawancara kepada guru secara langsung peneliti datang

ke sekolah untuk mendapatkan informasi dan data yang valid.

c. Menarik kesimpulan tentang hasil observasi, wawancara yang

didapatkan untuk mengatasi berbagai macam kelemahan atau

kekurangan yang ada di lokasi penelitian, sehingga kelemahan

tersebut bisa untuk diatasi

3. Subjek penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di MI Mi’rajul Ishlah Getap.

Yang berada di jln. Candi Rorojonggrang.No 10 Getap Cakra Selatan Baru

Kota Mataram. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi ini

adalah karena MI Mi’rajul Ishlah Getap merupakan sekolah yang sangat

diminati oleh anak-anak di wilayah setempat, selain itu sebelumnya peneliti

sudah hadir di tempat penelitian ini sebagai partisipan yaitu dalam kegiatan

PPL yang dilaksanakan selama 45 Hari sehingga peneliti ingin mengetahui

lebih banyak tentang sekolah ini dan dapat dijadikan sebagai bahan penelitian.

45
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 332.
34
4. Sumber Data

Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan

secara purposive, yaitu penelitian yang dipilih dengan pertimbangan dan

tujuan tertentu. Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data

diperoleh. Sumber data didalam melakukan penelitian kualitatif adalah kata-

kata, tindakan, dan selebihnya data tambahan seperti dokumentasi dan lain-

lain.46 Adapun yang menjadi sumber data atau informan dalam penelitian ini

ada dua yakni data primer dan data sekunder.

a. Data primer (data lapangan)

Data primer adalah sumber data yang diperoleh melalui teknik

wawancara dan observasi dari informasi seperti kepala sekolah, guru dan siswa

yang terlibat dalam proses penelitian.47

b. data sekunder

data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari sumber data lain

yang tersedia, adapun sumber data yang di jadikan data sekunder dalam

penelitian meliputi buku pegangan guru dan siswa, dokumen-dokumen,

silabus dan RPP.48

5. Tekhnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi, wawancara, dan dokumentasi.

a. Observasi

46
Ibid, hlm. 193.
47
Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif, kualittif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 85.
48
Ibid,hlm.88.
35
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dilakukan

dengan cara observasi atau melakukan pengamatan secara langsung dan

mengkaji lebih mendalam di lokasi tempat penelitian tersebut. Metode

observasi merupakan meteode pengumpulan data yang digunakan untuk

mencatat data-data secara sistematis dan mengamati gejala-gejala yang

diteliti.49

Dengan menggunakan metode observasi cara yang paling efektif untuk

melengkapi ketika melakukan penelitian ialah menggunakan format atau

blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang berisi tentang kejadian-

kejadian yang menggambarkan akan terjadi.dalam penelitian observasi ini

peranan yang paling penting untuk digunakan ialah pengamat. Melakukan

pengamatan juga harus jeli dan teliti.50 Dari segi proses pelaksanaan

pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation

(observasi berperan serta) dan non participant observation.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi non-

partisipan (keterlibatan secara pasif), yaitu peneliti tidak terlibat langsung dan

hanya sebagai pengamat independen, karena peneliti tidak terlibat langsung

sebagai objek yang diteliti. Peneliti dapat mengamati bagaimana kegiatan-

kegiatan yang dilakukan para pelaku yang sedang diamatinya. Dalam

penelitian ini peneliti dapat mengamati bagaimana strategi guru, kendala-

kendala yang dihadapi, dan cara mengatasi kendala-kendala tersebut dalam

mewujudkan sikap ilmiah siswa pada muatan IPA.

b. Wawancara
49
Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), hlm. 70.
50
Sandu Siyoto, Ali Sodik, Dasar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Literasi Media Publishing, 2015), hlm. 65.
36
Metode wawancara merupakan proses yang dilakukan oleh peneliti

dengan cara tatap muka dengan dua orang atau lebih, mendengarkan atau

mencatat secara langsung informasi-informasi yang diperoleh dari pihak yang

diwawancarai. Bentuk wawancara yang digunakan peneliti dalam melakukan

penelitian ini adalah wawancara bebas dan terpimpin dapat juga disebut dengan

wawancara terkontrol (controlled interview). Dalam wawancara bebas ini

peneliti mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang lengkap sebelum

melakukan wawancara. Wawancara yang dilakukan peneliti ditujukan kepada

kepala sekolah, guru kelas IV dan guru lain MI Mi’rajul Ishlah Getap.51 Supaya

konsep ini dapat dipahami maka konsep ini perlu dibedakan menjadi

wawancara terstruktur, semi terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih metode wawancara semi

terstruktur. Hal ini dikarenakan peneliti tidak ingin terlalu terikat oleh

pertanyaan-pertanyaan yang peneliti rancang. Tentunya selain memiliki konsep

pertanyaan yang terarah peneliti melalui wawancara semi terstruktur ini mampu

mengembangkan pertanyaan dan tentunya memiliki batasan agar tidak melebar

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan cacatan peristiwa yang sudah berlalu,

dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, dan karya-karya monumental dari

seseorang. Dokumen berbentuk tulisan misalkan cacatan harian harian, cerita,

geografi, peraturan dan kebijakan. Dokumen gambar berupa foto, sketsa.

Sedangkan dokumen yang berbentuk karya misalkan: karya seni, gambar,

patung, dan lainnya.. Pengumpulan data ini dilakukan dengan tujuan sebagai

bahan pengecekan kebenaran atau ketepatan informasi yang diperoleh dengan


51
Hafiz Mubarok, Upaya Guru Al-Qur’an Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur’an Di
Sdit Ukhuwah Banjarmesin, Vol, 1, No.1 (Studio Insania,2013)
37
melakukan wawancara mendalam. Dokumentasi juga bertujuan untuk

memperluas wawasan penelitian, hal itu sebagai pertanggung jawaban atas apa

yang diteliti.52

Dengan demikian melalui metode dokumentasi ini peneliti akan

mencari dan mendapatakan data-data yang terdapat di MI Mi’rajul Ishlal Getap

seperti gambaran umum, data guru, data siswa, sarana dan prasara, struktur

kepengurusan dan sejarah berdirinya, foto proses belajar mengajar, dan RPP

yang digunakan guru kelas IV MI Mi’rajul Ishlah Getap.

6. Tenik Analisis Data

Analisis adalah proses pengumpulan informasi sehingga dapat

ditafsirkan dan dapat dipahami. Dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih

difokuskan selama proses dilapangan yang bersamaan dengan pengumpulan

data.53 Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data pada model pertama, yang dilakukan

untuk pengumpulan data dari hasil wawancara, hasil observasi dan berbagai

dokumen yang di kumpulkan berdasarkan kategori yang sesuai dengan

permasalahan penelitian di lapangan. Adapun langkah-langkah peneliti dalam

mengumpulkan data penelitian adalah sebagai berikut:

1. Melakukan observasi, disini peneliti melakukan pengamatan terkai dengan

strategi guru dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa pada kelas IV MI

52
Sugiyono, Metodologi Penelitian..., hlm. 240.
53
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan…, hlm. 337.
38
Mi’rajul Ishlah Getap. Sehingga dalam pengamatan ini peneliti mencatat

apa saja yang ditemukan terkait dengan strategi yang diterapkan guru dalam

meningkatkan sikap ilmiah pada siswa kelas IV di MI Mi’rajul Ishlah

Getap.

2. Setelah melakukan pengamatan, peneliti melakukan wawancara terhadap

sumber data untuk lebih memperkuat data terkait dengan strategi guru

dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa pada kelas IV MI Mi’rajul Ishlah

Getap dan apa saja kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam

meingkatkan sikap ilmiah siswa pada kelas IVMI Mi’rajul Ishlah Getap.

Dalam langkah ini peneliti mencatat semua hasil wawancara dengan

sumber data tterkait dengan permasalahan yang akan diteliti.

3. Mengumpulkan dokumen-dokumen terkait dengan profil MI Mi’rajul

Ishlah Getap yang merupakan tempat penelitian yang di lakukan oleh

peneliti. Pengumpulan dokumen ini sangat penting dilakukan guna

memperkuat status dan kedudukan MI Mi’rajul Ishlah Getap yang dijadikan

sebagai lokasi penilitian yang dilakukan.

b. Reduksi Data

Reduksi data adalah suatu bentuk meringkas, mengarahkan dan

memfokuskan pada apa yang penting, menghapus data yang tidak perlu dan

mengorganisasikan data sehingga dapat ditarik kesimpulan akhir dan

diverifikasi. Jadi dalam mereduksi data ini peneliti melakukan beberapa

langkah penting diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Memilah data temuan. Dalam langkah ini peneliti merangkum beberapa

data terkait dengan strategi guru dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa

39
pada kelas IV MI Mi’rajul Ishlah Getap dan kendala-kendala yang dihadapi

oleh guru dalam meingkatkan sikap ilmiahsiswapadakelas IVMI Mi’rajul

Ishlah Getap. Disini peneliti memilah data yang dianggap penting dan

menjadi hal pokok untuk dianalisa dan membuang hal yang tidak perlu,

kemudian dimasukkan kedalam pembahasani, artinya tidak semua data dan

keterangan yang diperoleh masuk dalam kategori pembahasan. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya.

2. Setelah memilih data berdasarkan proses yang ketat, selanjutnya data

yang terpilih ini harus diringkas berdasarkan uraian singkat. Uraian ini

harus disampaikan dengan jelas, lugas, dan juga informasi yang

disampaikan tetap harus sesuai dengan data yang sebenarnya sehingga

tidak mengurangi atau menambah esensi lain di dalamnya.

c. Penyajian Data

Penyajian data merupakan suatu rangkaian organisasi yang

memudahkan membuat kesimpulan riset dapat dilakukan. Dalam hal ini

dimaksudkan untuk menemukan pola-pola yang bermakna serta merencanakan

kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut. Adapun

penyajian data ini dilakukan peneliti dengan:

1. Mencari data dan keterangan dari objek yang bersangkutan

2. Kemudian disajikan untuk dibahas guna menemukan kebenaran-kebenaran

yang hakiki.

40
Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori dan yang paling sering digunakan

untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang

bersifat naratif. dengan penyajian data maka akan memudahkan untuk

memahami apa yang terjadi.

d. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan suatu bagian dari aktivitas

konfigurasi total (Miles dan Huberman). Kesimpulan di buat ketika peneliti

mengumpulkan catatan, pola, pernyataan, arahan sebab akibat tentang

peristiwa, dan berbagai proposisi. Adapun langkah yang dilakukan oleh

peneliti dalam menarik kesimpulan atau yang sering kita kenal dengan

verivikasi adalah peneliti melakukan pembuktikan kebenaran data terkait

dengan strategi guru dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa pada kelas IV MI

Mi’rajul Ishlah Getap dan apa saja kendala-kendala yang dihadapi oleh guru

dalam meingkatkan sikap ilmiah siswa pada kelas IV MI Mi’rajul Ishlah Getap,

tujuan dari verifikasi data ini adalah untuk menghindari adanya unsur

subjektifitas yang dapat mengurangi bobot kualitas skripsi ini. Artinya, data

dan keterangan yang diperoleh dapat diukur melalui responden yang benar-

benar sebagai pelaku atau sekurang-kurangnya memahami terhadap masalah

yang diajukan. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif

mugkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal.54

Analisis ini menggunakan data kualitatif, yaitu suatu teknik data yang

dibuat dengan menggunakan gambaran peristiwa yang terjadi di lapangan.

