Disusun Oleh :
DIKI RIYA MARIYANTO
NIM. 10.2018053
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Setelah saya meneliti dan melakukan perbaikan seperlunya, bersama ini saya
kirimkan naskah skripsi :
Nama Penyusun : DIKI RIYA MARIYANTO
NIM : 10.2018053
Judul Skrpsi : Manajemen Pendidikan Karakter Berbasis Literasi
Qur’an di Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa Gentan,
Baki, Sukoharjo
Dengan ini saya menyetujui dan mohon agar segera dimonaqosahkan.
Demikian, harap menjadi maklum.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Sragen 17 Agustus 2022
Pembimbing I
SUKAMDI, S.Pd.I.,M.Pd.I.
NIDM.
LEMBAR PENGESAHAN
Nama Penyusun : DIKI RIYA MARIYANTO
NIM : 10.2018053
Judul Skrpsi : Manajemen Pendidikan Karakter Berbasis Literasi
Qur’an di Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa Gentan,
Baki, Sukoharjo
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah
(STIT) Madina Sragen dan mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan
LULUS/TIDAK LULUS pada tanggal 17 Agustus 2022
Diterima sebagai syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Tahun Akademik 2022/2023.
Mengetahui,
Ketua Program Studi MPI
i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
1. Orang Tua tercinta, keluarga besar Alm. Mbah Sastro dan Mbah
Ngadinem.
2. Seluruh Guru-guru dan Dosenku tercinta yang telah mentransfer ilmunya
dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
3. Teman-teman angkatan 2018 dan Almamaterku STIT Madina Sragan.
4. Agama, Nusa, bangsa, dan seluruh pembaca yang budiman.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirobill’alamin kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat , hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis bisa
menyelesaikan proposal skripsi ini yang berjudul: MANAJEMEN
PENDIDIDKAN KARAKTER BERBASIS LITERASI QUR’AN DI SMA ADH-
DHUHAA GENTAN, BAKI, SUKOHARJO” dapat terlaksana dengan baik dan
lancar. Shalawat serta salam kami panjatkan pada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW manusia paling mulia dari semua manusia dan menjadi
penghulu para Nabi-Nabi terdahulu dan semoga kita semua mendapatkan
syafa’atnya di hari akhir nanti.
Proposal ini ditunjukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
program S1 MANAJAMEN PENDIDIKAN ISLAM di Sekolah tinggi Ilmu
Tarbiyah (STIT) Madina Sragen.
Proposal ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan,
bimbingan, kerja sama serta dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun
materil. Maka dengan segenap kerendahan hati kami ucapkan terima kasih kepada
:
1. Sukamdi, S.Pd.I., M.Pd.I., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Tarbiyah (STIT) Madina Sragen
2. Lathifah Permatasari Fajrin,M.Pd.I selaku Ketua Program
Pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Madina Sragen.
3. Sukamdi S.Pd.I.,M.Pd.I., selaku dosen pembimbing penulis, yang
telah memberikna bimbingan, nasihat, motivasi, pengarahan
kepada penulis dan senantiasa sabar menghadapi penulis seklama
menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Penulis mohon maaf
apabila selama ini menyusahkan bapak Sukamdi.
4. Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Ilmu Tarbiyah (STIT) Madina
Sragen, yng telah memberikan ilmunya kepada penulis dalam
berbagai mata kuliah dan telah memberikan ilmu agama yang In
Syaa Allah bermanfaat di dunia dan akhirat kelak. Aamiin
5. Seluruh Staff dan Karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT)
Madina Sragen.
6. Heru Utomo S.Pd.I.,M.Pd. dan Heri Susanto S.Pd.I.,M.Pd., selaku
guru, ustadz dan orang tua yang kedua penulis serta Mudir Pondok
Pesantren Adh-Dhuhaa yang telah mengijinkan peneliti dalam
melakukan penelitian dan tiada henti memberikan penulis untaian
doa, motivasi, fasilitas dan semangat yang luar biasa dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak/Ibu Guru, Komite dan Orang Tua/Wali Pondok Pesantren
Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo yang telah koperatif dalam
penelitian.
8. Kedua Orang Tua Tercinta, Bapak Kasmin dan Ibu Darwati serta
almarhumah Ibu Paini, terima kasih atas doa, cinta, kasih sayang,
kesabaran, perhatian, bimbingan, pembelajaran, dukungan dan
motivasi yang sangat luar biasa tidak ada henti-hentinya diberikan
dan atas segala jerih payah serta usaha untuk memberikanku
pendidikan setinggi mungkin, serta pengharapan agar anak-
anaknya menjadi orang sukses dan dapat dibanggakan.
9. Kakakku, Dewi kasmiati dan Tri Hariyanto, terima kasih atas
dukungan semangat dan motivasinya yang telah diberikan kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Adikku Erik Wahyu Saputra, Terima kasih telah memberikan
kepedulian dan dorongan kepada penulis hingga dapat
terselesaikan skripsi ini.
11. Sahabat dari Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa dan pondok Pesantren
Muhammad Al-Fatih serta teman-teman seperjuangan jurusan
Manajemen Pendidikan Islam di Al-Fatih Institut angkatan 2018
yang telah memberikan dorongan dan semangat untuk menemani
terselesaikan skripsi ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang
dengan tulus ikhlas memberikan do adan motivasi sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini
Penulis meyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna untuk kritik dan saran yang sangat membangun sangat
diharapkan untuk perbaikan di massa datang. Akhirnya penulis meminta
maaf atas keterbatasan penelitian ini. Besar harapan penulis semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
1
Hikmat, foreword to Manajemen Pendidikan, by Hikmat (Bandung: Pustaka Setia, 2009),
Hlm. 7.
manajemen program literasi yang dijalankan oleh SMA Adh-Dhuhaa, seorang
manajer atau pemimpin hendaknya mampu menjalankan fungsi-fungsi
manajemen program sebagaimana mestinya agar dapat dicapai tujuan secara
berdaya guna dan berhasil guna.
Kemampuan berliterasi ini sangat penting bagi peserta didik karena
tuntutan keterampilan membaca yang berujung pada kemampuan memahami
informasi secara analitis, kritis dan reflektif. Generasi Indonesia harus
membangun budaya ini karena menjawab tantangan zaman juga
mempersiapkan persaingan sumber daya manusia dengan negara lain kelak di
masa depan.
Budaya membaca dan menulis pada masyarakat Indonesia masih
jauh dari apa yang diharapkan. Hal ini terbukti (salah satu) dari nilai prestasi
pendidikan yang masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga
Malaysia misalnya, yang kemerdekaan negaranya jauh lebih baru daripada
kemerdekaan negara kita Republik Indonesia.
Pendidikan merupakan salah satu aspek paling utama yang
berkontribusi dalam penentu kecerdasan bangsa. Pendidikan dapat dipandang
bermutu apabila dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan
kebudayan nasional serta berhasil membentuk generasi muda yang cerdas,
bermoral, dan berkarakter. Sumber daya manusia yang berkualitas menjadi hal
penting dalam pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2
Pendidikan dijadikan sebagai upaya dalam rangka meningkatkan kualitas
sumber daya manusia, dikarenakan melalui pendidikan diharapkan dapat
mencetak generasi-generasi manusia yang bermutu dan berilmu, dimana
pendidikan tersebut diperoleh melalui pendidikan formal maupun informal.
Pendidikan diartikan sebagai sebuah proses pembelajaran yang secara sadar
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan untuk
mengubah cara berpikir, bersikap dan berperilaku demi pendewasaan dirinya
atau orang lain.
