Anda di halaman 1dari 95

EFEKTIVITAS PEMBERDAYAAN KEGIATAN EKONOMI

ISLAM DALAM MENGEMBANGKAN PONDOK


PESANTREN DI MAKASSAR
(Studi Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an al-Imam ‘Ashim)

SKRIPSI

MUFLIHUN RAMADHAN
NIM: 05220190102

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023

i
ii
KATA PENGANTAR

‫ألسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫بسم هللا الر حمن الر حيم‬
‫الحمد هلل القائل فى كتابه الكريم يرفع هللا الذين امنوامنكم والذين‬
‫ والصالة والسالم على رسول هللا محمد صل هللا‬،‫اوتواالعلم درجات‬
‫أمابعد‬.‫عليه وسلم وعلى اله واصحابه اجمعين‬
Segala puji dan syukur penulis peruntukkan hanya kepada Allah Swt., atas

selesainya tesis yang berjudul “Efektivitas Pemberdayaan Kegiatan Ekonomi

Islam dalam Mengembangkan Pondok Pesantren di Makassar (Studi Pondok

Pesantren Tahfizhul Qur’an al-Imam ‘Ashim)”. Salawat dan salam semoga

tercurah kepada junjungan nabi besar Muhammad saw., beserta segenap keluarga,

para sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban penulis

sebagai insan akademis, sehingga dengan ikhlas skripsi ini disusun agar dapat

memenuhi syarat-syarat keilmiahan, walaupun tidak terlepas dari keterbatasan

yang berimplikasi pada penulis sebagai manusia biasa. Karena itu, berbagai upaya

pembenahan telah dilakukan seiring dengan petunjuk-petunjuk dosen

pembimbing. Sebagian diantaranya telah berhasil disempurnakan namun sebagian

lagi belum dapat dibenahi sebagaimana mestinya. Karena itulah, penulis merasa

berutang budi kepada semua pihak yang telah berusaha membantu dalam proses

penulisan dan selama pembenahan dilakukan.

Dalam mengarungi lautan ilmu, banyak pihak yang telah memberikan

kontribusi yang tiada batas hingga peneliti dapat beridiri di atas kaki sendiri. Oleh

karena itu, pancaran bahagia dan penghargaan serta ucapan terima kasih yang

dalam, saya peruntukkan kepada Ayahanda dan ibunda sebagai sosok wanita yang

iii
tidak hanya melahirkan penulis, tetapi juga sebagai guru informal dan menjadi

sumber inspirasi yang telah melahirkan, membesarkan dan mendidik serta

menanamkan nilai-nilai agama, hingga dapat melanjutkan pendidikan sampai ke

jenjang perguruan tinggi pada Program Strata Satu (S1) UMI Makassar.

Ayahanda dan Bundaku berdua sebagai sosok orang tua yang sangat berjasa, telah

mengajarkan banyak untaian mutiara kaum bijak diantaranya “al-Adab Asasu al-

Najah”.

Selain itu, juga masih terdapat sosok pribadi yang tidak kalah

kontribusinya pada penulis sehingga melalui tesis ini penulis menyampaikan

terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada mereka, yakni:

1. Rektor Universitas Muslim Indonesia Makassar Prof. Dr. H. Basri Modding,

SE., MS., berserta para Wakil Rektor I, II, III, dan IV tempat penulis menuntut

ilmu pengetahuan.

2. Dekan Fakultas Agama UMI Makassar Dr. H. Andi Bunyamin, M. Pd., dan

para Wakil Dekan I, II, dan III Fakultas Agama serta segenap staf Fakultas

yang telah membantu seluruh rangkaian perkuliahan penulis.

3. Dr. HM. Akil, M. Hum dan Dr. H. Abbas Alimayo, Lc., MA, selaku

pembimbing I dan Pembimbing II penulis yang sangat berjasa dalam

mengarahkan perbaikan tulisan-tulisan ini hingga mencapai standar kelayakan

sebagai sebuah karya ilmiah.

4. Seluruh dosen dan segenap karyawan dalam jajaran Universitas Muslim

Indonesia yang telah membantu dalam segala hal.

iv
5. Rekan-rakan dan semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan identitasnya

satu persatu, yang telah memberikan dukungan moril maupun materil selama

perjalanan studi hingga perampungan karya tulis ini. Kepada mereka, penulis

hanya dapat mendo’akan semoga Allah swt., memberikan imbalan setimpal

dan segala bantuan mereka bernilai pahala di sisi-Nya.

Amin Ya Rabbal Alamin

Wallah al-Muwaffiq Ila Aqwam al-Thariq

Makassar, Pebruari 2023


Penyusun,

MUFLIHUN RAMADHAN
NIM: 0522019012

v
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ………………………………………. i


PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………….. ii
KATA PENGANTAR …………………………………………… iii
DAFTAR ISI …………………………………………………… vi
ABSTRAK ……………………………………………………….. vii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………… 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah …………………….. 8
C. Pengertian Judul …………………………………….. 9
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian …………………… 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………. 13
A. Hubungan dengan Penelitian Sebelumnya …………. 13
B. Landasan Teori ……………………………………….. 16
1. Pengertian Ekonomi ……………………………. 16
2. Pemberdayaan Ekonomi Pesantren ……………. 18
3. Strategi Pemberdayaan Ekonomi Pesantren ……… 28
4. Pengembangan Ekonomi Pesantren sebagai
Terobosan Baru 33
5. Sistem Ekonomi Islam sebagai Upaya
Pemberdayaan Ekonomi Umat …………………. 35
6. Pondok Pesantren ………………………………. 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………… 43
A. Jenis dan Lokasi Penelitian ....................................... 43
B. Teknik Pengumpulan Data …………………………… 44
C. Sumber Data ………………………………………… 45
D. Teknik Analisis Data ………………………………. 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 48


A. Sejarah Berdirinya PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar … 48
B. Pemberdayaan Kegiatan Ekonomi Pesantren di PPTQ
al-Imam ‘Ashim Makassar …………………………. 52
C. Perspekif Islam terhadap Efektivitas Pemberdayaan
Ekonomi Pesantren di PPTQ al-Imam ‘Ashim
Makassar …………………………………………… 61
BAB V PENUTUP …………………………………………….. 71
A. Kesimpulan ……………………………………….. 71
B. Saran-saran …………………………………………. 72
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………. 73
LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………….. 76
1. Surat pengantar penelitian …………………………………. 77
2. Surat izin penelitian ………………………………………. 78
3. Instrument penelitian ……………………………………… 85
4. Foto-foto penelitian ……………………………………….. 86

vi
5. Riwayat hidup …………………………………………….. 91
ABSTRAK

Nama : Muflihun Ramadhan


NIM : 0522019012
Jurusan : Hukum Ekonomi Syari’ah
Fakultas : Agama Islam
Judul Skripsi : Efektivitas Pemberdayaan Kegiatan Ekonomi Islam
dalam Mengembangkan Pondok Pesantren di Makassar
(Studi Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an al-Imam
‘Ashim)

Berdasarkan judul penelitian di atas, maka yang menjadi permasalahan


dalam penelitian ini adalah “apakah pemberdayaan kegiatan ekonomi Islam di
PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar berjalan efektif dan sesuai dengan pandangan
ekonomi Islam”. Dari permasalahan inilah kemudian lahir beberapa rumusan
masalah yang meliputi (1) pemberdayaan kegiatan ekonomi Islam pesantren di
PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar, dan (2) Perspektif Islam terhadap efektivitas
pemberdayaan ekonomi di PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar.
Untuk menelusuri dan memperoleh data-data terkait pokok masalah di
atas, maka peneliti menggunakan metodologi penelitian yakni mulai dari teknik
pengumpulan data yang diawali dengan kegiatan observasi, inerviu, dan
dokumentasi. Data yang dikumpul ini bersumber dari data primer dan sekunder
yang kemudian dianalisis dengan menggunakan reduksi data setelah data
terkumpul, lalu disajikan dan menarik kesimpulan.
Adapun hasil penelitian yang ditemukan adalah pemberdayaan ekonomi
santri di PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar secara keseluruhannya telah berjalan
dengan baik dan berkembang dengan melibatkan santri sebagai upaya membina
dan mendidik santri untuk berwirausaha setelah mereka kembali ke masyarakat.
Indikator perkembangannya dapat dilihat pada kemajuan usaha yang dimiliki
PPTQ al-Imam ‘Ashim yang awalnya berupa Butik lalu ditambah lagi dengan
Koperasi Santri (Kampus I), sedangkan Kampus II Antang telah dibangun sebuah
Kanting, Halal Mart, dan Elektronik Media. Adapun indikasi alumninya antara
lain ada alumni yang telah membuka wirausaha seperti “usaha warkop, usaha air
mineral Air Santrita’, usaha peternakan seperti ayam potong dan ayam petelur,
dan Cafe”. Pengelolaan dan pemberdayaan ekonomi di PPTQ al-Imam ‘Ashim
Makassar dapat dikatakan pengelolaan dan pemberdayaannya sesuai dengan
perspektif Islam yakni pengelolaan berdasarkan nilai-nilai syari’at Islam (ekonomi
Islam) sehingga pemberdayaannya semakin hari semakin baik walaupun
pengembangannya yang paling signifikan terlihat pada kampus II Jalan Inspeksi
Kanal Tamangapa Kecamatan Manggala Makassar.
Implikasi penelitian ini diharapkan agar hasil penelitian yang telah disusun
sebagai sebuah karya ilmiah walaupun dalam bentuk sederhana agar dapat
memberikan kontribusinya pada peneliti berikutnya minimal sebagai bahan
komparasi dengan hasil temuan peneliti lainnya. Selain itu, hasil penelitian inipula

vii
diharapkan berimplikasi pada kegiatan ekonomi yang mengarah pada
pembangunan dan pengembangan ekonomi masyarakat.

viii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Imam ‘Ashim Makassar Tidung

Mariolo yang dipimpin oleh KH. Syam Amir Yunus, SQ., adalah Pondok

Pesantren dengan berbagai harapan dan predikat yang diletakkan padanya,

walaupun pada akhirnya akan berujung pada tiga fungsi utama, yakni pertama,

sebagai pusat pengkaderan pemikir-pemikir agama (center of excellence), kedua,

sebagai lembaga yang mencetak Sumber Daya Manusia (human resource), dan

ketiga, sebagai lembaga yang mempunyai kekuatan melakukan pemberdayaan

pada masyarakat (agent of development).1

Potensi pemberdayaan kegiatan ekonomi pada Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur’an yang selanjutnya disingkat menjadi PPTQ pada al-Imam

‘Ashim Makassar yang berlokasi Tidung Mariolo sebagai kampus I, sementara

kampus II terletak di Jl. Inspeksi Kanal Pampang Makassar, kampus III terletak di

Skarda N Makassar, dan Kampus IV berlokasi di Mawang Kecamatan Sombaopu

Kabupaten Gowa. Jika dilihat dari perkembangan ekonomi yang dimiliki PPTQ

al-Imam ‘Ashim Makassar ini, secara ekonomi tentu dapat dikatakan mengalami

sebuah kemajuan, dengan indikasi bertambahnya jumlah kampus yang bermula di

Tidung Mariolo Makassar.

1
Suhartini, Problem Kelembagaan Pengembangan Ekonomi Pesantren”, dalam
Perpustakaan Pesantren, “Manajemen Pesantren”. (Yogyakarta: LKIS, 2009), h. 233.
2

Namun demikian, terdapat kekuarangan yang ditemukan peneliti

diantaranya bahwa PPTQ al-Imam ‘Ashim Kampus I yang berada di Tidung

Mariolo lokasinya sangat terbatas, sehingga kegiatan perekonomian melalui usaha

perdagangan secara mikro pun terbatas. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika

penjualan terutama berupa butik yang diprioritaskan hanyalah santri sebagai

pelaku ekonomi dan “Halal Mart” lebih fokus pada perlengkapan santri. Selain

itu, para Pembina PPTQ al-Imam ‘Ashim tidak sepenuhnya melakukan

pembinaan ekonomi bagi santri dan masyarakat sekitar selaku pelaku ekonomi.

Kekurangan inilah kemudian tampak usaha “Butik” dan “Halal Mart” di Tidung

Mariolo hanya stagnan (berjalan ditempat), sehingga perkembangannya tidak

signifikan. Sebaliknya, untuk perkembangan dan kemajuan kedua usaha PPTQ al-

Imam ‘Ashim tersebut pemberdayaan ekonominya dilakukan secara signifikan di

Kampus II Inspeksi Kanal Tamangapa Antang. Karena itu, pmberdayaan ekonomi

santri yang berawal dari Kampus I Tidung Mariolo pindah ke Kampus II seiring

dengan pindahnya pimpinan berdomisili di Kampus II Tamangapa Antang.

Sebagai Pondok Pesantren yang di dalamnya terdapat berbagai sumber

daya manusia yang patut ditingkatkan tidak hanya pada materi pembelajaran pada

umumnya, tetapi yang tak kalah urgennya untuk diberdayakan adalah

memberdayakan ekonomi santri secara transparansi sehingga kegiatan ekonomi

santri dapat berjalan sesuai dengan harapan bersama.

PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar adalah salah satu pondok pesantren

dengan berbagai harapan dan predikat yang dilekatkan padanya, hakikat

sesungguhnya diharapkan akan finis pada tiga fungsi utama, yakni:


3

Pertama, sebagai pusat pengkaderan pemikir-pemikir agama (center of


excellence), kedua, sebagai lembaga yang mencetak sumber daya manusia
(human resource), dan ketiga, sebagai lembaga yang mempunyai kekuatan
melakukan pemberdayaan pada masyarakat (agent of development).2

Selain itu, juga PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar sebagai pondok yang

juga terlibat dalam proses perubahan sosial (social change) di tengah perubahan

yang terjadi.3 Di samping itu juga, PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar selain

mencetak kader-kader penjaga wahyu Ilahi (hafidz), juga berusaha menciptakan

pemberdayaan masyarakat yang diwarnai oleh nilai-nilai al-Qur'an, seperti yang

tengah digalakkan oleh pondok PPTQ al-Imam ‘Ashim selama ini, yakni (1)

berusaha menumbuhkan jiwa wirausaha dikalangan santri; (2) menumbuhkan

sentra dan unit usaha yang berdaya saing tinggi di dalam kompleks yang berbasis

nilai Islam (terbangun Halal Mart); dan (3) mengembangkan jaringan ekonomi

dan pendanaan di pesantren secara horisontal maupun vertikal.

Salah satu upaya dalam pemberdayaan kegiatan ekonomi khususnya

ekonomi pesantren adalah terwujudnya penguasaan terhadap kemampuan

ekonomi, kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme produksi,

distribusi, pertukangan dan jasa. Kemampuan dalam konteks ini tentu tertuju pada

kinerja individu yang merupakan wujud kemampuannya dalam meningkatkan

proses pembelajaran sehingga mampu terlibat langsung di lapangan dalam

mengelola ekonomi. Karena itulah, kemampuan baik berupa pengetahuan,

keterampilan dalam mengelola ekonomi perlu ditingkatkan. Menurut Nuhfil

2
Abd. Halim dan R. Suhartini, Manajemen Pesantren. (Yogyakarta; Pustaka Pesantren,
2005), h. 233.
Achmad Faozan, “Pondok Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi”, Jurnal Studi Islam
3

dan Budaya, Vol 4, No. 1, 2006, h. 88.


4

Hanani dalam mengutip Damihartini dan Jahi, bahwa peningkatan kemampuan

ekonomi perlu ditingkatkan berdasarkan aspek “(1) pemberdayaan sumberdaya

manusia; (2) kewirausahaan/enterpreneurship; (3) administrasi dan manajemen

(organisasi); dan (4) teknis pertanian”.4

Pengetahuan dan keterampilan merupakan salah satu instrumen dalam

mencapai kompetensi kerja. Pemberdayaan yang dilakukan oleh PPTQ al-Imam

‘Ashim Makassar terhadap santrinya melalui peningkatkan kompetensi ekonomi

para santri agar nantinya para santri tersebut setelah berada kembali di lingkungan

masyarakatnya dapat menjadi panutan baik dalam bidang ekonomi produktif atau

sebagai kader-kader pemberdaya ekonomi, di samping peran utamanya sebagai

hafidz Qur’an penjaga wahyu Ilahi yang selain mempunyai kemampuan dalam

bidang ilmu al-Qur’an, juga mampu memberdayakan kegiatan ekonomi islami.

Usaha pemberdayaan kegiatan ekonomi pesantren, karena bukan hanya tugas dan

kewajiban pemerintah semata. Akan tetapi menjadi tanggung jawab institusi-

institusi atau organisasi lokal seperti pondok pesantren yang ada di tengah-tengah

masyarakat seperti PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar. Hal ini menggambarkan

bahwa secara mendasar dan substantive bahwaternyata pesantren memiliki

kegiatan internal dan eksternal. Kegiatan internal berupa konsolidasi dan

koordinasi ke dalam dengan membangun solidaritas dan komitmen. Sedang

kegiatan eksternal berupa usaha pemberdayaan dan pelayanan kepada masyarakat,

termasuk pemberdayaan kegiatan ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan

kegiatan ekonomi pesantren.

4
Nuhfil Hanani, “Peranan Kelembagaan dalam Pengembangan Agribisnis”, Pamator,
Volume 2 Nomor 1. 2005.
5

Hasil pengamatan peneliti di PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar terutama di

Kampus I Tidung Mariolo Nomor 11B Kelurahan Tidung Kecamatan Rappocini

Makassar, selama observasi awal berlangsung terdapat dua indikasi paradigma

yang ditemukan yakni dominan menghinggapi pandangan kalangan keluarga

pesantren, sebagai berikut:

Pertama, paradigma pesantren sebagai lembaga keulamaan. Pada konteks

ini posisi pesantren hanya bisa dipahami sebagai tempat pengajaran dan

pembelajaran agama (al-Qur'an) untuk mencetak ulama yang nantinya diterjunkan

ke tengah masyarakat. Oleh karena itu, timbul suatu sudut pandang yang

menaifkanpengembangan pesantren untuk keperluan diluar kerangka pendidikan

agama dan keulamaan (al-Qur'an). Ada perspektif unik bahkan aneh jika PPTQ al-

Imam ‘Ashim yang merupakan pesantren yang selama ini membina santri tahfidz

dianggap mampu memberikan pendidikan berupa usaha perdagangan, peternakan

dan sebagainya. Paradigma ini kadang masih kuat bahkan mungkin mendominasi

pandangan masyarakat terhadap pesantren.

Kedua, paradigma pesantren sebagai pusat pengembangan masyarakat

melalui pemberdayaan kegiatan ekonomi pesantren. Paradigma ini melahirkan

anggapan bahwa pesantren merupakan lembaga yang pantas dan strategis untuk

pengembangan masyarakat sekitar melalui pemberdayaan kegiatan ekonomi

pesantren. Pesantren dianggap mempunyai elastisitas yang tinggi dalam

mensikapi setiap bentuk masyarakat yang ada. Sekaligus mempunyai bahasa-

bahasa yang diterima masyarakat. Karena itu,peneliti dengan konklusinya


6

menganggap bahwa pesantren perlu dikembangkan lebih lanjut sebagai pusat

pemberdayaan masyarakat melalui pembedayaan ekonomi pesantren.

PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar selain sebagai tempat penggodokan

calon ulama atau calon hafidz Qur’an yang Hamalatil Qur’an Lafdzan wa

Maknan wa Amalan. Paradigma tentang pemberdayaan kegiatan ekonomi

pesantren ini muncul melalui gagasan pembaharuan pemikiran Islam yang

digalakkan Menteri Agama RI., Prof Mukti Ali yang menggulirkan dan

mendorong perluasan horisontal dari kegiatan pendidikan pesantren, yang harus

mencakup pelajaran bukan hanya keagamaan. Berdasar itulah, maka pimpinan

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Imam ‘Ashim Makassar Gurunda al-

Hafidz KH. Syam Amir Yunus, SQ., berusaha mengembangkan pesantren

berbarengan dengan usaha mewujudkan pemberdayaan kegiatan ekonomi

pesantren yang berpijak pada nilai-nilai ekonomi Islam.

Berkaitan dengan masalah ekonomi pesantren dapat diatasi dengan

memberdayakan ekonomi yang merupakan jalan keluar sebagaimana al-Qur'an

sendiri telah memberikan sebuah solusi, yang salah satu ibarat akan

pemberdayaan kegiatan ekonomi dengan cara menafkahkan sebgian harta yang

diberikan Allah swt., sebagaimana ditegaskan dalam QS. Ali Imran (3) : 92

sebagai berikut:

‫َّى تُ ِنف ُقو ۟ا ِم َّما تُ ِحبُّو َن ۚ َو َما تُ ِنف ُق و ۟ا ِمن َش ْى ٍء فَ ِإ َّن ٱللَّهَ بِ ِۦه‬
ٰ ‫لَ ْن َتنَالُو ۟ا ٱلْبِ َّر َحت‬
.‫يم‬ ِ
ٌ ‫َعل‬
7

Terjemahnya:
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum
kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang
kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.5
Pemberdayaan merupakan salah satu visi misi al-Qur'an yang telah

meletakkan komponen dasar untuk mensejahterahkan umat manusia melalui harta,

sehingga menafkahkan sebagian harta baik dalam bentuk zakat, sedekah, maupun

infak termasuk salah satu bentuk pemberdayaan. Pemberdayaan adalah salah satu

bentuk cara, proses dan upaya yang menjadikan pemerataan ekonomi sehingga

tidak bertumpuk hanya pada satu orang, kelompok atau golongan. Demikian pula

pemberdayaan kegiatan ekonomi pesantren yang merupakan suatu proses untuk

membangun atau meningkatkan kemampuan pesantren itu sendiri dalam

meningkatkan kemampuannya guna menjamin segala kebutuhan santri. Hal ini

menjadi sangat urgen bagi pesantren itu sendiri sebagai upaya untuk

menumbuhkan dan membangkitkan keberdayaan ekonomi pesantren.

Pada intinya bahwa pemberdayaan kegiatan ekonomi pesantren adalah

pada pemenuhan kebutuhan pondok bagi santri itu sendiri. Mengeluarkan zakat,

berinfaq, bersedekah dan berwakaf untuk pondok pesantren dan dikelola langsung

oleh Pesantren tersebut menjadi sebuah kegiatan pemberdayaan ekonomi dengan

menggerakkan zakat, infaq, sedekah dan wakaf. Menurut Muh. Ali Aziz, bahwa

“pemberdayaan sangat jauh dari ketergantungan karena pemberdayaan

mengutamakan usaha diri sendiri dari orang yang diberdayakan untuk meraih

keberadaannya”.6 Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa betapa

5
Kementerian Agama RI., al-Qur'an dan Terjemahnya. (Semarang: Toha Putra, 2020),
h. 77
Muh. Ali Aziz, dkk, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat: Paradigma Aksi Metodologi.
6

(Yogyakarta: LkiS Pelangi Nusantara, 2005), h. 169.


8

pentingnya memberdayakan ekonomi santri untuk menjadi sebuah kekuatan baru

dalam mengelola ekonomi pesantren secara utuh.

Aktivitas pemberdayaan kegiatan ekonomi umat yang dilakukan oleh

PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar telah berlangsung sejak tahun 1999, walaupun

belum begitu tampak di depan mata. Namun demikian, semenjak H. Latinro

Latunrung memiliki posisi sebagai pembina pesantren, maka pemberdayaan

kegiatan ekonomi pesantren semakin tampak yang sampai kini telah terbangun

“Halal Mart” yang di dalamnya mampu mencounter segala kebutuhan dan

keperluan para santri dan pembina. Lokasi penelitian ini adalah Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur’an (TPTQ) al-Imam ‘Ashim Makassar dalam melakukan

pemberdayaan masyarakat (society empowerment), khususnya masyarakat sekitar

pesantren, yakni bagaimana pesantren merancang dan melaksanakan program

pemberdayaan masyarakat di Tidung Mariolo Kelurahan Tidung Kecamatan

Rappocini Kota Makassar sehingga berdampak pada masyarakat sekitarnya,

khususnya pemberdayaan di bidang ekonomi.

Seiring dengan urgensinya upaya penelitian untuk mengevaluasi aktivitas

atau praktek ekonomi mikro umat yakni ekonomi pesantren yang mempunyai

kegiatan usaha (Halal Mart), maka dalam kegiatan ini peneliti menelusuri aktivitas

perekonomian pesantren yang secara definitif sudah dapat dianggap sebagai

kriteria muslim berikut kegiatan ekonomi yang mereka jalankan. Kelompok

masyarakat (social group) yang dimaksud di sini adalah masyarakat pesentren

dengan mengambil studi pada Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Imam


9

‘Ashim Makassar Tidung Mariolo Kelurahan Tidung Kecamatan Rappocini Kota

Makassar.

Dalam tubuh PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar sekarang ini telah terjadi

perubahan paradigma yang berusaha mengubah masa depan pesantren, yang tidak

hanya mampu memproduksi santri menjadi Kiyai, Hafidz, Muballigh, dan ustadz

atau pembaca kitab kuning. Akan tetapi, lebih dari itu dengan perantara jalur

pendidikan mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berpengetahuan

luas, menguasai segala bidang ilmu pengetahuan dan mampu menyatukan ilmu-

ilmu agama dengan ilmu yang berkaitan dengan kehidupan umat, terutama pada

aspek ekonomi Islam.

Bertolak dari uraian singkat di atas, maka peneliti tertarik meneliti pada

PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar yang beralamat di Tidung Mariolo dengan judul

penelitian “Efektivitas Pemberdayaan Kegiatan Ekonomi Islam Dalam

Mengembangkan Pondok Pesantren Di Makassar (Studi Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur’an al-Imam ‘Ashim)”.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Judul penelitian yang dikemukakan pada latar belakang di atas, melahirkan

rumusan permasalahan “apakah pemberdayaan kegiatan ekonomi Islam di

Pondok Pesantren di Makassar berjalan efektif dan sesuai dengan pandangan

ekonomi Islam”. Dari rumusan masalah inilah kemudian lahir beberapa masalah

yang kemudian dibatasi pada:

1. Bagaimana pemberdayaan kegiatan ekonomi Islam pesantren di PPTQ al-

Imam ‘Ashim Makassar?


10

2. Bagaimana perspektif Islam terhadap efektivitas pemberdayaan ekonomi

pesantren di PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar?

C. Pengertian Judul

Untuk memahami dan mendalami judul dan orientasi pembahasan dalam

penelitian ini, peneliti menguraikan pengertian beberapa kata yang digunakan

pada judul penelitian ini, yakni:

1. Efektivitas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “efektivitas” berkenaan dengan

“keefektifan”, yakni keadaan berpengaruh.7Dari kutipan ini dipahami bahwa

efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

(kuantitas, kualitas, dan waktu atau banyaknya jumlah baik buruknya) yang

mempunyai pengaruh serta membawa hasil guna untuk mencapai suatu

keberhasilan dalam suatu kegiatan.

2. Pemberdayaan kegiatan ekonomi

Kata pemberdayaan kegiatan ekonomi adalah dua kata yang disandingkan

menjadi satu, yakni kata “pemberdayaan” dan kata “ekonomi”. Kata

“pemberdayaan” yang diambil dari kata “berdaya” yang berarti “daya” yakni

“kemampuan melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak”,8kemudian

kata “daya” ini diasimilasi dengan mendapatkan awalan “pe” sisipan “m”

dan akhiran “an”, lalu kemudian menjadi “pemberdayaan” yang diarikan

7
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Edisi 3, Cet. I;
Jakarta: 2001), h. 284.
8
Ibid., h. 241.
11

dengan “proses, cara, danperbuatan memberdayakan”.9 Sedangkan kata

“ekonomi” diartikan sebagai ilmu tentang asas-asas produksi, distribusi, dan

pemakaian barang-barang serta kekayaan”.10Pemberdayaan kegiatan

ekonomi merupakan suatu aspek yang digunakan mn untuk mengolah suatu

sumber daya dengan sebaik mungkin dengan tujuan untuk mendapatkan

hasil yang maksimal dan efektif.11Jadi “pemberdayaan kegiatan ekonomi”

adalah usaha untuk menjadikan ekonomi yang kuat, besar, modern, dan

berdaya saing tinggi dalam mekanisme pasar yang benar. Karena kendala

pengembangan ekonomi adalah kendala struktural, maka pemberdayaan

kegiatan ekonomi harus dilakukan melalui perubahan struktural.

3. Pesantren

Merupakan bagian dari pendidikan nasional yang memiliki kekhasan,

keaslian (indegeneous) Indonesia. Dengan kemandirian yang dimiliki,

pesantren akan menjadi lembaga pendidikan yang otonom, baik dari sistem

pembelajaran maupun pendanaan.12

4. Efektivitas Pemberdayaan kegiatan ekonomi Pesantren

Efektivitas pemberdayaan kegiatan ekonomi pesantren adalah membangun

atau mengembangkan daya ekonomi yang dimiliki pesantren dengan

memotivasi, mendorong, dan membangkitkan kesadaran pesantren akan

9
Ibid., h. 242.
10
Ibid., h. 287.
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategi
11

Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial. (Bandung: PT. Revika Aditama, 2005),
h. 57.
12
Zain Irwan dan Hasse, Agama, Pendidikan Islam dan Tanggung Jawab Sosial
Pesantren. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 124.
12

potensi ekonomi yang dimilikinya untuk kemudian berusaha

mengembangkan atau memberdayakannya melalui koperasi pesantren atau

dalam bentuk toko seperti Mart dan sebagainya yang mengindikasikan

tentang pemberdayaan kegiatan ekonomi yang dimiliki pesantren.

Dengan demikian, defenisi operasional penelitian ini adalah menganalisis

efektivitas pemberdayaan kegiatan ekonomi pada yang dilakukan pesantren PPTQ

al-Imam ‘Ashim Makassar melalui kegiatan dan usaha pesantren yakni Koperasi

Pesantren dan kegiatan dalam bentuk Mart.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian adalah:

a. Untuk mengetahui tentang pemberdayaan kegiatan ekonomi pesantren di

PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar.

b. Mendeskripsikan perspektif Ekonomi Islam terhadap efektivitas

pemberdayaan kegiatan ekonomi pesantren di PPTQ al-Imam ‘Ashim

Makassar.

2. Kegunaan Penelitian adalah:

a. Secara teoritis, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan komparasi bagi

peneliti berikutnya sekaligus dapat dijadikan sebagai sarana untuk menambah

wawasan keilmuan bagi para pecinta ilmu khususnya bagi ekonom yang

bergelut di bidang ekonomi Islam.

b. Secara praktis, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan

bacaan untuk memperoleh ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan

dengan ilmu-ilmu ekonomi syari’ah yang menganalisis tentang pemberdayaan


13

kegiatan ekonomi pesantren sebagai titik tumpuan untuk pendayagunaan

ekonomi umat.

BAB II
14

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hubungan Dengan Penelitian Sebelumnya

Pada kajian ini, ada beberapa bahan pustaka dalam bentuk “Skripsi”, yang

dijadikan sebagai bahan telaah guna menjadikan sebagai bahan komparasi

(perbandingan) untuk memastikan orisinalitas penelitian ini, bahwa apakah

penelitian peneliti ini belum pernah diteliti para peneliti sebelumnya. Karena

itulah, peneliti melakukan analisis dan kajian terhadap hasil karya beberapa

peneliti berikut agar dapat terhindar dari duplikasi penelitian.

Pertama, Aulia Rahman dalam hasil penelitiannya dalam bentuk skripsi

berjudul “Perilaku Konsumsi Masyarakat Dalam Perspektif Islam Di Kelurahan

Barombong Kota Makassar”. Aulia Rahman salah serang mahasiswa UIN

Alauddin Makassar tahun 2018 meneliti tentang perilaku konsumsi masyarakat di

Kelurahan Barombong Makassar berdasarkan pandangan Islam. Dalam

kesimpulannya Aulia Rahman mendeskripsikan bahwa dalam pemenuhan

kebutuhan sebagian masyarakat Kelurahan Barombong Kota Makassar ditemukan

masih ada sebagian masyarakat belum sepenuhnya menerapkan perilaku konsumsi

masyarakat Islam. Indikasinya ditemukan masih ada yang berperilaku tabzir

(boros), dan ini terjadi bagi sebagian masyarakat ekonomi yang mapan (ekonomi

atas). Sebaliknya, masyarakat yang berperilaku konsumsi masyarakat Islam di

Kelurahan Barombong Kota Makassar dilakukan oleh mereka yang tingkat

ekonominya menengah ke bawah di mana mereka telah memenuhi seluruh


15

kebutuhannya sudah tergolong baik, karena telah mengonsumsi sesuai etika dan

prinsip konsumsi dalam Islam.13

Kedua, Tirta Rahayu Ningsih, pada penelitiannya dalam bentuk “Skripsi”

berjudul “Pemberdayaan kegiatan ekonomi Pesantren Melalui Pengembangan

Sumber Daya Lokal (Studi pada Pondok Pesantren Daarut Tauhid)”. Tirta dalam

penelitiannya menyimpulkan bahwa untuk itu upaya lembaga dalam peningkatan

sumber daya manusia yaitu dengan cara pendidikan dan pelatihan bagi ustadz dan

santri, mengikutsertakan dalam seminar, lokakarya, forum-forum diskusi dan

lomba karya ilmiah sehingga dengan sendirinya kualitas sumber daya manusianya

akan meningkat. Dengan demikian, pondok pesantren yang menganut sistem

modern, kemandirian akan menjadikan pondok pesantren yang mampu berdiri

tanpa bergantung pada pihak manapun. Artinya, dalam pengembangan pondok

pesantren, khususnya khizanattulah atau pengadaan sumber pembiayaan mandiri,

pondok pesantren dapat memperdayakan seluruh civitas pondok untuk

menjalankan roda ekonomi, sistem pendidikan, hingga perluasan jaringan tanpa

intervensi pihak manapun.14

Ketiga, Abdul Basit dalam skripsinya berjudul “Program Pemberdayaan

kegiatan ekonomi Pada Pondok Pesantren As-Salafiyah Desa Cicantayan Cisaat

Sukabumi”. Dalam kesimpulannya Basit mendeskripsikan bahwa Pondok

Pesantren As-Salafiyah sebagai lembaga pendidikan Islam yang tidak saja

mencetak generasi muda yang dibekali dengan pengetahuan agama saja, tetapi

Aulia Rahman, Perilaku Konsumsi Masyarakat Dalam Perspektif Islam Di Kelurahan


13

Barombong Kota Makassar. “Skripsi”, UIN Alauddin Makassar, 2018, h. 18.


Tirta Rahayu Ningsih. Pemberdayaan Ekonomi Pesantren Melalui Pengembangan
14

Sumber Daya Lokal, “Skripsi”, (Banten: UIN Sultan Maulana Hasanuddin, 2017), h. 75.
16

karena pondok pesantren itu berfungsi sosial, sehingga dilakukan pemberdayaan

masyarakat melalui aspek ekonomi. Upaya pemberdayaan kegiatan ekonomi umat

oleh pondok As-Salafiyah dilakukan dengan kegiatan produktif antara lain selain

mencetak kitab kuning, juga pihak pengelola pesantren memberdayakan para

santri dengan mendidik mereka untuk pembudidayaan ikan hias, pembudidayaan

ikan lele dumbo yang kemudian dipasarkan di tengah-tengah masyarakat dengan

harga terjangkau.15

Hasil dari kegiatan analisis dan telaah peneliti terhadap beberapa hasil

penelitian skripsi di atas, dapat dikonklusikan bahwasanya terdapat perbedaan

antara penelitian yang telah dilakukan peneliti terdahulu dengan penelitian ini.

Hasil penelitian sebelumnya kajian mereka terfokus pada dampak negatif perilaku

konsumtif masyarakat yang tergolong kaya dan dampak positif bagi perilaku

konsumtif masyarakat ekonomi menengah ke bawah lebih islami dibanding

dengan masyarakat ekonomi atas (kaya). Selain itu, peneliti kedua memusatkan

kajiannya pada pemberdayaan kegiatan ekonomi umat melalui pemberdayaan

kegiatan ekonomi pesantren, dan peneliti ketiga memberdayakan ekonomi

pesantren dan ekonomi umat melalui produktifitas berupa cetak kitab kuning

(ekonomi internal pesantren) dan produktivitas melalui perikanan. Sedangkan

penelitian ini difokuskan pada efektivitas pemberdayaan kegiatan ekonomi

pesantren yang kemudian dianalisis berdasarkan pandangan ekonomi Islam yang

digalakkan oleh PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar Tidung Mariolo dan

dampaknya terhadap masyarakat Islam sekitar pesantren.

Abdul Basit, Program Pemberdayaan Ekonomi Pada Pondok Pesantren As-Salafiyah


15

Desa Cicantayan Cisaat Sukabumi. “Skripsi”, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah), 2009, h. 77.
17

Dari uraian di atas, tampak bahwa penelitian ini dilakukan secara

orisinalitas dengan indikator bahwa telaah pustaka di atas tidak ada satupun yang

fokus penelitiannya sama dengan fokus penelitian ini. Artinya bahwa penelitian

yang disusun dalam bentuk skripsi ini sebagai tugas perkuliahan bersifat

orisinalitas dan terhindar dari kegiatan plagiasi.

B. Landasan Teori

1. Pengertian Ekonomi

Pada dasarnya, kata pemberdayaan ini muncul sebagai sebuah ide yang

diorientasikan pada gerakan dan aktivitas sosial masyarakat. Pada kesimpulan

Kementerian Agama melalui Tim Pekapontren disebutkan bahwa pemberdayaan

merupakan suatu proses pribadi dan sosial yakni pembebasan kemampuan pribadi,

kompetensi, kreatifitas dan kebebasan bertindak. 16 Kutipan ini menunjukkan

bahwa pemberdayaan lahir sebagai kritik atas pembangunan ekonomi yang

bersifat sentralistik, berorientasi pertumbuhan dan menempatkan economic of

scala sebagai sasaran utama, yang menyebabkan terjadinya pengabaian atas peran

dan kemampuan masyarakat dalam mengelola dan memberdayakan ekonomi.

