Anda di halaman 1dari 84

MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS

LITERASI QUR’AN DI PONDOK PESANTREN ADH-


DHUHAA GENTAN, BAKI, SUKOHARJO JAWA TENGAH
TAHUN PELAJARAN 2021-2022
SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Dalam Manajemen Pendidikan Islam (MPI)

Disusun Oleh :
DIKI RIYA MARIYANTO
NIM. 10.2018053

PROGRAM STUDY MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MADINA SRAGEN
2022
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lampiran : 4 (Naskah) ekslempar


Perihal : Naskah Skripsi
a.n. DIKI RIYA MARIYANTO
NIM. 10.2018053
Kepada.
Yth. Ketua STIT Madina Sragen
di Sragen

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Setelah saya meneliti dan melakukan perbaikan seperlunya, bersama ini saya
kirimkan naskah skripsi :
Nama Penyusun : DIKI RIYA MARIYANTO
NIM : 10.2018053
Judul Skrpsi : Manajemen Pendidikan Karakter Berbasis Literasi
Qur’an di Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa Gentan,
Baki, Sukoharjo
Dengan ini saya menyetujui dan mohon agar segera dimonaqosahkan.
Demikian, harap menjadi maklum.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Sragen 17 Agustus 2022

Pembimbing I

SUKAMDI, S.Pd.I.,M.Pd.I.
NIDM.
LEMBAR PENGESAHAN
Nama Penyusun : DIKI RIYA MARIYANTO
NIM : 10.2018053
Judul Skrpsi : Manajemen Pendidikan Karakter Berbasis Literasi
Qur’an di Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa Gentan,
Baki, Sukoharjo
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah
(STIT) Madina Sragen dan mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan
LULUS/TIDAK LULUS pada tanggal 17 Agustus 2022
Diterima sebagai syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Tahun Akademik 2022/2023.

Sragen,17 Agustus 2022


Dewan Penguji Skripsi Tanda Tangan
1. SUKAMDI S.Pd.I.,M.Pd.I.
Dosen Penguji 1 (…………………...)
2. LATIFAH PERMATASARI FAJRIN, M.Pd.I.
Dosen Penguji 2 (…………………...)

Mengetahui,
Ketua Program Studi MPI

LATIFAH P.FAJRIN. S.Pd.I.,M.Pd.I.


NIDM. 211304

i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Nama : DIKI RIYA MARIYANTO


NIRM : 10.2018053
Judul : Manajemen Pendidikan Karakter Berbasis Literasi Qur’an Di SMA Adh-
Dhuhaa

Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab penulis menyatakan bahwa skripsi


ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis orang lain atau diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali
informasi yang terdiri dari dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Sragen, 17 Agustus 2022


Deklamator

DIKI RIYA MARIYANTO


NIM. 10.20180
MOTTO
PERSEMBAHAN

Atas rahmat Allah SWT, saya persembahkan karya ini untuk :

1. Orang Tua tercinta, keluarga besar Alm. Mbah Sastro dan Mbah
Ngadinem.
2. Seluruh Guru-guru dan Dosenku tercinta yang telah mentransfer ilmunya
dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
3. Teman-teman angkatan 2018 dan Almamaterku STIT Madina Sragan.
4. Agama, Nusa, bangsa, dan seluruh pembaca yang budiman.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirobill’alamin kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat , hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis bisa
menyelesaikan proposal skripsi ini yang berjudul: MANAJEMEN
PENDIDIDKAN KARAKTER BERBASIS LITERASI QUR’AN DI SMA ADH-
DHUHAA GENTAN, BAKI, SUKOHARJO” dapat terlaksana dengan baik dan
lancar. Shalawat serta salam kami panjatkan pada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW manusia paling mulia dari semua manusia dan menjadi
penghulu para Nabi-Nabi terdahulu dan semoga kita semua mendapatkan
syafa’atnya di hari akhir nanti.
Proposal ini ditunjukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
program S1 MANAJAMEN PENDIDIKAN ISLAM di Sekolah tinggi Ilmu
Tarbiyah (STIT) Madina Sragen.
Proposal ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan,
bimbingan, kerja sama serta dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun
materil. Maka dengan segenap kerendahan hati kami ucapkan terima kasih kepada
:
1. Sukamdi, S.Pd.I., M.Pd.I., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Tarbiyah (STIT) Madina Sragen
2. Lathifah Permatasari Fajrin,M.Pd.I selaku Ketua Program
Pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Madina Sragen.
3. Sukamdi S.Pd.I.,M.Pd.I., selaku dosen pembimbing penulis, yang
telah memberikna bimbingan, nasihat, motivasi, pengarahan
kepada penulis dan senantiasa sabar menghadapi penulis seklama
menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Penulis mohon maaf
apabila selama ini menyusahkan bapak Sukamdi.
4. Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Ilmu Tarbiyah (STIT) Madina
Sragen, yng telah memberikan ilmunya kepada penulis dalam
berbagai mata kuliah dan telah memberikan ilmu agama yang In
Syaa Allah bermanfaat di dunia dan akhirat kelak. Aamiin
5. Seluruh Staff dan Karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT)
Madina Sragen.
6. Heru Utomo S.Pd.I.,M.Pd. dan Heri Susanto S.Pd.I.,M.Pd., selaku
guru, ustadz dan orang tua yang kedua penulis serta Mudir Pondok
Pesantren Adh-Dhuhaa yang telah mengijinkan peneliti dalam
melakukan penelitian dan tiada henti memberikan penulis untaian
doa, motivasi, fasilitas dan semangat yang luar biasa dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak/Ibu Guru, Komite dan Orang Tua/Wali Pondok Pesantren
Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo yang telah koperatif dalam
penelitian.
8. Kedua Orang Tua Tercinta, Bapak Kasmin dan Ibu Darwati serta
almarhumah Ibu Paini, terima kasih atas doa, cinta, kasih sayang,
kesabaran, perhatian, bimbingan, pembelajaran, dukungan dan
motivasi yang sangat luar biasa tidak ada henti-hentinya diberikan
dan atas segala jerih payah serta usaha untuk memberikanku
pendidikan setinggi mungkin, serta pengharapan agar anak-
anaknya menjadi orang sukses dan dapat dibanggakan.
9. Kakakku, Dewi kasmiati dan Tri Hariyanto, terima kasih atas
dukungan semangat dan motivasinya yang telah diberikan kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Adikku Erik Wahyu Saputra, Terima kasih telah memberikan
kepedulian dan dorongan kepada penulis hingga dapat
terselesaikan skripsi ini.
11. Sahabat dari Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa dan pondok Pesantren
Muhammad Al-Fatih serta teman-teman seperjuangan jurusan
Manajemen Pendidikan Islam di Al-Fatih Institut angkatan 2018
yang telah memberikan dorongan dan semangat untuk menemani
terselesaikan skripsi ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang
dengan tulus ikhlas memberikan do adan motivasi sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini
Penulis meyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna untuk kritik dan saran yang sangat membangun sangat
diharapkan untuk perbaikan di massa datang. Akhirnya penulis meminta
maaf atas keterbatasan penelitian ini. Besar harapan penulis semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Sukoharjo 11 Februari 2022


Peneliti

DIKI RIYA MARIYANTO


NIM. 10.2018053
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN…………………….. ii
LEMBAR PERNYATAAN………………
MOTTO…………………………………………
PERSEMBAHAN…………………………………
KATA PENGANTAR…………………….. iii
DAFTAR ISI…………………………………. Vi
TABEL…………………………………….
LAMPIRAN………………………………….
BAB 1………………………………………………..
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………….. 7
B. Rumusan Masalah………………………. 8
C. Tujuan Penelitian...……………………… 9
D. Manfaat Penelitian………………………. 9
BAB II……………………………………….
LANDASAN TEORI…………………………
A. Konsep Teoritis…………………..........11
1. Pengertian Pendidikan Karakter………………………..
2. Manajemen Pendidikan Karakter……………………….
3. Pengertian Manajemen………………………………….
4. Pengertian Literasi Quran
5. Proses Manajemen Pendidikan Karakter Berbasis literasi Quran….
B. Penelitian yang Relevan....................................... 11
C. Kerangka Berpikir................................................. 18
BAB III……………………………………………..
Metode Penelitian………………………………………….
A. Lokasi dan Waktu Penelitian………....... 20
B. Pendekatan dan Metode Penelitia……… 20
C. Instrumen Penelitian................................. 2I
D. Data dan Sumbar Data.................................. 21
E. Prosedur Pengumpulan Data dan Perekaman Data……22
F. Teknis Analisis Data........................................ 22
G. Pemeriksaan Keabsahan Kata……………….
BAB IV…………………………………………….
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………….
A. Deskripsi Lokasi Penelitian…………………..
B. Deskripsi Data Hasi Penelitian………………………
1. Manajemen Pendidikan Karakter Berbasis Literasi Quran di Pondok
Pesantren Adh-Dhuhaa………………….
C. Analisis Hasil Penelitian………………………………………………
1. Manajemen Pendidikan Karakter Berbasis Literasi Quran di Pondok
Pesantren Adh-Dhuhaa
BAB V………………………………………………..
PENUTUP………………………………………………
A. Kesimpulan…………………………………………
B. Saran…………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………..
LAMPIRAN………………………………………..
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Manajemen adalah ilmu yang keberadaannya sangat penting karena


ilmu manajemen mempelajari tentang seni mengelola organisasi, seni
berhubungan dan bekerja sama dengan orang lain, serta seni memimpin
organisasi.1 Mempertimbangkan keberadaan manajemen yang sangat penting
maka tidak lepas dari peran fungsi-fungsi manajemen. Fungsi manajemen
yang paling penting terdiri dari planning (perencanaan) merupakan langkah
awal untuk mencapai sebuah tujuan organisasi yaitu menentukan terlebih
dahulu rencana kegiatan yang akan dikerjakan. Organizing (pengorganisasian)
yaitu membuat pembagian kerja sehingga menjadi sebuah struktur organisasi.
Actuating (penggerakan) adalah tindakan yang mengusahakan agar seseorang
atau semua kelompok bekerja sesuai tugas dan wewenangnya untuk mencapai
tujuan yang diinginkan secara efektif. Controlling (pengendalian/pengawasan)
yaitu untuk mengantisipasi kegagalan, mengoreksi dan memberikan solusi.
Masing-masing fungsi tersebut saling berkaitan dan merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan. Suatu organisasi akan mencapai tujuan yang
baik apabila mampu merencanakan program-program secara matang dengan
memperhitungkan masa yang akan datang dan melaksanakan rencana yang
telah dibuat. Perencanaan dalam suatu oraganisasi merupakan proses dasar
dalam manajemen untuk merumuskan tujuan dan cara mencapainya sehingga
perencanaan memegang peranan yang lebih besar dibanding fungsi
manajemen lainnya. Semakin besar bentuk organisasi menuntut kemampuan
manajemen yang lebih baik, terutama kemampuan teknis, karena semua
pekerjaan dalam organisasi tidak dapat dilakukan sendiri.
Setiap program dalam dunia pendidikan tidak lepas dari fungsi
manajemen dalam pelaksanaannya, sehingga peran manajerial dalam dunia
pendidikan sangat penting untuk keberhasilan program tersebut. Begitu juga

1
Hikmat, foreword to Manajemen Pendidikan, by Hikmat (Bandung: Pustaka Setia, 2009),
Hlm. 7.
manajemen program literasi yang dijalankan oleh SMA Adh-Dhuhaa, seorang
manajer atau pemimpin hendaknya mampu menjalankan fungsi-fungsi
manajemen program sebagaimana mestinya agar dapat dicapai tujuan secara
berdaya guna dan berhasil guna.
Kemampuan berliterasi ini sangat penting bagi peserta didik karena
tuntutan keterampilan membaca yang berujung pada kemampuan memahami
informasi secara analitis, kritis dan reflektif. Generasi Indonesia harus
membangun budaya ini karena menjawab tantangan zaman juga
mempersiapkan persaingan sumber daya manusia dengan negara lain kelak di
masa depan.
Budaya membaca dan menulis pada masyarakat Indonesia masih
jauh dari apa yang diharapkan. Hal ini terbukti (salah satu) dari nilai prestasi
pendidikan yang masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga
Malaysia misalnya, yang kemerdekaan negaranya jauh lebih baru daripada
kemerdekaan negara kita Republik Indonesia.
Pendidikan merupakan salah satu aspek paling utama yang
berkontribusi dalam penentu kecerdasan bangsa. Pendidikan dapat dipandang
bermutu apabila dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan
kebudayan nasional serta berhasil membentuk generasi muda yang cerdas,
bermoral, dan berkarakter. Sumber daya manusia yang berkualitas menjadi hal
penting dalam pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2
Pendidikan dijadikan sebagai upaya dalam rangka meningkatkan kualitas
sumber daya manusia, dikarenakan melalui pendidikan diharapkan dapat
mencetak generasi-generasi manusia yang bermutu dan berilmu, dimana
pendidikan tersebut diperoleh melalui pendidikan formal maupun informal.
Pendidikan diartikan sebagai sebuah proses pembelajaran yang secara sadar
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan untuk
mengubah cara berpikir, bersikap dan berperilaku demi pendewasaan dirinya
atau orang lain.