2
Andi Rahmania, 2019, ““Pendidikan Karakter Religius Berbasis Budaya Sekolah di
SDITBIASAssalam Kota Tegal”, Tesis, Pascasarjana UNNES
Menurut Taufiq pendidikan adalah pengaruh lingkungan atas individu
untuk menghasilkan perubahan yang tetap pada kebiasaan, pemikiran, sikap
maupun tingkah laku.3 Tujuan pendidikan dalam hal ini agar generasi muda
sebagai penerus generasi tua dapat menghayati, memahami, mengamalkan
nilai-nilai atau norma-norma tersebut dengan cara mewariskan segala
pengalaman, pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang melatar
belakangi nilai dan norma hidup dan kehidupan. Manfaat pendidikan menurut
Plato seorang filsuf Yunani adalah membuat orang menjadi lebih baik yang
berperilaku mulia. Keberhasilan pendidikan tidak dapat diwujudkan hanya
dengan teori saja. Lebih dari itu, pendidikan harus dilaksanakan dengan usaha
yang nyata, sistematis dan persiapan yang terencana agar tujuan pendidikan
dapat tercapai dengan efektif..
Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab 1 Pasal 1 dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.4 Hal ini menujukkan pendidikan sebagai proses
membimbing dan mengembangkan segala kompetensi yang dimiliki, sehingga
mendorong aspek jasmani dan rohani berkembang menuju pembentukan
karakter yang baik. Seperti halnya pada kurikulum 2013 yang menempatkan
pendidikan karakter sebagai unsur pendidikan yang utama.5
Pendidikan tidak hanya memusatkan perhatiannya pada bidang
intelektual, namun juga untuk membentuk karakter yang kuat pada peserta
3
A Taufiq dkk, 2015, '“Pendidikan Anak di SD, Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka,
hlm. 1
.
Andi Rahmania, 2019, ““Pendidikan Karakter Religius Berbasis Budaya Sekolah di
SDITBIASAssalam Kota Tegal”, Tesis, Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
4
Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah,
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, hlm.3
5
Intan Kusumawardani, 2018, '“Internalisasi Nilai Pendidik Karakter Religius Melaui
Budaya Religius Sekolah di SDN Sumbersari 2 Malang”, Tesis, Pascasarjana Universitas Muhammadiyah
Malang
didik. Selain melakukan kegiatan transfer ilmu, pendidikan juga sebagai
proses penanaman karakter yang mandiri, beredukasi, berbudi pekerti luhur
dan mengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta didik.6 Karakter
yang kuat mampu menyeimbangkan antara kecerdasan intelektual, emosional
dan spiritual. Ketiga hal ini saling berkaitan satu sama lain. Seseorang yang
sukses pasti memiliki mental dan karakter yang kuat.7
Pembentukan karakter yang kuat juga menjadi salah satu tujuan
pendidikan yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3. Berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan yang
tertuang pada Bab I tentang Tujuan, Sasaran dan Ruang Lingkup,
pembangunan karakter menjadi tujuan utama dalam mencapai visi
pembangunan nasional. Pendidikan karakter merupakan program penting yang
harus dilaksanakan dalam lingkup pendidikan. Pentingnya karakter sebagai
pusat individu dalam bertindak perlu ditanamkan dengan kuat. Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan karakter yang kuat dan tangguh
diiringi kompetensi yang tinggi, berbagai tantangan, tuntutan dan kebutuhan
dapat diatasi. Jadi bangsa Indonesia perlu memiliki karakter yang tangguh dan
kuat sehingga tidak mudah terpengaruh dengan hal negatif.8
Sikap dan perilaku yang baik dapat dibentuk melalui pendidikan
karakter, serta penurunan moral anak bangsa Indonesia semakin
memprihatinkan. Beberapa kasus muncul dari kalangan pejabat yang dasar
karakter dirinya lemah, contoh kasus korupsi, kolusi dan nepotisme. 9 Tidak
hanya dari kalangan pejabat, kalangan masyarakat juga telah terjadi kasus
pelecehan seksual, pemerkosaan, penipuan dengan berbagai modus pencurian,
6
Andi Rahmania, 2019, ““Pendidikan Karakter Religius Berbasis Budaya Sekolah di
SDITBIASAssalam Kota Tegal”, Tesis, Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
7
Andi Rahmania, 2019, “Pendidikan Karakter Religius Berbasis Budaya Sekolah di
SDITBIASAssalam Kota Tegal”, Tesis, Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
8
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017, Konsep dan Pedoman Penguatan
Pendidikan Karakter, diunduh dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP.pdf
9
R Listyarti, 2015 “Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif dan Kreatif”,
Jakarta: Erlangga, hlm. 11
kekerasan rumah tangga dan penyimpangan sosial. Karakter telah
dipertaruhkan ditempat yang tidak semestinya, jika tidak berhati-hati bangsa
akan menuju the lost genertion.10 Karakter yang kuat perlu ditanamkan sejak
dini dimana masih dalam tahap perkembangan intelektual dan emosional.
Menurut Rifa’i dan Anni mengemukakan usia sekolah merupakan usia anak
untuk melakukan penyesuaian diri.11
Pendidikan karakter adalah usaha menanamkan kebiasaan yang baik
(habituation) sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak
berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya. 12 Pendidikan
karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,
pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik buruk,
memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.13 Pendidikan karakter dimaknai sebagai proses
penanaman nilai untuk membantu peserta didik menjadi cerdas dan baik
(smart and good) pada tiga aspek yang meliputi kognitif, afektif dan
psikomotorik. Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-
nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut.
Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai the deliberate us of all
dimensions of school life to foster optimal character development atau usaha
kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehiduan sekolah untuk membantu
pembentukan karakter secara optimal. Pendidikan karakter memerlukan
metode khusus yang tepat agar tujuan pendidikan dapat tercapai.14
10
Erik Ermayanti, 2020, “Penerapan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Lokal di MIN3
Tulungagung”, Tesis, Pascasarjana IAIN Tulungagung
11
A Rifa’i dan C.T Anni, 2015 “Psikologi Pendidikan”, Semarang: Uiversitas Negeri
Semarang Press, hlm. 22
12
Intan Kusumawardani, 2018, “Internalisasi Nilai Pendidik Karakter Religius Melaui
Budaya Religius Sekolah di SDN Sumbersari 2 Malang”, Tesis, Pascasarjana Universitas Muhammadiyah
Malang
13
Mulyasa, 2012, “Manajemen Pendidikan Karakter”, Jakarta: PT. Bumi Aksara, hlm.67
14
Durrotun Nafisah, 2016, “Peran Pendidikan Muatan Lokal Terhadap Pembangunan
Literasi merupakan kemampuan mengakses, memahami, dan
menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain
membaca, melihat, menyimak, menulis, dan atau berbicara. 15 Pada zaman
modern ini standar keberhasilan ditentukan dan dipengaruhi oleh kemampuan
literasi.16 Dewasa ini literasi mulai dimaknai sebagai kunci kemajuan sebuah
negara.
Budaya literasi masyarakat Indonesia masih sangat rendah dan
memprihatinkan bila dibandingkan negara lain. Aktivitas membaca dan
menulis sekarang ini menjadi hal tabu bahkan pada anak-anak usia sekolah.
Mereka enggan membaca dan menulis, modernisasi di bidang telekomunikasi
dan informasi yang dibuat manusia untuk memudahkan pekerjaan manusia
untuk memeduhkan pekerjaan manusia seakan-akan berubah teknologilah
yang mengendalikan manusia itu sendiri. Kondisi yang sangat bertentangan
apabila penduduk Indonesia yang mayoritas muslim menjadi negara dengan
budaya literasi yang rendah, bila dikaitkan dengan kitab suci Al-Qur’an yang
berasal dari kata qara’a yang artinya membaca, atau bacaan.
Dasar membaca Al-Qur’an sendiri terdapat dalam surat Al-Alaq ayat
1-5
ْأ
ِاْق َر ِباْس ِم َر ِّب َك اَّلِذ ْي َخ َلَق َخ َلَق اِاْلْن َس اَن ِم ْن َع َلٍق
Karakter Bangsa ”, Jurnal Pancasila dan Kewargaegaraan, 4, 2, April, hlm. 463 -464
15
Pratiwi Retnaningdyah, dkk. Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah
Menengah Pertama. (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan: 2016) 2.
16
Sofie Dewayani, Menghidupkan Literasi di Ruang Kelas, (Yogyakarta, Kanisius: 2017),
9.
