Anda di halaman 1dari 87

EFEKTIVITAS METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP PENINGKATAN

PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN


AQIDAH AKHLAK KELAS XI IPA 1 DI MADRASAH ALIYAH
PALATTAE KABUPATEN BONE

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd) Pada Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

RISDAYANTI
NIM: 10120190019

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan skripsi saudari Risdayanti NIM: 10120190019, Mahasiswa

Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Muslim Indonesia, setelah

meneliti dan mengoreksi skripsi yang bersangkutan dengan judul “Efektivitas

Metode Problem Solving Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Peserta

Didik Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas XI IPA 1 di Madrasah

Aliyah Palattae Kabupaten Bone.” memandang bahwa skripsi tersebut telah

memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke seminar

hasil.

Demikian persetujuan ini diberikan untuk proses selanjutnya.

Makassar, 1 Februari 2023

Pembimbing I, Pembimbing II,

Mustamin, S.Ag.,M.Si Dr. H Ahmad Wakka,Lc.MA


ii

KATA PENGANTAR

‫ِبْس ِم ِهللا الَّرْح َم ن الَّرِحْيِم‬

‫ َنِبِّيَنا َو َح ِبْيِبَنا ُم ـَح َّم ٍد َو َع َلى‬، ‫ َو الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم َع َلى َأْش َر ِف اَألْنِبَياِء َو الـُم ْر َسِلْيَن‬، ‫الـَح ْم ُد ِهلل َر ِّب الَعاَلـِم ْيَن‬

‫ َأَّم ا َبْعُد‬، ‫ َو َم ْن َتِبَعُهْم ِبِإْح َس اٍن ِإَلى َيْو ِم الِّدْيِن‬، ‫آِلِه َو َصْح ِبِه َأْج ـَم ِع ْيَن‬

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Subhana Wa Ta’ala,

karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam senantiasa terlimpah dan tercurahkan kepada junjungan kita

Nabi Muhammad Sallallahu’Alaihi Wasallam. Beliau adalah suri tauladan yang

baik, yang telah mengeluarkan manusia dari alam kegelapan menuju alam yang

terang benderang.

Karya ilmiaih ini membehas tentang “Efektivitas Metode Problem Solving

Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Aqidah

Akhlak Kelas XI IPA 1 di Madrasah Aliyah Palattae Kabupaten Bone.” Penulis

menyadari bahwa dalam proses penyelesaian karya ilmiah ini tidak luput dari

kekurangan maupun berbagai hambatan dan kendala yang sifatnya datang dari

luar selalu mengiringi peoses penulisan. Oleh karena itu, Sebagai rasa syukur atas

selesainya karya ilmiah ini, dengan penuh kesadaran dan dari dalam hari nurani

izinkan penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhiingga kepada:

1. Kepada Ayahanda Ansar tercinta dan Ibunda Ruhaya tercinta yang telah

membesarkan penulis, menyayangi, mendidik dengan ikhlas dan penuh

dengan kesabaran, dan memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini,


iii

serta memberikan dukungan moril maupun materil dan doa yang tiada

henti-hentinya kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Basri Modding, S.E., M.Si., selaku rektor beserta para

wakil rektor lainya, yang telah memimpin Univesitas Muslim Indonesia,

menjadikan UMI sebagai wadah dan media belajar yang aman, nyaman

dan kondusif serta membawanya menjadi universitas yang unggul, muta

dan islami.

3. Bapak Dr. H. Andi Bunyamin, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Agama

Islam Univesitas Muslim Indonesia.

4. Bapak Mustamin,S.Ag. M.Si. selaku Ketua Jurusan sekaligus pembimbing

I, yang telah memberikan sumbangsi ilmu pengtahuan dan mendidik

penulis dengan penuh keikhlasan serta kesabaran.

5. Dr. H Ahmad Wakka,Lc.MA. selaku pembimbing II, yang telah

memberikan arahan dan pengertahuan baru dalam penyusunan skripsi ini,

serta membimbing penulis sampai tahap penyelesaian skripsi.

6. Dr. H. Abd.Malik,M.Ag. dan Dr. Ahmad, S.Pd.I.,M.A selaku penguji I

dan II yang telah banyak memberikan masukan dan perbaikan dalam

proses penyusunan skripsi.

7. Seluruh Dosen Fakultas Agama Islam UMI yang telah memberikan ilmu

dan pengetahuan kepada penulis dan juga selluruh staf Fakultas Agama

Islam yang telah membantu dalam mengurus proses penyusunan skripsi ini
iv

8. Kepala Perpustakaan UMI Makassar beserta staf yang telah menyiapkan

berbagai literatur dan memberikan kemudahan untuk memamnfaatkan

perpustakaan secara maksimal demi menyelesaiankan skripsi ini.

9. Kepala sekolah Madrasah Aliyah Palattae Tasnimah Thahir, S.Pd.I.,

M.Pd.I dan beserta staffnya yang telah memberikan izin penulis untuk

melaksanakan penelitian dan memberikan bantuan kepada penulis.

10. Sahabatku Nuraima, Luthfiah Nurhuda Watri, Amanda Sukira Nurdi dan

teman-teman seperjuangan yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang

banyak memberikan bantuan dan motivasi yang sangat berarti selama ini.

Semoga sukses untuk kita semua, Aamiin.

Penulis meyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, mengandung

banyak kekurangan. Baik dari sisi metodologis penulis maupun dari muatan hasil

penelitian, sebab keterbatas kemampuan penulis dalam menelaah sumber-sumber

pustaka. Oleh karena itu, penulis berharap saran dan kritikan dari pembaca dalam

rangka perbaikan karya ilmiah ini. Serat penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi yang membaca pada umumnya dan bagi keluarga besar

Pendidikan Agama Islam pada khususnya.

Makassar, 1 Februari 2023

Penyusun

Risdayanti
10120190019
v

DAFTAR ISI

Halaman
PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................v

DAFTAR TABEL................................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................viii

ABSTRAK.............................................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1

B. Rumusan dan Batasan Masalah....................................................................6

C. Pengertian Judul dan Devenisi Operasional.................................................7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKAN.......................................................................11

A. Hubungan dengan Peneleitian Sebelumnya...............................................11

B. Landasan Teori...........................................................................................13

C. Kerangka Pikir...........................................................................................36

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................38

A. Metode Penelitian.......................................................................................38

B. Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................39

C. Fokus Penelitian.........................................................................................39

D. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................40

E. Instrumen Penelitian...................................................................................43

F. Teknik Analisis Data..................................................................................44


vi

BAB IV HASIL PENELITIAN...........................................................................49

A. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Palattae............................................49

B. Efektivitas Metode Problem Solving Terhadap Peningkatan Prestasi


Belajar Peserta Didik di Kelas XI IPA 1....................................................54

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Efektivitas Metode Problem Solving


Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran
Aqidah Akhlak Kelas XI IPA 1.................................................................60

BAB V....................................................................................................................69

PENUTUP.............................................................................................................69

A. Kesimpulan................................................................................................69

B. Saran...........................................................................................................70

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................72

LAMPIRAN..........................................................................................................75
vii

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.2 Kriteria Analisis Deskriptif Presentase

Tabel 4.1 Identitas Madrasah

Tabel 4.2 Data Guru MA Palattae

Tabel 4.3 Data siswa MA Palattae

Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana MA Palattae


viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Tabel 2.1 Kerangka Berpikir

Tabel 3.1 Trigulasi “Sumber” Pengumpulan Data (Satu Teknik)

Tabel 3.2 Kompenensial Analisis Data (Interctive Model)


ix

ABSTRAK

Risdayanti, NIM: 10120190019, “EFEKTIVITAS METODE PROBLEM


SOLVING TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PESERTA
DIDIK PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS XI IPA 1 DI
MADRASAH ALIYAH PALATTAE KABUPATEN BONE.”
Penelitian ini membahas tentang “Efektivitas Metode Problem Solving
Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Aqidah
Akhlak Kelas XI IPA 1 di Madrasah Aliyah Palattae Kabupaten Bone.” Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Efektivitas metode problem solving terhadap
peningkatan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Aqidah Akhlak
Kelas XI IPA 1 di Madrasah Aliyah Palattae. 2) Faktor Penghambat dan
Pendukung Efektivitas Metode Problem Solving terhadap peningkatan prestasi
belajar peserta didik pada mata pelajaran Aqidah Akhlak Kelas XI IPA 1 di
Madrasah Aliyah Palattae.
Efektivitas merupakan memiliih tujuan yang tepat atau peralatan yang
tepat untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan, dengan kata lain dikatakan
efektif jika dapat memilih pekerjaan yang harus dilakukan atau metode yang tepat
untuk mencapai tujuan.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif, dengan
menggunaakan teknik observasi, wawancara, angket dan dokumentasi sebagai
metode pengumpulan data. Data yang terkumpul kemudian diseleksi dan di
analisis deskriptif presentase, analisis melalui pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan yang dilakukan saat observasi
langsung.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa: 1) Efektivitas metode
Problem Solving terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik pada mata
pelajaran Aqidah Akhlak di Kelas XI IPA 1 Madrasah Aliyah dikategorikan
efektif. Dengan adanya beberapa idikator pembuktian. Hal ini dibuktikan dengan
hasil observasi yang digunakan untuk mengukur keefektifan metode mencapai
76% dan untuk mengukur prestasi belajar peserta didik maka di gunakan angket
dengan hasil mencapai 69%. Maka metode tersebut dapat dikatakan efektif sesuai
dengan tabel kriteria efektif, apabila mencapai frekuensi 61%-80% maka kegiatan
tersebut dikatakan efektif. 2) Faktor pendukung dan penghambat Efektivitas
metode Problem Solving terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik pada
mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas XI IPA 1 yaitu, faktor pendukung yang
pertama yaitu dari segi minat dan motivasi, kedua sarana dan prasana, ketiga
kesehatan, keempat teman dan yang kelima yaitu orang tua. Sedangan yang
menjadi faktor penghambat diataranya yang pertama kelelahan, kedua waktu, dan
yang terakhir yaitu kurangnya sumber belajar dan referensi belajar.
x

ABSTRACT
Risdayanti, NIM: 10120190019, "THE EFFECTIVENESS OF THE
PROBLEM SOLVING METHOD ON IMPROVING STUDENT LEARNING
ACHIEVEMENT IN THE SUBJECT OF AQIDAH AKHLAK CLASS XI IPA 1
AT MADRASAH ALIYAH PALATTAE BONE DISTRICT."
This study discusses the "Effectiveness of the Problem Solving Method on
Increasing Student Learning Achievement in Aqidah Akhlak Class XI IPA 1 at
Madrasah Aliyah Palattae, Bone Regency." This research aims to find out: 1) The
effectiveness of the problem solving method on improving students' learning
achievement in Aqidah Akhlak Class XI IPA 1 at Madrasah Aliyah Palattae. 2)
Inhibiting and Supporting Factors for the Effectiveness of Problem Solving
Method on improving students' learning achievement in Aqidah Akhlak Class XI
IPA 1 at Madrasah Aliyah Palattae.
Effectiveness is choosing the right goal or the right equipment to achieve
the goals that have been set, in other words, it is said to be effective if it can
choose the work to be done or the right method to achieve the goal.
This research uses descriptive qualitative research, using observation,
interview, questionnaire and documentation techniques as data collection
methods. The data collected is then selected and analyzed descriptively
percentage, analysis through data collection, data reduction, data presentation, and
conclusion drawing carried out during direct observation.
The results of the research conducted show that: 1) The effectiveness of
the Problem Solving method on improving student learning achievement in
Aqidah Akhlak subjects in Class XI IPA 1 Madrasah Aliyah is categorized as
effective. With several proof indicators. This is evidenced by the results of
observations used to measure the effectiveness of the method reaching 76% and to
measure student learning achievement, a questionnaire is used with the results
reaching 69%. Then the method can be said to be effective in accordance with the
effective criteria table, if it reaches a frequency of 61%-80% then the activity is
said to be effective. 2) Supporting and inhibiting factors The effectiveness of the
Problem Solving method on improving student learning achievement in the
subject of Aqidah Akhlak class XI IPA 1, namely, the first supporting factor is in
terms of interest and motivation, secondly facilities and infrastructure, thirdly
health, fourthly friends and fifthly parents. While the inhibiting factors include the
first fatigue, the second time, and the last is the lack of learning resources and
learning references.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

dan pemerintah, melalui kegiatan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung di

sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik

agar dapat menjalankan peran dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di

masa yang akan datang. Pendidikan juga merupakan pengalaman-pengalaman

belajar yang terprogram dalam bentuk pendidikan formal atau nonformal. Formal

(pendidikan di sekolah) dan nonformal (pendidikan yang di luar lingkungan

sekolah). Pendidikan dapat berlangsung seumur hidup, yang bertujuan untuk

mempertimbangkan kemampuan-kemampuan individu, agar di kemudian hari

dapat memainkan peran secara tepat.

“Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3


tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “Pendidikan
Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlaq mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang
demokratis, serta bertanggung jawab”.1

Pendidikan bukan sekedar membuat peserta didik belajar menjadi sopan,

taat, jujur, hormat, setia, dan sebagainya, tidak juga membuat peserta didik tahu

ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Pendidikan merupakan bantuan membuat

1
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 3, Ayat (1). Sinar Grafika, h. 5
2

peserta didik dan warga belajar dengan penuh kesadaran, baik dengan alat

atau tidak, dalam kewajiban mereka mengembangkan dan menumbuhkan diri

untuk meningkatkan kemampuan serta peran dirinya sebagai individu dan anggota

masyarakat.0

Tujuan pendidikan menurut Al Qur`An Surah Al-Alaq (96) 1-5

(٣) ‫)ِباْس ِم َر ِّبَك اَّلِذ ي َخ َلَق اْقَر ْأ‬١( ‫) َخ َلَق اِإْل نَس اَن ِم ْن َعَلٍق‬٢(‫اْقَر ْأ َو َر ُّبَك اَأْلْك َر ُم‬

(٥)‫)اَّلِذ ي َعَّلَم ِباْلَق َلم‬٤( ‫َعَّلَم اِإْل نَس اَن َم ا َلْم َيْع َلْم‬

Terjemahnya:

“Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan. Dia telah


menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu yang
Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.0

Menurut ibnu katsir bahawa surah Al-Alaq ayat 1-5 merupakan surat yang

berbicara tentang permulaan rahmat allah yang diberikan kepada hambanya, awal

dari nikmat yang diberikan kepada hambanya dan sebagai tanbih (peringan)

tentang proses awal penciptaan manusia dari surah al-alaq ini juga menjelaskan

kemuliaan Allah SWT. Yang telah mengajarkan manusia suatu hal (pengetahuan)

yang belum diketahui, sehingga hamba dimuliakan Allah dengan ilmu yang

merupakan qudrat-Nya0

Berdasarkan surah Al-alaq ayat 1-5 tujuan pendidikan adalah untuk

membentuk manusia berpengetahuan yang mampu melakukan ‘pembacaan’, baik


0
Oni Marliana Susianti, “Metode Pembelajaran Problem Solving Untuk meningkatkan
Hasil Belajar Siswa kelas madrasah Ibtidaiyah Tentang Akhlak Terpuji” 2020.
https://www.journal.stitpemalang.ac.id, Akses 7 September 2022.
0
Kementrian Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya (Bekasi: Dinamika Cahaya Pustaka
2017), h.597.
0
Abu Fida Al-Hafiz Ibn Katsir Al-Dimisqi, Tafsir Al-Qur’an Al-;Adzim, Jilid 4 (Beirut:
Dar-Al-Fikr,T.th), h.645.
3

ayat Qauliyyah maupuni Kauniyah secara seimbang serta mengikhlaskan kepada-

Nya agar menjadi amal yang kekal.