2
Andi Rahmania, 2019, ““Pendidikan Karakter Religius Berbasis Budaya Sekolah di
SDITBIASAssalam Kota Tegal”, Tesis, Pascasarjana UNNES
Menurut Taufiq pendidikan adalah pengaruh lingkungan atas individu
untuk menghasilkan perubahan yang tetap pada kebiasaan, pemikiran, sikap
maupun tingkah laku.3 Tujuan pendidikan dalam hal ini agar generasi muda
sebagai penerus generasi tua dapat menghayati, memahami, mengamalkan
nilai-nilai atau norma-norma tersebut dengan cara mewariskan segala
pengalaman, pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang melatar
belakangi nilai dan norma hidup dan kehidupan. Manfaat pendidikan menurut
Plato seorang filsuf Yunani adalah membuat orang menjadi lebih baik yang
berperilaku mulia. Keberhasilan pendidikan tidak dapat diwujudkan hanya
dengan teori saja. Lebih dari itu, pendidikan harus dilaksanakan dengan usaha
yang nyata, sistematis dan persiapan yang terencana agar tujuan pendidikan
dapat tercapai dengan efektif..
Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab 1 Pasal 1 dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.4 Hal ini menujukkan pendidikan sebagai proses
membimbing dan mengembangkan segala kompetensi yang dimiliki, sehingga
mendorong aspek jasmani dan rohani berkembang menuju pembentukan
karakter yang baik. Seperti halnya pada kurikulum 2013 yang menempatkan
pendidikan karakter sebagai unsur pendidikan yang utama.5
Pendidikan tidak hanya memusatkan perhatiannya pada bidang
intelektual, namun juga untuk membentuk karakter yang kuat pada peserta
3
A Taufiq dkk, 2015, '“Pendidikan Anak di SD, Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka,
hlm. 1
.
Andi Rahmania, 2019, ““Pendidikan Karakter Religius Berbasis Budaya Sekolah di
SDITBIASAssalam Kota Tegal”, Tesis, Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
4
Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah,
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, hlm.3
5
Intan Kusumawardani, 2018, '“Internalisasi Nilai Pendidik Karakter Religius Melaui
Budaya Religius Sekolah di SDN Sumbersari 2 Malang”, Tesis, Pascasarjana Universitas Muhammadiyah
Malang
didik. Selain melakukan kegiatan transfer ilmu, pendidikan juga sebagai
proses penanaman karakter yang mandiri, beredukasi, berbudi pekerti luhur
dan mengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta didik.6 Karakter
yang kuat mampu menyeimbangkan antara kecerdasan intelektual, emosional
dan spiritual. Ketiga hal ini saling berkaitan satu sama lain. Seseorang yang
sukses pasti memiliki mental dan karakter yang kuat.7
Pembentukan karakter yang kuat juga menjadi salah satu tujuan
pendidikan yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3. Berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan yang
tertuang pada Bab I tentang Tujuan, Sasaran dan Ruang Lingkup,
pembangunan karakter menjadi tujuan utama dalam mencapai visi
pembangunan nasional. Pendidikan karakter merupakan program penting yang
harus dilaksanakan dalam lingkup pendidikan. Pentingnya karakter sebagai
pusat individu dalam bertindak perlu ditanamkan dengan kuat. Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan karakter yang kuat dan tangguh
diiringi kompetensi yang tinggi, berbagai tantangan, tuntutan dan kebutuhan
dapat diatasi. Jadi bangsa Indonesia perlu memiliki karakter yang tangguh dan
kuat sehingga tidak mudah terpengaruh dengan hal negatif.8
Sikap dan perilaku yang baik dapat dibentuk melalui pendidikan
karakter, serta penurunan moral anak bangsa Indonesia semakin
memprihatinkan. Beberapa kasus muncul dari kalangan pejabat yang dasar
karakter dirinya lemah, contoh kasus korupsi, kolusi dan nepotisme. 9 Tidak
hanya dari kalangan pejabat, kalangan masyarakat juga telah terjadi kasus
pelecehan seksual, pemerkosaan, penipuan dengan berbagai modus pencurian,

6
Andi Rahmania, 2019, ““Pendidikan Karakter Religius Berbasis Budaya Sekolah di
SDITBIASAssalam Kota Tegal”, Tesis, Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
7
Andi Rahmania, 2019, “Pendidikan Karakter Religius Berbasis Budaya Sekolah di
SDITBIASAssalam Kota Tegal”, Tesis, Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
8
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017, Konsep dan Pedoman Penguatan
Pendidikan Karakter, diunduh dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP.pdf
9
R Listyarti, 2015 “Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif dan Kreatif”,
Jakarta: Erlangga, hlm. 11
kekerasan rumah tangga dan penyimpangan sosial. Karakter telah
dipertaruhkan ditempat yang tidak semestinya, jika tidak berhati-hati bangsa
akan menuju the lost genertion.10 Karakter yang kuat perlu ditanamkan sejak
dini dimana masih dalam tahap perkembangan intelektual dan emosional.
Menurut Rifa’i dan Anni mengemukakan usia sekolah merupakan usia anak
untuk melakukan penyesuaian diri.11
Pendidikan karakter adalah usaha menanamkan kebiasaan yang baik
(habituation) sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak
berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya. 12 Pendidikan
karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,
pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik buruk,
memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.13 Pendidikan karakter dimaknai sebagai proses
penanaman nilai untuk membantu peserta didik menjadi cerdas dan baik
(smart and good) pada tiga aspek yang meliputi kognitif, afektif dan
psikomotorik. Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-
nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut.
Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai the deliberate us of all
dimensions of school life to foster optimal character development atau usaha
kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehiduan sekolah untuk membantu
pembentukan karakter secara optimal. Pendidikan karakter memerlukan
metode khusus yang tepat agar tujuan pendidikan dapat tercapai.14
10
Erik Ermayanti, 2020, “Penerapan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Lokal di MIN3
Tulungagung”, Tesis, Pascasarjana IAIN Tulungagung
11
A Rifa’i dan C.T Anni, 2015 “Psikologi Pendidikan”, Semarang: Uiversitas Negeri
Semarang Press, hlm. 22
12
Intan Kusumawardani, 2018, “Internalisasi Nilai Pendidik Karakter Religius Melaui
Budaya Religius Sekolah di SDN Sumbersari 2 Malang”, Tesis, Pascasarjana Universitas Muhammadiyah
Malang
13
Mulyasa, 2012, “Manajemen Pendidikan Karakter”, Jakarta: PT. Bumi Aksara, hlm.67
14
Durrotun Nafisah, 2016, “Peran Pendidikan Muatan Lokal Terhadap Pembangunan
Literasi merupakan kemampuan mengakses, memahami, dan
menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain
membaca, melihat, menyimak, menulis, dan atau berbicara. 15 Pada zaman
modern ini standar keberhasilan ditentukan dan dipengaruhi oleh kemampuan
literasi.16 Dewasa ini literasi mulai dimaknai sebagai kunci kemajuan sebuah
negara.
Budaya literasi masyarakat Indonesia masih sangat rendah dan
memprihatinkan bila dibandingkan negara lain. Aktivitas membaca dan
menulis sekarang ini menjadi hal tabu bahkan pada anak-anak usia sekolah.
Mereka enggan membaca dan menulis, modernisasi di bidang telekomunikasi
dan informasi yang dibuat manusia untuk memudahkan pekerjaan manusia
untuk memeduhkan pekerjaan manusia seakan-akan berubah teknologilah
yang mengendalikan manusia itu sendiri. Kondisi yang sangat bertentangan
apabila penduduk Indonesia yang mayoritas muslim menjadi negara dengan
budaya literasi yang rendah, bila dikaitkan dengan kitab suci Al-Qur’an yang
berasal dari kata qara’a yang artinya membaca, atau bacaan.
Dasar membaca Al-Qur’an sendiri terdapat dalam surat Al-Alaq ayat
1-5
‫ْأ‬
‫ِاْق َر ِباْس ِم َر ِّب َك اَّلِذ ْي َخ َلَق َخ َلَق اِاْلْن َس اَن ِم ْن َع َلٍق‬

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang

menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar

(manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak

diketahuinya. (Q.S. Al-Alaq” [96]:1-5)

Karakter Bangsa ”, Jurnal Pancasila dan Kewargaegaraan, 4, 2, April, hlm. 463 -464
15
Pratiwi Retnaningdyah, dkk. Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah
Menengah Pertama. (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan: 2016) 2.
16
Sofie Dewayani, Menghidupkan Literasi di Ruang Kelas, (Yogyakarta, Kanisius: 2017),
9.
Program literasi ternyata sesuai dengan ajaran agama Islam yaitu
perintah Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk membaca. Membaca
menurut ayat ini tidak hanya dimaksudkan membaca tekstual tetapi juga
membaca kontekstual. Sedangkan dalam kegiatan literasi seseorang dituntut
untuk membaca teks kemudian ditulis kembali pokok-pokok isi teks tersebut.
Supaya menjadi bahan perenungan selanjutnya. 17
Dalam membaca Al-Qur’an tidak sembarangan atau asal- asalan,tetapi
harus sesuai dengan kaidah-kaidah atau pedoman yang telah ditentukan dalam
ilmu tajwid. Hal ini perlu dipahami, karena Al-Qur’an merupakan pedoman
hidup bagi umat islam. Jika salah dalam membaca Al-Qur’an, maka akan
berdampak pada arti, penafsiran dan pemahaman yang salah pula, sehingga
pengamalannya pun akan salah, dan dapat pula menyesatkan. Apabila itu
semua terjadi maka ini yang membaca, menulis dan menafsirkan tidak
mendapat pahala melainkan mendapat dosa.18
Islam sangat memaknai kegiatan membaca dan menulis sebagai media
yang penting bagi kehidupan manusia. Melalui aktifitas membaca dan menulis
maka wawasan masyarakat akan semakin bertambah luas, mudah untuk
bersikap pro-aktif, tetapi kritis terhadap setiap perubahan.
Untuk mewujudkan hal tersebut kita bisa memanfaatkan pendidikan
salah satunya melalui pendidikan lembaga formal, dalam lembaga formal
sering kali kita jumpai diawal pembelajaran menerapkan suatu pembiasaan
pada peserta didik untuk melaksanakan membaca Al-Qur’an secara tartil
terlebih dahulu dengan harapan suatu pembiasaan yang diterapkan tersebut
dapat berpengaruh terhadap kemampuan siswa. Kemampuan membaca Al-
Qur’an dengan baik dapat dilakukan melalui pembiasaan literasi Al-Qur’an
setiap harinya.
Pembiasaan pada pendidikan anak sangatlah penting, khususnya dalam
pembentukan pribadi dan akhlak. Pembiasaan agama akan memasukkan

17
Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta: CV. Aneka Ilmu, 2013),
538.
18
Ibrahim Eldeeb, Be A Living Qur ’an: Petunjuk Praktis Penerapan Ayat- ayat Al-Qur’an
dalam Kehidupan Sehari-hari, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), 12.
unsur-unsur positif pada pertumbuhan anak. Semakin banyak pengalaman
agama yang didapat anak melalui pembiasaan maka semakin banyak unsur
agama dalam pribadinya dan semakin mudahlah ia memahami ajaran agama.19
Pembiasaan literasi Al-Qur’an menjadikan kebiasaan itu sebagai salah
satu teknik atau metode pendidikan. Lalu ia mengubah seluruh sifat-sifat baik
menjadi kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan itu tanpa perlu
payah, tanpa kehilangan banyak tenaga dan tanpa menemukan banyak
kesulitan. Proses pembiasaan harus dimulai dan ditanamkan kepada anak
sejak dini. Potensi ruh keimanan manusia yang berada dalam pribadi bisa
berubah-ubah, sehingga potensi ruh yang diberikan oleh Allah Swt harus
senantiasa dipupuk dan dipelihara dengan memberikan pelatihan-pelatihan
dalam ibadah. 20
SMA Adh-Dhuhaa merupakan diantaranya salah satu sekolah yang
menyelenggarakan pembiasaan literasi Al-Qur’an. Dalam hal ini bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan kaidah hukum tajwid dan dapat
berpengaruh pada kemampuan membaca Al-Qur’an siswa.
Berdasarkan penjelasan dan uraian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa pendidikan karakter berbasis budaya religius pada peserta didik perlu
diterapkan dan mendapatkan perhatian khusus dalam bidang pendidikan.
Sehingga peserta didik memiliki pendidikan karakter yang baik dan
berkualitas. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Manajemen Pendidikan Karakter Berbasis Literasi
Quran di SMA Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo Tahun Pelajaran
2021/2022”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat di identifikasikan sebagai
berikut:
1. Menurunnya nilai-nilai budi pekerti.

19
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), 6465.
20
Ahmad Zayadi dan Abdul Majid, Tadzkiyah Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
Berdasarkan Pendekatan Kontekstual (Jakarta: Raja Grafndo Persada, 2005), 64.
2. Kurang sadarnya santri dalam mengamalkan nilai-nilai tata karma

dalam kehidupan sehari-hari.

3. Tingginya pengaruh lingkungan terhadap penurunan akhlak santri.

4. Pentingnya literasi Al-Qur’an dalam pembentukan karakter yang

terpuji.

C. Batasan Masalah
Bersadarkan identifikasi masalah di atas maka perlu adanya
pembatasan masalah untuk menghindari kesalahpahaman dan menfokuskan
pada “Manajemen Pendidikan Karakter Berbasis Literasi Quran di SMA
Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo.”
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana stratagi yang dilakukan pengajar dalam membentuk karakter
peserta didik ?
2. Bagaimana implementasi manajemen pendidikan karakter berbasis
literasi qur’an di SMA Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo ?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana strategi pendidik dalam membentuk
karakter peserta didik.
2. Untuk mengetahui implementasi strategi pendidik dalam membentuk
karakter peserta didik.

F. MANFAAT PENELITIAN
Proses dan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat dan kegunaan bagi berbagai pihak yang terkait dengan penelitian ini
antar lain sebagai berikut :
1. Bagi Siswa
Menjadikan peserta didik SMA Adh-Dhuhaa dapat membentuk
karakter kuat melalui kegiatan literasi Qur’an dan budaya membaca bagi
santri agar menjadi santri yang berwawasan luas.
2. Bagi Sekolah
Sebagai bahan referensi dalam melaksanakan proses pembelajaran
nilai-nilai karakter yang ada disekolah sehingga kualitas didik menjadi
lebih baik kedepannya.
3. Bagi Peneliti
Menambah wawasan peneliti dan memberikan sumbangan
pemikiran maupun sebagai masukan untuk peneliti lain
BAB II
LANDASAN TEORI

A. KONSEP TEORITIS
1. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan merupakan hal yang penting bagi bangsa Indonesia.