54
Ibid. hlm. 338-245
41
Setelah data terkumpul, akan di buat analisis untuk mengungkap strategi apa

saja yang digunakan untuk dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa pada kelas

IV MI Mi’rajul Ishlah Getap.

7. Pengecekan Keabsahan data

Setelah data dianalisis kemudian pengecekan keabsahan data atau

validitas data. Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi

pada obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti.

Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data

yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada

obyek penelitian. Keabsahan data di sini bertujuan untuk membuktikan bahwa

yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang diberikan tentang kenyataan

dan sesui dengan kebenaran yang terjadi.55

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang harus pula memenuhi

persyaratan sebagai suatu disciplined inquiry. Sebagaimana penelitian pada

umumnya, setiap kegiatan penelitian kualitatif haruslah dilaksanakan untuk

menjawab masalah-masalah yang berarti; nilai temuannya memang penting

atau cukup berarti. Di samping itu, penelitian kualitatif sebagai suatu alat

penelitian, haruslah digunakan untuk menjawab masalah-masalah yang

memang sesuai diselesaikan dengan penelitian kualitatif itu sendiri, perlu

disesuaikan dengan rambu-rambu yang telah disebutkan sebelumnya. Kriteria

yang digunakan penelitian kualitatif adalah bahwa hasil penelitian yang

dilakukan harus memenuhi empat kriteria, Keempat kriteria yang dipakai oleh

para peneliti penganut paradigma kualitatif sebagaimana tersebut di atas dapat

diuraikan sebagai berikut:


55
Ibid, hlm. 363
42
1. Uji Credibility

Credibility ini untuk memenuhi data dan informasi yang dikumpulkan

harus mengandung nilai kebenaran, yang berarti bahwa hasil penelitian

kualitatif harus dapat dipercaya oleh para pembaca yang kritis dan dapat

diterima oleh orang-orang (responden) yang memberikan informasi yang

dikumpulkan selama informasi berlangsung. Uji kredibilitas data dapat

dilakukan dengan:

a. Perpanjangan pengamatan

Ketekunan atau perpanjangan pengamatan dalam pengamatan

bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur yang sangat relevan dengan

situasi dan kondisi perosaalan atau isu yang akan dicari kemudian dirumuskan

secara rinci agar mendapatkan data yang diperlukan. 56 Untuk mendapatkan data

yang validitasnya terjamin, salah satu cara yang digunakan peneliti adalah

melakukan peningkatan dalam penekunan berarti melakukan pengamatan

secara lebih cermat dan berkesinambungan dengan memperpanjang kehadiran

peneliti dilokasi penelitian, selain itu dengan memperpanjang kehadiran

peneliti di lapangan bisa juga memberikan pelajaran dan pengetahuan yang

banyak baik itu tentang subyek atau obyek penelitiannya sekaligus bisa

membuktikan kebenaran informasi yang telah didapatkan.Triangulasi

b. Triangulasi

Triangulasi ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber

dengan berbagai cara dan waktu.

c. Kecakupan referensi

56
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 170.
43
Kecukupan refrensi memang hal yang harus dipenuhi dalam sebuah

karya ilmiah, kecukupan refrensi sangatlah dibutuhkan untuk menjadi

pendukung terhadap fokus penelitian. Refrensi yang dibutukan peniliti harus

sesuai dengan fokus yang ingin diteliti.

2. Transfermability

Transfermability ini untuk memenuhi kriteria bahwa hasil penelitian-

penelitian yang dilakukan dalam konteks tertentu di mana penelitian dilakukan

dapat diaplikasikan atau di transfer kepada konteks atau setting yang lain untuk

membangun keteralihan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara uraian

rinci.

Dengan teknik ini peneliti akan melaporkan hasil penelitian seteliti dan

secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian

diselenggarakan dengan mengacu pada fokus penelitian. Dengan uraian rinci

ini terungkap segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar dapat

memahami temuan-temuan yang diperoleh peneliti.

3. Dependability

Dependability ini dapat digunakan untuk menilai apakah proses

penelitian kualitatif bermutu atau tidak. Untuk mengecek apakah hasil

penelitian kualitatif bermutu atau tidak, seorang hendaknya melihat apakah si

peneliti sudah hati-hati atau belum bahkan membuat kesalahan dalam (1)

mengkonseptualisasikan rencana penelitian, (2) mengumpulkan data, dan (3)

menginterpretasikan data atau informasi yang telah dikumpulkan dalam suatu

laporan penelitian yang ditulis.

Cara yang paling baik untuk menetapkan bahwa hasil penelitian itu

dapat dipertahankan (dependable) adalah dengan menggunakan teknik


44
dependability audit. Yaitu dengan jalan meminta independen auditor guna

meriview aktivitas yang dilakukan oleh peneliti berupa catatan yang disebut

“audit trail”, di samping catatan-catatan data atau informasi dari lapangan,

arsip-arsip serta laporan penelitian yang telah dibuat oleh peneliti.

4. Confirmability

Pengujian konfirmability dalam penelitian kuantitatif disebut dengan uji

objektivitas penelitian. Penelitian dikatakan objektif bila hasil penelitian telah

disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip

dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara

bersamaan. Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian yang

berkaitan dengan proses yang dilakukan, terutama berkaitan dengan deskripsi

temuan penelitian dan diskusi hasil penelitian. Bila hasil penelitian merupakan

fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah

memenuhi standar konfirmability.57

H. Sistematika Pembahasan

Dalam karya ilmiah, pembahasan sistematika merupakan salah satu

contoh bagaimana peneliti lebih mudah mengkaji suatu masalah sehingga

menjadi acuan untuk membangkitkan gagasan. Oleh karena itu, penelitian

dapat di susun dengan rangkaian pembahasan dengan sistematika sebagai

berikut yang terdiri dari judul, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

dan manfaat, ruang lingkup dan latar penelitiann, tinjauan pustaka, kerangka

teori, metode penelitian,sistematika pembahasan, dan rencana jadwal kegiatan

penelitian.

57
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 173.

45
BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Mi’Rajul Ishlah Getap

1. Sejarah MI Mi’Rajul Ishlah Getap

MI Mi’rajul Ishlah Getap berdiri pada tahun 1975 merupakan lembaga

pendidikan formal di bawah naungan lembaga Pondok Pesantren Al-

Ishlahuddiny Kediri yang berlokasi di jalan Candi Rorojonggrang, NO. 10

Getap, kelurahan Cakranegara Selatan, kecamatan Cakranegara, Kota

Mataram.58 Keberadaan MI Mi’rajul Ishlah Getap di tengah-tengah masyarakat

membawa angin segar dan suasana baru yang Islami, selama ini mereka hanya

mengenal SD (Sekolah Dasar) sebagai satu-satunya lembaga pendidikan dasar

yang menjadi pilihan orang tua siswa, dengan kehadiran Madrasah Ibtidaiyah

Mi’rajul Ishlah Getap ini, masyarakat merasa inilah lembaga pendidikan Islam

selama ini yang mereka harapkan dapat membimbing nuansa keagamaan anak-

58
Sejarah Madrasah , Dekumentasi, MI Mi’Rajul Ishlah Getap, 21 Februari 2023
46
anak mereka, sebagai tindak lanjut dari pendidikan RA/TK Islam yang selama

ini mereka kenal.

2. Profil MI Mi’Rajul Ishlah Getap

NSM : 111252710008

Nama Madrasah : MI MI’RAJUL ISHLAH

Alamat Madrasah : Jalan Candi Rorojonggrang, Kelurahan Cakranegara

Selatan, Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram,

Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Tahun Berdirinya Madrasah : 1975

Status MI : Terakreditasi : B

Surat Keputusan : Tanggal 08 Desember 2021Nomor. 1347/BAN-

SM/SK/XII/2021

Nama Organisasi Induk : Lembaga Mi’rajul Ishlah

Akta Tanah : Tanggal 15-11-1994 Nomor: 23-7,71-04/00581

Kedaan Tanah : - Luas Tanah : 419 m2

- Status : Hak Milik

- Letak : Getap Timur Kel.Cakranegara

Selatan Baru Kec.Cakranegara

Keadaan Gedung : - Permanen

Jumlah Lantai : - 3 Lantai

: - Luas Bangunan: 319 m259

59
Profil Sekolah, Dekumentasi, MI Mi’Rajul Ishlah Getap, 21 Februari 2023.
47
3. Visi dan Misi MI Mi’Rajul Ishlah Getap

Menurut PP no 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan,

Pendidikan dasar bertujuan untuk meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan

mengikuti pendidikan lebih lanjut.

a. Visi

Visi Madrasah Ibtidaiyah Swasta Mi’Rajul Ishlah Getap Kota

Mataram adalah : Teswujudnya Peserta Didik Yang Bertaqwa, Cerdas,

Terampil, Mandiri, dan Berwawasan Global.

b. Misi

- Menjadikan siswa yang relegius melalui peningkatan pembinaan imtaq

secara kontinu sehingga siswa dapat mengamalkan dan menghayati agama

islam secara nyata

- Menumbuh kembangkan semangat belajar dan keinginan untuk mencapai

prestasi yang tinggi baik akademik maupun nonakademik.

- Membimbing dan melaksanakan pengembanga diri, memiliki keterampilan

sesuai dengan bakat siswa secara optimal.

- Menumbuh kembangkan pemahaman tentang budaya lokal dan alokal.60

4. Letak Geografis

60
Visi Misi, Dokumentasi, MI Mi’Rajul Ishlah Getap, 21 Februari 2023.
48
Dari segi geografis, lokasi MI Mi’rajul Ishlah Getap sangat

mendukung kelancaran aktivitas pembelajaran karena posisinya cukup

strategis. Adapun bataas wilayah sekolah dapat dirincikan sebagai berikut:

Sebelah Utara : Rumah Penduduk

Sebelah Selatan : Rumah Penduduk

Sebelah Barat : Masjid

Sebelah Timur : Rumah Penduduk61

5. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan bagian yang penting untuk

keberlangsungan proses belajar karena mampu mempengaruhi kemampuan

siswa dalam belajar dan menunjang segala aktivitas dalam pembelajaran

sehingga dalam proses belajar mengajar berjalan dengan lancar. Adapun

keadaan sarana dan prasarana di MI Mi’Rajul Ishlah Getap yakni sebagai

berikut:62

Tabel 2.1

Sarana dan Prasarana MI Mi’Rajul Ishlah Getap

No Jenis Sarana Jumlah Ruangan


1 Ruang belajar 10
2 Ruang guru 1
3 Ruang kepala sekolah 1
4 Toilet/wc Guru 2

61
Letak Geografis Sekolah, Dokumentasi, MI Mi’Rajul Ishlah Getap, 21 Februari 2023.

62
Sarana dan Prasarana, Dokumentasi, MI Mi’Rajul Ishlah Getap, 21 Februari 2023.

49
5 Ruang laboratorium -
6 Ruang perpustakaan 1

7 Lapangan olaraga -
8 Ruang UKS -
9 Ruang -
10 Musholla -
11 toilet/wc siswa 2
12 Ruang BK -

6. Keadaan Guru dan Siswa

a. Keadaan Guru MI Mi’Rajul Ishlah Getap

Guru merupakan komponen pendidikan yang memiliki peran

penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, baik pada ranah

kognitif, afektif, maupun psikomotorik siswa, sehingga mereka menjadi

insan yang bermanfaat bbagi agama, nusa, dan bangsa. Selain itu juga, guru

adalah contoh dan teladani bagi siswa dan siswi dalam lingkungan sekolah.