Program literasi ternyata sesuai dengan ajaran agama Islam yaitu
perintah Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk membaca. Membaca
menurut ayat ini tidak hanya dimaksudkan membaca tekstual tetapi juga
membaca kontekstual. Sedangkan dalam kegiatan literasi seseorang dituntut
untuk membaca teks kemudian ditulis kembali pokok-pokok isi teks tersebut.
Supaya menjadi bahan perenungan selanjutnya. 17
Dalam membaca Al-Qur’an tidak sembarangan atau asal- asalan,tetapi
harus sesuai dengan kaidah-kaidah atau pedoman yang telah ditentukan dalam
ilmu tajwid. Hal ini perlu dipahami, karena Al-Qur’an merupakan pedoman
hidup bagi umat islam. Jika salah dalam membaca Al-Qur’an, maka akan
berdampak pada arti, penafsiran dan pemahaman yang salah pula, sehingga
pengamalannya pun akan salah, dan dapat pula menyesatkan. Apabila itu
semua terjadi maka ini yang membaca, menulis dan menafsirkan tidak
mendapat pahala melainkan mendapat dosa.18
Islam sangat memaknai kegiatan membaca dan menulis sebagai media
yang penting bagi kehidupan manusia. Melalui aktifitas membaca dan menulis
maka wawasan masyarakat akan semakin bertambah luas, mudah untuk
bersikap pro-aktif, tetapi kritis terhadap setiap perubahan.
Untuk mewujudkan hal tersebut kita bisa memanfaatkan pendidikan
salah satunya melalui pendidikan lembaga formal, dalam lembaga formal
sering kali kita jumpai diawal pembelajaran menerapkan suatu pembiasaan
pada peserta didik untuk melaksanakan membaca Al-Qur’an secara tartil
terlebih dahulu dengan harapan suatu pembiasaan yang diterapkan tersebut
dapat berpengaruh terhadap kemampuan siswa. Kemampuan membaca Al-
Qur’an dengan baik dapat dilakukan melalui pembiasaan literasi Al-Qur’an
setiap harinya.
Pembiasaan pada pendidikan anak sangatlah penting, khususnya dalam
pembentukan pribadi dan akhlak. Pembiasaan agama akan memasukkan
17
Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta: CV. Aneka Ilmu, 2013),
538.
18
Ibrahim Eldeeb, Be A Living Qur ’an: Petunjuk Praktis Penerapan Ayat- ayat Al-Qur’an
dalam Kehidupan Sehari-hari, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), 12.
unsur-unsur positif pada pertumbuhan anak. Semakin banyak pengalaman
agama yang didapat anak melalui pembiasaan maka semakin banyak unsur
agama dalam pribadinya dan semakin mudahlah ia memahami ajaran agama.19
Pembiasaan literasi Al-Qur’an menjadikan kebiasaan itu sebagai salah
satu teknik atau metode pendidikan. Lalu ia mengubah seluruh sifat-sifat baik
menjadi kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan itu tanpa perlu
payah, tanpa kehilangan banyak tenaga dan tanpa menemukan banyak
kesulitan. Proses pembiasaan harus dimulai dan ditanamkan kepada anak
sejak dini. Potensi ruh keimanan manusia yang berada dalam pribadi bisa
berubah-ubah, sehingga potensi ruh yang diberikan oleh Allah Swt harus
senantiasa dipupuk dan dipelihara dengan memberikan pelatihan-pelatihan
dalam ibadah. 20
SMA Adh-Dhuhaa merupakan diantaranya salah satu sekolah yang
menyelenggarakan pembiasaan literasi Al-Qur’an. Dalam hal ini bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan kaidah hukum tajwid dan dapat
berpengaruh pada kemampuan membaca Al-Qur’an siswa.
Berdasarkan penjelasan dan uraian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa pendidikan karakter berbasis budaya religius pada peserta didik perlu
diterapkan dan mendapatkan perhatian khusus dalam bidang pendidikan.
Sehingga peserta didik memiliki pendidikan karakter yang baik dan
berkualitas. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Manajemen Pendidikan Karakter Berbasis Literasi
Quran di SMA Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo Tahun Pelajaran
2021/2022”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat di identifikasikan sebagai
berikut:
1. Menurunnya nilai-nilai budi pekerti.
19
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), 6465.
20
Ahmad Zayadi dan Abdul Majid, Tadzkiyah Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
Berdasarkan Pendekatan Kontekstual (Jakarta: Raja Grafndo Persada, 2005), 64.
2. Kurang sadarnya santri dalam mengamalkan nilai-nilai tata karma
terpuji.
C. Batasan Masalah
Bersadarkan identifikasi masalah di atas maka perlu adanya
pembatasan masalah untuk menghindari kesalahpahaman dan menfokuskan
pada “Manajemen Pendidikan Karakter Berbasis Literasi Quran di SMA
Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo.”
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana stratagi yang dilakukan pengajar dalam membentuk karakter
peserta didik ?
2. Bagaimana implementasi manajemen pendidikan karakter berbasis
literasi qur’an di SMA Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana strategi pendidik dalam membentuk
karakter peserta didik.
2. Untuk mengetahui implementasi strategi pendidik dalam membentuk
karakter peserta didik.
F. MANFAAT PENELITIAN
Proses dan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat dan kegunaan bagi berbagai pihak yang terkait dengan penelitian ini
antar lain sebagai berikut :
1. Bagi Siswa
Menjadikan peserta didik SMA Adh-Dhuhaa dapat membentuk
karakter kuat melalui kegiatan literasi Qur’an dan budaya membaca bagi
santri agar menjadi santri yang berwawasan luas.
2. Bagi Sekolah
Sebagai bahan referensi dalam melaksanakan proses pembelajaran
nilai-nilai karakter yang ada disekolah sehingga kualitas didik menjadi
lebih baik kedepannya.
3. Bagi Peneliti
Menambah wawasan peneliti dan memberikan sumbangan
pemikiran maupun sebagai masukan untuk peneliti lain
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KONSEP TEORITIS
1. Pengertian Pendidikan Karakter
1
(Islamic behavior), sifat atau watak (disposition), perilaku baik (good
conduct), kodrat atau sifat dasar (nature) perangai (temper), etika atau tata
susila (ethics), moral dan karakter.22
Pendidikan karakter memiliki makna tersendiri. Berikut ini
merupakan pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian pendidikan
karakter.
a. Menurut Kementerian Pendidikan Nasional, pendidikan karakter adalah
kreatif.23
hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, oleh karena itu pendidikan
pendidikan.24
seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan
22
Muhammad Yaumi, Pilar-pilar Pendidikan Karakter, (Makassar: Alauddin university
press; 2012), hal. 50
23
Kemendiknas, Desain Induk Pendidikan Karakter, 2010, Jakarta: Kemendiknas, hlm. 4
24
Hidayatullah M Furqon, 2010, Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa,
Surakarta: Yuma Pressindo, hlm. 23
25
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model..., hal. 43
2
karsa.26
f. effort to help people understand, care about, and act upon core ethical
membantu orang mengerti, peduli, dan berbuat atas dasar nilai-nilai etik.
Dalam definisi ini pendidikan karakter merujuk pada tiga kompenen yang
harus diolah, yakni (a) pikiran, yang ditunjukkan dengan kata understand,
(b) rasa, yang ditunjukkan dengan kata care about, (c) raga, yang
3
karakter bangsa, yaitu:
1) Mengembangkan kompetensi dasar siswa agar menjadi manusia
berpikiran baik.
perkembangan remaja.
29
Muhammad Ilyas Ismail, 2012, Pendidikan Karakter Suatu Pendekatan Nilai, Makasar:
Alauddin University Press, hlm. 43
4
inovatif.
bermasyarakat.
A. Literasi Al-Qur’an
tujuannya, riwayat dan tafsirannya serta memahami setiap ayat yang dibaca
1. Pengertian Literasi
Orang yang dapat dikatakan literat dalam pandangan ini adalah orang
mampu membaca dan menulis atau bebas buta huruf. Pengertian literasi
30
Solehuddin, Keefektifan Program Literasi Al-Qur ’an di Sekolah-Sekolah Swasta non-
Agama dalam Kerangka Penguatan Karakter (Kajian di Jawa Barat) 2018. 170
5
literasi telah bergeser dari pengertian yang sempit menjadi pengertian
2. Tujuan Literasi
mandiri.
