Anda di halaman 1dari 107

PEMBENTUKAN KARAKTER ENTREPRENEUR

DALAM PENDIDIKAN ISLAM


( Kajian Kopseptual Hadits Tarbawi)

PROPOSAL TESIS

Oleh :
As’adi
NIM : 20222209017

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN PRENDUAN

SUMENEP

2023
PEMBENTUKAN KARAKTER ENTREPRENEUR
DALAM PENDIDIKAN ISLAM
( Kajian Kopseptual Hadits Tarbawi)

Diajukan kepada

Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan Sumenep

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Agama Islam (M. Pd.I)

Oleh :

As’adi

NIM: 20222209017

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN PRENDUAN
SUMENEP
2023

i
PERSETUJUAN

Proposal Tesis As’adi ini telah disetujui


Pada tanggal September 2023

Oleh
Pembimbing,

Dr. KH. Muhtadi Abdul Mun’im, MA.

ii
PENGESAHAN

Proposal penelitian ini telah dipertahankan di depan tim penguji sidang proposal
Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan Sumenep dan diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Magister pada
Fakultas Tarbiyah Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam (MPAI) pada
:

Hari : 2023 M
1444 H

TIM PENGUJI

1. (Penguji I) (............................)

2. (Penguji II) (............................)

3. (Penguji III) (............................)

Mengesahkan
Direktur PascasarjanaProgram Magister

Dr. KH. Musleh Wahid, M.Pd


NIDN:………………………….

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT yang telah memberikan
rahmat kepada seluruh makhluk yang ada di muka bumi. Allah SWT telah
menciptakan manusia sebagai pemimpin kehidupan yang mengatur dan menjaga
kehidupan alam ini. Atas rahmat dan karunia-Nya pula saya dapat menyelesaikan
Proposal Penelitian ini.
Sholawat beserta salam senantiasa terhaturkan kepada junjungan kita
baginda Nabi besar Muhammad SAW, yang telah bersusah payah merintis dari
zaman kegelapan menuju zaman terang benderang yaitu agama Islam. Beliau
adalah satu-satunya suri tauladan yang dapat kita contoh secara lengkap dalam
kehidupan. Semoga kita dapat mengambil tauladan darinya dalam mengarungi
hidup di dunia untuk bekal kita kelak di akhirat.
Bersamaan dengan ini, tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih
yang sangat mendalam dari lubuk hati kepada :
1. Kedua Orang tuaku yang penulis sangat sayangi, Bapak Ahmad (alm) dan
Ibunda Sayuti.
2. Saudara kandung, Abd. Rahman, dan Moh. Sulhan, yang telah membantuku
baik itu dari segi dana, semangat, motivasi maupun pikiran.
3. Istri tercinta Karimah, yang selalu memberi motivasi dalam setiap
langkahku.
4. Pimpinan dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan,
KH. Dr. Ahmad Fauzi Tidjani, MA.
5. Ketua Senat IDIA Prenduan, KH. Dr.Ghozi Mubarok, MA.
6. Rektor IDIA Prenduan, KH. Dr. Muhtadi Abdul Mun’im, MA.
7. Pembimbing, BapakDr. KH. Abdul Mun’im, MA, yang telah mendampingi
dengan sabar dan mengarahkan saya sehingga dapat menyelesaikan Proposal
Penelitian ini dengan baik.
8. Direktur Pascasarjana IDIA Prenduan Dr. Musleh Wahid,M.Pd.
9. Ketua Kaprodi Program Pascasarjana IDIA Prenduan Dr.Moh.Wardi,M.Pd

iv
10. Panutan Hidup di lembaga IDIA, KH.Dr.Gozi Mubarok, MA, beliau adalah
sosok murabbi bagi saya serta panutan di tanah Madura.

Tentunya masih banyak lagi ucapan terimakasih yang tidak bisa diucapkan
oleh penulis satu persatu, akan tetapi tidak mengurangi rasa syukur dan ucapan
terimakasih pada semua pihak yang telah membantu saya, memberikan semnagat
serta mengarahkan saya, semoga menjadi amal kebaikan yang akan dibalas oleh
Allah SWT.Akhirnya, penulis berdo’a dan berharap, semoga segala amal dan
perbuatan termasuk karya tulis ini dapat memberikan manfaat dan bernilai ibadah
di sisi Allah SWT. Terimakasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas segala
kekhilafan.

Prenduan, September 2023


Penulis,

As’adi

v
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………..I
PERSETUJUAN …………………………………………………………….....
Ii
PENGESAHAN ……………………………………………………………......
Iii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………
Iv
DAFTAR ISI …………………………………………………………………...
vi
A. Judul Proposal Penelitian ……………………………………………….
7
B. Konteks Penelitian ……………………………………………………….
7
C. Fokus Penelitian …………………………………………………………
14
D. Tujuan Penelitian ………………………………………………………..
14
E. Manfaat Penelitian ………………………………………………………
14
1. Manfaat Teoritis ……………………………………………………..
14
2. Manfaat Praktis ……………………………………………………...
15
F. Definisi Istilah ……………………………………………………………
15
1. Definisi Konseptual ………………………………………………….
15
2. Definisi Operasional …………………………………………………
16
G. Kajian Pustaka …………………………………………………………..
17
1. Pendidikan Islam …………………………………………………….
17
2. Entrepreneurship ……………………………………………………..
22
3. Hadits Tarbawi ………………………………………………………
47
H. Metode Penelitian ………………………………………………………..
49
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ……………………………………
49
2. Sumber Data …………………………………………………………
50
3. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………….
50
4. Sistematika Pembahasan ……………………………………………
52
Daftar Rujukan ………………………………………………………………..55

vi
A. Judul Penelitian
Pembentukan Karakter Entrepreneur dalam Pendidikan Islam (Kajian
Kopseptual Hadits Tarbawi).
B. Konteks Penelitian
Berbicara kegiatan Entrepreneur (wirausaha) sama halnya dengan
membicarakan arah kehidupan yang lebih sempurna. Karna dengan adanya
jiwa wirauasa semua kegiatan kewirausahaan bisa berjalan maksimal.
Namun, sebelum kita membahas lebih jauh mengenai wirausaha, kita
terlebih dahulu harus tahu apa sebenarnya wirausaha itu. Karena secara
faktual, ketika kita mendengar kata wirausaha sering kali mengartikan dan
mengkaitkan dengan kegiatan perekonomian, lebih-lebih usaha
perdagangan. Sebenarnya tidak demikian, karena hal itu pengertian secara
sempit saja.
Namun kewirausahaan juga dapat dipahami dalam pengertian luas. Ia
diartikan sebagai perilaku dan watak yang berorientasi kemajuan, positif,
dan bisa memberi dampak sosial dan ekonomi yang besar. Oleh sebab itu,
pendidikan kewirausahaan tidak terbatas pada proses penyiapan pribadi-
pribadi untuk membangun kreasi dan inovasi di dunia ekonomi bisnis. Lebih
dari itu, pendidikan kewirausahaan juga menyiapkan pondasi kreativitas
(kemampuan mencipta), inovasi (kemampuan menemukan jalan atau cara-
cara baru dalam melakukan sesuatu), kepercayaan diri, dan kepemimpinan
yang juga berguna di dalam konteks pengembangan masyarakat yang lazim
disebut sebagai ‘wirausaha sosial’ (sosial Entrepreneur).1
Mengenai konsepsi kewirausahaan, Joseph Schumpeter menempati
posisi paling depan. Ia secara khusus menawarkan konsepsi kewirausahaan
sebagai suatu kualitas keunggulan individu pelaku wirausaha
(Entrepreneur). Menurutnya, seorang wirausaha adalah “seseorang yang
berkehendak dan mampu mengubah sebuah gagasan atau temuan baru
menjadi suatu terobosan yang berhasil.” Dalam konsepsi ini, Schumpeter

1
Dr. R. Lukman Fauroni, M.Ag., dkk. “PTKI Entrepreneur, Gagasan dan Praktik”, Kurnia Kalam
Semesta 2016, 78

7
secara implisit, seorang wirausaha memiliki karakter yang kreatif,
keberanian mengambil resiko dan memiliki ketekunan untuk memastikan
ide dan temuan barunya menghasilkan suatu terobosan yang berhasil.2
Penting digaris bawahi bahwa, kewirausahaan tidak terbatas pada
ekonomi atau pelaku ekonomi. Dari sudut pandang psikologi kewirausahaan
dilihat sebagai refleksi dari kualitas karakter seseorang. Menurut Hirsch
et.al., karakter dasar wirausaha adalah mereka yang selalu didorong oleh
kekuatan kebutuhan untuk mencapai atau mendapat sesuatu, melakukan
percobaan, atau didorong oleh keinginan melepaskan diri dari otoritas orang
lain.3
Bagi sekelompok orang, seseorang dengan karakter seperti ini dapat
dipersepsi sebagai ancaman atau kompetitor yang agresif. Sebaliknya, bagi
kelompok lainnya, seseorang dengan karakter tersebut dapat dipandang
sebagai sekutu potensial, pelanggan, atau seseorang yang menciptakan
peluang kekayaan untuk orang lain yang mampu menemukan cara yang
lebih baik untuk menggunakan sumber daya atau menciptakan pekerjaan.4
Dari pengertian itu, Hirsch menawarkan suatu alternatif pengertian
kewirausahaan yang tidak terbatas pada konteks bisnis. Karakter wirausaha
sesungguhnya merupakan kualitas dasar yang ditemukan pada siapa dan
profesi apa saja termasuk dalam bidang pendidikan, kedokteran, pekerja
sosial, arsitektur, pemerintahan dan lainlain.5
Hirsch et.al., menemukan tiga unsur karakter wirausaha yang bisa
ditemukan pada pelbagai definisi mengenai kewirausahaan. Ketiga
karakteristik wirausahawan tersebut yaitu; (1) pengambil insiatif; (2)
mampu mengorganisasikan mekanisme sosial dan ekonomi untuk mengubah
sumber daya menjadi sesuatu yang baru; dan (3) penerimaan terhadap resiko
kegagalan.

2
Ibid, Dr. R. Lukman Fauroni, M.Ag., dkk., 25
3
Ibid, 29
4
Ibid,
5
Ibid,

8
Sejalan dengan tiga karakter personal wirausaha, maka
“kewirausahaan adalah suatu proses penciptaan sesuatu yang baru dan
bernilai dengan mengerahkan waktu dan usaha yang dibutuhkan, disertai
kemampuan menerima resikoresiko keuangan, psikologis dan sosial serta
menerima hadiah yang dihasilkannya baik itu bersifat financial maupun
kepuasanp ribadi dan kemandirian.”6
Selanjutnya, setelah memahami apa itu kewirausahaan, maka penulis
akan menfokuskan penelitian ini pada kegiatan wirausaha di bidang
perekonomian yang sering dikenal dengan kegiatan perdagangan. Ketika
kita berbicara kegitan wirausaha tentunya akan membicarakan karakter yang
harus dibangun dalam dirinya sehingga ia mampu mengelola kegiatan yang
dilakukan dengan baik. Diantara salah satu langkah untuk membangun jiwa
itu adalah melalui pendidikan. Tentunya melalui pendidikan kewirausahaan.
Pendidikan kewirausahaan adalah salah satu kunci penting untuk
mendorong pembangunan sosial dan ekonomi nasional. Dengan pendidikan
kewirausahaan, kita dapat membangun karakter kewirausahaan dalam diri
kita. Karakter kewirausahaan bukanlah sifat bawaan, melainkan sifat yang
dapat dipelajari, dilatih, dan diajarkan.
Dengan kata lain, seorang wirausahawan tidaklah dilahirkan
melainkan diciptakan melalui proses dan mekanisme pendidikan serta
mengikuti proses menjadi melalui pelbagai pengalaman sepanjang hidupnya.
Maka siapa pun sesungguhnya memiliki potensi dan kesempatan yang sama
untuk mempelajari sifatsifat kewirausahaan dan selanjutnya menjadi
wirausahawan jika ia belajar dan menggunakan pengalamannya untuk terus
memperbaiki diri. Oleh sebab itu, pengetahuan, nilainilai, dan keterampilan
wirausaha dapat disemaikan melalui pendidikan, tetapi perlu ditumbuhkan
dan dirawat terus melalui proses pelaksanaan dan penerapan gagasangagasan
kreatif dan inovatifnya serta selalu mengambil pelajaran dari ruparupa
pengalaman hidupnya.7

6
Ibid, Dr. R. Lukman Fauroni, M.Ag., dkk., 30
7
Ibid, 8

9
Terhubung dengan sifat kewirausahaan, Islam berfungsi sebagai
panduan hidup bagi para penganutnya melalui dua prinsip utama, yaitu al-
Qur'an dan as-Sunnah. Dalam konteks ini, Islam bukan hanya menjadi
pedoman untuk mencapai kehidupan yang sempurna di akhirat, tetapi juga
sebagai panduan untuk meraih kesempurnaan dalam kehidupan dunia. Islam
memberikan arahan agar individu dapat menjadi khalifah yang bertanggung
jawab di muka bumi ini.
Dari sinilah kita harus sedikit membuka wawasan kita agar tidak
menutup diri, karena islam hadir bukan haya untuk menciptakan kebahagian
hidup di dunia melaikan juga untuk kebahagiaan hidup di dunia, jadi dalam
urusan dunia dan akhirat harus sama-sama seimbang, sebagaimana hal ini
telah disinggung oleh Allah dalam Q.S al-qashash 77 “Dan carilah pada
apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.”
Agar bisa sama-sama berjalan dengan baik, antara keduanya, maka
islam memerintahkan kita selalu berikhtiar untuk mendapatkan anugerah
Allah yang telah dibentangkan di muka bumi ini, tentunya bisa di dapat
dengan cara kita berusaha. Dalam berusaha kita bisa memilih berbagai
macam jalan yang berbeda untuk mendapatkan hidup yang layak di dunia,
mulai dari penjadi tetani, peternak, sampai menjadi pengusaha.
Namun dari sekian banyak pekerjaan, wirausaha (Entrepreneur)
meruapakan pekerjaan yang sagat berpontensi. Disinilah pentingnya kita
harus memiliki motivasi yang tinggi agar membangkitkan jiwa wirausaha.
Wirausaha dalam bidang perdagangan menjadi pilihan terbaik bagi manusia,
selain mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara kaffah juga bisa
memberikan kontrbusi kepada masyarakat dalam penyediaan lapangan
pekerjaan.

10
Nabi Muhammad saw. adalah seorang nabi dan Rasul memiliki
kompleksitas sebagai seorang pembisnis yang patut untuk dijadikan teladan
atas segala prilakunya. Rasulullah SAW adalah seorang teladan yang agung.
Seperti ditulis Teguh Sutanto bahwa , kehidupan rasulullah SAW memiliki
kelengkapan dalam kaitannya dengan keteladanan beliau menyikapi harta
kekayaan. Penerapan bisnis Rasulullah tidak lepas dari Shiddiq artinya
adalah berkata benar dan jujur. Amanah yaitu sifat kepercayaan baik dari
dari sisi internal maupun eksternal. Amanah dan Tabligh yaitu kemampuan
menyampaikan, kemampuan berkomunikasi efektif. Sifat fathonah
merupakan memiliki kecerdasan dalam berbisnis. Nilai-nilai etos kerja
dalam pandangan Islam yang pernah diaplikasikan oleh rasululah adalah
pertama, nilai ketauhidan yang meliputi aspek uluhiyah, aspek Rububiyah,
dan aspek mulkiyah. Kedua, nilai jihad yang intrepretasinya tidak hanya
berkaitan dengan peperangan tetapi bisa meliputi bekerja untuk memenuhi
kebutuhan hidupanya dengan konsep kehalalan.
Disamping itu, Nabi Muhammad berdagang dengan menonjolkan
karakteristik yang unik yakni akhlaqul karimah. Ada banyak nilai-nilai yang
dapat dipetik dari prilaku bisnis Rasul yang memikat yaitu: kejujuran,
kepercayaan (trust), spirit, bisnis yang benar-benar bersih, beretiket, dan
berprospek cerah, rajin, mandiri, pantang menyerah, kuat yang selalu siap
mengambil keputusan pada saat-saat sulit, danmemiliki pribadi yang
egaliter.8
Rahman sebagaimana dikutip oleh Irham Sya’roni dalam Motivasi
Islami Dosis Tinggi, menegaskan bahwa Islam itu agama aksi, agama kerja,
agama gerak. Artinya agama yang menekankan aktivitas dan mencegah
pasivitas. Agama Islam adalah agama yang mendorong pemeluknya untuk
senantiasa bergerak.
Berkaitan dengan pendidikan dan entrepreunership atau mental
berwirausaha. Bahwa jiwa kewirausahaan itu membimbing dan menyokong
8
Muhammad Nur Adnan Saputra “Mengembangkan Jiwa Entrepreneurship Perspektif Al-
Qur’an” ANWARUL : Jurnal Pendidikan dan Dakwah Volume 1, Nomor 1, Desember 2021, hlm.
66.

11
meraih kesuksesan. Jiwa kewirausahaan pula yang memberi semangat ketika
tujuan tidak tercapai, dapat mengobati hati ketka terjatuh dalam kegagalan,
usaha serta kepahitan-kepahitan ketika meniti karir. Dalam dunia
pendidikan, jiwa enterpreunership menjadi penentu keberhasilan di
kemudian hari.
Seorang muslim diidealkan menjadi orang yang mengalirkan hidup,
bagi siapa yang membutuhkan dan memberikan cahaya kehidupan bagi yang
tersendat kesulitan. Seorang muslim juga menjadi sosok yang mampu
menghidupkan gairah kehidupan seseorang, yang mampu menjadikan hidup
lebih hidup, lebih bersemangat dan bermakna, lebih aktif. Potensi-potensi
sadar dan usaha yang diberikan kepada manusia akan dapat mengubah suatu
keadaan yang lebih baik. Hal tersebut menuntut setiap jiwa untuk dapat
mengembangkan potensinya berkaitan dengan potensi kerja untuk meraih
kesempurnaan hidup.
Namun, pada kenyataannya berwirausaha kadang-kadang mengalami
kerugian bahkan kegagalan. Dengan demikian, dibutuhkan motivasi untuk
membangkitkan semangat dan memperbaiki niat seorang wirausaha dalam
menjalankan aktivitas wirausahanya. Dengan motivasi yang kuat dan niat
baik yang tertanam dalam diri seorang wirausha, maka aktivitas wirausaha
yang dijalankan bukan hanya mendapatkan keuntungan, akan tetapi memilki
nilai ibadah disisi Allah Swt.
Jika ditarik ke sejarah, bangsa Indonesia sudah mengenal konsep
ekonomi kesejahteraan rakyat, sebagaimana yang dilakukan oleh
Hadratusyaikh Hasyim Asy’ari dari Jombang Jawa Timur, bahwasanya pada
tahun 1919, ketika booming informasi dan wacana tentang koperasi sebagai
bentuk kerjasama ekonomi di tengah-tengah masyarakat, maka
Hadratusyaikh Hasyim Asy’ari tampil degan gagasan briliannya, sehingga
terbentuklah sebuah badan semacam koperasi yang disebut Syirkatul Inan Li
Murabathati Ahli al-Tujjar. Di badan ini umat muslim terpancing untuk

12
meningkatkan kesejahteraan hidup dan memulai hidup baru dengan spirit
baru.9
Namun, umat Islam Indonesia sepertinya tidak begitu tertarik dengan
berwirausaha. Tidak sedikit yang lebih condong menjadi pegawai.
Akibatnya, sebagai umat mayoritas, umat Islam Indonesia jauh tertinggal
dari umat lain. Padahal, menurut McClelland jika suatu negara ingin
makmur harus memiliki 2 persen dari jumlah penduduk. Bahkan Singapura
memiliki 2,7 persen enterpreneur dari jumlah warga negaranya. survei
tersebut dilakukan pada tahun 2005.10
Berdasarkan survei, Indonesia hanya memiliki 0,18 persen
enterpreneur dari 220 juta jumlah penduduk, jika dari survei tersebut
ditelisik lebih jauh lagi, jumlah enterpreneur yang hanya 2 persen tersebut
secara umum, jumlah enterpreneur yang beragama Islam atau enterpreneur
muslim secara khusus jauh lebih sedikit, padahal seharusnya sudah saatnya
bermunculan generasi enterpreneur dari kalangan kaum muslim. Dengan
demikian, setiap individu umat Islam harus mulai berpikir dan berinteraksi
dengan individu atau kelompok untuk berwirausaha dan menjalin kerjasama
dalam bentuk kemitraan maupun persaingan. Dengan kata lain, wirausaha
penting untuk dilakukan oleh setiap individu umat Islam.11
Islam sebagai agama yang sempurna memberikan petunjuk kepada
manusia tentang bidang usaha yang halal, cara berusaha dan bagaimana
manusia harus mengatur hubungan kerja dengan sesama mereka supaya
memberikan manfaat yang baik bagi kepentingan bersama dan dapat
menciptakan kesejahteraan serta kemakmuran hidup bagi segenap manusia.
Islam tidak hanya menyuruh manusia bekerja bagi kepentingan dirinya
sendiri secara halal, tetapi juga memerintahkan manusia menjalin hubungan
kerja dengan orang lain bagi kepentingan dan keuntungan kehidupan
manusia di bumi ini. Rasulullah saw adalah seorang pedagang dan beliau

9
Fikri Maulana, “Pendidikan Kewirausahaan dalam Islam”, IQ (Ilmu Al-qur’an)”: Jurnal
Pendidikan Islam Volume 2 No. 01 2019,32
10
Ibid,
11
Ibid,

13
memuji serta mendoakan para pedagang yang jujur dalam berniaga. Dalam
hadist: “Pedagang yang jujur dan terpercaya akan dibangkitkan bersama
para Nabi, orang-orang shiddiq dan para syuhada” (HR. Tirmidzi). Hal ini
membuktikan bahwa pekerjaan wirausaha atau berdagang adalah profesi
yang mulia dalam Islam.

C. Fokus Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka Fokus penelitian ini
adalah :
1. Bagaimana konsep hadits yang relevan dengan pembentukan karakter
Entrepreneur dalam pendidikan islam ?
2. Bagaimana Hadits tersebut menggambarkan karakter Entrepreneur ?
3. Bagaimana Pula Hadits tersebut memberikan motivasi terhadap
kegitan Entrepreneur ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep hadits yang relevan dengan pembentukan
karakter Entrepreneur dalam pendidikan islam
2. Untuk mengetahui Hadits yang menggambarkan karakter
Entrepreneur
3. Untuk mengetahui Hadits yang memberikan motivasi terhadap
kegitan Entrepreneur
E. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua manfaat, yaitu; manfaat teoritis dan
manfaat secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
a) Dapat mengetahui karakter Entrepreneur dalam islam;
b) Dapat mengetahui tentang tata cara Entrepreneur yang dilarang
dan diperbolehkan secara syariat islam;
c) Dapat mengetahui berbagai motivasi Entrepreneur melalui
pendidikan islam.

14
2. Manfaat Teoritis
a) Bagi pengusaha, agar mampu mengaplikasikan karakter
Entrepreneur dalam kegiatan usahanya.
b) Bagi masyarakat umum dan penulis, agar bisa termotivasi dan
mampu melakukan kegitan interpreneur sesuai tuntunan agama,
sehingga bisa memperoleh keberkahan dari kegiatan usaha yang
dilakukan.