Kata “ekonomi” dalam pandangan ahli berasal dari bahasa Yunani yakni

“oicos” yang berarti rumah, tempat tinggal atau lingkungan hidup dan “nomos”

yang berarti aturan, norma-norma atau ilmu. Jadi kata “ekonomi” yang berasal

dari dua suku kata tersebut yakni “oicos” dan “nomos” adalah aturan-aturan atau

tata cara untuk melangsungkan kebutuhan hidup manusia dalam rumah tangga,

16
Tim Pekapontren, Potensi Ekonomi Pesantren Indonsia. (Jakarta: Departemen Agama
RI., 2004), h. 27.
18

baik dalam lingkup yang kecil yakni rumah tangga, masyarakat sekitar maupun

ruang lingkup besar yakni Negara.17

Kutipan tersebut dapat dikongklusikan bahwa ekonomi adalah ilmu yang

mengatur rumah tangga, tempat tinggal atau lingkungan hidup. Artinya bahwa

ekonomi adalah pengetahuan tentang peristiwa dan persoalan yang berkaitan

dengan usaha manusia baik secara perseorangan (individu), kelompok (keluarga,

suku, bangsa, atau organisasi) dalam memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas

yang dihadapkan pada sumber yang terbatas. Menurut Muhammad Al-Assal Fathi

dan Muhammad Abdul Karim, ekonomi adalah ilmu yang mempelajari usaha-

usaha individu dalam ikatan pekerjaan dalam kehidupannya sehari-hari.18 Secara

konvensional oleh para ekonom mendefinisikan bahwa ekonomi adalah suatu

upaya untuk memperoleh dan mengatur harta dengan efektif dan efisien dari segi

materiil maupun non materiil dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup, baik

secara pribadi maupun kolektif, yang menyangkut pendistribusian, penghasilan,

maupun pemanfaatan untuk memenuhi kebutuhan hidup.19

Ekonomi dalam bahasa Arab disebut (‫)اقتصد‬ iqtiṣad, yaitu pengaturan

soal-soal penghidupan manusia dengan sehemat-hematnya dan secermat-

17
Abdullah Zaky Al Kaaf, Ekonomi dalam Pespektif Islam. (Bandung: Pustaka Setia,
2002), h. 8.
Muhammad Al-Assal Fathi dan Muhammad Abdul Karim, Sistem, Prinsip, dan Tujuan
18

Ekonomi Islam. (Cet. I; Surabaya: Pustaka Setia, 2009), h. 10.


Ernawati Husein, Islamic Economy: Analytical of the Functioning of the Islamic
19

Economic System, diterjemahkan oleh Monzer Kahf dengan judul “Ekonomi Islam Telaah Analitik
terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam”. (Yogyakarta: Media Insani Press, 1995), h. 2.
19

cermatnya. Ekonomi disebut sebagai Mu’amalah Madiyah, yaitu tatanan atau

aturan tentang hubungan manusia dengan kebutuhan hidupnya.20

Berdasarkan definisi ekonomi di atas, maka diketahui bahwa ekonomi

yang dimaksud adalah ilmu yang mempelajari usaha manusia dalam mengatur

rumah tangga, tempat tinggal, dan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya.

2. Pemberdayaan Ekonomi Pesantren

Sekian banyak definisi yang berkaitan dengan konsep pemberdayaan

ekonomi di pesantren yang telah dipaparkan pakarnya. Diantaranya kata

“pemberdayaan” yang secara kebahasaan merupakan terjemahan dari

empowerment, sementara kata “memberdayakan” merupakan terjemahan dari kata

“empower”. Jadi dari segi bahasa “pemberdayaan” adalah menggerakkan atau

mendorong agar terjadi suatu kemajuan. Sementara Oxford English Dictionary

dalam Muh. Syafi’i Antonio, menuturkan bahwa “empower” memiliki dua arti,

yakni (1) to give power atau authority to atau memberi kekuasaan, mengalihkan

kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain; (2) to give ability to atau

enable atau usaha untuk memberi kemampuan atau keperdayaan.21

Secara terminology, para ahli memberikan definisi kata “pemberdayaan”

yang langsung menggunakan kata prase “ekonomi” sehingga menjadi

“pemberdayaan ekonomi”, yakni penguatan factor-faktor produksi, penguatan

penguasaan distribusi dan pemasaran, penguatan masyarakat untuk mendapatkan


20
Abdullah Zaky Al Kaaf, Ekonomi dalam Perspektif Islam, (Cet. II; Bandung: Mizan,
2000), h. 8-9
21
Muh. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek. (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), h. 143.
20

gaji atau upah yang memadai, dan penguatan masyarakat untuk memperoleh

informasi, pengetahuan dan ketrampilan, yang harus dilakukan dengan

multiaspek, baik dari masyarakat sendiri, maupun aspek kebijakannya.22

Pemberdayaan kegiatan ekonomi umat yang kuat, besar, modern, dan

berdaya saing tinggi dalam mekanisme pasar yang benar. Karena kendala

pengembangan ekonomi umat adalah kendala struktural, maka pemberdayaan

kegiatan ekonomi harus dilakukan melalui struktural tetapi tetap menjadi nilai-

nilai ajaran Islam (ekonomi syari’ah) sebagai titik tumpuan dalam bertindak.23

Pemberdayaan kegiatan ekonomi umat adalah upaya untuk mengubah

suatu keadaan atau kondisi masyarakat baik secara individu maupun berkelompok

dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup,

kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan kegiatan ekonomi umat

dilakukan dalam rangka peningkatan taraf hidup umat Islam. Oleh karena itu,

pemberdayaan harus tepat sasaran, karena efektivitas pemberdayaan kegiatan

ekonomi umat khususnya bagi umat yang posisi ekonominya dalam taraf rendah

(ekonomi bawah yang dalam bahasa agama dikenal fakir-miskin), mereka sangat

memerlukannya untuk memberikan kesempatan agar dapat merencanakan dan

melaksanakan program pembangunan ekonomi umat yang telah ditentukan benar-

benar tepat sasaran.

22
Mardi Yatmo Hutomo. Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi: Tinjauan
Teoretik dan Implementasi. Makalah Seminar Sehari Pemberdayaan Masyarakat yang
diselenggarakan Bappenas, tanggal 06 Maret 2000 di Jakarta. Di akses dari www.bappenas.go.id.
Dikutip pada 10 Januari 2011. hal: 6
Zubaedi. Wacana Pengembangan Ekonomi Algternatif. (Cet. I; Yogyakarta: Ar-Ruzz
23

Media, 2007), h. 77.


21

Hotmatua Dauly dan Mulyanto dalam mengutip Nur Mahmudi Isma’il

mengemukakan bahwapemberdayaan kegiatan ekonomi umat, didasari dari

pemahaman bahwa suatu masyarakat dikatakan berdaya jika memiliki salah satu

atau lebih dari beberapa variabel berikut:

Pertama, memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup


dan perekonomian yang stabil. Kedua, memiliki kemampuan beradaptasi
dengan perubahan lingkungan. Ketiga, memiliki kemampuan menghadapi
ancaman dan serangan dari luar. Keempat, memiliki kemampuan berkreasi
dan berinovasi dalam mengaktualisasikan diri dan menjaga ko-
eksistensinya bersama bangsa dan negara lain.24

Pemberdayaan di bidang ekonomi umat, merupakan upaya untuk

membangun daya (masyarakat) dengan mendorong, memotivasi, dan

membangkitkan kesadaran potensi ekonomi yang dimilikinya serta berupaya

untuk mengembangkannya. Keberdayaan masyarakat adalah unsur dasar yang

memungkinkan suatu masyarakat bertahan. Dalam pengertian yang dinamis, yaitu

mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Keberdayaan masyarakat menjadi

sumber dari yang dikenal sebagai Ketahanan Nasional.

Pembahasan mengenai perekonomian umat, ada beberapa kemungkinan

yang perlu diperhatikan. Pertama, ekonomi umat itu hampir identik dengan

ekonomi pribumi Indonesia. Sementara itu umat Islam sendiri merupakan 87%

dari total penduduk. Konsekuensi dari pengertian ini adalah bahwa jika dilakukan

pembangunan nasional yang merata secara vertikal maupun horisontal, maka hal

ini berarti juga pembangunan kekonomian umat Islam.Kedua, yang dimaksud

perekonomian umat itu adalah sektor-sektor yang dikuasai oleh santri. Batasan ini

mempunyai masalah tersendiri, karena sulit membedakan mana yang Islam dan
24
Hotmatua Daulay dan Mulyanto, Membangun SDM dan Kapabilitas Teknologi Umat.
(Bandung: Mizan, 2001), h. 67.
22

mana pula yang abangan. Arti ekonomi umat yang lain adalah badan-badan yang

dibentuk dan dikelola oleh gerakan Islam. Indikator ini mengacu kepada

perusahaanperusahaan yang dikembangkan oleh gerakan Nasrani yang telah

berhasil membangun diri sebagai konglomerasi dan bergerak di bidang-bidang

seperti perbankan, perkebunan, perdagangan ekspor-impor, perhotelan,

penerbitan, percetakan dan industri lainnya.

Pemberdayaan kegiatan ekonomi umat, berarti upaya untuk meningkatkan

harkat dan martabat lapisan masyarakat Islam dari kondisi tidak mampu, serta

melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi.

Dengan kata lain, sebagai upaya membangun kemandirian umat di bidang

ekonomi yang diawali dengan pemberdayaan kegiatan ekonomi pesantren.

Sejauh ini masyarakat seputar PPTQ al-Imam ‘Ashim baik pada kampus I,

II, III, dan IV pada umumnya merupakan masyarakat Islam yang masih tergolong

tertinggal dari segala keunggulan bila dibandingkan dengan masyarakat Islam

sekitar pusat perkotaan Kota Makassar. Fakta ini menuntut perlunya ada sebuah

gerakan ekonomi berlandaskan syri’at atau usaha pemberdayaan kegiatan

ekonomi Islam yang sistematis dan terus-menerus untuk melahirkan masyarakat

yang egaliter secara ekonomi dan sirkulasi kekayaan dapat dinikmati oleh

masyarakat secara merata. Karenanya, diperlukan terobosan-terobosan ataupun

metode-metode pemberdayaan yang benar-benar tepat sasaran.

Agus Efendi mencoba menawarkan tiga kompleks pemberdayaan yang

mendesak sebagaimana dikutip Nanih M dan Agus Ahmad Safei dalam bukunya

“Pengembangan Masyarakat Islam”, yakni kompleks pemberdayaan yang


23

pertama adalah pemberdayaan pada matra ruhaniah, yang dianggap sebagai

pondasi moral masyarakat Islam saat ini yang sudah sangat memprihatinkan.

Kompleks kedua, adalah pembedayaan intelektual. Pemberdayaan intelektual ini

diperlukan sebagai sebuah perjuangan besar dari pengembalian orientasi

pendidikan pada pengembangan intelektual. Hal ini menjadi penting karena

keadaan umat Islam sudah terlalu jauh tertinggal dalam kemajuan dan penguasaan

IPTEK, yang diperparah dengan orientasi lembaga pendidikan yang ada mulai

dari TK sampai perguruan tinggi lebih berorientasi pada bisnis semata, bahkan

lembaga pendidikan terkadan dijadikan arena bisnis yang subur.Ketiga, adalah

pemberdayaan kegiatan ekonomi. Harus diakui bahwa kemiskinan dan

ketertinggalan menjadi demikian identik dengan mayoritas umat Islam di

Indonesia. Untuk memecahkannya, tentunya ada dalam masyarakat itu sendiri,

mulai dari sistem ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah, keberpihakan

pemerintah dalam mengambil kebijakan ekonomi dan kemauan serta kemampuan

masyarakat sendiri. Karena itulah, diperlukan sebuah strategi dan kebijakan untuk

keluar dari himpitan ketertinggalan dan ketimpangan ekonomi.25

Dari ketiga kompleks pemberdayaan yang dikemukakan di atas, maka

yang menjadi titik fokus kajian adalah kompeleks pembedayaan ketiga yakni

pemberdayaan kegiatan ekonomi. Memberdayakan ekonomi umat berarti

mengembangkan sistem ekonomi dari umat itu sendiri untuk kepentingan umat.

Upaya pengerahan sumber daya untuk mengembangkan potensi ekonomi umat

dapat meningkatkan produktivitas umat. Karena itulah, dengan demikian, umat

25
Lihat, Nanih M dan Agus Ahmad Safei. Pengembangan Masyarakat Islam, Dari
Ideologi, Strategi Sampai Tradisi. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 71.
24

dengan lingkungannya mampu secara partisipatif menghasilkan dan

menumbuhkan nilai tambah yang meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

umat.

Memberdayakan ekonomi umat secara proporsional sama dengan

memberdayakan ekonomi rakyat. Karenanya, tidak heran jika aspek

pemberdayaan kegiatan ekonomi rakyat menjadi tema sentral bagi pembangunan

ekonomi. Pertumbuhan ekonomi harus pula ditujukkan pada perbaikan keadilan.

Aspek keadilan ini harus diterjemahkan dalam konsep ekonomi dan secara politis

dapat diterima.

Pemberdayaan adalah usaha jangka panjang yang dilakukan untuk

memperbaiki proses pemecahan masalah dan melakukan pembaharuan.

Pemberdayaan terkadang juga diartikan sebagai perubahan ke arah yang lebih

baik dari tidak berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan terkait dengan upaya

meningkatkan taraf hidup ke tingkat yang lebih baik. Pemberdayaan sebagai

upaya meningkatkan kemampuan dengan rasa percaya diri untuk menggunakan

daya yang dimiliki, tentunya dalam menentukan tindakan ke arah yang lebih baik

lagi.Istilah pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai upaya peningkatan

kemampuan masyarakat (miskin, marjinal, terpinggirkan) untuk menyampaikan

pendapat atau kebutuhannya, dan mengelola kelembagaan masyarakat secara

accountable demi perbaikan kehidupannya. Dari pengertian tersebut

pemberdayaan mengandung arti perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan setiap

individu dan masyarakat baik dalam arti perbaikan ekonomi mapun perbaikan

kesejahteraan dalam segi pendidikan dan kesehatan.


25

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah

memberikan kekuatan kepada orang-orang yang tidak memiliki daya untuk

merubah dirinya baik secara individu maupun secara bersama guna memenuhi

kebutuhan dan menjadi berdaya sehingga mempunyai pengaruh agar selalu

meningkatkan kualitas hidupnya.

Pemberdayaan merupakan salah satu visi misi al-Qur’an untuk

menjelaskan kepada manusia bahwa al-Qur’an terus berlaku di mana pun dan

kapan pun sampai akhir zaman. Pemberdayaan merupakan suatu bentuk cara,

proses dan upaya untuk menjadikan pihak lain mempunyai daya atau kekuatan. 26

Yakni suatu proses yang berjalan terus-menerus untuk membangun ataupun

meningkatkan kemampuan masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya,

upaya tersebut hanya dapat dilakukan dengan menumbuhkan dan membangkitkan

keberdayaan mereka. Pada intinya, pemberdayaan adalah proses pemanusiaan,

yang dapat menginspirasi agar seseorang terhindar dari ketergantungan terhadap

orang lain karena pemberdayaan itu sendiri mengarustamakan usaha diri sendiri

dari orang yang diberdayakan untuk meraih keberadaannya.27

Tercukupinya kebutuhan masyarakat memberikan dampak yang disebut

dengan maslahah. Maslahah adalah segala bentuk keadaan, baik material maupun

non material yang mampu meningkatkan kedudukan manusia sebagai makhluk

yang paling mulia. Firman Allah swt., dalam QS. An-Nisa/4/29:

Badan Litban dan Diklat Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an. Al-Qur’an dan
26

Pemberdayaan Kaum Dhu’afa (Jakarta: Lajnah PentashihanMushaf al-Qur’an, 2008), h. 11.


27
Moh. Ali Aziz, Rr. Suhartini, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat: Paradigma Aksi
Metodologi. (Yogyakarta: PT. Lki Pelangi Nusantara, 1995), h. 169.
26

ْ‫ارةً عَن‬ ِ َ‫ٰيٓاَيُّ َها الَّ ِذ ْي َن ٰا َمنُ ْوا اَل تَْأ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم ِبا ْلب‬
َ ‫اط ِل آِاَّل اَنْ تَ ُك ْو َن تِ َج‬
َ ‫س ُك ْم ۗ اِنَّ هّٰللا َ َك‬
‫ان بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما‬ َ ُ‫ض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل تَ ْقتُلُ ْٓوا اَ ْنف‬ٍ ‫تَ َرا‬
Terjemahnya:

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam
perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang
kepadamu.28
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir dalam Tafsirnya mengemukakan

bahwa Allah menjadikan bumi penuh dengan berkah, yakni dapat menerima

kebaikan, benih-benih tanaman, dan dapat dibajak. Allah menentukan padanya

kadar makanan-makanan (penghuni)-nya dan tempat-tempat yang layak untuk

ditanami dan dijadikan lahan pertanian, yang hal ini dilakukan-Nya dalam dua

hari yaitu hari Selasa dan hari Rabu, yang bila digabungkan dengan dua hari yang

sebelumnya menjadi empat hari. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

“dalam empat hari genap. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang

bertanya. (Fushshilat: 10), “Yaitu bagi orang yang mau bertanya tentang hal

tersebut untuk menambah wawasan pengetahuannya”.29

M. Quraisy Shihab mengemukakan bahwa Allah jugalah yang

menciptakan gunung-gunung yang kokoh di atas bumi agar bumi tidak oleng,

menurunkan banyak karunia di atasnya dan menentukan rezeki penduduknya

sesuai dengan kebijaksanaan-Nya. Semua itu dilakukan-Nya dalam waktu empat

hari. Kendati demikian, kalian tetap menyekutukan-Nya. Allah menentukan

segala sesuatu secara tepat: tidak kurang dan tidak lebih. Rincian tentang

28
Kementerian Agama RI., al-Qur'an dan Terjemahnya. (Semarang: Toha Putra, 2020),
h. 107.
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir, Tafsir Ibnu Katsir., (terjemahan). (Surabaya:
29

Pustaka Imam Syafi’i, 2018), h. 217.


27

penciptaan bumi dan isinya itu adalah keterangan untuk orang-orang yang

bertanya.30

Keterkaitan antara QS. Fushshilat ayat 10 di atas dengan pemberdayaan

ekonomi adalah terlihat pada pelarangan memakan harta orang lain dengan cara

yang bathil, melainkan dengan jalan berniaga yang tentunya jauh dari hal-hal

bebau riba. Jadi pesantren sebagai salah satu lembaga pendidkan keislaman

dituntut agar sedapat mungkin menjadi penggerak dan tegaknya nila-nilai

ekonomi Islam sehingga Pondok Pesantren dapat menjadi salah satu penggerak

majunya sebuah perekonomian umat yang lebih islami.

Pemberdayaan ekonomi pesantren adalah upaya untuk membangun

kemampuan pesantrendalam hal ini adalah santri dengan mendorong, memotivasi,

dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang mereka miliki dan berupaya

untuk mengembangkan potensi tersebut menjadi tindakan daya. Pemberdayaan

ekonomi pesantren merupakan upaya untuk membangun daya (pesantren) dengan

mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi ekonomi

yang dimiliki pesantren serta berupaya untuk mengembangkannya.