Pembelajaran merupakan upaya untuk penciptaan ruang yang kondusif

bagi penciptanya proses belajar yang produktif. Pembelajaran dapat memudahkan

proses terjadinya belajar dalam diri individu. Tujuan belajar dapat di capai secara

lebih efektif dan efisien jika di lakukan dalam sistem pembelajaran. Pembelajaran

yang baik selalu menciptakan keaktifan peserta didik. Peserta didik menjadi

subjek utama yang aktif dalam melakukan proses berfikir, mencari, menganalisa,

menyimpulkan dan menyelesaikan masalah secara bertanggung jawab.0

Belajar ialah suatu proses atau usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Adanya proses

belajar siswa nantinya akan memberikan gambaran perubahan pada siswa, baik

berupa pengetahuan atau tingkah laku yang akan menajadi tolak ukur keberhailan

siswa dalam bexlajar yang disebut dengan prestasi belajar.

Prestasi belajar merupakan hasil dari suautu kegiaitan pembelajaran yang

sertai perubahan yang di capai oleh seseorang (siswa) yang dinyatakan dalam

bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat sebagai ukuran tingkat keberhasilan

siswa dengan standarisasi yang telah di tetapkan dan menjadi kesmpurnaan bagi

siswa baik dalam berpikir dan berbuat. Prsetasi belajar menjadi titik akhir dalam

0
Subur, Pembelajaran Nilai Moral Berbasis Kisah (Yogyakarta: Kalimedia, 2015), h.8-9.
4

menentukan keberhasilan pendidikan dalam mendidik siswa dengan kegiatan-

kegiatan yang terencana dan terstandarisasi.0

Proses pembelajaran yang dinilai berhasil bisa ditunjukkan pada

penguasaan materi pelajaran oleh peserta didik. Selain itu, keberhasilan proses

pembelajaran dapat dilihat dari tingkat penguasaan materi yang dinyatakan pada

perolehan nilai. Pemilihan metode yang tepat dan menarik, menjadikan adanya

interaksi yang edukatif sehingga peserta didik berkembang kreativitasnya dan

mudah menerima pelajaran yang diberikan.

Salah satu faktor yang berkaitan dengan prestasi belajar adalah metode dan

teknik pengajaran yang dipilih secara tepat dan strategis. Seorang pendidik harus

menggunakan metode dan strategi yang baik agar proses pembelajaran harus

sesuai yang di harapkan. Melihat betapa luasnya cakupan tujuan pembelajaran

akidah akhlak, sangan membutuhkan metode sebagai alat pendukung suksenya

tujuan pendidikan.

Menurut Pepkin dalam buku Aris Shoimin mengatakan bahwa, Problem

Solving adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada

pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan

keterampilan.0

Metode Problem Solving merupakan suatu cara yang dilakukan oleh guru

dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir pada siswa

serta kreatif dalam memecahkan permasalahan sosial yang ada. Pandangan

0
Moh. Zaiful Rosyid, Mustajab, Amiinol Raosyid Abdullah, Prestasi Belajar
(Pamekasan: Literasi Nusantara, 2019), h. 4-5,.
0
Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2014), h. 135.
5

tentang belajar menurut teori behavioristitk, kognitif, dan humanistik pada

dasarnya adalah membangun kemampuan berpikir pada siswa. Dalam metode ini

peserta didik dibiasakan untuk percaya diri dalam mengatasi kesulitan atau

masalah yang dihadapi.0

Setelah melakukan beberapa pengamatan proses belajar mengajar di

Madrasah Aliyah Palattae Kabupaten Bone, metode yang di guru terapkan kurang

efektif untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik, dari situlah peneliti

tertarik ingin menerapkan dan melihat keefektifan metode Problem Solving

sehingga mampu menciptakan cara belajar siswa aktif, mampu belajar berpikir

analisis dan mencoba memecahkan problem yang di hadapi sendiri. Sebagaimana

gambaran dari observasi yang di lakukan, standar nilai KKM di Madrasah Aliyah

Palattae Kabupaten Bone sebesar 72.

Berdasarkan hasil observasi awal yang penulis lakukan di Madrasah

Aliyah Palattae Kabupaten Bone pada tanggal 30 November 2022, dengan

melakukan wawancara dengan ibu Andi Nurlina, S.Ag, M.Pd.I. selaku guru mata

pelajaran Aqidah Akhlaq. Beliau mengatakan bahwa metode Problem Solving

sudah pernah di terapkan di Kelas XI IPA 1 Madrasah Aliyah Palattae Kabupaten

Bone. Oleh karena itu peneliti bermaksud ingin melihat kefektifan metode

Problem Solving yang diterapkan di Kelas XI IPA 1 Madrasah Aliyah Palattae

Kabupaten Bone.

0
Saidah, Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Menggunakan
Metode Problem Solving, (Vol. 1 No. 1 September 2021) h. 3.
6

Berdasarkan uraian diatas maka penulis ingin Mengadakan penelitian

dengan judul: “Efektivitas Metode Problem Solving Terhadap Peningkatan

Prestasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas

XI IPA 1 di Madrasah Aliyah Palattae Kabupaten Bone”

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan

beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan yang akan dikaji lebih lanjut

yaitu:

a. Bagaimana Efektivitas Metode Problem Solving Terhadap Peningkatan

Prestasi Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas XI

IPA 1 di Madrasah Aliyah Palattae Kabupaten Bone?

b. Faktor Apa Saja yang Menjadi Pendukung dan Penghambat Metode Problem

Solving Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Peserta Didik Pada Mata

Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas XI IPA 1 di Madrasah Aliyah Palattae

Kabupaten Bone?

2. Batasan Masalah

Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya

penyimpangan atau pelebaran pokok masalah agar penelitian tersebut lebih

terarah dan memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian akan

tercapai. Beberapa batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
7

a. Luas Lingkup hanya meliputi informasi seputar pendidikan di Madrasah

Aliyah Palattae Kabupaten Bone.

b. Informasi yang disajikan yaitu: efektivitas metode pembelajaran Problem

Solving dan prestasi belajar peserta didik.

C. Pengertian Judul dan Devenisi Operasional

Untuk menghindari agar tidak terjadi kekeliruan dalam memahami atau

manafsirkan dari istilah-istilah yang ada, maka penulis perlu memberikan

penegasan dan pembahasan dari istilah-istilah yang terkandung dalam penulisan

judul ini sebagai berikut:

1. Pengertian Judul

a. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, berasal dari kata Efektiv yang berarti

membuahkan hasil; mulai berlaku (tentang undang-undang atau peraturan);

ada pengaruhnya, ada akibatnya, ada efeknya 0

b. Metode Problem Solving (pemecahan masalah) merupakan cara memberikan

pengertian dengan menstimulasi anak didik untuk memerhatikan, menelaah,

dan berpikir tentang suatu masalah untuk selanjutnya menganalisis masalah

tersebut sebagai upaya memecahkan masalah.0

c. Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu kegiatan pembelajaran yang di

sertaiperubahan yang di capai seseorang (peserta didik) yang dinyatakan

dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat sebagai ukuran tingkat

0
G. Setya Nugraha, Kamus Besar Bahasa Indonesia Praktis (Surabaya : Sulita Jaya,
2013), h. 174.
0
Nini Ibrahim, Perencanaan Pembelajaran Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Mitra Abadi
2014), h. 203.
8

keberhasilan peserta didik dengan standarisasi yang telah di tetapkan dan

menjadi kesempurnaan bagi peserta didik baik merupakan dalam berpikir dan

berbuat.0

2. Devenisi Operasional

Mengacu kepada pengertian yang telah di paparkan, maka penulis dapat

memberikan pengertian secara operasional dari proposal yang berjudul

“Efektivitas Metode Problem Solving Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar

Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas XI IPA 1 di Madrasah

Aliyah Palattae Kabupaten Bone” yaitu sebuah pembahasan yang akan mengkaji

tentang studi kasus suatu program yang diimplementasikan, kemudian apakah

efektif atau tidak dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik khususnya di

kelas XI IPA 1 Madrasah Aliyah Palattae Kabupaten Bone.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebur, disusunlah tujuan penelitian

sebagai berikut:

a. Untuk Mengetahui Bagaimana Efektivitas Pelaksanaan Metode Problem

Solving Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Peserta Didik pada Mata

Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas XI IPA 1 di Madrasah Aliyah Palattae

Kabupaten Bone.

0
Moh. Zaiful Rosyid, Mustajab, Aminil Rosid Abdullah, Prestasi Belajar, (Sumedang:
Literasi Nusantara Abadi 2019), h. 9-10.
9

b. Untuk Mengetahui Apakah Faktor Penghambat dan Pendukung Metode

Problem Solving Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Peserta Didik Pada

Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas XI IPA 1 di Madrasah Aliyah Palattae

Kabupaten Bone.

2. Manfaat penelitian

Dengan dilaksanakannya penelitian ini di harapkan akan memberikan

manfaat baik secara ilmiah maupun secara praktis.

a. Manfaat teoritis

1) Pengembangan di bidang ilmu Pendidikan, khususnyan yang berkaitan

dengan Efektivitas Metode Pembelajaran Problem Solving dalam Proses

Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Palattae Kabupaten

Bone.

2) Sebagai sumbangan pemikiran bgi upaya untuk mengetahui Efektivitas

Metode Pembelajaran Problem Solving dalam Proses Pembelajaran

Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Palattae Kabupaten Bone.

b. Manfaat Praktis

1) Membantu peserta didik untuk memperoleh pembelajaran yang bermakna

serta mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan memecahkan

masalah yang telah dihadapi.

2) Membantu pendidik untuk dapat menjadikan alternatif metode

pembelajaran untuk mengoptimalkan kemampuan peserta didik dalam

memecahkan masalah dan untuk memudahkan guru mencapai tujuan

pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


10

3) Membantu sekolah untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya

mengadakan perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan mutu proses dan

prestasi belajar peserta didik.

4) Membantu peneliti untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang

pengaruh penerapan metode problem solving terhadap prestasi belajar

peserta didik.

5) Membantu peneliti lain untuk memberikan bahan pertimbangan bagi yang

ingin meneliti lebih mendalam mengenai metode problem solving.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKAN

A. Hubungan dengan Peneleitian Sebelumnya

Adapun beberapa peneliti sejenis yang penulis temukan dalam literatur adalah

sebagai berikut:

1. Skripsi Siti Hadijah yang berjudul “Efektivitas Metode Problem Solving

pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas VIII SMP Negeri 1

Mappakasunggu Kabupaten Takalar” Mahasiswa Fakultas Agama Islam

Program Studi Pendidikan Agama Islam. Universitas Muhammadiyah

Makassar 2019. Skripsi ini membahas tentang bagaimana Efektivitas

Metode Problem Solving pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian penelitian yang

dilakukan Siti Hadijah, Penggunaaan metode Problem Solving pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMP Negeri 1

Mappakasunggu sudah berjalan dengan efektif dan sudah baik karena

tingkat pemahaman peserta didik tentang materi yang diajarkan sangat

mudah dipahami dan hampir tidak ada kendala yang dihadapi saat

penggunaan metode Problem Solving tersebut. Dibuktikan dengan hasil

ulangan yang sudah memenuhi nilai rata-rata 80, walaupun masih ada

beberapa siswa yang memiliki nilai standar. 0

0
Siti Hadijah, “Efektivitas Metode Problem Solving pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam di Kelas VIII SMP Negeri 1 Mappakasunggu Kabupaten Takalar”Skripsi:
(Makassar, Universitas Muhammadiyah Makassar, 2019), h. 57-58.
12

2. Skripsi Sadam, “Efektivitas Metode Resitasi dan Metode Problem Solving

Terhadap Prestasi Belajar Akidah Akhlak Bagi Siswa Madrasah Ibtidaiyah

(MI) Mangepong Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto” Mahasiswa

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar 2011. Skripsi

ini membahas tentang bagaimana Efektivitas penerapan Metode Resitasi

dan Metode Problem Solving Terhadap Prestasi Belajar Akidah Akhlak.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian penelitian yang dilakukan

Sadam yaitu, Penerapan metode resitasi dengan pemberian tugas kepada

siswa di Madrasah Ibtidaiyah Mangepong dan Problem solving dengan

pemecahan masalah yang dihadapi oleh siswa di Madrasah Ibtidaiyah

Mangepong ditunjukkan dengan akumulasi skor rata-rata hasil penelitian

63,10 : 20 = 3,16, sehingga dapat disimpulkan bahwa guru di Madrasah

Ibtidaiyah Mangepong melakukan aktivitas belajar dengan menerapkan

metode resitasi dan Problem Solving untuk membantu siswa dalam

belajar.0

3. Skripsi Febry Riansah “Efektivitas Strategi Pembelajaran Problem Solving

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Tematik Pada Siswa Kelas IV di MIN

2 Bandar Lampung” Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Raden

Intan Lampung 2022. Skripsi ini membahas tentang Penyebab Efektivitas

Strategi Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

0
Sadam, “Efektivitas Metode Resitasi dan Metode Problem Solving Terhadap Prestasi
Belajar Akidah Akhlak Bagi Siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) Mangepong Kecamatan Turatea
Kabupaten Jeneponto” Skripsi (Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2011), h. 58
13

Tematik pada Siswa Kelas IV di MIN 2 Bandar Lampung. Kesimpulan

yang dapat ditarik dari penelitian penelitian yang dilakukan Febry Riansah

Strategi Pembelajaran Problem Solving Efektif Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Tematik Pada Siswa Kelas IV Di Min 2 Bandar Lampung. Dapat

disimpulkan terdapat pengaruh hasil belajar dapat dilihat dari rata-rata

nilai posttest 80,00. Hasil penelitian menunjukkan juga bahwa Uji-T

melaui aplikasi SPSS Statistic V For Windows diperoleh nilai sig < 0,05

(5%) pada sig (2-tailed) diperoleh 0,000 < 0,05 (5%) dari jumlah 28

peserta didik.0

Setelah melihat beberapa penelitian di atas maka persamaan dengan

penelitian yang saya lakukan adalah sama-sama membahas tentang metode

Problem Solving, sedangkan perbedaannya terletak pada objek kajian yang

diteliti, lokasi penelitian dan waktu penelitian.