F. Devinisi Istilah
Untuk menghindari kesalahfahaman tentang arti istilah dalam
penelitian ini, peneliti mendefinisikan istilah sebagai berikut:
1. Definisi Konseptual
a) Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah suatu proses pembelajaran yang bertujuan
untuk mengembangkan pemahaman, keimanan, nilai-nilai, dan praktik-
praktik yang sesuai dengan ajaran Islam. Tujuan utama pendidikan Islam
adalah membentuk individu yang berakhlak baik, berpengetahuan luas
tentang Islam, serta mampu mengaplikasikan nilai-nilai moral dan etika
Islam dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Islam juga bertujuan untuk
memahamkan tentang sejarah, budaya, dan tradisi Islam, serta membentuk
pribadi yang berkontribusi positif terhadap masyarakat dan umat Islam
secara keseluruhan.
b) Karakter Enterpreneur
Karakter Entrepreneur adalah kumpulan sifat, nilai, sikap, dan kualitas
pribadi yang dimiliki oleh individu yang berperan sebagai wirausaha
atau pengusaha. Karakter ini mencerminkan kemampuan individu untuk
menghadapi tantangan, mengambil risiko, berinovasi, dan memimpin
dalam konteks bisnis. Karakter Entrepreneur juga mencakup integritas,
ketekunan, kreativitas, dan semangat untuk menciptakan nilai ekonomi
dan sosial melalui usaha mereka.
2. Definisi Operasional

15
a) Pendidikan Islam
Pendidikan Islam dalam praktiknya melibatkan sejumlah komponen
operasional yang berperan dalam mencapai tujuan konseptual di atas.
Diantara Kompoen tersebut seperti; simtem tujuan, arah, proses, dan
manajement pendidikan islam. Dalam pelaksanaannya, pendidikan Islam
tidak dari perspektif Al-Qur’an dan Al-Hadits.
b) Karakter Entrepeneur

Karakter Entrepreneur dalam praktiknya terdiri dari sejumlah komponen


operasional yang dapat diamati dan dikembangkan. Berikut adalah
beberapa komponen operasional dalam karakter Entrepreneur menurut
Suryana (2004) dalam Hasanah :12

1) Memiliki Motif Berprestasi Tinggi


2) Memiliki Perspektif ke Depan
3) Memiliki Kreativitas Tinggi
4) Memiliki Sifat Inovasi Tinggi
5) Komitmen, memiliki etos kerja & Tanggung Jawab
6) Memiliki Kemandirian atau Ketidaktergantungan terhadap Orang
Lain
7) Memiliki Keberanian Menghadapi Risiko
8) Selalu Mencari Peluang
9) Memiliki Jiwa Kepemimpinan
10) Memiliki Kemampuan Manajerial
11) Memiliki Kemampuan Personal
Dengan memiliki karakter Entrepreneur yang kuat, individu akan
lebih mampu meraih kesuksesan dalam dunia bisnis dan berkontribusi
pada pertumbuhan ekonomi serta inovasi dalam masyarakat.
G. Kajian Pustaka
1. Pendidikan Islam
12
Dr. Ir. Hasanah, M.T, ” Entrepreneurship : Membangun Jiwa Entrepreneur Anak Melalui
Pendidikan Kejuruan”, Makassar : CV. Misvel Aini Jaya, 2015, 28

16
Apabila mendengar kata pendidikan islam, tentunya dalam benak
kita akan terlintas kalau itu merupakan sistem pendidikan yang
berasaskan Al-Qur’an dan Hadits dan tentunya banyak membahas
tentang bagaimana mencapai keselamatan di akhirat kelak. Namun tidak
cukup itu, sebenanarnya kajian pendidikan islam sangat luas sekali.
Untuk lebih memahami secara mendalam mengenai pendidikan islam
maka penulis akan menjelaskan lebih detail dan terperinci.
1.1 Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan Islam bukan sekedar proses pengajaran, tapi meliputi usaha
penanaman (internalisasi) nilai-nilai Islam ke dalam diri. Pendidikan dalam
Islam menggunakan beberapa istilah yaitu tarbiyah, ta’lim, ta’dzib dan
tazkiyah.13
Pendidikan Islam diwakili oleh istilah taklim dan tarbiyah yang berasal
dari kata dasar allama dan rabba yang mengandung arti memelihara,
memebesarkan dan mendidik serta sekaligus bermakna mengajar (allama).
Sementara Naquib Alatas dalam bukunya Islam dan Secularisme yang
dikutip Jusuf Amir Feisal, menegajukan istilah lain yaitu ta’dib yang ada
hubungan dengan kata adab (susunan), artinya mendidik adalah membentuk
manusia untuk menempati tempatnya yang tepat dalam susunan masyarakat
dan perilaku secara proporsional sesuai dengan susunan ilmu dan teknologi
yang dikuasainya.14
Penegasan istilah tarbiyah dapat diartikan sebagai proses penyampaian
atau pendampingan (asistensi) terhadap anak yang diampu sehingga dapat
mengantarkan masa kanak-kanak ke arah yang lebih baik. Dalam hal ini
pendapat An-Nahlawi yang dikutip oleh Wajidi Sayadi, bahwa tarbiyah
terdiri dari empat unsur. Pertama, menjaga dan memelihara fitrah anak
hingga baligh. Kedua, mengembangkan seluruh potensi. Ketiga,

13
Wajidi Sayadi, “Hadis Tarbawi : Pesan-pesan Nabi SAW tentang Pendidikan”, Jakarta :
Pustaka Firdaus, 2011, hlm. 11.
14
Jusuf Amir Feisal, “Reorientasi Pendidikan Islam”, Jakarta : Gema Insani Press, 1995, hlm.
94.

17
mengarahkan fitrah dan seluruh potensi menuju kesempurnaan, dan
keempat, dilaksanakan secara bertahap.15
Kemudian arti taklim berarti proses transformasi ilmu. Perubahan
bentuk ‘alima menjadi ‘allama mengandung arti Pertama, menjadikan
sesuatu mempunyai tanda atau identitas untuk dikenali. Kedua, pencapaian
pengetahuan yang sebenarnya. Ketiga, menjadikan orang lain yang tidak
mengetahui menjadi tahu. Sedang kata ta’dib berarti perilaku dan sopan
santun. Seperti pendapat Syed Muhammad Naquib Al-Attas yang dikutip
oleh Wajidi Sayadi, bahwa ta’dib dalam arti pendidikan Islam untuk
menjelaskan proses penanaman adab kepada manusia. Sedangkan arti yang
terakhir tazkiyah yang berarti suci, bersih, tumbuh dan berkembang
berdasarkan berkah dari Allah. Syekh Muhammad al-Gazali dalam Wajidi
Jayadi, mengatakan bahwa kata tazkiyah maknanya dekat dan menunjukkan
tarbiyah, bahkan keduanya hampir sama dalam memperbaiki nafs (diri),
mendidik tabiat dan menguatkan manusia kepada derajat yang tertinggi.16
Sedang M Yusuf Qardhawi yang dikutip Azyumardi Azra,
memberikan pengertian bahwa pendidkan Islam adalah pendidikan manusia
seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan
ketrampilannya. Sedangkan Hasan langgulung merumuskan pendidikan
Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan,
memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan
fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnay di akherat.17
1.2 Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan yang akan dicapai oleh pendidikan pada hakikatnya adalah
suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi
manusia. Nilai-nilai ideal yang dimaksud adalah bercorak Islami. Hal ini
mengandung bahwa tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan idealitas
Islami. Idealitas Islami hakekatnya mengandung nilai perilaku manusia yang

15
Ibid, Wajidi Sayadi, hlm. 11-12.
16
Ibid, hlm. 12-13.
17
Azis, “Pendidikan Islam Dan Enterpreneurship”, AL MURABBI, Volume 3, Nomor 1, Juli
2016, hlm. 22

18
didasari atau dijiwai oleh iman dan takwa kepada Allah sebagai sumber
kekuasaan mutlak yang harus ditaati.18
Mujayyin Arifin menegaskan bahwa dimensi kehidupan yang
mengandung nilai ideal Islami adalah : (a) Dimensi yang mengandung nilai
yang meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di dunia. Artinya
mengelola dan memanfaatkan dunia untuk mnejadi bekal atau sarana
menuju kehidupan akherat; (b) Dimensi yang mengandung nilai yang
mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan akherat yang
membahagiakan; (c) Dimensi yang mengandung nilai yang dapat
memadukan antara kepentingan hidup duniawi dan ukhrawi. Keseimbangan
dan keserasian keduanya dapat menjadi daya tangkal terhadap pengaruh
negatif dari berbagai gejolak kehidupan, yang menggoda ketenangan hidup,
baik yang bersifat spiritual, sosial, kultural, ekonomis maupun ideologis
dalam hidup pribadi manusia.19
Sementara M. Athiyah Al-Abrasyi berpendapat bahwa tujuan utama
pendidikan Islam identitk dengan pembentukan akhlak atau moral yang
tinggi. Para pendidik telah berusaha menanamkan akhlak yang mulia,
meresapkan fadhilah dalam jiwa siswa, membiasakan rela berpegang pada
moral yang tinggi, menghindari yang tercela, berfikir secara rohaniah dan
insaniah (perikemanusiaan) dan mempelajari ilmu dunia dan ilmu
keagamaan.20
1.3 Arah Pendidikan Islam
Pendidikan dalam Islam melibatkan potensi kalbu dan akal secara
integral. Bahwa pendidikan Islam tidak semata-mata mengedepankan aspek
profesional fisik dan material belaka sebagaimana konsep education. 21 Arah
pendidikan Islam di arahkan pada al-Qur’an Surah Al-‘Alaq ayat 1-5, yang
pertama kali diturunkan Allah kepada Nabi adalah Iqra. Yang artinya :

18
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009, hlm. 108
19
Ibid, hlm. 109
20
M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1993,
hlm. 10-11.
21
Wajidi Sayadi, “Hadis Tarbawi : Pesan-pesan Nabi SAW tentang Pendidikan”, Jakarta :
Pustaka Firdaus, 2011, hlm. 13-14.

19
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Membaca
dengan menggunakan fasilitas akal berarti berusaha mengembangkan
intelektualitas. Dan sekalugus mengembangkan jiwa (kalbu) dalam
membaca, meneliti, memahami dan memperhatikan dengan segalan
kemampuan akal dan hatinya, sehingga akal dan jiwanya akan semakin
tunduk dan tenang.22
1.4 Proses Sistem Pendidikan Islam
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Ada beberapa kritisi dari konsep pendidikan menurut undang-undang
tersebut adalah : (a) Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana, hal ini
berarti proses pendidikan tidak dilaksanakan asal-asalan dan
untunguntungan, tapi proses yang bertujuan pada pencapaian tujuan; (b)
Proses pendidikan yang terencana diarahkan untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran; (3) Suasana belajar dan pembelajaran
diarahkan agar peserta didik mengembangkan potensi dirinya, ini berarti
proses pendidikan harus berorientasi kepada siswa (student active learning);
(4) Akhir dari proses pendidikan adalah kemampuan anak memiliki
kekautan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan,
akhlak mulia, dan ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.23

22
Ibid, hlm. 14-15
23
Azis, “Pendidikan Islam Dan Enterpreneurship”, AL MURABBI, Volume 3, Nomor 1, Juli
2016, hlm. 24

20
Hasan Langgulung memberikan solusi pendidikan di abad ke-21,
bahwa sistem pendidikan adalah pola yang menyeluruh suatu masyarakat
dalam lembaga formal, agen-agen dan organisasi yang memindahkan
pengetahuan dan warisan kebudayaan, yang mempengaruhi pertumbuhan
sosial, spiritual dan intelektual.24
1.5 Manajemen Pendidikan Islam
Banyak orang mengira bahwa yang bertanggung jawab melaksanakan
menajemen pendidikan adalah hanya kepala sekolah dan staff tata usaha.
Pendapat ini tentu saja keliru. Dalam kegiatan belajar mengajar, manajemen
berfungsi melancarkan proses tersebut, atau membantu telaksananya
kegiatan mencapai tujuan agar diperoleh secara efektif dan efisien. Dalam
lingkungan kelas, guru juga harus melaksanakan manajemen, kemudian
dilingkungan sekolah, kepala sekolah administrator, artinya manajemen
adalah pengelolaan, manajemen, Setelah memhamai manajemen dari
berbagai sudut di atas, maka diterapkan langkah-langkah yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, komunikasi dan
pengawasan. Demikian juga berlaku pada manajemen personil, manajemen
sarana, manajemen kurikulum dan sebagainya.25

2. Entrepreneurship (Kewirausahaan)
Salah satu permasalahan yang sangat urgent dan berpengaruh terhadap
semua lini kehidupan manusia adalah ekonomi. Untuk menjawab
permasalahan itu, berbagai teori dan strategi dimunculkan salah satunya
lewat Entrepreneurship (kewirausahaan). Entrepreneurship menjadi kajian
dan praktik menarik karena dianggap dapat menimalisir permasalahan-
permasalahan kehidupan yang dihasilkan dari ekonomi, sehingga menjadi
sangat sentral dalam kehidupandan pembangunan suatu bangsa.26

24
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam dalam Abad Ke-21, Jakarta : PT. Al Husna Zikra, 2001,
hlm. 4.
25
Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, “Manajemen Pendidikan”, Yogyakarta : Aditya Media
FIP UNY, 2012, hlm. 7-8
26
Dr. Kabul Wahyu Utomo, M.Si, dkk. “Islamic Entrepreneurship: Konsep Berwirausah
Ilahiyah, Jakarta Timur : Edu Pustaka, 2021, hlm. 1

21
Entrepreneurship merupakan salah satu hal diminati banyak orang,
walaupun banyak pula orang yang gagal dalam menjalankannya. Tapi
anehnya ketika mereka gagal banyak yang beranggapan kalau dirinya
memang tidak bakat dalam hal itu. Padahal tidak demikian, bisa saja karena
mereka belum banyak tahu tentang entrepreneuship, sehingga mereka asal-
asalan dalam menjalankannya. Untuk itu, penulis saat ini akan mengajak
untuk mengetahui lebih mendalam tentang apa dan bagaimana seharusnya
kegiatan Entrepreneurship itu dijalankan, karena dalam kegiatan
Entrepreneurship selain harus memahami apa pengertiannya, harus tahu
juga beberapa elemen-elemen penting lainnya dimiliki dan dikuasai oleh
seorang Entrepreneur.

2.1 Konsep Dasar Entrepreneurship (kewirausahaan)


Istilah Entrepreneurship berasal dari terjemahan kewirausahaan, yang
dapat diartikan sebagai “the backbone of economy”, yaitu syaraf pusat
perekonomian atau sebagai “tailbone of economy”, yaitu pengendali
perekonomian suatu bangsa.27
Kewirausahaan atau Entrepreneurhip menurut Suryana adalah suatu
disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku
seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang
dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya. 28 Entrepreneurhip
adalah kemampuan kreatif, inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber
daya untuk mencari peluang menuju sukses.29
27
Dr. Ir. Hasanah, M.T, ” Entrepreneurship : Membangun Jiwa Entrepreneur Anak Melalui
Pendidikan Kejuruan”, Makassar : CV. Misvel Aini Jaya, 2015, hlm. 13
28
Suryana, “Entrepreneur: Pedoman praktis, kiat dan Proses menuju sukses”. Jakarta: Salemba
Empat, 2008, hlm. 10.
29
Ibid, hlm. 8

22
Sedangkan menurut Nasution (2007: 4) bahwa Entrepreneurhip adalah
segala hal yang berkaitan dengan sikap, tindakan, dan proses yang dilakukan
oleh para Entrepreneur dalam merintis, menjalankan dan mengembangkan
usaha mereka. Entrepreneurhip adalah cara individu dan organisasi
menciptakan dan melaksanakan ide-ide dengan cara baru, responsif dan
proaktif terhadap lingkungan dan perubahan-perubahan yang terjadi.30
Lebih lanjut, Sunyoto & Wahyuningsih mengatakan bahwa
Entrepreneurhip adalah mental dan sikap, jiwa yang selalu aktif berusaha
meningkatkan hasil karyanya dalam arti meningkatkan penghasilan.31
Sedangkan, istilah Entrepreneur (wirausaha) sering tumpang-tindih
dengan istilah wiraswasta. Di dalam banyak literatur dapat dilihat bahwa
pengertian Entrepreneur sama dengan wiraswasta. Namun bila dikaji secara
semantik nampak ada sedikit perbedaan. Entrepreneur atau wirausaha
merupakan gabungan dari kata Wira (gagah, berani, perkasa) dan usaha
(bisnis) sehingga Entrepreneur dapat diartikan sebagai orang yang berani
atau perkasa dalam usaha/bisnis.32
Sedangkan menurut Buchari Alma bahwa Wiraswasta terdiri atas tiga
kata: Wira, swa, dan sta, masing-masing berarti: wira adalah manusia
unggul, teladan, berbudi luhur, berjiwa besar, berani, pahlawan/pendekar
kemajuan, dan memiliki keagungan watak; swa artinya sendiri; dan sta
artinya berdiri. Bertolak dari ungkapan etimologis di atas, maka wiraswasta
berarti keberanian, keutamaan serta keperkasaan dalam memenuhi
kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang
ada pada diri sendiri. Dengan demikian wiraswasta terkesan lebih
berorientasi kepada kepemilikan dan atau kemampuan sendiri. Sedangkan
wirausaha lebih bertujuan kepada keuntungan, bukan hanya keuntungan

30
Nasution, A.H., Arifin, B.N., & Suef, Mukh. “Entrepreneurship, membangun spirit
teknopreneurship”. Yogyakarta: Andi Offset. 2007, hlm. 4.
31
Sunyoto Danang & Ambar Wahyuningsih. “Panduan Entrepreneur: Teori, evaluasi &
Entrepreneur mandiri)”, Bogor: Jelajah Nusa, 2009, hlm. 2.
32
Nasution, A.H., Arifin, B.N., & Suef, Mukh. “Entrepreneurship, membangun spirit
teknopreneurship”. Yogyakarta: Andi Offset. 2007, hlm. 2.

23
finansial yang menjadi orientas, melainkan seluruh aspek yang mempunyai
nilai lebih; lebih positif, lebih baik, lebih banyak dan lebih bermanfaat.33
Lebih jauh Nasution mengatakan bahwa Entrepreneur adalah seorang
inovator yang menggabungkan teknologi yang berbeda dan konsepkonsep
bisnis untuk menghasilkan produk atau jasa baru yang mampu mengenali
setiap kesempatan yang menguntungkan, menyusun strategi, dan yang
berhasil menerapkan ide-idenya. Selain itu, Entrepreneur adalah mereka
yang mampu memajukan perekonomian masyarakat, berani mengambil
resiko, mengorganisasi kegiatan, mengelola modal atau sarana produksi,
mengenalkan fungsi produk baru, serta memiliki respon kreatif dan inovatif
terhadap perubahan yang terjadi. Entrepreneur merujuk pada kepribadian
yang mulia yang mampu berdiri diatas kemampuan sendiri, mampu
mengambil keputusan, serta mampu menerapkan tujuan yang dicapai atas
dasar pertimbangannya sendiri.34
Entrepreneur bukanlah sekedar pedagang, namun bermakna jauh lebih
dalam, yaitu berkenaan dengan mental manusia, rasa percaya diri, efisiensi
waktu, kreatifitas, ketabahan, keuletan, kesungguhan, dan moralitas dalam
menjalankan usaha mandiri. Tujuan akhirnya adalah untuk mempersiapkan
setiap individu maupun masyarakat agar dapat hidup layak sebagai manusia.
Kehadirannya ditujukan untuk mengembangkan dirinya, masyarakat, alam,
serta kehidupan dengan semua aktivitasnya.35
Oleh karena itu, jiwa dan perilaku Entrepreneur tidak hanya dijumpai
dalam konteks bisnis, tetapi juga dalam semua organisasi dan profesi, baik
yang bersifat waralaba maupun nirlaba seperti pendidikan, kesehatan,
penelitian, hukum, arsitektur, teknik, pekerjaan sosial, dan distribusi.36
Dari beberapa pandangan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
Entrepreneurhip (kewirausahaan) adalah kemampuan dalam berfikir kreatif

33
Alma, Buchori. “Entrepreneur”. Bandung: Alfabeta, 2000, hlm. 17
34
Nasution, A.H., Arifin, B.N., & Suef, Mukh. “Entrepreneurship, membangun spirit
teknopreneurship”. Yogyakarta: Andi Offset. 2007, hlm. 4.
35
Dr. Ir. Hasanah, M.T, ” Entrepreneurship : Membangun Jiwa Entrepreneur Anak Melalui
Pendidikan Kejuruan”, Makassar : CV. Misvel Aini Jaya, 2015, hlm. 17
36
Ibid

24
dan berperilaku inovatif yang dijadikan sebagai dasar, sumber daya, tenaga
penggerak, tujuan, siasat, kiat, dan proses dalam menghadapi tantangan
hidup.37
2.2 Karakteristik Entrepreneurship (kewirausahaan)
Entrepreneur meliputi semua aspek pekerjaan, baik karyawan swasta
maupun pemerintah. Entrepreneur adalah mereka yang melakukan usaha-
usaha kreatif dengan jalan mengembangkan ide dan meramu sumber daya
untuk menemukan peluang dan perbaikan hidup. Jadi jelaslah bahwa
Entrepreneur pada dasarnya merupakan jiwa dari seseorang yang
diekspresikan melalui sikap dan perilaku yang kreatif dan inovatif untuk
melakukan sesuatu kegiatan. Adapun orang yang memiliki jiwa tersebut
tentu saja dapat melakukan kegiatan Entrepreneur atau menjadi pelaku
Entrepreneur atau lebih dikenal dengan sebutan Entrepreneur.38 Disamping
kreatif dan inovatif, sebenarnya seorang Entrepreneur mempunyai sifatsifat,
karakteristik atau ciri-ciri tertentu.
Para ahli mengemukakan konsep Entrepreneur dengan konsep yang
berbeda-beda. Karakteristik Entrepreneur menurut Sunyoto dikenal dengan
istilah 10D, sebagai berikut:39
a) Dream, seorang Entrepreneur mempunyai visi masa depan pribadi dan
bisnisnya serta mampu untuk mewujudkan impiannya;
b) Decisivenes, seorang Entrepreneur adalah orang yang tidak bekerja
lambat. Mereka membuat keputusan secara cepat penuh perhitungan.
Kecepatan dan ketepatan mengambil keputusan adalah faktor kunci
dalam kesuksesan bisnisnya;
c) Doer, seorang Entrepreneur dalam membuat keputusan akan langsung
menindaklanjutinya. Mereka melaksanakan kegiatannya secepat
mungkin dan tidak menunda-nunda waktu;

37
Ibid, hlm. 18.
38
Suherman, Eman. “Desain pembelajaran kewirausahaan”. Bandung : ALFABETA, 2008, 9
39
Sunyoto Danang & Ambar Wahyuningsih. “Panduan Entrepreneur: Teori, evaluasi &
Entrepreneur mandiri”, Bogor: Jelajah Nusa, 2009, 6

25
d) Determination, seorang Entrepreneur melaksanakan kegiatannya
dengan penuh perhatian dengan penuh tanggung jawab;
e) Dedication, dedikasi terhadap bisnisnya sangat tinggi, kadang-kadang
mengorbankan kepentingan keluarga;
f) Devotion, tidak mengenal lelah dan fokus terhadap usahanya;
g) Details, sangat memperhatikan faktor-faktor kritis secara rinci dan
teliti;
h) Destiny, bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yang hendak
dicapai, tidak tergantung pada orang lain;
i) Dollars, tidak mengutamakan mencapai kekayaan. Motivasinya bukan
semata-mata karena uang. Uang dianggap sebagai ukuran atau hasil
dari kesuksesan bisnisnya;
j) Distribute, bersedia mendistribusikan kepemilikan bisnisnya kepada
orang-orang kepercayaannya yang mempunyai tujuan yang sama.
Soeryanto mengemukakan ciri dan sifat Entrepreneur ditunjukkan
pada Tabel 2.1. Selanjutnya, Arthur Kuriloff dan John M. Mempil
mengemukakan karakteristik Entrepreneur dalam bentuk nilai-nilai dan
perilaku Entrepreneur seperti pada Tabel 2.2.40
Tabel 2.1 Ciri dan Sifat Entrepreneur
NO CIRI SIFAT
1 Percaya diri dan Memiliki kepercayaan diri yang kuat,
optimis ketidak tergantungan pada orang lain,
dan individualistik

2 Berorientasi pada Kebutuhan untuk berprestasi ,


tugas dan hasil berorientasi laba, mempunyai dorongan
kuat, energik, tekun dan tabah, tekad
kerja keras, serta inisiatif

3 Berani mengambil resiko Mampu mengambil resiko yang wajar

40
Dr. Ir. Hasanah, M.T, ” Entrepreneurship : Membangun Jiwa Entrepreneur Anak Melalui
Pendidikan Kejuruan”, Makassar : CV. Misvel Aini Jaya, 2015, 24

26
dan menyukai tantangan

4 Kepemimpinan Berjiwa kepemimipinan, mudah


beradaptasi dengan orang lain, dan
terbuka pada saran dan kritik

5 Keorisinilannya Inovatif, kreatif dan fleksibel

6 Berorientasi masa Memiliki visi dan perspektif terhadap


depan masa depan

7 Jujur dan tekun Mengutamakan kejujuran dalam bekerja


dan tekun dalam menyelesaikan
pekerjaan

Ciri-ciri Entrepreneur yang dikemukakan oleh para ahli tersebut


menunjukkan bahwa intisari karakteristik seorang Entrepreneur ialah
“kreativitas”. Jadi, seorang Entrepreneur pastilah merupakan orang yang
kreatif. Jika tidak kreatif, berarti dia bukan seorang Entrepreneur. Dalam hal
profesi apapun, ada ciri-ciri tertentu yang khas dan yang dapat membedakan
antara satu profesi dengan profesi lainnya. Sebagai satu profesi,
Entrepreneur tentunya mempunyai karakteristik tersendiri.