2006).32
Dari berbagai macam tujuan literasi diatas dpat disimpulkan bahwa
31
Abidin, Yunus, dkk Pembelajaran Literasi Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi
Matematikaa, Sains, Membaca, dan Menulis (Jakarta : Bumi Aksara 2017) 7.
32
Abidin, Yunus, dkk, Pembelajaran Literasi (Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi
6
3. Asas Dasar Penilaian Literasi
menjadi kecenderungannya.
kegiatan pribadinya.
4. Prinsip-Prinsip Literasi
dapat diprediksi
keberagaman33
33
Abidin, Yunus, dkk, Pembelajaran Literasi (Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi
7
Dari beberapa macam prinsip diatas dapat dismpulkan bahwa dengan
5. Manfaat Literasi
b. Menambah wawasan.
f. Melatih diri untuk bisa menulis dan merangkai kata dengan bijak.
semakin meningkat.
6. Pengertian Al-Qur’an
Secara etimologi ( Bahasa ) diambil dari kata َيْقَر ُأ- َقَر َأyang berarti
sesuatu yang dibaca, arti ini mempunyai makna anjuran kepada umat Islam
Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis (Jakarta : Bumi Aksara 2017) 226-280.
34
M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan
8
Sedangkan secara terminologi (Istilah) menurut para ahli diantaranya
ialah:
ibadah, yang diturunkan secara mutawatir, dan yang ditulis pada mushaf,
mulai dari surat Al- Fatihah (1) sampai akhir surat An-Nas (114).35
Al-Qur'an adalah wahyu atau kalam Allah Swt, semua definisi yang
9
kalam atau wahyu Allah. Alqur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad
Saw. Ini menunjukan bahwa kalam atau wahyu Allah yang diturunkan
kepada nabi dan rasul Allah yang lain tidak dapat dinamakan Al-Qur'an.
berikut :
1
0
Rasulullah Saw bersabda :
Bukhari).37
bersama para malaikat yang suci dan taat, sedang orang yang susah
Tirmidzi).39
37
Al-Bukhariy, Kitab Fadhail Al-Qur ’an bab Khairukum Man Ta ’alam Al- Qur ’an, Hadis
Ke 4639
38
Imam Muslim, Kitab Al-Musafirin wa Qashruha, no. 244, bab. 38
39
Abdul Majid Khon. Praktikum Qira’at Keanehan Bacaan al-Qur’an Qiraa'atAshim dari
Hafash (Jakarta : Sinar Grafika Offset) 55-59
1
1
c. Dalam keadaan bersuci
f. Membaca Ta'awwudz
Allah dari setan yang terkutuk (QS An- nahl (16): 98).41
Qur'an yang meiliki nilai yang sangat sakral dan beribadah agar mendapat
1
2
didalamnya pendidikan akhlak.43
43
Solehuddin, Keefektifan Program Literasi Al-Qur’an di Sekolah-Sekolah Swasta non-
Agama dalam Kerangka Penguatan Karakter (Kajian di Jawa Barat) 2018. 170
1
3
BAB III
METODE PENELITIAN
digunakan untuk mengkaji atau meneliti suatu objek yang alamiah tanpa ada
digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti adalah
data bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada
generalisasi.44
44
Andi Prastowo, 2016, Metode Penelitian Kualitatif, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, hlm. 67.
45
Afrizal, 2015, Metode Penelitian Kualititif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan
Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta : Raja Grafindo Persada, hlm. 7
1
4
Jenis metode penelitian yang dipilih adalah deskriptif analitis, adapun
pengertian dari metode deskriptif analitis adalah suatu metode yang berfungsi
melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
Susanto S.Pd.I. dan Ustadz Mundofir S.Pd.I.,M.Pd. pada tanggal 15 juni 2006.
Pemilihan lokasi ini karena memiliki keunikan, yaitu sebagai salah satu
Sumber data adalah sumber dari mana data tersebut diperoleh. Sehingga,
untuk mendapatkan data yang relevan dengan permasalahan ini data yang
diambil meliputi sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data
1
5
primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan
seperti dokumen dan lain-lain. Data yang diperoleh dari penelitian kualitatif
adalah semua fakta-fakta yang dinarasikan dan tidak dapat diukur dengan
Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu Kepala Sekolah SMA
pondok pesantren. Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang bukan
ini adalah berupa data-data tertulis seperti data sekolah, guru, karyawan dan
lain sebagainya
berikut:
46
Lexy Moleong, 2006, Metode Peneltian Kualitatif, Bandung : Pt Remaja Rosdakarya,
47
Sugiono, 2015, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta, hlm. 67
1
6
1. Teknik Pengamatan (observasi)
dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan, yaitu suatu proses
2021/2022.
48
Suharsimi Arikunto, 2013, Prosedur-Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, hlm.49
49
9Lexy J. Moleong, 2010, Metodologi Peneletian Kualitatif, Badung: Rosda, hlm. 186
1
7
sekolah, guru dan siswa SMA Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo
3. Teknik Dokumentasi
cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk
buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta
Salah satu syarat bagi analisis data adalah dimilikinya data yang valid
dilakukan dengan melihat reliabilitas dan validitas daya yang diperoleh. Agar
1
8
kriteria validitas dan reabilitas, yaitu: memperpanjang waktu tinggal,
observasi lebih tekun, dan melakukan triangulasi. Denzin dalam buku yang
data), dan pada siapapun pertanyaan sama diajukan (triangulasi subjek), hasil
jawaban tetap konsisten sama. Pada saat itulah cukup alasan bagi peneliti
informasi yang dikatakan oleh informasi dan data hasil pengamatan dengan
hasil wawancara.
periode tertentu. Analisis data dilakukan secara interaktif dan terus menerus
analisis data dalam penelitian ini mengacu pada model Miles dan Huberman
1. Pengumpulan Data
51
Muhammad Idrus, 2011, Metode Penelitian Ilmu Sosial, Jakarta : Pustaka Raya, hlm. 145
52
Muhammad Idrus, 2011, Metode Penelitian Ilmu Sosial, hlm. 145
1
9
Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara
Sukoharjo.
2. Reduksi Data
kompleks dan rumit maka perlu segera dilakukan analisis data melaui
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi
tersebut dianalisis, disusun dan diolah data yang perlu digunakan dan tidak
3. Penyajian Data
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk table, grafik, phic chard,
2
0
apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
untuk menarik simpulan dari data yang telah dikumpulkan dengan cara
dokumentasi.
2
1
BAB IV
2
2
program yang sesuai dengan harapan masyarakat sehingga jumlah santri yatim
semakin bertambah dan perekonomian Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa yang
dulu hanya untuk anak yatim sekarang meluas merambah dhuafa.
Dengan berkembangnya Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa ini
berkembang pula berbagai inovasi sehingga memperluas mitra maka pimpinan
Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa (Ustadz Heru Utomo S.Pd.I.,M.Pd.)
berinisiatif untuk membuka lembaga pendidikan yang selanjutnya disetujui
dalam forum rapat pengurus yayasan pada tanggal 14 April 2010 maka
didirikanlah Sekolah Menengah Adh-Dhuhaa (SM Adh-Dhuhaa) dengan
system boarding (berasrama) pada tahun ajaran 2010/2011. Sekolah Menegah
Adh-Dhuhaa (SM Adh-Dhuhaa) merupakan sekolah satu atap dengan pondodk
pesantren (system boarding) khusus anak yatim,piatu dan dhuafa.
Penyelenggaraan Sekolah Menengah Tingkat Pertama dan Atas (SMP
dan SMA) Adh-Dhuhaa yang dikemas dan dikelola secara Islamic Boarding
School hal tersebut juga sebagai wadah untuk menerapkan pendidikan yang
utuh, perpanduan antara pendidikan umum dan pesantren dan juga untuk lebih
memaksimalkan potensi santri Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa.