B. Landasan Teori

1. Efektivitas

a. Pengertian Efektivitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Efektifitas berasal dari

kata efektif berarti dapat membuahkan hasil mulai berlaku (tentang undang-

undang atau peraturan), ada pengaruhnya, ada akibatnya, ada efeknya.0

0
Febry Riansah “Efektivitas Strategi Pembelajaran Problem Solving Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Tematik Pada Siswa Kelas IV di MIN 2 Bandar Lampung” Skripsi
(Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2022), h. 89.
0
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta :
Pusat Bahasa, 2008), h. 374.
14

Efektivitas berarti berusaha untuk dapat mencapai sasaran yang telah di

tetapkan sesuai dengan kebutuhan yang di perlukan, sesuai pula dengan rencana,

baik dalam penggunaan data, sarana, maupun waktunya atau berusaha melalui

aktivita tertentu baik secara fisik maupun non fisik untuk memperoleh hasil yang

maksimal baik secara kuantitatif maupun kualitatif.0

Menurut susanto dalam dalam buku iwan Ramadhan menerangkan bahwa

efektivitas metode pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan

dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Keefektivan dapat

diukur dengan melihat minat siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Jika siswa

tidak berminat untuk mempelaljari sesuatu, maka tidak dapat diharapkan ia akan

berhasil dengan baik dalam mempelajari materi pelajaran. Sebaliknya, jika siswa

belajar sesuai dengan minatnya, maka dapat diharapkan hasilnya akan lebih baik.

Jadi dapat di simpulkan bahwa efektivitas metode pembelajaran

merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari

suatu proses pembelajaran.0

b. Ciri-Ciri Efektivitas

Ciri-ciri efektivitas menurut Harry Firman dalam buku iwan Ramadhan

menyatakan bahwa kefektifan program pembelajaran di tandai dengan ciri-ciri

sebagai berikut:0

0
Abdurahman, “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Adobel Flash Dapat
Meningkatkan Efektivitas Belajar Siswa,” (Banten: Pascal Books 2021),h. 46.
0
Iwan Ramadhan, “Kiat Sukses PTK Langkah-Langkah, Instrumen Dan Contoh”
(Klaten: Penerbit Lakeisha, 2021), h.71.
0
Ibid, h .70.
15

1) Berhasil mengantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional yang

telah dilakukan.

2) Memeberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan siswa secara

aktif sehingga menunjang pencapaian instruksional.

3) Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar.

c. Kriteria Efektivitas

Kriteria keefektifan dalam penelitian ini mengacu pada kriteria yang di

sampaikan oleh Ahmad Muhli dalam iwan Ramadhan:

1) Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-

kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 60 dalam

peningkatan hasil belajar

2) Motode pembelajaran di katakan efetif meningkatkan hasil belajar siswa

apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan pebedaan yang

signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman stelah

pembelajaran (gain yang signifkan).

3) Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan

motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi

untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

Serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan.

d. Indikator Pembelajaran Efektif

Lima indikator pembelajaran efektif menurut Bistari dalam Pratiwi

Bernadetta Purba, adalah sebagai berikut:

1) Pengelolaan pelaksaan pembelajaran


16

2) Proses komunikatif

3) Respon siswa

4) Aktivitas belajar

5) Hasil belajar0

Untuk kelima indikator pembelajaran efektif saling terkait dan saling

mendukung. Pembelajaran dikatakan efektif bila semua indikator dimaksud

mencapai kategori minimal baik.

3. Metode Pembelajaran

Secara harfiah metode (method) berarti “cara”. Dalam pemakaian yang

umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara

melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara

sistematis. Nana Sudjana mengemukkan bahwa “metode mengajar (metode

pembelajaran) ialah suatu cara atau teknis yang dipergunakan guru dalam

mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”.

Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang

sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara

optimal.

Menurut Abdurrahman Ginting, metode pembelajaran dapat diartikan cara

atau pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan serta

berbagai teknik dan sumberdaya terkait lainnya agar terjadi proses pemblajaran

pada diri pembelajar.0

0
Pratiwi Bernadetta Purba, “Strategi Mengajar Ditingkat Pendidikan Menganh”
( Medan: Yayasan Kita Menulis, 2021), H.4
0
Oni Marliana Susianti, op.cit., h. 8.
17

Metode pembelajaran merupakan upaya untuk mengimplementasikan

strategi pembelajaran yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang

telah disusun tercapai secara optimal. Metode yang digunakan untuk

meralisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi menunjukkan pada sebuah

perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat

digunakan untuk melaksanakan strategi.0

Kenyataannya, cara atau metode pembelajaran yang digunakan untuk

menyampaikan informasi berbeda dengan cara yang ditempuh untuk

memantapkan peserta didik dalam menguasai pengetahuan, keterampilan dan

sikap. Khusus metode pembelajaran di kelas, efektifitas metode dipengaruhi oleh

faktor tujuan, faktor peserta didik, faktor situasi dan faktor pendidik itu sendiri.

Dengan demikian metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran

yang sangat penting, karena keberhasilan pembelajaran sangat tergantung pada

cara pendidik dalam menggunakan metode pembelajaran.

4. Metode Problem Solving

a. Pengertian Problem Solving

Problem solving (bahasa Inggris), terdiri dua kata: problem dan solving.

Kata problem, merupakan kata benda (masalah) dan solving merupakan kata kerja

(pemecahan). Artinya kedua adalah “pemecahan masalah”.0

0
Karwono, Achmad Irfan Muzni. “Strategi Pembelajaran dalam Profesi Keguruan”
(Depok: Rajagrafindo Persada 2020), h. 77.
0
Alamsyah Said dan Andi Budimanjaya. 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligences:
Mengajar Sesuai Kerja Otak dan Gaya Belajar Siswa. (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015). h.78.
18

Strategi Pembelajaran berbasis masalah (problem solving) adalah salah

satu menyajikan pelajaran dengan mendorong siswa untuk mencari dan

memecahkan suatu masalah atau persoalaan dalam rangka mencapai tujuan

pembelajaran. Menurut John Dewey, sebagai seorang tokoh pencipta metode

problem solving, ia menyarankan agar dalam pelaksanaan melalui metode

Problem Solving ini siswa dibiasakan percaya pada diri sendiri untuk mengatasi

kesulitan atau masalah yang dihadapi baik mengenai dirinya sendiri, lingkungan

maupun lingkungan dalam arti yang lebih luas, yakni masyarakat.0

Problem Solving adalah metode pemecahan masalah yaitu cara penyajian

bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk

dianalisis, dibandingkan, dan disimpulkan dalam usaha mencari pemecahan atau

jawabannya oleh peserta didik. Permasalahan tersebut dapat diajukan oleh guru,

atau diajukan oleh guru dan peserta didik, atau dari peserta didik sendiri,

kemudian dijadikan pembahasan dan dicari pemecahannya sebagai bahan belajar

peserta didik. Permasalahan tersebut dirumuskan dari pokok bahasan yang

terdapat dalam mata pelajaran.0

Metode problem solving merupakan metode pembelajaran yang dilakukan

melalui proses kegiatan untuk memahami atau memecahkan permasalahan. Dalam

metode ini, masalah pertama kali munculsebagai pintu masukdan pemicu proses

belajar.

0
Fadriati, Strategi dan Teknik Pembelajaran, (Batusangkar: STAIN Batusangkar Press
2014), h. 115.
0
Oni Marliana Susianti, op.cit., h. 8.
19

Menurut Romlah metode problem solving merupakan suatu proses yang

kreatif dimana individu-individu menilai perubahan perubahan yang ada pada diri

dan lingkungannya, dan membuat pilihan pilihan baru, keputusan keputusan atau

penyesuaian yang selaras dengan tujuan- tujuan dan nilai dalam hidupnya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa teknik pemecahan masalah merupakan

teknik pokok untuk hidup dalam masyarakat yang penuh dengan perubahan-

perubahan.

Metode problem solving terutama digunakan untuk merangsang siswa

berpikir. Karenanya, metode ini akan banyak memanfaatkan metode metode lain

yang dimulai dari pencarian data samapai kepada penarikan kesimpulan.

Disamping itu, metode ini juga melibatkan banyak kegiatan dalam bimbingan dari

para pengajar.0

Menurut As’ari dalam Aris Shoimin, pembelajarn yang mampu melatih

siswa bepikir tinggi adalah pembelajaran yang berbasis masalah. Ditambahkan

pula bahwa suatu soal dapat dipakai sebagai sarana dalam pembelajaran berbasis

pemecahan masalah, jika di penuhi 4 syarat:

(1) Siswa belum tahu cara penyelesaian soal tersebut

(2) Materi prasyarat sudah di peroleh siswa

(3) Penyelesaian soal terjangkau oleh siswa

(4) Siswa berkehendak untuk memecahkan soal tersebut

Untuk dapat memecahkan suatu masalah, seseorang memerlukan

pengetahuan-pengetahuan dan kemampuan-kemampuan yang ada kaitannya

0
Alfauzan Amin, Metode & Model Pendidikan Agama Islam, (Bengkulu: IAIN
Bengkulu Pres, 2015), h. 97-98.
20

dengan masalah tersebut. Pengetahuan-pengetahuan dan kemampuan-kemampuan

itu harus diramu dan diolah secara kreatif dalam memecahkan masalah yang

bersangkutan.0

b. Langkah-langkah Metode Problem solving

Penggunaan metode ini akan menempuh langkah langkah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasikan masalah secara jelas untuk dipecahkan. Masalah ini

harus tumbuh dari siswa dengan taraf kemampuannya.

2) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan

masalah tersebut. Misalnya dengan jalann membaca buku-buku, meneliti,

bertanya, berdiskusi dan lain-lain

3) Menetapkan jawaban sementara terhadap masalah tersebut, yang

didasarkan atas dasar data yang telah diperoleh pada langkah ke 2 diatas.

4) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa

diusahakan untuk dapat memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin

akan kebenaran jawaban tersebut. Untuk menguji kebenaran jawaban ini

diperlukan metode-metode lain seperti demonstrasi, tugas, dan diskusi.

5) Menarik kesimpulan. Artinya, siswa harus sampai kepada kesimpulan

terakhir tentang jawaban dari masalah. 0

John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan

langkah-langkah yang baru dalam melaksanakan metode pembelajaran problem

solving, sebagai berikut:

0
Aris Shoimin. Op.cit., h.135-136.
0
Haidir dan Salim, Strategi Pembelajran, (Medan: Perdana Publishing 2012), h. 140.
21

1) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang

akan dipecahkan.

2) Menganalisis masalah yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis

dari berbagai sudut pandang.

3) Merumuskan hipotesis yaitu langkah siswa merumuskan berbagai

kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

4) Mengumpulkan data yaitu langkah siswa mencari dan mengambarkan

informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

5) Pengujian hipotesis yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan

kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang

diajukan.

6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah yaitu langkah siswa

menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil

pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.0

Majid dalam Sulaiman, menjelaskan langkah-langkah ditempuh penerapan

metode problem solving, sebagai berikut:

1) Adanya Masalah yang Jelas untuk dipecahkan.

2) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan

masalah tersebut.

3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut.

0
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Batusangkar: STAIN Batusangkar Press 2014), h. 118.
22

4) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam lah ini peserta

didik harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin

bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok.

5) Menarik Kesimpulan.0

Teknik problem solving (pemecahan masalah) mengajarkan pada individu

bagaimana memecahkan masalah secara sistematis. Langkah-langkah pemecahan

masalah secara sistematis adalah:

1) Mengidentifikasikan dan Merumuskan Masalah

Masalah dirumuskan secara jelas, sehingga mempermudah pemecahannya.

Apabila masalahnya merupakan masalah kelompok, rumusan masalah dapat

dilakukan bersama-sama memintah masing masing anggota kelompok untuk

mengemukakan pikirannya dengan bebas terlebih dahulu (brainstorming) dari

berbagai macam pendapat tersebut kemudian dibuat rumusan masalahnya.

2) Mencari Sumber dan Memperkirakan Sebab-Sebab Masalah

Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasikan sebab-sebab masalah.

Data yang terkumpul kemudian di pilah-pilah mana yang merupakan pendorong

pemecahan masalah dan mana yang menghambat.

3) Mencari Alternatif Pemecahan Masalah

Setelah sumber dan sebab-sebab masalah sudah ditemukan, dan data yang

dapat mendorong pemecahan masalah sudah terkumpul, langkah selanjutnya

adalah menemukan beberapa alternative pemecahan masalah. Masing-masing

0
Sulaiman, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) (Kajian Teori dan
Aplikasi Pembelajaran PAI), (Banda Aceh: Yayasan Pena 2017), h. 180.
23

anggota diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. Dari pendapat

yang bermacam-macam itu dibuat dua atau tiga alternative pemecahan masalah.

4) Menguji kekuatan dan kelemahan masing-masing alternatif

Langkah memilih alternatif adalah mengambil keputusan mana dari

alternative-alternatif itu yang dipilih. Pemilihan alternative didasarkan dengan

cara menguji kelemahan-kelemahan masing-masing alternative. Setelah alternatif

yang dipandang tepat, yaitu alternative yang paling sedikit mempunyai kelemahan

dipilih, pilihan itu kemudian dilaksanakan.