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
ketrampilan yang diperlukan atau suatu bimbingan yang secara sadar oleh
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama. Pendidikan mempunyai peran yang
sangat penting dalam pembentukan karakter generasi penerus bangsa
Indonesia.
Sedangkan istilah karakter diartikan sebagai cara berpikir dan
berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik
dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang
berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap
memper-tanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Karakter dapat
dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat
istiadat, dan estetika.
Karakter merupakan watak, tabi’at, akhlak atau kepribadian yang
dimiliki oleh seseorang dan terbentuk dari hasil interaksi berbagai kebijakan
(virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang,
berfikir, bersikap, dan bertindak.21 Karakter dalam bahasa agama islam
disebut dengan akhlak yang merupakan istilah dalam bahasa arab yang
merujuk pada praktik- praktik kebaikan, moralitas, dan perilaku islami
21
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model..., hal. 4

1
(Islamic behavior), sifat atau watak (disposition), perilaku baik (good
conduct), kodrat atau sifat dasar (nature) perangai (temper), etika atau tata
susila (ethics), moral dan karakter.22
Pendidikan karakter memiliki makna tersendiri. Berikut ini
merupakan pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian pendidikan
karakter.
a. Menurut Kementerian Pendidikan Nasional, pendidikan karakter adalah

pendidikan yang mengembangkan karakter bangsa pada diri peserta didik

sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya,

menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota

masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan

kreatif.23

b. Menurut pendapat Hidayatullah, pendidikan karakter merupakan sesuatu

hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, oleh karena itu pendidikan

karakter harus menyertai semua aspek kehidupan termasuk di lembaga

pendidikan.24

c. Menurut Winton dalam Samani dan Hariyanto mendefinisikan pendidikan

karakter sebagai upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru

untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya. 25

d. Menurut Muchlas Samani dan Hariyanto, pendidikan karakter adalah

proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia

seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan
22
Muhammad Yaumi, Pilar-pilar Pendidikan Karakter, (Makassar: Alauddin university
press; 2012), hal. 50
23
Kemendiknas, Desain Induk Pendidikan Karakter, 2010, Jakarta: Kemendiknas, hlm. 4
24
Hidayatullah M Furqon, 2010, Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa,
Surakarta: Yuma Pressindo, hlm. 23
25
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model..., hal. 43

2
karsa.26

e. Fakry Gaffar dalam Kesuma, menyatakan bahwa pendidikan karakter

adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh

kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam

perilaku kehidupan orang itu.27

f. effort to help people understand, care about, and act upon core ethical

values. Maksudnya, pendidikan karakter adalah upaya sengaja untuk

membantu orang mengerti, peduli, dan berbuat atas dasar nilai-nilai etik.

Dalam definisi ini pendidikan karakter merujuk pada tiga kompenen yang

harus diolah, yakni (a) pikiran, yang ditunjukkan dengan kata understand,

(b) rasa, yang ditunjukkan dengan kata care about, (c) raga, yang

ditunjukkan dengan kata act upon core ethical values.28

Berdasarkan beberapa definisi mengenai pendidikan karakter


tersebut, maka pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai proses
pengarahan dan pembimbingan terhadap peserta didik agar memiliki nilai
dan perilaku yang baik, untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Dalam
pendidikan karakter di sekolah, semua komponen harus dilibatkan,
termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum,
proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata
pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-
kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja
seluruh warga sekolah/lingkungan.
2. Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan pendidikan karakter dalam mengembangkan nilai-nilai


26
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model..., hal. 45
27
Dharma Kesuma dan Cepi T.J.P, 2012, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di
Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hlm.5
28
Muhammad Yaumi, Pilar-pilar Pendidikan..., hal.9

3
karakter bangsa, yaitu:
1) Mengembangkan kompetensi dasar siswa agar menjadi manusia

yang kompetetif, bermoral berhati baik, berperilaku baik dan

berpikiran baik.

2) Memperbaiki karakter siswa yang berpikiran negatif.

3) Membangun kompetensi siswa agar dapat menyaring nilai-nilai

yang tidak sesuai dengan budaya bangsa, dan memiliki sikap

percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya.29

a. Fungsi Pendidikan Karakter

Adapun fungsi dari pendidikan karakter dapat diketahui

melalui keberhasilan program pendidikan karakter melalui pencapaian

indikator oleh peserta didik, yaitu:

1) Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap

perkembangan remaja.

2) Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri.

3) Menunjukkan sikap percaya diri.

4) Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan

yang lebih luas.

5) Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras dan golongan

sosial ekonomi dalam lingkup nasional.

6) Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar.

7) Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan

29
Muhammad Ilyas Ismail, 2012, Pendidikan Karakter Suatu Pendekatan Nilai, Makasar:
Alauddin University Press, hlm. 43

4
inovatif.

8) Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai

dengan potensi yang dimiliknya.

9) Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan

masalah dalam kehidupan sehari-hari.

10) Mendeskripsikan gejala alam dan sosial.

11) Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab.

12) Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan

bermasyarakat.

13) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun.

A. Literasi Al-Qur’an

literasi al-Qur’an adalah suatu keterampilan atau kemampuan yang

terdapat pada seseorang dalam penguasaan membaca al-Qur’an, memahami

pesan-pesan atau risalah yang terkandung dalam al- Qur’an, memahami

tujuannya, riwayat dan tafsirannya serta memahami setiap ayat yang dibaca

termasuk didalamnya pendidikan akhlak.30

1. Pengertian Literasi

Literasi dipandang sebagai kemampuan membaca dan menulis.

Orang yang dapat dikatakan literat dalam pandangan ini adalah orang

mampu membaca dan menulis atau bebas buta huruf. Pengertian literasi

selanjutnya berkembang menjadi kemampuan membaca, menulis,

berbicara dan menyimak. Sejalan dengan perjalanan waktu, definisi

30
Solehuddin, Keefektifan Program Literasi Al-Qur ’an di Sekolah-Sekolah Swasta non-
Agama dalam Kerangka Penguatan Karakter (Kajian di Jawa Barat) 2018. 170

5
literasi telah bergeser dari pengertian yang sempit menjadi pengertian

yang lebih luas mencakup berbagai penting lainnya. Perubahan ini

disebabkan oleh berbagai fatkor, Baik faktor perluasan makna akibat

semakin luas penggunaannya, perkembangan teknologi informasi dan

teknologi, maupun perubahan analogi.31

2. Tujuan Literasi

Adapun tujuan dari literasi diantaranya ialah sebagai berikut:

a. Menggunakan strategi yang tepat selama membaca dan

menulis sehingga mampu membaca dan menulis secara

mandiri.

b. Termotivasi untuk senantiasa berliterasi.

c. Mentransfer apa yang dipelajarinya pada situasi baru.

d. Bertahan ketika menghadapi tugas yang sulit

e. Menetapkan tujuan pribadi dan menilai kemajuan, serta

ketercapaian tujuan tersebut.


f. Memanfaatkan potensi yang dimiliki dan senantiasa

mengembangkan kemampuan baru.

g. Berfikir secara mandiri (THE Ontario Ministry of Education,

2006).32
Dari berbagai macam tujuan literasi diatas dpat disimpulkan bahwa

dengan adanya tujuan literasi dapat meningkatkan kepahaman seseorang

dan dapat mengambil inti sari dari suatu bacaan.

31
Abidin, Yunus, dkk Pembelajaran Literasi Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi
Matematikaa, Sains, Membaca, dan Menulis (Jakarta : Bumi Aksara 2017) 7.
32
Abidin, Yunus, dkk, Pembelajaran Literasi (Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi

6
3. Asas Dasar Penilaian Literasi

a. Berpikir Kritis, merupakan pertimbangan aktif, terus menerus, dan

teliti terhadap sebuah keyakinan atau pengetahuan yang diterima,

berdasarkan alasan yang mendukungnya dan kesimpulan lanjutan yang

menjadi kecenderungannya.

b. Berfikir Kreatif, Senatiasa dihubungkan dengan keterampilan berpikir

kritis dan pemecahan masalah.

c. Berpikir pemahaman masalah, merupakan tujuan utama proses

pendidikan berbagai negara di dunia. Hal ini sejalan dengan keyakinan

bahwa pemerolehan dan peningkatan kompetensi pemecahan masalah

menjadi dasar bagi siswa untuk belajar dimasa depan, berpartisipasi

secara efektif dalam masyarakat, serta untuk melakukan berbagai

kegiatan pribadinya.

4. Prinsip-Prinsip Literasi

Adapun prinsip-prinsip literasi diantaranya ialah sebagai berikut:

a. Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang

dapat diprediksi

b. Program literasi yang baik bersifat berimbang

c. Program literasi terintegrasi dengan kurikulum

d. Kegiatan membaca dan menulis dapat dilakukan kapan pun

e. Kegiatan literasi mengembangkan budaya lisan

f. Kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaran terhadap

keberagaman33

33
Abidin, Yunus, dkk, Pembelajaran Literasi (Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi

7
Dari beberapa macam prinsip diatas dapat dismpulkan bahwa dengan

adanya prinsi-prinsip literasi ini dapat menjadi sebuah pedoman untuk

berpikir seseorang atau untuk bertindak.

5. Manfaat Literasi

Adapun manfaat literasi diantaranya ialah sebagai berikut:

a. Meningkatkan pengetahuan akan kosa kata.

b. Menambah wawasan.

c. Mempertajam diri dalam menangkap suatu informasi dari sebuah bacaan.

d. Melatih kemampuan berpikir dan menganalisa.

e. Melatih fokus dan konsentrasi.

f. Melatih diri untuk bisa menulis dan merangkai kata dengan bijak.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan adanya manfaat

literasi ini dapat mengoptimal;kan kinerja otak karena sering digunakan

untuk kegiatan membaca dan menulis dan meningkatkan pemahaman akan

semakin meningkat.

6. Pengertian Al-Qur’an

Secara etimologi ( Bahasa ) diambil dari kata ‫ َيْقَر ُأ‬- ‫ َقَر َأ‬yang berarti

sesuatu yang dibaca, arti ini mempunyai makna anjuran kepada umat Islam

untuk membaca Al-Qur’an. Al-Qur’an juga bentuk mashdar dari ‫ قراءة‬yang

berarti menghimpun dan mengumpulkan. Dikatakan demikian Al-Qur’an

menghimpun beberapa huruf, kata, dan kalimat secara tertib sehingga

tersusun rapi dan benar.34

Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis (Jakarta : Bumi Aksara 2017) 226-280.
34
M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan

8
Sedangkan secara terminologi (Istilah) menurut para ahli diantaranya

ialah:

a. Menurut Quraish Shihab

Al-Qur’an memberikan petunjuk dalam persoalan- persoalan

akidah, syariah dan akhlak, dengan jalan meletakan dasar-dasar

prinsip mengenai persoalan tersebut dan Allah SWT menugaskan

Rasul saw untuk memberikan keterangan yang lengkap mengenai

dasar-dasar itu, dan disamping keterangan yang diberikan oleh

Rasulullah Saw, Allah memerintahkan pula kepada umat manusia

seluruhnya agar memperhatikan dan mempelajari Al-Qur’an.

b. Menurut Kalangan Para Ushul Fiqih, Fiqih dan Bahasa Arab.

Kalam allah yang diturunkan kepada Nabinya, Muhammad yang

lafazh-lafazhnya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai nilai

ibadah, yang diturunkan secara mutawatir, dan yang ditulis pada mushaf,

mulai dari surat Al- Fatihah (1) sampai akhir surat An-Nas (114).35

Dengan demikian dapat disimpulkan dari beberapa pendapat diatas

bahwa Al-Qur’an itu ialah diturunkan kepada Rasulullah Saw yang

diturunkan secara mutawatir atau tanpa adanya keraguan, kemudian

sebagai mukzizat bagi Rasulullah Saw, menjadi pedoman hidup manusia,

dan orang yang membacanya memperoleh pahala

Al-Qur'an adalah wahyu atau kalam Allah Swt, semua definisi yang

diberikan ahli, selalu diawali dengan penyebutan Al-Qur'an sebagai

Masyarakat (Bandung : PT Mizan Pustaka 1992) 45-46


35
Anwar Rosihon. UlumulAl-Qur'an (Bandung : Cv Pustaka 2007) 31-34.

9
kalam atau wahyu Allah. Alqur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad

Saw. Ini menunjukan bahwa kalam atau wahyu Allah yang diturunkan

kepada nabi dan rasul Allah yang lain tidak dapat dinamakan Al-Qur'an.

Sebab, seperti ditegaskan sebelum ini, Al-Qur'an adalah nama khusus

yang diberikan Allah terhadap kitab sucinya yang diturunkan kepada

Nabi Muhammad Saw. Al-Qur'an disampaikan melalui Malaikaat Jibril,

semua ayat Al-Qur'an diwahyukan dengan perantaraan Malaikat Jibril.