Oleh karena itu kedudukan guru untuk mengembangkan dan

meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan bidang studi masing-masing.

Guru adalah faktor utama yang menyebabkan suatu program pendidikan

dapat belangsung. Tanpa adanya kehadiran guru, proses belajar mengajar

tidak akan berjalan dengan baik, karena tidak akan mungkin siswa dapat

belajar sendiri tanpa bimbingan dari seorang guru. Hal ini menunjukan

50
betapa pentingnya kedudukan seorang guru bagi keberhasilan proses

pembelajaran.

Guru-guru di MI Mi’rajul Ishlah Getap memiliki kompetensi dan

kemampuan yang sangat bagus. Baik dalam hal mengajar yaitu

memberikan ilmu pengetahuan atau memberikan didikan dan bimbingan

bagaimana supaya anak didik mereka terbentuk menjadi manusia yang

cerdas dan berakhlak mulia. Dukungan guru-guru yang begitu besar dalam

meningkatkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak didik

mereka. Memberikan kesempatan kepada anak didiknya untuk berprestasi

di berbagai bidang sekaligus menyediakan wadah untuk mengekspresikan

potensi atau talenta yang dimiliki oleh siswa siswinya. Dan guru-guru

sangat mendukung semua kegiatan yang dilakukan oleh siswa-siswinya

yang bisa meningkatkan kemampuan di berbagai bidang, baik itu dalam

bentuk materi, ide, saran, masukan,maupun kesempatan. Adapun daftar

nama-nama guru tahun pelajaran 2022/2023 sebagai berikut.63

Tabel 2.2
Data Guru MI Mi’Rajul Ishlah Getap

No Nama / Gelar Jenis Pendidikan Jabatan


kelamin Terakhir
1 Rohillah P S1 Kepala sekolah
Mizki,S.Pd,I.
2 Sapi’i, S.Pd.I L S1 Wakmad/ wali
kelas 3 A
3 Bq. Hadiah, S.Pd P S1 GTY
4 Saharal Wadia, S.Pd P S1 GTY
5 Hidayati, S.Pd P S1 GTY

63
Data Guru, Dokumentasi, MI Mi’Rajul Ishlah Getap, 28 Februari 2023.

51
6 Sumiati, S.Pd P S1 GTY
7 Siti Maryam, S.Pd.I P S1 GTY/ Wali kels 3
B
8 Sri Wahyuni, S.Pd.I P S1 GTY / Wali kelas
IV
9 Zuhairiyah, S.Pd.I P S1 GTY/Wali kelas
VA
10 Silaturrahmi, S.Pd P S1 GTY/ Wali kelas
VB
11 H. Murad, S.Pd.I L S1 GTY/ wali kelas
VI B
12 Maisaratin Kasroh, P S1 GTY/ Wali kelas
S.Pd VI A
13 Ahmad Rozin L SI GTY

7. Keadaan Siswa MI Mi’Rajul Ishlah Getap

Anak sebagai peserta didik merupakan salah satu komponen yang

sangat penting dan tidak bisa dilepaskan dalam sebuah institusi pendidikan.

Karena tanpa adanya peserta didik, maka sekolah itu tidak bisa berdiri atau

tidak berarti di mata masyarakat. Sehingga dimanapun sekolah berada, apapun

jenjangnya, mutlak peserta didik adalah prioritas utama dalam pembentukan

watak, dan karakternya, baik pada aspek intelektual, emosional, maupun

spiritual.

Oleh karena itu tanpa adanya komponen ini kegiatan belajar mengajar

(KBM) tidak akan bisa berlangsung. Siswa yang berada di Madrasah

Ibtidaiyah Mi’Rajul Ishlah Getap berjumlah 256 dengan rincian sebagai

berikut :

52
a) Kelas 1 berjumlah 47

b) Kelas II berjumlah 38

c) Kelas III berjumlah 51

d) Kelas IV berjumlah 29

e) Kelas V berjumlah 47

f) Kelas VI berjumlah 44

Tabel 2.3

Data Jumlah Siswa MI Mi’Rajul Ishlah Getap

Tahun Ajaran Kelas L P Total Jumlah


IA 12 11 23
IB 13 11 24
II A 11 8 19
2022/2023 II B 9 10 19
III A 13 13 26
III B 13 12 25
IV 12 17 29
VA 12 11 23
VB 15 9 24
VI A - 20 20
VI B 24 - 24

Total 134 122 256

53
Dari data perincian diatas banyak jumlah masing-masing siswa

perkelas di atas dapat dikategorikan banyak, akan tetapi hal tersebut tidak

menjadi masalah dan tidak mengunrangi semangat siswa-siswinya ketika

belajar. Selain itu juga siswa-siswinyat tidak kalah kreatif dan pintar dengan

siswa yang berada di sekolah-sekolah lain, karna dengan jumlah siswa tersebut

guru harus lebih sabar dalam mengontrol dan mendidik mereka agar mereka

mudah diatur.

Tabel 2.4
Jumlah Siswa-siswi Kelas IV MI Mi’Rajul Ishlah Getap

No Nama siswa/siswi L/P

1 Achmad Rizqi Al Khalafi L


2 Adzkiya Humairoh P

3 Ahmad Suryawan L
4 Annisa Fadila P
5 Arifa Humaira P
6 Galuh Intan L
7 Gina Zenisa Putri P
8 Hamdan Al Habsyi L
9 Latifa Zahra P
10 Muhamammad Al banani L
11 Muhammad Dino Anggara Saputra L
12 Muhammad Fathi Farhat L
13 Muhammad Galih Ilham L

14 Muhammad Randy Saputra L

54
15 Muhammad Rizqi Ali Sya’bana L

16 Muhammad Vichy Ramadhan P

17 Mutiara Firda Maryam L

18 Nadiatul Ula P

19 Nurul Atqia P

20 Risalati P
21 Rizkina Aulia Azzahra P
22 Roby’ul Maulana L

23 Sifa Nurmaulida P
24 Sifa Unnisa P
26 Silvi Ramdhani P
27 Zhilfi Nadia Alifa P
28 Zidia Al Mira Ramadhani P
29 Arkananta Rafardan A. L

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah siswa/siswi kelas IV di

MI Mi’Rajul Ishlah Getap adalah sebanyak 29 orang yang terdiri dari siswa

laki-laki berjumlah 12 orang dan 17 jumlah siswi perempuan.64

8. Struktur Organisasi Sekolah

Dalam strukur organisasi kepala sekolah adalah orang yang

bertanggung jawab tehadap pelaksanaan di MIMi’Rajul Ishlah Getap dalam

menjalankan tugasnya. Kepala sekolah juga di bantu oleh wakaseknya yaitu

waksek kurikulum, wakasek sarana an prasarana, wakasek kesiswaan dan

humas. Serta melakukan koordinasi dengan komite sekolah, adapun disini

komite sekolah juga ikut membantu mensukseskan semua program sekolah.


64
Data Siswa, Dokumentasi, MI Mi’Rajul Ishlah Getap, 28 Februari 2023.

55
Gambar 2.1
Struktur Organisasi Mi Mi’rajul Ishlah Getap
Tahun Pelajaran 2022/2023

B. Strategi Guru dalam Meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa pada Mata

Pelajaran Ipa Kelas IV di MI Mi’Rajul Ishlah Getap.

Salah satu mata pelajaran yang terdapat pada jenjang sekolah dasar

adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran IPA di sekolah dasar

menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung dengan

melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Dengan terlibatnya siswa

secara aktif, diharapkan siswa mampu menemukan dan membangun

pengetahuannya sendiri dari masalah-masalah yang dihadapi dalam proses

pembelajaran maupun dalam kehidupan seharihari. Untuk memberikan siswa

pengalaman belajar secara langsung tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan

pembelajaran yang mengajak siswa untuk berbuat seperti diskusi, tanya jawab,

kerja kelompok, eksperimen, dan observasi. Melalui kegiatan pembelajaran

56
yang melibatkan siswa secara aktif tersebut dapat melatih siswa untuk selalu

berpikir ilmiah dan juga siswa diharapan memiliki sikap ilmiah dalam

menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran IPA maupun dalam

kehidupan sehari-hari.65

Dengan demikian Sikap ilmiah sangat diperlukan siswa untuk

mendapatkan pengetahuannya baik pengetahuan yang sudah ada maupun

pengetahuan yang baru siswa temukan melalui serangkaian proses

pembelajaran ilmiah. Sikap ilmiah pada diri siswa tidak tertanam begitu saja.

Siswa perlu dilatih dan dibiasakan untuk menerapkan sikap ilmiah dalam

perilaku sehari-hari secara terus menerus dan berkesinambungan.