Tabel 2.2 Nilai-nilai dan Perilaku Entrepreneur


NO NILAI-NILAI PERILAKU
1 Komitmen Menyelesaikan tugas hingga selesai

2 Resiko moderat Tidak melakukan spekulasi melainkan


berdasarkan perhitungan yang matang

3 Melihat peluang Memanfaatkan peluang yang ada sebaik

27
mungkin

4 Objektivitas Melakukan pengamatan secara nyata


untuk memperoleh kejelasan

5 Umpan balik Menganalisis data kinerja waktu untuk


memandu kegiatan

6 Optimisme Menunjukkan kepercayaan diri yang


besar walaupun berada dalam situasi
berat

7 Uang Melihat uang sebagai suatu sumber


daya, buka tujuan akhir

8 Manajemen pro Mengelola berdasarkan perencanaan


aktif masa depan

Dengan karakteristik yang dimiliki oleh profesional, biasanya dapat


bisa langsung diketahui apakah seorang profesional di bidang tertentu atau
bukan. Suherman mengintisari bahwa karakteristik Entrepreneur di
antaranya meliputi: 1) mandiri dan jujur (ManJur), 2) mempunyai
profesionalisme bisnis, 3) Disiplin, inisiatif kreatif dan inovatif (DIKI), 4)
berorientasi pada prestasi dan masa depan, 5) ulet, optimis dan bertanggung
jawab, 6) enerjik dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial, 7)
terampil dalam pengorganisasian, 8) mempunyai perencanaan yang realistik
dan obyektif, 9) berani mengambil resiko melalui integrasi pribadi yang
antisipatif, 10) senang dan mampu menghadapi tantangan, 11) memiliki
teknik produksi.41 Dari ke sebelas karakteristik yang disampaikan tersebut,
maka Suherman merinci ada lima karakteristik inti yang biasa disingkat
DAKIP, yaitu: (1) Disiplin; (2) Aktif; (3) Kreatif; (4) Inovatif; dan (5)
Produktif.42
41
Suherman, Eman. “Desain pembelajaran kewirausahaan”. Bandung : ALFABETA, 2008, 177
42
Ibid, 181

28
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan, bahwa seorang
Entrepreneur dapat dibentuk, bukan lahir begitu saja. Entrepreneur dapat
diajarkan kepada siapapun, tidak hanya bagi calon pebisnis. Apapun
profesinya, apabila ia bekerja didasari oleh karakteristik Entrepreneur
sebagai cerminan sikap dan perilakunya, maka dia adalah seorang
Entrepreneur. Ciputra mengatakan bahwa seorang Entrepreneur pasti
menjadi seorang pengusaha tetapi tidak semua pengusaha adalah
Entrepreneur. Seorang dapat menjadi pengusaha bisnis karena warisan,
pemberian, atau fasilitas khusus. Tidak demikian dengan seorang
Entrepreneur, ia memulai dari “nol”. Dengan bermodal impian masa depan
yang indah, daya inovasi, dan keberanian mengambil resiko yang telah
diperhitungkan ia berhasil melahirkan dan membesarkan sebuah usaha
bisnis.43
Dalam bahasa sederhana Ciputra, seorang “Entrepreneur berhasil
mengubah kotoran dan ronsokan menjadi emas”. Kualitas manusia seperti
itu pasti bukan terjadi dalam satu malam. Seorang Entrepreneur sejati lahir
melalui proses pembelajaran yang panjang dalam kehidupannya, yang
sepatutnya sudah dialami ketika berada dibangku sekolah.
Berdasarkan pengalaman hidup Ciputra bahwa untuk membentuk
seorang etrepreneur yang mampu mengubah kotoran dan rongsokan menjadi
emas terdapat 3L yang menentukan, yaitu lahir, lingkungan dan latihan.44
Pertama, karena lahirnya. Seseorang yang datang dari keluarga
Entrepreneur memiliki keuntungan besar karena akan menginternalisasi
nilai-nilai kewirausahaan sejak dini secara kaya. Ia mengalami atmosfer
kewirausahaan dalam jangka waktu panjang. Tidak heran bila ia tidak
merasa asing dengan dunia Entrepreneur dan karena itu lebih mudah
menjadi Entrepreneur.
Faktor kedua, lingkungan. Mungkin seseorang tidak lahir dari keluarga
Entrepreneur namun berada dalam lingkungan sosial atau pertemanan yang
43
Ciputra. “Kewirausahaan mengubah Masa depan bangsa dan masa depan Anda”, Jakarta: PT
Alex Media Kompetindo, 2008, 61-61
44
Ibid, 53

29
sangat kondusif terhadap kewirausahaan. Nilai-nilai dan kebiasaan para
Entrepreneur tentunya akan masuk dan terserap melalui pergaulan sehari-
hari. Para professional yang bekerja di perusahaan-perusahaan selama
bertahun-tahun bekerja, jiwa dan kecakapan Entrepreneurship akan tertanam
karena lingkungan seperti itulah yang mereka jumpai setiap hari.
Ketiga, latihan atau pendidikan. Ini adalah upaya sengaja yang
terstruktur untuk membangun mindset atau cara pandang Entrepreneur dan
kecakapan untuk melakukan tindakan-tindakan yang Entrepreneurial. Bila
seseorang yang dalam hidupnya melewati 3-L tersebut, ia akan siap lahir
jadi Entrepreneur yang sukses. Sebaliknya, bila mereka sama sekali tidak
memiliki 3-L itu, maka bagaimana mereka bisa menjadi Entrepreneur yang
sukses. Kalaupun itu bisa, tanpaknya hanya sebuah kebetulan dan tidak bisa
menggantungkan masa depan dengan berharap pada serangkaian kebetulan-
kebetulan.
Menjadi seorang pencipta kerja tidaklah terlalu sulit. Setidaknya ada
dua alasan. Pertama, pola pikir, kebiasaan, dan kecakapan Entrepreneurhip
harus sudah tertanam sejak dini (masa muda). Kedua, harus terlatih
melakukan penciptaan bisnis (business creation). Penciptaan bisnis atau
pengambilan keputusan tentang bisnis apa yang akan dilakukan adalah salah
satu bagian tersulit dalam berwirausaha. 45 Dengan terciptanya pola pikir,
kebiasaan dan kecakapan Entrepreneurhip serta terlatih melakukan
penciptaan bisnis melalui pembelajaran kewirausahaan, maka insya Allah
akan terbentuk jiwa Entrepreneur generasi muda yang mandiri, dapat
menciptakan lapangan kerja baik buat dirinya sendiri maupun untuk orang
lain, sehingga kehidupan di masa depan akan lebih baik.
Menurut Suryana karakteristik Entrepreneur dapat di kelompokkan
menjadi 11 kelompok dan dijelaskan sebagai berikut:46
a) Motif Berprestasi Tinggi

45
Ciputra. “Kewirausahaan mengubah Masa depan bangsa dan masa depan Anda”, Jakarta: PT
Alex Media Kompetindo, 2008, 54-55
46
Dr. Ir. Hasanah, M.T, ” Entrepreneurship : Membangun Jiwa Entrepreneur Anak Melalui
Pendidikan Kejuruan”, Makassar : CV. Misvel Aini Jaya, 2015, 28

30
Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat
berEntrepreneur karena adanya motif tertentu, yaitu motif berprestasi
(achievement motive). Menurut Gede Anggan Suhanda (dalam Suryana,
2003:32) Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada
hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi.
Faktor dasarnya adalah kebutuhan yang harus dipenuhi. Seperti yang
dikemukakan oleh Maslow (1934) tentang teori motivasi yang dipengaruhi
oleh tingkatan kebutuhan kebutuhan sesuai dengan tingkatan pemuasannya,
yaitu kebutuhan fisik (physiological needs), kebutuhan akan keamanan
(security needs), kebutuhan harga diri (esteem needs), dan kebutuhan akan
aktualisasi diri (self-actualiazation needs). Menurut Teori Herzberg, ada dua
faktor motivasi, yaitu:
Keberhasilan
Pengajuan
Faktor Pendorong Kreativitas
Tanggung Jawab

Lingkungan Kerja
Insentif Kerja
Faktor Pemelihara Hubungan Kerja
Keselamatan Kerja

Kebutuhan berprestasi seorang Entrepreneur terlihat dalam bentuk


tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien
dibandingkan sebelumnya. Entrepreneur yang memiliki motif berprestasi
pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut.47
1) Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalanpersoalan yang timbul
pada dirinya.
2) Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat
keberhasilan dan kegagalan.
47
Suryana, “Entrepreneur: Pedoman praktis, kiat dan Proses menuju sukses”. Jakarta: Salemba
Empat, 2008, 33-34.

31
3) Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.
4) Berani menghadapi resiko dengan penuh perhitungan.
5) Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang

Jika tugas yang diembannya sangat ringan, maka Entrepreneur merasa


kurang tantangan, tetapi selalu menghindari tantangan yang paling sulit yang
memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat rendah.
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang
dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam
melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu
itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi
ekstrinsik).
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak
menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam
konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Kajian tentang
motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan
pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan
upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.
Uraian di atas menunjukkan bahwa setidak-tidaknya ada dua indikator
dalam motivasi berprestasi (tinggi), yaitu kemampuan dan usaha. Namun,
bila dibandingkan dengan atribusi intrinsik dari Wainer, ada tiga indikator
motivasi berprestasi tinggi yaitu: kemampuan, usaha, dan suasana hati
(kesehatan). Berdasarkan uraian di atas, hakikat motivasi berprestasi dalam
buku ini adalah rangsanganrangsangan atau daya dorong yang ada dalam diri
yang mendasari kita untuk belajar dan berupaya mencapai prestasi belajar
yang diharapkan.
b) Memiliki Perspektif ke Depan
Seorang Entrepreneur hendaknya seorang yang mampu menatap masa
dengan dengan lebih optimis. Melihat ke depan dengan berfikir dan
berusaha. Usaha memanfaatkan peluang dengan penuh perhitungan. Orang
yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki persepktif dan

32
pandangan kemasa depan. Karena memiliki pandangan jauh ke masa depan
maka ia akan selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya.48
Kuncinya pada kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
serta berbeda dengan yang sudah ada. Walaupun dengan risiko yang
mungkin dapat terjadi, seorang yang perspektif harus tetap tabah dalam
mencari peluang tantangan demi pembaharuan masa depan. Pandangan yang
jauh ke depan membuat Entrepreneur tidak cepat puas dengan karsa dan
karya yang sudah ada. Karena itu ia harus mempersiapkannya dengan
mencari suatu peluang.
c) Memiliki Kreativitas Tinggi
Entrepreneur yang unggul selalu menghadapi perubahan dengan cepat,
berhubungan dengan imajinasi, berfikir kreatif secara sistemik dan
kemampuan berproses secara logis. Kombinasi tersebut merupakan kunci
sukses Entrepreneur. Merupakan keharusan bagi Entrepreneur untuk
berfikir kreatif dan inovatif. Menurut Kuratko & Hodgetts kreatif
merupakan ide umum yang menghasilkan efisiensi atau efektivitas dalam
sebuah sistem.49
Kreativitas menurut Santrock adalah kemampuan berfikir tentang
sesuatu dengan cara baru dan tak biasa dan menghasilkan solusi yang unik
atas sesuatu problem. Apakah kecerdasan dan kreativitas saling terkait.
Tidak selamanya murid yang cerdas itu juga kreatif. Sebagian besar murid
kreatif sangat cerdas (berdasarkan tes IQ konvensional), tetapi adakalanya
beberapa murid sangat cerdas ternyata sangat tidak kreatif. Salah satu tujuan
penting pembelajaran adalah membantu murid menjadi lebih kreatif.
Menurut Rickards, Strenberg & Lubart strategi yang bisa mengilhami
kreativitas murid antara lain: 1) brainstorming, 2) memberi murid
lingkungan yang memicu kreativitas, 3) tidak terlalu mengatur murid, 4)

48
Suryana, “Entrepreneur: Pedoman praktis, kiat dan Proses menuju sukses”. Jakarta: Salemba
Empat, 2008, 23.
49
Dr. Ir. Hasanah, M.T, ” Entrepreneurship : Membangun Jiwa Entrepreneur Anak Melalui
Pendidikan Kejuruan”, Makassar : CV. Misvel Aini Jaya, 2015, 32

33
mendorong motivasi internal, 5) mendorong pemikiran yang fleksibel dan
menarik, dan 6) memperkenalkan murid dengan orang-orang kreatif.50
d) Memiliki Perilaku Inovatif Tinggi
Inovasi (innovation) menurut Suryana adalah kemampuan menerapkan
kreativitas dalam rangka memecahkan masalah dan menemukan peluang
(doing new thing).51 Menurut Zimmerer bahwa inovasi (innovation) adalah
kemampuan untuk menerapkan solusi kreatif terhadap masalah dan peluang
untuk meningkatkan atau untuk memperkaya kehidupan orang-orang. Proses
inovasi Entrepreneur dihasilkan dari keyakinan, pemahaman tujuan yang
jelas untuk menghasilkan kesempatan. Proses dapat dilihat dari kehidupan
nyata. Drucker 1998 mengungkapkan proses inovasi didahului dengan pergi,
melihat keluar, bertanya dan mendengar apa yang terjadi dan akan terjadi di
lingkungan usaha. Menurut Koratko & Hodgetts ada empat macam tipe
inovasi yang membangkitkan pertumbuhan Entrepreneur dalam memulai
kegiatan usaha, menghasilkan barang ataupun jasa yaitu: (1) invention.
Menciptakan produk baru, jasa atau proses. Konsep tersebut memiliki
kecenderungan revolusioner, (2) extention. Ekspansi atau perluasan produk,
jasa atau proses yang berhubungan dengan eksistensi. Konsep tersebut
membuat aplikasi yang berbeda dengan ide awal, (3) duplication. Proses
melakukan replikasi terhadap produk, jasa atau proses yang sudah ada.
Duplikasi dilakukan terhadap produk dengan melakukan penambahan nilai
dan manfaat produk, seperti kemasan, assesoris, penambahan bentuk
produk, vasilitas. Duplikasi tidak hanya sekedar melakukan peniruan tetapi
Entrepreneur harus menciptakan daya saing yang lebih baik, (4) synthesis.
Proses sintetis merupakan proses melakukan kombinasi produk, jasa atau
proses yang sudah ada dengan memasukkan formulasi baru sehingga
memiliki kemampuan daya saing yang lebih tinggi, contohnya, pembayaran
pulsa melalui ATM.52
50
Ibid,
51
Suryana, “Entrepreneur: Pedoman praktis, kiat dan Proses menuju sukses”. Jakarta: Salemba
Empat, 2008, 2.
52
Dr. Ir. Hasanah, M.T, ” Entrepreneurship : Membangun Jiwa Entrepreneur Anak Melalui
Pendidikan Kejuruan”, Makassar : CV. Misvel Aini Jaya, 2015, 33

34
Potensi Entrepreneur dapat digali atau membutuhkan penggalian
inovasi secara nyata. Entrepreneur dapat belajar, mengkombinasikan dengan
kesempatan yang ada pada lingkungan. Menurut Kristanto bahwa beberapa
langkah prinsip memotivasi keinovasian guna mempercepat proses
Entrepreneur adalah: 1) orientasi pada tindakan, 2) membuat produk, proses
atau jasa secara sederhana, 3) membuat produk, proses atau jasa berdasarkan
keinginan konsumen, 4) memulai dari hal-hal yang kecil, 5) memiliki tujuan
yang jelas, cita-cita tinggi, 6) mencoba, menguji, dan memperbaiki, 7)
belajar dari kegagalan, 8) memiliki skedul kerja yang teratur, 9) menghargai
aktivitas dan melakukan kegiatan dengan semangat tinggi, 10) bekerja,
bekerja, dan bekerja.53
Inovasi dan kreativitas berhubungan sangat erat, namun sesungguhnya
berbeda makna. Kreativitas berarti berfikir sungguh-sungguh mendapatkan
ide-ide baru untuk menghasilkan keuntungan. Sedangkan inovasi adalah
proses mengubah ide-ide tersebut menjadi kenyataan yang menguntungkan.
Kreativitas tanpa inovasi adalah buang waktu, tetapi tidak mungkin
berinovasi tanpa melalui kreativitas. Harus diakui bahwa hingga saat ini
sistem sekolah belum sepenuhnya dapat mengembangkan dan menghasilkan
para lulusannya untuk menjadi individuindividu yang kreatif. Para peserta
didik lebih cenderung disiapkan untuk menjadi seorang tenaga juru yang
mengerjakan hal-hal teknis dari pada menjadi seorang yang visioner. Apa
yang dibelajarkan di sekolah seringkali kurang memberikan manfaat bagi
kehidupan peserta didik dan kurang selaras dengan perkembangan
lingkungan yang terus berubah dengan pesat dan sulit diramalkan. Begitu
pula, proses pembelajaran yang dilakukan tampaknya masih lebih
menekankan pada pembelajaran “what is” yang menuntut peserta didik
untuk menghafalkan fakta-fakta, dari pada pembelajaran “what can be”,

53
Kristanto Heru. ”Kewirausahaan, entrepreneurship : Pendekatan manajemen dan praktik”,
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009, 9

35
yang dapat mengantarkan peserta didik untuk menjadi dirinya sendiri secara
utuh dan orisinal.54
Oleh karena itu, betapa pentingnya pengembangan kreativitas di
sekolah agar proses pendidikan di sekolah benar-benar dapat memiliki
relevansi yang tinggi dan menghasilkan para lulusannya yang memiliki
kreativitas tinggi. Sekolah seyogyanya dapat menyediakan kurikulum yang
memungkinkan para peserta didik dapat berfikir kritis dan kreatif, serta
memiliki keterampilan pemecahan masalah, sehingga pada gilirannya
mereka dapat merespons secara positif setiap kesempatan dan tantangan
yang ada serta mampu engelola resiko untuk kepentingan kehidupan pada
masa sekarang maupun mendatang.55
Dari beberapa pendapat ahli yang telah dijelaskan tersebut, bahwa
untuk membentuk jiwa Entrepreneur dibutuhkan pemikiran kreatif dan
inovatif. Entrepreneur dengan spirit of kewirausahaan berarti akan selalu
berorientasi pada penciptaan hal baru (different value added) dengan
mengimplementasikan kreativitas, inovasi, dan kekuatan. Prijosaksono
mengatakan, jika kita mengimplementasikan kreativitas dan inovasi pada
bisnis, maka akan terjadi antara lain: (1) akselerasi atau percepatan
pertumbuhan bisnis, (2) transformasi bisnis dari kecil menjadi besar, (3)
pengembangan dan multiplikasi bisnis, (4) kontrol terhadap perubahan
perilaku konsumen dan pesaing, (5) kontrol terhadap setiap perubahan yang
terjadi pada lingkungan bisnis.56
Beberapa orang kalah bertindak karena terlalu lama berpikir atau
terlalu banyak teori. Sebaliknya Entrepreneur yang sukses umumnya
tanggap, berpikir praktis, dan cepat mengambil keputusan untuk bertindak.
Keterlambatan bertindak dapat berarti kerugian yang tidak ternilai, hal ini
berlaku bagi semua orang yang ingin maju. Waktu, momentum, dan
kesempatan benar-benar sangat penting dan menentukan perjalanan
54
Dr. Ir. Hasanah, M.T, ” Entrepreneurship : Membangun Jiwa Entrepreneur Anak Melalui
Pendidikan Kejuruan”, Makassar : CV. Misvel Aini Jaya, 2015, 34
55
Ibid, 35
56
Dr. Ir. Hasanah, M.T, ” Entrepreneurship : Membangun Jiwa Entrepreneur Anak Melalui
Pendidikan Kejuruan”, Makassar : CV. Misvel Aini Jaya, 2015, 35

36
seseorang. Kegagalan sering dialami oleh seseorang atau perusahaan karena
ketika usul diajukan momennya telah berubah akibat keterlambatan. Oleh
karena itu, kecakapan sangat diperlukan dalam keadaan yang mendesak.57
Ciri utama Entrepreneur menurut Peter Drucker yang dimuat dalam
bukunya innovation dan kewirausahaan, adalah mereka yang selalu mencari
perubahan, berusaha mengikuti dan menyesuaikan pada perubahan itu, serta
memanfaatkannya sebagai peluang serta mampumemilih dan mengambil
keputusan alternatif yang paling tinggi memberikan produktivitas. Terdapat
9 ciri pokok keberhasilan, dan bukan merupakan ciri-ciri pribadi. Ciri-ciri
tersebut, yang umum dijumpai pada Entrepreneur yang berhasil di seluruh
dunia adalah sebagai berikut:58
1) Dorongan berprestasi yang tinggi. Semua Entrepreneur yang berhasil
memiliki keinginan besar untuk mencapai suatu prestasi.
2) Bekerja keras, tidak pernah tinggal diam. Sebagian besar
Entrepreneurwan “mabuk kerja” demi mencapai sasaran yang ingin
dicita-citakan.
3) Memperhatikan kualitas produknya, baik berupa barang maupun jasa.
Entrepreneur menangani dan mengawasi sendiri bisninya sampai
mandiri sebelum ia mulai dengan usaha baru lagi.
4) Bertanggung jawab penuh. Entrepreneur sangat bertanggung jawab
atas usaha mereka, baik secara moral, legal, maupun mental.
5) Berorientasi pada imbalan wajar. Entrepreneur mau berprestasi, kerja
keras, dan bertanggung jawab, dan mereka mengharapkan imbalan
sepadan dengan usahanya. Imbalan itu tidak hanya berupa uang, tetapi
juga pengakuan dan penghormatan.
6) Optimis, berkewajiban akan berhasil. Entrepreneur hidup dengan
pedoman bahwa semua waktu baik untuk bisnis maupun untuk
pribadinya harus berhasil secara se-imbang.

57
Ibid, 36
58
Ibid,

37
7) Berorientasi pada hasil kerja yang baik (excellence oriented).
Seringkali Entrepreneur ingin mencapai sukses yang menonjol, dan
menuntut segala yang kelas pertama (first class). Mereka selalu tidak
puas atas karya yang dihasilkan.
8) Mampu mengorganisasikan. Kebanyakan Entrepreneur mampu
memadukan bagian-bagian dari usahanya dalam upaya mencapai hasil
maksimal bagi usahanya. Mereka umumnya diakui sebagai
“komandan” yang berhasil.
9) Berorientasi pada uang. Uang yang dikejar oleh para Entrepreneur
tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan
pengembangan usaha saja, tetapi juga dilihat sebagai ukuran prestasi
kerja dan keberhasilan.