Dan Al- Qur'an diturunkan dalam bentuk lafal Arab.36

7. Tujuan pokok Al-Qur’an

a. Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia

yang tersimpul dalam keimanan akan kesan tuhan dan kepercayaan

akan kepastian adanya hari pembalasan.

b. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan

norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia

dalam kehidupannya secara individual atau kolektif.

c. Petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan

dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam

hubungannya dengan tuhan dan sesamanya.10

8. Keutamaan membaca al-Qur'an

Adapun keutamaan membaca Al-Qur'an, diantaranya ialah sebagai

berikut :

a. Menjadi manusia yang terbaik

Sebagaimana hadits Nabi yang diriwayatkan dari Utsman, bahwa


36
Amin Suma, Muhammad. Ulumul Qur'an (Jakarta : Rajawali Pers 2014)

1
0
Rasulullah Saw bersabda :

Artinya:“Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar

dan mengajarkan al-Qur'an.” (HR. Al-

Bukhari).37

b. Mendapat kenikmatan tersendiri

c. Mendapatkan derajat yang Tinggi disisi Allah

d. Bersama dengan para Malaikat yang mulia derajatnya

Sebagaimana sabda Nabi Saw yang diriwayatkan dari Aisyah:

Artinya:“Orang yang mahir membaca Al-Qur'an kedudukannya

bersama para malaikat yang suci dan taat, sedang orang yang susah

bacaanya dan berat lisannya mendapat dua pahala.” (HR Muslim).38

e. Mendapatkan Syafa'at Al-Qur'an

f. Mendapatkan Kebaikan dari Membaca al-Qur'an

g. Mendapatkan Keberkahan al-Qur'an

Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh ibnu Abbas

Rasulullah Saw bersabda :


Artinya: “Sesungguhnya orang yang tidak ada dalam

perutnya sesuatu dari al-Qur'an bagaikan rumah

kosong (dari penghuni)” .( HR. At-

Tirmidzi).39

9. Adab membaca Al-Qur’an

a. Berguru secara Musyafahah

b. Niat membaca dengan ikhlas

37
Al-Bukhariy, Kitab Fadhail Al-Qur ’an bab Khairukum Man Ta ’alam Al- Qur ’an, Hadis
Ke 4639
38
Imam Muslim, Kitab Al-Musafirin wa Qashruha, no. 244, bab. 38
39
Abdul Majid Khon. Praktikum Qira’at Keanehan Bacaan al-Qur’an Qiraa'atAshim dari
Hafash (Jakarta : Sinar Grafika Offset) 55-59

1
1
c. Dalam keadaan bersuci

Sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Waqi’ah (56) ayat 79

Artinya: “ tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-

hamba yang disucikan” ( QS. Al-Waqi'ah (56): 79)40

d. Memilih tempat yang pantas dan suci

e. Menghadap kiblat dan berpakaian sopan

f. Membaca Ta'awwudz

Sebagaimana Firman Allah dalam QS An-Nahl ayat 98

Artinya: Maka apabila engkau (Muhammad) hendak

membaca Al-Qur'an, mohonlah perlindungan kepada

Allah dari setan yang terkutuk (QS An- nahl (16): 98).41

g. Membaca al-Qur'an dengan tartil

h. Tidak dipotong dengan pembicaraan lain 42


Dengan demikian dapat disimpulkan dari beberapa adab membaca

Al-Qur’an diatas ialah Segala perbuatan yang dilakukan manusia

memerlukan etika dan adab untuk melakukannya, apalagi membaca Al-

Qur'an yang meiliki nilai yang sangat sakral dan beribadah agar mendapat

ridha dari Allah Swt yang dituju dalam ibadah tersebut.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa literasi Al- Qur’an

adalah suatu keterampilan atau kemampuan yang terdapat pada seseorang

dalam penguasaan membaca Al-Qur’an, memahami pesan-pesan atau

risalah yang terkandung dalam Al-Qur’an, memahami tujuannya, riwayat

dan tafsirannya serta memahami setiap ayat yang dibaca termasuk


40
Al-Qur;an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, (Bandung : Qordoba, 2018)
41
Al-Qur;an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, (Bandung : Qordoba, 2018)
42
Abdul Majid Khon. Praktikum Qira’at Keanehan Bacaan al-Qur’an Qiraa'atAshim dari
Hafash (Jakarta : Sinar Grafika Offset), 35-45.

1
2
didalamnya pendidikan akhlak.43

43
Solehuddin, Keefektifan Program Literasi Al-Qur’an di Sekolah-Sekolah Swasta non-
Agama dalam Kerangka Penguatan Karakter (Kajian di Jawa Barat) 2018. 170

1
3
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis

penelitian deskriptif analitik. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang

digunakan untuk mengkaji atau meneliti suatu objek yang alamiah tanpa ada

manipulasi dan tanpa penggunaan hipotesis, dengan metode-metode yang

alamiah ketika hasil penelitian yang diharapkan bukanlah generalisasi

berdasarkan kuantitas tetapi berdasarkan kualitas. 1Penelitian kualitatif

digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti adalah

sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data secara triangulasi, analisis

data bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada

generalisasi.44

Metode kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti ilmu-

ilmu sosial dengan mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata

baik lisan maupun tulisan serta perbuatan-perbuatan manusia tanpa

menggunakan penghitungan atau kuantitas data kualitatif yang telah diperoleh


45
dan dengan demikian tidak menganalisis angka-angka. Dari pengertian

tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian

yang digunakan pada objek yang alamiah sehingga peneliti melakukan

penelitian secara mendalam karena objek bersifat apa adanya tidak

dimanipulasi dan menekankan hasil secara kualitas bukan secara generalisasi.

44
Andi Prastowo, 2016, Metode Penelitian Kualitatif, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, hlm. 67.
45
Afrizal, 2015, Metode Penelitian Kualititif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan
Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta : Raja Grafindo Persada, hlm. 7

1
4
Jenis metode penelitian yang dipilih adalah deskriptif analitis, adapun

pengertian dari metode deskriptif analitis adalah suatu metode yang berfungsi

untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti

melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. 4

Dengan kata lain penelitian deskriptif analitis mengambil masalah atau

memusatkan perhatian kepada masalah-masalah sebagimana adanya saat

penelitian dilaksanakan, hasil penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis

untuk mengambil kesimpulannya.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Adh-Dhuhaa yang berlokasi di

Jalan Mangesti Luhur No.10 Desa Gentan Kecamatan Baki Kabupaten

Sukoharjo didirikan oleh Ustadz Heru Utomo S.Pd.I.,M.Pd.,Ustadz Heri

Susanto S.Pd.I. dan Ustadz Mundofir S.Pd.I.,M.Pd. pada tanggal 15 juni 2006.

Pemilihan lokasi ini karena memiliki keunikan, yaitu sebagai salah satu

Sekolah Menengah Atas (SMA) yang menerapkan pembelajaran pendidikan

karakter berbasis literasi quran. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan 11

Februari sampai dengan 11 Mei 2022.

B. Data dan Sumber Data

Sumber data adalah sumber dari mana data tersebut diperoleh. Sehingga,

untuk mendapatkan data yang relevan dengan permasalahan ini data yang

diambil meliputi sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data

1
5
primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan

dicatat untuk pertama kalinya.

Menurut Lofland dalam Maleong, sumber data utama dalam penelitian

kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen dan lain-lain. Data yang diperoleh dari penelitian kualitatif

adalah semua fakta-fakta yang dinarasikan dan tidak dapat diukur dengan

angka. Sehingga dalam perolehan data lebih mementingkan perspektif emic

artinya lebih mementingkan pandangan informan, sehingga peneliti tidak

dapat memaksakan kehendaknya.46

Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu Kepala Sekolah SMA

Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo atau elemen-elemen yang ada di

pondok pesantren. Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang bukan

diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari majalah,

keterangan-keterangan atau publikasi. Sumber data sekunder dalam penelitian

ini adalah berupa data-data tertulis seperti data sekolah, guru, karyawan dan

siswa, struktur organisasi, daftar inventaris serta buku-buku penunjang dan

lain sebagainya

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, tujuan utama dari pengumpulan data adalah mendapatkan

data.47Penelitian ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai

berikut:

46
Lexy Moleong, 2006, Metode Peneltian Kualitatif, Bandung : Pt Remaja Rosdakarya,
47
Sugiono, 2015, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta, hlm. 67

1
6
1. Teknik Pengamatan (observasi)

Teknik Observasi atau pengamatan adalah alat pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik

gejala-gejala yang diselidiki. Teknik dalam penelitian ini yang digunakan

dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan, yaitu suatu proses

pengamatan yang dilakukan observer dengan tidak ikut ambil bagian

dalam kehidupan orang-orang yang di observasi dan terpisah

kedudukannya sebagai pengamat. 48

Dengan demikian, observasi sebagai ilmiah dilakukan dengan

pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap kajian-kajian yang

diselidiki. Dalam penelitian ini observasi digunakan untuk mengamati

manajemen pendidikan karakter berbasis literasi qur’an di Pondok

Pesantren Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo Tahun Pelajaran

2021/2022.

2. Teknik Wawancara (Interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)

yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu.49

Dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara terstruktur.

Wawancara ini dilakukan oleh peneliti dengan cara terlebih dahulu

membuat pedoman wawancara. Wawancara akan dilakukan dengan kepala

48
Suharsimi Arikunto, 2013, Prosedur-Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, hlm.49
49
9Lexy J. Moleong, 2010, Metodologi Peneletian Kualitatif, Badung: Rosda, hlm. 186

1
7
sekolah, guru dan siswa SMA Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo

Tahun Pelajaran 2022/2023 untuk mendapatkan data mengenai manajemen

pendidikan karakter berbasis budaya religius pada SMA Adh-Dhuhaa

Gentan, Baki, Sukoharjo Tahun Pelajaran 2022/2023, hasil peningkatan

pendidikan karakter berbasis budaya religius pada SMA Adh-Dhuhaa

Gentan, Baki, Sukoharjo Tahun Pelajaran 2022/2023.

3. Teknik Dokumentasi

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang.50Dokumentasi menurut sugiyono adalah suatu

cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk

buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta

keterangan yang dapat mendukung penelitian.11 Dokumentasi digunakan

untuk mengumpulkan data kemudian ditelaah.

Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan data terkait

manajemen pendidikan karakter berbasis budaya religius pada SMA Adh-

Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo Tahun Pelajaran 2022/2023.

4. Uji Keabsahan Data

Salah satu syarat bagi analisis data adalah dimilikinya data yang valid

dan reliabel. Oleh karena itu,dalam kegiatan penelitian kualitatif pun

dilakukan strategi validasi data. Objektivitas dan keabsahan data penelitian

dilakukan dengan melihat reliabilitas dan validitas daya yang diperoleh. Agar

dapat terpenuhinya validitas data dalam penelitian kualitatif, Guba dalam

bukunya Muhammad Idrus, menyarankan tiga teknik agar dapat memenuhi


50
Sugiyono, 2010, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 240

1
8
kriteria validitas dan reabilitas, yaitu: memperpanjang waktu tinggal,

observasi lebih tekun, dan melakukan triangulasi. Denzin dalam buku yang

sama mengungkapkan lebih lanjut bahwa triangulasi yang dimaksud antara

lain: menggunakan sumber lebih dari satu/ganda, menggunakan peneliti lebih

dari satu/ganda, dan menggunakan teori yang berbeda-beda.

Dalam penelitian kualitatif dikenal dengan istilah data jenuh. Data

jenuh artinya kapan dan dimanapun ditanyakan pada informan (triangulasi

data), dan pada siapapun pertanyaan sama diajukan (triangulasi subjek), hasil

jawaban tetap konsisten sama. Pada saat itulah cukup alasan bagi peneliti

untuk menghentikan proses pengumpulan data.51 Pada penelitian ini,

triangulasi yang digunakan peneliti adalah triangulasi sumber. Triangulasi

sumber data dilakukan dengan cara peneliti berusaha membandingkan

informasi yang dikatakan oleh informasi dan data hasil pengamatan dengan

hasil wawancara.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam

periode tertentu. Analisis data dilakukan secara interaktif dan terus menerus

sampai tuntas sehingga diperoleh data yang kredibel. 52Langkah-langkah

analisis data dalam penelitian ini mengacu pada model Miles dan Huberman

adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

51
Muhammad Idrus, 2011, Metode Penelitian Ilmu Sosial, Jakarta : Pustaka Raya, hlm. 145
52
Muhammad Idrus, 2011, Metode Penelitian Ilmu Sosial, hlm. 145

1
9
Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara

dan dokumentasi yang kemudian disajikan dalam catatan lapangan (field

note). Peneliti mengumpulkan data tentang manajemen pendidikan

karakter berbasis budaya religius pada SMA Adh-Dhuhaa Gentan, Baki,

Sukoharjo.

2. Reduksi Data

Data yang diperoleh dilapangan jumlahnya semakin banyak,

kompleks dan rumit maka perlu segera dilakukan analisis data melaui

reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya jika diperlukan.

Data yang terkumpul dalam catatan lapangan, kemudian data

tersebut dianalisis, disusun dan diolah data yang perlu digunakan dan tidak

perlu digunakan sehingga data tersebut dapat dipahami maksudnya.

3. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya menyajikan data.

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk table, grafik, phic chard,

pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data, maka data dapat

terorganisirkan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin

mudah dipahami. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya.

Dengan menampilkan data akan memudahkan untuk memahami

2
0
apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang

telah dipahami tersebut.14 Data yang telah direduksi, kemudian disajikan

oleh penulis dalam poin-poin tentang manajemen pendidikan karakter

berbasis budaya religius pada SMA Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo

Tahun Pelajaran 2022/2022.

4. Verifikasi dan Penarikan Simpulan

Langkah selanjutnya adalah penarikan simpulan atau verifikasi.

Simpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Selanjutnya penulis melakukan penafsiran data yang berfungsi

untuk menarik simpulan dari data yang telah dikumpulkan dengan cara

menggabungkan informasi dari hasil wawancara, pengamatan, dan

dokumentasi.

2
1
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa

Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa Gentan Baki Sukoharjo didirikan oleh


Ustadz Heru Utomo S.Pd.I.,M.Pd.,Ustadz Heri Susanto S.Pd.I. dan Ustadz
Mundofir S.Pd.I.,M.Pd. pada tanggal 15 juni 2006, ketiganya sebelum
mendirikan Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa adalah salah satu pengurus salah
satu pondok pesantren di Solo, Pengalaman jadi pengasuh serta keprihatinan
atas anak yatim menjadi motivasi tersendiri untuk mendirikan pondok
pesantren yang dalam hal ini adalah Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa. Setelah
berdiri, beberapa orang bergabung untuk melengkapi struktur yayasan beliau-
beliau adalah Ustadz Muhammad Ilyas, Ustadz Ali Ridho, Ustadz Slamet
Sugiarto, Ibu Hj. Soekardi, Ibu Hj. Lestari dan Keluarga Bapak Soegondo.
Sebelum menempati pondok pesantren yang sekarang, lokasi Pondok
Pesantren Adh-Dhuhaa sering berpindah-pindah awalnya di desa Windan lalu
pindah ke Gentan tetapi masih menempati rumah milik seseorang yang
memilih tinggal di luar negeri, seseorang tersebut mengikhlaskan tempatnya
untuk segala kegiatan pondok pesantren tetapi tidak hak milik sempai kurang
lebih 2 tahun, selama itu juga tingkat kepercayaan masyarakat sangat tinggi
sehingga donasi dari para donator juga tinggi dan adanya wakaf tanah
akhirnya pada tanggal 26 Februari 2008 terbit akte pendirian No.01 oleh
notaries Nur Wakhidah SH, M.Kn Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa berdiri.
Pada mulanya Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa adalah pondok anak
yatim yang santri awalnya kurang dari 5 orang karena kurangnya tingkat
kepercayaan masyarakat pada waktu itu dan perekonomian pondok pesantren
pada waktu itu sangat berpengaruh terhadap jumlah santri hal ini berlangsung
beberapa tahun, seiring berjalannya waktu munculah inisiatif untuk menacari
donator serta pendekatan persuasive kepada masyarakat dengan berbagai

2
2
program yang sesuai dengan harapan masyarakat sehingga jumlah santri yatim
semakin bertambah dan perekonomian Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa yang
dulu hanya untuk anak yatim sekarang meluas merambah dhuafa.
Dengan berkembangnya Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa ini
berkembang pula berbagai inovasi sehingga memperluas mitra maka pimpinan
Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa (Ustadz Heru Utomo S.Pd.I.,M.Pd.)
berinisiatif untuk membuka lembaga pendidikan yang selanjutnya disetujui
dalam forum rapat pengurus yayasan pada tanggal 14 April 2010 maka
didirikanlah Sekolah Menengah Adh-Dhuhaa (SM Adh-Dhuhaa) dengan
system boarding (berasrama) pada tahun ajaran 2010/2011. Sekolah Menegah
Adh-Dhuhaa (SM Adh-Dhuhaa) merupakan sekolah satu atap dengan pondodk
pesantren (system boarding) khusus anak yatim,piatu dan dhuafa.
Penyelenggaraan Sekolah Menengah Tingkat Pertama dan Atas (SMP
dan SMA) Adh-Dhuhaa yang dikemas dan dikelola secara Islamic Boarding
School hal tersebut juga sebagai wadah untuk menerapkan pendidikan yang
utuh, perpanduan antara pendidikan umum dan pesantren dan juga untuk lebih
memaksimalkan potensi santri Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa.
Sekolah Menengah Adh-Dhuhaa (SM Adh-Dhuhaa)
menyelenggarakan sebuah wadah berupa sekolah khusus bagi anak didik
yatim, piatu dan dhuafa yang mukim di Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa
2. Letak Geografis SMA Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo.