Sekolah Menengah Adh-Dhuhaa (SM Adh-Dhuhaa)
menyelenggarakan sebuah wadah berupa sekolah khusus bagi anak didik
yatim, piatu dan dhuafa yang mukim di Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa
2. Letak Geografis SMA Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo.
2
3
Letak SMA Adh-Dhuhaa ditengah-tengah pemukiman warga yang
penduduknya padat dan strategis karena terletak diantara pedesaan dan
perkotaan sehingga akses komunikasi dari desa menuju kota mudah. Jarak
Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa dengan Kelurahan Desa Gentan tidak kurang
dari 3 KM dengan Kecamatan Baki kurang lebih 8 KM dengan mayoritas
penduduk islam.
Gentan merupakan wilayah yang maju karena berada ditengah-tengah
penduduk yang berkembang dan modern dapat terlihat dari lokasi Pondok
Pesantren Adh-Dhuhaa, perdagangan yang sifatnya tradisional dan modern,
sehingga perekonomian warga desa Gentan rata-rata menengah keatas. Hal ini
sangat menunjang keberlangsungan Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa dengan
segala program-programnya karena salah satu diantaranya adalah
entrepreneurship dengan berjulan susu kedelai dari perumahan ke perumahan.
3. Visi dan Misi SMA Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo.
2
4
menggali dan mengembangkan potensi unik setiap anak didik dengan
ditopang bekal pengetahuan, kepribadian dan keterampilan yang memadai,
sehingga mampu mempersiapkan dan mengantarkan anak didik untuk
melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi dengan kemandirian dan skill.
2
5
5. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa
Pengasuh
Dr. Heru Utomo
S.Pd.I.,M.Pd.
Wakil Pengasuh
Heri Susanto S.Pd.I.,M.Pd.
Tata Usaha
Ahmad Syahuri S.Kom.
2
6
6. Keadaan Ustadz
SMA Adh-Dhuhaa LKSA Adh-Dhuhaa
Ustadz merupakan hal yang Kesantrian Ma’hadpembentukan
sangat penting dalm Al-Azhar
Eko Priyono S.Pd. Rahma Nur A.Md. Agus Supriyanto S.Pt. Prof. M.Ilyas Hasan
karakter seorang santri akan terbentuknya seubuak karakter yang baik. Pondok
Pesantren Adh-Dhuhaa dalam manajamen pendidikan karakter di kelola ustadz
Kurikulum SMA Fundrising Wali Asuh Santri Madrasah Diniyah
Adi Susilo S.Pd. danMuhammad
ustadzah yang sesuai dengan potensi dan kualifikasinya.
Hadi Anshori Khusnul K
Berikut ini daftar nama ustadza dan ustadzah yang mengelola
pembelajaran di Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa Gentan,Baki,Sukoharjo.()
Dapodik Sekolah Majalah Adh-Dhuhaa Wali Asuh Ma’had Ali
Novi Prasetyo S.Pd. .Slamet Sugiarto A.Ma Program Al-Azhar
2
7
7. Keadaan Siswa
Santri merupakan obyek yang menjadi sasaran pelaksanaan program-program
pondok pesantren dalam hal ini menjadi sasaran manajemen pendidikan karakter
berbasis literasi qur’an. Jumlah santri Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa Gentan,
Baki, Sukoharjo ada …….. santri yatim, piatu dan dhuafa setara SMA dengan
berbagai latar belakang berbeda-beda.
2
8
8. Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan factor yang sangat penting dalam
menunjang segala aktivitas semua elemen Pondok Pesantren sehingga dapat
terciptanya suasana belajar santri dan dalam mewujudkan keberlangsungan
program kegiatan yang terdapat Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa. Sarana dan
prasarana di Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa antara lain :
2
9
24 UKS 1
25 Tempat Wudhu 2
26 Kamar Tamu 1
27 Parkir 2
3
0
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian
1. Manajemen Pendidikan Karakter Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa
Gentan, Baki, Sukoharjo Berbasis Literasi Qur’an.
Dari temuan yang meneliti tentang manajemen pendidikan karakter
peneliti menemukan bahwasannya ada karakter yang ditanamkan di Pondok
Pesantren Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo yang biasa disebut dengan 3
Panca Pesantren Adh-Dhuhaa :
a. PANCA JIWA
1) Jiwa Keikhlasan
Jiwa ini berarti sepi ing pamrih, yakni berbuat sesuatu bukan karena
didorong oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan tertentu. Segala
perbuatan dilakukan dengan niat semata-mata untuk ibadah, lillah. Kyai ikhlas
medidik dan para pembantu kyai ikhlas dalam membantu menjalankan proses
pendidikan serta para santri yang ikhlas dididik.
Jiwa ini menciptakan suasana kehidupan pondok yang harmonis antara
kyai yang disegani dan santri yang taat, cinta dan penuh hormat. Jiwa ini
menjadikan santri senantiasa siap berjuang di jalan Allah, di manapun dan
kapanpun.
2) Jiwa kesederhanaan
Kehidupan di SMA Adh-Dhuhaa diliputi oleh suasana kesederhanaan.
Sederhana tidak berarti pasif atau nerimo, tidak juga berarti miskin dan melarat.
Justru dalam jiwa kesederhanan itu terdapat nilai-nilai kekuatan, kesanggupan,
ketabahan dan penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup.
Di balik kesederhanaan ini terpancar jiwa besar, berani maju dan pantang
mundur dalam segala keadaan. Bahkan di sinilah hidup dan tumbuhnya mental
dan karakter yang kuat, yang menjadi syarat bagi perjuangan dalam segala segi
kehidupan.
3) Jiwa Berdikari
Berdikari atau kesanggupan menolong diri sendiri merupakan senjata
ampuh yang dibekalkan pesantren kepada para santrinya. Berdikari tidak saja
berarti bahwa santri sanggup belajar dan berlatih mengurus segala kepentingannya
3
1
sendiri, tetapi pondok pesantren itu sendiri sebagai lembaga pendidikan juga harus
sanggup berdikari sehingga tidak pernah menyandarkan kehidupannya kepada
bantuan atau belas kasihan pihak lain. Pondok tidaklah bersifat kaku, sehingga
menolak orang-orang yang hendak membantu. Semua pekerjaan yang ada di
dalam pondok dikerjakan oleh kyai dan para santrinya sendiri, tidak ada pegawai
di dalam pondok.
4) Jiwa Ukhuwwah Islamiah
Kehidupan di SMA Adh-Dhuhaa diliputi suasana persaudaraan yang
akrab, sehingga segala suka dan duka dirasakan bersama dalam jalinan ukhuwwah
Islamiah. Tidak ada dinding yang dapat memisahkan antara mereka. Ukhuwah ini
bukan saja selama mereka di Pondok, tetapi juga mempengaruhi ke arah persatuan
ummat dalam masyarakat setelah mereka terjun di masyarakat.
5) Jiwa Bebas
Bebas dalam berpikir dan berbuat, bebas dalam menentukan masa depan,
bebas dalam memilih jalan hidup, dan bahkan bebas dari berbagai pengaruh
negatif dari luar, masyarakat. Jiwa bebas ini akan menjadikan santri berjiwa besar
dan optimis dalam menghadapi segala kesulitan. Hanya saja dalam kebebasan ini
seringkali ditemukan unsur-unsur negatif, yaitu apabila kebebasan itu
disalahgunakan, sehingga terlalu bebas (liberal) dan berakibat hilangnya arah dan
tujuan atau prinsip.
Sebaliknya, ada pula yang terlalu bebas (untuk tidak mau dipengaruhi),
berpegang teguh kepada tradisi yang dianggapnya sendiri telah pernah
menguntungkan pada zamannya, sehingga tidak hendak menoleh ke zaman yang
telah berubah. Akhirnya dia sudah tidak lagi bebas karena mengikatkan diri pada
yang diketahui saja.
Maka kebebasan ini harus dikembalikan ke aslinya, yaitu bebas di dalam
garis-garis yang positif, dengan penuh tanggungjawab; baik di dalam kehidupan
pondok pesantren itu sendiri, maupun dalam kehidupan masyarakat.