Semangat jiwa Entrepreneur pada setiap individu perlu kita


kembangkan dan perlu kita pupuk terus. Dengan semangat jiwa
Entrepreneur kemajuan dan kebahagiaan akan diperoleh. Penderitaan dan
kesengsaraan akan diakhiri. Masa depan bangsa dan Negara ditentukan oleh
masa sekarang. Seorang Entrepreneur yang kreatif dan inovasi akan mampu
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi bisnis pada zaman sekarang.
Entrepreneur meningkatkan inovasi yang lahir dari hasil penelitian serius
dan terarah karena adanya kesempatan peluang-peluang bisnis. Inovasi-
inovasi yang berhasil adalah yang sederhana dan terfokuskan. Inovasi
produk dan pelayanan harus terarah secara spesifik, jelas, dan memiliki
desain yang dapat diterapkan dengan kebaradaan inovasi itu sendiri.59

Yang dijadikan dasar untuk meningkatkan kemampuan inovasi di


bidang produk dan pelayanan adalah sebagai berikut:60
1) Mulailah belajar berinovasi dari pengalaman;
2) Menghargai karyawan yang memiliki gagasan inovasi;
59
Dr. Ir. Hasanah, M.T, ” Entrepreneurship : Membangun Jiwa Entrepreneur Anak Melalui
Pendidikan Kejuruan”, Makassar : CV. Misvel Aini Jaya, 2015, 38
60
Ibid,

38
3) Berorientasi kepada tindakan untuk berinovasi;
4) Menentukan tujuan dalam berinovasi;
5) Buatlah produk dengan penuh inovasi dengan proses secara sederhana;
6) Mulailah membuat produk dengan inovasi yang terkecil;
7) Menjalankan uji coba dan merevisinya;
8) Mengikuti jadwal yang sudah ditentukan di dalam berinovasi;
9) Bekerja dengan semangat, mempunyai keyakinan dan dengan penuh
inovasi dan resiko;

Kemampuan inovasi seorang Entrepreneur merupakan proses


mengubah peluang suatu gagasan dan ide-ide yang dapat dijual. Oleh karena
itu, jika seorang Entrepreneur ingin sukses di dalam usahanya, ia harus
membuat produk-produknya dengan inovasi-inovasi baru karena inovasi
faktor penting dalam proses produk dan pelayanan. Dalam dunia bisnis pada
zaman sekarang produk-produk dan pelayanannya tanpa adanya inovasi
tidak akan berkembang, bahkan tidak akan sukses dalam berwirausaha.61
Dalam era globalisasi persoalan-persoalan yang muncul dari dunia
bisnis dan perdagangan harus diantisipasi dengan inovasi-inovasi terhadap
produk. Seorang Entrepreneur merupakan inovator yang merasakan gerakan
perekonomian pada zaman sekarang. Untuk itu seorang Entrepreneur pada
dasarnya dituntut untuk memilki mitos dalam meningkatkan kemampuan
inovasi diantaranya :62
1) Teknologi merupakan kekuatan pendorong terhadap inovasi dan
kesuksesan. Teknologi memang merupakan salah satu sumber inovasi,
akan tetapi bukanlah satu-satunya. Kenyataannya desakan pasar dan
konsumen merupakan keberhasilan untuk berinovasi.
2) Proyek yang besar akan lebih mengembangkan masalah inovasi dari
pada proyek kecil. Akan tetapi, dalam kenyataanya, mitos ini sudah
tidak terpakai lagi. Pada zaman era globalisasi sekarang ini, semakin

61
Ibid
62
Ibid, 39

39
banyak perusahaan kecil cenderung membuat tim-tim kecil yang
mempermudah para pegawainya untuk menelorkan gagasan-gagasan,
ide-ide, dan sebagainya.
3) Spesifikasi teknis sebaiknya dipersiapkan secara lengkap. Akan tetapi
kenyataannya sering menggunakan pendekatan dengan uji coba dan
revisinya.
4) Inovasi harus direncanakan terlebih dahulu dan dapat diperkirakan.
Tetapi kenyataannya tidak dapat diprediksi dan dapat dilakukan oleh
setiap orang dalam melakukan inovasi.
5) Ada kreativitas yang tergantung pada mimpi-mimpi dan
gagasangagasan yang mengawang-ngawang. Akan tetapi,
kenyataannya seorang inovator adalah orang yang sangat praktis
mengambil peluang peluang yang tercecer dari realitas dan bukan
impian.

Pada zaman sekarang perubahan lingkungan bisnis semakin cepat dan


penuh persaingan. Begitu juga selera masyarakat, masalah permintaan,
masalah pemasaran, adalah sesuatu yang harus diantisipasi oleh para
Entrepreneur agar survive dan sukses. Adanya perubahan dan inovasi-
inovasi baru, menjadi karakteristik penting di dalam system bisnis modern.
Sukses berwirausaha hanya dicapai oleh yang yakin apa yang dikerjakannya,
serta tidak membiarkan hal-hal lain untuk meraihnya.63
e) Komitmen, memiliki etos kerja & Tanggung Jawab
Keinginan semua orang untuk terus maju dan berprestasi tidak dapat
dihindari. Seorang Entrepreneur harus berbuat dan bekerja prestatif.
Prestatif artinya seorang Entrepreneur selalu berambisi ingin maju
(ambition drive). Di sini seorang Entrepreneur memiliki komitmen tinggi
terhadap pekerjaannya atau tugasnya dan setiap saat pikirannya tidak lepas
dari bisnisnya. Seorang Entrepreneur yang ingin berhasil di dalam usahanya
janganlah loyo, pasrah diri, tidak mau berjuang, tetapi harus bersemangat

63
Ibid, 40

40
tinggi, berjuang dan berambisi ingin maju dengan komitmen tinggi terhadap
pekerjaannya. Dengan berbuat dan bekerja prestatif terhadap bisnisnya,
Entrepreneur tersebut akan berhasil di dalam kegiatan usahanya. Berbuat
dan bekerja secara prestatif merupakan modal dasar untuk keberhasilan
seorang Entrepreneur. Seorang Entrepreneur yang berhasil selalu
menempuh saat-saat di mana ia harus bekerja keras, membanting tulang
dalam merintis bisnisnya. Seorang Entrepreneur yang mempunyai semangat
tinggi, mau berjuang untuk kemajuan bisnisnya. Seorang Entrepreneur yang
mempunyai semangat tinggi, mau berjuang untuk maju berbisnis. Ia yang
berbuat dan bekerja secara prestatif dan selalu gigih dalam menghadapi
pekerjaan serta tantangan yang dihadapinya biasanya selalu berhasil di
dalam usahanya. Apapun jenis pekerjaan yang dilakukan, profesi apapun
yang dijalankan, seorang Entrepreneur harus mampu melihat ke depan dan
berjuang untuk mencapai keberhasilan dalam bisnisnya. Entrepreneur yang
bekerja secara prestatif, kegemeranannya atau kegilagilaannya pada
pekerjaan usahanya.64

\Menurut Zimmerer, karakteristik Entrepreneur yang berhasil karena


bekerja secara prestatif adalah sebagai berikut :65
1) Memiliki komitmen tinggi terhadap tugasnya atau pekerjaannya. Boleh
dikata setiap saat pikirannya tidak lepas dari perusahaannya.
2) Mau bertanggungjawab. Apa saja tindakan yang dilakukan selalu
diikuti dengan rasa penuh tanggung jawab.
3) Keinginan bertanggungjawab, erat hubungannya dengan
mempertahankan internal locus of control yaitu minat Entrepreneur
dalam dirinya.
4) Peluang untuk mencapai obsesi. Seorang Entrepreneur harus
mempunyai obsesi untuk mencapai prestasi tinggi dan bisa
diciptakannya.

64
Ibid, 41
65
Ibid,

41
5) Toleransi untuk mencapai resiko kebimbangan dan ketidakpastian
6) Yakin pada dirinya
7) Kreatif dan fleksibel
8) Ingin memperoleh balikan dengan segera. Dia mempunyai keinginan
yang kuat untuk menggunakan pengetahuan dan pengalaman guna
memperbaiki penampilannya.
9) Enerjik seorang Entrepreneur lebih baik dibandingkan rata-rata orang
lain.
10) Motivasi untuk lebih unggul. Seorang Entrepreneur mempunyai
motivasi untuk bekerja lebih tinggi dan lebih unggul dari apa yang
sudah dikerjakan.
11) Berorientasi ke masa depan.
12) Mau belajar dari kegagalan. Seorang Entrepreneur tidak takut gagal,
dia memusatkan perhatiannya pada kesuksesannya di masa depan dan
menggunakan kegagalannya ini sebagai guru yang berharga.
13) Kemampuan memimpin. Seorang Entrepreneur harus mampu menjadi
pemimpin yang baik dalam memimpin sumber daya non manusia dan
harus dikelola sebaik-baiknya.
Seorang Entrepreneur harus memiliki jiwa komitmen dalam usahanya
dan tekad yang bulat didalam mencurahkan semua perhatianya pada usaha
yang akan digelutinya, didalam menjalankan usaha tersebut seorang
Entrepreneur yang sukses terus memiliki tekad yang mengebu-gebu dan
menyala-nyala (semangat tinggi) dalam mengembangkan usahanya, ia tidak
setengah-setengah dalam berusaha, berani menanggung resiko, bekerja
keras, dan tidak takut menghadapi peluang-peluang yang ada dipasar. Tanpa
usaha yang sungguh-sunguh terhadap pekerjaan yang digelutinya maka
Entrepreneur sehebat apapun pasti menemui jalan kegagalan dalam
usahanya. Oleh karena itu penting sekali bagi seorang Entrepreneur untuk
komit terhadap usaha dan pekerjaannya.66
f) Mandiri

66
Ibid, 42

42
Sesuai dengan inti dari jiwa Entrepreneur yaitu kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different)
melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang
dalam menghadapi tantangan hidup, maka seorang Entrepreneur harus
mempunyai kemampuan kreatif didalam mengembangkangkan ide dan
pikiranya terutama didalam menciptakan peluang usaha didalam dirinya, dia
dapat mandiri menjalankan usaha yang digelutinya tanpa harus bergantung
pada orang lain, seorang Entrepreneur harus dituntut untuk selalu
menciptakan hal yang baru dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber
yang ada disekitarnya, mengembangkan teknologi baru, menemukan
pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan
jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah
ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada
konsumen.67

g) Berani Menghadapi Risiko


Entrepreneur dalam mengambil tindakan hendaknya tidak didasari
oleh spekulasi, melainkan perhitungan yang matang. Ia berani mengambil
risiko terhadap pekerjaannya karena sudah diperhitungkan. Oleh sebab itu,
Entrepreneur selalu berani mengambil risiko yang moderat, artinya risiko
yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Menurut Suryana
keberanian menghadapi risiko yang didukung komitmen yang kuat,
mendorong Entrepreneur untuk terus berjuang mencari peluang sampai
memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan objektif, dan
merupakan umpan balik (feedback) bagi kelancaran kegiatannya.68
Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan salah
satu nilai utama dalam Entrepreneur. Entrepreneur yang tidak mau

67
Ibid, 43
68
Ibid, 44

43
mengambil risiko akan sukar memulai atau berinisiatif. Entrepreneur adalah
orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk lebih
mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang
menantang. Oleh sebab itu, Entrepreneur kurang menyukai risiko yang
terlalu rendah atau terlalu tinggi. Keberanian untuk menanggung risiko yang
menjadi nilai Entrepreneur adalah pengambilan risiko yang penuh dengan
perhitungan dan realistis. Kepuasan yang besar diperoleh apabila berhasil
dalam melaksanakan tugastugasnya secara realistis. Entrepreneur
menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada tantangan, dan
menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil. Pengambilan risiko
berkaitan dengan kepercayaan diri sendiri. Artinya, semakin besar keyakinan
seseorang pada kemampuan sendiri, maka semakin besar keyakinan orang
tersebut akan kesanggupan mempengaruhi hasil dan keputusan, dan semakin
besar pula kesediaan seseorang untuk mencoba apa yang menut orang lain
sebagai risiko.69

h) Selalu Mencari Peluang


Esensi Entrepreneur yaitu tanggapan yang positif terhadap peluang
untuk memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang
lebih baik pada pelanggan dan masyarakat, cara yang etis dan produktif
untuk mencapai tujuan, serta sikap mental untuk merealisasikan tanggapan
yang positif tersebut. Pengertian itu juga menampung Entrepreneur yang
pengusaha, yang mengejar keuntungan secara etis serta Entrepreneur yang
bukan pengusaha, termasuk yang mengelola organisasi nirlaba yang
bertujuan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi masyarakat.
Entrepreneur itu adalah seseorang yang merasakan adanya peluang,
mengejar peluang-peluang yang sesuai dengan situasi dirinya, dan percaya
bahwa kesuksesan merupakan suatu hal yang dapat dicapai.70

69
Ibid, 44
70
Ibid, 45

44
i) Memiliki Jiwa Kepemimpinan
Seorang Entrepreneur yang berhasil selalu memiliki sifat
kepemimpinan, kepeloporan dan keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda,
lebih dahulu, lebih menonjol. Dengan menggunakan kemampuan kreativitas
dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang dihasilkanya
lebih cepat, lebih dahulu dan segera berada dipasar. Ia selalu menampilkan
produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga ia menjadi pelopor yang
baik dalam proses produksi maupun pemasaran. Ia selalu memamfaatkan
perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai. Karena itu, perbedaan bagi
sesorang yang memiliki jiwa Entrepreneur merupakan sumber pembaharuan
untuk menciptakan nilai. Selalu ingin bergaul untuk mencari peluang,
terbuka untuk menerima kritik dan saran yang kemudian dijadikan peluang.
Leadership Ability adalah kemampuan dalam kepemimpinan.
Entrepreneur yang berhasil memiliki kemampuan untuk menggunakan
pengaruh tanpa kekuatan (power), seorang pemimpin harus memiliki taktik
mediator dan negosiator daripada diktaktor. Semangat, perilaku dan
kemampuan Entrepreneur tentunya bervariasi satu sama lain dan atas dasar
itu Entrepreneur dikelompokkan menjadi tiga tingkatan yaitu: Entrepreneur
andal, Entrepreneur tangguh, Entrepreneur unggul. Entrepreneur yang
perilaku dan kemampuannya lebih menonjol dalam memobilisasi sumber
daya dan dana, serta mentransformasikannya menjadi output dan
memasarkannya secara efisien lazim disebut Administrative Entrepreneur.
Sebaliknya, Entrepreneur yang perilaku dan kemampuannya menonjol
dalam kreativitas, inovasi serta mengantisipasi dan menghadapi resiko lazim
disebut Innovative Entrepreneur.71
j) Memiliki Kemampuan Manajerial
Salah satu jiwa Entrepreneur yang harus dimiliki seorang wirausaha
adalah kemampuan untuk memanagerial usaha yang sedang digelutinya,
seorang Entrepreneur harus memiliki kemampuan perencanaan usaha,
mengorganisasikan usaha, visualisasikan usaha, mengelola usaha dan

71
Ibid, 46

45
sumber daya manusia, mengontrol usaha, maupun kemampuan
mengintergrasikan operasi perusahaanya yang kesemuanya itu adalah
merupakan kemampuan managerial yang wajib dimiliki dari seorang
Entrepreneur tanpa itu semua maka bukan keberhasilan yang diperoleh
tetapi kegagalan uasaha yang diperoleh. Untuk menuju terwujudnya
wawasan Entrepreneur, maka salah satu kuncinya adalah menciptakan
“perusahaan” (lembaga) yang dinamis dan fleksibel, manajer bervisi ke
depan, serta lingkungan kerja yang kondusif.72
k) Memiliki Keterampilan Personal
Menurut Suryana bahwa seorang Entrepreneur andal memiliki ciri-ciri
dan cara-cara sebagai berikut:73
1) Percaya diri dan mandiri yang tinggi untuk mencari penghasilan dan
keuntungan melalui usaha yang dilaksanakannya.
2) Mau dan mampu mencari dan menangkap peluang yang
menguntungkan dan memanfaatkan peluang tersebut.
3) Mau dan mampu bekerja keras dan tekun untuk menghasilkan barang
dan jasa yang lebih tepat dan efisien.
4) Mau dan mampu berkomunikasi, tawar menawar dan musyawarah
dengan berbagai pihak, terutama kepada pembeli.
5) Menghadapi hidup dan menangani usaha dengan terencana, jujur,
hemat, dan disiplin.
6) Mencintai kegiatan usahanya dan perusahaannya secara lugas dan
tangguh tetapi cukup luwes dalam melindunginnya.
7) Mau dan mampu meningkatkan kapasitas diri sendiri dan kapasitas
perusahaan dengan memanfaatkan dan memotivasi orang lain
(leadership/ managerialship) serta melakukan perluasan dan
pengembangan usaha dengan resiko yang moderat.
8) Berusaha mengenal dan mengendalikan lingkungan serta menggalang
kerjasama yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak yang

72
Ibid,
73
Ibid, 47

46
berkepentingan dgn perusahaan.

3. Hadits Tarbawi
Menurut Al-Maliki dalam Nurdin & Shodik pengertian hadis dikaji
secara bahasa merupakan sesuatu yang baru, atau juga bisa diartikan sebagai
sebuah berita. Dan sebagian ulama memaknainya sama dengan istilah
sunnah atau rekam jejak Nabi. Menurut Al-Thahan tiga aspek yang
disematkan kepada makna hadis yaitu perkataan, perbuatan dan ketetapan
atau sifat Nabi. Sedangkan menurut istilah hadis adalah segala apa yang
diperbuat, diucapkan, dan ditetapkan oleh Nabi Muhammad, pengertian ini
merupakan perspektif ulama ahli hadis, sedangkan menurut ahli ushul fiqih,
hadis merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an yang berasal dari
perkataan, perbuataan atau ketetapan Nabi Muhammad. Lalu ulama fiqih
memaknai sebagai sumber hukum selain fardhu.74
Istilah tarbawi dalam Imroatun & Ilzamudin dapat dimaknai sebagai
bidang pendidikan. Jika kata tarbiyah yang merupakan masdar dari kata
rabba-yarubbu yang memiliki makna pendidikan, pengasuhan maupun
pemeliharaan. Kedua istilah ini merupakan istilah yang selalu digunakan
dalam konteks pembelajaran. Namun kedua istilah ini saja yang dipakai,
masih ada istilah lain yang sering dimaknai juga sebagai pendidikan seperti
tazkiyah, ta’lim, maupun ta’dib. Oleh karena itu maksud dari istilah tarbawi
adalah bidang pendidikan yang mencakup ketiga ranah tersebut yaitu
tazkiyah atau penyucian jiwa/pemeliharaan jiwa, ta’lim atau pembelajaran
dan pengajaran, sedangkan ta’dib atau pendidikan yang cakupannya lebih
komprehensif karena meliputi ta’lim maupun tarbiyah.75 Istilah lainnya
dalam Mas’udah yaitu tadris yang bermakna tilawah atau membaca, istilah
ini juga sering digunakan dalam konteks pembelajaran atau tarbiyah. Di
dalam Al-Qur’an banyak ditemukan istilah tadris ini dengan beragam bentuk

74
Arbain Nurdin, M.Pd.I & M. Uzaer Damairi, M.Th.I. “Hadis Tarbawi:Nilai-nilai Pendidikan
dalam Hadis Nabi”, CV. Lintas Nalar : Yogyakarya, 2021,1
75
Ibid, 2

47
katanya seperti pada Q.S. Al-A’raf ayat 169, Q.S. Ali Imran ayat 79, Q.S.
Saba’ ayat 44, Q.S. Al-An’am ayat 105 dan 156.76
Menurut pandangan Abudin Nata dalam Qomariyah bahwa istilah
yang memiliki pemaknaan sama dengan istilah tarbiyah juga ditemukan di
dalam Al-Qur’an maupun Sunnah Nabi. Beberapa istilah tersebut seperti
almuwaidzah, tadabbur, tafakkur, ta’aqqul, tafaqquh, tabyin, irsyad, tahzib
dan lain sebagainya. Istilah-istilah ini tentu memiliki keberagaman makna
secara teks namun tetap sama secara esensinya yaitu pendidikan.77
Berdasarkan pemaknaan kedua istilah di atas yaitu hadis dan tarbawi,
maka dapat disimpulkan bahwa hadis tarbawi ialah segala perkataan,
perbuatan dan ketetapan Nabi yang memiliki nilai pendidikan atau dengan
kata lain hadis-hadis Nabi yang relevan pada aspek pendidikan dalam hal ini
merujuk kepada keempat term yang digunakan yaitu tazkiyah, tilawah,
ta’lim dan ta’dib.78

4. Hadits Tentang Keutamaan Berwirausaha


Berwirausaha adalah langkah berani mengarahkan energi kreatif dan
semangat inovatif ke dalam dunia bisnis. Aktivitas ini bukan hanya sekadar
mencari keuntungan materi, melainkan sebuah perjalanan menuju
pemenuhan potensi pribadi dan kontribusi positif pada masyarakat.
Mengingat akan pentingnya berwirausaha Nabi Muhammad SAW
sangat menganjurkan ummatnya untuk bisa ikut serta berperan dalam dunia
usaha. Beliau bukan hanya menganjurkan secara kata-kata, namun beliau
justru mencontohkan dengan terlibat dalam berbagai kegiatan perdagangan
dan bisnis. Beliau pernah berdagang ke Syiria bersama pamannya, Abu
Thalib. Selain itu, beliau juga pernah menjadi wakil Khadijah, seorang
saudagar kaya raya, untuk berdagang ke Syam. Beliau berhasil menjalankan
76
Ibid
77
Ibid,
78
Ibid,

48
bisnisnya dengan sukses, bahkan sebelum beliau diangkat menjadi Nabi. 79
Meskipun istilah "wirausaha" mungkin tidak sesuai dengan konteks zaman
tersebut, namun prinsip-prinsip bisnis yang beliau terapkan dapat dilihat
sebagai manifestasi wirausaha.
Daintara salah satu anjuran Nabi Muhammad tentang pentingnya
berwirausaha adalah sebagaimana hadits Nabi dari
‫َح َّد َثَنا ِإْبَر اِهيُم ْبُن ُم وَس ى َأْخ َبَر َن ا ِع يَس ى ْبُن ُي وُنَس َع ْن َث ْو ٍر َع ْن َخ اِل ِد ْبِن َم ْع َداَن َع ْن اْلِم ْق َداِم‬
‫َرِض َي ُهَّللا َع ْنُه َع ْن َر ُسوِل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل َم ا َأَك َل َأَح ٌد َطَع اًم ا َق ُّط َخْي ًرا ِم ْن َأْن َيْأُك َل ِم ْن‬
‫َع َمِل َيِدِه َو ِإَّن َنِبَّي ِهَّللا َداُوَد َع َلْيِه الَّساَل م َك اَن َيْأُك ُل ِم ْن َع َمِل َيِدِه‬
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Musa, telah
mengabarkan kepada kami 'Isa bin Yunus dari Tsaur dari Khalid bin Ma'dan
dari Al Miqdam radhiallahu'anhu dari Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Tidak
ada seorang yang memakan satu makananpun yang lebih baik dari makanan
hasil usaha tangannya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah Daud
'alaihissalam memakan makanan dari hasil usahanya sendiri". (Bukhari
1930/2072 pada fathul bari).
Dalam konteks hadits ini, pesan utamanya adalah menghargai hasil
usaha dan pekerjaan tangan. Memakan makanan dari usaha sendiri dianggap
sebagai tindakan yang sangat baik, dan contoh dari Nabi Daud 'alaihissalam
memberikan ilustrasi konsep ini. Keseluruhan hadits menekankan nilai kerja
keras, kemandirian, dan keberkahan dalam usaha. Jadi, kita sebagai umat
Islam dianjurkan untuk bekerja keras dan mendapatkan rezeki dengan usaha
yang halal.

5. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang ada relevansinya dengan penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
Nama, Tahun, dan
No Persamaan Perbedaan
Judul

79
Al-Bidayah wa Al-Nihayah oleh Ibnu Katsir, halaman 11

49
1. Penelitian oleh Siti
Nurjanah (2018)
dengan judul
"Pembentukan
Karakter Wirausaha
Melalui Pendidikan
Islam". Penelitian ini
mengkaji
pembentukan
karakter wirausaha
melalui pendidikan
Islam dengan
menggunakan
pendekatan
kualitatif. Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa
pendidikan Islam
dapat membentuk
karakter wirausaha
melalui beberapa
aspek, yaitu aspek
keimanan, aspek
akhlak, aspek
ibadah, dan aspek
muamalah.
2. Penelitian oleh Anisa
Nurul Fajrina (2019)
dengan judul
"Pembentukan
Karakter Wirausaha

50
Melalui Hadits
Tarbawi". Penelitian
ini mengkaji
pembentukan
karakter wirausaha
melalui hadits
tarbawi dengan
menggunakan
pendekatan
kualitatif. Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa
hadits tarbawi dapat
membentuk karakter
wirausaha melalui
beberapa aspek,
yaitu aspek kerja
keras, aspek
kreativitas, aspek
inovasi, dan aspek
kepemimpinan.
3. Penelitian oleh Nurul
Hayati (2020)
dengan judul
"Pembentukan
Karakter Wirausaha
Melalui Model
Pendidikan Islam".
Penelitian ini
mengkaji
pembentukan

51
karakter wirausaha
melalui model
pendidikan Islam
dengan
menggunakan
pendekatan
kualitatif. Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa
model pendidikan
Islam dapat
membentuk karakter
wirausaha melalui
beberapa aspek,
yaitu aspek
religiusitas, aspek
akhlak, aspek
keterampilan, dan
aspek
kewirausahaan.

H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dengan
pendekatan kualitatif (qualitative research) menurut Sukmadinata
merupakan suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan,

52
persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Beberapa
deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang
mengarah pada penyimpulan. Penelitian dengan pendekatan kualitatif
bersifat induktif, dimana peneliti membiarkan permasalahan-permasalahan
muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Data dihimpun
dengan pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi dalam konteks yang
mendetil disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam, serta
hasil analisis dokumen dan catatan-catatan. Penelitian dengan pendekatan
kualitatif mempunyai dua tujuan utama. Pertama, menggambarkan dan
mengungkap (to describe and to explore), dan kedua menggambarkan dan
menjelaskan (to describe and explain).80
Kemudian, metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode
deskriptif. Menurut Sukmadinata, penelitian dengan metode deskriptif baik
dengan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif, ditujukan untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena apa adanya.81
Dalam penelitian tesis ini, penulis menggunakan jenis penelitian
kepustakaan (library research), yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan
dengan metode pengumpulan data pustaka.82 Menurut Abdul Rahman,
penelitian kepustakaan (library research) ialah penelitian yangmengunakan
cara untuk mendapatkan data informasi dengan menempatkan fasilitas yang
ada di perpus, seperti buku, majalah, dokumen, catatan kisah-kisah sejarah.83

2. Sumber Data
Dalam penelitian kepustakaan (library research) ini, sumber data yang
merupakan bahan tertulis terdiri atas sumber data primer dan sumber data
sekunder sebagai berikut :
a) Sumber Data Primer

80
Sukmadinata, N.S. “Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosadakarya”, 2011,60
81
Ibid, 72
82
Mahmud. “Metode Penelitian Pendidikan”. Bandung: Pustaka Setia, 2011,31
83
Mahmud, (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. 2011

53
Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari subyek
penelitian sebagai sumber informasi yang dicari. Data ini disebut juga
dengan data tangan pertama.84 Atau data yang langsung yang berkaitan
dengan obyek riset. Sumber data utama dalam penelitan ini adalah hadits
tengtang Entrepreneursip.
b) Sumber Data Sekunder
Data Sekunder menurut Sugiyono data sekunder merupakan sumber
data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,
misalnya melalui orang lain atau lewat dokumen. Sumber data sekunder
merupakan sumber data pelengkap yang berfungsi melengkapi data yang
diperlukan data primer.85 Dalam studi ini data sekundernya adalah buku-
buku yang mendukung penulis untuk melengkapi isi serta interpretasi dari
Al-Quran maupun buku dari sumber data primer . Selain dari itu peneliti
juga mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
entrepreneuship, seperti buku, jurnal, dan literatur-literatur yang relevan
dengan penilitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data


Dalam teknik pengumpulan data Sugiyono menjelaskan bahwa “teknik
pengumpulan dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan
berbagai cara”. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian studi
kepustakaan.86 Oleh karena itu peneliti melakukan proses pengumpulan data
berupa dokumen atau buku-buku, peneliti mengumpulkan beberapa hadist
dan ayat dalam alqur’an, beberapa buku penunjang dari berbagai tempat,
yaitu perpustakaan, toko-toko buku dan e-book, serta beberapa jurnal yang
relevan.
Sedangkan setting tempat teknik pengumpulan data yang digunakan
peneliti dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, yaitu dengan cara

84
Azwar, Saifuddin. “Metode Penelitian”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, 95
85
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D” Bandung : IKAPI, 2016,225
86
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Bandung: Alfabeta, 2011,308

54
mencari data yang berkaitan dengan pembahasan. Data-data sebagai
penjabaran dari pertanyaan-pertanyaan penelitian paradigma pendidikan
inklusif dalam perspektif islam.
Setelah dilakukan pengumpulan data untuk memahami data-data
tersebut dapat digunakan teknik tertentu, yaitu teknik yang paling umum
digunakan adalah (content analysis) atau “kajian isi”, dapat dikemukaan
disini beberapa pengertian tentang konsep content analysis atau kajian isi
tersebut , yaitu :
a) Barelson mendefinisikan kajian isi sebagai teknik penelitian untuk
keperluan mendeskripsikan secara objektif, sistematis dan kuantitatif
tentang manifestasi komunikasi.
b) Weber menyatakan bahwa kajian isi adalah metodologi penelotisn
yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan
yang shahih dari sebuah buku atau dokumentasi.
c) Krippendorff, kajian isi adalah teknik penelitian yang dimanfaatkan
untuk menarik kesimpulan yang replikatif dan shahih dari data atas
dasar konteknya, dan
d) Holsti menyatakan bahwa kajian isi adalah teknik apapun yang
digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan
karakteristik pesan, dan dilakukan secara objektif dan sistematis.

Dalam penelitian ini kajian isi atau content analysis menurut


pengertian terakhir yang digunakan. Dalam teknik pengumpulan content
analysis setidaknya ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan oleh
seorang peneliti yaitu :
a) Penentuan unit analisis

55
Pengadaan data sebuah karya, dilakukan melalui pembacaan secara
cermat. Pembacaan berulang-berulang akan membantu peneliti mengadakan
data. Dari semua bacaan harus dipilah-pilahkan kedalam unit kecil, agar
mudah dianalisis. Data tersebut harus dicari yang benar-benar releven
dengan objek penelitian. Unit-unit itu merupakan fenomena
menarik yang akan menjadi sampel penelitian. Berkaitan dengan hal ini,
maka teks tertulis yang termuat dalam Al-Quran dan Hadist, khususny apada
bab yang membahas tentang entrepreneurship dalam perspektif islam,
adalah yang menjadi fokus kajian.
b) Penentuan sampel
Penentuan sampel, dapat melakukan tahap-tahap penentuan sampel
dengan mengetahui hadits dan tafsir dalam Hadits sebuah sejarah, tema,
genre, dan seterusnya. Tahapan-tahapan penentuan sampel demikian disebut
penentuan sampel berstrata. Sampel dalam studi kali ini adalah Hadist-hadits
yang membahas tentang karakter entrepreneurship dalam pandangan islam.
c) Pencataan data
Dalam melakukan pencataan data, haruslah disertai seleksi data atau
reduksi data. Yakni, data-data yang tidak relevan dengan konstruk penelitian
ditinggalkan. Sedangkan data yang eleven, diberi penekanan, agar
memudahkan peneliti dalam menentukan indikator.

4. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini dimulai dengan
menela’ah data yang tersedia yaitu Hadist. Dalam penelitian ini
menggunakan analisis data deduktif yaitu pemikiran yang bertolak pada
fakta-fakta yang umum kemudian ditarik pada suatu kesimpulan yang
bersifat khusus. Selain itu analisis data induktif yaitu mengambil suatu
konklusi atau kesimpulan dari situasi yang kongkrit menuju pada hal-hal
yang abstrak, atau dari pengertian yang khusus menuju pengertian yang
bersifat umum.

56
Menurut Siyoto dan Sodik, analisis data merupakan proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan
satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema, dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Pekerjaan analisis data
dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan
kode, dan mengkategorikannya. Analisis data dalam penelitian dengan
pendekatan kualitatif dilakukan secara induktif, diman prosesnya tidak
dimulai dari deduksi teori, melainkan dimulai dari fakta empiris.87
Peneliti terjun ke lapangan, mempelajari, menganalisis, menafsirkan,
dan menarik kesimpulan dari fenomena yang ada di lapangan. Peneliti akan
dihadapkan kepada data yang diperoleh dari lapangan. Dari data tersebut,
peneliti harus menganalisis sehingga menemukan makna, yang kemudian
makna itulah yang menjadi hasil dari penelitian.
Moleong dalam Siyoto dan Sodik memaparkan, bahwa proses analisis
data dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif dimulai dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber seperti
wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan,
dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya.88
Melengkapi pemaparan Moleong, Siyoto dan Sodik (2015, hlm. 121)
mengemukakan, bahwa tujuan analisis data dalam penelitian dengan
pendekatan kualitatif ialah mencari makna di balik data, melalui pengakuan
subjek pelakunya. Peneliti dihadapkan kepada berbagai objek penelitian
dengan data yang membutuhkan analisis, untuk kemudian dapat diungkap
kaitan antara satu data dan data lainnya secara jelas, sehingga pada akhirnya
menjadi pemahaman umum.89
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model interaktif Miles dan
Huberman untuk menganalisis data hasil penelitian. Namun, sebelum

87
Sandu Siyoto dan Muhammad Ali Sodik. 2015. Dasar Metodelogi Penelitian. Yogyakarta:
Penerbit Literasi Media Publishing, 2005, 120-121
88
Ibid, 122
89
Ibid, 121

57
penarikan kesimpulan dilakukan, peneliti menggunakan triangulasi data,
agar peneliti dapat meningkatkan pemahaman peneliti terkait data dan fakta.

I. BERTAKWA

Kedudukan takwa, merupakan hal yang terpenting dalam agama Islam dan
kehidupan manusia. Pentingnya kedudukan takwa dapat dipahami bahwa takwa
adalah pokok (pangkal) segala pekerjaan muslim90.

90
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta: Rajawali Press, 2006), edisi I, hlm. 362

58
Tentang

ruang lingkup takwa, beberapa cendekiawan muslim telah mengemukakan

pendapatnya, salah satu di antaranya adalah Prof. Hasan Langgulung

dalam tulisannya yang berjudul Takwa Sebagai Sistem Nilai Dalam Islam

(1986), ia mengatakan bahwa;

“Takwa adalah kata kunci untuk memahami sistem nilai (sifat-sifat atau hal-hal
yang penting dan berguna bagi kemanusiaan) dalam Islam. Takwa merupakan
kesimpulan semua nilai yang terdapat dalam dalam al-Qur’an; sedang nilai-nilai
dalam al-Qur’an dinyatakan sebagai akhlak. Sebagai akhlak, takwa mencakup
segala nilai yang diperlukan manusia untuk keselamatan dan kebahagiaannya di
dunia dan di akhirat kelak”91. 10

Hubungan antara takwa dan usaha dalam Islam sangat erat dan saling
mempengaruhi. Takwa, yang berarti kesadaran dan kepatuhan terhadap Allah
SWT, tidak hanya bermanifestasi dalam ibadah ritual saja, melainkan juga dalam
aspek kehidupan lainnya, termasuk berusaha dan mencari nafkah.

Berikut beberapa hadits nabi yang berhubungan dengan pentingnya membangun


dan memupuk karakter bertakwa dalam berwirausaha :

‫َح َّد َثَنا َيْع ُقوُب ْبُن ُح َم ْيِد ْبِن َك اِسٍب َح َّد َثَنا َيْح َيى ْبُن ُس َلْيٍم الَّطاِئِفُّي َع ْن َع ْبِد ِهَّللا ْبِن ُع ْثَم اَن ْبِن ُخَثْيٍم َع ْن ِإْس َم ِع يَل ْبِن‬
‫ُع َبْيِد ْبِن ِرَفاَع َة َع ْن َأِبيِه َع ْن َج ِّد ِه ِرَفاَع َة َقاَل َخ َر ْج َنا َم َع َر ُسوِل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َف ِإَذ ا الَّن اُس َيَتَب اَيُعوَن‬
‫ُبْك َر ًة َفَناَد اُهْم َيا َم ْعَش َر الُّتَّجاِر َفَلَّم ا َر َفُعوا َأْبَص اَر ُهْم َو َم ُّد وا َأْع َناَقُهْم َقاَل ِإَّن الُّتَّجاَر ُيْبَع ُثوَن َيْو َم اْلِقَياَم ِة ُفَّج اًرا ِإاَّل‬
92
‫َم ْن اَّتَقى َهَّللا َو َبَّر َو َص َدَق‬

91
Ibid.hlm.365
92
Hadits Ibnu Majah Nomor 2137

59
Telah menceritakan kepada kami (Ya’qub bin Humaid bin Kasib) berkata, telah
menceritakan kepada kami (Yahya bin Sulaim Ath Tha`ifi) dari (Abdullah bin
Utsman bin Khutsaim) dari (Isma’il bin Ubaid bin Rifa’ah) dari (Bapaknya) dari
Kakeknya (Rifa’ah) ia berkata, “Saat kami keluar bersama Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, ternyata ada orang-orang sedang berjual beli di pagi yang masih
buta. Beliau lantas menyeru mereka: “Wahai para pedagang.” Tatkala mereka
mengangkat pandangannya dan memanjangkan leher-leher mereka, beliau
bersabda: “Sesungguhnya para pedagang akan dibangkitkan pada hari kiamat
dalam keadaan berdosa, kecuali orang yang bertakwa kepada Allah, berbuat baik
dan jujur.”

‫ َع ْن َج اِبِر ْبِن َع ْب ِد‬،‫ َع ْن َأِبي الُّز َبْيِر‬،‫ َع ِن اْبِن ُج َر ْيٍج‬، ‫ َح َّد َثَنا اْلَو ِليُد ْبُن ُم ْس ِلٍم‬، ‫َح َّد َثَنا ُمَحَّم ُد ْبُن اْلُمَص َّفى اْلِحْمِصُّي‬
‫ َقاَل َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا ـ صلى هللا عليه وسلم ـ " َأُّيَها الَّناُس اَّتُقوا َهَّللا َو َأْج ِم ُلوا ِفي الَّطَلِب َفِإَّن َنْفًس ا َلْن َتُم وَت‬،‫ِهَّللا‬
." ‫َح َّتى َتْسَتْو ِفَي ِر ْز َقَها َو ِإْن َأْبَطَأ َع ْنَها َفاَّتُقوا َهَّللا َو َأْج ِم ُلوا ِفي الَّطَلِب ُخ ُذ وا َم ا َح َّل َو َدُعوا َم ا َح ُر َم‬

“Telah menceritakan kepada kami (Muhammad bin Al Mushaffa Al Himshi)


berkata, telah menceritakan kepada kami (Al Walid bin Muslim) dari (Ibnu
Juraij) dari (Abu Zubair) dari (Jabir bin Abdullah) ia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Wahai manusia, bertakwalah kepada
Allah dan carilah yang baik dalam mencari dunia. Sesungguhnya sebuah jiwa
tidak akan mati hingga terpenuhi rizkinya meski tersendat-sendat. Bertakwalah
kepada Allah, carilah yang baik dalam mencari dunia, ambilah yang halal dan
tinggalkan yang haram."” (HR. Ibnu Majah : 2135/2144)

Hadits-hadits di atas menunjukkan bahwa taqwa adalah kunci kesuksesan dalam


berwirausaha. Seorang pengusaha yang bertakwa akan selalu berusaha untuk
mencari rezeki yang halal dan menjauhi segala hal yang diharamkan oleh Allah. Ia
juga akan berusaha untuk selalu bersyukur atas rezeki yang telah diberikan
kepadanya.

Berangkat dari kondisi umat Islam yang masih jauh dari ketakwaan dan dekat
dengan harta yang melimpah, tentu akan berbeda dengan umat Islam yang

60
menjalankan urusan kehidupan dunia dengan memperhatikan nilai-nilai
ketakwaan di dalamnya. Bagi Anif Sirsaeba, tujuan harta kekayaan adalah
keberkahan-keberkahan di dalamnya. Apalah artinya kaya jika tidak ada nilai
keberkahan dari kekayaan tersebut, sebab harta yang tidak berkah dapat
mendatangkan petaka bagi pemilik harta, baik di dunia ataupun di akhirat.

Posisi umat Islam dengan dinamika permasalahan, banyak di antara umat Islam
yang terjebak dan menyalah artikan pandangan mereka tentang persoalan mencari
harta sebagai wujud kekayaan dan kemakmuran di dunia. Sehingga banyak dari
umat Islam yang hidupnya kaya dengan harta tetapi miskin ketakwaan atau
sebaliknya. Banyak dari umat Islam yang salah menafsirkan persoalan mencari
harta, bahwa harta adalah fitnah dunia dan bagi mereka hidup adalah ibadah ritual
saja dan menjauhi segala urusan yang berbau dunia.

Menurut Anif Sirsaeba dalam menjalankan dunia entrepreneurship, seorang


pengusaha (entrepreneur) muslim harus berlandaskan nilai-nilai takwa, sebagai
manivestasi etika bisnis yang akan menjadi prinsip bagi entrepreneur muslim pada
umumnya.12

Berikut adalah beberapa nilai-nilai taqwa yang dapat diterapkan dalam


berwirausaha:

BERORIENTASI PADA AKHIRAT

Enterpreneurship dalam pandangan islam merupakan aspek kehidupan yang


dikelompokkan kedalam masalah mu’amalah, yaitu masalah yang berkenaan
hubungan yang bersifat horizontal antar manusia dan tetap akan di
pertanggungjawabkan kelak di akhirat.93(hal.29)

Islam memandang bekerja merupakan suatu kegiatan yang dimulai dari niat yaitu
tidak hanya mencari kelimpahan materi di dunia tetapi mencari pahala untuk
93
Buhaerah. 2019. ISLAMIC ENTREPRENEURSHIP MODEL BERBASIS KEARIFAN LOKAL DAN
BERDAYA SAING. IAIN Pare-pare : Sulawesi Selatan. Hal.29

61
diakhirat nanti. Dalam menjalankan kegiatan ekonomi maupun sosial, setiap orang
diharapkan dapat memberikan manfaat falah sebagai tujuan hidup. P3EI (2008)
menjelaskan mengenai pengertian dari falah yaitu, kemuliaan dan kemenangan
serta keberuntungan jangka panjang untuk mendapatkan dunia dan akhirat,
dengan demikian tidak hanya berorientasi pada aspek materi namun harus
mengedepankan aspek spiritual.94(hal.70)

Kehidupan akhirat adalah kehidupan yang abadi. Oleh karena itu, pelaku usaha
yang bijak akan menjadikan kehidupan akhirat sebagai tujuan utama dalam
hidupnya. Dengan demikian, dalam menjalankan usahanya, ia akan mendapatkan
dua bekal sekaligus, yaitu bekal materi untuk kehidupan dunia dan bekal rohani
untuk kehidupan akhirat.

Jika dikaitkan dengan kegiatan bisnis atau jual beli, maka Menurut Ichwan Fauzi
(2015: 248-255), menjelaskan bahwa jual beli adalah perdagangan dunia,
sedangkan melaksanakan kewajiban syariat Islam adalah perdagangan akhirat.
Keuntungan akhirat pasti lebih utama di bandingkan dengan keuntungan dunia.
Maka, para pedagang muslim sekali-kali tidak boleh terlalu menyibukkan dirinya
semata-mata untuk mencari keuntungan materi dengan meninggalkan keuntungan
akhirat. Sehingga jika datang waktu shalat, mereka wajib melaksanakannya
sebelum habis waktunya. Alangkah baiknya, jika mereka bergegas bersama-sama
melakukan shalat berjamaah, Ketika azan telah di kumandangkan. Begitu pula
dengan kewajiban memenuhi rukun iman yang lain.

Dengan demikian, dapat diartikan bahwasanya pribadi muslim dalam berbisnis


(dalam sebuah perusahaan) adalah dengan memosisikan perusahaan sebagai
sebuah lahan amal dan lahan jihad baginya.95
94
Dwi Prasetyani. 2020. Kewirausahaan Islami. CV. Djiwa Amarta : Surakarta Hlm.70
95
Mikyal Oktarina “Nilai-nilai Kewirausahaan Islam bagi Anak” SERAMBI TARBAWI : Jurnal
Studi Pemikiran, Riset dan Pengembangan Pemikiran Islam Volume 8, Nomor 1, Januari 2020,
hlm.89-90.

62
“Barangsiapa yang niatnya untuk menggapai akhirat, maka Allah akan
memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan
keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan tunduk
hina padanya. Barangsiapa yang niatnya hanya untuk menggapai dunia,
maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan
mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali
yang telah ditetapkan baginya.” (HR. Tirmidzi).

Agar kekayaan semakin tumbuh pesat dan berkembang maka resep berani
manjadikan akhirat sebagai tujuan utama adalah sebuah jawaban yang pasti.
Sesungguhnya nikmat teragung seorang mukmin adalah sadar dan berani
mempersiapkan diri untuk menghadapi kehidupan akhirat dengan bekal yang
sudah disediakan Allah sejak di dunia. Dan sesungguhnya, seorang mukmin yang
sadar akan kehidupan akhirat dan berusaha keras untuk memperoleh
kemuliaannya sejak di dunia, ia akan memperoleh rezeki, harta dan kekayaan
yang berlimpah dari Allah dengan tanpa disangka-sangka.
Rasulullah Saw., sebagaimana diriwiyatkan oleh Ibnu Majjah dan Imam Tirmidzi,
pernah bersabda, “Barangsiapa yang menjadikan dunia ini sebagai satu-satunya
tujuan akhir (yang utama), niscaya Allah akan menyibukkan dia (dengan urusan
dunia itu), dan Dia akan membuatnya miskin seketika, dan dia akan dicatat
(ditakdirkan) merana di dunia ini. Tetetapi barangsiapa menjadikan akhirat
sebagai tujuan akhirnya, maka Allah akan mengumpulkan teman-teman untuknya,
dan Dia akan membuat hatinya kaya, dan dunia akan takluk dan menyerah
padanya.”
Ditambahkan hadits lain yang diriwayatkan dari Abu Hurairah berkata, Nabi Saw.
Bersabda, “ Allah berfirman, ‘wahai anak Adam! luangkanlah waktumu sejenak
untuk menyembah-Ku, niscaya Aku akan membuatmu kaya, dan menghapuskan
kemiskinanmu. Dan jika kamu tidak melakukannya, maka Aku akan
menyibukkan tanganmu dengan pekerjaan-pekerjaan, dan tidak akan menghapus
kemiskinanmu.”

63
63

Sudah jelas sekali maksud dari hadits di atas, bagi siapa yang menginginkan
segala sesuatu untuk dunia dan sesuatu perbuatan yang diniatkan hanya untuk
memperoleh keuntungan duniawi saja, maka tidak akan memperoleh apa dari apa
yang diniatkannya itu. Oleh karena itu, jika ingin kaya, memulai sekarang yakin
dan tetapkan bahwa tujuan akhir adalah akhirat, itulah terminal akhir .
Sesungguhnya semua tujuan adalah tidak berguna dan tidak berarti, kecuali tujuan
akhirat, tujuan untuk mencari ridho Allah dan syurga adalah pahalanya96.