Terkait dengan hal tersebut, berdasarkan hasil wawancara dengan ibu

Sri Wahyuni selaku wali kelas IV, beliau mengatakan:

Dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa strategi yang saya lakukan


adalah lebih menggunakan pendekatan saintifik dalam proses belajar
mengajar di kelas. Selain itu saya juga memanfaatkan gambar yang
ada dibuku siswa sebagai media pembelajaran. Adapun sikap ingin
tahu siswa supaya bisa terwujud yang saya lakukan dengan melatih
siswa agar lebih aktif bertanya. Sikap berpikir kritisnya saya lakukan
dengan memberikan beberapa tugas untuk mereka serta mencari
jawabannya dari buku yang lain. Sikap kerjasamanya saya lakukan
dengan memberi mereka tugas yang dikerjakan secara berkelompok.
Terakhir sikap peka terhadap lingkungan sekitar supaya bisa
dituntujukkan siswa saya melakukan dengan praktik langsung seperti
mengajak siswa membuang sampah pada tempatnya.66

65
Kartika, Indah. “Meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa Melalui Metode Inkuiri Pada Mata Pelajaran IPA
Di Kelas IV SD”. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta, 2014, hlm.24
66
Sri Wahyuni, Wawancara, Mi Mi’rajul Ishlah Getap, 16 Februari 2023

57
Ibu Zuhaira juga selaku salah satu responden yang peneliti wawancara

beliau adalah salah satu guru di MI Mi Mi’rajul Ishlah Getap mengatakan hal

sebagai berikut terkait strategi guru dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa,

Ibu Zuhaira mengatakan :

Dalam meningkatkan sikap ilmiah adapun cara yang saya lakukan


adalah dengan memberikan penguatan dan stimulus sebelum masuk
pada materi, supaya mereka dapat lebih antusias dan aktif dalam
mengikuti pembelajaran, selain itu saya mengkaitkan materi pelajaran
dengan kondisi atau situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari untuk
mewujudkan sikap ilmiahnya. Adapun strategi yang saya lakukan
supaya siswa bisa mewujudkan sikap ingin tahunya adalah dengan
memberikan pertanyaan kepada mereka, sehingga dengan sendirinya
siswa akan tumbuh rasa ingin tahuannya. Dalam meningkatkan sikap
berpikir kritisnya yang saya lakukan dengan cara melatih siswa untuk
bertanya dan membuat rasa pedulinya tinggi atas apa yang siswa lihat
maupun dengar. Sikap kerjasamanya strategi yang saya lakukan
dengan menugaskan siswa melakukan piket bersama-sama dengan
teman kelasnya sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Sikap peka
terhadap lingkungan sekitar supaya bisa terwujud strategi yang saya
lakukan mengarahkan siswa untuk selalu menjaga kebersihan kelas
maupun halaman sekolah.67

Adapun hasil wawancara dari guru lain yang peneliti dapatkan terkait

strategi guru dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa pada muatan IPA, terkait

hal itu, Ibu Maisaratin Kasroh mengatakan :

Dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa adapun strategi yang saya


lakukan dengan cara menunjukan suatu hal yang baru yang belum
pernah mereka lihat sebelumnya. Adapun disini cara saya
menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dengan cara menciptakan proses

67
Zuhaira, Wawancara, Mi Mi’rajul Ishlah Getap, 16 Februari 2023
58
belajar mengajar menyenangkan dan menarik sehingga siswa aktif
dalam pembelajaran, baik dari segi bertanya dan menjawab. Adapun
sikap kerjasamanya saya lakukan dengan terlebih dahulu membagi
siswa menjadi beberapa kelompok kemudian saya berikan tugas yang
akan dikerjakan secara berkelompok. Pembagian kelompok ini saya
lakukan dengan membagi kelompok antara siswa yang pemalu dengan
yang tidak pemalu, antar siswa yang pintar dan yang biasa saja, dan
juga antar siswa yang rajin dengan yang malas. Maka dengan
melakukan cara seperti ini masing-masing siswa bisa bertukar pikiran,
dan kerjasama. Adapun sikap peka terhadap lingkungan sekitar supaya
bisa terwujud dengan cara mengajak siswa menjaga kebersihan serta
harus bisa merawat dan menyayangi makhluk-makhluk yang lain
seperti tanaman dan juga hewan.68

Terkait pendapat dari tiga responden di atas, Ibu siti Maryam sebagai

responden terakhir yang peneliti wawancara, beliau mempunyai pemikiran

agak berbeda terkait cara meningkatkan sikap ilmiah siswa, dari hasil

wawancara tersebut ibu siti maryam , mengatakan:

Dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa yang saya lakukan dengan


mengaitkan materi pelajaran dengan dunia nyata atau kehidupan yang
dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari dan memanfaatkan media
gambar baik yang terdapat dari buku siswa maupun yang saya buat
sendiri. Adapun terkait sikap ingin tahu supaya bisa yang saya lakukan
dengan memberikan kesempatan bertanya kepada semua siswa dan
menghargai pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa, dengan itu
siswa merasa jawabannya itu dihargai. Adapun sikap berpikir kritisnya
dengan mengajak siswa itu mengulang-ulang melakukan kegiatan yang
dilakukan, misalnya melakukan diskusi kelas atau kelompok, maka dari
proses tersebut siswa dapat berpikir tentang jawaban atau tanggapan
68
Maisaratin Kasroh, Wawancara, Mi Mi’rajul Ishlah Getap, 16 Februari 2023

59
yang disampaikan oleh temannya itu sudah benar atau tidak. Sehingga
siswa nantinya akan mencari jawaban dari sumber lain untuk melihat
kebenaran dari jawaban atau tanggapan yang diterima. Terkait sikap
kerjasama yang saya lakukan supaya bisa terwujud dengan mengajak
siswa ikut serta dalam menegakkan kebersihan dan memberikan stimulus
berupa sebuah hadiah kepada kelas yang paling bersih dari kelas yang
lainnya. Adapun sikap peka terhadap lingkungan sekitar strategi saya
dengan mengajak siswa menjaga kebersihan dengan membuang sampah
pada tempatnya, belajar bercocok tanam, dan memanfaatkan sampah
yang ada untuk dijadikan bahan kerajinan.69

Dalam proses pembelajaran berdasarkan Rencana Pelaksnaan

Pembelajaran (RPP) yang diberikan guru, peneliti menemukan di sana terdapat

jenis pendekatan yang digunakan oleh guru dalam mengajar adalah pendekatan

saintifik dan juga menggunakan strategi-strategi yang lain seperti ceramah dan

Tanya jawab. Diantara sikap ilmiah yang peneliti teliti disini sikap ingin tahu,

sikap berpikir kritis, sikap kerjasama, serta sikap peka terhadap lingkungan

sekitar.

Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan bahwa guru IPA

melakukan metode pembelajaran yang bervariasi seperti diskusi baik, tanya

jawab, ceramah dan pemberian tugas. Ini seperti observasi yang peneliti

lakukan di dalam kelas: Peneliti melihat metode diskusi terkadang

dilaksanakan dengan cara guru IPA meminta siswa berpasangan atau

berkelompok untuk mendiskusikan jawaban dari pertanyaan atau tugas yang

diberikan guru. Melalui metode diskusi siswa dapat menunjukkan sikap ingin

tahu, sikap objektif terhadap data/fakta, sikap berfikir kritis, sikap berfikiran

terbuka, dan sikap kerjasama. Melalui metode tanya jawab, siswa dapat
69
Siti Maryam, Wawancara, Mi Mi’rajul Ishlah Getap, 16 Februari 2023

60
menunjukkan sikap objektif terhadap data/fakta, sikap berfikir kritis, dan sikap

berfikiran terbuka. Melalui metode ceramah, siswa dapat menunjukkan sikap

ingin tahu terutama terkait indikator memperhatikan denga sungguh-sungguh

penjelasan dari guru di mana pandangan siswa selalu tertuju pada guru.

Melalui metode pemberian tugas, siswa dapat menunjukkan sikap objektif

terhadap data/fakta terutama indikator menghindari tindakan mencontoh hasil

pekerjaan orang lain.70

Selain itu berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, guru

dalam penanaman sikap berfikir kritis siswa, guru IPA memberikan

pertanyaan, selanjutnya guru IPA menanyakan kembali kepada siswa yang

memiliki jawaban lain yang lebih tepat atau bisa menambahkan jawaban agar

lebih sempurna. Kemudian guru IPA menyimpulkan hasil dari jawaban-

jawaban dari siswa tersebut.71

Kemudian selama pembelajaran guru IPA memperlihatkan sikap peka

terhadap lingkungan sekitar. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, guru

membuang sampah yang dimilikinya di tempat sampah agar siswa juga

melakukan hal yang sama. Selain itu, guru IPA juga mengambil sampah yang

ada di dalam kelas dan di luar kelas lalu membuangnya di tempat sampah

Selanjutnya, guru IPA juga mengajak siswa untuk selalu membuang sampah

pada tempatnya.72

Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa guru IPA

meningkatkamn sikap ilmiah pada siswa kelas IV Mi Mi’rajul Ishlah Getap

70
Observasi, Tanggal 17 februari 2023
71
Observasi, Tanggal 18 februari 2023
72
Observasi, Tanggal 18 februari 2023
61
dengan memperlihatkan contoh sikap ingin tahu, sikap objektif terhadap

data/fakta, sikap berfikir kritis, sikap berfikiran terbuka dan sikap peka

terhadap lingkungan sekitar. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat mencontoh

sikap yang ditunjukkan oleh guru tersebut.

C. kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam meingkatkan sikap

ilmiah siswa pada kelas IV Mi’rajul Ishlah Getap

Sikap ilmiah penting ditanamkan kepada siswa dikarenakan dengan

sikap ilmiah siswa akan mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Namun

pada banyak kasus yang terjadi dalam pembelajaran IPA, masih banyak siswa

yang masih belum memiliki sikap ilmiah dalam dirinya. Permasalahan yang

ditemukan antara lain terdapat beberapa siswa yang hanya diam saja dan tidak

mau bertanya saat ada hal-hal baru yang disampaikan oleh guru. Pada saat

diskusi kelompok juga terlihat beberapa siswa yang tidak mau menerima dan

mendengarkan pendapat dari teman lainnya. Selain itu, terdapat juga siswa

yang mudah putus asa saat diberikan tugas yang sulit. Selanjutnya pada saat

kegiatan kerja kelompok, ditemukan siswa yang bermalas-malasan, tidak ikut

bekerja, dan hanya mengandalkan beberapa temannya untuk menyelesaikan

tugas yang diberikan.73

Oleh karna itu masalah-masalah yang tersebut sangat penting sekali

untuk ditanggulangi agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik

dan dapat membangun sikap ilmiah pada diri siswa. Oleh karena itu, dalam

kegiatan pembelajaran tersebut diperlukan penerapan strategi pembelajaran

yang mampu mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan

73
Rosalina, Nina. “Peningkatan Sikap Ilmiah Siswa melalui Pendekatanm Inkuiri dalam Pembelajaran
IPA di Kelas IV SDN Jerapah Kecil Jakarta Timur”. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Jakarta, 2011, hlm 54
62
peserta didik.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, peneliti

mendapatkan responden dari empat orang guru. Adapun kendala-kendala

tersebut yang diperoleh dari hasil wawancara guru Mi Mi’rajul Ishlah Getap,

antara lain sebagai berikut: Dari hasil wawancara wali kelas IV Sri Wahyuni,

mengatakan:

Kendala yang saya hadapi dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa


adalah saya masih kurang bisa menggunakan media yang menarik,
sehingga siswa masih kurang terangsang dalam mewujudkan sikap
ilmiahnya. Terkait sikap ingin tahu siswa kendala yang saya hadapi
adalah beberapa siswa masih tidak memperhatikan materi yang
dijelaskan, adapun sikap berpikir kritis menjadi kendala dalam
meningkatkannya adalah sebagian siswa tingkat pedulinya masih
kurang, sikap kerjasamanya belum terwujud sepenuhnya hal ini
dikarenakan sebagian siswa tidak ikut serta dalam mengerjakan tugas
kelompok yang dilakukannya hanya menunggu semua pekerjaan itu
selesai, adapun sikap peka terhadap lingkungan sekitar yang menjadi
kendala dalam mewujudkannya sebagian siswa masih ada yang
membuang sampah sembarang.74
Adapun hasil wawancara dari responden kedua Ibu Zuhaira

menjelaskan beberapa kendala-kendala yang dihadapi dalam meningkatkan

sikap ilmiah siswa yaitu:

Terdapat beberapa hal yang menjadi kendala dalam meningkatkan


sikap ilmiah, dikarenakan kurangnya stimulus dan motivasi yang saya
berikan seperti pujian, penghargaan maupun hadiah, sehingga yang
terjadi mereka meremehkan sikap-sikap positif tersebut. Adapun sikap
ingin tahu siswa ada beberapa siswa belum bisa mewujudkannya
dikarenakan sebagian siswa masih kurang dalam minat bacanya,
sedangkan sikap berpikir kritisnya belum terwujud karena masih pasif
hal ini dakarenaka sebagian dari siswa dalam proses diskusi tidak
menyanggah atau memberikan jawaban yang lebih tepat dari jawaban

74
Sri Wahyuni, Wawancara, Mi Mi’rajul Ishlah Getap, 16 Februari 2023
63
temannya yang lain. sikap kerjasamanya belum terwujud disebabkan
oleh kendala ada beberapa siswa yang masih malu sehingga tidak
percaya diri untuk berpendapat dalam kelompok. adapun sikap peka
terhadap lingkungan sekitar yang menjadi kendalanya siswa tidak
menegur temannya yang membuang sampah sembarangan atau
merusak lingkungan.75

Wawancara ketiga yang peneliti wawancara adalah ibu Maisaratin

Kasrah, terkait kendala-kendala yang dihadapi dalam meningkatkan sikap

ilmiah siswa, Maisaratin Kasrah, mengatakan:

Sikap ilmiah yang menjadi kendala dalam meningkatkan adalah saya


masih kurang dalam memberikan stimulus sebelum menjelaskan
materi, karna ada beberapa materi yang memang memerlukan akan hal
itu. Adapun sikap ingin tahu siswa yang menjadi kendalanya sebagian
siswa masih ada yang tidak memperhatikan penjelasan guru saat proses
pembelajaran. sikap berpikir kritisnya belum terwujud karena sebagian
siswa saat diberikan soal mereka hanya mencari jawabannya pada satu
buku saja, mereka belum berpikir untuk mecari jawaban di buku-buku
yang lain. adapun sikap kerjasamanya yang menjadi kendala dalam
mewujudkannya siswa masih kurang bertanggung jawab atas tugas
kelompok maupun tugas piket kelas dalam sehari-hari. terkait sikap
peka terhadap lingkungan sekitar yang menjadi kendala dalam
mewujudkannya dikarenakan sebagian siswa masih suka membuang
sampah sembarangan, seperti bekas makanan, minuman atau pun bekas
alat-alat tulisnya.76

Adapun responden terakhir yang peneliti wawancara terkait kendala

dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa, Siti Maryam selaku salah satu guru di

Mi Mi’rajul Ishlah Getap, mengatakan:

Sikap ilmiah adalah sikap positif yang harus ada pada setiap diri siswa,

75
Zuhaira, Wawancara, Mi Mi’rajul Ishlah Getap, 16 Februari 2023

76
Maisaratin Kasroh, Wawancara, Mi Mi’rajul Ishlah Getap, 16 Februari 2023
64
namun ada beberapa kendala yang saya hadapi dalam mewujudkannya
yaitu siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar, sehingga
beberapa siswa masih kurang sikap ingin tahunya, sikap kerjasamanya,
sikap berpikir kritisnya dan juga sikap kepeduliannya pada lingkungan
sekitar. Kendala saya hadapi dalam mewujudkan sikap ingin tahunya
sebagian siswa itu hanya diam saat dijelaskan sehingga tidaka ada
timbal balik yang tercipta dalam proses pembelajaran, mereka
memperhatikan, namun saat ditanya faham mereka mengatakan faham,
akan tetapi saat ditanya tentang materi yang dijelaskan mereka tidak
bisa menjawab. adapun sikap berpikir kritisnya yang menjadi kendala
dalam mewujudkannya siswa belum bisa menyanggah atau melengkapi
jawaban dari temannya. sikap kerjasamanya yang menjadi kendala
dalam mewujudkannya sebagian siswa belum bisa berpartisipasi aktif
dalam melakukan diskusi kelompok maupun kelas. adapun sikap peka
terhadap lingkungan sekitar kendala yang dihadapi dalam
mewujudkannya tidak semua siswa bisa menjaga kebersihan sekolah
maupun ikut partisipasi dalam kegiatan sosial.77

Dalam proses belajar mengajar pasti ada kendala-kendala yang

dihadapi oleh guru, baik itu dari siswa sendiri maupun hal lainnya. Oleh sebab

itu sesuai dengan hasil wawancara kepada semua responden yang peneliti

wawancara terkait tentang apa kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam

mewujudkan sikap ilmiah siswa saat proses pembelajaran yang dapat

menghambat tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan dengan pendekatan,

strategi, metode, maupun media pembelajaran yang sudah digunakan guru.

Sesuai dengan hasil wawancara pada pembahasan di atas, peneliti menemukan

kendala- kendala yang dihadapi saat pembelajarn dalam mewujudkan sikap

ilmiah siswa pada muatan IPA kelas IV Mi Mi’rajul Ishlah Getap.

Terkait wawancara bagaimana upaya guru dalam mengatasi kendala-


77
Siti Maryam, Wawancara, Mi Mi’rajul Ishlah Getap, 16 Februari 2023

65
kendala tersebut dalam mewujudkan sikap ilmiah, Ibu Sri Wahyuni,

mengatakan:

Upaya yang saya lakukan dalam mewujudkan sikap ilmiah siswa adalah
dengan menggunakan media yang menarik,yaitu menampilkan sebuah
video terkait materi pelajaran, dan juga menggunakan media gambar
dapat menarik antusias dari siswa sehingga akan muncul sikap
ilmiahnya. adapun sikap ingin tahu siswa upaya yang saya lakukan
supaya bisa ditunjukkan siswa saat proses belajar adalah dengan cara
menghargai setiap pertanyaan yang diajukan siswa, adapun berpikir
kritis, upaya yang saya lakukan dengan cara mengajak siswa untuk
sering bertanya, karena sikap kritis dimulai dari rasa penasaran dan
keingintahuan yang tinggi. Sikap kerjasama siswa upaya yang saya
lakukan dengan memberitahu siswa bahwa perlunya menyadari bahwa
pengetahuan yang dimiliki orang lain mungkin lebih banyak daripada
yang ia miliki. Oleh karena itu, ia perlu bekerjasama dengan orang lain
dalam rangka meningkatkan pengetahuan maupun sikap ilmiahnya.
sikap peka terhadap lingkungan sekitar upaya yang saya lakukan
dengan mengajak siswa belajar mengurangi sampah yang masih bisa
dijadikan bahan sebagai kreativitas kesenian seperti membuat pot
tanaman, memanfaatkan sampah kertas untuk dijadikan kerajinan
tangan.78
Adapun hasil wawancara dari guru lain yang peneliti wawancara terkait

upaya yang dilakukan dalam mengatasi sikap ilmiah siswa, Ibu Zuhaira

mengatakan:

Dalam mengatasi kendala yang terjadi dalam meningkatkan sikap


ilmiah siswa, ada beberapa upaya yang saya lakukan supaya siswa bisa
mewujudkan sikap ilmiahnya yaitu, (1) Memberikan mereka reward
(hadiah) yang berupa buku tulis, pensil, maupun permen. (2)
Memberikan mereka berupa pujian atau penghargaan seperti memberi
tepuk tangan, mengajukan jempol, dan dengan memberikan ucapan-

78
Sri Wahyuni, Wawancara, Mi Mi’rajul Ishlah Getap, 16 Februari 2023
66
ucapan positif seperti: kamu pintar nak, kamu hebat, belajar lebih giat
lagi ya supaya kamu sukses kedepannya. (3) mengajak siswa aktif
mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah, seperti: bakti sosial, pramuka
dan kegiatan lainnya.79
Wawancara ketiga yang saya wawancarai adalah Ibu Maisaratin, ada

beberapa upaya yang beliau katakana dalam mengatasi kendala-kendala dalam

meningkatkan sikap ilmiah siswa. Maisaratin Kasroh mengatakan :

Upaya yang saya lakukan dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa


adalah dengan menggunakan berbagai macam sterategi diantaranya:(1)
meletakkan barang baru di kelas, misalnya pelajaran tentang organ
tubuh manusia, maka saya akan bawakan mereka media terkait tentang
materi tersebut, adapun materi tentang tumbuhan maka saya juga
melakukan hal yang sama dengan membawa tumbuhan yang nyata,
maka dengan sendirinya beberapa sikap ilmiah siswa itu terwujud. dan
(2) melakukan pengamatan terhadap materi yang dipelajari. dari
melakukan pengamatan maka siswa tidak hanya belajar memahami
materi saja, dengan melakukan pengamatan di luar kelas maupun
didalam kelas maka akan lebih membuat pengetahuan siswa itu luas,
sehingga bisa mewujudkan sikap-sikap positif mereka.80
Adapun responden terakhir yang peneliti wawancarai terkait upaya guru

dalam mengatasi sikap ingin tahu siswa dalam meningkatkan sikap ilmiah

siswa. Ibu Siti Maryam mengatakan:

Terkait sikap ilmiah siswa ada beberapa upaya yang saya


lakukan dalam mengatasi kendala-kendala dalam meningkatkan nya.
Adapun strategi yang saya lakukan supaya kendala tersebut bisa teratasi
adalah mengaitkan materi pelajaran dengan dunia nyata, menggunakan
media yang menarik, memberikan siswa penguatan dan stimulus.
Terkait sikap ingin tahunya supaya bisa terwujud strategi yang saya
lakukan dengan cara menghargai setiap pertanyaan yang diajukan