5) Memilih dan melaksanakan alternatif yang paling menguntungkan

6) Mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai

Penilaian terhadap hasil yang dicapai dilakukan dengan melihat apakah

ada kesenjangan anatara masalah yang dirumuskan dengan pelaksanaan

pemecahannya atau tidak. Apabila masih terdapat kesenjangan setelah diadakan

penilaian, maka masalah ditinjau kembali dengan menggunakan langkah-langkah

yang sama.0

Pembelajaran aqidah akhlak, metode ini bisa dicontohkan dalam

pembelajaran sebagai berikut. Pada awalnya guru membagi kelas agama menjadi

beberapa kelompok. Setelah kelompok terbentuk, guru memberikan pada suatu

kasus kepada masing-masing kelompok misalnya: “bagaimana menyikapi seorang

muslimah yang masih enggan menutupi auratnya, sementara dia paham bahwa

menutup aurat adalah suatu kewajiban,”

0
Alfauzan Amin, op.cit,. h. 101
24

Masing-masing kelompok diminta mengidentifikasihkan dan menganalisis

beragam alasan dari berbagai faktor yang menyebabkan mengapa dia masih

enggan menutup aurat. Bagaimana menunjukan kepada dia bahwa menutup aurat

itu bukan hanya wajib, tetapi bisa menguntungkan kepada dia juga

mengidentifikasikan persoalan-persoalan yang munculnya seandainya dia

menetapkan diri mau menutup aurat. Setelah seluruh persoalan telah

diidentifikasikan dan dianalisa, masing-masing kelompok diminta memberikan

solusi yang terbaik terhadap kasus tersebut.

Masalah lain yang dapat diangkat dalam pembelajaran dengan metode ini

adalah masalah kemiskinan yang menghinggapi masyarakat muslim. Para siswa

dalam kelompok-kelompok yang telah berbentuk mencoba menganalisis sebab

terjadinya kemiskinan, apa dampak yang ditimbulkan darikemiskinan itu,

bagaimana pula peran agama dalam kehidupan mereka, dan lain-lain.

c. Kelebihan dan Kekurangan Problem Solving

Adapun kelebihan dan kekurangan metode Problem Solving ini adalah

sebagai berikut:

a. Kelebihan Problem Solving

a) Dapat membuat peserta didik lebih menghayati kehidupan sehari-hari

b) Dapat melatih dan membiasakan para peserta didik untuk menghadapi dan

memecahkan masalah secara terampil.

c) Dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik secara kreatif.

d) Peserta didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya.

e) Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.


25

f) Berpikir dan bertindak kreatif

g) Memecahkan masalah yang di hadapi secara realistis.

h) Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan

i) Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.

j) Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan

masalah yang di hadapi dengan tepat.

k) Dapat membuat pendidik sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya

dunia kerja.0

b. Kekurangan Problem Solving

a) Memerlukan cukup lama, sehingga kurang efektif dan efisien.

b) Murid yang pasif dan malas akan kelihatan tertinggal dari teman-temannya.

c) Sukar mengordinasikan bahan pelajaran dengan baik.0

d. Manfaat dan Tujuan dari Metode Problem solving

1) Manfaat Problem solving

Manfaat dari penggunaan metode problem solving pada proses belajar

mengajar untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih menarik. metode

problem solving memberikan beberapa manfaat antara lain :

a) Mengembangkan sikap keterampilan siswa dalam memecahkan permasalahan,

serta dalam mengambil keputusan secara objektif dan mandiri.

b) Mengembangkan kemampuan berpikir para siswa, anggapan yang menyatakan

bahwa kemampuan berpikir akan lahir bila pengetahuan makin bertambah.

0
Aris Shoimin, op.cit.,h. 137-138.
0
Achmad Patoni, Metode Pembelajaran Agama Islam, (Yogyakarta: Gre Publishing
2015), h.125.
26

c) Melalui inkuiri atau problem solving kemampuan berpikir tadi diproses dalam

situasi atau keadaan yang bener – bener dihayati, diminati siswa serta dalam

berbagai macam ragam altenatif.

d) Membina pengembangan sikap perasaan (ingin tahu lebih jauh) dan cara

berpikir objektif–mandiri, krisis-analisis baik secara individual maupun

kelompok

2) Tujuan Problem solving

Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut.

a) Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian

menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.

b) Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi

siswa.

c) Potensi intelektual siswa meningkat.

d) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses

melakukan penemuan.0

5. Prestasi Belajar

a. Pengertian prestasi belajar

Prestasi belajar merupakan gabungan dari dua kata, yaitu “prestasi” dan

“belajar”. Pada setiap kata tersebut memiliki makna tersendiri. Dalam Kamus

Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang telah di capai (dari yang telah di

lakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang

0
Saeful Nurdin, Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Problem Solving, Cps Dan Problem Base Learning,
https://.academi.edu/8636170/problem_solving_and_problem_based_learning diakses pada 11
oktobe 2022 pukul 10.20.
27

di peroleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Kata prestasi

berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia

menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi belajar (achievemen)

berbeda dengan hasil belajar (learning outcome). Prestasi pada umumnya

berkenaan dengan aspek pengetahuan sedangkan hasil belajar meliputi aspek

pembentukan watak peserta didik.0

Adapun belajar menurut pengertian secara psikologis, adalah merupakan

suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-

perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Tingkah laku itu

yang menurut Bloom Perubahan yaitu perubahan di ranah kognitif berupa

bertambah dan makin kuatnya konsep pengetahuan, perubahan efektif berupah

tumbuh dan berkembangnya keinsyafan dan kesadaran akan fungsi dan

kebermaknaan pengetahuan yang kini di milikinya, dan perubahan psikomotor

yang menunjukkan makin berkembangnya keterampilan yang kini dan kelak dapat

menyebabkan dirinya mampu mempertahankan diri.

Menurut Slameto pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya. 0

0
Moh. Zaiful Rosyid, Mustajab, Amiinol Raosyid Abdullah, Prestasi Belajar
(Pamekasan: Literasi Nusantara, 2019), h. 5-6.
0
Yusfira, Penerapan Metode Resitasi dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta
Didik Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Wajo. Jurnal (Vol 7 No 1
September. 2019), h, 10.
28

Sedangkan pengertian prestasi belajar sebagaimana yang tercantum dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penguasaan pengetahuan atau

keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan

dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.0

Berdasarkan defenisi yang ditemukan beberapa tokoh di atas, maka dapat

di pahami, bawa prestasi belajar merupakan hasil dari suatu kegiatan

pembelajaran yang disertai perubahan yang di capai seseorang (siswa) yang di

nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat sebagai ukuran

tingkat keberhasilan siswa dengan standarisasi yang telah di tetapkan dan menjadi

kesempurnaan bagi siswa baik dalam berpikir dan berbuat.

b. Karakteristik Prestasi Belajar

Hasil belajar menjadi tolak ukur dalam menentukan prestasi belajar yang

telah dilakukan. Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu

setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah

laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga

menjadi lebih baik dari sebelumnya."

Sebagai interaksi yang bernilai edukatif, maka dalam prestasi belajar harus

melalui interaksi belajar yang juga berpengaruh dalam pengoptimalan prestasi

belajar siswa, sehingga prestasi belajar tidak luput dari karakteristik pembelajaran

yang bersifat edukatif, Dengan demikian, nantinya karakteristik dari prestasi

belajar juga menjadi bagian dari karakteristik interaksi belajar yang bernilai

edukatif dengan ciri-ciri sebagai berikut:

0
Setya Nugraha, Kamus Bahasa Indonesia, (surabaya: Sulitajaya), h. 500.
29

1) Prestasi belajar memiliki tujuan

Tujuan dalam interaksi edukatif adalah untuk memban'u anak didik dalam

suatu perkembangan tertentu. Inilah vang dimaksud interaksi edukatif, sadar akan

tujuan dengan menempatkan peserta didik sebagai pusat perhatian dengan

mengarahkannya pada tujuan-tujuan yang dapat menggerakkan pada tujuan

belajar berikutnya.

2) Mempunyai prosedur

Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan

interaksi perlu ada prosedur atau langkah-langkah sistematis yang relavan. Untuk

mencapai tujuan pembelajaran antara yang satu dan yang lainnya, perlu adanya

prosedur dan rancangan pembelajaran yang berbeda-beda.

3) Adanya materi yang telah ditentukan

Untuk mencapai tujuan pembelajaran, penyusunan materi yang baik sangat

diperlukan. Materi tersebut disusun untuk mencapai tujuan dari pembelajaran

yang dibuktikan dengan prestasi belajar. Materi belajar harus ditentukan sebelum

pembelajaran dimulai, sehingga setelah proses pembelajaran selesai proses

evaluasi berjalan dengan baik untuk menentukan pencapain prestasi belajar

peserta didik.

4) Ditandai dengan aktivitas anak didik

Sebagai konsekuensi, bahwa anak didik merupakan sentral, maka aktivitas

peserta didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi edukatif.

Aktivitas peserta didik dalam hal ini baik secara fisik maupun mental aktif. Hal

inilah yang nantinya mendukung proses pembelajaran agar proses dci but dapat
30

memberikan pengaruh sesuai dengan Konsep CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)

kepada peserta didik.

5) Pengoptimalan peran guru

Guru dalam perannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha

menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi edukatif

yang kondusif. Guru harus siap sebagai mediator dalam Segala situasi proses

interaksi edukatif, sehingga guru merupakan tokoh yang akan dilihat dan ditiru

tingkah lakunya oleh peserta didik.

6) Kedisiplinan

Langkah dalam pembelajaran untuk mencapai prestasi belajar secara

optimal, efektif dan efisien harus sesuai dengan langkah-langkah yang telah

dibuat sebelumnya atau sesuai dengan prosedur yang telah disetujui dan

disepakati bersama. Dengan menjalankan proses belajar sesuai kaidah tersebut,

secara otomatis siswa akan mempunyai kedisplinan yang melekat pada diri

mereka.

7) Memiliki batas waktu

Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem berkelas

(kelompok peserta didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa

ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan harus sudah

tercapai.

8) Evaluasi

Dari seluruh kegiatan tersebut, evaluasi merupakan bagian penting yang

tidak bisa diabaikan. Evaluasi harus dilakukan untuk mengetahui tercapainya


31

tujuan pengajaran yang telah ditentukan. Evaluasi disini lebih terhadap kegiatan

penilaian yang dilakukan oleh guru terhadap murid setelah proses pembelajaran

berlangsung, evaluasi yang juga merupakan ujian untuk mengetahui pemahaman

materi oleh siswa dan sejauhmana materi tersebut mempengaruhi siswa sehingga

akhirnya guru akan mengetahui pengetahuan, keahlian atua kecerdasan dari

masing-masing siswa untuk diperkenakan atau tidak dalam mengikuti pendidikan

tingkat tertentu.0

6. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

a. Pengertian Aqidah Akhlak

Pengertian Aqidah akhlak terdiri dari dua kata yaitu aqidah dan akhlak

yang mempunyai makna terpisah. Secara etimologi, aqidah berakar dari kata

‟aqada-nya‟qidu-‟aqdan-‟aqidatan. „Aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian

dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi ‟aqidah berarti keyakinan. Relevansi

antara arti kata „aqdan dan „aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh

di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian. Secara terminologi,

terdapat beberapa definisi aqidah, antara lain:

1) Menurut Hasan Al-Banna:

Aqa‟id (bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa perkara yang wajid

diyakini kebenarannya oleh hati(mu), mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi

keyakinan yang tidak bercampur sedikit pun dengan keragu-raguan0

2) Menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairy

0
Moh. Zaiful Rosyid, Mustajab, Amiinol Raosyid Abdullah, op.cit,. h. 14-16
0
Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam. (Yogyakarta: LPPI, 2019), h. 1.
32

Aqidah adalah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia

berdasarkan akal, wahyu dan fithrah. Kebenaran itu diyakini dalam hati kesahihan

dan keberadaannya serta menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan

kebenaran tersebut.0

Jadi dapat di simpulkan bawa aqidah yaitu kepercayaan yang di di tuntut

dan mendahului segala sesuatu untuk di percayai dengan keimanan yang tidak

boleh di campuri dan tidak bisa di tukar dengan yang lain, serta tidak dipengaruhi

oleh keraguan yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah. Aqidah juga merupakan

sistem keyakinan islam yang mendasari seluruh aktivitas umat islam dalam

kehidupannya.

Aqidah berarti pula keimanan. Keimanan terdiri dari tiga unsur

1) Pemikiran dengan lisan

2) Pembenaran dengan hati, dan

3) Pengamalan dengan anggota bandan0

Berbagai pendapat tentang aqidah, maka dapat disimpulkan bahwa aqidah

adalah suat paham tentang suatu yang diyakini atau diimani oleh hati manusia

yang benar, yang wajib di yakini kebenarannya oleh hati, mendengarkan

ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan

keragu-raguan.

Sedangkan akhlak dilihat dari segi bahasa atau secara etimologis, kata

akhlak berasal dari bahasa Arab alakhlaq yang merupakan bentuk jamak dari kata

0
Ibid.h.2.
0
Rohmatun Aulia, Pengaruh Pembelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Karakter Peserta
Didik Kelas Viii Di Mts Darul A’mal Kota Metro, (Metro: 2018), h.19.
33

khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Sinonim dari

kata akhlak ini adalah etika dan moral.

Sedangkan secara terminologi, Akhlak berarti keadaan gerak jiwa yang

mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pikiran.

Inilah pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Maskawaih. Sedangkan Al-Ghazali

mendefinisikan akhlak sebagai suatu sifat yang tetap pada jiwa yang dari padanya

timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak membutuhkan kepada

pikiran.