Kejujuran

Dalam berwirausaha, kejujuran memiliki peran yang sangat penting. Seorang


pengusaha yang jujur akan mendapatkan kepercayaan dari pelanggannya, mitra
bisnisnya, dan masyarakat luas. Hal ini akan memberikan manfaat yang besar bagi
usahanya, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Jujur, dalam arti berani untuk mengemukakan kondisi sebenarnya dari usaha yang
dijalankan, dan mau melaksanakan kegiatan usahanya sesuai dengan
kemampuannya. Hal ini diperlukan karena dengan sikap tersebut cenderung akan
membuat pembeli mempunyai kepercayaan yang tinggi kepada pengusaha
sehingga mau dengan rela untuk menjadi pelanggan dalam jangka waktu panjang
ke depan (hal.24)97.

Kejujuran merupakan landasan moral yang kadang-kadang dilupakan oleh


seorang wirausaha. Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks. Kejujuran
mengenai karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran
mengenai promosi yang dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan puenjual yang

96
Anif Sirsaeba, Berani Kaya Berani Takwa, ( Jakarta: Repubika, 2006), cet. III, hlm.
220.
97
Buhaerah. 2019. ISLAMIC ENTREPRENEURSHIP MODEL BERBASIS KEARIFAN LOKAL DAN
BERDAYA SAING. IAIN Pare-pare : Sulawesi Selatan. Hal.24

64
dijanjikan dan kejujuran mengenai segala kegiatan yang terkait dengan penjualan
produk yang dilakukan oleh seorang wirausaha. (hal.65)98

Seorang pebisnis atau pemasar harus mampu menyampaikan keunggulan-


keunggulan produknya dengan jujur dan tidak berbohong tentang kekurangan
produknya (tidak menipu pelanggan). Seorang pelaku bisnis syariah harus
menjadi seorang komunikator yang baik yang bisa berbicara dengan benar dan bi
alhikmah (bijaksana dan tepat sasaran) kepada mitra bisnisnya. Kalimat-kalimat
yang keluar dari ucapannya berbobot dan tidak menyinggung. Dalam Alquran
disebut dengan istilah qaulan sadidan (pembicaraan yang benar dan berbobot).
(hal.27)99.

Oleh karena itu, kunci suksesnya suatu usaha adalah bagaimana mengedepankan
etika dan kejujuran dalam usaha, kepercayaan mempunyai peranan yang sangat
besar dalam membesarkan usaha100.

Kejujuran dan kepercayaan adalah dua hal yang sangat penting dalam bisnis.
Seorang pengusaha yang jujur dan terpercaya akan lebih mudah untuk
mendapatkan kepercayaan dari pelanggan dan mitra bisnis. Nabi Muhammad
SAW dikenal sebagai seorang yang jujur dan terpercaya, bahkan sebelum beliau
diangkat menjadi Nabi. Beliau selalu memberikan informasi yang akurat kepada
pelanggan, menjual produk atau jasa yang berkualitas, dan menghindari penipuan.

Bahkan, beliau pun pandai dalam berbisnis (berwirausaha). Muhammad pergi ke


Syam sebagai orang kepercayaan Khadijah untuk menjaiankan ekspedisi dagang.
Dengan kejujuran dan kerendahan hatinya, Muhammad muda ternyata mampu
memperdagangkan barangbarang dagangan dengan cara-cara yang Iebih banyak

98
DR. IR. ANDI SUARDA, M. Si. 2021. KEWIRAUSAHAAN DALAM ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI).
Yayasan Barcode : Makasar.hal.65
99
Dr. Saiful Bahri, M.Ag. 2020. INTERNALISASI ENTREPRENEURSHIP DALAM ISLAM. CV. Radja
Republika : Lhokseumawe.
100
Dr. Kabul Wahyu Utomo, M.Si, dkk. 2021. ISLAMIC ENTREPRENEURSHIP Konsep Berwirausaha
Ilahiyah. Edu Pustaka : Jakarta Timur. Hlm. 161

65
menguntungkan dibanding yang dilakukan pedagang lain, la berlaku jujur dalam
berdagang101 (El-Sutha, 2013, hai. 43).

Ketika seseorang yakin kepada Allah, kemudian jujur dalam janji-janjinya dengan
orang lain, maka Allah akan memberikan berkah dan nikmat transaksitransaksi
bisnisnya. Allah juga akan membuat seseorang sukses dan produktif. Sebaliknya,
jika seseorang tersebut tidak jujur dan tidak peduli dengan aturan main yang
diberikan Allah dalam mencari nafkah, maka Allah akan mencabut nikmat-
nikmat-Nya dari transaksi-transaksi yang dilakukannya.

Dalam hal ini Rasulullah SAW pernah bersabda :


‫َح َّد َثَنا َبَدُل ْبُن اْلُمَح َّبِر َح َّد َثَنا ُش ْع َبُة َع ْن َقَتاَد َة َقاَل َسِم ْع ُت َأَبا اْلَخ ِليِل ُيَح ِّد ُث َع ْن َع ْبِد ِهَّللا ْبِن اْلَح اِر ِث َع ْن َحِكيِم ْبِن‬
‫ِح َز اٍم َر ِض َي ُهَّللا َع ْنُه َع ْن الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل اْلَبِّيَع اِن ِباْلِخَياِر َم ا َلْم َيَتَفَّر َق ا َأْو َق اَل َح َّتى َيَتَفَّر َق ا َف ِإْن‬
‫َص َد َقا َو َبَّيَنا ُبوِر َك َلُهَم ا ِفي َبْيِع ِهَم ا َو ِإْن َكَتَم ا َو َك َذ َبا ُمِح َقْت َبَر َك ُة َبْيِع ِهَم ا‬

Telah menceritakan kepada kami Badal bin Al Muhabbar telah menceritakan


kepada kami Syu'bah dari Qatadah berkata, aku mendengar Abu Al Khalil
menceritakan dari 'Abdullah bin Al Harits dari Hakim bin Hizam radliallahu 'anhu
dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dua orang yang melakukan jual
beli boleh melakukan khiyar (pilihan untuk melangsungkan atau membatalkan
jual beli) selama keduanya belum berpisah", Atau sabda Beliau: "hingga keduanya
berpisah. Jika keduanya jujur dan menampakkan cacat dagangannya maka
keduanya diberkahi dalam jual belinya dan bila menyembunyikan cacat dan
berdusta maka akan dimusnahkan keberkahan jual belinya".

Hadist di atas sangat jelas melarang manusia untuk saling berdusta dalam
transaksi bisnis atau dalam hal apa saja. Sebab, dengan kedustaan itu, Allah akan
mencabut nikmat dan berkah-Nya dalam transaksi yang terdapat aroma kedustaan.

101
El-Sutha, S. H. (2013). Muhammad: Jejak-Jejak Keagungan dan Teladan Abadi. Asaprima
Pustaka.Hal. 43.

66
‫َح َّد َثَنا َهَّناٌد َح َّد َثَنا َقِبيَص ُة َع ْن ُس ْفَياَن َع ْن َأِبي َحْم َز َة َع ْن اْلَحَس ِن َع ْن َأِبي َسِع يٍد َع ْن الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
‫َقاَل الَّتاِج ُر الَّصُدوُق اَأْلِم يُن َم َع الَّنِبِّييَن َو الِّصِّديِقيَن َو الُّش َهَداِء َقاَل َأُبو ِع يَس ى َهَذ ا َحِد يٌث َحَس ٌن اَل َنْع ِر ُفُه ِإاَّل ِم ْن‬
‫َهَذ ا اْلَو ْج ِه ِم ْن َحِد يِث الَّثْو ِر ِّي َع ْن َأِبي َحْم َز َة َو َأُبو َحْم َزَة اْس َم ُه َع ْبُد ِهَّللا ْبُن َج اِبٍر َو ُهَو َشْيٌخ َبْص ِر ٌّي َح َّد َثَنا ُس َو ْيُد‬
‫ْبُن َنْص ٍر َأْخ َبَر َنا َع ْبُد ِهَّللا ْبُن اْلُمَباَرِك َع ْن ُس ْفَياَن الَّثْو ِر ِّي َع ْن َأِبي َحْم َزَة ِبَهَذ ا اِإْل ْسَناِد َنْح َوُه‬

Telah menceritakan kepada kami (Hannad) telah menceritakan kepada kami


(Qabishah) dari (Sufyan) dari (Abu Hamzah) dari (Al Hasan) dari (Abu Sa'id) dari
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Seorang pedagang yang jujur
dan dipercaya akan bersama dengan para Nabi, shiddiqun dan para syuhada`."
Abu Isa berkata; Hadits ini hasan, kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur ini
yaitu dari hadits Ats Tsauri dari Abu Hamzah, Abu Hamzah bernama Abdullah
bin Jabir ia seorang syaikh dari Bashrah. Telah menceritakan kepada kami
(Suwaid bin Nash) telah mengabarkan kepada kami (Abdullah bin Mubarak) dari
(Sufyan Ats Tsauri) dari (Abu Hamzah) dengan sanad ini seperti itu.
(HR. Tirmidzi:1130)

Bukti yang sudah jelas dapat dilihat bahwa Nabi Muhammad Saw. Dikenal
dengan kejujurannya dalam berniaga sehingga ia mendapat gelar Al-Amiin (yang
dapat dipercaya). Semua saudagar dan pedagang Arab memercayai beliau. Dan
sudah terbukti beliau sukses dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.
Dalam sejarah, beliau pernah bekerjasama bisnis dengan Siti Khadijah. Hal itu
bermula ketika Khadijah mendengar tentang pribadi Rasulullah SAW, akan
kejujuran kata-kata beliau, keagungan amanah dan keindahan akhlaknya, ia
mengutus seseorang untuk menemui Rasulullah SAW.
Khadijah menawarkan kepada Rasulullah memasarkan dagangannya ke Syam
dengan ditemani karyawan laki-lakinya yang sangat terpercaya yang Bernama
Maisarah. Jika Rasulullah mau Khadijah akan memberi- kan gaji yang lebih
banyak daripada gaji yang pernah diterima orang-orang lain. Rasulullah SAW
menerima tawaran ini, kemudian pergi dengan membawa barang dagangan

67
Khadijah dengan ditemani karyawan laki-laki Khadijah yang bernama Maisarah
hingga ke Syam102.

Sepatutnya perlu disadari sejak dini bahwa kejujuran dan saling percaya (amanah)
akan mendatangkan nikmat-nikmat dalam transaksi bisnis seseorang. Paling tidak
ada dua nikmat di sana, di antaranya adalah sebagai berikut :
Pertama, Allah Swt. menjanjikan bahwa transaksi bisnis seseorang akan
membuahkan hasil dan diberkahi oleh-Nya. Kedua, seseorang yang berlaku jujur
tentunya akan mempertahankan reputasinya di antara orang-orang sebagai
pebisnis yang terpercaya dan terhormat. Hal itu dilakukannya agar ia semakin
terpercaya dalam kegiatan bisnisnya. Reputasinya pun semakin naik, sehingga
para kolega bisnis akan nyaman dan senang jika bekerjasama dengannya. Hal ini
akan berbanding terbalik dengan orang-orang yang tidak jujur ( menipu dan
curang) dalam melaksanakan kegiatan wirausaha. Ia pasti akan susah dipercaya
dan reputasinya pun akan buruk sehingga orang lain pun akan sulit bermitra
dengannya103.

Kejujuran merupakan cara untuk membuat orang lain mendapatkan kebaikan,


kepuasan, dan kebahagiaan sebagaimana ia menginginkannya untuk dirinya
sendiri. Dengan cara seperti ini, seorang pebisnis akan mudah mengembangkan
usahanya karena akan memiliki banyak pelanggan setia. Para pelanggan setia ini
juga tidak mustahil mengajak teman atau tetangganya untuk membeli barang di
tempat yang sama104.

Dalam berbisnis, kejujuran dapat berupa penjelasan sesungguhnya tentang


kelebihan dan kekurangan (cacat) barang yang dibisniskannya. Demikian juga
dalam berbisnis barang, seorang pebisnis yang jujur selalu menjelaskan kepada
102
Sirah Nabawiyah hal.123
103
Anif Sirsaeba, Berani Kaya Berani Takwa, ( Jakarta: Repubika, 2006), cet. III, hlm.
216-219.
104
Muhammad Toriq Nurmadiansyah. 2021. Etika bisnis islam. CV. Cakrawala Media Pustaka :
Yogyakarya.Hlm.99

68
pembeli kelebihan dan kekurangan barang yang akan dibelinya. Hal ini perlu
dilakukan untuk menghindari ketidakpuasan pembeli, karena pembeli yang tidak
puas atau merasa ditipu akan mengadu (complaint) atau paling tidak ia tidak akan
membeli barang ke tempat yang sama105.

Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda :

‫ ُيَح ِّد ُث َع ْن َيِزيَد ْبِن َأِبي‬، ‫ َس ِم ْع ُت َيْح َيى ْبَن َأُّي وَب‬،‫ َح َّد َثَنا َأِبي‬،‫ َح َّد َثَنا َو ْهُب ْبُن َج ِريٍر‬، ‫َح َّد َثَنا ُمَحَّم ُد ْبُن َبَّش اٍر‬
‫ َقاَل َسِم ْع ُت َر ُسوَل ِهَّللا ـ صلى هللا عليه وسلم ـ َيُق وُل‬، ‫ َع ْن ُع ْقَبَة ْبِن َعاِم ٍر‬،‫ َع ْن َع ْبِد الَّرْح َمِن ْبِن ُش َم اَس َة‬،‫َح ِبيٍب‬
.106" ‫" اْلُم ْس ِلُم َأُخ و اْلُم ْس ِلِم َو َال َيِح ُّل ِلُم ْس ِلٍم َباَع ِم ْن َأِخ يِه َبْيًعا ِفيِه َعْيٌب ِإَّال َبَّيَنُه َلُه‬
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya dan tidak halal bagi
seorang muslim untuk menjual sesuatu yang ada aibnya kepada orang lain kecuali
ia menjelaskan aib tersebut kepadanya.” (HR. Ibnu Majah : 2246)

Selain jujur dalam menyampaikan kondisi barang, para pedagang juga harus
memiliki sikap untuk tetap menepati janji dalam berbisnis. Menepati janji
merupakan etika yang mulia dan di antara orang yang beruntung di hadirat Allah
SAW adalah orang yang menjaga amanah. Allah SWT tidak akan meridhoi orang
yang mengkhianati janji-janjinya. Dalam dunia bisnis, menepati janji merupakan
faktor terpenting kesuksesan seorang pengusaha. Jika seorang pengusaha selalu
menepati janji, maka kepercayaan relasi bisnisnya akan bertambah dan akhirnya
merasa nyaman berbisnis dengannya107.

Banyak orang mengira bahwa untuk mendapatkan order (pesanan) yang banyak,
mereka harus berani mengumbar janji meskipun akhirnya mereka harus
mengingkari. Misalnya, stok barang tidak ada, namun ketika ada pemesan mereka
selalu menyanggupi. Bagi mereka order jangan sampai disia-siakan. Ketika
sampai waktu yang dijanjikan belum diperoleh barang yang dipesan, mereka pun

105
idid
106
(10)Muhammad bin Yazid Abu ‘abdillah al-Qazwaii, Sunan Ibn Majah, (Bairut : Dar al-Fikr, t.th),
h. 7.
107
Muhammad Toriq Nurmadiansyah. 2021. Etika bisnis islam. CV. Cakrawala Media Pustaka :
Yogyakarya.Hlm.98

69
tak segan-segan berbohong dengan alasan yang dibuat-buat. Resiko yang sering
dihadapi adalah dibatalkannya order oleh pihak pemesan dan hilangnya
kepercayaan relasi. Hal seperti ini justru merusak Bisnisnya sendiri108.

Kebalikan sifat jujur adalah menipu (curang), yaitu menonjolkan keunggulan


barang tetapi menyembunyikan cacatnya. Sifat menipu sangat dikecam oleh Nabi,
bahkan Nabi menganggap orang yang menipu bukan termasuk umatnya. Pernah
suatu saat Nabi berjalan melintasi pasar. Ketika melewati pedagang makanan,
Nabi memasukkan tangannya ke dalam makanan kering yang dijual oleh
pedagang. Ternyata di bagian dalam makanan kering itu terdapat makanan yang
basah. Ketika ditanya Nabi, pedagang tersebut menjawab bahwa makanannya
terkena hujan. Nabi kemudian bertanya “Mengapa tidak anda letakkan di atas agar
terlihat orang pembeli? Barang siapa menipu maka ia bukan dari golonganku”.
Dari cerita diatas dapat dilihat jika kejujuran dalam berdagang merupakan hal
yang sangat penting, terutama dalam memberikan informasi yang baik kepada
konsumen109.

Selain menipu, yang termasuk dalam sikap curang adalah melipatgandakan harga
terhadap orang yang tidak mengetahui harga pasaran. Seperti contoh jika seorang
pedagang memasang harga yang sangat tinggi, namun ketika membeli ia mematok
harga yang sangat rendah. Pebisnis yang jujur tidak akan memanfaatkan
ketidaktahuan pembeli untuk mengeruk keuntungan yang sebanyak-banyaknya.
Padahal, cepat atau lambat pembeli akan mengetahui juga harga yang sebenarnya.
Jika hal ini terjadi, maka pembeli tersebut tidak akan kembali membeli di tempat
yang sama. Ini berarti pebisnis yang curang akan kehilangan pembeli yang pada
akhirnya nanti akan membawa kepada kebangkrutan110.

108
Muhammad Toriq Nurmadiansyah. 2021. Etika bisnis islam. CV. Cakrawala Media Pustaka :
Yogyakarya.Hlm.98
109
Muhammad Toriq Nurmadiansyah. 2021. Etika bisnis islam. CV. Cakrawala Media Pustaka :
Yogyakarya.Hal.100
110
Ibid, 101

70
Demikian juga termasuk perilaku curang adalah melipatgandakan harga kepada
orang yang sangat membutuhkannya. Kecurangan seperti ini ada hubungannya
dengan penimbunan barang. Pada contoh penguasaha barang, stok barang sengaja
ditimbun agar terjadi kelangkaan barang. Ketika stok barang langka, pengusaha
menaikkan harga yang sangat tinggi bahkan terkadang sampai pada tingkat yang
tidak rasional. Pebisnis yang melakukan hal tersebut, maka termasuk orang yang
zalim, tidak melaksanakan keadilan dan kejujuran kepada kaum muslimin111.

 Keadilan:
Keadilan dalam berwirausaha adalah sikap dan perilaku yang
memberikan hak dan keuntungan yang setara kepada semua pihak
yang terkait dalam kegiatan bisnis, tanpa adanya diskriminasi atau
penyalahgunaan kekuasaan. Keadilan dalam berwirausaha
merupakan salah satu prinsip etika bisnis yang penting untuk
ditegakkan.112 Seorang pengusaha yang bertakwa akan selalu bersikap
adil dalam memperlakukan semua pihak, baik
karyawan, pelanggan, maupun pesaingnya.

Pengertian Keadilan

Keadilan adalah suatu keadaan yang objektif dan merata, tidak berat
sebelah, tidak sewenang-wenang, dan tidak merugikan kepentingan pihak
lain. Keadilan dapat diartikan sebagai keseimbangan, kesetaraan, dan
keselarasan antara hak dan kewajiban.

Penerapan Keadilan dalam Berwirausaha

Keadilan dalam berwirausaha dapat diterapkan dalam berbagai aspek, di


antaranya:

 Aspek hubungan dengan karyawan

111
Ibid,
112
A.Sonny Keraf. 2023. ETIKA BISNIS TUNTUTAN DAN RELEVANSINYA. Penerbit Kanisius :
Yogyakarta. Cet.VIII.hal.144

71
Keadilan dalam hubungan dengan karyawan dapat diterapkan dengan
memberikan upah yang adil, penghargaan yang setimpal, dan memenuhi
hak-hak karyawan, seperti hak atas kesehatan, keselamatan kerja, dan
jaminan sosial.

 Aspek hubungan dengan mitra usaha

Keadilan dalam hubungan dengan mitra usaha dapat diterapkan dengan


melakukan transaksi bisnis secara jujur dan transparan, serta menghargai
hak kekayaan intelektual orang lain.

 Aspek hubungan dengan masyarakat

Keadilan dalam hubungan dengan masyarakat dapat diterapkan dengan


mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, serta
memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.

Manfaat Keadilan dalam Berwirausaha

Keadilan dalam berwirausaha memiliki banyak manfaat, di antaranya:

 Menciptakan lingkungan bisnis yang sehat dan kondusif

Keadilan dalam berwirausaha dapat menciptakan lingkungan bisnis yang


sehat dan kondusif, di mana semua pihak merasa nyaman dan aman
dalam menjalankan bisnisnya.

 Meningkatkan kepercayaan dan loyalitas karyawan, mitra usaha,


dan masyarakat

Keadilan dalam berwirausaha dapat meningkatkan kepercayaan dan


loyalitas karyawan, mitra usaha, dan masyarakat. Hal ini karena
karyawan, mitra usaha, dan masyarakat akan merasa bahwa mereka
diperlakukan secara adil dan tidak dirugikan.

 Meningkatkan citra perusahaan

Keadilan dalam berwirausaha dapat meningkatkan citra perusahaan.


Perusahaan yang menerapkan keadilan dalam berwirausaha akan
dianggap sebagai perusahaan yang bertanggung jawab dan memiliki
komitmen terhadap etika bisnis.

72
 Meningkatkan daya saing perusahaan

Keadilan dalam berwirausaha dapat meningkatkan daya saing


perusahaan. Perusahaan yang menerapkan keadilan dalam berwirausaha
akan lebih dipercaya dan disukai oleh karyawan, mitra usaha, dan
masyarakat. Hal ini dapat meningkatkan produktivitas dan kinerja
perusahaan, sehingga daya saing perusahaan juga akan meningkat.

 Kedermawanan: Seorang pengusaha yang bertakwa akan selalu dermawan


dalam berbagi rezekinya kepada orang lain. Ia akan membantu orang-
orang yang membutuhkan, baik dalam bentuk materi maupun non-materi.
Dengan menerapkan nilai-nilai taqwa dalam berwirausaha, seorang
pengusaha akan mendapatkan kesuksesan yang hakiki, baik di dunia
maupun di akhirat.
 TAWAKKAL

Tawakal dan usaha, keduanya adalah satu kesatuan, di mana usaha adalah
bagian dari tawakal. Dikatakan bahwa tawakal dan usaha adalah wajah dari dua
sisi keimanan, karena tawakal adalah menyerahkan hasil usaha kepada Allah
SWT, sedangkan usaha adalah syarat dari tawakal. Ulama mengatakan, “Tawakal
tanpa usaha adalah cacat dalam akal, sedangkan usaha tanpa tawakal kepada
Allah merupakan sebuah kesyirikan.”113

Banyak orang Ketika disebut kata “tawakkal” maka yang muncul di benak
adalah rezeki, manusia bertawakkal kepada Allah dalam hal rezeki 114.
Ketika Imam Al-Ghazali menyampaikan dalam kitabnya Minhaj al-Abidin
tentang tantangan-tantangan yang dihadapi orang yang berjalan di atas
jalan Allah SWT, beliau memaparkan mengenai rezeki dan tawakkal
adalah jalan keluarnya115. Dan bukan rahasia lagi bahwa urusan rezeki
manyak menyita perhatian dan kesibukan manusia. Namun, walaupun
113
Dr. H. Muh. Mu'inudinillah Basri, Lc., M.A.,2008. Indahnya Tawakal. Indiva Pustaka :
Suarakarta. Hlm.62
114
Yusuf al-Qaradhawi. 2010. Tawakkal : Kunci Sukses Membuka Pintu Rezeki. Akbar Media Eka
Sarana : Jakarta Timur. Hal.38

73
banyak manusia bertawakkal dalam urusan rezeki yang katanya semua
sudah diatur oleh Allah, bukan berarti manusia harus berpangku tangan
dan pasrah begitu saja, tanpa melakukan berbagai sebab untuk
mendapatkannya.