Pesantren memperoleh tambahan fungsi baru yaitu sebagai pusat

pengembangan ekonomi, sehingga muncullah pesantren dengan ciri khasnya

mengembangkan koperasi. Hal ini menandai bahwa dunia pesantren

sesungguhnya tidak sepi dari inovasi yang terus menerus dilakukan. Dan hal ini

juga menandakan bahwa dunia pesantren memiliki respon yang sangat tinggi

30
HM. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah. Jilid 10. (Bandung: Mizan, 2000), h. 231.
28

terhadap perubahan zaman. Jadi, sesungguhnya pesantren adalah lembaga sosial

dan pendidikan yang dapat menjadi pilar pemberdayaan masyarakat.

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan untuk mencetak

manusia yang religius dan mandiri. Para santri dididik dan dibina dalam

meningkatkan jiwa kewirausahaan. Dengan demikian, pesantren dapat menjadi

pusat kelembagaan ekonomi, bagi warganya di dalam maupun di luar pesantren. 31

Sementara itu, Didin Hafiduddin, mengemukakan bahwa:

Pesantren selain sebagai instrumen untuk tetap melestarikan ajaran-ajaran


Islam di bumi Nusantara, juga pondok pesantren mempunyai pengaruh
yang kuat dalam membentuk dan memelihara kehidpan sosial, kultural,
politik, keagamaan, dan sebaganya.32
Pemberdayaan yang dilakukan oleh pesantren terhadap santrinya yaitu

pemberdayaan melalui peningkatkan kompetensi ekonomi para santri agar

nantinya para santri tersebut setelah berada kembali di lingkungan masyarakatnya

dapat menjadi panutan baik dalam bidang ekonomi produktif atau sebagai kader-

kader pemberdaya ekonomi, di samping peran utamanya sebagai ustadz/ustadzah

yang mempunyai kemampuan dalam bidang ilmu agama Islam.

Dalam upaya mencetak wirausahawan muslim yang kompeten, pondok

pesantren fokus terhadap pengembangan unit usaha pesantren yang meliputi unit

koperasi pesantren (Kopontren) dan unit pertokoan seperti “Halal Mart”. Semua

unit usaha bisnis tersebut dipilih sesuai dengan potensi dan letak geografis

pondok pesantren. Santri bukan hanya diberikan pendidikan wirausaha melalui

unit usaha pondok pesantren, akan tetapi apabila santri telah menyelesaikan

31
Ahmad Faozan, “Pondok Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi”, dalam Jurnal Ibada’.
Vol. 4, No. 1 (Juni, 2019), h. 12.
32
Didin Hafhiduddin, Dakwah Aktual, (Cet. I;Jakarta: Gema Insani, 2018), h. 120.
29

pendidikannya di pesantren dapat diberikan izin untuk menjalani proses magang

pada unit usaha mitra pondok.

Pemberdayaan ekonomi pesantren yang dimaksud dalam tulisan ini adalah

menggairahkan dan atau menggerakkan kegiatan perekonomian pesantren melalui

pengembangan sumber daya lokal yang menuntut kemandirian sehingga mampu

berkontribusi terhadap pemberdayaan ekonomi pesantren bahkan terhadap

ekonomi umat.

Dari paparan singkat di atas, dapat dikongklusikan bahwa pemberdayaan

kegiatan ekonomi umat berarti mendayagunakan seluruh stakheholder oleh suatu

lembaga dalam rangka pengembangan sistem ekonomi dari umat untuk umat atau

meningkatkan taraf hidup perekonomian umat melalui peningkatan kemampuan

umat secara menyeluruh dengan cara mengembangan dan mendinamisasikan

potensi ekonomi umat.

3. Strategi Pemberdayaan Ekonomi Pesantren

Pemberdayaan sebagai sebuah proses untuk menciptakan suatu kemajuan

dengan memobilisasi atau menggerakkan sumber-sumber daya manusia, financial,

modal, fisik, dan alam untuk menghasilkan barang dan jasa yang bisa dipasarkan.

Pesantren sebenarnya banyak potensi ekonomi yang dimiliki dan perlu

diberdayakan. Kekuatan pesantren yang terstruktur seharusnya dapat lebih

diberdayakan dalam peningkatan perekonomian baik untuk internal pesantren itu

sendiri, wilayah di sekitarnya maupun yang lebih luas dan tidak tertutup

kemungkinan bila diberdayakan dengan benar dan tepat sasaran, akan menjadi
30

kekuatan ekonomi yang dapat menguatkan pondasi perekonomian pesantren dan

perekonomian masyarakat bahkan perekonomian nasional.

Ide pemberdayaan ekonomi pesantren pada dasarnya berorientasi pada

gerakan sosial. Pemberdayaan merupakan suatu proses pribadi dan sosial yaitu

pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas dan kebebasan

bertindak. Pemberdayaan lahir sebagai kritik atas pembangunan yang sentralistik,

berorientasi pertumbuhan dan menempatkan economic of scala sebagai sasaran

utama, sehingga terkadang mengabaikan peran dan kemampuan pesantren.33

Mempersiapkan para santri agar mempunyai pengetahuan yang baik dan

dapat mandiri secara ekonomi merupakan cita-cita pesantren. Tidak

menggantungkan pada orang lain kecuali pada Tuhan. Dalam upaya meraih cita-

cita inilah, maka kiyai dan para ustadz menaruh perhatian dalam mengembangkan

watak individual sesuai potensi yang dimiliki santri. Dalam upaya merealisasikan

visi misi dan cita-cita tersebut, pengasuh pesantren menempatkan posisi sebagai

motor penggerak dalam menanamkan nilai-nilai kebersamaan, menyelesaikan

permasalahan, mengayomi yang kekurangan secara bersama-sama, sehingga

terjalin “silih asuh, silih asah, silih asih.” Para ustadz, para pengurus, santri senior

bahu membahu menjadi pelanjut dan pelaksana pemberdayaan masyarakat

melalui pengembangan ekonomi dan bisnis berbasis syariah.

Memberdayakan ekonomi pesantren berarti mengembangkan sistem

ekonomi dari pesantren oleh pesantren sendiri dan untuk kepentingan pesantren,

artinya bahwa meningkatkan kemampuan santri secara menyeluruh dengan cara

33
M. Dawam Rahardjo, Pergaulan Dunia Pesantren Membangun dari Bawah. (Cet. II;
Jakarta: P3M, 2011), h. 29.
31

mengembangkan dan mendisinamiskan potensi pesatren. Upaya pengerahan

sumber daya untuk mengembangkan potensi ekonomi pesantren akan

meningkatkan produktivitas pondok pesantren. Dengan demikian, pesantren

dengan seluruh stakeholdernya mampu secara partisipatif menghasilkan dan

menumbuhkan nilai tambah yang dapat meningkatkan kemakmuran dan

kesejahteraan mereka. Pondek pesantren yang mampu memanfaatkan secara

penuh potensi yang dimilikinya akan meningkat bukan hanya aspek ekonominya,

tetapi juga harkat, martabat, rasa percaya diri, dan harga dirinya.

Menurut Tim Pekapontren Kementerian Agama RI., bahwa pemberdayaan

ekonomi pesantren setidaknya dapat dilihat dari tiga sisi, yakni :

1) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi pesantren


berkembang. Titik tolak pemikirannya adalah pengenalan bahwa setiap
santri, memiliki potensi yang dapat dikembangkan.
2) Memperkuat potensi ekonomi yang dimiliki oleh pesantren itu. Untuk
memperkuat potensi ekonomi pesantren, maka upaya yang sangat pokok
untuk dilakukan adalah peningkatan taraf pendidikan, derajat kesehatan,
serta terbukanya kesempatan untuk memanfaatkan peluang-peluang
ekonomi.
3) Mengembangkan ekonomi pesantren juga mengandung arti melindungi
santri dan mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang serta
mencegah eksploitasi golongan ekonomi yang kuat atas yang lemah
dikalangan santri. Upaya melindungi santri tersebut tetap dalam rangka
proses pemberdayaan dan pengembangan prakarsanya.34
Melalui langkah-langkah yang nyata harus diupayakan agar pertumbuhan

ekonomi umat berlangsung secara cepat. Strategi berpusat pada upaya mendorong

percepatan perubahan struktural yang selanjutnya dapat memperkuat kedudukan

dan peran ekonomi pesantren dalam perekonomian nasional. Memberdayakan

ekonomi pesantren secara proporsional sama dengan memberdayakan ekonomi

Tim Pekapontren, Potensi Ekonomi Pesantren di Indonesia. (Jakarta: Kementerian


34

Agama RI., 2004), h. 47.


32

umat. Karenanya, tidak heran jika aspek pemberdayaan ekonomi umat menjadi

tema sentral bagi pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi harus pula

ditujukkan pada perbaikan keadilan.

Untuk pemberdayaannya selain yang disebutkan di atas diperlukan

beberapa strategi, yakni:

(1) Peningkatan kemampuan menuju kemandirian sosial dan ekonomi


(2) Pendampingan soaial melalui lembaga-lembaga manajemen dan
ekonomi yang ada di lingkungannya.
(3) Pembangunan dan pengembangan sistem informasi penanganan fakir
miskin
(4) Inisiasi dan pengembangan jaringan kerha penanganan.35
Tjahya Supriana mengemukakan bahwa secara umum ada empat strategi

pemberdayaan pondok pesantren, yakni:36

a) The Crowth Strategy

Penerapan strategi pertumbuhan pada umumnya dimaksudkan untuk mencapai

peningkatan yang cepat dalam nilai ekonomis, melalui peningkatan pendapatan

perkapita persantri.

b) The Welfare Strategy

Strategi kesejahteraan ini pada dasarnya dimaksudkan untuk memperbaiki

kesejahteraan. Akan tetapi, karena tidak dibarengi dengan pembangunan kultur

dan budaya mandiri dalam diri santri yang pada akhirnya yang terjadi adalah

sikap ketergantungan santri kepada pemerintah. Jadi, dalam setiap

pembangunan masyarakat salah satu aspek yang harus diperhatikan

penanganannya adalah kultur dan budaya masyarakat. Pembangunan budaya

Suhartini, Problem Kelembagaan Pengembangan Ekonomi Pesantren. (Cet. II;


35

Yogyakarta: LKIS, 2009), h. 37.


36
Lihat Tjahya Supriana, Strategi Pembagunan dan Kemiskinan. (Jakarta: Rineka Cipta,
2001), h. 69-71.
33

jangan sampai kontra produktif dan pembangunan ekonomi yaitu dalam

konteks yang sesuai dengan model pengembangan masyarakat menjadi sangat

relevan sehingga terwujudnya masyarakat mandiri.

c) The Responsitive Strategy

Strategi ini merupakan reaksi terhadap strategi kesejahtraan yang dimaksudkan

untuk menanggapi kebutuhan yang dirumuskan masyarakat sendiri dengan

bantuan pihak luar (self need and assistance) untuk memperlancar usaha

mandiri melalui pengadaan teknologi serta sumber yang sesuai bagi kebutuhan

proses pembangunan.

d) The Integrated Holistic Strategy

Untuk mengatasi dilema pengembangan masyarakat karena “kegagalan” ketiga

strategi yang dijelaskan diatas, maka konsep kombinasi dan unsur-unsur pokok

dari etika strategi di atas menjadi alternatif terbaik karena secara sistematis

mengintegrasikan seluruh komponen dan unsur yang diperlukan yakni, ingin

mencapai secara timultan tujuan-tujuan yang menyangkut kelangsungan

pertumbuhan, persamaan, kesejahteraan dan partisipasi aktif masyarakat dalam

proses pembanguna masyarakat.

Dari strategi yang dikemukakan di atas, dapat dimpulkan bahwa strategi

pemberdayaan ekonomi pada pondok pesantren ada empat yakni (1) strategi

pertumbuhan, (2) strategi kesejahteraan, (3) strategi responsitif (reaksi dari

strategi kesejahteraan), dan (4) strategi holistik terintegrasi.

4. Pengembangan Ekonomi Pesantren sebagai Terobosan Baru


34

Kehadiran pesantren yang mandiri dalam arti ekonomi sudah menjadi

panggilan sejarah. Ketika investasi asing semakin membanjiri Indonesia,

sementara kolektivitas masyarakat lebih banyak menjadi konsumen, maka itu

akan menjadi gejala yang mengkhawatirkan. Hadirnya minimart seperti “Alfa

Mart dan Indomart” yang notabene pemilik modal besar di sudut-sudut pedesaan

menjadi bukti semakin tidak berdayanya kekuatan ekonomi kolektif lokal. 

Pesantren sering dianggap lamban dalam merespon modernisasi yang

digagas Negara. Namun demikian, harus diakui bahwa kehadiran pesantren

menjadi penyelamat bangsa. Resolusi jihad 1945 yang dikeluarkan para kiyai

pesantren telah menyelamatkan muka bangsa di tengah diplomasi internasional

menegakkan kemerdekaan Indonesia.37 Dalam konteks kontestasi ekonomi

global, hadirnya komunitas ekonomi pesantren yang mandiri akan menjadi

modal sosial dan inspirasi umat agar ekonomi masyarakat lokal tidak kalah dan

tergeser oleh pemain global. Pesantren dengan masyarakatnya mempunyai

peluang untuk mewujudkan hal tersebut.

Selain menjadi tempat untuk pembinaan moral kesalehan santri dan

pembelajaran ilmu-ilmu agama Islam, pesantren seyogyanya juga perlu

melakukan diversifikasi keilmuan unggulan khusus dan atau melakukan


37
Suhartini, Problem Kelembagaan Pengembangan Ekonomi Pesantren. (Yogyakarta:
LKIS, 2009), h. 77
35

diversifikasi keahlian praktis tertentu. Artinya, setiap pesantren perlu membuat

satu keunggulan (nilai plus) tertentu yang membedakan pesantren satu dengan

pesantren lainnya, misalnya dengan meningkatkan keunggulan dalam keahlian

ilmu tertentu seperti keunggulan keahlian dalam kajian tahfidz yang mutqin dan

Qira’at al-Qur’an, atau disiplin ilmu agama tertentu, atau bisa juga dalam bentuk

keahlian praktis lain misalnya keahlian bahasa.

Praktik pesantren dalam pengembangan ekonomi dapat dijelaskan dalam

beberapa hal berikut:

Pertama, usaha ekonomi yang digerakkan oleh kyai dan ibu nyai yang
memang mempunyai jiwa enterpreuner. Usaha milik kyai ini dipergunakan
dalam memperlancar layanan pendidikan pesantren.  Kedua, pesantren
yang berhasil membentuk badan usaha ekonomi secara khusus tanpa
mengganggu layanan pendidikan pesantren dan pengelolaan ekonomi yang
dilakukan secara profesional. Ketiga, pesantren yang berhasil membina
usaha masyarakat di sekitar pesantren. Pesantren bersama masyarakat
sekitar berhasil mendapatkan keuntungan ekonomi. Keempat, pesantren
yang masih pada tataran coba-coba usaha dan belum berhasil keuntungan
secara berkelanjutan. Kelima, pesantren yang belum bergerak di bidang
ekonomi dan lebih memfokuskan diri pada layanan tafaquh fiddin dan
membiarkan masyarakat sekitar yang mau dan mampu mengambil manfaat
ekonomi dari keberadaan pesantren.38

Dalam rangka mewujudkan kemandirian ekonomi pesantren walaupun

fungsinya sebagai pemberdaya social belum diatur lebih lanjut oleh pemerintah,

akan tetapi sebagai terobosan baru pengembangan ekonomi pesantren mulai

bergulir di kalangan pesantren. Hal ini merupakan inovasi dan inisiatif pendiri

pesantren itu sendiri yang mulai membangun kekuatan ekonomi di pesantrennya

untuk menopang dan sekaligus menjadi motor penggerak pemberdayaan dan

pengembangan ekonomi pesantren.

Yulizar Sanrego, Fiqih Tamkin: Fiqih Pemberdayaan: Membangun Modal Sosial


38

Dalam Mewujudkan Khairu Ummah. (Jakarta: Qisthi Press, 2016), h. 87.


36

Intinya bahwa pesantren dalam rangka pemberdayaan dan pengembangan

ekonomi pesantren, pihak pendiri pesantren dan stakeholdernya perlu suatu

terobosan baru. Kini telah saatnyalah pesantren bangkit membangun ekosistem

perekonomian pesantren dengan melakukan sosialisasi gagasan bahwa ekosistem

ekonomi pesantren tidak hanya terbatas pada pesantren secara internal tetapi

menjangkau seluruh lapisan masyarakat terutama masyarakat sekitar pesantren

sendiri. Selain itu, juga pesantren dengan terobosan barunya perlu

mengembangkan sayapnya untuk membangun kerjasama ekonomi dengan

pesantren lain guna membangun ekonomi umat secara luas.

5. Sistem Ekonomi Islam sebagai Upaya Pemberdayaan Kegiatan


Ekonomi Umat

Dalam dunia ekonomi, antara System ekonomi kapitalis dan system

ekonomi sosialis, maka system ekonomi Islam telah menempatkan posisinya

sebagai system ekonomi moderat. Dianggap atau bahkan dikatakan sebagai

moderat, karena system ekonomi Islam memiliki prinsip dasar sebagai berikut:39

Pertama, kebebasan individu. Individu mempunyai hak kebebasan

sepenuhnya suatu keputusan yang dianggap perlu dalam sebuah negara Islam.

Karena tanpa kebebasan tersebut individu muslim tidak dapat melaksanakan

kewajiban mendasar dan penting dalam menikmati kesejahteraan dan menghindari

terjadinya kekacauan dalam masyarakat.

39
Lihat Dian Iskandar Jaelani, Pembedayaan Ekonomi Umat dalam Perspektif Islam
(Sebuah Upaya dan Strategi), (Jakarta: Gramedia Persada, 2021), h. 7-9
37

Kedua, hak terhadap harta. Islam mengakui hak individu untuk memiliki

harta. Meskipun demikian, ia memberikan batasan tertentu supaya kebebasan itu

tidak merugikan kepentingan masyarakat umum.

Ketiga, ketidaksamaan ekonomi dalam batas yang wajar. Islam mengakui

adanya ketidaksamaan ekonomi di antara orang-perorang tetapi tidak

membiarkannya menjadi bertambah luas, ia mencoba menjadikan perbedaan

tersebut dalam batas-batas yang wajar, adil dan tidak berlebihan.

Keempat, kesamaan sosial. Islam tidak menganjurkan kesamaan ekonomi,

tetapi mendukung dan menggalakkan kesamaan sosial sehingga sampai tahap

bahwa kekayaan negara yang dimiliki tidak hanya dinikmati oleh sekelompok

tertentu masyarakat saja. Di samping itu, sangat penting setiap individu dalam

sebuah negara (Islam) mempunyai peluang yang sama untuk berusaha

mendapatkan pekerjaan atau menajalankan berbagai aktivitas ekonomi.

Kelima, jaminan sosial. Setiap individu mempunyai hak untuk hidup

dalam sebuah negara Islam, dan setiap warga negara dijamin untuk memperoleh

kebutuhan pokoknya masing-masing. Memang menjadi tugas dan tanggung jawab

utama bagi sebuah negara Islam untuk menjamin setiap warga negara dalam

memenuhi kebutuhannya sesuai prinsip “hak untuk hidup”.