79
Zuhaira, Wawancara, Mi Mi’rajul Ishlah Getap, 16 Februari 2023
80
Maisaratin Kasroh, Wawancara, Mi Mi’rajul Ishlah Getap, 16 Februari 2023
67
siswa, karena tanpa disadari sikap tersebut dapat mewujudkan sikap
ingin tahunya, dan membawa barang- barang baru ke dalam kelas. sikap
berpikir kritisnya upaya yang saya lakukan dengan mengajak siswa
untuk sering bertanya, karena sikap kritis dimulai dari rasa penasaran
dan keingintahuan yang tinggi. Adapun sikap bekerjasanya supaya bisa
terwujud upaya yang saya lakukan dengan memberikan tugas kelompok
dan siswa harus bertanggung jawab terhadap tugas tersebut. Terakhir
sikap peka terhadap lingkungan sekitar dengan mengajak siswa
membuang sampah pada tempatnya, merawat tumbuhan yang ada
disekolah dan tidak menyakiti hewan.81
Dalam setiap proses pembelajaran pasti terdapat kelemahan atau

kendala-kendala yang terjadi. Oleh sebab itu guru harus mempunyai cara atau

upaya dalam mengatasi permasalahan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara

dengan beberapa responden terkait mengenai upaya guru dalam mengatasi

kendala-kendala yang dihadapi dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa sudah

dijelaskan oleh guru-guru Mi Mi’rajul Ishlah Getap pada penjelasan di atas.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, peneliti menemukan

bahwa guru IPA memberikan penguatan positif pada siswa berupa pernyataan

verbal pada siswa yang berani bertanya tentang hal yang ingin diketahuinya

terkait materi yang dipelajari atau hal yang baru baginya dengan mengucapkan

“pertanyaan yang bagus”, Di sisi lain, guru IPA menanamkan sikap ilmiah

pada siswa dengan memberikan penghargaan berupa bintang biru bagi siswa

yang bisa menjawab petanyaan dengan tepat saat diadakan kuis. Pemberian

penguatan positif atau penghargaan tersebut dimaksudkan agar siswa tersebut

ingin selalu menunjukkan sikap ilmiah serta membuat siswa lainnya

termotivasi untuk menunjukkan sikap ilmiahnya pula.82

81
Siti Maryam, Wawancara, Mi Mi’rajul Ishlah Getap, 16 Februari 2023
82
Observasi, Tanggal 18 februari 2023
68
Selain itu berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, oleh peneliti

ditemukan bahwa untuk menumbuhkan sikap ingin tau siswa, guru IPA

menggunakan media pembelajaran dalam menyampaikan materi dan

mendengarkan dengan sungguh-sungguh siswa yang sedang berpendapat,

bahkan terkadang mendekati siswa tersebut. Sesuai dengan hasil pengamatan

peneliti di dalam kelas pada saat peneliti di dalam kelas, guru memberikan

sebuah pertanyaan tentang materi yang disampaikan, kemudian ada siswa yang

mengangkat tangannya serta mengatakan “aku bisa buk”. Dan guru

memberikan kesempatan untuk menjawab dengan menunjuk siswa tersebut

secara bergantian, dan guru mendengarkan pendapatnya.83

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam bab pembahasan ini, peneliti akan menguraikan atau memaparkan

beberapa hasil temuan tentang strategi Guru dalam Meningkatkan Sikap Ilmiah

Siswa Pada Mata Pelajatan IPA Kelas IV MI Mi’rajul Ishlah Getap. Adapun

hasil-hasil yang peneliti maksudkan dalam pembahasan ini adalah sebagai

berikut:

A. Strategi Guru dalam Meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa Pada

Mata Pelajatan IPA Kelas IV MI Mi’rajul Ishlah Getap.

Harlen mengemukakan empat peranan utama guru dalam melakukan

strategi yang bisa mewujudkan atau meningkatkan sikap ilmiah yaitu (a)

memperlihatkan contoh sikap ilmiah, (b) memberi penguatan positif terhadap

83
Observasi, Tanggal 18 februari 2023
69
sikap ilmiah dengan pujian dan penghargaan, (c) memberikan kesempatan

untuk pengembangan sikap ilmiah, dan (d) mendiskusikan tingkah laku yang

berhubungan dengan sikap ilmiah.84

Sedangkan menurut teori dari Magno mengungkapkan bahwa salah satu

cara untuk mengembangkan sikap ilmiah adalah dengan memperlakukan siswa

seperti ilmuan muda sewaktu anak mengikuti pembelajaran sains. Artinya ada

keterlibatan secara langsung anak dalam proses pembelajaran. Anak diajak

mencari pengalaman belajarnya sendiri. Sehingga anak menjadi aktif baik

secara fisik maupun mental saat mengikuti pembelajarannya. Dan siswa akan

mendapatkan kesan tersendiri dari pengalaman belajarnya. Akibatnya akan

membawa pengaruh terhadap pembentukan pola tindakan siswa yang selalu

didasarkan pada hal-hal yang bersifat ilmiah.85

Mengembangkan sikap sikap ilmiah melalui kegiatan pembelajaran

berbasis inkuiri, artinya pada setiap langkah dari kegiatan pembelajaran

berbasis inkuiri harus mengandung unsur kegiatan untuk memupuk sikap sikap

ilmiah yang meliputi obyektif/jujur, tidak tergesa-gesa, terbuka, tidak

mencampur adukkan fakta dengan pendapat, bersikap hati hati, sikap ingin

menyelidiki atau keingintahuan (couriosity) yang tinggi. Langkah kegiatan

pembelajaran berbasis inkuiri itu sendiri menurut National Science Education

Standards Amerika Serikat (NRC, 2000) meliputi lima aspek yaitu: aspek

merumuskan masalah, merencanakan penelitian, melaksanakan penelitian dan

84
Patta Bundu, Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran
Sains Sekolah Dasar, (Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan,
2006), hlm. 45.

85
Syarifah Widya Ulfa, Pembelajaran Berbasis Praktikum: Upaya Mengembangkan Sikap Ilmiah Siswa
Pada Pembelajaran Biologi, Jurnal Nizhamiyah, Vol. Vi, No. 1, Januari-Juni 2016, Hlm.69
70
pengumpulan data, membuat penjelasan berdasarkan data hasil observasi serta

mengkomunikasikan hasil penelitian.86

Berdasarkan teori di atas ada beberapa strategi yang sudah diterapkan

oleh guru dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa, namun setiap guru

melakukan strategi yang berbeda-beda dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa.

Di bawah ini strategi-strategi yang dilakukan oleh para guru yang peneliti

wawancara:

Berdasarkan wawancara yang di dapatkan dari wali kelas IV Ibu Sri

Wahyuni mengatakan hal sebagai berikut dalam meningkatkan sikap ilmiah

siswa: Beliau menggunakan pendekatan saintifik dalam proses belajar

mengajar di kelas sesuai dengan yang dianjurkan pemerintah, dan juga

memanfaatkan gambar yang ada dibuku siswa.

Ibu Zuhairia sebagai responden kedua juga menggunakan beberapa

strategi dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa yaitu: Dalam meningkatkan

sikap ilmiah adapun cara yang dilakukan yaitu memberikan penguatan dan

stimulus sebelum menjelaskan materi supaya mereka antusias aktif dalam

mengikuti pelajaran untuk meningkatkan sikap ilmiahnya dan mengaitkan

materi pelajaran dengan dunia nyata.

Adapun responden ketiga ibu Maisarotin Kasroh yang peneliti

wawancarai, dari hasil wawancara pada bab sebelumnya diantara strategi yang

dilakukan dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa adalah dengan cara

memberikan stimulus dan penguatan dan membawa suatu hal yang baru yang

belum pernah mereka lihat sebelumnya.

Adapun responden terakhir yang peneliti wawancara yaitu Ibu siti


86
Nana Hendracipta, Menumbuhkan Sikap Ilmiah Siswa Sekolah Dasar Melalui Pembelajaran Ipa
Berbasis Inkuiri, Jpsd Vol. 2 No. 1, Maret 2016, Hlm. 113
71
Maryam strategi yang dilakukan dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa beliau

mengatakan: Dalam meningkatkan sikap ilmiah adapun cara yang dilakukan

dengan mengaitkan materi pelajaran dengan dunia nyata atau dunia siswa itu

sendiri dan menggunakan media gambar baik yang terdapat dari buku siswa

maupun yang saya buat sendiri.

B. Kendala-kendala yang Dihadapi Guru dalam Meningkatkan Sikap

Ilmiah Siswa pada Mata pelajaran IPA Kelas IV MI Mi’rajul

Ishlah Getap.

Setelah menemukan kendala-kendala yang dihadapi, pada bab ini

peneliti akan mencoba untuk mempaparkan pembahasan tentang kendala-

kendala yang dihadapi berdasarkan teori-teori yang telah ada, sehingga bisa

dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menggali solusi-solusi dalam

meminimalisir kendala-kendala tersebut. Berikut ini beberapa kendala-

kendala yang dihadapi guru dalam mewujudkan sikap ilmiah siswa,

berdasarkan kendala-kendala yang dapat ditemukan adalah sebagai berikut:

Adapun terkait kendala-kendala yang dihadapi dari semua responden

yang peneliti wawancara adalah: Kendala-kendala yang dihadapi guru

dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa adalah sebagai berikut: (1) Guru

tidak menggunakan media yang menarik, (2) Guru jarang memberikan suatu

pujian, penghargaan, dan hadiah kepada siswa, (3) Guru jarang melakukan

pengamatan, (4) Sebagian siswa tidak aktif dalam kegiatan-kegiatan di

sekolah.

C. Upaya Guru dalam Mengatasi Kendala-Kendala dalam Meningkatkan

Sikap Ilmiah Siswa pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV MI Mi’Rajul

72
Ishlah Getap.

Setelah menemukan upaya yang dilakukan oleh guru dalam

mengatasi kendala-kendala dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa yang

telah dipaparkan pada bab sebelumnya, selanjutnya peneliti akan

mempaparkan upaya yang dilakukan oleh guru berdasarkan hasil paparan

data dan temuan adalah sebagai berikut:

Adapun upaya yang dilakukan guru berdasarkan hasil wawancara dari

empat responden yang peneliti wawancarai terkait upaya guru dalam

mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam meningkatkan sikap ilmiah

siswa yaitu: (1) Menggunakan media yang menarik dengan menampilkan

sebuah video atau gambar teka-teki, (2) Memberikan pujian, penghargaan,

serta reward (hadiah), (3) Meletakkan barang baru di dalam kelas, (4)

Melakukan pengamatan terhadap materi yang dipelajari, (5) Mengajak siswa

aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah.

Menurut Gasong yang menyatakan bahwa untuk membentuk sikap

ilmiah siswa maka hendaknya guru memperhatikn proses pembelajaran,

yang dimana siswa harus didorong secara aktif untuk mengembangkan

pengetahuannya sendiri serta bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya.

Upaya lain diperlukan dalam mengembangkan sikap ilmiah siswa, seperti

pemberian tugas yang dapat dimaknai dengan jelas oleh siswa merupakan

bagian penting yang dapat dilakukan oleh guru. Dengan begitu, ketika guru

menaruh minat pada apa yang dirasakan oleh siswa tentang tugas yang

diberikan, maka akan mendorong siswa melakukan tugasnya dengan usaha

yang sungguh-sungguh. Untuk mengetahui apa yang dirasakan oleh siswa,

guru perlu melakukan diskusi secara teratur tentang tugas-tugas yang harus
73
diselesaikan siswa dengan melibatkan siswa secara langsung. Selain itu,

guru perlu pula memberikan gambaran tentang sikap siswa yang perlu

mendapatkan perhatian.87

Selain itu berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh

peneliti bahwa guru memberikan pujian dan hadiah sebagai motivasi yang

diberikan kepada siswa. Menurut teori motivasi dari Achievement Mc

Clelland yang telah disusun pada bab 1, bahwa Motivasi dapat diartikan

sebagai suatu energi yang mendorongan seseorang agar dapat menimbulkan

tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan

baik yang bersumber dari dalam diri individu maupun dari luar diri individu.