Berdasarkan pengertian di atas jelaslah bahwa kajian akhlak adalah

tingkah laku manusia, atau tepatnya nilai dari tingkah lakunya, yang bisa bernilai

baik (mulia) atau sebaliknya bernilai buruk (tercela). Yang dinilai di sini adalah

tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan Tuhan, yakni dalam melakukan

ibadah, dalam berhubungan dengan sesamanya, yakni dalam bermuamalah atau

dalam melakukan hubungan sosial antar manusia, dalam berhubungan dengan

makhluk hidup yang lain seperti binatang dan tumbuhan, serta dalam

berhubungan dengan lingkungan atau benda-benda mati yang juga merupakan

makhluk Tuhan. Secara singkat hubungan akhlak ini terbagi menjadi dua, yaitu

akhlak kepada Khaliq (Allah Sang Pencipta) dan akhlak kepada makhluq (ciptaan-

Nya).

b. Materi Pembelajaran Aqidah Akhlak

1) Menghindari perilaku tercela

a) Annaniyah (egois) adalah sikap seseorang yang selalu mementingkan dirinya

sendiri tanpa memperdulikan orang lain


34

b) Putus asa adalah sikap atau prilaku seseorang yang menganggap dirinya telah

gagal dalam menghasilkan sesuatu harapan dan cita-cita.

c) Gadhob adalah sikap seseorang yang mudah marah

d) Tamak adalah sikap yang selalu merasa kurang dengan apa yang telah di

paparkan

2) Akhlak terpuji

a) Husnudzan adalah berprasangka positif (berbaik sangka) terhadap segala

perbuatan dan tingkah laku orang lain.

b) Tawadhu’ adalah rendah hati dan tidak sombong

c) Tasamuh adalah sikap tenggang rasa, saling menghormati, saling menghargai

sesama manusia.

d) Ta’awun adalah tolong menolong antar sesama umat dalam hal kebaikan,

supaya saling melengkapi dan memenuhi kebutuhan pribadi maupun

kebutuhan bersama.

c. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Aqidah Akhlak

1) Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak

a) Agar siswa memiliki pengetahuan, penghayatan, dan keyakinan yang benar

terhadap hal- hal yang harus diimani, sehingga dalam bersikap dan bertingkah

laku sehari- hari berdasarkan Al- Qur’an dan Hadist

b) Agar siswa memiliki pengetahuan, penghayatan, dan kemauan yang kuat

untuk mengamalkan aqidah yang baik dan meninggalkan akhlak yang buruk.

2) Fungsi Pembelajaran Aqidah Akhlak


35

a) Memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada siswa agar mau menghayati

dan meyakini dengan keyakinan yang benar terhadap Allah, malaikat-malaikat

Allah, kitab-kitab Allah, rosul-rosul Allah, hari akhir, serta qadho dan qadar

Allah

b) Memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada siswa agar mau menghayati

dan mengamalkan ajaran Islam tentang akhlak, baik yang berkaitan dengan

hubungan antara manusia dengan Allah, manusia dengan dirinya, dan manusia

dengan alam lingkungannya.0

Al-Qur’an telah menjelaskan fungsi dari Aqidah Akhlak yaitu: sebagai


dasar bertingkah laku umat manusia, sebagaimana tercantum dalam Q.S. An-
Najm/53: 4

(٤)‫)َو َم ا َيْنِط ُق َعِن اَهْلَو ى‬٣( ‫ِإْن ُه َو ِإال َو ْح ٌي ُيوَح ى‬


Terjemahnya:

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al- Qur’an) menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya)”.0

Al-Quran berarti, kalamullah yang merupakan mukzizat yang diturunkan

kepada Nabi Muhamammad SAW. Dengan perantaraan malaikat Jibril As,

dengan berbahasa Arab dan ditulis di atas kitab atau Mushab, yang disampaikan

secara mutawatir dan membacanya adalah ibadah, dan Al-Quran berpindahnya

tidak sekaligus akan tetapi berangsur-rangsur, Al-quuran di mulai dari surah Al-

Fatuhah dan disudahi dengan surah An-Nas, atas dasar itiulah, terjemahan Al-

Quran buakn disebut Al-Quran akan tetapi tafsir.

0
Rohmatun Aulia, Pengaruh Pembelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Karakter Peserta
Didik Kelas Viii Di Mts Darul A’mal Kota Metro, skripsi. (Metro: 2018) h.28.
0
Kementerian Agama RI, op.cit, h.528.
36

Berdasarka rumusan tujuan dan fungsi tentang Aqidah Akhlak sebagai

suatu pengajaran di lembaga pendidikan madrasah, pada hakikatnya memiliki

tujuan agar peserta didik mampu menghayati nilai-nilai aqidah akhlak dan

diharapkan peserta didik mampu merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian maka jelaslah bahwa tujuan pendidikan atau pengajaran aqidah

akhlak merupakan penjabaran tujuan Pendidikan Agama Islam.

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan penjelasan sementara yang menunjukkan

argumentasi peneliti dalam merumuskan hipotesis. Pada hakikatnya kerangka

berfikir dalam pengajuan hipotesis didasarkan pada argumentasi deduktif dengan

menggunakan pengetahuan ilmiah sebagai premis-premis dasarnya. Maka

penelitian ini menyajikan kerangka berfikir sebagai berikut: Kerangka berpikir

juga yaitu pemikiran mengenai ketertarikan antara variabel-variabel yang akan

diteliti. Maka dari itu peneliti akan membahas tentang “Efektivitas Metode

Problem Solving Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Peserta Didik Pada Mata

Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas XI IPA 1 di Madrasah Aliyah Palattae Kabupaten

Bone.”
37

Gambar 2.1
Kerangka Pikir

Madrasah Aliyah Palattae


Kabupaten Bone

Guru Aqidah Akhlak

Metode Problem Solving


dalam Meningkatkan Pelaksanaan
Peserta Didik
Prestasi Belajar Peserta
Didik

Penghambat / Pendukung

Efektivitas
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

diamati. Kirk dan Miller dalam Moleong pada buku Sulaiman menjelaskan

penelitian Kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang

secara fundamental bergantung pada “pengamatan” manusia dalam kawasannya

sendiri dan hubungannya dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan

peristilahannya.0

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah

metode wawancara (interview), observasi, dan dokumentasi, dan dokumentasi

langsung dengan subyek penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang dibahas

peneliti yaitu mengenai “Efektivitas Metode Problem Solving Terhadap

Peningkatan Prestasi Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

Kelas XI IPA 1 di Madrasah Aliyah Palattae Kabupaten Bone”.

0
Sulaiman Saat dan Sitti Mania, Pengantar Metodologi Penelitian (Gowa: Pusaka
Almaida, 2020), h. 129.
39

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yaitu tempat penelitian yang akan dilakukan untuk

memperoleh suatu data informasi yang diperlukan oleh peneliti yang berkaitan

dengan permasalahan dan kebutuhan peneliti. Adapun lokasi dalam penelitian ini

adalah Madrasah Aliyah Palattae Kecamatan Kahu, Kabupaten Bone Sulawesi

Selatan.

2. Waktu Penelitian

Adapun waktu yang digunakan untuk penelitian ini akan dilaksanakan

kurang lebih selama 2 bulan.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah penentuan konsentrasi yang menjadi objek

penelitian sehingga benar-benar memperoleh hasil yang diinginkan. Peneliti

menentukan fokus masalah yang akan diteliti yaitu tentang efektivitas metode

pembelajar Problem Solving untuk meningkatkan prestasi belajar pembelajaran

Aqidah Akhlak. Dalam penelitian ini yang akan menjadi fokus penelitian yaitu

peserta didik di kelas XI IPA 1 dengan jumlah peserta didik sebanyak 23 orang

dan pendidik dalam bidang studi Aqidah Akhlak bernama Andi Nurlina, S.Ag,

M.Pd.I
40

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini penulis

menggunakan beberapa metode sebagai berikut:

1. Observasi

Sutrisno Hadi dalam buku Sugiyono mengemukakan bahwa, observasi

merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai

proses biologis dan psikologi.0

Observasi ini merupakan kegiatan dalam mengamati serta melihat keadaan

dan kondisi serta kejadian yang terjadi pada kenyataan yang sebenarnya. Metode

observasi ini sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila

di bandingkan dengan teknik wawancara dan kuesioner, kalau teknik wawancara

dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas

pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain.

Metode observasi peneliti dapat mengamati lingkungan sekolah, aktivitas

pembeajaran peserta didik Kelas XI IPA 1 Madrasah Aliyah Palattae Kabupaten

Bone.

2. Wawancara

Wawancara adalah cara mengumpulkan data keterangan yang

dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, dan

berhadapan muka. Menurut Maleong dalam buku Hari Herdiansyah,

wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan


0
Sugiyono. “Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D”, ( Bandung: Alfabeta, 2018) h. 203.
41

pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memeberikan jawaban atas

pertanyaan itu. 0

Wawancara digunakan sebagai suatu cara pengumpulan data untuk

memperoleh informasi langsung dari sumbernya yang dianggap relevan dengan

fokus penelitian. Pada penelitian ini, wawancara akan dilakukan dengan

memberikan beberapa pertanyaan kepada guru bidang studi Aqidah Akhlak

kelas XI IPA 1 Madrasah Aliyah Palattae Kabupaten Bone.

3. Kuesioner

Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau tertulis kepada

responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

yang efisien apabila peneliti tahu dengan hasil pasti variabel yang akan diukur dan

tahu apa yang bias diharapkan oleh responden.0

Angket digunakan untuk memperoleh data dan informasi yang akurat dari

responden. Dalam penelitian ini yang menjadi responden peneliti yaitu peserta

didik kelas XI IPA 1 Madrasah Aliyah Palattae Kabupaten Bone.

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah aktivitas atau proses sistematis dalam melakukan

pengumpulan, pencarian, penyelidikan, pemakaian, dan penyediaan dokumen

untuk mendapatkan keterangan, penghargaan pengetahuan dan bukti serta

0
Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, dan Focus Groups. (Jakarta: Rajagrafindo
Persada 2013). h. 29.
0
Graika, Darmanah, Metodologi Penelitian. (Lampung Selatan: Hira Tech 2019). h. 32.
42

menyebarkannya kepada pengguna. 0 Metode dokumentasi ditujukan untuk

memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang

relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data

yang relevan penelitian.

Metode ini digunakan untuk memperoleh data melalui data-data yang

tertulis baik yang berupa dokumen atau arsip maupun data tertulisnya yang berupa

profil Madrasah Aliyah Palattae Kabupaten Bone, yang meliputi visi dan misi,

struktur organisasi, jumlah guru dan keadaan siswa.

5. Triangulasi

Trianggulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang

telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka

sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data,

yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan

berbagai sumber data.0

Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan

dokumentasi untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan

teknik yang sama. Gambar triangulasi sumber sebagai berikut:

0
Ibid.
0
Zuchri Abdussamad, “Metode Penelitian Kualitatif”, (Makassar: Syakir Media Press,
2021), h. 156.
43

Gambar 3.1
Triangulasi “Sumber” Pengumpulan Data (Satu Teknik)

A
Wawancara
B
Mendalam

E. Instrumen Penelitian

Peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai pengumpul data dan

sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan.

Sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai

bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat

digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai

instrumen pendukung. Menurut Sugiyono dalam penelitian yang menjadi

instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri, oleh karena itu peneliti

sebagai instrumen juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap

melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan”.0

Menurut Nasution yang dikutip dalam buku Sugiyono menyatakan: Dalam

penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai

instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum

mempunyai bentuk pasti. Masalah fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis

yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semua tidak dapat ditentukan

0
Sugiyono, op.cit, h. 305.
44

secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan

sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan jelas itu, tidak

ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat

mencapainya.0

Sehubungan dengan kegiatan penelitian ini, peneliti menggunakan metode

penelitian yaitu:

1) Lembar observasi, yaitu intrumen yang digunakan sebagai acuan dalam

mengamati yang akan menjadi objek penelitian.

2) Lembar wawancara, peneliti mempersiapkan beberapa pertanyaan-pertanyaan

tertulis agar lebih terstruktur sehingga pembahasan lebih jelas dan tidak

kemana-mana.

3) Lembar Angket, lembaran angket dapat berupa sejumlah pertanyaan tertulis,

tujuannya untuk memperoleh informasi dari responden tentang apa yang ia

alami dan ketahuinya.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah bagian yang amat penting karena dengan

menganalisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam

memecahkan masalah penelitian. Menurut Moleong dalam Sandu Siyoto, proses

analisis data kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari

berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam

catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar foto dan sebagainya.

0
Ibid,.h. 306.
45

Setelah ditelah, langkah selanjutnya adalah reduksi data, penyusunan satuan,

kategorisasi dan yang terakhir adalah penafsiran data.0

Menurut Milles dan Huberman dalam buku Sugiyono mengemukakan

bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Langkah-langkah analisis data dalaam penelitian. Matthew B. Miles dan A

Michael Huberman menggambarkan analisis data kualitatif sebagai berikut. 0

Gambar 3.2 : Komponensial Analisis Data (Interctive Model)

Pengumpulan
Data Display
Data

Reduksi
Data
Kesimpulan
Verifikasi

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah sebagai prosedur mengumpulkan, mengukur,

dan menganalisis wawasan yang akurat untuk penelitian menggunakan teknik

standar yang valid. Seseorang peneliti dapat mengevaluasi hipotesis penelitian

0
Sandu Siyoto, “Dasar Metodologi Penelitian”, (Yogyakarta: Literasi Media Publishing,
2015), h. 122.
0
Sugiyono, op.cit. h.337.
46

mereka berdasarkan dta yang dikumpulkan. Dalam banyak kasus, pengumpulan

data adalah langka utama dan paling penting untuk penelitian, terlepas dari bidang

penelitian. Pengumpulan data berbeda untuk berbagi bidang studi, tergantung

pada informasi yang diperlukan.

2. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang

yang tidak perlu. Reduksi data bisa dilakukan dengan jalan melakukan abstrakasi.

Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan

pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada dalam data

penelitian. Dengan kata lain proses reduksi data ini dilakukan oleh peneliti secara

terus menerus saat melakukan penelitian untuk menghasilkan catatan-catatan inti

dari data yang diperoleh dari hasil penggalian data. Dengan demikian, tujuan dari

reduksi data ini adalah untuk menyederhanakan data yang diperoleh selama

penggalian data di lapangan.

3. Penyajian Data

Setelah reduksi data dilakukan, maka proses selanjutnya adalah

menyajikan data atau analisis data. Dalam penyajian penelitian kualitatif ini

biasanya sering bersifat teks dan naratif yang diharapkan dapat memudahkan

dalam memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya sesuai

dengan apa yang telah dipahami tersebut.


47

4. Kesimpulan atau verifikasi

Kesimpulan atau verifikasi adalah tahap akhir dalam proses analisa data.