Keenam, distribusi kekayaan secara meluas. Islam mencegah

penumpukkan kekayaan pada kelompok kecil tertentu orang dan menganjurkan

distribusi kekayaan kepada semua lapisan masyarakat. Sistem ekonomi Islam juga
38

melarang individu mengumpulkan harya kekayaan secara berlebihan dan

mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mencegah penumpukkan harta itu.

Ketujuh, larangan terhadap organisasi anti sosial. Sistem ekonomi Islam

melarang semua praktek yang merusak dan antisosial yang terdapat dalam

masyarakat, misalnya berjudi, minum arak, riba, pasar gelap, dan penimbunan.

Kedelapan, kesejahteraan individu dan masyarakat. Islam mengakui

kesejahteraan individu dan kesejahteraan sosial masyarakat yang saling

melengkapi satu dengan yang lain, bukannya saling bersaing dan bertentangan

antar mereka. Maka sistem ekonomi Islam mencoba meredakan konflik ini

sehingga terwujud kemanfaatan bersama.

Pemberdayaan ekonomi adalah proses sekaligus tujuan. Sebagai proses,

pemberdayaan ekonomi adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat

kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah (kondisi ekonominya) dalam

masyarakat. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau

hasil yang ingin dicapai, dan konsep mengenai tujuan pemberdayaan ini seringkali

digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses.

Bila konsep pemberdayaan di atas dilekatkan mendahului konsep ekonomi, maka

didapati konsep baru yang lebih sempit dan spesifik. Pemberdayaan ekonomi

merupakan kegiatan memberi kekuasaan pada pihak kedua (sasaran

pemberdayaan) agar menjadi mampu dalam bidang ekonomi.

Islam memandang masalah ekonomi tidak dari sudut pandang kapitalis

yang memberikan kebebasan serta hak kepemilikan kepada individu dan


39

menggalakkan usaha secara perseorangan. Tidak pula dari sudut pandang

komunis, yang ingin menghapuskan semua hak individu dan menjadikan mereka

seperti budak ekonomi yang dikendalikan oleh negara. Tetapi Islam membenarkan

sikap mementingkan diri sendiri tanpa membiarkannya merusak masyarakat.40 Al-

Qur’an juga yang menjelaskan untuk bekerja keras dan mengajarkan pentingnya

umat Islam untuk bekerja dan memikirkan ekonominya. Di antaranya QS. Al-

Qashash [28]: 77:

‫َأح ِس ن َك َم ٓا‬ ُّ ‫ك ِم َن‬


ْ ‫ٱلد ْنيَا ۖ َو‬ َ َ‫ص يب‬ِ َ‫اخ ر َة ۖ واَل تَنس ن‬
َ
ِ ْ ‫ٱلدار‬
َ َ ‫ٱل َء‬ َ َّ ُ‫ك ٱللَّه‬ َ ‫يم ٓا َءاتَٰى‬ ِ
َ ‫َو ْٱبتَ ِغ ف‬
ِِ ُّ ‫ض ۖ ِإ َّن ٱللَّهَ اَل يُ ِح‬ ِ َ ‫ك ۖ واَل َتب ِغ ٱلْ َفس‬
‫ين‬
َ ‫ب ٱل ُْم ْفسد‬ ِ ‫ٱَأْلر‬
ْ ‫اد فى‬ َ ْ َ َ ‫س َن ٱللَّهُ ِإلَْي‬ َ ‫َأح‬ ْ
Terjemahnya:
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.41
Dalam tafsir al-Jalalayn, ayat tersebut ditafsirkan; “Perolehlah [untuk]

kepentingan akhirat [harta kekayaan] yang telah Allah berikan kepadamu, dengan

cara menginfaqkan [sebagian] harta tersebut untuk ketaatan kepada Allah. Dan

jangan kamu lupakan bagian kamu yang berkaitan dengan keduniaan untuk

menjadi amal akhirat.42 Islam mendorong orang untuk bekerja. Hadits yang

berbunyi:

Afzalurrahman, Doktrin Ekonomi Islam. Jilid I, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf,


40

2017), h. 10.
41
Kementerian Agama RI., op. cit., h. 556.
Jalaluddin Muhammad ibn Ahmad Al-Mahalli dan Jalaluddin Muhammad ibn
42

‘Abdurrahman ibn Abi Bakar, Tafsir al-Jalalain. (Semarang: Usaha Keluarga, t.th.,), h. 326.
40

‫القيَ َام ِة َأل َْمغْ ِف ْى اْلبَ ِط ِل‬


ِ ‫َأ َش ُّد النَّاس َع َذابايوم‬
َ َْ ً َ
Artinya:
Siksaan paling berat pada hari kiamat adalah bagi orang yang hanya mau
dicukupi orang lain dan hidup menganggur.43

Problematika ekonomi memang selalu menarik perhatian berbagai macam

lapisan masyarakat dan individu. Berbagai penelitian telah dibuat untuk

menyelesaikan masalah ekonomi tersebut. Meskipun demikian, usaha untuk

mencari penyelesaian yang tepat dan akurat dalam mengatasi masalah ini secara

keseluruhan banyak menemui kegagalan dan sangat sedikit keberhasilan yang

diperoleh. Kebanyakan penelitian yang dihasilkan telah menyimpang jauh dari

motivasi semula sehingga menghilangkan tujuan sebenarnya. Di satu pihak

pendapat yang menyarankan ke arah itu terlalu mementingkan hak individu dan

mengesampingkan kepentingan masyarakat umum. Di lain pihak pendapatnya

menolak keistimewaan hak individu. Oleh karena itu, di sini perlu diterangkan

prinsip dasar berbagai sistem ekonomi yang penting, misalnya sistem ekonomi

kapitalis, sistem ekonomi sosialis, dan sistem ekonomi Islam itu sendiri.

Kemudian dibandingkan untuk memposisikan bahwa sistem ekonomi Islamlah

sebagai alternatifnya.

Konsep pemberdayaan ekonomi lahir sebagai antitesis terhadap model

pembangunan dan model industrialisasi yang kurang memihak pada masyarakat

mayoritas (yang bukan pemegang kekuasaan ekonomi). Konsep ini dibangun dari

kerangka logika sebagai berikut: (1) bahwa pemusatan kekuasaan terbangun dari

43
Muhammad Nadzir, Membangun Pemberdayaan Ekonomi Di Pesantren. Dalam Jurnal
Edisi I; Volume VI, 2015., h.40.
41

pusat penguatan faktor produksi; (2) pemusatan kekuasaan faktor produksi akan

melahirkan masyarakat pekerja dan masyarakat penguasa pinggiran; (3)

kekuasaan akan menghasilkan bangunan atas sistem pengetahuan, sistem politik,

sistem hukum, dan ideologi yang manipulatif untuk memperkuat dan legitimasi,

dan (4) kooptasi sistem pengetahuan, system hukum, sistem politik, dan ideologi

secara sistematik akan menciptakan dua kelompok masyarakat, yaitu masyarakat

berdaya dan masyarakat tunadaya.44 Sementara itu, Yusuf al-Qardhawi,

mengemukakan bahwa Islam tidak menginginkan umatnya berada dalam

kemiskinan. Karena akibat kemiskinan dan ketimpangan sosial bisa menyebabkan

munculnya penyimpangan akidah.45 Kemiskinan juga bisa menyebabkan orang

tergelincir dalam akhlak dan moralitas yang tercela. Karena suara perut dapat

mengalahkan suara nurani. Lilitan kesengsaraan pun bisa mengakibatkan

seseorang meragukan nilai-nilai akhlak dan agama.

ِ َ‫اهلل ص لَّى اهلل َعل‬


ِ ‫ول‬ ِ ‫سر‬
‫وعلَى‬
َ ‫يه‬ ُ َ ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫ ق‬:‫ال‬ َ َ‫ض َي اهللُ َعنهُ ق‬ َ ٍ َ‫عن َأن‬
َ ‫ َك‬ :‫وسلَّ َم‬
)‫اد ال َف ْق ُر َأ ْن يَ ُكو َن ُك ْف َراً … (رواه أبونعيم‬ ِ ِ‫آلِ ِه وصحب‬
‫ه‬
َ َْ
Artinya:

Dari Anas ra., bahwa Rasulullah saw., bersabda “Kemiskinan itu hamper
menjadi kekafiran” (HR. Abu Na’im).46

Manusia merupakan pelaku ekonomi, yang dalam kelompok besar disebut

umat. Oleh karena itu, Islam membebani manusia (sebagai mukallaf) untuk

Prajono, QS., dan Pranarka, A. M. W., Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan, dan


44

Implementasinya, (Jakarta: CSIS, 2016), h. 269.


Yusuf al-Qardhawi, Daar al-Qiyamah wa al-Akhlaq fi al-Iqtisad al-Islam. (Cairo-Mesir:
45

Maktabah Wahbah, 1995), h. 24.


46
Ibid., h. 25.
42

berikhtiar sesuai dengan kadar potensinya. Pembebanan (taklif) ini akan

berimplikasi pada banyak hal, mulai dari disiplin fiqih. Meskipun ekonomi sendiri

bukan merupakan komponen fiqih dan ikhtiar dalam arti luas disinggung karena

erat kaitannya dengan usaha ekonomi.

Dengan demikian, pemberdayaan ekonomi adalah proses sekaligus tujuan.

Sebagai proses, pemberdayaan ekonomi adalah serangkaian kegiatan untuk

memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah (kondisi ekonominya)

dalam masyarakat. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan

atau hasil yang ingin dicapai, dan konsep mengenai tujuan pemberdayaan ini

seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai

sebuah proses. Bila konsep pemberdayaan di atas dilekatkan mendahului konsep

ekonomi, maka didapati konsep baru yang lebih sempit dan spesifik.

Pemberdayaan ekonomi merupakan kegiatan memberi kekuasaan pada pihak ke-

dua (sasaran pemberdayaan) agar menjadi mampu dalam bidang ekonomi.

6. Pondok Pesantren

Pesantren adalah sebuah asrama pendidikan tradisional, dimana para

siswanya semua tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih

dikenal dengan sebutan Kiyai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap

santri. Kata pesantren terdiri dari kata "santri" yang ditambahkan imbuhan "pe"

dan akhiran "an". Kata "santri" menurut Tim Pekapontren berasal dari Bahasa

Tamil yang berarti guru mengaji. Sedangkan istilah santri digunakan untuk
43

menyebut siswa di pesantren.47 Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan

Islam tertua yang merupakan produk budaya Indonesia. Keberadaan Pesantren di

Indonesia dimulai sejak Islam masuk negeri ini dengan mengadopsi sistem

pendidikan keagamaan yang sebenarnya telah lama berkembang sebelum

kedatangan Islam. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang telah lama

berkembang di negeri ini diakui memiliki andil yang sangat besar terhadap

perjalanan sejarah bangsa.

Umumnya, suatu pondok pesantren berawal dari adanya seorang kyai di

suatu tempat, kemudian datang santri yang ingin belajar agama kepadanya.

Setelah semakin hari semakin banyak santri yang datang, kemudian timbul

inisiatif untuk mendirikan pondok atau asrama di samping rumah Kiyai. Kiyai

saat itu belum memberikan perhatian terhadap tempat-tempat yang didiami oleh

para santri, yang umumnya sangat kecil dan sederhana. Mereka menempati

sebuah gubug atau rumah kecil yang mereka dirikan sendiri di sekitar rumah

kiyai. Semakin banyak jumlah santri, semakin bertambah pula gubug yang

didirikan.

47
Tim Pekapontren. Potensi Ekonomi Pesantren di Indonesia. (Jakarta: Depag RI, 2004),
h. 72.
44

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

kualitatif, yang berarti bahwa data yang dikumpulkan barupa kata-kata, gambar,

dan bukan angka. Dengan demikian laporan penelitian ini akan berisi kutipan-

kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan.48

Intinya, penelitian ini berupaya menggambarkan kondisi faktual yang

diperoleh dari hasil pengolahan data secara kualitatif melalui wawancara dan

observasi peneliti terhadap santri dan pembina di Pondok Tahfīzhūl Qur’ān al-

Imam ‘Ᾱṣhim Makassar.

2. Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi atau site selection dilakukan berkenaan dengan

penentuan unit, bagian, kelompok, dan tempat dimana orang-orang terlibat di

daam kegiatan atau peristiwa yang ingin diteliti. Penelitian ini berjudul

“Efektivitas Pemberdayaan kegiatan ekonomi Pesantren dalam Perspektif

Ekonomi Islam (Studi Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Imam ‘Ashim

Makassar Tidung Mariolo)”.

B. Teknik Pengumpulan Data

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Cet. XIII; Jakarta:
48

Rineka Cipta, 2008), h. 12.


45

Sesuai dengan jenis penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Observasi

Teknik observasi yang dimaksud adalah teknik pengumpulan data

dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap sumber data. Dalam

hal ini peneliti langsung melakukan analisis terhadap upaya pihak pondok

Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Imam ‘Ashim Makassar untuk mendapatkan

gambaran tentang pemberdayaan kegiatan ekonomi yang dikelola dan digalakkan

oleh pihak pesantren bersama para santri guna mengefektifkan pemberdayaan

kegiatan ekonomi pesantren.

2. Interviu

Teknik interviu atau wawancara ini dilakukan peneliti dengan

mewawancarai (menginterviu) beberapa pembina (pengelola) dan santri al-Imam

‘Ashim Makassar Tidung Mariolo guna mendapatkan data terkait dengan

efektivitas pemberdayaan kegiatan ekonomi pesantren. Dalam kegiatan interviu

ini peneliti mewawancarai antara lain pimpinan pondok pesantren al-Imam

‘Ashim Makassar Gurunda Ustadz KH. Syam Amir Yunus, SQ, Alhafidz Ustadz

Ibrahim, SQ., Alhafidz ustadz Harianto, S. Pd. I., Alhafidz Ustadz H. Azhar

Yunus, SQ., M. Pd. I., dan Alhafidz Ustadz H. Hisbullah Huda, SQ., M.Ag.

Sedangkan santri yang diwawancarai antara lain Irwan Maulana, Fadhil

Ramadhan, dan M. Raihan Adiputra Andar.

3. Dokumentasi
46

Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini dokumen atau arsip

yang berkaitan dengan data tentang perkembangan pesantren, arsip tentang

pemberdayaan kegiatan ekonomi, dan beberapa dokumen baik yang berkaitan

dengan ekonomi pesantren maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan

tata aturan dan tata tertib pesantren. Teknik ini dimaksudkan untuk memperoleh

data tentang pelaksanaan atau pengelolaan dan pemberdayaan kegiatan ekonomi

pesantren di PPTQ Tahfidzul Qur’an al-Imam ‘Ashim Makassar di Tidung

Mariolo Kelurahan Tidung Kecamatan Rappocini Makassar.

C. Sumber Data

Dalam penelitian ini data diambil dari dua sumber utama, yakni data

primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari

informan (terwawancara) yang erat kaitannya dengan pemberdayaan kegiatan

ekonomi pesantren di PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar.

2. Data Sekunder

Adapun data yang diambil dan bersumber dari data sekunder dibagi

menjadi dua yakni:

a) Data yang diambil dari kajian kepustakaan secara konseptual yaitu kajian yang

berkaitan dengan artikel maupun buku yang ditulis oleh ahli dan relevan

dengan pembahasan tentang pemberdayaan kegiatan ekonomi pesantren

seperti pada kajian dalam penelitian ini.


47

b) Data yang diambil melalui kajian kepustakaan berdasarkan hasil penelitian

terdahulu yang dianggap memiliki relevansi dengan pembahasan

pemberdayaan kegiatan ekonomi pesantren seperti dalam kajian ini, baik hasil

penelitian tersebut sudah diterbitkan ataupun belum diterbitkan.

D. Teknik Analisis Data

Setelah peneliti mengumpulkan data, baik data dari lokasi penelitian

maupun data literatur, maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah

menganalisis data-data tersebut dengan menggunakan teknik analisis“Induktif

Kualitatif”, yaitu suatu metode berpikir yang didasarkan peneliti pada hal-hal

yang bersifat khusus, kemudian diarahkan kepada hal-hal yang bersifat umum.

Selain itu, peneliti juga mendeskripsikan data-data tersebut dalam bentuk

teks diperluas yang terdiri atas tiga alur kegiatan secara bersamaan, yaitu reduksi

data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau sering disebut verifikasi data,

sebagaimana yang digambarkan Miles dan Huberman berikut:

Pengumpulan Data Penyajian Data

Reduksi Data Penarikan


Kesimpulan

1) Pengumpulan data, yaitu suatu proses pengumpulan data-data baik data

dokumen yang ada kaitannya dengan pemberdayaan kegiatan ekonomi

maupun data yang diambil dari hasil wawancara dikumpul lalu disaring
48

dan dianalisis ulang untuk lebih relevansinya dengan pembahasan dalam

penelitian ini.

2) Reduksi data, yaitu proses pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang didapatkan dari lapangan.

Karenanya, selama pengumpulan data, terjadi tahapan reduksi yakni

meringkas data-data terutama data wawancara yang dianggap perlu

diringkas tanpa mengurangi inti data.

3) Penyajian data, yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memungkinkan

untuk melakukan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Penyajian data pada penelitian kualitatif ini digunakan menggunakan teks

naratif.

4) Menarik kesimpulan, yaitu analisis kualitatif dimulai dengan mencatat

dokumentasi yang ada dan relevan dengan penelitian, mendokumentasikan

hasil interviu dengan informan, lalu manarasikan untuk kemudian menarik

kesimpulan.
49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar

Salah satu bentuk jaminan keorisinalan al-Qur'an sebagaimana jaminan

Allah swt., adalah terpeliharanya al-Qur'an melalui fisshudur (hafalan) oleh para

hafidz al-Qur'an dan fisshuthur (tulisan) atau pembukuan. Dari sejarah perjalanan

pemeliharaan al-Qur'an semenjak nabi sampai sekarang terus berjalan seiring

dengan perjalanan dan perkembangan sejarah umat manusia.

Tradisi pemeliharaan al-Qur’an yang diwariskan nabi kepada umatnya

melalui dua cara yaitu pemeliharaan melalui “fisshudur” dan melalui tulisan

(fissuthur). Pemeliharaan melalui hafalan merupakan landasan utama, adapun

melalui tulisan sebagai landasan pendukungnya. Pondok Pesantren Tahfidzul

Qur’an al-Imam ‘Ashim Makassar merupakan suatu lembaga pendidikan Islam di

Makassar yang ikut serta dalam pemeliharaan kemurnian dan kesucian al-Qur’an

dalam hal hafalan. Lembaga ini didirikan pada tahun 1999, keberadaan lembaga

ini juga dalam rangka menjawab kekhawatiran akan semakin langkanya penghafal

al-Qur’an khususnya di Indonesia bagian timur.

Sejak berdirinya sampai sekarang sebahagian besar santrinya berasal dari

Sulawesi Selatan, bahkan dari bagian timur Indonesia, termasuk santri dari Papua.