SMA Adh-Dhuhaa berada di jalan Mangesti Luhur No.10 Desa Gentan


Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo dan didirikan diatas tanah 625 M 2
terdiri atas 2 tingkat bangunan untuk sekolah dan 4 tingkat bangunan untuk
asrama.
Adpun batas-batas SMA Adh-Dhuhaa dalam wilayah Desa Gentan
adalah sebagai berikut :
1. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Siwal
2. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Waru
3. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Pajang
4. Sebelah timur berbatasan deang Desa Manang

2
3
Letak SMA Adh-Dhuhaa ditengah-tengah pemukiman warga yang
penduduknya padat dan strategis karena terletak diantara pedesaan dan
perkotaan sehingga akses komunikasi dari desa menuju kota mudah. Jarak
Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa dengan Kelurahan Desa Gentan tidak kurang
dari 3 KM dengan Kecamatan Baki kurang lebih 8 KM dengan mayoritas
penduduk islam.
Gentan merupakan wilayah yang maju karena berada ditengah-tengah
penduduk yang berkembang dan modern dapat terlihat dari lokasi Pondok
Pesantren Adh-Dhuhaa, perdagangan yang sifatnya tradisional dan modern,
sehingga perekonomian warga desa Gentan rata-rata menengah keatas. Hal ini
sangat menunjang keberlangsungan Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa dengan
segala program-programnya karena salah satu diantaranya adalah
entrepreneurship dengan berjulan susu kedelai dari perumahan ke perumahan.
3. Visi dan Misi SMA Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo.

Visi dan Misi SMA Adh-Dhuhaa


1) Visi
Mempersiapkan generasi mandiri yang cerdas serta memiliki dasar
ilmu syar’i, berwawasan luas, berkarakter kuat dan prefesional.
2) Misi
a) Mewujudkan pendidikan formal untuk anak asuh didalam panti
setara SMP dan SMA dengan kurikulum keterpaduan dalam
bingkai islami.
b) Memberikan pendidikan diniyah dalam pembentukan karakter anak
asuh sesuai dengan karakter Nubuwah.
c) Mewujudkan pendidikan keterampilan dan kemandirian sesuai
dengan bakat dan potensi anak asuh.
4. Tujuan SMA Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo.
“Terselenggaranya kegiatan social, pendidikan dan dakwah berbasis
budaya likal dan dalam bingkai keislaman untuk member kontribusi dalam
mewujudkan masyarakat indonesia yang berkeadilan sosial.”
Menyelenggarakan pendidikan menengah atas islam yang mampu

2
4
menggali dan mengembangkan potensi unik setiap anak didik dengan
ditopang bekal pengetahuan, kepribadian dan keterampilan yang memadai,
sehingga mampu mempersiapkan dan mengantarkan anak didik untuk
melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi dengan kemandirian dan skill.

2
5
5. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa

Dewan Syuro Adh-Dhuhaa

Pengasuh
Dr. Heru Utomo
S.Pd.I.,M.Pd.
Wakil Pengasuh
Heri Susanto S.Pd.I.,M.Pd.

Tata Usaha
Ahmad Syahuri S.Kom.

2
6
6. Keadaan Ustadz
SMA Adh-Dhuhaa LKSA Adh-Dhuhaa
Ustadz merupakan hal yang Kesantrian Ma’hadpembentukan
sangat penting dalm Al-Azhar
Eko Priyono S.Pd. Rahma Nur A.Md. Agus Supriyanto S.Pt. Prof. M.Ilyas Hasan
karakter seorang santri akan terbentuknya seubuak karakter yang baik. Pondok
Pesantren Adh-Dhuhaa dalam manajamen pendidikan karakter di kelola ustadz
Kurikulum SMA Fundrising Wali Asuh Santri Madrasah Diniyah
Adi Susilo S.Pd. danMuhammad
ustadzah yang sesuai dengan potensi dan kualifikasinya.
Hadi Anshori Khusnul K
Berikut ini daftar nama ustadza dan ustadzah yang mengelola
pembelajaran di Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa Gentan,Baki,Sukoharjo.()
Dapodik Sekolah Majalah Adh-Dhuhaa Wali Asuh Ma’had Ali
Novi Prasetyo S.Pd. .Slamet Sugiarto A.Ma Program Al-Azhar

2
7
7. Keadaan Siswa
Santri merupakan obyek yang menjadi sasaran pelaksanaan program-program
pondok pesantren dalam hal ini menjadi sasaran manajemen pendidikan karakter
berbasis literasi qur’an. Jumlah santri Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa Gentan,
Baki, Sukoharjo ada …….. santri yatim, piatu dan dhuafa setara SMA dengan
berbagai latar belakang berbeda-beda.

2
8
8. Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan factor yang sangat penting dalam
menunjang segala aktivitas semua elemen Pondok Pesantren sehingga dapat
terciptanya suasana belajar santri dan dalam mewujudkan keberlangsungan
program kegiatan yang terdapat Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa. Sarana dan
prasarana di Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa antara lain :

No Nama Barang Jumlah


1 Ruang Tamu 1
2 Ruang Tata Usaha 1
3 Kantor Pengasuh 1
4 Ruang Pengasuh 2
5 Perpustakaan 1
6 Smart Class 1
7 Masjid 1
8 Kantin 1
9 Lab.Komputer dan Bahasa 1
10 Santrimart 1
11 Gudang 1
12 Dapur 1
13 Aula 1
14 Kamar Mandi 14
15 Jemuran 2
16 Lab.Biologi 1
17 Ruang BK 1
18 Ruang Kelas 6
19 Kantor Guru 1
20 Ruang Kepala Sekolah 1
21 Kamar Santri 6
22 Kamar Alumni 4
23 Ruang Ganti 1

2
9
24 UKS 1
25 Tempat Wudhu 2
26 Kamar Tamu 1
27 Parkir 2

3
0
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian
1. Manajemen Pendidikan Karakter Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa
Gentan, Baki, Sukoharjo Berbasis Literasi Qur’an.
Dari temuan yang meneliti tentang manajemen pendidikan karakter
peneliti menemukan bahwasannya ada karakter yang ditanamkan di Pondok
Pesantren Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo yang biasa disebut dengan 3
Panca Pesantren Adh-Dhuhaa :
a. PANCA JIWA

1) Jiwa Keikhlasan
Jiwa ini berarti sepi ing pamrih, yakni berbuat sesuatu bukan karena
didorong oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan tertentu. Segala
perbuatan dilakukan dengan niat semata-mata untuk ibadah, lillah. Kyai ikhlas
medidik dan para pembantu kyai ikhlas dalam membantu menjalankan proses
pendidikan serta para santri yang ikhlas dididik.
Jiwa ini menciptakan suasana kehidupan pondok yang harmonis antara
kyai yang disegani dan santri yang taat, cinta dan penuh hormat. Jiwa ini
menjadikan santri senantiasa siap berjuang di jalan Allah, di manapun dan
kapanpun.
2) Jiwa kesederhanaan
Kehidupan di SMA Adh-Dhuhaa diliputi oleh suasana kesederhanaan.
Sederhana tidak berarti pasif atau nerimo, tidak juga berarti miskin dan melarat.
Justru dalam jiwa kesederhanan itu terdapat nilai-nilai kekuatan, kesanggupan,
ketabahan dan penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup.
Di balik kesederhanaan ini terpancar jiwa besar, berani maju dan pantang
mundur dalam segala keadaan. Bahkan di sinilah hidup dan tumbuhnya mental
dan karakter yang kuat, yang menjadi syarat bagi perjuangan dalam segala segi
kehidupan.
3) Jiwa Berdikari
Berdikari atau kesanggupan menolong diri sendiri merupakan senjata
ampuh yang dibekalkan pesantren kepada para santrinya. Berdikari tidak saja
berarti bahwa santri sanggup belajar dan berlatih mengurus segala kepentingannya

3
1
sendiri, tetapi pondok pesantren itu sendiri sebagai lembaga pendidikan juga harus
sanggup berdikari sehingga tidak pernah menyandarkan kehidupannya kepada
bantuan atau belas kasihan pihak lain. Pondok tidaklah bersifat kaku, sehingga
menolak orang-orang yang hendak membantu. Semua pekerjaan yang ada di
dalam pondok dikerjakan oleh kyai dan para santrinya sendiri, tidak ada pegawai
di dalam pondok.
4) Jiwa Ukhuwwah Islamiah
Kehidupan di SMA Adh-Dhuhaa diliputi suasana persaudaraan yang
akrab, sehingga segala suka dan duka dirasakan bersama dalam jalinan ukhuwwah
Islamiah. Tidak ada dinding yang dapat memisahkan antara mereka. Ukhuwah ini
bukan saja selama mereka di Pondok, tetapi juga mempengaruhi ke arah persatuan
ummat dalam masyarakat setelah mereka terjun di masyarakat.
5) Jiwa Bebas
Bebas dalam berpikir dan berbuat, bebas dalam menentukan masa depan,
bebas dalam memilih jalan hidup, dan bahkan bebas dari berbagai pengaruh
negatif dari luar, masyarakat. Jiwa bebas ini akan menjadikan santri berjiwa besar
dan optimis dalam menghadapi segala kesulitan. Hanya saja dalam kebebasan ini
seringkali ditemukan unsur-unsur negatif, yaitu apabila kebebasan itu
disalahgunakan, sehingga terlalu bebas (liberal) dan berakibat hilangnya arah dan
tujuan atau prinsip.
Sebaliknya, ada pula yang terlalu bebas (untuk tidak mau dipengaruhi),
berpegang teguh kepada tradisi yang dianggapnya sendiri telah pernah
menguntungkan pada zamannya, sehingga tidak hendak menoleh ke zaman yang
telah berubah. Akhirnya dia sudah tidak lagi bebas karena mengikatkan diri pada
yang diketahui saja.
Maka kebebasan ini harus dikembalikan ke aslinya, yaitu bebas di dalam
garis-garis yang positif, dengan penuh tanggungjawab; baik di dalam kehidupan
pondok pesantren itu sendiri, maupun dalam kehidupan masyarakat.
Jiwa yang meliputi suasana kehidupan SMA Adh-Dhuhaa itulah yang
dibawa oleh siswa sebagai bekal utama di dalam kehidupannya di masyarakat.
Jiwa ini juga harus dipelihara dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya.

3
2
b. PANCA BINA

1) Bertaqwa kepada Allah SWT


Para santri tekun beribadah dengan kesadaran dirinya bukan karena para
guru atau bagian keamanan, tapi karena aqidah yang kokoh. Setip waktu shalat
fardlu, sanri mengikuti shalat dengan berjama’ah. Para siswa rela dan ikhlas turut
membantu pesantren dengan moril dan materil.
2) Berakhlak Mulia
Penampilan santri tampak sopan dan taat melakukan disiplin pesantren.
Merendah dan taat pada gurunya, sesame teman, santri bergaul dengan baik dan
sopan.
3) Berbadan Sehat
Para santri dalam kesibukan sehari- hari tetap menjaga badannya dengan
berolah raga dan kegiatan- kegiatan lainnya, karena pepatah mengatakan “akal
yang sehat terdapat pada badan yang sehat”. Kegiatan olahraga di SMA Adh-
Dhuhaa antara lain: Volley ball, senam santri, bulu tangkis, sepak bola, seni bela
diri, sepak takraw, bola basket, futsal dan lain- lain. Keterlibatan siswa pada
olahraga merupakan barometer perhatiannya pada kesehatan badannya.
4) Berpengetahuan Luas
Dalam hal pendidikan tertentu ilmu santri dibandingkan ilmu siswa di
madrasah- madrasah tidal kalah. Terutama dalam pemahaman dan pengertian ilmu
agama. Memahami dan menggunakan Bahasa Arab sebagai bahasa agama Islam
dan Bahasa Inggris sebagai bahasa Internasonal sebagai jendela ilmu.
5) Kreatif dan Terampil
Sejak pertama santri tinggal di Pesantren, sejak itu pula santri diberi
kesempatan untuk mengembangkan kretifitas dan keterampilannya. Para siswa
diberikan ruang kebebasan dalam mengekspresikan bakat melalui ruang kelas
yang mereka dengan berbagai tulisan dan corak yang mereka sukai dan
mengandung makna yang sangat mendalam dalam proses menuntul ilmu.