Jadi motivasi seseorang terdiri dari motivasi intrinsik dan motivasi

ekstrinisk. Motivasi intrinsik ini merupakan motivasi yang tumbuh dari diri

sendiri, Sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang datang dari

luar seseorang, contohnya seperti seseorang itu belajar karena tahu besok

ada ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik agar dapat hadiah88

Oleh karena dibutuhkan peran dari seorang guru untuk menumbuhkan

motivasi dari siswa. Seperti yang diungkapkan oleh sardiman tentang tehnik

yang digunakan oleh guru untuk membangkitkan motivasi siswa adalah

sebagai berikut :

1. Memberi angka-angka sebagai simbol dari nilai kegiatan yang

dilaksanakan, yang perlu diingat oleh guru, harapannya angka-angka

tersebut dikaitkan dengan nilai afeksinya bukan hanya sekedar

kognitifnya saja

87
Syarifah Widya Ulfa, Pembelajaran Berbasis Praktikum: Upaya Mengembangkan Sikap Ilmiah Siswa
Pada Pembelajaran Biologi, Jurnal Nizhamiyah, Vol. Vi, No. 1, Januari-Juni 2016, Hlm.69
88
Widayat Prihartanta, “Teori-teori Motivasi”, Jurnal Adabiya, Vol. 1, Nomor 83, 2015, Hlm 4-5
74
2. Hadiah dapat menjadi motivasi karena hadiah ini merupakan bentuk dari

penghargaan

3. Kompetisi persaingan, yang dimana dengan adanya suatu persaingan,

siswa akan menjadi lebih semangat dalam mencapai hasil yang terbaik

4. Ego-involment menumbuhkan kesadaran kepada siswa terhadap

pentingnya suatu kegiatan yang dilaksanakan agar siswa dapat

menerimanya sebagai sebuah tantangan, sehingga siswa akan merasa

tertantang, secara kognitif siswa akan mencari cara untuk memecahkan

tantangan tersebut

5. Memberi ulangan kepada siswa, sehingga siswa akan giat untuk belajar

6. Mengetahui hasil belajar sebagai alat motivasi, karena dengan

mengetahui hasilnya maka siswa akan terdorong untuk belajar lebih giat

lagi

7. Memberikan pujian apabila ada siswa yang berhasil melaksanakan

tugasnya dengan baik, hal ini akan menjadi motivasi sekaligus akan

membangkitkan harga diri siswa

8. Hukuman, merupakan bentuk yang negatif tetapi jika diberikan dengan

tepat dan bijaksana, bisa menjadi alat motiuvasi.89

Oleh karena itu, guru sangat dituntut memiliki kompetensi keahlian

khusus dalam menumbuhkan semangat belajar siswa dan semangat dalam

mengikuti kegiatan-kegiatan yang disusu dalam suatu program oleh pihak

sekolah. Dalam mengembangkan kemampuannya, siswa harus didorong

secara terus menerus terutama dalam memahami ilmu agama. Dengan

demikian program imtaq yang telah direncanakan oleh pihak sekolah dapat
89
Siti Suprihatin, “Upaya Guru Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa” Jurnal Pendidikan Ekonomi,
Vol. 3, Nomor. 1, 2015. Hlm. 75-76
75
diikuti oleh seluruh siswa dengan penuh kesadaran.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian ini yaitu:

1. Strategi guru dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa sebagai berikut:

(a) menggunakan penedekatan saintifik, (b) memberikan penguatan dan

stimulus sebelum memulai pembelajaran, (c) menggunkan media

gambar yang ada di buku siswa maupun di buku guru atau yang guru

buat sendiri, (d) membawa sesuatu hal yang baru yang belum pernah

siswa lihat sebelumnya, (e) dan mengaitkan materi pembelajaran

dengan dunia nyata.

2. Kendala yang di hadapi guru dalam meningkatkan sikap ilmiah

76
siswa adalah : (a) guru tidak mengunakan media yang menarik, (b)

guru jarang memberikan suatu pujian, (c) penghargaan,dan hadiah

kepada siswa, (d) guru jarang melakukan pengamatan, (e) dan

sebagian siswa tidak aktif dalam kegiatan-kegitan di sekolah.

3. Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kendala-kendala

dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa, di antaranya : (a)

menggunakan media yang menarik dengan menampilkan sebuah

video atau gambar, (b) memberikan pujian, penghargaan,serta

reward, (c) meletakan barang yang baru di dalam kelas, (d)

melakukan pengamatan terhadap materi yang di pelajari, (e)

mengajak siswa aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di

sekolah.

3. SARAN

Setelah melihat dan menimbang beberapa hasil dari penelitian yang

telah dilakukan oleh peneliti baik mulai dari temuan, pembahasan dan

kesimpulan, dapat diajukan saran-saran kepada beberapa pihak yaitu

sebagai berikut:

1. Bagi kepala madrasah MI Mi’Rajul Ishlah Getap Mataram

Diharapkan untuk meningkatkan manajemen madrasah yang

sudah berjalan dengan baik menjadi semakin baik dan selalu mengontrol

bagaimana kinerja guru-guru yang ada di madrasah agar terciptanya guru

yang professional dan dapat memberikan yang terbaik kepada peserta didik

bagi generasi selanjutnya.

2. Bagi Guru
77
Bagi guru strategi yang telah gunakan dalam meningkatkan

sikap ilmiah siswa terbilang sudah cukup baik dalam proses belajar

mengajar yang menyenangkan, kreatif, dan menggairahkan sikap ilmiah

siswa. Akan tetapi supaya semua siswa bisa merasakan proses belajar

mengajar yang diinginkan sesuai keinginannya, guru juga harus lebih

kreatif lagi dalam menggunakan pendekatan, model, metode, teknik,

maupun taktik pembelajaran. Namun harus disesuaikan juga dengan materi

dan keadaan yang ada di madrasah.

3. Bagi Peneliti

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini menjadi pelajaran dan

pengalaman yang berharga yang tentunya masih jauh dari kata sempurna,

oleh karena itu penelitian ini perlu untuk ditindak lanjuti dan penelitian ini

tidak berhenti pada jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah UIN Mataram saja,

tapi juga perlu dikembangkan lagi baik pada jurusan-jurusan yang lainnya.

Untuk itu kepada peneliti selanjutnya yang berminat dalam meneliti

masalah penelitian yang serupa diharapkan untuk lebih dikembangkan dan

lebih teliti lagi dalam mencari titik temu dari permasalahan-permasalahan

yang sering menjadi kontroversi yang ada di masing-masing

sekolah/madrasah yang menjadi tempat penelitian.

4. Bagi Siswa

Bagi siswa yang ada di MI Mi’Rajul Ishlah Getap Bagi siswa yang

ada di MI Mi’Rajul Ishlah Getap pada khususnya kelas IV agar lebih giat

lagi dalam belajar dan berjuang dalam menggapai cita-cita, tetaplah

semangat dan tingkatkan prestasi yang dimiliki jangan pernah menyerah

78
dan selalu mengolah potensi diri. Satu hal saran yang bisa saya berikan

yaitu jangan pernah meremehkan sekecil apapun ilmu itu karena secara

filosofis semua hal yang besar itu dimulai dari sesuatu hal yang kecil.

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, Depok: Rajagrafindo Persada,2017


Anggit Grahito Wicaksono dan Jumanto, Relevansi Pendidikan
Karakter Dengan Sikap Ilmiah Dalam Perspektif Pembelajaran IPA Sekolah
Dasar, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar, Volume XXIX,
Februari 2017
Burhanudin Salam, Pengantar Filsafat, Edisi Revisi, Jakarta: PT.Bumi
Aksara, 2018
Cholid Narbuko, Abu Achma di, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi
Aksara, 2015
Dek Ngurah Laba Laksana, Miskonsepsi Dalam Materi Ipa Sekolah
Dasar , Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol.5, No. 2, Oktober 2016
Dwi Fujiani, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar (Kognitif dan
Afektif) Siswa Dengan Menggunakan Model Problem Based Instruction di
Kelas VIII A SMP NEGERI 17 Kota Jambi,Skripsi pdf, Universitas Jambi,
2013

79
Enisiati, Sikap Ilmiah Siswa Kelas V Dalam Pembelajaran IPA
Siswa di Donotirto Bangunjiwo Kasihan Bantul, (Skripsi Pdf, FTK
Universitas PGRI Yogyakarta, 2016)
Faisal Afif, Strategi Menurut Para Ahli, Bandung : Angkasa,1984
Farida Mayar, Strategi Guru Paud Daam Mengembangkan Kreativitas
Anak Usia Dini, Jurnal Pendidikan, Vol.3, Nomor 6, Tahun 2007.
Hafiz Mubarok, Upaya Guru Al-Qur’an Dalam Mengatasi Kesulitan
Belajar Membaca Al-Qur’an Di Sdit Ukhuwah Banjarmesin, Vol, 1, No.1
Studio Insania,2013
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta :
Salemba Humanika, 2011), Hlm. 121.
Heru Setiawan, Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pengembangan
Pendidikan Islam, Jurnal Nidhomul Haq Vol 1 No: 2 September 2016.
Jaenab, Srijamilah, Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Islam
Anak Usia Dini, Vol. 02, Nomor, 1, Maret 2020
Maskoeri Jasin, Ilmu Alamiah Dasar, Edisi Revisi, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2009
Kartika, Indah. “Meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa Melalui Metode
Inkuiri Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas IV SD”. Skripsi. Jakarta: Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta, 2014
Mujtahid, Pengembangan Profesi Guru, Malang: Uin Maliki Press, 2011
Mulyasa, E. Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran
Kreatif Dan Menyenangkan, Bandung, Pt. Remaja Rosda Karya, 2016
N.N Ayu Suciati, dkk, Hasil Belajar IPA Ditinjau Dari Sikap Ilmiah
Siswa SMP, (E- jurnal: Program Pascasarjana Univesitas Pendidikan
Ganesha Program Studi IPA), Volume 4, 2014
Nana Hendracipta, Menumbuhkan Sikap Ilmiah Siswa Sekolah Dasar
Melalui Pembelajaran Ipa Berbasis Inkuiri, JPSD Vol. 2 No. 1, Maret 2016
Patta Bundu, Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam
Pembelajaran Sains Sekolah Dasar, Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan
Tinggi Direktorat Ketenagaan, 2006
Ratna Rosidah, dkk, Penerapan Model Problem Based Learning
(PBL) Pada Pembelajaran Hukum-Hukum Dasar Kimia Ditinjau Dari
80
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Surakarta
Tahun Pelajaran 2013/2014, Jurnal Pendidikan Kimia, Volume 3, 2014,
Rizka Sofyan Saputri, Peran Guru Dalam Meningkatkan Sikap Ilmiah
Peserta Didik Kelas V-B MIN Demangan Kota Madiun, Skripsi Pdf, FITK
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2017
Rosalina, Nina. “Peningkatan Sikap Ilmiah Siswa melalui
Pendekatanm Inkuiri dalam Pembelajaran IPA di Kelas IV SDN Jerapah Kecil
Jakarta Timur”. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Jakarta, 2011
Selly Gusmentari, Sikap Ilmiah Siswa Kelas IV C Dalam Pembelajaran
IPA di SD Muhammadiyah Condongcatur, (Skripsi Pdf, Universitas Negeri
Yogyakarta, 2014)
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta,2012
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta, 2009
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2017
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatif dan R&D,
Bandung: Alfabeta, 2011
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 1998
Syafarudin Dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Melejitnya Potensi Budaya
Umat), Jakarta:Hijri Pustaka Utama, 2017
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Pt.
Rineka Cipta, Jakarta, 2010
Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi
Edukatif: Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, (Jakarta, Rineka Cipta, 2010
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta: Bumi Aksara, 2015
Undang-Uundang Republik Indonesia NO. 20 Tahun 2003 “Tentang
Sistem Pendidikan Nasional”,
Usman Samatowa, Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, 2010
Wahab Jufri, Belajar dan Pempelajaran Sains (Modal Menjadi
Guru Professional), Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2017
Wahyudin Nur Nasution, “Strategi Pembelajaran” Medan:Perdana
Publishing 2017

81
Widdy Sukma Nugraha, Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan
Penguasaan Konsep IPA Siswa SD Dengan Menggunakan Model Problem
Based Learning, Jurn al Pendidikan Dasar, Vol. 10 No.2 Juli 2018
Wina Sanjaya, “Strategi Pembelajaran, Beriorientasi Standar Proses
Pendidikan”,Jakarta:Kencana,2006.