Jiwa yang meliputi suasana kehidupan SMA Adh-Dhuhaa itulah yang
dibawa oleh siswa sebagai bekal utama di dalam kehidupannya di masyarakat.
Jiwa ini juga harus dipelihara dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya.
3
2
b. PANCA BINA
c. PANCA DHARMA
3
3
1) Ibadah
Yang pertama, adalah ibadah. Dasar ketaqwaan kepada Allah Subhaanahu
Wata’ala. Pun dengan ajaran yang pertama kali diserukan oleh Nabi Muhammad
adalah tauhid kepada Allah, yakni yakni menyembah dan beribadah hanya kepada
Allah.
Setiap sesuatu, terutama yang baik, harus diniati dengan sebagai ibadah.
Ibadah di dalam Islam tidak disyari’atkan untuk mempersempit atau mempersulit
manusia, dan tidak pula untuk menjatuhkan di dalam kesulitan. Akan tetapi
ibadahitu disyari’atkan untuk berbagai hikmah yang agung, kemashlahatan besar
yang tidak dapat dihitung jumlahnya. Pelaksanaan setiap sesuatu dalam Islam
yang bersunsur ibadah adalah mudah.
2) Ilmu
Yang kedua, adalah ilmu. Setelah seorang hamba mengabdikan dirinya
kepada sang pencipta makhluk dalam hal ibadah, maka yang wajib dilakukan
adalah menuntut ilmu. Ilmu sebagai alat, merupakan sarana untuk meningkatkan
pemahaman manusia tentang satu atau berbagai hal.
Jika tanpa ilmu, nilai ibadah akan menjadi rusak. Begitu pula sebaliknya.
Seperti yang telah Allah sebutkan dalam surat Al-Fatihah, orang-orang yang
dimurkai, adalah mereka yang berilmu dan berakal, namun enggan bersyukur
kepada sang pencipta dengan cara ibadah. Serta mereka yang beribadah, namun
terjerumus dalam kesesatan karena beribadah tanpa didasari dengan ilmu.
3) Amal
Yang ketiga, adalah amal. Amal menjadi sebuah keharusan, sebagai
pembuktian bahwa kita mengadakan implementasi dari setiap ilmu yang kita
miliki. Dasar atau tolak ukur yang sempura dari sebuah ilmu, adalah ketika ilmu
yang dimiliki senantisa diamalkan. Ketika amal sudah didasari oleh ilmu, maka
ketenangan lah yang akan hadir ketika ibadah.
Ibarat kata, dalam sebuah perumpamaan, disebutkan “ilmu tanpa amal
bagai pohon tak berbuah”, yang berarti jika salah satunya hilang, maka yang lain
akan tidak berarti. Buah tidak akan tumbuh dari selain pohon, dan pohon akan
mati jika tidak berbuah. Ilmu yang tidak diamalkan, maka hilanglah barakah dari
3
4
ilmu tersebut.
4) Dakwah
Yang keempat, adalah dakwah. Ibadah tidak hanya berhenti pada diri
sendiri, bukan kewajiban untuk pribadi. Maka, tugas selanjutnya dari
mengamalkannya untuk diri sendiri, adalah dengan dakwah.
Dakwah berarti memanggil, mengajak, serta melakukan amal-amal
kebaikan yang bermuara pada ketaatan kepada Allah. Mengajak kepada ibadah,
serta menempuh jalan kehidupan sesuai yang telah dituntunkan oleh Allah dan
RasulNya dalam syari’at Islam.
5) Istiqomah
Dan yang terakhir, adalah istiqomah. Tidak berhenti pada dakwah saja,
harus ada pengikat agar setiap hal yang telah dilakukan di atas tetap berjalan dan
terus langgeng. Dan ikatan itu berupa istiqomah.
Istiqomah merupakan keinginan untuk mewujudkan sesuatu secara terus-
menerus. Sesuatu yang baik jika tidak disertai dengan istiqomah, maka ia akan
hilang. Karena perbuatan baik tidak cukup jika hanya dilakukan sekali, tetapi
harus terus diulang. Istiqomah mampu meneguhkan pendirian, memupus
keraguan, dan menghilangkan ketakutan.
53
Solehuddin, Keefektifan Program Literasi Al-Qur’an di Sekolah-Sekolah Swasta non-Agama
dalam Kerangka Penguatan Karakter (Kajian di Jawa Barat) 2018. 170
3
5
Utomo, S.Pd.I.,M.Pd.I. yang menyatakan bahwa.
Latar belakang budaya literasi membaca Al-Quran di Pondok Pesantren
Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo adalah untuk meningkatkan jiwa semangat
belajar, meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa, meningkatkan
ketakwaan sebagai seorang muslim sejati, melatih siswa untuk taat beribadah,
melatih siswa untuk menghafalkan ayat-ayat Al- Qur’an dan membentuk karakter
islami seluruh santri.54
Pelaksanaan program budaya literasi membaca Al-Qur’an di SMP di
Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo ini cukup bervariasi,
sehingga siswa tidak mudah bosan dan tetap semangat dalam melaksanakan
kegiatan ini, hal ini didasarkan pada hasil wawancara dengan Nur Kartika, selaku
penanggung jawab program literasi, beliau menuturkan bahwa:
Setiap pagi kita adakan pembiasaan membaca Al-Qur’an atau budaya
literasi membaca Al-Qur’an, untuk pelaksanaannya kita memberikan waktu
kurang lebih sekitar setengah jam sekitar pukul 07.00 WIB sampai dengan 08.00
WIB kemudian setelah itu siswa-siswi baru memulai kegiatan pembelajaran.
Ketika pelaksanaan budaya literasi membaca Al-Qur’an surah yang dibaca adalah
surah-surah yang ada di Al-Qur’an terutama surat Al-Baqarah. Pada waktu
pelaksanaannya ada santri yang mengkoordinasi atau memimpin melalui pengeras
suara di depan masjid.55
Keberhasilan suatu program tentu tidak terlepas dari peran dan kerja sama
yang baik antara kedua belah pihak. Sebagaimana yang terjadi pada pelaksanaan
budaya literasi membaca Al-Qur’an di Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa Gentan,
Baki, Sukoharjo tentu tidak terlepas dari adanya peran dan sikap bapak ibu guru
terutama bapak ibu guru yang mengajar Pendidikan Agama Islam serta kerja sama
yang baik antara santri dan para ustadz. Berikut hasil wawancara dengan Nur
Kartika:
Untuk pembiasaan atau budaya literasi membaca Al-Qur’an peran
penanggung jawab serta kesantrian adalah mendampingi, mengkoordinasi,
54
Lihat Transkrip Wawancara Nomor 11/W/23-2/2021.
55
Lihat Transkrip Wawancara Nomor 03/W/19-2/2021.
3
6
mengkondisikan serta bertanggung jawab terhadap santri. Bentuk peran guru itu
diwujudkan seperti memilih pemimpin untuk membaca Al-Qur’an di depan
masjid supaya santri mau membaca Al-Qur’an dengan disiplin dan tertib.56
Hal ini juga ditegaskan berdasarkan hasil observasi terhadap sikap guru
terhadap pelaksanaan budaya literasi membaca di Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa
Gentan, Baki, Sukoharjo sebagaimana dituliskan di bawah ini:
Saat pelaksanaan budaya literasi membaca Al-Qur’an atau pembiasaan
literasi qur’an. Penanggung jawab dan kesantrian tidak segan memberikan sanksi
atau hukuman kepada santri yang tidak mau mengikuti kegiatan budaya literasi
membaca Al-Qur’an atau pembiasaan di pagi hari. Sanksi yang diberikan
penanggung jawab dan kesantrian kepada santri-santri bukanlah sanksi fisik,
melainkan sanksi atau hukuman yang bersifat mendidik. Adapun sanksi atau
hukuman yag diberikan adalah membaca Al-Qur’an dengan berdiri di depan
teman-temannya atau membersihkan area masjid yang digunakan untuk
pembelajaran.57
Berdasarkan deskripsi dari hasil wawancara di atas mengenai pelaksanaan
budaya literasi membaca Al-Qur’an di Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa Gentan,
Baki, Sukoharjo dapat disimpulkan bahwa kegiatan budaya literasi membaca Al-
Qur’an ini sudah menjadi kebiasaan atau budaya yang harus diikuti oleh seluruh
santri. Pelaksanaan program budaya literasi membaca Al- Qur’an ini dilatar
belakangi oleh meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an para santri, selain
itu program ini disusun secara bervariasi agar santri tidak mudah merasa bosan.