c. PANCA DHARMA

3
3
1) Ibadah
Yang pertama, adalah ibadah. Dasar ketaqwaan kepada Allah Subhaanahu
Wata’ala. Pun dengan ajaran yang pertama kali diserukan oleh Nabi Muhammad
adalah tauhid kepada Allah, yakni yakni menyembah dan beribadah hanya kepada
Allah.
Setiap sesuatu, terutama yang baik, harus diniati dengan sebagai ibadah.
Ibadah di dalam Islam tidak disyari’atkan untuk mempersempit atau mempersulit
manusia, dan tidak pula untuk menjatuhkan di dalam kesulitan. Akan tetapi
ibadahitu disyari’atkan untuk berbagai hikmah yang agung, kemashlahatan besar
yang tidak dapat dihitung jumlahnya. Pelaksanaan setiap sesuatu dalam Islam
yang bersunsur ibadah adalah mudah.
2) Ilmu
Yang kedua, adalah ilmu. Setelah seorang hamba mengabdikan dirinya
kepada sang pencipta makhluk dalam hal ibadah, maka yang wajib dilakukan
adalah menuntut ilmu. Ilmu sebagai alat, merupakan sarana untuk meningkatkan
pemahaman manusia tentang satu atau berbagai hal.
Jika tanpa ilmu, nilai ibadah akan menjadi rusak. Begitu pula sebaliknya.
Seperti yang telah Allah sebutkan dalam surat Al-Fatihah, orang-orang yang
dimurkai, adalah mereka yang berilmu dan berakal, namun enggan bersyukur
kepada sang pencipta dengan cara ibadah. Serta mereka yang beribadah, namun
terjerumus dalam kesesatan karena beribadah tanpa didasari dengan ilmu.
3) Amal
Yang ketiga, adalah amal. Amal menjadi sebuah keharusan, sebagai
pembuktian bahwa kita mengadakan implementasi dari setiap ilmu yang kita
miliki. Dasar atau tolak ukur yang sempura dari sebuah ilmu, adalah ketika ilmu
yang dimiliki senantisa diamalkan. Ketika amal sudah didasari oleh ilmu, maka
ketenangan lah yang akan hadir ketika ibadah.
Ibarat kata, dalam sebuah perumpamaan, disebutkan “ilmu tanpa amal
bagai pohon tak berbuah”, yang berarti jika salah satunya hilang, maka yang lain
akan tidak berarti. Buah tidak akan tumbuh dari selain pohon, dan pohon akan
mati jika tidak berbuah. Ilmu yang tidak diamalkan, maka hilanglah barakah dari

3
4
ilmu tersebut.
4) Dakwah
Yang keempat, adalah dakwah. Ibadah tidak hanya berhenti pada diri
sendiri, bukan kewajiban untuk pribadi. Maka, tugas selanjutnya dari
mengamalkannya untuk diri sendiri, adalah dengan dakwah.
Dakwah berarti memanggil, mengajak, serta melakukan amal-amal
kebaikan yang bermuara pada ketaatan kepada Allah. Mengajak kepada ibadah,
serta menempuh jalan kehidupan sesuai yang telah dituntunkan oleh Allah dan
RasulNya dalam syari’at Islam.
5) Istiqomah
Dan yang terakhir, adalah istiqomah. Tidak berhenti pada dakwah saja,
harus ada pengikat agar setiap hal yang telah dilakukan di atas tetap berjalan dan
terus langgeng. Dan ikatan itu berupa istiqomah.
Istiqomah merupakan keinginan untuk mewujudkan sesuatu secara terus-
menerus. Sesuatu yang baik jika tidak disertai dengan istiqomah, maka ia akan
hilang. Karena perbuatan baik tidak cukup jika hanya dilakukan sekali, tetapi
harus terus diulang. Istiqomah mampu meneguhkan pendirian, memupus
keraguan, dan menghilangkan ketakutan.

2. Literasi Qur’an di Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa Gentan, Baki,


Sukoharjo.
Literasi Al-Qur’an adalah suatu keterampilan atau kemampuan yang
terdapat pada seseorang dalam penguasaan membaca al-Qur’an, memahami
pesan-pesan atau risalah yang terkandung dalam al- Qur’an, memahami
tujuannya, riwayat dan tafsirannya serta memahami setiap ayat yang dibaca.53
a. Pelaksanaan Budaya Literasi Membaca Al-Qur’an

Pelaksanaan program budaya literasi membaca Al-Qur’an di SMA Adh-


Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo sudah berjalan cukup lama dan sudah terlaksana
dengan cukup baik. Hal ini di dasarkan pada hasil wawancara dengan Dr. Heru

53
Solehuddin, Keefektifan Program Literasi Al-Qur’an di Sekolah-Sekolah Swasta non-Agama
dalam Kerangka Penguatan Karakter (Kajian di Jawa Barat) 2018. 170

3
5
Utomo, S.Pd.I.,M.Pd.I. yang menyatakan bahwa.
Latar belakang budaya literasi membaca Al-Quran di Pondok Pesantren
Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo adalah untuk meningkatkan jiwa semangat
belajar, meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa, meningkatkan
ketakwaan sebagai seorang muslim sejati, melatih siswa untuk taat beribadah,
melatih siswa untuk menghafalkan ayat-ayat Al- Qur’an dan membentuk karakter
islami seluruh santri.54
Pelaksanaan program budaya literasi membaca Al-Qur’an di SMP di
Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo ini cukup bervariasi,
sehingga siswa tidak mudah bosan dan tetap semangat dalam melaksanakan
kegiatan ini, hal ini didasarkan pada hasil wawancara dengan Nur Kartika, selaku
penanggung jawab program literasi, beliau menuturkan bahwa:
Setiap pagi kita adakan pembiasaan membaca Al-Qur’an atau budaya
literasi membaca Al-Qur’an, untuk pelaksanaannya kita memberikan waktu
kurang lebih sekitar setengah jam sekitar pukul 07.00 WIB sampai dengan 08.00
WIB kemudian setelah itu siswa-siswi baru memulai kegiatan pembelajaran.
Ketika pelaksanaan budaya literasi membaca Al-Qur’an surah yang dibaca adalah
surah-surah yang ada di Al-Qur’an terutama surat Al-Baqarah. Pada waktu
pelaksanaannya ada santri yang mengkoordinasi atau memimpin melalui pengeras
suara di depan masjid.55
Keberhasilan suatu program tentu tidak terlepas dari peran dan kerja sama
yang baik antara kedua belah pihak. Sebagaimana yang terjadi pada pelaksanaan
budaya literasi membaca Al-Qur’an di Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa Gentan,
Baki, Sukoharjo tentu tidak terlepas dari adanya peran dan sikap bapak ibu guru
terutama bapak ibu guru yang mengajar Pendidikan Agama Islam serta kerja sama
yang baik antara santri dan para ustadz. Berikut hasil wawancara dengan Nur
Kartika:
Untuk pembiasaan atau budaya literasi membaca Al-Qur’an peran
penanggung jawab serta kesantrian adalah mendampingi, mengkoordinasi,

54
Lihat Transkrip Wawancara Nomor 11/W/23-2/2021.
55
Lihat Transkrip Wawancara Nomor 03/W/19-2/2021.

3
6
mengkondisikan serta bertanggung jawab terhadap santri. Bentuk peran guru itu
diwujudkan seperti memilih pemimpin untuk membaca Al-Qur’an di depan
masjid supaya santri mau membaca Al-Qur’an dengan disiplin dan tertib.56
Hal ini juga ditegaskan berdasarkan hasil observasi terhadap sikap guru
terhadap pelaksanaan budaya literasi membaca di Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa
Gentan, Baki, Sukoharjo sebagaimana dituliskan di bawah ini:
Saat pelaksanaan budaya literasi membaca Al-Qur’an atau pembiasaan
literasi qur’an. Penanggung jawab dan kesantrian tidak segan memberikan sanksi
atau hukuman kepada santri yang tidak mau mengikuti kegiatan budaya literasi
membaca Al-Qur’an atau pembiasaan di pagi hari. Sanksi yang diberikan
penanggung jawab dan kesantrian kepada santri-santri bukanlah sanksi fisik,
melainkan sanksi atau hukuman yang bersifat mendidik. Adapun sanksi atau
hukuman yag diberikan adalah membaca Al-Qur’an dengan berdiri di depan
teman-temannya atau membersihkan area masjid yang digunakan untuk
pembelajaran.57
Berdasarkan deskripsi dari hasil wawancara di atas mengenai pelaksanaan
budaya literasi membaca Al-Qur’an di Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa Gentan,
Baki, Sukoharjo dapat disimpulkan bahwa kegiatan budaya literasi membaca Al-
Qur’an ini sudah menjadi kebiasaan atau budaya yang harus diikuti oleh seluruh
santri. Pelaksanaan program budaya literasi membaca Al- Qur’an ini dilatar
belakangi oleh meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an para santri, selain
itu program ini disusun secara bervariasi agar santri tidak mudah merasa bosan.
Untuk mencapai keberhasilan dalam pelaksanaan suatu program budaya literasi
membaca Al- Qur’an diperlukan peran dan sikap guru yang tegas serta kerja sama
yang baik antara santri dan penanggung jawab serta kesantrian.
b. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Budaya Literasi

Membaca Al- Qur’an

Setiap pelaksanaan suatu program tentu dipengaruhi oleh berbagai macam


faktor, baik faktor pendukung maupun faktor penghambat. Pelaksanaan program
56
Lihat Transkrip Wawancara Nomor 06/W/19-2/2021.
57
Lihat Transkrip Observasi Nomor 05/O/19-2/2021.

3
7
budaya literasi membaca Al-Qur’an tentu memiliki faktor pendukung dari
berbagai pihak, baik dari santri-santri, penanggung jawab, kesantrian, ustadz-
ustadz maupun sarana dan prasarana yang di Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa
Gentan, Baki, Sukoharjo.
Seperti yang dikatakan oleh Nur Kartika selaku penanggung jawab
program literasi Qur’an di Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa Gentan, Baki,
Sukoharjo yang mengatakan bahwa:
Untuk faktor pendukung pelaksanaan program budaya literasi membaca
Al-Qur’an atau pembiasaan adalah ketersediaan TPQ di sekitar lingkungan tempat
tinggal santri sebelum masuk ke pondok pesantren, motivasi dan dukungan dari
pihak keluarga, selain itu pondok pesantren juga sudah memberikan sarana dan
prasarana yang menunjang keberhasilan program pembiasaan membaca Al-
Qur’an seperti ketersediaan masjid yang nyaman, ketersediaan Al-Qur’an yang
banyak, serta ustadz-ustadz yang kompeten dalam bidang Al-Qur’an terutama
dalam kaitannya membaca Al-Qur’an.
Dari data hasil wawancara di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
faktor pendukung dari pelaksanaan program budaya literasi membaca Al-Qur’an
di Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo adalah adanya
dukungan penuh yang diberikan oleh seluruh pihak di pondok pesantren termasuk
mudir pesantren, ustadz, santri dan wali santri. Selain itu ketersediaan sarana dan
prasarana yang memadai yang dapat menunjang terlaksananya program budaya
literasi membaca Al-Qur’an sehingga program ini dapat berjalan dengan baik.
Adapun faktor eksternal yang mendukung terlaksananya program budaya literasi
membaca Al-Qur’an yaitu adanya TPQ yang ada ditempat tinggal santri sebelum
masuk di pondok pesantren dan motivasi dan dukungan yang diberikan dari pihak
keluarga sebagai faktor keberhasilan yang menunjang peningkatan kemampuan
dan minat siswa dalam membaca Al-Qur’an.
Selain faktor pendukung, pelaksanaan suatu program literasi membaca Al-
Qur’an tentu memiliki faktor penghambat yang menyebabkan pelaksanaan
program budaya literasi tidak berjalan dengan baik. Sebagaimana dijelaskan oleh
Nur Kartika, beliau menyatakan bahwa:

3
8
Faktor penghambatnya adalah tidak tersedianya lembaga TPQ di
lingkungan sekitar tempat tinggal santri, berasal dar sekolah negeri, tidak ada
dorongan, motivasi, dan semangat dari siswa, serta ketika pulang kerumah ketika
liburan pesantren santri-santri jarang untuk membaca Al-Qur’an sedangkan malah
senang bermain handphone sehingga lupa dan malas untuk membaca Al-Qur’an.58
Hal serupa pun dikemukakan juga oleh Rian Hariadi, yang mana beliau
menyatakan bahwa:
Untuk faktor yang menghambat sebenarnya dari faktor kemampuan dan
minat siswa itu sendiri yang cenderung rendah, akan tetapi sudah kita tangani
dengan cara memberikan pembiasaan- pembiasaan berupa latihan-latihan dan
tugas membaca Al- Qur’an. Kita juga menanamkan dan memahamkan kepada
siswa tentang pentingnya Al-Qur’an sebagai pedoman hidup yang harus
ditanamkan pada hati dan jiwa siswa itu sendiri. Kemudian setelah ditanamkan
dan pahamkan selanjutnya yaitu diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.59
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa faktor
penghambat dari pelaksanaan program budaya literasi membaca Al-Qur’an di
Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo adalah rendahnya
motivasi, dorongan dan semangat dari siswa itu sendiri. Selain siswa belum
memiliki kesadaran secara penuh untuk memaksimalkan pelaksanaan program
budaya literasi membaca Al-Qur’an untuk meningkatkan kemampuan dan minat
siswa dalam membaca Al-Qur’an.