82
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Observasi

No Objek-objek yang di observasi Keterangan

1. Melihat keadaan lokasi penelitian

Melihat keadaan guru-guru di MI


2.
Mi’rajul Ishlah Getap

Melihat keadaan peserta didik di


3. setiap kelas di MI Mi’rajul Ishlah
Getap

Melakukan observasi terkait dengan


strategi yang dilakukan guru dalam
4. meningkatkan sikap ilmiah siswa
pada mata pembelajaran IPA di kelas
IV MI Mi’Rajul Ishlah Getap
Lampiran 2 : Pedoman Wawancara dan Hasil Wawancara Strategi Guru

Dalam Meningkatkan Sikap ilmiah siswa pada mata pelajaran ipa kelas iv di

MI Mi’rajul Ishlah Getap

Wawancara dengan wali kelas IV MI Mi’rajul Ishlah Getap

No Pertanyaan Jawaban

1 Menurut ibu apa yang dimaksud Sikap yang harus ada pada diri siswa

dengan sikap ilmiah ? Untuk memperluas kemampuan untuk

mencari suatu kebenaran yang realistik.

Terutama pada pembelajaran IPA .

bahwa sikap ilmiah adalah sikap yang

positif yang harus ada pada diri siswa.

2 Apa saja sikap ilmiah yang harus Banyak, seperti yang di sebutkan

dimiliki oleh siswa SD/MI ? bahwa siswa harus punya sikap ingin

tahu,sikap terbuka dengan guru dan

temannya, ramah lingkungan,

menjaga kebersihan, sikap jujur dan

bertanggung jawab, saling

menghargai, sikap berpikir juga perlu

untuk menambah pengetahuan.

3 Apa saja sikap ilmiah yang Selama saya mengajar di kelas IV

ditunjukkan oleh siswa kelas 1V sudah banyak menunjukan sikap

dalam pelajaran IPA? ilmiahnya, diantaranya sikap

keingintahuan, sikap peka terhadap

lingkungan dalam menjaga


kebersihan, aktif dalam kerjasama

saat bekerja kelompok, dan

sebagaian besar dari mereka juga

menunjukan sikap saling

menghargai, jujur dan tanggung

jawab

4 Bagaimana cara siswa Misalnya dengan sikap ingin tahu

menunjukkan sikap ilmiahnya ? siswa menunjukan dengan sering

bertanya, dan juga bependapat. Sikap

peka terhadap lingkungan sekitar

sebagian besar siswa melakukan

dengan membuang sampah pada

tempatnya, kalau sikap berpikir kritis

siswa melakukannya dengan cara

sering bertanya atau menyanggah

sesuatu yang di anggap kurang pas

dengan jawaban guru atau temannya

sampaikan sesuai dengan

kemampuannya. Adapun sikap

kejasama dengan melakukan ikut

serta dalam tugas kelompok maupun

tugas kelas, dan bertanggung jawab

atas tugas yang diberikan guru.

5 Apa saja yang mendukung Adapun cara untuk mendukung

munculnya sikap ilmiah siswa munculnya sikap ilmiah dengan


dalam pembelajaran IPA ? adanya reward (hadiah) . Sebab anak

tingkat SD/MI itu senang dengan

reward. Ketika mereka mampu

menjawab pertanyaan yang

diberikan oleh guru maka guru

memberikan reward tanda-tanda

seperti bintang dan sebagainya. Dan

nantinya harapan bisa di tukarkan

dengan barang di akhir semester saat

pembagian raport jika memang hasil

dari belajarnya bagus. Saat siswa

aktif maka mucullah sikap ilmiah.

6 Apa yang menjadi hambatan siswa Ada beberapa anak yang kurang

dalam menunjukkan sikap aktif dan tidak memperhatikan

ilmiahnya selama pembelajaran penjelasan guru saat proses

IPA ? pembelajaran berlangsung.

7 Bagaimana strategi dalam rangka Strategi yang saya lakukan dalam

meningkatkan sikap ilmiah siswa? meningkatkan sikap dan siswa bisa

menunjukan sikap ilmiahnya dengan

menggunakan pendekatan saintifik

saat proses belajar mengajar dan

menggunakan media yang semenarik

mungkin baik dari video, audio

visual, gambar teka teki. Adapun

untuk meningkatkan sikap ilmiah


tersebut berbeda-beda cara yang saya

lakukan yaitu.

1). dalam meningkatkan sikap ingin

tahu siswa, saya lakukan dengan cara

menghargai setiap pertanyaan yang

di ajukan siswa, dengan memberi

tantangan atau teka-teki pada anak

sesui dengan materi yang di pelajari

anak dengan cara mengajak anak-

anak bereskplorasi. 2). Cara

meningkatkan sikap ilmiah peka

terhadap lingkungan sekitar, yaitu

melakukan hal-hal positif supaya

siswa bisa ikut melakukannya, di

antara cara yang saya lakukan

dengan mengajak siswa membuang

sampah pada tempatnya dan juga

belajar mengurangi sampah yang

masi bisa dijadikan bahan sebagai

kreativitas. 3). Adapun sikap berpikir

kritis siswa, saya meningkatkan

dengan cara mengajak siswa untuk

sering bertanya, karena sikap kritis

dimulai dari rasa penasaran, dan

keingintahuan yang tinggi. 4).


Adapun sika kerja sama yaitu

denagn cara siswa harus ikut

menegakan tata tertip sekolah,

seperti harus datang ke sekolah tepat

waktu, siswa juga harus selalu

beriteraksi dengan sesama teman dan

guru dengan cara memberikan tugas

kelompok.

8 Apa saja kendala ibu dalam Kalau kendala dari siswa dalam

meningkatkan sikap ilmiah Meningkatkan sikap ilmiahnya, saya

jelaskan saja ya diantara sikap ilmiah yang


siswa dalam pembelajaran IPA?
5 itu. (1) Sikap ingintahunya itu kendala

yang dihadapi dalam meningkatkan karena

sebagian siswa masih malu untuk bertanya

jika tidak faham, sebagian siswa juga

masih kurang dalam minat membacanya,

selain itu sebagian siswa masih ada yang

tidakmenperhatikan penjelasan guru. (2)

sikap peka terhadap lingkungan sekitar

yang menjadi kendala dalam meningkatkan

adalah sebagian siswa masih membuang

sampah sembarang, tidak merawat

tumbuhan. (3) sikap berpikir kritis yang

menjadi kendala dalam meningkatkannya

adalah sebagian siswa tingkat pedulinya

masih rendah dan juga jika menerima


penjelasan atau jawaban dari guru maupun

temannya yang kurang tepat dia tetap

terima begitu saja. (4) sikap terbuka dan

kerjasama, sikap kerjasamanya yang

menjadi penghambat adalah sebagian siswa

tidak ikut serta dalam mengerjakan tugas

kelompok atau

tugas kelas, seakan mereka tidak

bertanggung jawab, yang dilakukannya

hanya menunggu semua pekerjain itu

beres. Adapun sikap terbukanya yang

menjadi kendala sebagian siswa kurang

aktif mengikuti kegiatan di sekolah, dan

juga kurang bergaul dengan sesama

temannya

9 Apa upaya yang ibu Upaya yang saya lakukan untuk mengatasi

lakukan dalam mengatasi kendala-kendala dalam meningkatkan sikap

ilmiah siswa adalah selain melakukan


kendala-kendala tersebut
kegiatan pembelajaran menggunakan
dalam meningkatkan sikap
pendekatan saintifik, media audi visual,
ilmiah siswa pada pelajaran
video, dan gambar teka teki, akan tetapi
IPA?
disini dalam meningkatkan sikap ingin tahu

siswa strategi yang saya lakukan dengan

cara menghargai setiap pertanyaan yang

diajukan siswa, Adapun dengan memberi

tantangan atau teka-teki pada anak sesuai


dengan materi yang dipelajari anak maka

hal ini bisa menjadi motivasi bagi anak

dalam melakukan sesuatu dan bisa melatih

anak untuk membangun pengetahuannya

sendiri secara mendalam. Adapun cara

meningkatkan sikap peka terhadap

lingkungan sekitar, saya melakukan hal-hal

positif supaya siswa bisa ikut

melakukannya, diantara cara yang saya

lakukan dengan mengajak siswa

membuang sampah pada tempatnya, ,

belajar menanam pohon di lingkungan

sekolah, dan juga belajar mengurangi

sampah yang masih bisa dijadikan bahan

sebagai kreativitas, misalnya dengan

membeli spidol yang bisa diisi ulang

kembali, menjadikan bekas botol air

minum untuk dijadikan pot tanaman,

memanfaatkan sampah kertas untuk

dijadikan kerajinan tangan. Adapun sikap

kritis siswa dengan cara mengajak siswa

untuk sering bertanya, karena sikap kritis

dimulai dari rasa penasaran dan

keingintahuan yang tinggi. Selanjutnya

dengan cara membuat sikap peduli anak itu

tinggi. Karena jika sikap peduli anak

rendah maka bagaimana mungkin sikap


kritisnya ada. Adapun sikap kerjasama saya

lakukan dengan cara siswa harus ikut

menegakkan tata tertib sekolah, seperti

siswa harus datang ke sekolah tepat waktu.

Siswa juga harus selalu berinteraksi dengan

sesama teman dan guru. dan dengan cara

memberikan tugas kelompok dan siswa

harus bertanggungjawab atas tugas yang

diberikan

Lampiran 3 : Dokumentasi

1. Sekolah MI Mi’Rajul Ishlah Getap


2. Kegiatan siswa belajar dalam kelas MI Mi’Rajul Ishlah Getap

3. Kegiatan wawancara bersama Guru-Guru MI Mi’Rajul Ishlah Getap

4. Daftar Pegawai sekolah MI Mi’Rajul Ishlah Getap


5. Struktur Organisasi MI Mi’Rajul Ishlah Getap

Anda mungkin juga menyukai