Pada bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data yang telah

diperoleh. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari makna data yang

dikumpulkan dengan mencari hubungan, persamaan, atau perbedaan. Penarikan

kesimpulan bisa dilakukan dengan jalan membandingkan kesesuaian pernyataan

dari subyek penelitian dengan makna yang terkandung dengan konsep-konsep

dasar dalam penelitian tersebut.0

Dari data yang telah melalui tahapan di atas, diambil satu kesimpulan dan

bersifat sementara. Apabila diperlukan akan dilakukan verifikasi data dengan cara

mengumpulkan data baru guna memperkuat kesimpulan atau menetapkan

kesimpulan, melalui analisa data ini, dapat diketahui bagaimana efektivitas

metode problem solving terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik pada

mata pelajaran Aqidah Akhlak Kelas XI IPA 1 di Madrasah Aliyah Palattae

Kabupaten Bone.

Untuk mengetahui efektivitas metode Problem Solving terhadap

peningkatan prestasi belajar menggunakan perhitungan sekor maksimal dari

lembar observasi dan lembar angket.

Jumlah total nilai


Ρenilaian= Χ 100 %
skor maksimal

Untuk mengetahui kategori atau jenis deskriptif persentase dan skor yang

diperoleh dari indikator dalam variabel, dari perhitungan deskriptif persentase

kemudian ditafsirkan ke dalam kalimat.

0
Sandu Siyoto, op.cit. h.124.
48

Berikut tabel kategori untuk variabel Efektivitas Metode Problem Solving

Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar:

Tabel 3.2
Kriteria Analisis Deskriptif Presentase
No Interval Kriteria
1. 81% - 100% Sangat Efektiv
2. 61% - 80% Efektiv
3. 41% - 60% Cukup Efektiv
4. 10% - 40% Kurang Efektiv

Setelah data dikumpulkan, data itu perlu diolah atau dianalisis. Pertama-

tama peneliti perlu menyelesaikan tingkat reliabilitas dan validasinya. Analisis

data merupakan salah satu langkah dalam kegiatan penelitian yang sangat

menetukan ketepatan dan kesahihan hasil penelitian. Analisis data merupakan

pekerjaan yang amat kritis dalam proses penelitian. Penelitian harus secara cermat

menentukan pola analisis bagi data penelitinya.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Palattae

1. Sejarah Berdirinya MA Palattae

Madrasah Aliyah Swasta Palattae pada awalnya merupakan kelas

terdiri atas 3 kelas sifatnya merupakan gedung darurat yang dibagun

pada tahun 1971 atas prakarsa Bapak Drs. H. Muh. Thahir Thalib dan

dibangun atas swadaya guru agama yang hanya menggunakan bambu.

Seiring dengan waktu, pada tahun 1990 berubah nama dari PGA 6 Tahun

menjadi Madrasah Aliyah Palattae karena tidak bisa memakai nama PGA

lagi dan mendapatkan bantuan gedung dari DIKNAS yang diberi nama

Gedung A.

Seiring dengan waktu, Madrasah Aliyah Swasta Palattae terus

berubah untuk melengkapi sarana dan prasarana penunjang pendidikan

dan meningkatkan sumber daya. Dengan fasilitas yang memadai, maka

ditunjuk sebagai penyelenggara ujian dan memeriksa ujian sendiri serta

disamakan dengan Madrasah Negeri sehingga dapat menandatangani

Ijazahnya sendiri. Pada tahun ajaran 2008-2014 mendapatkan bantuan dari

MEDP (Madrasah Education Development).

Selama berdiri Madrasah Aliyah Swasta Palattae telah

mengalami beberapa kali perubahan nama, yaitu:

a. PGA 6 Tahun, priode Tahun 1971-1990

b. PGA 4 Tahun, priode Tahun 1990-2004


50

c. Madrasah Aliyah Disamakan Palattae, priode Tahun 2004-2017

d. Madrasah Aliyah Swasta Palattae, priode tahun 2017-sekarang

Madrasah Aliyah Swasta Palattae telah di pimpin oleh

beberapa orang Kepala Madrasah, yaitu:

a. Drs. H. Muh. Thahir Thalib, priode 1971-2016

b. Muslimin Tahir., S. Pd.I, M.M, Priode 2016-2020

c. Tasnimah Tahir, S. Pd. I, M. Pd. I, priode 2020-sekarang

2. Identitas Madrasah Aliyah Palattae

Tabel 4.1 Identitas Madrasah

Nama Madrasah Aliyah Swasta Palattae

Alamat Jl. Ahmad Yani No. 76 Kelurahan

Palattae, Kec. Kahu, Kab. Bone, Provinsi


Telp/fax 081 342 732 678

Kode Pos 92767

e-mail mapalattae08@gmail.com

Status Madrasah Swasta

Akreditasi B (Baik)

Nomor Statistik 212.73.11.02.003

NPSN 40320385

Luas Tanah 3.000 m2

Status Tanah dan Bangunan Milik Sendiri

Jumlah Ruang Belajar 9

Waktu Belajar 07:00-14:20

Mata Pelajaran Bahasa Asing Bahasa Jerman, Bahasa Arab dan


Bahasa Inggris
51

1 2

Jenis Kegiatan ekstra kulikuler 1) OSIM


2) Palang Merah Remaja (PMR)
3) Pramuka
4) ROHIS
5) Drum Band
6) UKS

Sumber Data: Staff Tata Usaha MA Palattae, 5 Januari 2023

3. Visi dan Misi Madrasah


Visi : “Mewujudkan siswa yang unggul dalam prestasi, beriman,

bertaqwa, cerdas, terampil, mandiri, dan mampu menguasai IPTEK

Misi :
a. Mengupayakan terwujudnya system pendidikan yang demokratis

dan berkualitas.

b. Meningkatkan prestasi di bidang akademik, olah raga, dan seni.

c. Meningkatkan mutu pendidikan agama, akhlak, dan budi pekerti

yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

d. Melaksanakan program life skil sesuai dengan situasi dan

kondisi madrasah.

e. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam

penguasaan ilmu-ilmu dasar untuk menunjang perkembangan Ilmu


52

Pengetahuan dan dan Teknologi (IPTEK) dan menerapkan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

4. Data Guru dan Siswa MA Palattae

Tabel 4.2 Data Guru MA Palattae

No Nama Pendidik Bidang Studi

1 Tasnimah Thahir, S. Pd.I, M. Pd. I Ekonomi


2 Tamrin, S. Ag., M. Pd.I Fiqhi

3 Sitti Nilawati D, S. Pd. Seni Budaya


4 Linda jafar, S. Pd. I PKN

5 Andi Syarifuddin, S. Pd. I Prakarya


6 Andi Nurlina, S. Ag., M. Pd. I SKI

7 Andi M Asdiq, S. Pd Kimia


8 Juliati, S. Pd., M. Pd Bahasa Jerman

9 Mashurah, S. Pd. I., S. Pd Sejarah


10 Aisyah, S. Pd Bahasa Indonesia

11 Susanty, S. Pd Matematika
12 Limfrian, S. E Geografi

13 Lidia Jafar, S. Pd. I Al-Qur’an Hadits


14 Wahdaniah, S. Pd Matematika

15 Andi Suhartini, S. Pd Fisika


16 Andy Surdiansyah, S. Pd Biologi

17 Erni Agustina M. Pd. Bahasa Iggris


18 Drs. Syamsu Alam Akidah Akhlak

19 Dra. Nurmalia Sosiologi


20 Andi Rahmaniar, S. Pd Bahasa Iggris
53

21 Nurhsanah, S. Pd Bahasa Arab


22 Nasrullah Penjas
Sumber Data: Staff Tata Usaha MA Palattae, 5 Januari 2023

Berdasarkan tabel di atas Tenaga Pendidik di MA Palattae


berjumlah 22 orang, jumlah ini sudah cukup baik karena mereka mengajar
sesuai dengan keahliannya masing-masing.
Tabel 4.3 Data siswa MA Palattae

No Kelas Siswa

1 X IPA 20 Orang
2 X IPS 16 Orang

3 XI IPA 1 23 Orang
4 XI IPA 2 16 Orang

5 XI IPS 26 Orang
6 XII IPA 1 23 Orang

7 XII IPA 2 26 Orang


8 XII IPS 36 Orang

Jumlah 186 Orang


Sumber Data: Staff Tata Usaha MA Palattae, 5 Januari 2023

Berdasarkan uraian tabel di atas menunjukkan bahwa peserta didik

di MA Palattae pada tahun ajaran 2022/2023 berjumlah 186. Jumlah

tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan peserta didik di MA Palattae

sudah cukup memenuhi.

Tabel 4. 4 Sarana dan Prasarana MA Palattae


54

No Sarana dan Prasarana Madrasah Jumlah

1 Ruang Kepala Madrasah 1


2 Ruang Wakil Kepala Madrasah 1

3 Ruang Guru 1
4 Ruang Kelas 9
5 Ruang Tata Usaha 1
6 Ruang Perpustakaan 1
7 Ruang Lab Komputer 1
8 Ruang UKS 1
9 Ruang OSIM 1
10 Mushollah 1
11 Ruang pertemuan/Rapat 1
12 Pos Piket 1
13 Toilet 5
Sumber Data: Staff Tata Usaha MA Palattae, 5 Januari 2023

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sarana dan

prasarana yang ada di MA Palattae sudah memadai sehingga dapat

mempermudah proses jalannya pendidikan.

B. Efektivitas Metode Problem Solving Terhadap Peningkatan Prestasi

Belajar Peserta Didik di Kelas XI IPA 1

Efektivitas merupakan keadaan yang menunjukan sejauh mana

sesuatu yang direncanakan itu dapat tercapai dan mempunyai dampak atau

pengaruh terhadap suatu program yang direncanakan tersebut. Dalam

kontek ini peneliti ingin mengetahui sejauhmana efektivitas metode

problem solving terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik pada


55

mata pelajaran Akidak Akhlak Kelas XI IPA 1 di Madrasah Aliyah

Palattae. Hasil penelitian ini diperoleh dengan cara observasi langsung dan

melakukan wawancara terhadap pihak yang terkait, serta membagikan

kuesioner kepada peserta didik serta mengumpulkan dokumen yang

tersedia.

Didalam mengukur keefektifan suatu program ataupun suatu

metode ada beberapa indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur

yaitu Pengelolaan pelaksaan pembelajaran, Proses belajar mengajar

komunikatif, Respon peserta didik, Aktivitas belajar dan Hasil belajar.

Indikator ini akan dipaparkan oleh peneliti sebagai berikut.

1. Pengelolaan Pelaksaan Pembelajaran

Indikator tampak pada cara guru dalam mengelola kelas dari awal

pembelajaran dimulai hingga pembelajaran berakhir. Untuk menciptakan suasana

yang menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, mereka

memerlukan pengorganisasian proses belajar yang baik. Pada aktivitas

pengelolaan pelaksanan pembelajaran, guru menerangkan alasan mengapa pokok

pembahasan tersebut perlu dibicarakan dan kaitannya dengan materi yang

dijelaskan, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan tepat, memotivasi

peserta didik dan menjelaskan manfaat yang diperoleh peserta didik secara

kontekstual. Sebagaimana hasil wawancara dengan Ibu Andi Nurlina selaku guru

matapelajaran Akidah Akhlak, beliau mengatakan:

“Proses pembelajaran mata pelajaran Aqidah Akhlak di MA Palattae


berjalan dengan baik sesuai dengan jadwal pelajaran, pada awal
pembelajaran biasa saya menyampaikan sedikit motivasi kepada siswa
56

agar siap dalam menerima pembelajan, kemudian menjelaskan tujuan KD


materi pembelajaran setelah itu saya mengunakan waktu yang tersiswa
untuk melaksanakan proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara maksimal.”0

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa

pengelolaan pelakasanaan pembelajaran terbilang baik. Hal tersebut juga

di perkuat dengan hasil observasi peneliti, bahwa proses pembelajaran

metode problem solving di kelas XI IPA 1 dengan baik dan lancar dilihat

dari persiapan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran mulai dari

menyiappkan RPP, silabus, pemilihan topik dan bahan ajar, guru

menguasai materi pembelajaran dan menanggapi pertanyaan dari siswa.0

2. Proses Belajar Mengajar Komunikatif

Proses pembelajaran komunikatif ini berfokus pada aspek

interakasi peserta didik kelas XI IPA 1 dengan guru, komunikasi,

pengembangan kompetensi kebahasaan dan keterampilan menggunakan

bahas (membaca, menyimak, berbiacara, menulis). Sebagaimana hasil

wawancara dengan Ibu Andi Nurlina selaku guru matapelajaran Akidah

Akhlak, beliau mengatakan:

“Dalam pembelajaran akidah akhlak peserta didik aktif mengutarakan


pendapatnya mengajukan pertanyaan ketika ada yang mereka kurang
pahami atau tidak dimengerti. Peserta didik juga rajin mencatat hal-hal
yang penting terkait materi yang di sampaikan.”0

0
Andi Nurlina, S. Ag., M. Pd. I, Guru Aqidah Akhlak, “Wawancara,” Madrasah Aliyah
Palattae, Tanggal 5 Januari 2023.
0
Obsevasi, Jumat, 20 Januari 2023.
0
Andi Nurlina, S. Ag., M. Pd. I, Guru Aqidah Akhlak, “Wawancara,” Madrasah Aliyah
Palattae, Tanggal 5 Januari 2023.
57

Adapun wawancara yang dilakukan bersama Nurhayatul Zabilah

selaku peserta didik kelas XI IPA 1, dia mengungkapkan:

“Insyaallah, karena guru akidah akhlak kami sangat baik dan bagus cara
mengajarnya dan menjelaskan di depan.”0

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

pelakasanaan pembelajaran didik kelas XI IPA 1 berlangsung secara

komunikatif hal ini bisa di buktikan dengan hasil observasi peneliti bahwa

pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode problem solving dikelas

XI IPA 1 bahwa guru menyajikan materi dengan begitu jelas sehingga

dalam proses diskusi siswa lebih mudah merumuskan permasalahan yang

terkait dengan materi pemebelajaran, dan ketika pembelajaran akan

berakhir guru kembali memberikan pertanyaan mendasar terkait hasil

diskusi hal ini bertujuan agar mudah mengukur tingkat prestasi peserta

didik dalam mengingat pembelajaran dan peserta didik lebih aktif dan

semangat untuk kembali belajar pertemuan selanjutnya.0

3. Respon Peserta Didik

Guru harus mampu membangun kesan yang menarik bagi siswa

untuk memberikan respon positif baik di dalam kelas. Dalam proses

pembelajar di kelas guru memberikan perhatian kepada kelompok yang

mendapatkan kesulitan, respon siswa dalam proses pembelajaran tersebut

merupakan reaksi dan respon siswa terhadap kondisi pembelajaran yang

dilaksanakan oleh guru.