58
Lihat Transkrip Wawancara Nomor 07/W/19-2/2021.
59
Lihat Transkrip Wawancara Nomor 11/W/25-2/2021.

3
9
C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Manajemen budaya karakter dapat dilakukan dan dilestarikan melalui


pengelolaan dalam mengembangkan literasi qur’an sesuai dengan
perencanaan , pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian.
Perencanaan dari strategi manajemen dalam mengembangkan literasi
qur’an. Artinya rencana strategis dalam mengembangkan literasi qur’an
merupakan proses utama dalam menyusun strategi manajemen. Oleh karena
itu, stategi dan opersional manajemen mengembangkan literasi qur’an terkait
erat dengan (1) pedoman untuk bertindak, (2) sebagai arahan, dan (3) batasan
untuk operasional manajemen. Dengan demikian bahwa strategi manajemen
merupakan hal vital atau utama memusatkan pada operasional manajemen
sedangkan rencana strategi memusatkan pada operasinya. Perencanaan ini
harus benar-benar matang, Sebab menetapkan program dan rencana-rencana
operasional merupakan pengembangan program dan rencana-rencana kegiatan
pengaturan dan mengguunakan sumber daya yang akan digunakan dalam
menetapkan strategi, kebijakan, prosedur dan standar akan dapat mencapai
tujuan khusus. Dalam fase ini merupakan proses perencanaan total yang
meliputi rencana strategi.
Pengorganisasian dilakukan untuk memperjelas tugas, wewenang,
tanggung jawab, pekerjaan dan aktivitas yang beraneka ragam Oleh karena itu
aktivitas, pekerjaan, wewenang, tugas dan tanggung jawab tersebut mesti
dibagi-bagi dengan orang lain. Dalam fungsi ini maka kepala sekolah diawal
tahun ajaran baru telah mempersiakan dan menyusun struktur organisasi
madrasah beserta tugas, wewenang, tanggung jawab, pekerjaan dan aktivitas
yang harus dilakukan oleh masing-masing komponen organisasi di SMPQT Al
Hamidiyah Pati. Wakil kepala madrasah bidang kesiswaan merupakan ujung
tombak dalam pelaksanaan pengembangan budaya religius di madrasah.
Pelaksanaan budaya religius di SMPQT Al Hamidiyah Pati berjalan
sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan merupakan organisasi
pengembangan budaya religius bagi setiap bidang, maka pimpinan ketua atau
atasan mencari mekanisme proses implementasi. Mereka mempunyai standar
kekuasaan personil, rekruitmen dan seleksi, tugas dan relokasi, kemajuan dan
publikasi dan akhirnya memberhentikan. Selanjutnya, mereka harus
mengontrol alokasi anggaran dari masing-masing seksi dan bidang-bidang
dalam rangka memompa dan menguji respon atau kinerja para seksi
memuaskan atau tidak. Ketika pimpinan tidak dapat mengomando bawahan,
maka pimpinan harus mempunyai kapasitas subtansi mempengaruhi perilaku
bawahannya.
Pengawasan sebagai upaya yang sistematik untuk mengamati dan
memantau apakah berbagai fungsi, aktivitas, dan kegiatan yang terjadi dalam
pengembangan budaya religius sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya atau tidak. Pengawasan memiliki fungsi menyoroti apa yang
sedang terjadi pada waktu pelaksanaan kegiatan operasional sedang
berlangsung Jika penyimpangan ditemukan, tindakan korektif dapat saja
diambil sehingga dengan demikian organisasi kembali ke “rel” yang
sebenarnya.
Peneliti menyimpulkan bahwa sebuah manajemen budya religius
dalam suatu madrasah perlu melakukan perencanaan yang matang,
pengorganisasian yang jelas, pelaksanaan yang sesuai dengan tujuan yang
ditentukan, melakukan pengawasan agar budaya religius tetap terkontrol dan
berjalan dengan baik, serta memberikan penilaian terhadap kegiatan yang
telah dilaksanakan.
Menurut Gay Hendiricks dan Kate Ludeman dalam Ari Ginanjar yang
dikutip dari buku Asmaun Sahlan, terdapat beberapa sikap religius yang
tampak dalam diri seseorang dalam menjalankan tugasnya, diantaranya:
kejujuran, keadilan, bermanfaat bagi orang lain, rendah hati, bekerja efisien,
visi ke depan, disiplin tinggi, keseimbangan.60
a. Kejujuran

Kejujuran adalah kunci keberhasilan dalam bekerja. Kejujuran yang


60
Asmaun Sahlan, 2009, Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah,hlm.68
dibangun dalam berelasi dengan orang lain akan memberikan kemudahan.
Sebaliknya ketidakjujuran akan membuat seseorang mengalami kesusahan
yang berlarut-larut.
b. Keadilan

Salah satu skill orang religius adalah mampu bersikap adil kepada
semua pihak, bahkan saat ia terdesak sekalipun. Mereka mengatakan “pada
saat saya berlaku tidak adil, berarti saya telah mengganggu keseimbangan
dunia”. Adapun contohnya ialah adil dalam memperlakukan bawahan jika
menjadi seorang pimpinan.
c. Bermanfaat bagi orang lain

Melakukan hal yang bermanfaat bagi orang lain merupakan suatu


sedekah. Allah SWT akan menolong suatu kaum manakala kaum tersebut
menolong hambaNya yang sedang membutuhkan pertolongan. Hal ini
merupakan salah satu bentuk sikap religius yang harus ditanamkan dalam diri
peserta didik sejak dini. Contohnya ialah suka membantu jika ada teman yang
membutuhkan.
d. Rendah hati

Rendah hati adalah lawan dari sifat sombong. Rendah hati dapat
dicontohkan dengan mendengarkan pendapat orang lain dengan tidak
memaksakan kehendak. Seseorang dengan sifat rendah hati akan selalu
mempertimbangkan orang lain dan tidak menonjolkan sesuatu dari dalam
dirinya. Contoh sikap rendah hati ialah tidak sombong walau berkedudukan
menjadi kepala sekolah.
e. Bekerja efisien

Pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya menjadi fokus yang harus


dilakukan dengan sebaik mungkin. Kesungguhannya dalam bekerja tampak
saat ia memulai dan mengakhirinya serta proses pengerjaannya. Contohnya
ialah tidak menunda-nunda waktu dalam melaksakan pekerjaannya.
f. Visi ke depan
Mempunyai angan-angan masa depan yang jelas dan terukur. Jika
seseorang bekerja bersama orang lain ia mampu mengajak dan
meyakinkannya mampu mencapai visi sesuai dengan usaha keras yang
dilakukan saat ini. Contohnya ialah dalam sebuah organisasi manajemen
sekolah harus memiliki visi kedepan.
g. Disiplin tinggi

Seorang yang religius mempunyai tingkat kedisiplinan yang tinggi.


Segala sesuatu yang menjadi tanggungjawabnya mempunyai ukuran waktu
yang jelas. Ia akan mencapai dan menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Ia mampu mengatur waktu bekerjanya dengan
tidak mengabaikan sikap religius lainnya. contohnya ialah berusaha
mengerjakan segala sesuatunya dengan tepat waktu.
h. Keseimbangan

Sesuai yang telah diulas di atas, keseimbangan seorang religius tampak


dari pekerjaannya. Keseimbangan tersebut mencakup beberapa hal yaitu:
keintiman, pekerjaan, komunitas, dan spiritualitas. Contoh keseimbangan ini
ialah seimbang dalam memberikan hak maupun kewajiban.
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan indikator sikap religius
seseorang yakni :25
1) Komitmen terhadap perintah dan larangan agama

2) Bersemangat mengakaji ajaran agama

3) Aktif dalam kegiatan agama

4) Menghargai simbol agama

5) Akrab dengan kitab suci

6) Ajaran agama dijadijkan sumber pengembangan ide.

Berdo’a sebelum mulai dan sesudah selesai pembelajaran, sholat


sunnah dhuha, sholat wajib beijama’ah dan berinfaq merupakan indikator
pencapaian pembelajaran -dalam salah satu nilai pendidikan karakter yaitu
nilai religius. Kegiatan di Sekolah Menengah Pertama Al Qur’an Terpadu
(SMPQT) Al Hamidiyah Pati sangat berhubungan dengan salah satu dari
pendidikan karakter yang sudah ada, berikut adalah kegiatan pendidikan
karakter religius di Sekolah Menengah Pertama Al Qur’an Terpadu (SMPQT)
Al Hamidiyah Pati:
a. Sholat wajib

Sholat wajib di Sekolah Menengah Pertama Al Qur’an Terpadu


(SMPQT) Al Hamidiyah Pati yaitu sholat dhuhur dan sholat ashar. Sholat
tersebut diharuskan untuk berjama’ah karena pahala orang berjama’ah itu
sangat besar yaitu 27 derajat banding satu jika sholatnya sendiri.
Kegiatan sholat wajib ini merupakan bentuk realiasasi nilai pendidikan
krarakter religius yaitu Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama
lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. 26
b. Berdo’a, Membaca Asmaul Husna dan Membaca Juz „Amma

Kegiatan ini dilakukan sebelum pembelajaran di mulai. Sebenarnya


tidak hanya pembacaan asma’ul husna dan Juz „Amma, tetapai ada juga
kegiatan menyanyikan lagu Nasional dan Daerah dan berdo’a untuk memulai
pelajaran. Kegiatan ini sudah menjadi rutinitas setiap harinya di Sekolah
Menengah Pertama Al Qur’an Terpadu (SMPQT) Al Hamidiyah Pati.
Kegiatan ini pun juga dilakukan setelah selesai pembelajaran, yaitu sebelum
siswa pulang sekolah. Kegiatan ini dilakukan agar dapat meningkatkan
ketaqwaan kepada Tuhan YME dan juga merupakan program pemerintah
untuk menyanyikan lagu Nasional dan daerah agar generasi anak bangsa di
negara ini bisa belajar menghargai jasa para pahlawan terdahulu. Kegiatan
tersebut, termasuk dalam nilai pendidikan karakter religius.
c. Sholat sunnah

Sholat sunnah yang dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Al


Qur’an Terpadu (SMPQT) Al Hamidiyah Pati yaitu sholat dhuha yang
dilaksanakan pada jam ke nol yaitu sebelum pembelajaran dimulai.
Pelaksanaan sholat dhuha di dampingi oleh wali kelas masing- masing agar
pelaksanaannya bisa berjalan dengan lancar dan disiplin. Tujuan diadakannya
sholat dhuha yaitu agar siswa terbiasa melakukan sholat-sholat sunnah dan
juga tertanam dalam diri siswa.
Kegiatan di atas, termasuk dalam nilai pendidikan karakter religius.
Selain itu, membiasakan peserta didik untuk sholat sunah adalah membiasakan
mereka untuk bersikap disiplin. Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib
dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
d. Jum’at Bersih, Jum’at Taqwa dan Jum’at Literasi

Jum’at bersih, jum’at taqwa dan jum’at literasi merupakan program


dari pemerintah yaitu tentang penguatan pendidikan karakter. Sebelum adanya
program tersebut, Sekolah Menengah Pertama Al Qur’an Terpadu (SMPQT)
Al Hamidiyah Pati memang sudah mengadakan jum’at bersih terlebih dahulu,
akan tetapi dengan adanya program dari pemerintah, maka Sekolah Menengah
Pertama Al Qur’an Terpadu (SMPQT) Al Hamidiyah Pati pun mengubah
program tersebut menjadi jum’at bersih, jum’at taqwa dan jum’at literasi.
Kegiatan ini dilakukan di hari jum’at dengan di bagi-bagi, pembagian itu akan
terus berputar di setiap hari jum’at (rolling).
Kegiatan di atas termasuk dalam nilai pendidikan karakter pedulil
lingkungan. Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu
berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah
terjadi.
e. Berinfaq

Sekolah Menengah Pertama Al Qur’an Terpadu (SMPQT) Al


Hamidiyah Pati setiap harinya mengadakan infaq harian untuk pembangunan
masjid. Ketika Rohis memasuki kelas, maka harus meminta ijin terlebih
dahulu apabila ada guru yang sedang mengajar, setelah mendapat ijin, rohis
pun melakukan penarikan infaq, setelah terkumpul semua, maka uang infaq di
hitung dan disetorkan kepada penanggung jawab infaq (Bendahara sekolah).
Diadakannya infaq harian yaitu untuk melatih siswa bahwa dengan berinfaq
bisa menabung pahala diakhirat. Para siswa selalu menyisihkan uang mereka
untuk berinfaq setiap harinya sudah menjadi kebiasaan di Sekolah Menengah
Pertama Al Qur’an Terpadu (SMPQT) Al Hamidiyah Pati. Infaq ini tidak ada
batasan nominalnya jadi bisa berapapun siswa mau berinfaq (seikhlasnya) dan
tidak ada paksaan baginya.
Kegiatan di atas termasuk dalam nilai pendidikan karakter peduli
sosial. Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.61
Seperti tesis penelitian Mauliyah Izzaty, Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang tahun 2018, yang berjudul “Implementasi
Pendidiakn Karakter Melalui Budaya Religius di SMAN 9 Malang”. Hasil
penelitian ini adalah (1) Pendidikan karakter melalui budaya religius di SMA
Negeri 9 Malang Kota terdapat 3 tahapan yakni: perencanaan, tindakan dan
evaluasi. (2) Bentuk budaya religius di SMA Negeri 9 Malang Kota terdiri
dari 12 bentuk yaitu: 5S (salam senyum, sapa, sopan dan santun), literasi
agama memakai krudung pada hari senin dan selasa, puasa senin dan kamis,
shalat dhuha, shalat dzuhur dan ashar berjamaah, juma’at bersih dan jum’at
berbagi, shalat jum’ah dan khotbah jum’at, keputrian, PHBA, belajar agama
dan sinau sosial. (3) Dampak terhadap religius peserta didik di SMA Negeri 9
Malang Kota adalah religius, integritas, gotong royong dan mandiri. 62
Kesamaan tesis diatas dengan penelitian yang akan diteliti adalah sama-sama
membahas mengenai pendidikan karakter yang dihubungkan dengan budaya
religius. Sementara perbedaannya adalah tesis diatas lebih membahas
mengenai implementasi pendidikan karakter dalam budaya religius, sedangkan
penelitian yang akan diteliti lebih fokus terhadap pendidikan karakter berbasis
atau berdasar pada budaya religius.