Untuk mencapai keberhasilan dalam pelaksanaan suatu program budaya literasi
membaca Al- Qur’an diperlukan peran dan sikap guru yang tegas serta kerja sama
yang baik antara santri dan penanggung jawab serta kesantrian.
b. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Budaya Literasi
3
7
budaya literasi membaca Al-Qur’an tentu memiliki faktor pendukung dari
berbagai pihak, baik dari santri-santri, penanggung jawab, kesantrian, ustadz-
ustadz maupun sarana dan prasarana yang di Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa
Gentan, Baki, Sukoharjo.
Seperti yang dikatakan oleh Nur Kartika selaku penanggung jawab
program literasi Qur’an di Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa Gentan, Baki,
Sukoharjo yang mengatakan bahwa:
Untuk faktor pendukung pelaksanaan program budaya literasi membaca
Al-Qur’an atau pembiasaan adalah ketersediaan TPQ di sekitar lingkungan tempat
tinggal santri sebelum masuk ke pondok pesantren, motivasi dan dukungan dari
pihak keluarga, selain itu pondok pesantren juga sudah memberikan sarana dan
prasarana yang menunjang keberhasilan program pembiasaan membaca Al-
Qur’an seperti ketersediaan masjid yang nyaman, ketersediaan Al-Qur’an yang
banyak, serta ustadz-ustadz yang kompeten dalam bidang Al-Qur’an terutama
dalam kaitannya membaca Al-Qur’an.
Dari data hasil wawancara di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
faktor pendukung dari pelaksanaan program budaya literasi membaca Al-Qur’an
di Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo adalah adanya
dukungan penuh yang diberikan oleh seluruh pihak di pondok pesantren termasuk
mudir pesantren, ustadz, santri dan wali santri. Selain itu ketersediaan sarana dan
prasarana yang memadai yang dapat menunjang terlaksananya program budaya
literasi membaca Al-Qur’an sehingga program ini dapat berjalan dengan baik.
Adapun faktor eksternal yang mendukung terlaksananya program budaya literasi
membaca Al-Qur’an yaitu adanya TPQ yang ada ditempat tinggal santri sebelum
masuk di pondok pesantren dan motivasi dan dukungan yang diberikan dari pihak
keluarga sebagai faktor keberhasilan yang menunjang peningkatan kemampuan
dan minat siswa dalam membaca Al-Qur’an.
Selain faktor pendukung, pelaksanaan suatu program literasi membaca Al-
Qur’an tentu memiliki faktor penghambat yang menyebabkan pelaksanaan
program budaya literasi tidak berjalan dengan baik. Sebagaimana dijelaskan oleh
Nur Kartika, beliau menyatakan bahwa:
3
8
Faktor penghambatnya adalah tidak tersedianya lembaga TPQ di
lingkungan sekitar tempat tinggal santri, berasal dar sekolah negeri, tidak ada
dorongan, motivasi, dan semangat dari siswa, serta ketika pulang kerumah ketika
liburan pesantren santri-santri jarang untuk membaca Al-Qur’an sedangkan malah
senang bermain handphone sehingga lupa dan malas untuk membaca Al-Qur’an.58
Hal serupa pun dikemukakan juga oleh Rian Hariadi, yang mana beliau
menyatakan bahwa:
Untuk faktor yang menghambat sebenarnya dari faktor kemampuan dan
minat siswa itu sendiri yang cenderung rendah, akan tetapi sudah kita tangani
dengan cara memberikan pembiasaan- pembiasaan berupa latihan-latihan dan
tugas membaca Al- Qur’an. Kita juga menanamkan dan memahamkan kepada
siswa tentang pentingnya Al-Qur’an sebagai pedoman hidup yang harus
ditanamkan pada hati dan jiwa siswa itu sendiri. Kemudian setelah ditanamkan
dan pahamkan selanjutnya yaitu diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.59
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa faktor
penghambat dari pelaksanaan program budaya literasi membaca Al-Qur’an di
Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo adalah rendahnya
motivasi, dorongan dan semangat dari siswa itu sendiri. Selain siswa belum
memiliki kesadaran secara penuh untuk memaksimalkan pelaksanaan program
budaya literasi membaca Al-Qur’an untuk meningkatkan kemampuan dan minat
siswa dalam membaca Al-Qur’an.
58
Lihat Transkrip Wawancara Nomor 07/W/19-2/2021.
59
Lihat Transkrip Wawancara Nomor 11/W/25-2/2021.
3
9
C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Salah satu skill orang religius adalah mampu bersikap adil kepada
semua pihak, bahkan saat ia terdesak sekalipun. Mereka mengatakan “pada
saat saya berlaku tidak adil, berarti saya telah mengganggu keseimbangan
dunia”. Adapun contohnya ialah adil dalam memperlakukan bawahan jika
menjadi seorang pimpinan.
c. Bermanfaat bagi orang lain
Rendah hati adalah lawan dari sifat sombong. Rendah hati dapat
dicontohkan dengan mendengarkan pendapat orang lain dengan tidak
memaksakan kehendak. Seseorang dengan sifat rendah hati akan selalu
mempertimbangkan orang lain dan tidak menonjolkan sesuatu dari dalam
dirinya. Contoh sikap rendah hati ialah tidak sombong walau berkedudukan
menjadi kepala sekolah.
e. Bekerja efisien
61
Kemendiknas, 2010, Pendidikan Karakter Bangsa, hlm. 79
62
Mauliyah Izzaty, 2018, '“Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Budaya
Religius di SMA Negeri 9 Malang”, Tesis, Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
BAB V
KESIMPILAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
A. Untuk kepala Sekolah SMA Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo.
1. Identitas Informan
Nama : Dr.Heru Utomo,S.Pd.I.,M.Pd.
Umur : 41 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
2. Pertanyaan
a. Bagaimana gambaran singkat sejarah berdirinya SMA Adh-Dhuhaa
Gentan, Baki, Sukoharjo?
b. Apa visi misi SMA Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo?
c. Apa yang bapak ketahui tentang pendidikan karakter?
d. Menurut bapak apa pengertian dari pendidikan karakter berbasis
literasi qur’an?
e. Metode/program apa saja yang digunakan dalam proses pembentukan
karakter di sekolah ini?
f. Sarana dan prasana apa saja yang digunakan untuk menfasilitasi
program ini?
g. Apa saja faktor pendukung dalam upaya pembentukan karakter siswa
di sekolah ini?
h. Apa saja faktor penghambat dalam upaya pembentukan karakter siswa
di sekolah ini?
i. Apa solusi untuk faktor penghambat tersebut?
PEDOMAN WAWANCARA
B. Untuk Siswa SMA Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo.
1. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin : Laki-laki
Waktu : Selasa, 22 Februari 2022
Tempat : Perpustakaan
2. Pertanyaan
a. Apakah upaya Kepala Sekolah SMA Adh-Dhuhaa dalam mebentuk
karakter berbasi literasi qur’an?
b. Bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter berbasis literasi
qur’an di SMA Adh-Dhuhaa?
C. Untuk Guru di SMA Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sdukoharjo.
1. Identitas Informan
Nama : Wahyu Nur Kartika
Umur : 26 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Waktu :Sabtu, 26 Februari 2022
Tempat : Masjid
2. Pertanyaan
a. Apakah upaya Kepala Sekolah dalam membentuk karakter dengan
literasi qur’an?
b. Apakaha efektif upaya pembentukan karakter dengan metode
literasi qur’an di SMA Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo?
c. Dalam pelaksanaan apakah kendala dalam menerapakan
pendidikan karakter berbasis literasi qur’an di SMA Adh-Dhuhaa
Gentan, Baki, Sukoharjo?