Dengan sistem Talaqqi/musyafahah, diharapkan nilai tambah yang ditampilkan

oleh lembaga ini adalah lahirnya para penghafal al-Qur’an yang mempunyai
50

kualitas hafalan maupun bacaan.49 PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar merupakan

lembaga pendidikan Islam yang berada di bawah naungan Yayasan al-Imam

‘Ashim. Dalam usianya yang relatif muda berkat semangat dan kerja keras yang

tidak mengenal lelah oleh seluruh warganya, kini telah menunjukkan diri sebagai

lembaga pendidikan Islam yang tradisional namun mampu menjawab tantangan

dunia modern dewasa ini yang dimana PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar bercorak

salafiyah dan juga modern.

PPTQ al-Imam ‘Ashim bercorak salafiyah dan modern, karena ponpes ini
menggabungkannya, artinya dari segi pembelajaran, ada kaidah yang
mengatakan bahwa mempertahankan tradisi yag lama dan mengambil yang
terbaru namun, pula yang baik-baik saja. Seperti pembelajaran bahasa
Inggris, IPA dan pelajaran yang umum. Dan juga dari segi fisik bangunan,
yang didesain corak modern. Ada unsur salafiyah dan modern.50
Seiring berjalannya waktu, pada tahun ajar 2012 PPTQ al-Imam ‘Ashim

Makassar mulai mengembangkan dirinya dengan membentuk MTs Tahfizhul

Qur’an al-Imam ‘Ashim Makassar, demi memajukan kualitas santri yang Insya

Allah tidak hanya mampu menghafal al-Qur’an 30 Juz akan tetapi juga mampu

menguasai ilmu-ilmu agama lainnya dan ilmu-ilmu umum yang diajarkan di

sekolah-sekolah seperti Raudah al-Athfal, MTs. Dengan keterbatasan fasilitas

sarana dan prasarana namun tidak akan mengurangi nilai kualitas santri dan guru

di madrasah.51 Dalam perkembangan selanjutnya, dapat dilihat semakin hari

49
Sumber data diperoleh dari Kampus II Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Imam
‘Ashim Makassar di Jalan Inspeksi Kanal Tamangapa Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala
Makassar.
50
Alhafidz KH. Syam Amir Yunus, SQ., Pimpinan Pondok Tahfidul Qur’an al-Imam
‘Ashim Makassar, “Wawancara”, di Kampus II Kompleks PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar,
Tanggal 25 Januari 2023.
51
Sumber data diperoleh dari Kampus II Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Imam
‘Ashim Makassar di Jalan Inspeksi Kanal Tamangapa Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala
Makassar.
51

semakin PPTQ al-Imam ‘Ashim semakin berkembang yang terindikasi semakin

majunya kuantitas santri. Adapun data santri dapat dilihat, yakni:

(a) Kampus I = 180 santri,

(b) Kampus II = 500 santri

(c) Kampus III = 40 santri, dan

(d) Kampus IV = 11 orang.

Demikian sepintas yang dapat dipaparkan tentang perkembangan santri

PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar sebagai pelaku ekonomi, sehingga seluruh santri

dididik dan dibina secara teori atas pemberdayaan ekonomi pesantren.

1. Struktur Organisasi PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar

Pengurus harian PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar Periode 2020-2025

adalah:

a) Pengasuh (Pimpinan) : al-Hafid KH. Syam Amir Yunus, SQ

b) Wakil Pimpinan : al-Hafid H. Abd. Hakim Yunus, LC

c) Sekretaris : M. Ridwan Huzaifah, SH.

d) Wakil Sekretaris : H. Jayadi Amir, LC

e) Bendahara : Hj. Ruqayyah Huzaifah

f) Wakil Bendahara : St. Aminah Yunus, S. Th. I.

g) Kabid Tah fid : Husain Natsir, S. Th. I.

(Prestasi MHQ Internasional)

h) Wakil Kabid Tahfid : H. Azhar Yunus, S. Pd.I

(Prestasi MHQ Internasional)

i) Kabid Ta’lim/Pendidikan : Drs. Alimuddin, M.Si.


52

j) Wakil Kabid Ta’lim : Amiril Mueminin, S.Pd.I., M. Pd.I.

k) Kabid Ma’had/Kesantrian: Muh. Darwis. S.Pd.I

l) Wakil Kabid Ma’had : Harianto Hasan, S.Pd.I.

m) Kabid Penge, dan Bakat : Hizbullah Huda, SS

(Prestasi MHQ Nasional)

n) Wabid Pengenbangan dan Bakat: Ibrahim, SQ., M. Pd. I.

o) Kabid Logistik/Perlengkapan : Muammar, S.Pd.

p) Wabid Logistik : Akbar Ismail

Di Pondok Pesantren Tahfizhul Quran Al-Imam Ashim kepengurusannya

memilki empat bidang yaitu bidang ta’lim (pendidikan), tahfizh, kesantrian, dan

bidang bakat dan minat.

Kepengurusan dari Pondok Pesantren itu sendiri, ada memang tiga bidang
bahkan empat bidang, yaitu kesantrian, tahfizh, ta’lim itu ada beberapa
bagian lagi di bawahnya yakni Madrasah, TPA, dan salafiyah, dan trakhir
bidang bakat dan minat.52

2. Bidang Ta’lim membawahi empat bagian, yaitu:

a) TPA (Taman Pendidikan Al-Quran)

b) Salafiyah adalah tahfizh murni yang tidak sekolah sama sekali, hanya

menghafal saja.

c) Madrasah Tsanawiyah (MTs), tahfizh yang sekolah sekaligus

menghafal.

Bidang ta’lim ini ada tiga bagian yakni TPA, Salafiyah, dan MTs. Jadi

Pondok Pesantren ini memang ditangani oleh ta’lim. Ta’lim itu pusatnya. Yang

52
Muh. Akbar Rahman, Pembina pada PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar, “Wawancara”,
di Kampus II Jalan Inspeksi Kanal Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggal Makassar, tanggal
24 Pebruari 2023.
53

pertama salafiyah yakni tahfizh murni, tahfizh yang tidak sekolah sama sekali,

Cuma menghafal saja, kemudian ada tahfizh yang sekolah itu yang dinamakan

Madrasah Tahfizhul Quran, dan kemudian ada TPA (Taman Pendidikan al-

Qur’an).

3. Bidang tahfid adalah bidang tahfiz adalah bidang yang menangani tahfiz

dari nol sampai 100.

4. Bidang Kesantrian, yakni menangani seputar kesantrian, misalnya izin

keluar masuknya santri.

5. Bidang bakat dan minat, yakni memilih santri yang berprestasi untuk ikut

dalam perlombaan dan sebagai wadah untuk mengasah kemampuan santri.

Dari bidang-bidang dalam kepengurusan di Pondok Pesantren Tahfizhul

Quran Al-Imam Ashim Makassar yang telah diuraikan, maka dalam penelitian

yang dilakukan oleh peneliti lebih berfokus pada Madrasah Tsnawiyah (MTs)

Tahfizhul Qur’an al-Imam ‘Ashim yang dinaungi oleh Pondok Pesantren

Tahfizhul Qur’an al-Imam ‘Ashim Makassar yang berlokasi di Tidung Mariolo

Kecamatan Rappocini sebagai Kampus I dan Jl. Inspeksi Kanal Tamangapa

Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Makassar sebagai Kampus II.

B. Pemberdayaan Kegiatan Ekonomi Pesantren di PPTQ al-Imam ‘Ashim


Makassar
Pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan Islam yang berkutat di dalam

bidang ilmu-ilmu kegamaan. Potensi yang dimiliki pesantren bukan hanya dari

dimensi sosial dan politik saja, namu juga dari potensi ekonomi yang dimiliki oleh

pesantren. Pesantren di Makassar yang jumlahnya mencapai kurang lebih


54

seratusan, sebenarnya mempunyai potensi yang sangat besar dalam bidang

ekonomi. Baru-baru ini potensi ekonomi yang dimiliki pesantren sudah mulai

menjadi sorotan para pihak pemerintah, walaupun awalnya mereka menganggap

pesantren hanyalah lembaga pendidikan tradisional yang tidak memiliki strategi

dalam bidang ekonomi.

Mayoritas pakar menganggap bahkan menyatakan bahwa pesantren

merupakan lembaga pendidikan yang hanya bergerak dalam pendidikan

tradisional dan masih mempertahankan pembelajaran kitab-kitab klasik. Padahal

jika dilihat dari sisi potensi dan perkembangan pesantren sekarang yang bukan

hanya memainkan fungsi-fungsi tradisionalnya, tetapi juga sebagai pusat

penyuluhan kesehatan dan juga pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat

sekitarnya. Oleh karena itu, fungsi pesantren tidak hanya sebagai pusat

pengkaderan pemikir-pemikir agama (centre of excellence), sebagai lembaga yang

mencetak sumber daya manusia (human resource), tetapi juga diharapkan menjadi

lembaga yang dapat melakukan pemberdayaan pada masyarakat (agent of

development). Melihat fungsi yang dimiliki, sebenarnya pesantren dapat berperan

sebagai lembaga perantara yang diharapkan menjadi dinamisator dan katalisator

pemberdayaan sumber daya manusia, penggerak pembangunan di segala bidang,

termasuk di bidang ekonomi. Salah satu faktor yang dapat menjadi penggerak

pembangunan ekonomi adalah santri, yakni sebutan bagi seorang yang mengikuti

pendidikan di pesantren.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa peran santri al-Imam ‘Ashim dalam

pemberdayaan ekonomi sangat penting, karena santri yang setiap harinya tidak
55

saja disibukkan dengan berbagai aktivitas belajar atau mengaji, ternyata juga

memiliki aktivitas ekonomi. Ustadz Ibrahim, SQ., M. Pd. I., mengemukakan

bahwa “pada pesantren al-Imam ‘Ashim Makassar ini, santrinya dibekali dengan

berbagai keterampilan di bidang ekonomi seperti koperasi santri”. 53 Hasil

wawancara ini mengindikasikan bahwa yang dilakukan pihak pesantren sebagai

upaya membekali santri dengan berbagai skill atau setidaknya menyiapkan mental

dan keterampilan para santri supaya kelak ketika keluar dari pesantren sudah bisa

mandiri. Oleh karena itu wajar jika PPTQ al-Imam ‘Ashim berusaha

mengembangkan diri dengan melakukan suatu tindakan nyata (dakwah bil hal)

pada masyarakat di sekitar pesantren di bidang pemberdayaan ekonomi, walaupun

masih terbatas koperasi santri pada kampus satu dan perkembangannya

selanjutnya telah dibangun pula toko berupa “Halal Mart” yang berlokasi di

kampus II Jalan Inspeksi Kanal Tamangapa Antang Makassar.

Dengan terbangunnya wirausaha tersebut di PPTQ al-Imam ‘Ashim

Makassar yang oleh Ustadz Harianto Hasan ketika dikonfirmasi mengemukakan

bahwa:

Melalui kegiatan wirausaha nantinya santri khususnya di Tidung Mariolo


ini yang programnya adalah Tahfidz Murni ketika kembali ke masyarakat
selain mampu menghafal al-Qur'an, juga diharapkan mampu berwirausaha
seperti yang selama ini dilakukan beberapa alumninya, antara lain ada
alumni membuat usaha air mineral “Air Santrita”, ada juga bergerak
dibidang “Cafe” atau “warkop”, tentu selain mereka yang menjadi ASN.54

Alhafidz ustad Ibrahim, SQ., M. Pd. I, Pembina Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-
53

Imam ‘Ashim, “Wawancara”, di PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar, Tanggal 23 Januari 2023.
Alhafidz ustad Harianto Hasan, S. Pd. I, Pembina Tahfidz PPTQ al-Imam ‘Ashim,
54

“Wawancara” di Kampus I PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar, Tanggal 25 Januari 2023.


56

Dalam kontestasi ekonomi global, hadirnya komunitas ekonomi pesantren

yang mandiri seperti PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar, akan menjadi modal sosial

dan inspirasi pesantren agar ekonomi pesantren secara lokal tidak kalah dengan

lembaga pendidikan lainnya dan tidak lagi semata-mata mengandalkan bantuan-

bantuan pemerintah. Pesantren al-Imam ‘Ashim dengan para pembina bersama

santrinya mempunyai peluang untuk mewujudkan hal tersebut. Untuk

mewujudkan kemandirian ekonomi pesantren sekalipun fungsi pesantren sebagai

pemberdaya sosial belum diatur lebih lanjut, namun berbagai terobosan mulai

bergulir digalakkan oleh PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar, seperti dibangunnya

mulai dari “Butik” kemudian dikembangkan dengan dibangunnya “Koperasi

Santri”. Pesantren harus mulai membangun kekuatan ekonomi, sebagai penopang

dan sekaligus menjadi motor pemberdayaan ekonomi, sehingga tidak lagi terlalu

bergantung pada pemerintah.

Pemberdayaan yang dilakukan PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar

dimaksudkan sebagai penyadaran tentang kelemahan atau potensi yang dimiliki

pesantren untuk menimbulkan dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri agar

keluar dari persoalan dan memecahkan permasalahan serta pengembangan diri.

Landasan pemberdayaan santri PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar yaitu dengan

membekali sejumlah keahlian wirausaha di luar keahlian substansi yang ada pada

pesantren, adalah sebuah keharusan bagi pesantren agar membekali santrinya

sebagai modal untuk terjun di masyarakat kelak. Gurunda al-Hafidz KH. Syam

Amir Yunus, SQ., ketika dikonfirmasi menyatakan bahwa:

Dalam era modern, para santri tidak cukup hanya dibekali dengan moral
dan hafalan saja, tapi perlu dilengkapi dengan keahlian yang relevan
57

dengan dunia kerja. Membekali santri dengan keahlian tertentu adalah


memberi modal hidup pada mereka”.55

Berdasarkan hasil wawancara dengan pimpinan PPTQ al-Imam ‘Ashim

Makassar tersebut dapat dipahami bahwa kegiatan pemberdayaan ekonomi yang

selama ini terus ditingkatkan di kalangan PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar, kini

telah dapat memberi maslahah baik pada santri dan pesantren maupun terhadap

masyarakat dimana santri dan pesantren itu berada. Berangkat dari kesadaran

bahwa tidak semua santri akan menjadi ulama, maka pesantren PPTQ al-Imam

‘Ashim Makassar mencoba membekali santrinya dengan keterampilan dibidang

pengembangan ekonomi. Artinya santri yang dihasilkan diharapkan mempunyai

pengalaman dan keahlian praktis tertentu yang nantinya dijadikan modal untuk

mencari pendapatan hidup sekeluar dari pesantren.

Menurut Ustad Huzbullah Huda, SQ, M. Ag., ketika dikonfirmasi

mengemukakan bahwa “setidaknya ada 4 (Empat) macam kemungkinan pola

usaha ekonomi di lingkungan pesantren PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar”,

yakni56:

Pertama, usaha ekonomi yang berpusat pada Kiyai sebagai orang yang

paling bertanggungjawab dalam mengembangkan pesantren. Kedua, usaha

ekonomi pesantren untuk memperkuat biaya operasional pesantren. PPTQ al-

Imam ‘Ashim Makassar memiliki unit usaha produktif seperti toko butik dan

koperasi santri. Dari keuntungan usaha-usaha produktif ini, maka PPTQ al-Imam

55
Alhafidz KH. Syam Amir Yunus, SQ., Pimpinan Pondok Tahfidul Qur’an al-Imam
‘Ashim Makassar, “Wawancara”, di Kampus II Kompleks PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar,
Tanggal 25 Januari 2023.
56
Alhafidz ustad Hizbullah Huda, SQ., M. Ag, Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul
Qur’an al-Imam ‘Ashim Makassar, “Wawancara”, di Kampus I PPTQ al-Imam ‘Ashim Tidung
Mariolo Makassar, Tanggal 26 Januari 2023.
58

‘Ashim Makassar memberikan subsidi santrinya dan sebagian biaya operasional

pesantren dapat ditalangi oleh usaha ekonomi ini. Ketiga, usaha ekonomi untuk

santri dengan memberi keterampilan dan kemampuan bagi santri agar kelak

keterampilan itu dapat dimanfaatkan selepas keluar dari pesantren. PPTQ al-Imam

‘Ashim Makassar membuat program pendidikan sedemikian rupa yang berkaitan

dengan usaha ekonomi seperti “butik” dan “Koperasi Santri” khusus di Kampus I

Tidung Mariolo Makassar. Tujuannya semata-mata untuk membekali santri agar

mempunyai keterampilan tambahan, dengan harapan menjadi bekal dan alat untuk

mencari pendapatan hidup. Pesantren Tahfidzuk Qur’an al-Imam ‘Ashim dapat

dijadikan sampel pesantren dalam jenis ini juga, karena disini santri diajak untuk

bertani, dan berdagang yang tentunya dalam kategori nilai-nilai Syari’at Islam.

Keempat, usaha ekonomi bagi para alumni santri. Pengurus pesantren dengan

melibatkan para alumni santri menggalang sebuah usaha tertentu dengan tujuan

untuk menggagas suatu usaha produktif bagi individu alumni, keuntungan dan

selebihnya dapat digunakan untuk mengembangkan pesantren. Prioritas utama

tetap untuk pemberdayaan para alumni santri. Hal ini seperti yang dilakukan oleh

pesantren PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar, usaha alumni yang sampai sekarang

berkembang antara lain usaha air mineral yakni Air SantriTa’, dan beberapa

alumni juga telah membuat usaha perekonomian berupa Café dan Warkop.

Dalam kegiatan penelitian ini peneliti memperoleh informasi dari

pimpinan pondok bahwa:

Untuk melakukan pemberdayaan ekonomi santri di PPTQ al-Imam ‘Ashim


Makassar setidaknya memiliki 3 (Tiga) motif, Pertama, motif keagamaan,
karena kemiskinan bertentangan dengan etika sosial ekonomi Islam.
Kedua, motif sosial, karena kyai juga seorang pemimpin yang harus
59

mengatasi krisis ekonomi setempat. Ketiga, motif politik, karena


pemegang kekuasaan setempat mempunyai kepentingan-kepentingan
pribadi pada tingkat mikro dan makro.57
Pondok pesantren Tahfidzul Qur’an al-Imam ‘Ashim Makassar dalam

fungsinya melayani santri, dapat dilihat dari upayanya dalam melayani santri,

terutama kebutuhan untuk menanggapi persoalan-persoalan pakaian dan

kebutuhan hidup santri, memberantas kebodohan, menciptakan kehidupan yang

sehat dan sebagainya. Di sinilah PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar menunjukkan

betapa pentingnya kehadiran pesantren yang tidak hanya mementingkan program

tahfidz semata tetapi juga kepentingan santri terutama dari aspek ekonomi, dan

karenanya kegiatan ekonomi pesantren menjadi suatu keharusan untuk digerakkan

dalam lingkungan pesantren itu sendiri. Karena melalui pemberdayaan kegiatan

ekonomi santri inilah sehingga ekonomi santri dapat terbantu melalui subsidi

silang pembayaran (SPP) sehingga orang tua santri yang tingkat ekonominya

berada pada kelas menengah ke bawah dan anaknya ingin menjadi hafidz, tidak

terlalu berat dan menjadi penggerak bagi masyarakat luas untuk semakin cinta dan

memasukakn anak-anak mereka ke PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar.