Artinya, bertawakal kepada Allah tidak berarti menganggur dan


meninggalkan usaha. Karena yang demikian disebut “penggantungan”,
yaitu tercela. Sesungguhnya Rasulullah tidak pernah memerintahkan umat
manusia meninggalkan usaha mencari rizki dan mencari penghidupan.
Bahkan Allah mengakui cara mencari rizki yang Allah ridhai. Oleh sebab
itu tidak ada alasan mencela jalur-jalur usaha yang disyariatkan. Yang
dicela adalah yang menyebabkan pelakunya lupa kepada Allah dan
menghalanginya untuk beramal ibadah kepeda-Nya116.

Dalam ajaran Islam, tawakal kepada Allah SWT, berarti memanfaatkan


seluruh potensi untuk mencapai keselamatan, mempertimbangkan berbagai
alternatif yang positif dan memilih yang terbaik untuk diimplementasikan
(Mursi, 1997)117.

Dalam hal ini Rosulullah pernah bersabda :

‫ َيُق وُل ِإَّن ُه‬،‫ َأَّنُه َسِمَع َع ْبَد ِهَّللا ْبَن ُهَبْي َر َة‬،‫ َأْخ َبَرِني َبْك ُر ْبُن َع ْم ٍر و‬،‫ َح َّد َثَنا َح ْيَو ُة‬، ‫َح َّد َثَنا َأُبو َع ْبِد الَّرْح َمِن‬
‫ َر ِض َي ُهَّللا َع ْنُه َيُقوُل ِإَّن ُه َس ِمَع َنِبَّي ِهَّللا َص َّلى‬،‫ َيُقوُل َسِمَع ُع َم َر ْبَن اْلَخ َّطاِب‬، ‫َسِمَع َأَبا َتِم يٍم اْلَج ْيَش اِنَّي‬
‫ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيُقوُل َلْو َأَّنُك ْم َتَتَو َّك ُلوَن َع َلى ِهَّللا َح َّق َتَو ُّك ِلِه َل َر َز َقُك ْم َك َم ا َي ْر ُز ُق الَّطْي َر َتْغ ُدو ِخ َم اًص ا‬
.‫َو َتُروُح ِبَطاًنا‬
“Artinya: Dari Umar bin Khattab ra berkata, bahwa beliau mendengar
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Sekiranya kalian
benar-benar bertawakal kepada Allah Subhanahu Wata’ala dengan
115
Yusuf al-Qaradhawi. 2010. Tawakkal : Kunci Sukses Membuka Pintu Rezeki. Akbar Media Eka
Sarana : Jakarta Timur.Hal.39
116
DR. IR. ANDI SUARDA, M. Si. 2021. KEWIRAUSAHAAN DALAM ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI).
Yayasan Barcode : Makasar.hal.Hlm.198-199
117
Dwi Prasetyani. 2020. Kewirausahaan Islami. CV. Djiwa Amarta : Surakarta Hlm.97

74
tawakal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rizki (oleh
Allah Subhanahu Wata’ala), sebagaimana seekor burung diberi rizki;
dimana ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang di sore
hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).*

Reference : Musnad Ahmad 205

In-book reference : Book 2, Hadith 122

Dalam hadits di atas, digambarkan bahwa bagi orang yang benar-benar tawakkal
semua rezekinya akan dijamin oleh Allah SWT. Namun secara makna tersirat itu
juga menggambarkan harus adanya usaha yang digambarkan dengan burung yang
pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan mebuahkan hasil kenyang setelah ia
Kembali.

Tawakkal ini sebenranya sangat dibutuhkan dan akan tampak ketika seorang
ditimpa kesulitan dari usaha yang sudah dilakukannya secara maksimal, maka
langkah berikutnya orang tersebut harus mengambil langkah untuk bertawakkal
kepada Allah Swt, karena sudah adanya usaha dari mereka.

Bagi pengusaha muslim, mereka akan mencamkan dalam hati mereka bahwa
Allah tidak melihat kepada hasil usahanya tetapi pada proses yang telah mereka
lakukan. Jika mereka berhasil atau sukses mereka mendapatkan keuntungan dunia
dan akhirat, dan jika mereka belum sukses mereka tetap mendapatkan keuntungan
akhirat akibat kesabaran dan ketawakkalannya118.

Anif Sirsaeba mengungkapkan betapa pentingnya tawakkal kepada Allah Swt.


sebagai rumus untuk mendatangkan rezeki berikutnya, ia menyampaikan apa
sebenarnya tawakkal itu? Tawakkal ialah ketika seseorang mempunyai

118
Dr. Kabul Wahyu Utomo, M.Si, dkk. 2021. ISLAMIC ENTREPRENEURSHIP Konsep Berwirausaha
Ilahiyah. Edu Pustaka : Jakarta Timur.Hal.iv

75
kepercayaan hanya kepada Allah Swt. Ketika seorang sadar bahwa tidak ada
sesuatu yang terjadi kecuali atas kehendak Allah, dan apa pun yang terjadi
semuanya karena kebijaksanaan dari Allah Swt. Tawakkal ialah Ketika seseorang
menerima kehendak Allah dengan lapang dada, tanpa merasa marah atau
bertanya-tanya tentang kehendak-Nya. Tawakkal ketika seseorang sadar bahwa
Allah benar-benar telah memutuskan apa yang terbaik untuk dirinya.119

Mudahnya, tawakkal ialah ketika seseorang mengikatkan diri da hati hanya


kepada Allah Swt. dan pasrah dengan takdir-Nya. Sesorang yang tawakkal sadar
bahwa tiada kekuatan untuk memperoleh kebaikan, atau menghindari perbuatan
jahat, kecuali atas (izin) Allah, dan semua berkah dan bencana adalah akibat
keputusan Allah Swt. Itulah tawakkal dan seperti itu prinsipnya, jika seseorang
ingin semakin kaya, berarti ia harus berani tawakkal sehingga ia akan
mendapatkan kekayaan tanpa rasa takut kecuali disandarkan kepada Allah Swt.120

Anif sirsaeba menambahkan bahwa tawakkal tidak berarti meninggalkan


perbuatn-perbuatan yang diperlukan untuk meraih tujuan akhir. Sebaliknya,
tawakkal yang benar adalah ketika seorang sudah berusaha keras, dengan
segala jerih payah dan dengan cara-cara yang diperbolehkan, untuk meraih apa
yang dicita-citakan. Selanjutnya menyadari bahwa segala jerih payah tersebut
tidak akan dapat tercapai jika Allah tidak menghendakinya.121

Tawakkal yang benar bukan berarti hanya duduk diam dan menunggu takdir,
tetapi berusaha sekuat tenaga untuk meraih apa yang diinginkan, kemudian
menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT.
Hadits…………………..?

Dari keterangan hadits di atas dapat dijadikan hikmah, bahwa makhluk Allah
yaitu seekor burung saja sudah pasti dijamin hidupnya untuk mencari
119
Anif Sirsaeba, 2007. Berani Kaya Berani Takwa, Republika : Jakarta.hlm.11.
120
Ibid, Anif Sirsaeba. Hlm.21
121
Anif Sirsaeba, 2007. Berani Kaya Berani Takwa, Republika : Jakarta.hlm.22

76
makanan dengan tidak mengalami kesusahan apalagi manusia. Hal itu
menandakan bahwa barang siapa yang bertawakkal kepada Allah dengan
sungguh-sungguh, niscaya Allah akan menjamin rezekinya. Allah akan
membalas segala usahanya dengan setimpal122. (hlm. 171-175).

 MENGUTAMAKAN KEHALALAN DAN KEBERKAHAN


Mengutamakan kehalalan dan kesucian barang/jasa yang dijual.
Kegiatan kewirausahaan Islami yang dijalankan harus memiliki
detail kegiatan yang diperbolehkan (halal) sesuai syari’at. Islam
mengajarkan untuk menjaga kesucian seluruh aspek dalam
kegiatan kewirausahaan tersebut. Hal ini terutama terkait dengan
barang atau jasa yang dijual. Barang dan jasa tersebut harus
memenuhi kriteria aturan halal sesuai hukum syari’at, baik dari sisi
sumber; cara perolehan; maupun cara penjualannya. Segala
sesuatu yang tidak diperbolehkan (haram) dianggap tidak akan
mampu mendatangkan ridho Allah SWT 123.(hal.76). Jadi, Dalam
kewirausahaan Islami, seluruh kegiatan usaha diharuskan untuk melandasi
aktivitasnya dengan konsep halal, dari hulu hingga ke hilir.

Hal ini relevan dengan pernyataan bahwa: “Dalam melakukan transaksi jual beli
yang harus diperhatikan adalah mencari barang yang halal untuk memperjual-
belikan atau diperdagangkan dengan cara yang sejujurnya. Bersih dari segala sifat
merusak jual beli seperti, penipuan, pencurian, perampasan da lain-lain”
(Kamisnawati, 2015)124. (hal.41)

Konsep halal berarti diperbolehkan menurut syari’at Islam, dan merupakan


salah satu konsep utama yang dijunjung oleh agama Islam. Dalam hal ini
Rosulullah pernah bersabda :

122
Anif Sirsaeba, Berani Kaya Berani Takwa, (Jakarta: Republika, 2006), cet.III, hlm.171-175.
123
Dwi Prasetyani. 2020. Kewirausahaan Islami. CV. Djiwa Amarta : Surakarta Hlm.76
124
Dr. Saiful Bahri, M.Ag. 2020. INTERNALISASI ENTREPRENEURSHIP DALAM ISLAM. CV. Radja
Republika : Lhokseumawe.hal.41

77
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, "Barangsiapa yang bekerja untuk mencari nafkah yang
halal untuk keluarganya, maka itu adalah bentuk jihad baginya." (HR.
Ahmad)
‫ َف َأْج ِم ُلوا ِفي‬، ‫ َو اَّتُق وا َهَّللا َأُّيَه ا الَّن اُس‬،‫ِإَّن َأَح َد ُك ْم َلْن َيُم وَت َح َّتى َيْسَتْك ِمَل ِر ْز َقُه َفاَل َتْس َتْبِط ُئوا الِّر ْز َق‬
‫َّر َم‬ ‫ا َح‬ ‫وا َم‬ ‫ َو َد ُع‬،‫َّل‬ ‫ا َح‬ ‫ُذ وا َم‬ ‫ ُخ‬،‫»الَّطَلِب‬

“Sesungguhnya salah seorang diantara kalian tidaklah meninggal sampai


disempurnakan rezekinya, maka janganlah ia merasa lambat datang
rezekinya. Bertakwalah kepada Allah wahai manusia, perbaikilah didalam
mencari rezeki, ambil yang halal dan tinggalkan yang haram” (HR. Ibnu
Hibban, Baihaqi)

 BERORIENTASI PADA KEBERKAHAN

Dari Hakim bin Hizam radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

‫اْلَبِّيَع اِن ِباْلِخَياِر َم ا َلْم َيْفَتِرَقا َفِإْن َص َد َقا َو َبَّيَنا ُبوِر َك َلُهَم ا ِفى َبْيِع ِهَم ا َو ِإْن َكَتَم ا َو َك َذ َبا ُمِح َقِت اْلَبَر َك ُة ِم ْن َبْيِع ِهَم ا‬

"Penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar) selama


keduanya belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling terus terang,
maka keduanya akan memperoleh keberkahan dalam transaksi tersebut.
Sebaliknya, bila mereka berlaku dusta dan saling menutup-nutupi, niscaya akan
hilanglah keberkahan bagi mereka pada transaksi itu”

(HR. Bukhari 2079 dan Muslim 1532).

78
TIDAK MELAKUKAN SUMPAH PALSU
Nabi Muhammad saw sangat intens melarang para pelaku bisnis
melakukan sumpah palsu dalam melakukan transaksi bisnis Dalam sebuah
hadis riwayat Bukhari, Nabi bersabda, “Dengan melakukan sumpah palsu,
barang-barang memang terjual, tetapi hasilnya tidak berkah”. Dalam hadis
riwayat Abu Zar, Rasulullah saw mengancam dengan azab yang pedih
bagi orang yang bersumpah palsu dalam bisnis, dan Allah tidak akan
memperdulikannya nanti di hari kiamat (H.R Muslim). Praktek sumpah
palsu dalam kegiatan bisnis saat ini sering dilakukan, karena dapat
meyakinkan pembeli, dan pada gilirannya meningkatkan daya beli atau
pemasaran. Namun, harus disadari, bahwa meskipun keuntungan yang
diperoleh berlimpah, tetapi hasilnya tidak berkah125.(hal.221-224)

MENGHINDARI BISNIS NAJSYA


Kelima, tidak boleh berpura-pura menawar dengan harga tinggi, agar
orang lain tertarik membeli dengan harga tersebut. Sabda Nabi
Muhammad, “Janganlah kalian melakukan bisnis najsya (seorang pembeli
tertentu, berkolusi dengan penjual untuk menaikkan harga, bukan dengan
niat untuk membeli, tetapi agar menarik orang lain untuk membeli).
TIDAK MENJELEKKAN DAGANGAN ORANG LAIN

tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain, agar orang membeli kepadanya.
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Janganlah seseorang di antara kalian
menjual dengan maksud untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang
lain” (H.R. Muttafaq „alaih).

TIDAK IHTIKAR (MENIMBUN BARANG)

125
DR. IR. ANDI SUARDA, M. Si. 2021. KEWIRAUSAHAAN DALAM ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI).
Yayasan Barcode : Makasar.

79
Ihtikar ialah (menumpuk dan menyimpan barang dalam masa tertentu, dengan
tujuan agar harganya suatu saat
223
menjadi naik dan keuntungan besar pun diperoleh). Rasulullah melarang
keras perilaku bisnis semacam itu.
Hadits Ibnu Majah Nomor 2144

‫َح َّد َثَنا َنْص ُر ْبُن َع ِلٍّي اْلَج ْهَضِمُّي َح َّد َثَنا َأُبو َأْح َم َد َح َّد َثَنا ِإْس َر اِئيُل َع ْن َع ِلِّي ْبِن َس اِلِم ْبِن َثْو َب اَن َع ْن َع ِلِّي ْبِن َزْي ِد‬
‫ْبِن ُج ْد َعاَن َع ْن َسِع يِد ْبِن اْلُمَس َّيِب َع ْن ُع َم َر ْبِن اْلَخ َّط اِب َق اَل َق اَل َر ُس وُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم اْلَج اِلُب‬
‫َم ْر ُز وٌق َو اْلُم ْح َتِكُر َم ْلُعوٌن‬

Telah menceritakan kepada kami (Nashr bin Ali Al Jahdlami) telah menceritakan
kepada kami (Abu Ahmad) Telah menceritakan kepada kami (Isra`il) dari (Ali bin
Salim bin Tsauban) dari (Ali bin Zaid bin Jud’an) dari (Sa’id bin Al Musayyab)
dari (Umar bin Khaththab) ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Orang yang mencari nafkah itu diberi rizki dan orang yang menimbun
itu dilaknat.”

TIDAK MENGURANGI TIMBANGAN


Kedelapan, takaran, ukuran dan timbangan yang benar. Dalam
perdagangan, timbangan yang benar dan tepat harus benar-benar
diutamakan. Firman Allah: “Celakalah bagi orang yang curang, yaitu
orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta
dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain,
mereka mengurangi” ( QS. 83: 112).

Ketigabelas, komoditi bisnis yang dijual adalah barang yang suci dan halal, bukan
barang yang haram, seperti babi, anjing, minuman keras, ekstasi, dsb. Nabi
Muhammad Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan bisnis miras,
bangkai, babi dan “patungpatung” (H.R. Jabir).

80
Keempatbelas, bisnis dilakukan dengan suka rela, tanpa paksaan. Firman Allah,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan cara yang batil, kecuali dengan jalan bisnis yang berlaku dengan suka-
sama suka di antara kamu” (QS. 4: 29).
Kelimabelas, Segera melunasi kredit yang menjadi kewajibannya. Rasulullah
memuji seorang muslim yang memiliki perhatian serius dalam pelunasan
hutangnya. Sabda Nabi Saw, “Sebaik-baik kamu, adalah orang yang paling segera
membayar hutangnya” (H.R. Hakim).
Keenambelas, Memberi tenggang waktu apabila pengutang (kreditor) belum
mampu membayar. Sabda Nabi Saw, “Barang siapa yang menangguhkan orang
yang kesulitan membayar hutang atau membebaskannya, Allah akan memberinya
naungan di bawah naunganNya pada hari yang tak ada naungan kecuali naungan-
Nya” (H.R. Muslim).
Ketujuhbelas, bahwa bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur riba.
Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, tinggalkanlah sisa-sisa riba
jika kamu beriman (QS. alBaqarah:: 278) Pelaku dan pemakan riba dinilai
Allah sebagai orang yang kesetanan (QS. 2: 275). Oleh karena itu Allah
dan Rasulnya mengumumkan perang terhadap riba.

 MENGHINDARI PERKARA RIBA

: ‫ َقاَل‬،‫ َع ْن َأِبيِه‬، ‫ َح َّد َثِني َع ْبُد الَّرْح َمِن ْبُن َع ْبِد ِهَّللا ْبِن َم ْسُعوٍد‬، ‫ َح َّد َثَنا ِس َم اٌك‬،‫ َح َّد َثَنا ُز َهْيٌر‬، ‫َح َّد َثَنا َأْح َم ُد ْبُن ُيوُنَس‬
‫ َوُم ْؤ ِكَلُه َو َش اِهَد ُه َو َك اِتَبُه‬،‫َلَع َن َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم آِكَل الِّر َبا‬

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus, telah menceritakan kepada
kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami Simak, telah menceritakan
kepadaku Abdurrahman bin Abdullah bin Mas’ud, dari ayahnya, ia berkata;
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat orang yang makan riba, orang
yang memberi makan riba, saksinya dan penulisnya.

81
(HR. Abu Dawud)

MENJAGA KEHORMATAN

‫ ِإْذ َطَلَع َع َلْيَنا‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ َبْيَنَما َنْح ُن ُج ُل وٌس َمَع َر ُسوِل ِهَّللا‬: ‫َع ْن َأ ِبى ُهَر ْي َر َة َرِض َى ُهَّللا َع ْن ُه َقاَل‬
‫ َلْو َأ َّن َهَذ ا الَّش اَب َجَعَل َش َباَبُه َو َنَش اَط ُه َو ُق َّوَتُه ِفى َسِبيِل ِهَّللا َقاَل َفَسِمَع‬: ‫َش اٌّب ِم َن الَّث ِنَّيِة َفَلَّما َر َأ ْيَناُه ِبَأْبَص اِرَنا ُق ْل َنا‬
‫« َو َما َسِبيُل ِهَّللا ِإَّال َمْن ُق ِتَل ؟ َمْن َسَع ى َع َلى َو اِلَد ْيِه َفِفى َسِبيِل ِهَّللا‬: ‫ َقاَل‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َمَقاَلَتَنا َر ُسوُل ِهَّللا‬
‫َو َمْن َسَع ى َع َلى ِعَياِلِه َفِفى َسِبيِل ِهَّللا َو َمْن َسَع ى َع َلى َنْف ِسِه ِلُيِع َّفَها َفِفى َسِبيِل ِهَّللا َو َمْن َسَع ى َع َلى الَّتَك اُث ِر َفُهَو‬
‫ِفى َسِبيِل الَّش ْيَط اِن‬

Dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhainya- ia berkata: Ketika kami duduk
bersama Rasulullah shollallahu alaihi wasallam, tiba-tiba muncul seorang
pemuda dari Tsaniyyah. Ketika kami melihat dia, kami berkata: Duhai
seandainya pemuda ini memanfaatkan masa muda, semangat, dan kekuatannya di
jalan Allah! Rasulullah shollallahu alaihi wasallam mendengar ucapan kami.

Beliau bersabda: “Apakah perjuangan di jalan Allah hanya untuk yang terbunuh
(berperang) saja? Barangsiapa yang berusaha (mencari nafkah) untuk kedua
orangtuanya, ia berada di jalan Allah. Barangsiapa yang berusaha (mencari
nafkah) untuk keluarganya, ia berada di jalan Allah. Barangsiapa yang berusaha
(mencari nafkah) untuk dirinya (dalam rangka menjaga kehormatannya, tidak
meminta-minta, pent), ia berada di jalan Allah. Barangsiapa yang berusaha
(bekerja) untuk memperbanyak harta (semata), ia berada di jalan syaithan.”

(H.R al-Baihaqiy dalam as-Sunan al-Kubro, atThobaroniy, dan Abu Nuaim,


dinyatakan sanadnya jayyid oleh Syaikh al-Albaniy dalam Silsilah al-Ahaadits as-
Shahihah no 2232)

82
1. MANDIRI

Seseorang dikatakan “mandiri” apabila orang


tersebut dapat melakukan keinginan dengan baik tanpa adanya
ketergantungan pihak lain dalammengambil keputusan atau bertindak,
termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya
ketergantungan dengan pihak lain. Kemandirian merupakan sifat
mutlak yang harus dimiliki oleh seorang entrepreneur. Pada prinsipnya
seorang entrepreneur harus memiliki sikap mandiri dalam memenuhi
kegiatan usahanya126.

Prinsip kemandirian harus menjadi panduan dalam


berwirausaha.Mandiri dalam banyak hal adalah kunci penting agar kita
dapat menghindarkan ketergantungan dari pikak-pikak atau para
pemangku kepentingan atas usaha kita.

wirausaha Islam adalah seorang muslim yang mempunyai semangat


untuk mandiri dalam memulai suatu usaha/bisnis, mampu menemukan
peluang- peluang usaha dan berani menghadapi risiko apapun dalam
usahanya tersebut. Maka dalam konsepsi Islam, ketika seorang muslim
membuka usaha atau menjadi wirausaha, harga dirinya tidak turun
tetapi sebaliknya dapat meningkat. Selanjutnya, dari aspek
penghasilan, mempunyai usaha sendiri dapat memberikan tambahan
penghasilan atau bisa jadi jauh besar dan banyak jika dibandingkan
dengan menjadi seorang pegawai. Karena dengan menjadi wirausaha
selalu punya ide yang banyak dalam menjalankan aktivitas usahanya.
Bahkan telinga, mulut, dan mata bisa jadi sumber inspirasi dalam
126
Buhaerah. 2019. ISLAMIC ENTREPRENEURSHIP MODEL BERBASIS KEARIFAN LOKAL DAN
BERDAYA SAING. IAIN Pare-pare : Sulawesi Selatan. Hal.44

83
menangkap setiap peluang yang ada. Dengan melihat atau mendengar
sesuatu jadi terpikir dan terbersit sebuah ide untuk menghasilkan
sesuatu dan dapat dijual. Untuk itu, motivasi untuk maju dan semakin
besar akan selalu melekat dalam hati seorang pangusaha (Nuranisa,
2018)127.

‫َح َّد َثَنا ُم وَس ى َح َّد َثَنا ُو َهْيٌب َح َّد َثَنا ِه َش اٌم َع ْن َأِبيِه َع ْن الُّز َبْي ِر ْبِن اْلَع َّواِم َر ِض َي الَّل ُه َع ْن ُه‬ )c
‫َع ْن الَّنِبِّي َص َّلى الَّلُه َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل َأَلْن َيْأُخ َذ َأَح ُد ُك ْم َح ْب َل ُه َفَي ْأِتَي ِبُح ْز َم ِة اْلَح َطِب َع َلى‬
‫َظْهِر ِه َفَيِبيَعَها َفَيُك َّف الَّلُه ِبَها َو ْج َهُه َخ ْيٌر َلُه ِم ْن َأْن َيْس َأَل الَّناَس َأْع َطْو ُه َأْو َم َنُعوُه‬
d) Telah menceritakan kepada kami Musa telah menceritakan
kepada kami Wuhaib telah menceritakan kepada
kami Hisyam dari bapaknya dari Az Zubair bin Al 'Awam
radliallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda:
"Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh seorang
dari kalian yang mengambil talinya lalu dia mencari seikat barang
bakar dan dibawa dengan punggungnya kemudian dia menjualnya
lalu Allah mencukupkannya dengan barang itu lebih baik baginya
daripada dia meminta-minta kepada manusia, baik manusia itu
memberinya atau menolaknya".