0
Nurhayatul Zabilah, Siswa Kelas XI IPA 1, “Wawancara,” Madrasah Aliyah Palattae,
Tanggal 10 Januari 2023.
0
Obsevasi, Jumat, 20 Januari 2023.
58

Berdasarkan oleh hasil observasi yang di lakukan peneliti bahwa

dalam proses pembelajaran respon peserta didik terhadap guru mulai dari

awal proses pembelajaran ketika guru memasuki ruangan kelas dengan

menyapa peserta didik, dan peserta didik memberikan respon yang baik

dan terlihat semangat unut melaksanakan pembelajaran. Guru juga

memberikan motivasi, perhatian, dan umpan balik terhadap aktifitas

belajar peserta didik, dan mereka menunjukan respon aktif, penuh

perhatian dan sangat antusias dalam proses pembelajaran. Guru juga

memberikan pujian kepada siswa ketika berhasil menjawab pertanyan dan

respon peserta didik terlihat senang, puas dan legah. Hal ini menunjukkan

bahwa pembelajaran aqidah akhlak menggunakan metode problem solving

kelas XI IPA 1 respon peserta didik dalam pembelajaran sangat efektif.

Walaupun terilihat ada satu peserta didik yang terlihat kelelahan dan

kecewa ketika tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar, tetapi hal

demikian tidak menjadikan idikator ini tidak dapat dikatakan efektif.0

4. Aktivitas belajar

Aktivitas belajar yang dimaksud disini adalah kegiatan belajar mengajar

yang dilakukan guru dan peserta didik. Proses aktivitas belajar dapat dilihat dari

komunikasi dalam lingkungan kelas, baik proses akibat dari hasil interaksi siswa

dengan guru atau siswa dengan siswa sehingga menghasilkan perubahan

akademik, sikap, tingkahlaku, dan keterampilan yang dapat membuat proses

0
Obsevasi, Jumat, 20 Januari 2023
59

pembelajaran menjadi lebih baik. Sebagaimana hasil wawancara dengan bapak

Tamrin selaku Wakamad Kurikulum, beliau mengatakan:

“Proses belajar mengajar di kelas berjalan dengan lancar dalam hal ini
guru memegang peran penting dalam pelaksanaan program pembelajaran,
dan siswa merupakan syarat utama bagi berlangsunya proses belajar
mengajar. Jadi ada hubungan timbal baliknya. Aktifitas belajar di kelas
berjalan seperti biasanya kelau guru menjelaskan materi siswa
mendengarkan dan sambil menulis juga. Terkadang siswa juga bertanya
ketika ada yang tidak di pahami.”0

Berdasarkan hasil observasi di kelas XI IPA 1 bahwa kativitas

pembelajaran berlangsung secara aktif di mana siswa berusaha

meningkatkan mutu kemampuan nya dengan aktif bertanya, mengeluarkan

pendapat, mendengarkan penjelasan guru dengan baik, dan mengerjakan

tugas tepat waktu.0

5. Hasil belajar

Dalam penelitian ini hasil belajar peserta didik adalah kemampuan

atau perubahan yang dimiliki peserta didik setelah mengalami proses

pembelajaran. Hasil belajar siswa yakni tolak ukur sejauh mana siswa

dapat menguasai pembelajaran setelah mengikuti kegiatan pembelajaran

yang ditandai dengan huruf, angka, atau simbol tertentu yang di sepakati

oleh pendidik. Sebagaima hasil wawancara Daffa, siswa kelas XI IPA 1

beliau mengatakan bahwa

0
Tamrin, S. Ag., M. Pd.I, Wakamad Kurikulum, “Wawancara,” Madrasah Aliyah
Palattae, Tanggal 10 Januari 2023.
0
Obsevasi, Jumat, 20 Januari 2023
60

“Iya ibu sering memberikan pekerjaan rumah ketika pembelajaran selesai,


ibu juaga biasa memberi kuis diawal pembelajaran. Alhamdulilah nilai
saya bagus semua di atas KKM”

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh

hasil pembelajaran maka diperlukan evaluasi setiap kegiatan pembelajaran maka

guru memberikan tugas harian, kuis dan ujian untuk mengetahui sejauh mana

capaian pembelajaran yang di peroleh peserta didik.

Berdasar hasil observasi pelaksanaan pembelajaran menggunkan

metode problem solving di kelas XI IPA 1 pada mata pelajaran Akidah

Akhlak, bahwa peserta didik berhasil mendapatkan nilai melebihi KKM

(Kriteria Ketuntansan Minimal) hal ini dilihat dari daftar nilai yang di

tunjukan oleh guru setelah pembelajaran, semua nilai siswa tuntas.

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Efektivitas Metode Problem Solving

Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Peserta Didik Pada Mata

Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas XI IPA 1

Efektivitas metode Problem Solving terhadap Peningkatan Prestasi Belajar

Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas XI IPA 1 Madrasah

Aliyah Palattae dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung dan penghambat

yang dapat mempengaruhi lancar tidaknya proses efektivitas metode problem

solving. Adapun beberapa faktor di antaranya sebagai berikut:

Faktor pendukung dan penghambat Efektivitas metode Problem Solving

terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Aqidah

Akhlak Kelas XI IPA 1 Madrasah Aliyah Palattae. Yaitu sebagaimana


61

diungkapkan oleh ibu Andi Nurlina selaku guru mata pelajaran Akidah Akhlak

mengemukakan bahwa faktor yang mendukung dan menghambat motode

pembelajaran problem solving yaitu:

“Faktor pendukung pelaksanaan poroblem solving yaitu terletak pada


peserta didik itu sendiri baik dari kesehatannya, tingkat kecerdasan dan
juga minat dan motivasi siswa. Sedangkan Faktor penghambat, banyak
siswa yang kurang percaya diri, biasa siswa ada yang kelelahan di dalam
kelas, kurangnya buku-buku mattri pembelajaran serta waktu yang
terbatas”.0

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa

Faktor pendukung dan penghambat Efektivitas metode Problem Solving terhadap

Peningkatan Prestasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

Kelas XI IPA 1 ini terletak pada peserta didik itu sendiri baik itu dari segi

kesehatan, tingkat kecerdasan dan juga minat dan motivasi belajarnya. Adapun

faktor dari luar juga sangat berpengaruh dalam kelancaran pelaksanaan metode

problem solving, misalnya sarana dan prasaran, orang tua, sumber belajar dan

faktor keterbatasan waktu. Adapun penjelasan dari hasil penelitian ini diataranya,

sebagai berikut:

1. Faktor pendukung

a. Minat dan Motivasi

Minat dan motivasi di kelas XI IPA 1 merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi keefektifan penerapan metode problem solving dalam

meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Sebagaimana hasil wawancara

0
Andi Nurlina, S. Ag., M. Pd. I, Guru Aqidah Akhlak, “Wawancara,” Madrasah Aliyah
Palattae, Tanggal 5 Januari 2023.
62

dengan Ibu Andi Nurlina selaku guru mata pelajaran Akidah Akhlak, beliau

mengatakan:

“Rata-rata siswa di kelas ini mempunyai minat dan motivasi yang tinggi
dalam belajar Akidah Akhlak, mungkin itu karena materi Akidah Akhlak
yang menarik atau cara kita sebagai guru yang variatif dalam membuat
para siswa menjadi semangat dalam proses kegiatan pembelajaran. Seperti
misalnya ketika saya menerapkan motode pembelajaran problem solving
ini, terlihat siswa begitu antusias ketika melakukan diskusi dengan
kelompoknya, karena mungkin mereka tidak mau kalah dengan kelompok
lain dalam memecahkan masalah yang telah saya berikan.”0

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa minat

dan motivasi siswa kelas XI IPA 1 termasuk tinggi dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran. Hal itu juga diperkuat dengan hasil observasi yang

peneliti lakukan, dimana ketika guru telah membagi kelompok kepada

para siswa, terlihat siswa begitu antusias dalam melakukan diskusi dengan

teman kelompoknya masing-masing, bahkan ditengah-tengah kegiatan

diskusi mereka sering bertanya tentang jawaban mereka kepada guru

karena takut jawaban mereka itu akan salah.0

b. Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana juga sebagai salah satu faktor yang mendukung

efektivitas motode pembelajaran problem solving. Sebagaimana hasil wawancara

dengan bapak Tamrin selaku Wakamad Kurikulum, beliau mengatakan:

0
Andi Nurlina, S. Ag., M. Pd. I, Guru Aqidah Akhlak, “Wawancara,” Madrasah Aliyah
Palattae, Tanggal 5 Januari 2023.
0
Obsevasi, Jumat, 20 Januari 2023
63

“Faktor pendukung penggunaan metodenya seperti ruangan yang memadai


dan pengunaan alat bantu media pembelajaran seperti lcd, siswa juga
antusias ketika di bagi kelompok.”0

Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti dapat menyimpulkan

bahwa tersedianya sarana dan prasarana serta media atau alat peraga menjadi

penunjang yang sangat penting dalam pelaksanaan metode pembelajaran di kelas

agar proses pembelajaran dapat dapat berjalan dengan baik.

c. Kesehatan

Kesehatan juga sebagai salah satu faktor yang mendukung efektivitas

motode pembelajaran problem solving. Jika siswa merasa kurang sehat ketika

melakukan proses kegiatan pembelajaran, maka tujuan pembelajaran tidak akan

bisa tercapai. Ibu Andi Nurlina selaku guru mata pelajaran Akidah Akhlak, beliau

mengatakan:

“Alhamdulillah ketika proses kegiatan pembelajaran tidak ada siswa yang


merasa sakit atau kurang sehat, hanya saja terkadang ada siswa yang
terlihat mengantuk dan seolah-olah seperti sedang sakit.”0

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa,

kesehatan adalah salah satu indikator pendukung dalam kelancaran proses

kegiatan pembelajaran. Kesehatan juga merupakan hal penting yang perlu

diperhatikan oleh guru ketika mengajar. Jika kesehatan siswa terjaga maka

proses kegiatan pembelajaran menjadi lebih efektif. Hal ini juga di perkuat

0
Tamrin, S. Ag., M. Pd.I, Wakamad Kurikulum, “Wawancara,” Madrasah Aliyah
Palattae, Tanggal 10 Januari 2023.
0
Andi Nurlina, S. Ag., M. Pd. I, Guru Aqidah Akhlak, “Wawancara,” Madrasah Aliyah
Palattae, Tanggal 5 Januari 2023.
64

dengan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti, terlihat selama

kegiatan belajar mengajar berlangsung tidak ada siswa yang sakit ataupun

kurang sehat, walaupun pada saat itu ada siswa yang terlihat mengantuk.

oleh karena itu penerapan metode pembelajaran problem solving menjadi

lebih lancar sesuai dengan yang diharapkan oleh guru mata pelajaran

Aqidah Akhlak.

d. Teman
Teman adalah salah satu pengaruh besar bagi siswa, jika memiliki

teman yang rajin, maka siswa akan mencerminkan perilaku yang rajin.

Sebaliknya, jika memiliki teman yang malas maka siswa juga akan

mencerminkan sikap yang malas. Ibu Andi Nurlina selaku guru

matapelajaran Akidah Akhlak, beliau mengatakan:

“Biasanya keseriusan siswa ketika belajar di dalam kelas itu tergantung


teman duduknya, jika teman duduknya baik dan rajin, maka siswa tersebut
akan ikut rajin. Hal tersebut bisa kita lihat dari keseharian siswa dan nilai
hasil atau prestasi belajaranya.”0

Berdasarkan hasil wawancara di atas, teman merupakan suatu

faktor yang bisa mempengaruhi siswa itu untuk menjadi lebih baik dalam

prestasi belajarnya. Apabila duduk bersama teman yang rajin, maka

prestasi dan hasil belajar siswa itu akan lebih tinggi. Hal ini diperkuat

dengan hasil observasi yang telah peneliti lakukan, ketika para siswa
0
Andi Nurlina, S. Ag., M. Pd. I, Guru Aqidah Akhlak, “Wawancara,” Madrasah Aliyah
Palattae, Tanggal 10 Januari 2023.
65

berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing, siswa yang kurang pintar

terlihat selalu bertanya kepada siswa yang mendapatkan juara kelas.0

e. Orang Tua
Dukungan orang tua memiliki pengaruh yang sangat penting

terhadap kondisi psikologis anak. Cara mendidik, lingkungan keluarga,

dan suasana rumah memiliki pengaruh terhadap hasil prestasi belajar

siswa. Siswa yang memiliki semangat yang tinggi dalam belajar juga

merupakan pengaruh dari orang tua yang selalu memotivasi anaknya. Ibu

Andi Nurlina selaku guru matapelajaran Akidah Akhlak, beliau

mengatakan:

“Jika dilihat dari sikap dan semangat siswa ketika mengikuti kegiatan
pembelajaran disekolah, bisa dikatakan bahwa disini orang tua selalu
memberi perhatian dan motivasi kepada anaknya.”0
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa orang tua

merupakan salah satu indikator pendukung yang mempengaruhi

kelancaran efektivitas motode pembelejaran problem solving di sekolah.