Salah satu urgensinya sebuah pesantren terlibat dalam pemberdayaan

ekonomi adalah bahwa kegiatan pemberdayaan ekonomi santri secara signifikan

yakni terlibatnya pesantren dalam pemberdayaan masyarakat, berpulang pada

kenyataan bahwa masyarakat Makassar yang mayoritas terdiri dari komunitas

muslim pada umumnya. Pada sisi itu, pesantren yang memang berkembang dan

tersebar sampai ke wilayah pinggir perkotaan sampai pedesaan, merupakan

57
Alhafidz ustad H. Azhar Yunus, LC., M. Th.I., Pembina Tahfidz Pesantren Tahfidzul
Qur’an al-Imam ‘Ashim Makassar Kampus I Tidung Mariolo, “Wawancara”, di PPTQ al-Imam
‘Ashim Tidung Mariolo Makassar, Tanggal 21 Januari 2023.
60

representasi dari masyarakat muslim perkotaan maupun pedesaan. Fakta inilah

yang membuat pesantren PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar sampai saat ini masih

berpengaruh pada hampir seluruh aspek kehidupan dikalangan masyarakat muslim

perkotaan sampai pedesaan. Hal ini terindikasi pada banyaknya santri yang masuk

belajar di PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar semakin bertambah setiap tahunnya.

Upaya menuju ke arah pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui fungsi

ekonomi pesantren terkadang dibenturkan dengan berbagai kenyataan yang bisa

menjadi penghambat langkah tersebut. Salah satu contohnya adalah karena

biasanya pesantren selalu menjadi tempat bagi keluarga dekat kiyai, yang bisa

berupa anak, saudara, cucu dan seterusnya atau biasa disebut dzurriyyah kiyai.

Mereka kadang bertumpu secara ekonomis terhadap santri, apakah dalam bentuk

penyediaan makanan, bahan kebutuhan sehari-hari, atau yang lainnya.

Berdasarkan temuan peneliti di PPTQ al-Imam ‘Ashim Tidung Mariolo

bahwa walaupun pada mulanya system “dzurriyat kiyai”, dalam hal

pemberdayaan ekonomi pernah berlaku, namun lambat laun kini tidak lagi

terkonsentrasi, dan telah melibatkan santri bahkan telah memberikan kesempatan

masyarakat sekitar untuk membuka usaha berdasarkan kebutuhan santri, termasuk

makanan instan dan usaha air galong. Hal ini dikemukakan oleh Ustadz H. Azhar

Yunus, SQ., M. Pd. I., bahwa:

Pemberdayaan ekonomi di PPTQ al-Imam ‘Ashim kampus I Tidung


Mariolo ini, telah melibatkan pesantren dan seluruh stakheholdernya, para
pengasuh, santri, dan masyarakat sekitarnya dengan harapan keterpenuhan
kebutuhan santri melalui usaha penjualan di “butik dan koperasi santri”,
serta usaha mikro oleh masyarakat sekitar pesantren”.58
58
Alhafidz ustad H. Azhar Yunus, LC., M. Th.I., Pembina Tahfidz Pesantren Tahfidzul
Qur’an al-Imam ‘Ashim Makassar Kampus I Tidung Mariolo, “Wawancara”, di PPTQ al-Imam
‘Ashim Tidung Mariolo Makassar, Tanggal 21 Januari 2023.
61

Sementara itu, salah seorang santri bernama Fadhil Ramadhan ketika

dikonfirmasi terkait keterlibatan santri dalam pemberdayaan ekonomi pesantren,

mengemukakan bahwa “benar santri terlibat dalam usaha pertokoan yakni santri

bergilir menjaga toko baik butik maupun koperasi santri bersamaan dengan

program piket santri, sehingga santri yang piket juga bertugas menjaga butik dan

koperasi santri”.59

Santri yang terlibat dalam kegiatan penjualan baik di butik maupun

koperasi santri, yang hasil penjualan mereka inilah (keuntungannya) kelak

menjadi subsidi bagi mereka terutama kepada santri yang berprestasi subsidinya

25% yang berprestasi tingkat Kabupaten, 30% bagi santri yang berprestasi tingkat

Provinsi, dan 35% subsidinya bagi santri yang berprestasi tingkat nasional dalam

setiap event termasuk Musabaqah Tilwatil Qur’an bidang Tilawah, Tahfidz,

Qira’at, Tafsir dan sebagainya.60

Hasil wawancara santri di atas menjadi sebuah indikator bahwa

pemberdayaan ekonomi pesantren di PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar sudah

berjalan walaupun masih dalam bentuk butik (khusus kelengkapan santri seperti

(games, sarung, songkok dan al-Qur'an) dan koperasi santri menyediakan

kebutuhan selingan bagi santri, seperti perlengkapan mandi santri baik sabun,

pepsodent, mie instan, dan sebagainya.61

59
Fadhil Ramadhan, Santri PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar, “Wawancara”, di Tidung
Mariolo Kelurahan Tidung Kecamatan Rappocini Makassar, Tanggal 2 Pebruari 2023.
60
Alhafidz KH. Syam Amir Yunus, SQ., Pimpinan Pondok Tahfidul Qur’an al-Imam
‘Ashim Makassar, “Wawancara”, di Kampus II Kompleks PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar,
Tanggal 25 Januari 2023.
M. Raihan Adiputra Andar, Santri PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar, “Wawancara”, di
61

Tidung Mariolo Kelurahan Tidung Kecamatan Rappocini Makassar, Tanggal 2 Pebruari 2023.
62

Bertolak dari hasil temuan dan wawancara yang dikemukakan di atas,

dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan ekonomi santri di Pesantern Tahfidzul

Qur’an (PPTQ) al-Imam ‘Ashim Makassar secara keseluruhannya telah berjalan

dengan baik dan berkembang dengan melibatkan santri sebagai upaya membina

dan mendidik santri untuk berwirausaha setelah mereka kembali ke masyarakat.

Indikator perkembangannya dapat dilihat pada kemajuan usaha yang dimiliki

PPTQ al-Imam ‘Ashim yang awalnya berupa Butik lalu ditambah lagi dengan

Koperasi Santri (Kampus I), sedangkan Kampus II Antang telah dibangun sebuah

Kanting, Halal Mart, dan Elektronik Media. Adapun indikasi alumninya antara

lain ada alumni yang telah membuka wirausaha seperti “usaha warkop, usaha air

mineral Air Santrita’, usaha peternakan seperti ayam potong dan ayam petelur,

dan Cafe”.

C. Perspektif Islam terhadap Efektivitas Pemberdayaan Ekonomi Pesantren


di PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar
Pondok pesantren di Makassar khususnya PPTQ al-Imam ‘Ashim sebagai

salah satu lembaga keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan serta

mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam, menjaga, mengembangkan

dan membumikan al-Qur'an melalui tahsin dan tahfidz. PPTQ al-Imam ‘Ashim

Makassar sebagai lembaga pendidikan dan lembaga keagamaan, telah terbukti

bahwa pesantren dapat menjadi pusat pendidikan dan menjadi barometer

pertahanan moralitas umat sehingga mampu melakukan perubahan ke arah

transformasi nilai-nilai keislaman termasuk di dalamnya nilai-nilai ekonomi

Islam. Jadi secara umum pesantren dan khususnya PPTQ al-Imam ‘Ashim

Makassar sampai penelitian ini berlangsung ditemukan adanya indikasi


63

kemampuannya beradaptasi dengan perubahan dan tantangan social masyarakat

baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.

Indikasi yang ditemukan adalah terwujudnya pengembangan usaha

perekonomian pondok melalui badan usaha milik pesantren yang kemudian

dikelola oleh pihak pondok pesantren dengan melibatkan santri baik pada aktivitas

penjualan “Butik maupun Koperasi Pesantren” di Kampus I Tidung Mariolo

Kecamatan Rappocini Kota Makassar.

Menurut Pimpinan Pesantren KH. Syam Amir Yunus, SQ., (al-Hafidz)

bahwa:

Di Kampus I Tidung Mariolo Kecamatan Rappocini Makassar ini


sebenarnya juga mau ditingkatkan Koperasi Santri ini menjadi Halal Mart,
tetapi karena lokasinya sangat terbatas, sehingga perkembangan wirausaha
pesantren Kampus I ini tetap dalam bentuk “butik dan koperasi santri”
sedangkan “Halal Mart” dibangun di kampus II Jalan Inspeksi Kanal
Tamangapa Antang Makassar.62
Perkembangan PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar yang secara kualitatif

dapat dilihat dari berbagai aspek, diantaranya status kelembagaan, tata pamong,

penyelenggaraan program pembelajaran, Tahsin, Tahfidz, dan Qira’at serta

pembelajaran umum dan kitab klasik lainnya serta diversifikasi usaha ekonomi,

jaringan kerjasama dan lain-lain, sehingga keragama perkembangan inilah

kemudian menghasilkan berbagai ekpresi pesantren dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara.

PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar yang dalam kegiatan ekonominya

berdasarkan pengamatan dan analisis peneliti di lapangan, menggambarkan bahwa

Alhafidz KH. Syam Amir Yunus, SQ., Pimpinan Pondok Tahfidul Qur’an al-Imam
62

‘Ashim Makassar, “Wawancara”, di Kampus II Kompleks PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar,


Tanggal 25 Januari 2023.
64

telah muncul variasi sikap sekaligus bentuk dan warna kelembagaan dengan

adanya keterlibatan donator tetap dalam ikut andil bagian dalam pengembangan

ekonomi pesantren, yakni pertama; PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar praktek

ekonomi yang biasa dilakukan cenderung mengalir apa adanya. Hal ini bisa

ditemukan baik di kampus I Tidung Mariolo Kecamatan Rappocini Makassar

maupun Kampus II Antang Makassar. Kedua, PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar

termasuk tipe pesantren yang memiliki sikap kerjasama dengan pihak donator

dalam kegiatan ekonomi dengan melibatkan santrinya.

Pemberdayaan ekonomi di PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar (kampus I)

Tidung Mariolo adalah penguatan pemilihan produksi dalam bentuk penjualan

pakaian jadi seperti pakaian santri, makanan jadi seperti mie instan dan termasuk

perlengkapan mandi santri. Doktrin keagamaan PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar

sebagai lembaga pendidikan Islam yang sangat dipengaruhi oleh tuntutan ajaran

Islam, maka dalam hal aktivitas perekonomian pesantren pun doktrin keagamaan

yang dapat menjadi sumbangsih dalam penelitian yang dilakukan peneliti tentang

adanya ajaran agama terhadap perilaku ekonomi, sehingga dapat diterapkan juga

pada konsep pemberdayaan ekonomi. Sedangkan konsep tentang peran santri

dalam pemberdayaan ekonomi berdasarkan hasil analisis peneliti di lapangan

ditemukan bahwa santri setiap harinya tidak hanya disibukkan dengan berbagai

kegiatan dan aktivitas belajar, mengaji dan menghafal, tetapi juga ternyata

memiliki aktivitas ekonomi. Pada PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar, santri

dibekali dengan berbagai keterampilan terutama dibidang ekonomi koperasi,

kerajinan, penjualan dan perdagangan. Semua ini ditemukan peneliti dengan


65

melihat santri melakukan kegiatan-kegiatan tersebut selama kegiatan penelitian

berlangsung. Semuanya itu dilakukan pihak santri sebagai upaya untuk

membekali para santri dengan skill atau paling tidak menyiapkan mental dan

kterampilan para santri agar kelak setelah tamat dan selesai di PPTQ al-Imam

‘Ashim Makassar ini tidak hanya berharap untuk mengabdi sebagai pegawai

pemerintah tetapi memiliki skill untuk berwirausaha.

Ustadz Harianto Hasan, S. Pd., (alhafidz) menceritakan kepada peneliti

bahwa:

PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar ini berusaha mengembangkan diri


dengan melakukan tindakan nyata (dakwah bi al-hal) pada masyarakat di
sekitar pesantren di segala bidang termasuk di dalamnya pemberdayaan
ekonomi, sebagai salah satu ikhtiar untuk menambah kemampuan santri
dibidang wirausaha atau ekonomi. Hal ini dilakukan pondok karena
disadari bahwa tidak semua santri akan menjadi ulama, maka dicobalah
membekali santri dengan keterampilan dibidang pengembangan
ekonomi.63
Hal tersebut dibenarkan oleh Ustadz Ibrahim SQ., M. Pd., bahwa:

Kegiatan pemberdayaan ekonomi terhadap santri yang dilakukan Imam


‘Ashim ini sebagai pondok pesantren dimaksudkan agar santri yang
dihasilkan diharapkan mempunyai pengalaman dan keahlian praktis
tertentu yang nantinya dijadikan sebagai modal untuk mencari pendapatan
hidup sekeluar dari pesantren”.64
Hasil wawancara di atas mengindikasikan bahwa upaya PPTQ al-Imam

‘Ashim Makassar untuk menuju ke arah pemberdayaan ekonomi pesantren, maka

terdapat indikasi yang harus diperhatikan dalam penguatan kelembagaan di

pesantren ini adalah sebagai berikut:

Alhafidz ustad Harianto Hasan, S. Pd. I, Pembina Tahfidz PPTQ al-Imam ‘Ashim,
63

“Wawancara” di Kampus I PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar, Tanggal 25 Januari 2023.


Alhafidz ustad Ibrahim, SQ., M. Pd. I, Pembina Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-
64

Imam ‘Ashim, “Wawancara”, di PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar, Tanggal 23 Januari 2023.
66

Pertama; menganalisis kebutuhan subjek sasaran ekonomi atau yang

disebut sebagai need assessment. Analisis kebutuhan semacam ini perlu dilakukan

agar yang dipasarkan itu benar-benar menjadi sebuah kebutuhan sasaran. Oleh

karena itu, peneliti menemukan bahwa tahap awal yang dilakukan oleh pesantren

dalam pemberdayaan ekonomi santri adalah membidik kebutuhan-kebutuhan

santri bahkan kebutuhan masyarakat sekitar pesantren sehingga produk yang

ditawarkan akan segera diperoleh nilai timbale balik. Setelah itu kemudian baru

bisa bergerak ke sector lain, jika kondisi memang sudah memungkinkan.

Kedua, melakukan analisis terhadap potensi sumber daya manusia untuk

kegiatan ekonomi yakni pemberdayaan ekonomi pesantren karena adanya

dukungan SDM yang bisa dan mampu menjadi agen bagi pengembangan

kelembagaan ekonomi pesantren.

Ketiga, memetakan kebutuhan dan potensi untuk dijadikan sebagai

planning program yang memadai. Keempat, mengimplementasikan program yang

telah direncanakan sebelumnya dengan memperhatikan jaringan kerja atau

networking yang telah dimiliki oleh pesantren. Kelima, adalah melakukan

kegiatan evaluasi kijerja untuk mengetahui ada tidaknya suatu kemajuan yang

dicapai atau belum tercapainya kemajuan yang diharapkan.

Dari kelima indikator penguatan kelembagaan di pesantren PPTQ al-Imam

‘Ashim Makassar di atas, menunjukkan bahwa dalam pemberdayaan ekonomi

pesantren membutuhkan suatu instrument sebagai penjaminan atas kelancaran dan

kemudahan serta perlindungan usaha yang telah diperankan secara aktif oleh

warga pesantren.
67

Menurut al-Hafidz KH. Syam Amir Yunus, SQ., selaku pendiri dan

pimpinan pondok pesantren, bahwa “dalam kegiatan perekonomian di pondok

pesantren PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar ini, diterapkan kebijakan system

ekonomi proteksi, yakni dalam kegiatan perekonomian untuk santri hanya

dilaksanakan di dalam pondok KOPPONTREN (Koperasi Pondok Pesantren)”.65

Sistem ekonomi proteksi yang dimaksud di PPTQ al-Imam ‘Ashim

Makassar ini dimaksudkan segala usaha pesantren dalam memenuhi kebutuhan

santinya memerlukan suaka atau perlindungan dalam lingkup yang tidak terlalu

besar, sehingga pondok harus melindungi kegiatan ekonomi santri dengan

menyediakan seluruh kebutuhan para santri oleh penerima amanah pengelola unit

“butik dan koperasi santri”, seperti dalam bidang produk barang dan makanan

hingga dalam penyediaan jasa.

Ustadz Ibrahim, SQ., M Pd., menuturkan bahwa:

Dengan tersedianya seluruh kebutuhan santri, maka santri hanya


diperbolehkan untuk berbelanja di dalam kawasan lingkungan pondok.
Kebijakan dari system ini dimaksudkan untuk terjaganya kemaslahatan
santri sehingga kemungkinan dampak negatif dari masyarakat luar dapat
dihindari sejauh mungkin.66
Lebih lanjut Ustadz Harianto Hasan, S. Pd. I., mengemukakan bahwa:

Kegiatan pemberdayaan ekonomi ini menggambarkan tentang kebijakan


system perekonomian pondok yang sudah diterapkan sejak awal
perkembangan pondok, sehingga masyarakat sekelilingnya tidak merasa
terganggu dengan system yang telah diterapkan sejak awal.67

Alhafidz KH. Syam Amir Yunus, SQ., Pimpinan Pondok Tahfidul Qur’an al-Imam
65

‘Ashim Makassar, “Wawancara”, di Kampus II Kompleks PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar,


Tanggal 25 Januari 2023.
Alhafidz ustad Ibrahim, SQ., M. Pd. I, Pembina Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-
66

Imam ‘Ashim, “Wawancara”, di PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar, Tanggal 23 Januari 2023.
Alhafidz ustad Harianto Hasan, S. Pd. I, Pembina Tahfidz PPTQ al-Imam ‘Ashim,
67

“Wawancara” di Kampus I PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar, Tanggal 25 Januari 2023.


68

Hasil wawancara tersebut menggambarkan bahwa pemberdayaan ekonomi

pesantren harus dijalankan secara matang dengan mempersiapkan segala

kebutuhan dan keperluan keseharian santri. Dalam mengelola unit usaha pondok

pesantren al-Imam ‘Ashim Makassar ini tentu tidak lepas dari campur tangan para

santri beserta para ustadnya. Dalam hal ini membantu mengembangkan unit usaha

sebagai acuan dalam mengembangkan pondok pesantren al-Imam ‘Ashim

Makassar.

Dalam kaitannya dengan persfektif Islam, tentu tidak diragukan lagi

karena secara logikanya pengelola ekonomi adalah pesantren yang notabene

berlatar keagamaan (Islam), yang didalamnya terdiri atas Kiyai, Ustad dan

Ustadzah sebagai pelaksana ekonomi sekaligus pengawas dan pembina bagi santri

agar sedapat mungkin menjalankan ekonomi syar’i, sehingga penegakan nilai-

nilai ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan dapat terpatri pada setiap santri

kapan dan di manapun santri berada.

Data yang diperoleh dari hasil penelitian melalui kegiatan observasi dan

wawancara, maka peneliti dapat menganalisa bahwa efektivitas pemberdayaan

ekonomi pesantren di PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar ini mampu membantu

perekonomian PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar, dengan tetap menghidupkan

kegiatan koperasi pondok.

Pemberdayaan ekonomi PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar melalui

kegiatan penjualan perlengkapan santri berupa “BUTIK” yang dikelola oleh

Pembina Pondok yang menyediakan keperluan santri terutama pakaian seragam.