61
Kemendiknas, 2010, Pendidikan Karakter Bangsa, hlm. 79
62
Mauliyah Izzaty, 2018, '“Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Budaya
Religius di SMA Negeri 9 Malang”, Tesis, Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
BAB V
KESIMPILAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
A. Untuk kepala Sekolah SMA Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo.
1. Identitas Informan
Nama : Dr.Heru Utomo,S.Pd.I.,M.Pd.
Umur : 41 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
2. Pertanyaan
a. Bagaimana gambaran singkat sejarah berdirinya SMA Adh-Dhuhaa
Gentan, Baki, Sukoharjo?
b. Apa visi misi SMA Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo?
c. Apa yang bapak ketahui tentang pendidikan karakter?
d. Menurut bapak apa pengertian dari pendidikan karakter berbasis
literasi qur’an?
e. Metode/program apa saja yang digunakan dalam proses pembentukan
karakter di sekolah ini?
f. Sarana dan prasana apa saja yang digunakan untuk menfasilitasi
program ini?
g. Apa saja faktor pendukung dalam upaya pembentukan karakter siswa
di sekolah ini?
h. Apa saja faktor penghambat dalam upaya pembentukan karakter siswa
di sekolah ini?
i. Apa solusi untuk faktor penghambat tersebut?
PEDOMAN WAWANCARA
B. Untuk Siswa SMA Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo.
1. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin : Laki-laki
Waktu : Selasa, 22 Februari 2022
Tempat : Perpustakaan
2. Pertanyaan
a. Apakah upaya Kepala Sekolah SMA Adh-Dhuhaa dalam mebentuk
karakter berbasi literasi qur’an?
b. Bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter berbasis literasi
qur’an di SMA Adh-Dhuhaa?
C. Untuk Guru di SMA Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sdukoharjo.
1. Identitas Informan
Nama : Wahyu Nur Kartika
Umur : 26 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Waktu :Sabtu, 26 Februari 2022
Tempat : Masjid
2. Pertanyaan
a. Apakah upaya Kepala Sekolah dalam membentuk karakter dengan
literasi qur’an?
b. Apakaha efektif upaya pembentukan karakter dengan metode
literasi qur’an di SMA Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo?
c. Dalam pelaksanaan apakah kendala dalam menerapakan
pendidikan karakter berbasis literasi qur’an di SMA Adh-Dhuhaa
Gentan, Baki, Sukoharjo?
FIELD NOTE
Kode : 01/Kepala Sekolah/2022
Hari, Tanggal : Kamis, 17 Februari 2022
Waktu : 08:00-08:45
Narasumber : Dr.Heru Utomo,S.Pd.I.,M.Pd.
Tempat: Ruang Pengasuh
Hal : Wawancara
Pertanyaan :
a. Bagaimana gambaran singkat sejarah berdirinya SMA Adh-Dhuhaa
Gentan, Baki, Sukoharjo?
Jawaban :
Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa Gentan Baki Sukoharjo didirikan oleh
Ustadz Heru Utomo S.Pd.I.,M.Pd.,Ustadz Heri Susanto S.Pd.I. dan Ustadz
Mundofir S.Pd.I.,M.Pd. pada tanggal 15 juni 2006, ketiganya sebelum
mendirikan Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa adalah salah satu pengurus salah
satu pondok pesantren di Solo, Pengalaman jadi pengasuh serta keprihatinan
atas anak yatim menjadi motivasi tersendiri untuk mendirikan pondok
pesantren yang dalam hal ini adalah Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa. Setelah
berdiri, beberapa orang bergabung untuk melengkapi struktur yayasan beliau-
beliau adalah Ustadz Muhammad Ilyas, Ustadz Ali Ridho, Ustadz Slamet
Sugiarto, Ibu Hj. Soekardi, Ibu Hj. Lestari dan Keluarga Bapak Soegondo.
Sebelum menempati pondok pesantren yang sekarang, lokasi Pondok
Pesantren Adh-Dhuhaa sering berpindah-pindah awalnya di desa Windan lalu
pindah ke Gentan tetapi masih menempati rumah milik seseorang yang
memilih tinggal di luar negeri, seseorang tersebut mengikhlaskan tempatnya
untuk segala kegiatan pondok pesantren tetapi tidak hak milik sempai kurang
lebih 2 tahun, selama itu juga tingkat kepercayaan masyarakat sangat tinggi
sehingga donasi dari para donator juga tinggi dan adanya wakaf tanah
akhirnya pada tanggal 26 Februari 2008 terbit akte pendirian No.01 oleh
notaries Nur Wakhidah SH, M.Kn Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa berdiri.
Pada mulanya Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa adalah pondok anak
yatim yang santri awalnya kurang dari 5 orang karena kurangnya tingkat
kepercayaan masyarakat pada waktu itu dan perekonomian pondok pesantren
pada waktu itu sangat berpengaruh terhadap jumlah santri hal ini berlangsung
beberapa tahun, seiring berjalannya waktu munculah inisiatif untuk menacari
donator serta pendekatan persuasive kepada masyarakat dengan berbagai
program yang sesuai dengan harapan masyarakat sehingga jumlah santri yatim
semakin bertambah dan perekonomian Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa yang
dulu hanya untuk anak yatim sekarang meluas merambah dhuafa.
Dengan berkembangnya Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa ini
berkembang pula berbagai inovasi sehingga memperluas mitra maka pimpinan
Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa (Ustadz Heru Utomo S.Pd.I.,M.Pd.)
berinisiatif untuk membuka lembaga pendidikan yang selanjutnya disetujui
dalam forum rapat pengurus yayasan pada tanggal 14 April 2010 maka
didirikanlah Sekolah Menengah Adh-Dhuhaa (SM Adh-Dhuhaa) dengan
system boarding (berasrama) pada tahun ajaran 2010/2011. Sekolah Menegah
Adh-Dhuhaa (SM Adh-Dhuhaa) merupakan sekolah satu atap dengan pondodk
pesantren (system boarding) khusus anak yatim,piatu dan dhuafa.
Penyelenggaraan Sekolah Menengah Tingkat Pertama dan Atas (SMP
dan SMA) Adh-Dhuhaa yang dikemas dan dikelola secara Islamic Boarding
School hal tersebut juga sebagai wadah untuk menerapkan pendidikan yang
utuh, perpanduan antara pendidikan umum dan pesantren dan juga untuk lebih
memaksimalkan potensi santri Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa.
Sekolah Menengah Adh-Dhuhaa (SM Adh-Dhuhaa)
menyelenggarakan sebuah sekolah khusus bagi anak didik yatim, piatu dan
dhuafa yang mukim di Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa yang dikemas dan
dikelola secara islamic boarding school hal tersebut juga sebagai wadah untuk
menerapkan pendidikan yang utuh, perpaduan antar pendidikan umum dan
pesantren serta memaksimalkan potensi santri Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa.
Disamping hal tersebut pada dasranya Sekolah Mnengah Adh-Dhuhaa ingin
mewujudkan pendidikan yang layak bagi kaum dhuafa dengan pengelolaan
yang baik dan prefesional.
Pertanyaan :
b. Apa visi misi SMA Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo?
Jawaban :
Visi dan Misi SMA Adh-Dhuhaa
Visi
Mempersiapkan generasi mandiri yang cerdas serta memiliki dasar
ilmu syar’i, berwawasan luas, berkarakter kuat dan prefesional.
Misi
1. Mewujudkan pendidikan formal untuk anak asuh didalam panti
setara SMP dan SMA dengan kurikulum keterpaduan dalam
bingkai islami.
2. Memberikan pendidikan diniyah dalam pembentukan karakter
anak asuh sesuai dengan karakter Nubuwah.
3. Mewujudkan pendidikan keterampilan dan kemandirian sesuai
dengan bakat dan potensi anak asuh.
Pertanyaan :
c. Apa yang bapak ketahui tentang pendidikan karakter?
Jawaban :
Iyaa... menurut saya karakter itu sesuatu yang wajib dimiliki oleh
semua siswa dimanapun dia berada terkhusus kita yang berada di
sekolah dengan sistem boarding, dimana disini sangat dijunjung
karakter yang baik kepada guru, kakak kelas, adek kelas dan
masyarakat sekitar dengan menjunjung tinggi sopan santun dalam
perkataan dan perbuatan agar terciptanya lingkungan sekolah yang
seimbang dengan semua elemen.
Pertanyaan :
d. Menurut bapak apa pengertian dari pendidkan karakter berbasis
literasi qur’an?
Jawaban :
Pendidikan karakter berbasis literasi qur’an adalah proses
pembelajaran dengan pendekatan langsung melalui keteladanan yang
bersumber pada Al-Qur’an dengan melaksanakannya ke dalam segala
bentuk kegiatan sehari-hari seperti kedalam semua interaksi siswa
dengan Allah SWT dan kepada sesama manusia. Pendidikan karakter
biasa kami praktekkan dalam agenda disini dari bangun tidur sampai
tidur lagi seperti pembiasaan sholat tahajud berjamaah, pembiasaan
membaca al-ma’tsurat setiap pagi dan sore setelah subuh dan setelah
ashar, pembiasaan membaca Al-Qur’an setiap waktu shalat kecuali
setelah subuh khusus untuk setoran hafalan dan membaca surat pilihan
dihari tertentu seperti Yasin, Al-Waqiah, Al-Mulk, Ar-Rahman dan Al-
Kahfi.
Pertanyaan :
e. Metode/program apa saja yang digunakan dalam proses
pembentukan karakter berbasis litarasi qur’an di SMA Adh-
Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo?
Jawaban :
Metode yang digunakan untuk melaksanakan program ini yang paling
utama adalah membaca, Menebalkan, menghafalkan, dan menulis
kembali surat Al-Baqarah dengan 2 buku yang sudah disiapkan. Buku
tersebut yakni buku literasi untuk di teballkan dan menghafalkan serta
buku tulis untuk menulis kembali ayat yang sudah di hafalkan ke buku
tulis sesuai target siswa sesuai dengan kemampuan masing-masing
semaksimal mungkin.
FIELD NOTE
Kode : 02/SMA Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo/2022
Hari, Tanggal : Rabu, 23 Februari 2022
Waktu : 07:00-08:30
Tempat: SMA Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo.
Hal : Observasi
Pertanyaan :
Sarana dan prasana apa saja yang digunakan untuk menfasilitasi
program ini?

f. Sarana dan prasarana merupakan faktor yang sangat penting dalam


menunjang segala aktivitas semua elemen sekolah sehingga dapat
terciptanya suasana belajar santri dan dalam mewujudkan
keberlangsungan program kegiatan yang terdapat SMA Adh-
Dhuhaa. Sarana dan prasarana di SMA Adh-Dhuhaa antara lain :

No Nama Barang Jumlah


1 Ruang Tamu 1
2 Ruang Tata Usaha 1
3 Kantor Pengasuh 1
4 Ruang Pengasuh 2
5 Perpustakaan 1
6 Smart Class 1
7 Masjid 1
8 Kantin 1
9 Lab.Komputer dan Bahasa 1
10 Santrimart 1
11 Gudang 1
12 Dapur 1
13 Aula 1
14 Kamar Mandi 14
15 Jemuran 2
16 Lab.Biologi 1
17 Ruang BK 1
18 Ruang Kelas 6
19 Kantor Guru 1
20 Ruang Kepala Sekolah 1
21 Kamar Santri 6
22 Kamar Alumni 4
23 Ruang Ganti 1
24 UKS 1
25 Tempat Wudhu 2
26 Kamar Tamu 1
27 Parkir 2
Transkip Wa
Kode : 03/Kepala Sekolah/2022
Hari, Tanggal : Kamis, 03 Maret 2022
Waktu : 08:00-08:45
Narasumber : Dr.Heru Utomo,S.Pd.I.,M.Pd.
Tempat: Ruang Pengasuh
Hal : Wawancara
Pertanyaan :
g. Apa saja faktor pendukung dalam upaya pembentukan karakter
siswa di sekolah ini?
Jawaban :
Iya untuk faktor pendukung yang paling utama adalah kecintaan
terhadap Al-Quran dengan pembuktian selalu berinteraksi dengan
membaca dan menghafalkan dimana saja dia berada. Tatapi ada
mengkin ada beberapa faktor yang menjadi pendukung antara lain:
1. Kecintaan yang sangat mendalam terhadap Al-Qur’an sehingga
siswa menjadi sangat mudah dalam menghafal Al-Qur’an
walaupun sebelumnya belum bisa membaca Al-Qur’an.
2. Keluarga bisa disebut juga dengan berasal dari keluarga yang
paham akan agama maka dari itu, anak ketika masuk SMA Ad-
Dhuhaa sudah lancar membaca Al-Qur’an atau mengkin
memiliki hafalan beberapa juz terutama juz amma.
3. Siswa berasal dari SMP islam yang dimana banyak dari mereka
memiliki hafalan minimal juz amma.
4. Sebelum Masuk SMA siswa mengikuti TPA?Madrasah Diniyah
di desa masing-masing.
Pertanyaan :
h. Apa saja faktor penghambat dalam upaya pembentukan karakter
siswa di sekolah ini?
Jawaban :
Untuk faktor penghambar yang sudah kami hadapi berkaitan
dengan pendidikan karakter berbasis liteasi qur’an antar lain :
1. Kurang cintanya siswa terhadap Al-Qur’an apabila waktu
pembelajaran siswa bercanda dengan temannya atau malah
tidur.
2. Keluarga dari desa yang mana di desa tersebut minim
pemahaman agama serta tidak adanya TPA/Madrasah Diniyah
guna mendukung kemampuan membaca Al-Qur’an sehingga
ketika masuk sekolah SMA Adh-Dhuhaa masih memnpelajari
Iqra’ yang mungkin memakan waktu lama karena memulai dari
Iqra’ 1.
3. Siswa berasal dari SMP negeri yang minim akan pembelajaran
agama terutama membaca Al-Qur’an sehingga ketika masuk
SMA Adh-Dhuhaa harus mulai dari Iqra 1 juga.
Pertanyaan :
i. Apa solusi dari permasalahan diatas ?
Jawaban :
1. Siswa diberikan motivasi atau video singkat tentang betapa
mulianya seorang penghafal Al-Qur’an sehingga tumbuh dalam
diri siswa semangat yang membara dalam menghafalkan Al-
Qur’an
2. Untuk siswa yang belum bisa membaca Al-Qur’an maka teman
yang sudah lancar membaca Al-Qur’an membimbing atau
mendampingi membaca Iqra’ setiap setelah shalat 5 waktu.
3. Siswa diajak pergi ke sawah deket dengan sekolah untuk
menghafalkan di tempat yang berbeda dari biasanya bukan
hanya di masjid untuk mensegarkan pikiran agar hafalan bisa
cepat masuk dengan menghafalkan di sawah
TRANSKIP WAWANCARA
Kode : 01/Siswa/2022
Hari, Tanggal : Kamis, 03 Maret 2022
Waktu : 08:00-08:45
Narasumber : David
Tempat : Perpustakaan
Hal : Wawancara
Pertanyaan :
a. Apakah upaya Kepala Sekolah SMA Adh-Dhuhaa dalam
mebentuk karakter berbasi literasi qur’an?
Jawaban :

Anda mungkin juga menyukai