Hal ini juga diperkuat berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti

lakukan bahwa siswa terlihat bersemangat ketika proses diskusi dan

presentasi berlangsung. Selain itu juga, siswa selalu mengikuti arahan dari

guru mata pelajaran Akidah Akhlak.0

2. Faktor Penghambat

a. Kelelahan

0
Obsevasi, Jumat, 20 Januari 2023.
0
Andi Nurlina, S. Ag., M. Pd. I, Guru Aqidah Akhlak, “Wawancara,” Madrasah Aliyah
Palattae, Tanggal 10 Januari 2023.
0
Obsevasi, Jumat, 20 Januari 2023.
66

Kelelahan adalah faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran

efektivitas motode pembelajaran problem solving. Siswa yang mengantuk

dan merasa lelah akan sulit dalam menyerap ilmu pengetahuan. Ibu Andi

Nurlina selaku guru matapelajaran Akidah Akhlak, beliau mengatakan:

“Sedangkan Faktor penghambat, siswa yang mengantuk dan merasa lelah


ketika proses pembelajaran, hal ini di karenakan jam pembalajaran akidah
akhlak kelas XI IPA 1 itu jam terakhir.”0

Hal senada diungkapkan oleh Nurhayatul Zabilah dalam

wawancaranya, beliau menyampaikan bahwa

“Yang sering di alami siswa pada saat proses pembelajaran yaitu, kadang
tidak memperhatikan atau mendengar guru yang menjelaskan tidak konsen
akibat lelah dan mengantuk.”0
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa salah

satu faktor penghambat penerapan motode problem solving adalah siswa

yang mengantuk dan merasa kelelahan ketika mengikuti proses kegiatan

pembelajaran. Hal ini diperkuat dengan hasil observasi yang telah peneliti

lakukan bahwa, ketika proses diskusi ada salah seorang siswa yang terlihat

mengantuk sehingga kurang berpartisipasi dengan teman kelompoknya

yang sedang berdiskusi.0

b. Waktu

0
Nurhayatul Zabilah, Siswa Kelas XI IPA 1 “Wawancara,” Madrasah Aliyah Palattae,
Tanggal 5 Januari 2023.
0
Nurhayatul Zabilah, Siswa Kelas XI IPA 1, “Wawancara,” Madrasah Aliyah Palattae,
Tanggal 10 Januari 2023.
0
Obsevasi, Jumat, 20 Januari 2023.
67

Keterbatasan waktu juga dapat menghambat keefektifan penerapan

motode pembelajaran problem solving di kelas XI IPA 1, Ibu Andi Nurlina

selaku guru mata pelajaran Akidah Akhlak, beliau mengatakan:

“Karena keterbatasan waktu kami menjadi kurang puas dalam memberikan


penjelasan kepada para siswa, terlebih lagi penerapan motode
pembelajaran problem solving ini membutuhkan waktu yang lumayan
banyak, oleh karena itu tahapan-tahapan penerapan motode pembelajaran
problem solving ini saya atur agar waktunya bisa dicukup-cukupkan.”

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulakan bahwa

salah satu faktor penghambat efektivitas motode problem solving di kelas

XI IPA 1 adalah keterbatasan waktu, hal ini juga di perkuat dengan hasil

observasi yang peneliti lakukan bahwa pada saat pelaksanaan diskusi

waktu yang di gunakan lumayan panjang di lihat dari banyak nya langkah-

langkah metode problem solving ini apalagi jam pelajaran Akidah Akhlak

di kelas XI IPA 1 itu hari jumat dan dijam terakhir.0

c. Kurangnya Sumber Belajar dan Referensi Belajar

Sumber belajar seperti buku paket, buku LKS ataupun referensi

belajar yang lain, juga menjadi pengaruh lancar dan tidaknya suatu metode

pembelajaran. Begitu pula dengan efektivitas metode problem solving

terhadap peningkatan prestasi belajar. Sumber belajar yang kurang

memadai akan menyulitkan siswa dalam menggali dan mengeksplorasi

suatu solusi yang akan menjadi jawaban dari permasalahan yang akan

dipecahkan.

“Faktor selanjutnya itu kurangnya sumber referensi pembelajaran yang


stoknya terbatas dan yang ada hanya buku guru dan buku lama akan tetapi
0
Obsevasi, Jumat, 27 Januari 2023.
68

isi dari buku tersebut memang kurang lengkap untuk mencari solusi dari
pemecahan masalah yang dihadapi oleh siswa, hal itulah yang
menyebabkan siswa terlihat sedikit kebingungan dan sering bertanya
tentang jawaban mereka kepada saya.”0

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Aqidah Akhlak di atas,

dapat diketahui bahwa referensi belajar siswa terbadas dan kurang

memadai, dan isi dari buku yang digunakan kurang lengkap untuk mencari

jawaban yang diberikan guru. Hal itu juga diperkuat dengan hasil

observasi yang telah peneliti lakukan bahwa, ketika siswa telah selesai

berdiskusi, banyak siswa yang bertanya kepada guru tentang jawaban

mereka apakah benar atau tidak. Artinya siswa masih ragu dengan

jawaban mereka walaupun sudah menggali jawaban dari buku yang

disediakan

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dari hasil observasi,

angket, dan wawancara yang peneliti lakukan, dapat diketahui bahwa

tingkat kefektifan metode problem solving terhadap peningkatan prestasi

belajar peserta didik di Kelas XI IPA 1 Madrasah Aliyah Palattae, dapat

dikategorikan efektif. Dengan adanya beberapa idikator pembuktian. Hal

ini dibuktikan dengan hasil observasi yang digunakan untuk mengukur

keefektifan metode mencapai 76% dan untuk mengukur prestasi belajar

peserta didik maka di gunakan angket dengan hasil mencapai 69%.

Tingkat kefektifan metode problem solving juga dapat di lihat

dengan adanya peningkatan prestasi belajar peserta didik dengan melihat

0
Andi Nurlina, S. Ag., M. Pd. I, Guru Aqidah Akhlak, “Wawancara,” Madrasah Aliyah
Palattae, Tanggal 5 Januari 2023.
69

hasil ulangan harian setelah pembelajaran menggunakan metode problem

solving yang keseluruhan meningkat dan melebihi nilai KKM. Peserta

didik juga lebih mudah memahami materi, adanya pengembangan dalam

kemampuan berpikir para peserta didik, keterampilan siswa dalam

memecahkan permasalahan, serta siswa juga lebih selektif dalam

mengambil keputusan secara objektif dan mandiri.

Adapun faktor pendukung Efektivitas metode Problem Solving

terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran

Aqidah Akhlak kelas XI IPA 1 yaitu yang pertama dari segi minat dan

motivasi, kedua sarana dan prasana, ketiga kesehatan, keempat teman dan

yang kelima yaitu orang tua. Sedangan yang menjadi faktor penghambat

diataranya yang pertama kelelahan, kedua waktu, dan yang terakhir yaitu

kurangnya sumber belajar dan referensi belajar.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang efektivitas metode Problem Solving

terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Aqidah

Akhlak Kelas XI IPA 1 Madrasah Aliyah yang telah dijelaskan sebelumnya maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Efektivitas metode Problem Solving terhadap peningkatan prestasi belajar

peserta didik pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di Kelas XI IPA 1

Madrasah Aliyah dikategorikan efektif. Dengan adanya beberapa idikator

pembuktian. Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yang digunakan

untuk mengukur keefektifan metode mencapai 76% dan untuk mengukur

prestasi belajar peserta didik maka di gunakan angket dengan hasil

mencapai 69%. Maka metode tersebut dapat dikatakan efektif sesuai

dengan tabel kriteria efektif, apabila mencapai frekuensi 61%-80% maka

kegiatan tersebut dikatakan efektif. Metode Problem solving yang

diterapan di Kelas XI IPA 1 menjadi suatu solusi dalam pemecahan

masalah yang dihadapi peserta didik untuk meningkatkan aktivitas dan

prestasi belajar.

2. Faktor pendukung dan penghambat Efektivitas metode Problem Solving

terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran


71

Aqidah Akhlak kelas XI IPA 1 yaitu, faktor pendukung yang pertama

yaitu dari segi


72

minat dan motivasi, kedua sarana dan prasana, ketiga kesehatan, keempat

teman dan yang kelima yaitu orang tua. Sedangan yang menjadi faktor

penghambat diataranya yang pertama kelelahan, kedua waktu, dan yang

terakhir yaitu kurangnya sumber belajar dan referensi belajar.

B. Saran

Berdasarkan gambaran umum dan kesimpulan di atas maka penulis

memberikan saran diantaranya sebagai berikut:

1. Bagi Kepala Madrasah: Hendaknya pimpinan dan pendidik lebih

meningkatkan sarana pendidikan terutama sumber belajar seperti buku

pelajaran yang digunakan, serta sarana dan prasarana lainya dalam upaya

meningkatkan kegiatan belajar mengajar yang sudah berjalan dengan baik,

sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan dan lulusan yang baik.

2. Bagi Guru: Khususnya guru Aqidak Akhlak Madrasah Aliyah Palattae

diharapkan untuk menggunakan metode problem solving agar siswa dapat

mencapai prestasi belajar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Pendidik

juga diharapkan mempunyai semangat motivasi, inovasi dan kreasi

tersendiri dalam kegiatan belajar mengajar.

3. Bagi Peserta Didik: hendaknya lebih meningkatkan aktivitas belajar

metode problem solving dengan lebih banyak membaca buku serta

mencari masalah dari media masa seperti koran, interner dan televisi.

Lebih banyak berlati berbicara di depan kelas menggunakan bahasa yang


73

lebih baku, khususunya pada tahap mempresentasikan hasil diskusi

sehingga menghasilkan kefektifan yang tinggi.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur'an Al-Karim

Abdurahman, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Adobel Flash


Dapat Meningkatkan Efektivitas Belajar Siswa, Banten: Pascal Books
2021.

Anisa, Penerapan Metode Problem Solving Untuk Meningkatkan Hasil Belajar


Siswa Pada mata Pelajaran Fiqih di Mts Al-Fatah Natar Lampung
Selatan, skripsi, lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung, 2020.

Amin, Alfauzan, Metode & Model Pendidikan Agama Islam, Bengkulu: IAIN
Bengkulu Pres, 2015.

Aulia, Rohmatun, Pengaruh Pembelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Karakter


Peserta Didik Kelas Viii Di Mts Darul A’mal Kota Metro, Skripsi, Metro:
2018.

Abdussamad, Zuchri, Metode Penelitian Kualitatif, Makassar: Syakir Media


Press, 2021.

Bernadetta, Pratiwi Purba, “Strategi Mengajar Ditingkat Pendidikan Menganh”


Medan: Yayasan Kita Menulis, 2021

Farhana, Husna, Awiria, Nurul Muttaqien, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta:


Ubharaja 2019.

Fadriati, Strategi dan Teknik Pembelajaran, Batusangkar: STAIN Batusangkar


Press, 2014.

Fida, Abu Al-Hafiz Ibn Katsir Al-Dimisqi, Tafsir Al-Qur’an Al-;Adzim, Jilid4.
Beirut: Dar-Al-Fikr,T.th.

Graika, Darmanah, Metodologi Penelitian. Lampung Selatan: Hira Tech 2019.

Haidir dan Salim, Strategi Pembelajran, Medan: Perdana Publishing 2012.

Hayatinnufus, Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam


Menggunakan Metode Problem Solving pada Siswa Kelas III SDN, Jurnal
Pendidikan Tambusai, Vol. 5 No. 3, 2021.
75

Herdiansyah, Haris, Wawancara, Observasi, dan Focus Groups. Jakarta:


Rajagrafindo Persada 2013.

Hadijah, Siti, Efektivitas Metode Problem Solving pada Mata Pelajaran


Pendidikan Agama Islam di Kelas VIII SMP Negeri 1 Mappakasunggu
Kabupaten Takalar, Skripsi: Makassar, Universitas Muhammadiyah
Makassar, 2019.

Ibrahim, Nini, Perencanaan Pembelajaran Teoritis dan Praktis, Jakarta: Mitra


Abadi 2014.

Ilyas, Yunahar, Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: LPPI, 2019.

Karwono, Achmad Irfan Muzni. “Strategi Pembelajaran dalam Profesi


Keguruan”, Depok: Rajagrafindo Persada 2020.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Online),“Penerapan”


https://kbbi.web.id/terap-2, Diakses pada 14 September 2022, pukul 20.03

Marzuki, Prinsip Dasar Akhlak Mulia, Yogyakarta: Debut Wahana Press & FISE
UNY, 2009.

Nurdin, Saeful, Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Menggunakan Model


Pembelajaran Problem Solving, Cps dan Problem Base Learning, sa
diakses pada 11 oktobe 2022 pukul 10.20

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Jakarta : Pusat Bahasa, 2008.

Patoni, Achmad, Metode Pembelajaran Agama Islam, Yogyakarta: Gre


Publishing 2015.

Rosyid, Moh. Zaiful Mustajab, Amiinol Raosyid Abdullah, Prestasi Belajar


Pamekasan: Literasi Nusantara, 2019.

Ramadhan, Iwan, Kiat Sukses PTK Langkah-Langkah, Instrumen Dan Contoh,


Klaten: Penerbit Lakeisha, 2021.

Siyoto, Sandu, Dasar Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Literasi Media


Publishing, 2015.

Febry Riansah, Efektivitas Strategi Pembelajaran Problem Solving Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Tematik Pada Siswa Kelas IV di MIN 2
Bandar Lampung, Skripsi Lampung: Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung, 2022.
76

Saat, Sulaiman, Sitti Mania, Pengantar Metodologi Penelitian, Gowa: Pusaka


Almaida, 2020.

Subur, Pembelajaran Nilai Moral Berbasis Kisah Yogyakarta: Kalimedia, 2015.

Sulaiman, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) (Kajian


Teori dan Aplikasi Pembelajaran PAI), Banda Aceh: Yayasan Pena 2017.

Susianti,Oni, Marliana, “Metode Pembelajaran Problem Solving Untuk


meningkatkan Hasil Belajar Siswa kelas madrasah Ibtidaiyah Tentang
Akhlak Terpuji” 2020. https://www.journal.stitpemalang.ac.id, diakses
pada 7 september 2022.

Shoimin, Aris, 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013,


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Saidah, Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam


Menggunakan Metode Problem Solving, Vol. 1 No. 1 September 2021.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan


R&D, Bandung: Alfabeta, 2018.

Said, Alamsyah dan Andi Budimanjaya. 95 Strategi Mengajar Multiple


Intelligences: Mengajar Sesuai Kerja Otak dan Gaya Belajar Siswa.
Jakarta: Prenadamedia Group, 2015.

Sadam, Efektivitas Metode Resitasi dan Metode Problem Solving Terhadap


Prestasi Belajar Akidah Akhlak Bagi Siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Mangepong Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto, Skripsi,
Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2011.

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,


Pasal 3, Ayat (1). Sinar Grafika.

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,


Batusangkar: STAIN Batusangkar Press 2014.

Yusfira, Penerapan Metode Resitasi dalam Meningkatkan Prestasi Belajar


Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA
Negeri 1 Wajo. Jurnal, Vol 7 No 1 September. 2019.

Anda mungkin juga menyukai