Dengan berjalannya waktu, usaha “Butik” ini kemudian dikembangkan dengan


69

mendirikan KOPPONTREN (Koperasi Pondok Pesantren) yang beranggotakan

para ustadz, badal, santri dan warga PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar, tidak

terlepas dari peraturan perkoperasian yang mengatur bahwa koperasi Indonesia

bekerjasama, bergotong-royong berdasarkan persamaan derajat, hak dan

kewajiban. Disadari oleh pemikiran para pengelola dan pendiri pondok pesantren

yang melihat akan kebutuhan para pembina, badal, serta seluruh warga pondok

termasuk santri dalam melakukan kegiatan simpan pinjam yang sesuai dengan

syar’at Islam dan tempat yang terjangkau.

Begitu cepat berjalannya waktu, sehingga pengelola KOPPONTREN

melakukan suatu kegiatan pengembangan atau pemberdayaan usahanya dengan

mendirikan unit usaha berupa “baitul mal wat Tanwil, Mini Market (Halal Mart)”,

yang pengelolaannya dipusatkan di Kampus II Jalan Inspeksi Kanal Tamangapa

Makassar, yang perkembangannya sampai penelitian ini berlangsung masih cukup

bagus dan berjalan sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Ustad Ibrahim, SQ., M.

Pd. I., mengemukakan bahwa:

Koperasi Pesantren di PPTQ al-Imam ‘Ashim ini dikelola berdasarkan


“Syirkah al-Musyarakah” yakni persekutuan atau perserikatan sebagai
suatu bentuk kerjasama yang dianjurkan syara’ karena dengan persekutuan
itulah kemudian terdapat sebuah kesatuan yang akan melahirkan suatu
kekuatan, sehingga dengan kekuatan ini dapat digunakan untuk
menegakkan sesuatu yang benar menurut Islam.68
Data wawancara di atas dapat dipahami bahwa koperasi pondok pesantren

merupakan lembaga ekonomi yang berada di lingkungan pondok pesantren dan

menjadi media untuk melakukan praktik kerja ekonomi. Pemberdayaan ekonomi

pesantren dalam perspektif Islam oleh Ustad Harianto Hasan, S. Pd. I., bahwa:

Alhafidz ustad Ibrahim, SQ., M. Pd. I, Pembina Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-
68

Imam ‘Ashim, “Wawancara”, di PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar, Tanggal 23 Januari 2023.
70

Baik Usaha Butik, KOPPONTREN, Halal Mart yang dijalankan di


Pesantren PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar ini adalah muamalah syari’ah
yang memiliki landasan al-Qur'an dan al-hadis yang bertujuan untuk
memberdayakan ekonomi seluruh warga pesantren dan masyarakat
sekitarnya. Salah satu indikasi berjalannya pemberdayaan ekonomi di
PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar ini adalah meningkatkan konsumsi
warga pondok dan masyarakat sekitarnya.69
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil wawancara yang telah dilakukan

peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa dalam perspektif Islam, efektivitas

pemberdayaan ekonomi pesantren di PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar khususnya

di Kampus I Tidung Mariolo Kelurahan Tidung Kecamatan Rappocini Kota

Makassar ini tergolong efektif dan searah dengan muamalah syari’ah (ekonomi

Islam) yang pijakannya dapat dilihat pada QS. Al-Baqarah (2)/267.

‫س ْبتُ ْم َو ِم َّمٓا اَ ْخ َر ْجنَ ا لَ ُك ْم ِّم َن‬ ِ ِ ِ ِ َّ


َ ‫ٰياَُّي َه ا الذيْ َن ٰا َم ُن ْٓوا اَنْف ُق ْوا م ْن طَيِّ ٰبت َم ا َك‬
ٓ
ِ
ُ ‫ث ِم ْنهُ ُت ْن ِف ُق ْو َن َولَ ْستُ ْم بِ ٰا ِخ ِذيْ ِه آاَّل اَ ْن ُت ْغ ِم‬
‫ض ْوا فِ ْي ِه‬ َ ‫ض ۗ َواَل َتيَ َّم ُموا الْ َخبِْي‬ ِ ‫ااْل َ ْر‬
‫ۗ َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَ َّن ال ٰلّهَ غَنِ ٌّي َح ِم ْي ٌد‬

Terjemahnya:
Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari
bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu
keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan
dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa
Allah Mahakaya, Maha Terpuji (Q.S. Al-Baqarah: 267).
Ayat di atas mengindikasikan tentang salah satu landasan pijakan

pengelolaan ekonomi atau pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh lembaga

termasuk lembaga pendidikan kepesantrenan seperti PPTQ al-Imam ‘Ashim

Makassar. Jadi dalam persepktif Islam, pemberdayaan ekonomi pesantren

Alhafidz ustad Harianto Hasan, S. Pd. I, Pembina Tahfidz PPTQ al-Imam ‘Ashim,
69

“Wawancara” di Kampus I PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar, Tanggal 25 Januari 2023.


71

merupakan suatu kegiatan yang menjadi keniscayaan untuk diberdayakan karena

masalah ekonomi di dalam Islam (al-Qur'an) tentu termasuk dalam pembahasan

perdagangan sebagai bentuk perhatian yang sangat besar, sehingga memberikan

prinsip-prinsip tentang bisnis atau “tijarah (perdagangan)” yang bertumpu pada

kerangka penanganan bisnis sebagai pelaku ekonomi dengan tanpa membedakan

kelas. Al-Qur'an mengajak manusia untuk mempercayai dan mengamalkan

tuntunan-tuntunannya dalam segala aspek di bidang ekonomi sebagaimana sering

digunakan istilah perdagangan (tijarah), jual beli (alba’iy), untung rugi (alrabih

walkhasara) dan sebagainya yang harus dilengkapi dengan system pembukuan

terutama dalam hal utang piutang. Demikian juga perintah untuk menggunakan

takaran atau standar dalam perdagangan yang kesemuanya itu menjadi dasar akan

pemberdayaan ekonomi baik yang dilakoni secara perseorangan maupun lembaga

seperti lembaga pendidikan pada PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar.

Dengan demikian, pengelolaan dan pemberdayaan ekonomi di Pondok

Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Imam ‘Ashim Makassar dapat dikatakan

pengelolaan dan pemberdayaannya sesuai dengan perspektif Islam yakni

pengelolaan berdasarkan nilai-nilai syari’at Islam (ekonomi Islam) sehingga

pemberdayaannya semakin hari semakin baik walaupun pengembangannya yang

paling signifikan terlihat pada kampus II Jalan Inspeksi Kanal Tamangapa

Kecamatan Manggala Makassar.


72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan peneliti yang diperoleh melalui wawancara

sebagaimana dikemukakan pada bab hasil penelitian, maka dapat disimpulkan

bahwa:
73

1. Pemberdayaan ekonomi santri di Pesantern Tahfidzul Qur’an (PPTQ) al-

Imam ‘Ashim Makassar secara keseluruhannya telah berjalan dengan baik

dan berkembang dengan melibatkan santri sebagai upaya membina dan

mendidik santri untuk berwirausaha setelah mereka kembali ke

masyarakat. Indikator perkembangannya dapat dilihat pada kemajuan

usaha yang dimiliki PPTQ al-Imam ‘Ashim yang awalnya berupa Butik

lalu ditambah lagi dengan Koperasi Santri (Kampus I), sedangkan Kampus

II Antang telah dibangun sebuah Kanting, Halal Mart, dan Elektronik

Media. Adapun indikasi alumninya antara lain ada alumni yang telah

membuka wirausaha seperti “usaha warkop, usaha air mineral Air

Santrita’, usaha peternakan seperti ayam potong dan ayam petelur, dan

Cafe”.

2. Pengelolaan dan pemberdayaan ekonomi di Pondok Pesantren Tahfidzul

Qur’an al-Imam ‘Ashim Makassar dapat dikatakan pengelolaan dan

pemberdayaannya sesuai dengan perspektif Islam yakni pengelolaan

berdasarkan nilai-nilai syari’at Islam (ekonomi Islam) sehingga

pemberdayaannya semakin hari semakin baik walaupun

pengembangannya yang paling signifikan terlihat pada kampus II Jalan

Inspeksi Kanal Tamangapa Kecamatan Manggala Makassar.

B. Saran-saran

Dengan selesainya kegiatan penelitian dan hasil penelitiannya telah

dipaparkan dan diuraikan pada bab sebelumnya, maka pada sub bab ini peneliti

menyarankan agar:
74

1. Hasil peneliti dalam bentuk skripsi ini dapat dimanfaatkan dan dijadikan

sebagai bahan perbandingan bagi peneliti berikutnya, khususnya penelitian

yang terkait dengan persoalan ekonomi pesantren dan pemberdayaannya.

2. Hasil penelitian ini dapat menjadi refrensi dan memberikan sumbangsinya

baik terhadap peneliti yang bergerak dibidang perekonomian Islam,

maupun terhadap agama, bangsa dan Negara.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Kaim

Afzalurrahman, 2017. Doktrin Ekonomi Islam. Jilid I, Yogyakarta: Dana Bhakti


Wakaf.

Antonio, Muh. Syafi’iy, 2001. Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek. Jakarta:
Gema Insani Press.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Cet.


XIII; Jakarta: Rineka Cipta.
75

Assal Fathi, Muhammad dan Muhammad Abdul Karim, 2009. Sistem, Prinsip,
dan Tujuan Ekonomi Islam. Cet. I; Surabaya: Pustaka Setia.

Aziz, Muh. Ali., dkk, 2005. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat: Paradigma Aksi
Metodologi. Yogyakarta: LkiS Pelangi Nusantara.

Badan Litban dan Diklat Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an.2008. Al-Qur’an


dan Pemberdayaan Kaum Dhu’afa. Jakarta: Lajnah PentashihanMushaf al-
Qur’an.

Basit, Abdul. 2009. Program Pemberdayaan Ekonomi Pada Pondok Pesantren As-
Salafiyah Desa Cicantayan Cisaat Sukabumi. “Skripsi”, Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah.

Daulay, Hotmatua dan Mulyanto, 2001. Membangun SDM dan Kapabilitas


Teknologi Umat. Bandung: Mizan.

Faozan, Achmad, 2006. “Pondok Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi”,


Jurnal Studi Islam dan Budaya, Vol 4, No. 1.

Faozan, Ahmad, 2019. “Pondok Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi”, dalam


Jurnal Ibada’.

Hafhiduddin, Didin 2018, Dakwah Aktual, Cet. I; Jakarta: Gema Insani.

Halim, Abd., dan R. Suhartini, 2005. Manajemen Pesantren. Yogyakarta; Pustaka


Pesantren.

Hanani, Nuhfil, 2005. “Peranan Kelembagaan dalam Pengembangan Agribisnis”,


Pamator, Volume 2 Nomor 1.

Husein, Ernawati. 1995. Islamic Economy: Analytical of the Functioning of the


Islamic Economic System, diterjemahkan oleh Monzer Kahf dengan judul
“Ekonomi Islam Telaah Analitik terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam”.
Yogyakarta: Media Insani Press.

Hutomo. Mardi Yatmo, 2011. Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi:


Tinjauan Teoretik dan Implementasi. Makalah Seminar Sehari
Pemberdayaan Masyarakat yang diselenggarakan Bappenas, tanggal 06
Maret 2000 di Jakarta. Di akses dari www.bappenas.go.id. Dikutip pada 10
Januari.

Irwan, Zain dan Hasse, 2008. Agama, Pendidikan Islam dan Tanggung Jawab
Sosial Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
76

Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir, 2018, Tafsir Ibnu Katsir., (terjemahan).
Surabaya: Pustaka Imam Syafi’i.

Jaelani, Dian Iskandar. 2021. Pembedayaan Ekonomi Umat dalam Perspektif


Islam (Sebuah Upaya dan Strategi), Jakarta: Gramedia Persada.

Kaaf, Abdullah Zaky, 2000. Ekonomi dalam Perspektif Islam, (Cet. II; Bandung:
Mizan.

Kaaf, Abdullah Zaky, 2002. Ekonomi dalam Pespektif Islam. Bandung: Pustaka
Setia.

Kementerian Agama RI., 2020. al-Qur'an dan Terjemahnya. Semarang: Toha


Putra.

M. Nanih dan Agus Ahmad Safei. 2001. Pengembangan Masyarakat Islam, Dari
Ideologi, Strategi Sampai Tradisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moh. Ali Aziz, Rr. Suhartini, 1995. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat:


Paradigma Aksi Metodologi. Yogyakarta: PT. Lki Pelangi Nusantara.

Nadzir, Muhammad. 2015 Membangun Pemberdayaan Ekonomi Di Pesantren.


Dalam Jurnal Edisi I; Volume VI.

Ningsih. Tirta Rahayu. 2017. Pemberdayaan Ekonomi Pesantren Melalui


Pengembangan Sumber Daya Lokal, “Skripsi”, Banten: UIN Sultan
Maulana Hasanuddin.

Prajono, QS., dan Pranarka, A. M. W., 2016. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan,


dan Implementasinya. Jakarta: CSIS.

Qardhawi, Yusuf. 1995. Daar al-Qiyamah wa al-Akhlaq fi al-Iqtisad al-Islam.


Cairo-Mesir: Maktabah Wahbah.

Rahardjo, 2011. Pergaulan Dunia Pesantren Membangun dari Bawah. Cet. II;
Jakarta: P3M.

Rahman, Aulia. 2018. Perilaku Konsumsi Masyarakat Dalam Perspektif Islam Di


Kelurahan Barombong Kota Makassar. “Skripsi”, UIN Alauddin
Makassar.

Sanrego, Yulizar 2016. Fiqih Tamkin: Fiqih Pemberdayaan: Membangun Modal


Sosial Dalam Mewujudkan Khairu Ummah. Jakarta: Qisthi Press.

Shihab, Quraish. 2000. Tafsir al-Misbah. Jilid 10. Bandung: Mizan.


77

Suhartini, 2009. Problem Kelembagaan Pengembangan Ekonomi Pesantren”,


dalam Perpustakaan Pesantren, “Manajemen Pesantren”.

Suhartini, 2009. Problem Kelembagaan Pengembangan Ekonomi Pesantren. Cet.


II; Yogyakarta: LKIS.

Suhartini, 2009. Problem Kelembagaan Pengembangan Ekonomi Pesantren.


Yogyakarta: LKIS

Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian


Strategi Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial.
Bandung: PT. Revika Aditama.

Muhammad ibn ‘Abdurrahman ibn Abi Bakar, t.th., Tafsir al-Jalalain. Semarang:
Usaha Keluarga.

Tim Pekapontren, 2004. Potensi Ekonomi Pesantren di Indonesia. Jakarta:


Kementerian Agama RI.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi
3, Cet. I; Jakarta: 2001.

Zubaedi. 2007. Wacana Pengembangan Ekonomi Algternatif. Cet. I; Yogyakarta:


Ar-Ruzz Media.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
78

Foto: Halaman Depan PPTQ Al-Imam ‘Ashim Makassar, 2023

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Foto: Tampak Depan Halal Mart PPTQ Al-Imam ‘Ashim Makassar, 2023
79

Foto: Masjid Kampus 1 PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar Tidung Mariolo


Kec. Rappocini Makassar

Foto: Bersama KH. Syam Amir Yunus, SQ (al-Hafidz) Pimpinan PPTQ al-
Imam ‘Ashim Makassar
80

Foto: Kegiatan PBM Kampus III Skarda N

Foto: wawancara dengan al-Hafidz Ust. Ibrahim, SQ., M. Pd.


81

Foto: Peneliti wawancara dengan al-Hafidz Ust. Muhammar

Foto: Peneliti saat wawancara salah seorang santri yang sedang bertugas
di Mini Mart Pesantren
82

Foto: Penelitian bersama santri pelaku ekonomi pesantren


83
84
85

INSTRUMEN PENELITIAN
Pedoman ini berisi daftar pertanyaan yang telah memuat tema-tema dan alur
pembicaraan sebagai pedoman untuk mengontrol. Pedoman ini digunakan sebagai
perlengkapan penelitian yang dilakukan peneliti terkait dengan “Efektivitas
Pemberdayaan Kegiatan Ekonomi Islam dalam Mengembangkan Pondok
Pesantren di Makassar (Studi Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Imam
‘Ashim)” dengan penelitian kualitatif. Adapun langkah-langkah yang dilakukan
peneliti dalam menyusun pedoman wawancara adalah menyusun butir-butir
pertanyaan, minimal terdiri atas komponen variabel, subvariabel (pokok masalah),
Dan membuat butir-butir pertanyaan berdasarkan indikator (rincian masalah),
sehingga dimungkinkan memperoleh informasi yang dibutuhkan.

I. Jadwal Wawancara
1) Hari/tanggal :
2) Waktu mulai dan selesai :
II. Identitas Informan
1) Nama :
2) Jenis Kelamin :
3) Usia :
4) Jabatan :
5) Pendidikan Terakhir :
III. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana perkembangan PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar ini jika dilihat


semenjak awal sampai sekarang ini ?
Jawab: mengalami perkembangan yang pesat, walaupun masih terjadi
keterbatasan sarana dan prasarana pondok.

2. Ada beberapa bidang ta’lim yang dimiliki di PPTQ al-Imam ‘Ashim


Makassar ?
86

Jawab : Ada empat (4) yakni (1) bidang Ta’lim, (2) bidang tahfidz, (3) bidang
kesantrian, dan (4) bidang keorganisasian.
3. Bagaimana pemberdayaan kegiatan ekonomi pesantren di PPTQ al-Imam
‘Ashim Makassar ?
Jawab: Pondok memberdayakan santri melalui kegiatan wirausaha seperti
bergiliran menjaga mart, koperasi santri, butik dan usaha lain yang
dikembangkan bersama di PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar.

4. Apa yang melatari sehingga PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar


mengembangkan kegiatan ekonomi ?
Jawab : Yang melatari PPTQ al-Imam ‘Ashim mengembangkan kegiatan
ekonomi pondok adalah (1) motif keagamaan, (2) motif social, dan (3) motif
politik.

5. Bagaimana perspektif Islam terhadap efektivitas pemberdayaan ekonomi


pesantren di PPTQ al-Imam ‘Ashim Makassar ?
Jawab: efektivitas pemberdayaan ekonomi pesantren di PPTQ al-Imam
‘Ashim Makassar khususnya di Kampus I Tidung Mariolo Kelurahan Tidung
Kecamatan Rappocini Kota Makassar ini tergolong efektif dan searah dengan
muamalah syari’ah
87

RIWAYAT HIDUP
PENULIS

Muflihun Ramadhan Lahir Di Makassar 24


Dessember 2000. Penulis Adalah Anak Ke 2 (Dua)
Dari 3 (Tiga) Bersaudara Dari Pasangan Suami H.M
Yahya dan Ibu Hj. Idria Kasmira.

Penulis Bertempat Tinggal Di Makassar Jl.Pannampu


Lorong 2 Stapak 2 No:10
Pernah Belajar Dan Menjadi Santri Di PPTQ Al-Imam
Ashim Selama 13 Tahun Dan Alhamdulillah Berhasil Menyelesaikan
Dan Wisuda Pada Tahun 2019.

Anda mungkin juga menyukai