FIELD NOTE
Kode : 01/Kepala Sekolah/2022
Hari, Tanggal : Kamis, 17 Februari 2022
Waktu : 08:00-08:45
Narasumber : Dr.Heru Utomo,S.Pd.I.,M.Pd.
Tempat: Ruang Pengasuh
Hal : Wawancara
Pertanyaan :
a. Bagaimana gambaran singkat sejarah berdirinya SMA Adh-Dhuhaa
Gentan, Baki, Sukoharjo?
Jawaban :
Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa Gentan Baki Sukoharjo didirikan oleh
Ustadz Heru Utomo S.Pd.I.,M.Pd.,Ustadz Heri Susanto S.Pd.I. dan Ustadz
Mundofir S.Pd.I.,M.Pd. pada tanggal 15 juni 2006, ketiganya sebelum
mendirikan Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa adalah salah satu pengurus salah
satu pondok pesantren di Solo, Pengalaman jadi pengasuh serta keprihatinan
atas anak yatim menjadi motivasi tersendiri untuk mendirikan pondok
pesantren yang dalam hal ini adalah Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa. Setelah
berdiri, beberapa orang bergabung untuk melengkapi struktur yayasan beliau-
beliau adalah Ustadz Muhammad Ilyas, Ustadz Ali Ridho, Ustadz Slamet
Sugiarto, Ibu Hj. Soekardi, Ibu Hj. Lestari dan Keluarga Bapak Soegondo.
Sebelum menempati pondok pesantren yang sekarang, lokasi Pondok
Pesantren Adh-Dhuhaa sering berpindah-pindah awalnya di desa Windan lalu
pindah ke Gentan tetapi masih menempati rumah milik seseorang yang
memilih tinggal di luar negeri, seseorang tersebut mengikhlaskan tempatnya
untuk segala kegiatan pondok pesantren tetapi tidak hak milik sempai kurang
lebih 2 tahun, selama itu juga tingkat kepercayaan masyarakat sangat tinggi
sehingga donasi dari para donator juga tinggi dan adanya wakaf tanah
akhirnya pada tanggal 26 Februari 2008 terbit akte pendirian No.01 oleh
notaries Nur Wakhidah SH, M.Kn Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa berdiri.
Pada mulanya Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa adalah pondok anak
yatim yang santri awalnya kurang dari 5 orang karena kurangnya tingkat
kepercayaan masyarakat pada waktu itu dan perekonomian pondok pesantren
pada waktu itu sangat berpengaruh terhadap jumlah santri hal ini berlangsung
beberapa tahun, seiring berjalannya waktu munculah inisiatif untuk menacari
donator serta pendekatan persuasive kepada masyarakat dengan berbagai
program yang sesuai dengan harapan masyarakat sehingga jumlah santri yatim
semakin bertambah dan perekonomian Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa yang
dulu hanya untuk anak yatim sekarang meluas merambah dhuafa.
Dengan berkembangnya Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa ini
berkembang pula berbagai inovasi sehingga memperluas mitra maka pimpinan
Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa (Ustadz Heru Utomo S.Pd.I.,M.Pd.)
berinisiatif untuk membuka lembaga pendidikan yang selanjutnya disetujui
dalam forum rapat pengurus yayasan pada tanggal 14 April 2010 maka
didirikanlah Sekolah Menengah Adh-Dhuhaa (SM Adh-Dhuhaa) dengan
system boarding (berasrama) pada tahun ajaran 2010/2011. Sekolah Menegah
Adh-Dhuhaa (SM Adh-Dhuhaa) merupakan sekolah satu atap dengan pondodk
pesantren (system boarding) khusus anak yatim,piatu dan dhuafa.
Penyelenggaraan Sekolah Menengah Tingkat Pertama dan Atas (SMP
dan SMA) Adh-Dhuhaa yang dikemas dan dikelola secara Islamic Boarding
School hal tersebut juga sebagai wadah untuk menerapkan pendidikan yang
utuh, perpanduan antara pendidikan umum dan pesantren dan juga untuk lebih
memaksimalkan potensi santri Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa.
Sekolah Menengah Adh-Dhuhaa (SM Adh-Dhuhaa)
menyelenggarakan sebuah sekolah khusus bagi anak didik yatim, piatu dan
dhuafa yang mukim di Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa yang dikemas dan
dikelola secara islamic boarding school hal tersebut juga sebagai wadah untuk
menerapkan pendidikan yang utuh, perpaduan antar pendidikan umum dan
pesantren serta memaksimalkan potensi santri Pondok Pesantren Adh-Dhuhaa.
Disamping hal tersebut pada dasranya Sekolah Mnengah Adh-Dhuhaa ingin
mewujudkan pendidikan yang layak bagi kaum dhuafa dengan pengelolaan
yang baik dan prefesional.
Pertanyaan :
b. Apa visi misi SMA Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo?
Jawaban :
Visi dan Misi SMA Adh-Dhuhaa
Visi
Mempersiapkan generasi mandiri yang cerdas serta memiliki dasar
ilmu syar’i, berwawasan luas, berkarakter kuat dan prefesional.
Misi
1. Mewujudkan pendidikan formal untuk anak asuh didalam panti
setara SMP dan SMA dengan kurikulum keterpaduan dalam
bingkai islami.
2. Memberikan pendidikan diniyah dalam pembentukan karakter
anak asuh sesuai dengan karakter Nubuwah.
3. Mewujudkan pendidikan keterampilan dan kemandirian sesuai
dengan bakat dan potensi anak asuh.
Pertanyaan :
c. Apa yang bapak ketahui tentang pendidikan karakter?
Jawaban :
Iyaa... menurut saya karakter itu sesuatu yang wajib dimiliki oleh
semua siswa dimanapun dia berada terkhusus kita yang berada di
sekolah dengan sistem boarding, dimana disini sangat dijunjung
karakter yang baik kepada guru, kakak kelas, adek kelas dan
masyarakat sekitar dengan menjunjung tinggi sopan santun dalam
perkataan dan perbuatan agar terciptanya lingkungan sekolah yang
seimbang dengan semua elemen.
Pertanyaan :
d. Menurut bapak apa pengertian dari pendidkan karakter berbasis
literasi qur’an?
Jawaban :
Pendidikan karakter berbasis literasi qur’an adalah proses
pembelajaran dengan pendekatan langsung melalui keteladanan yang
bersumber pada Al-Qur’an dengan melaksanakannya ke dalam segala
bentuk kegiatan sehari-hari seperti kedalam semua interaksi siswa
dengan Allah SWT dan kepada sesama manusia. Pendidikan karakter
biasa kami praktekkan dalam agenda disini dari bangun tidur sampai
tidur lagi seperti pembiasaan sholat tahajud berjamaah, pembiasaan
membaca al-ma’tsurat setiap pagi dan sore setelah subuh dan setelah
ashar, pembiasaan membaca Al-Qur’an setiap waktu shalat kecuali
setelah subuh khusus untuk setoran hafalan dan membaca surat pilihan
dihari tertentu seperti Yasin, Al-Waqiah, Al-Mulk, Ar-Rahman dan Al-
Kahfi.
Pertanyaan :
e. Metode/program apa saja yang digunakan dalam proses
pembentukan karakter berbasis litarasi qur’an di SMA Adh-
Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo?
Jawaban :
Metode yang digunakan untuk melaksanakan program ini yang paling
utama adalah membaca, Menebalkan, menghafalkan, dan menulis
kembali surat Al-Baqarah dengan 2 buku yang sudah disiapkan. Buku
tersebut yakni buku literasi untuk di teballkan dan menghafalkan serta
buku tulis untuk menulis kembali ayat yang sudah di hafalkan ke buku
tulis sesuai target siswa sesuai dengan kemampuan masing-masing
semaksimal mungkin.
FIELD NOTE
Kode : 02/SMA Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo/2022
Hari, Tanggal : Rabu, 23 Februari 2022
Waktu : 07:00-08:30
Tempat: SMA Adh-Dhuhaa Gentan, Baki, Sukoharjo.
Hal : Observasi
Pertanyaan :
Sarana dan prasana apa saja yang digunakan untuk menfasilitasi
program ini?