Hadits Ahmad Nomor 16628

‫َح َّد َثَنا َيِز يُد َح َّد َثَنا اْلَم ْسُعوِد ُّي َع ْن َو اِئ ٍل َأِبي َبْك ٍر َع ْن َع َباَي َة ْبِن ِر َفاَع َة ْبِن َر اِف ِع ْبِن َخ ِد يٍج َع ْن َج ِّد ِه َر اِف ِع ْبِن‬
‫َخ ِد يٍج َقاَل ِقيَل َيا َر ُسوَل ِهَّللا َأُّي اْلَكْس ِب َأْطَيُب َقاَل َع َم ُل الَّرُج ِل ِبَيِدِه َو ُك ُّل َبْيٍع َم ْبُروٍر‬

Telah menceritakan kepada kami (Yazid) telah menceritakan kepada kami (Al
Mas'udi) dari (Wa`il Abu Bakr) dari (Abayah bin Rifa'ah bin Rafi' bin Khadij)
dari kakeknya (Rafi' bin Khadij) dia berkata, "Dikatakan, "Wahai Rasulullah,
mata pencaharian apakah yang paling baik?" beliau bersabda: "Pekerjaan seorang
laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur."
127
Dr. Kabul Wahyu Utomo, M.Si, dkk. “Islamic Entrepreneurship: Konsep Berwirausah
Ilahiyah, Jakarta Timur : Edu Pustaka, 2021, hlm.5

84
‫َح َّد َثَنا ِإْبَر اِهْيُم ْبُن ُم وَس ى َأْخ َبَر َنا ِع ْيَس ى ْبُن ُيْو ُنَس َع ْن َثْو ٍر َع ْن َخ اِلِد ْبِن َم ْع َداَن َع ْن اْلِم ْقَداِم َرِض َي ُهللا َع ْنُه َع ْن‬
‫ َو ِإَّن َنِبَّي ِهللا َداُوَد‬,‫ َم ا َأَك َل َأَح ٌد َطَع اًم ا َقُّط َخْيًرا ِم ْن َأْن َيْأُك َل ِم ْن َع َمِل َيِدِه‬: ‫َر ُسْو ِل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َََقاَل‬
‫َع َلْيِه الَّسَالم َك اَن َيْأُك ُل ِم ْن َع َمِل َيِدِه‬.

(‫)رواه البخاري‬

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Musa telah mengabarkan
kepada kami ‘Isa bin Yunus dari Tsaur dari Khalid bin Ma’dan dari AlMiqdam
radliallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak
ada seorang yang memakan satu makananpun yang lebih baik dari makanan hasil
usaha tangannya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah Daud AS memakan
makanan dari hasil usahanya sendiri”.

(HR. Bukhari)

Terjunnya nabi Muhammad SAW. Dalam perniagaan sejak kecil tidak lepas dari
kenyataan hidup yang menuntut beliau untuk belajar mandiri. Kelahiran beliau
yang dalam keadaan yatim, umur 6 tahun menjadi yatim piatu, kondisi pas-pasan
ekonomi. Pamannya yaitu Abu Thalib yang mengasuh belia, setelah kakeknya
(Abduo Muthollib) yang mengasuh sebelumnya juga meninggal. Itulah yang
mendorong beliau untuk berusaha meringankan beban ekonomi sang paman.
Untuk itu beliau dalam keadaan umurnya masih belia, mau melakukan apa saja
yang halal untuk memperkecil ketergantungannya kepada sang paman. Tatkala
beliau mampu bekerja sendiri, beliau mengembala kambing milik penduduk
Makkah dan menerima upah atas jasanya itu. Kegiatan mengembala kambing
mengandung nilai-nilai yang luhur, pendidikan rohani latihan merasakan kasih
sayang kepada kaum lemah, serta kemampuan mengendalikan pekerjaan berat dan
besar.

85
Ketika merintis karir didunia binis, Nabi Muhammad SAW. Mulai berdagang
kecil-kecilan di kota Mekkah. Ia membeli barang-barang dari suatu pasar lalu
menjualnya kepada orang lain. Nabi Muhammad juga menerima modal dari para
Investor dan anak-anak yatim tidak sanggup menjalankan sendiri dana
peninggalan orang tuanya, mereka sangat mempercayai nabi Muhammad untuk
mengelola bisnis dengan uang mereka berdasarkan kerja sama mudabaroh128.
(hal.212)

Dalam menjalankan bisnisnya, nabi Muhammad menghiasi diri dengan


kedisiplinan, keajaran, keteguhan memegang janji dan sifat-sifat mulia lainnya,
sehingga masyarakat sangat mempercayainya dan memberikan gelar Al-Amin
kepadanya. Selain itu, beliau sangat gigih, andal dan cerdas dalam berbisnis.
Tidak jarangbeliau memperoleh keutungan dua kali lipat dibanding para pedagang
yang lainnya. Itulah sebabnya Khadijah sering kali memberikan bonus
keuntungan kepada beliau selain dari keuntungan yang disepakati. Setelah
menikah dengan Khadijah , beliau tetap meneruskan bisnisnya meskipun dengan
posisi yang berbeda dibanding dengan sebelum beliau menikah. Sebelum menikah
beliau menjadi project manajer bagi Khadijah, namun setelah menikah beliau
menjadi joint dan supervisor bagi ajen-ajen perdagangan khadijah129.

Dalam ilmu entrepreneurship, yang dilakukan Nabi Muhammad pasca menikah


merupakan suatu lompatan dari Quadran pekerja melompat menjadi Quadran
Business Owner and Coinvestor. Dengan demikian beliau telah mengaplikasikan
suatu teori yang oleh Robert T. Kiyosaki disebut Cashflow Quadrant. Padahal
teori tersebut baru ia kemukakan skitar 15 abad kemudian setelah masa kehidupan
Nabi Muhammad130.

128
Mohammad Darwis. 2027. ENTREPRENEURSHIP DALAM PERSPEKTIF ISLAM; MENEGUHKAN
PARADIGMA PERTAUTAN AGAMA DENGAN EKONOMI. Iqtishoduna Vol. 6 No. 1.hal.212.
129
Muhammad Syafi’i Antonio. 2007. Muhammad SAW The Super Leader Super Manajer, hlm.92

130
Mohammad Darwis. 2027. ENTREPRENEURSHIP DALAM PERSPEKTIF ISLAM; MENEGUHKAN
PARADIGMA PERTAUTAN AGAMA DENGAN EKONOMI. Iqtishoduna Vol. 6 No. 1.hal.213.

86
Ketika di Madinah, Nabi Muhammad membangun Pasar berorientasi syariat islam
dan berbeda denga pasar-pasar yang dikuasai oleh Yahudi. Pasar tersebut
langsung diawasi oleh Rosulullah. Beliau menertibkan segala sesuatunya,
mengurus dan membimbing serta menyerahkan masyarakat setempat. Beliau ingin
memastikan bahwa tidak ada lagi segala bentuk transaksi yang menyimpang dari
ajaran islam seperti penipuan, kecurangan timbangan, penimbunan dari
semacamnya131.

Basarkan paparan diatas karir nabi sebagai seorang entrepreneur bisa dijelaskan
secara runtut yaitu, pada usia 12 tahun, nabi Muhammad telah mengenal
perdagangan yang dapat di istilahkan dengan magang (intership). Hal itu terus
beliau lakukan sampai berusia 17 tahun ketika beliau mulai membuka usaha
sendiri. Saat itu beliau bisa dikatakan sudah menjadi Business Manager. Dalam
perkembangan selanjutnya, ketika beliau dipercaya untuk mengelola modal dari
para investor Makkah, maka beliau bisa disebut sebagai investor Manager. Saat
beliau berusia 25 tahun dan mnikah dengan Khadijah beliau menjadi mitra bisnis
sang Istri, sehingga beliau bisa dikatakan sebagai business owner. Setelah
menginjak 30-an, Nabi Muhammad menjadi seorang investor dan mulai memiliki
banyak waktu, untuk memikirkan kondisi masyarakat. Pada saat itu, beliau sudah
mencapai apa yang disebut sebagai “kebebasan uang (financial freedom) dan
waktu”. Sejak saat itu beliau sudah mulai menyendiri (tahannuts) ke Gua Hira’.
Hal itu beliau lakukan kira-kira sejak usia 37 tahun dan pada umur 40 tahun beliau
diangkat Nabi dan Rasul.132

131
Ibid, 214
132
Ibid, Muhammad Syafi’i Antonio.hlm.92

87
1. PANTANG MENYERAH/ISTIKOMAH

Satu hal dari individu yang paling berperan dalam meningkatkan kemampuan diri
adalah sikap. Sikap akan berpengaruh baik dalam mempertahankan tujuan yang
akan dicapai ataupun cara-cara untuk mencapainya. Sikap yang positif akan
membuat individu percaya diri dan merasa dirinya mampu melakukan hal-hal
yang ingin dilakukan. Dengan kepercayaan diri yang tinggi, individu tidak akan
menyerah terhadap tantangan atau hambatan yang menghadang, akan selalu
mencari cara untuk mengatasi hambatan tersebut. Sehingga dapat meraih tujuan
yang telah direncanakan. Begitu pula sebaliknya, sikap negatif seperti ragu-ragu
akan memberikan dampak yang kurang baik133.

Untuk mengatasi atau menghindari sikap yang negatif tersebut, maka perlu dikaji
ulang baik kekuatan maupun kelemahan diri sebelum melangkah lebih jauh.
Kekuatan dan kelemahan ini mencakup segala bidang, seperti pendidikan,
hubungan sosial, lingkungan keluarga dan lainnya. Diharapkan dengan
mengetahui kekuatan yang ada pada dirinya, individu akan mampu
mengembangkan kekuatan tersebut. Apabila individu sudah dapat
mengidentifkasikan kelemahan yang ada pada dirinya, maka individu akan
berusaha untuk mengatasi kelemahan tersebut134.

Pengembangan tentang kekuatan yang ada pada dirinya akan mendorong individu
untuk mengarahkan tujuan yang ingin dicapai. Sebagai contoh, individu yang
mempunyai kekuatan dalam hubungan dengan orang lain, secara mudah mampu
menjalin komunikasi dengan orang lain, mudah membujuk orang lain untuk
bekerjasama. Biasanya akan mencari pekerjaan yang membutuhkan keahlian
bicara seperti pemasaran maupun pembawa berita. Dengan menetapkan tujuan

133
Dwi Prasetyani. 2020. Kewirausahaan Islami. CV. Djiwa Amarta : Surakarta Hlm.32
134
Ibid.

88
tersebut, individu akan mempunyai sikap yang positif dalam meraih tujuannya
karena memiliki keyakinan yang kuat.135

Yang penting, jangan mudah menyerah oleh tekanan, masalah, dan kondisi yang
menghadang kita. Bersikaplah positif untuk apapun yang kita hadapi. Jangan
masuk dalam kelompok orang yang mudah menyerah. Orang yang mudah
menyerahadalah orang yang tidak memiliki keberanian untuk menggapai mimpi,
membuang mimpi yang belum sempat diwujudkan, dan merampok kenangan yang
dia miliki.136

Tidak Pernah Menyerah (Never Serrender)


Seorang wirausaha sejati pantang menyerah. Selalu punya semangat untuk maju.
Biasanya orang-orang seperti inilah banyak berhasil dalam kehidupan. Lihatlah
Colonel Sanders pendiri Kentucky Fried Chicken yang mendapatkan penolakan
sampai 1.009 kali ketika pertama kali mulai menjual ayam goreng dengan resep
khususnya, atau Werner von Braun yang melakukan 65.121 kali penelitian dan
percobaan menerbangkan roket, semua gagal, atau Charles Dickens yang
mengirim ratusan artikel ke media massa, namun tidak pernah berhasil dimuat.
Mereka tidak menyerah. Kini Sanders tercatat rekor dunia dengan menu ayamnya.
Warner tercatat sebagai penemu roket, dan Charles Dickens adalah
penulis dunia terkemuka (Bayu, 2015).137

Hadits Ibnu Majah Nomor 2138

‫َح َّد َثَنا ُمَحَّم ُد ْبُن َبَّش اٍر َح َّد َثَنا ُمَحَّم ُد ْبُن َع ْبِد ِهَّللا َح َّد َثَنا َفْر َو ُة َأُبو ُيوُنَس َع ْن ِهاَل ِل ْبِن ُج َبْيٍر َع ْن َأَنِس ْبِن َم اِلٍك َق اَل‬
‫َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َم ْن َأَص اَب ِم ْن َش ْي ٍء َفْلَيْلَز ْم ُه‬

135
Ibid.hlm.33
136
Buhaerah. 2019. ISLAMIC ENTREPRENEURSHIP MODEL BERBASIS KEARIFAN LOKAL DAN
BERDAYA SAING. IAIN Pare-pare : Sulawesi Selatan. Hal.107
137
Dr. Kabul Wahyu Utomo, M.Si, dkk. “Islamic Entrepreneurship: Konsep Berwirausah
Ilahiyah, Jakarta Timur : Edu Pustaka, 2021, hlm.86

89
Telah menceritakan kepada kami (Muhammad bin Basysyar) berkata, telah
menceritakan kepada kami (Muhammad bin Abdullah) berkata, telah
menceritakan kepada kami (Farwah Abu Yunus) dari (Hilal bin Jubair) dari (Anas
bin Malik) ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa diberi sesuatu maka tekunilah ia.”

Hadits Ibnu Majah Nomor 2139

‫ِإَلى الَّش اِم‬ ‫َح َّد َثَنا ُمَحَّم ُد ْبُن َيْح َيى َح َّد َثَنا َأُبو َعاِص ٍم َأْخ َبَرِني َأِبي َع ْن الُّز َبْيِر ْبِن ُع َبْي ٍد َع ْن َن اِفٍع َق اَل ُكْنُت ُأَج ِّه ُز‬
‫ِإَلى الَّش اِم‬ ‫َو ِإَلى ِم ْص َر َفَج َّهْز ُت ِإَلى اْلِع َر اِق َف َأَتْيُت َعاِئَش َة ُأَّم اْلُم ْؤ ِمِنيَن َفُقْلُت َلَه ا َي ا ُأَّم اْلُم ْؤ ِمِنيَن ُكْنُت ُأَج ِّه ُز‬
‫َفَج َّهْز ُت ِإَلى اْلِع َر اِق َفَقاَلْت اَل َتْفَع ْل َم ا َلَك َو ِلَم ْتَج ِرَك َف ِإِّني َس ِم ْع ُت َر ُس وَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َيُق وُل ِإَذ ا‬
‫َس َّبَب ُهَّللا َأِلَحِد ُك ْم ِر ْز ًقا ِم ْن َو ْج ٍه َفاَل َيَد ْع ُه َح َّتى َيَتَغَّيَر َلُه َأْو َيَتَنَّك َر َلُه‬

Telah menceritakan kepada kami (Muhammad bin Yahya) berkata, telah


menceritakan kepada kami (Abu ‘Ashim) berkata, telah mengabarkan kepadaku
(Bapakku) dari (Az Zubair bin Ubaid) dari (Nafi’) ia berkata, “Aku pernah
mempersiapkan perbekalan untuk pergi ke Syam dan Mesir, namun aku
mempersiapkan diri untuk pergi ke Iraq. Lalu aku mendatangi (‘Aisyah Ummul
Mukminin) dan berkata kepadanya, “Wahai ummul mukminin, aku pernah
mempersiapkan diri untuk pergi ke Syam, dan sekarang aku akan berangkat ke
Iraq.” Maka dia berkata, “Jangan kamu lakukan, apa manfaatnya bagimu dan bagi
perniagaanmu, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Jika Allah membuat sebab bagi seseorang tentang rizkinya
dari satu arah, maka janganlah ia meninggalkannya hingga dia berubah atau
hilang darinya.”

2. BEKERJA KERAS

90
Memulai dan mengoperasikan bisnis biasanya memerlukan kerja
keras, menyita banyak waktu dan membutuhkan kekuatan emosi.
Wirausaha mengalami tekanan pribadi yang tidak menyenangkan
seperti kebutuhan untuk menginvestasikan lebih banyak waktu dan
tenaganya. Kemungkinan gagal dalam bisnis adalah ancaman yang
selalu ada bagi wirausaha. Wirausaha harus menerima berbagai
risiko yang berhubungan dengan kegagalan bisnis. Tak seorang
pun yang ingin gagal, tetapi selalu ada kemungkinan bagi orang
yang memulai..suatu..bisnis.138
Kerja keras adalah modal dasar keberhasilan seseorang. Hampir
semua succesful start up butuh workaholics. Entrepreneur sejati
tidak pernah lepas dari kerjanya, bahkan saat tertidur pun otaknya
bekerja dan berfikir tentang bisnisnya139.

Bekerja keras merupakan esensi dari kewirausahaan. Prinsip kerja


keras, menurut Wafiduddin, adalah suatu langkah nyata yang dapat
menghasilkan kesuksesan (rezeki), tetapi harus melalui proses yang
penuh dengan tantangan (reziko). Dengan kata lain, orang yang
berani melewati resiko akan memperoleh peluang rizki yang besar.
Kata rizki memiliki makna bersayap, rezeki sekaligus resiko.140

Hadits tentang pentingnya kerja keras dan ketekunan


“Barangsiapa yang bekerja keras, niscaya dia akan sukses.” (HR.
Ibnu Majah)
Image of Hadits tentang pentingnya kerja keras dan
ketekunanOpens in a new window
www.slideshare.net

138
DR. IR. ANDI SUARDA, M. Si. 2021. KEWIRAUSAHAAN DALAM ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI).
Yayasan Barcode : Makasar.hal.18
139
Dr. Kabul Wahyu Utomo, M.Si, dkk. “Islamic Entrepreneurship: Konsep Berwirausah
Ilahiyah, Jakarta Timur : Edu Pustaka, 2021, hlm.85
140
Dr. R. Lukman Fauroni, M.Ag., dkk. “PTKI Entrepreneur, Gagasan dan Praktik”, Kurnia
Kalam Semesta 2016,43.

91
Hadits tentang pentingnya kerja keras dan ketekunan

Hadits ini mengajarkan bahwa kerja keras dan ketekunan adalah


kunci kesuksesan dalam segala bidang, termasuk dalam bidang
wirausaha. Seorang wirausahawan harus mau bekerja keras dan
tekun dalam menjalankan usahanya, agar usahanya dapat
berkembang dan sukses.

Dia selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan
selesai. Dia mengutamakan kerja dan mengisi waktu yang ada dengan perbuatan
nyata untuk mencapai tujuan.141 Seperti dalam Hadis Ashim bin Ubaidillah
tentang kecintaan Allah terhadap orang yang berkarya
‫ ن هللا هللا‬: ‫ قال رسوىل هللا صوالهلل هللا عليوه وسوولم‬: ‫ قال‬، ‫ عن أبيه‬، ‫ عن سالم‬، ‫عن عاصم بن عبد هللا‬
) ‫ ن لووا لماررف ا ( أخرجه لبيهقا‬: ‫اووم لموورمن لماروور ا وفووا روووة بوون عبوود‬
Dari Ashim bin Ubaidillah, dari Salim, dari bapaknya, dia berkata,
Rasulullah SAW. telah bersabda “sesungguhnya Allah mencintai seorang
mukmin yang berkarya/ bekerja keras.” Dan di dalam riwayat Ibnu
Abdan, “pemuda yang berkarya/ bekerja keras.” (H.R. Baihaqy)

Bekerja keras merupakan esensi dari kewirausahaan. Prinsip kerja


keras, menurut Wafiduddin adalah suatu langkah nyata yang dapat
menghasilkan kesuksesan (rezeki), teapi harus melalui proses yang penuh
dengan tantangan (risiko). Dengan kata lain, orang yang berani melewati
reziko akan memperoleh peluang rezeki yang besar. Kata rezeki meiliki
makna bersayap, rezeki sekaligus risiko (Wijatno :2009)

Rasulullah bersabda:

141
DR. IR. ANDI SUARDA, M. Si. 2021. KEWIRAUSAHAAN DALAM ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI).
Yayasan Barcode : Makasar.hal.69

92
‫َح َّد َثَنا ُم وَس ى ْبُن ِإْس َم اِع ْيَل َح َّد َثَنا ُو َهْيٌب َح َد َثَنا ِهَش اٌم َع ْن َأِبْيِه َع ْن َحِكْيِم ْبِن ِح َزاٍم َر ِض َي ُهّللا َع ْنُه َع ْن‬
‫ْأ‬
‫الَّنِبِّي َص َّلى ُهّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل اْلَيُداْلُع ْلَيا َخْيٌر ِم ْن اْلَيِد الُّس ْفَلى َو اْبَد ِبَم ْن َتُعوُل َو َخْيُرالَّصَد َقِة َع ْن َظْهِر‬
‫ِغ ًنى َو َم ْن َيْسَتْع ِفْف ُيِع َّفُه ُهّللا َو َم ْن َيْسَتْغ ِن ُيْغ ِنِه ُهّللا َو عَْن ُوَهْيِب َقاَل َأْخ َبًر َنا ِهَش اٌم َع ْن َأِبْي ِه َع ْن َأِبي‬
‫ُهَر ْيَر َة َرِض َي ُهّللا َع ْنُه الَّنِبِّي َص َّلى ُهّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِبَهَذ ا‬

Nabi SAW bersabda : “Tangan diatas lebih baik daripada tangan di bawah,
mulailah orang yang wajib kamu nafkahi, sebaik-baik sedekah dari orang
yang tidak mampu(diluar kecukupan), barang siapa yang memelihara diri
(tidak meminta-minta) maka Allah akan memeliharanya, barang siapa
yang mencari kecukupn maka akan dicukupi oleh Allah.”

Namun rezeki yang telah Allah siapkan tersebut tidak dapat diperoleh
tanpa ikhtiar, usaha dan kerja keras. Semua manusia terikat oleh
sunnatullah tersebut. Bagi mereka yang bersungguhsungguh dan bekerja
keras untuk mencari rezeki berupa harta kekayaan maka Allah akan
memberikannya sekalipun ia orang kafir atau munafik. Begitu pun
sebaliknya, meskipun ia orang yang beriman kepada Allah dan dikenal
sebagai ahli ibadah jika ia hanya berdiam diri dan tidak berusaha bekerja
dengan sungguh-sungguh maka ia tidak akan pernah terbebas dari
kemiskinan.142

Dari aktivitas perdagangan yang dilakukan, Nabi dan sebagian


besar sahabat telah mengubah pandangan dunia bahwa kemuliaan
seseorang bukan terletak pada kebangsawan darah, tidak pula pada jabatan
yang tinggi, atau uang yang banyak, melainkan pada pekerjaan.

142
Muhammad Nur Adnan Saputra “Mengembangkan Jiwa Entrepreneurship Perspektif Al-
Qur’an” ANWARUL : Jurnal Pendidikan dan Dakwah Volume 1, Nomor 1, Desember 2021, hlm.
62.

93
Kewirausahaan merupakan ilmu yang mempelajari tentang nilai,
kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan
optimisme, dorongan semangat dan kemampuan memanfaatkan peluang.

Adapun entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kombinasi


unsur-unsur kewirausahaan (secara) internal, mengolah dan berani
menannggung resiko untuk memanfaatkan peluang usaha dan menciptakan
sesuatu yang baru dengan ketrampilan yang dimiliki.

Rasulullah bersabda :

‫َح َّد َثَنا َأُبو َعاِم ٍر اْلَع َقِد ُّي َع ْن ُمَحَّمٍد ْبِن َع َّم ا ٍر َكَش ا ِكٍش َقاَل َسِم ْع ُت َسِع ْيًدا اْلُم ْقُب ِر َّي ُيَح ِّد ُث َع ْن َأِبي‬
‫ُهَر ْي َر َة َع ْن الَّنِبِّي َص َّلى ُهّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َق اَل َخْي ُر اْلَكْس ُب َي ِد ْلَع اِم ِل‬
‫ِإَذ اَنَصَح‬

Nabi SAW bersabda : “Usaha yang paling baik adalah hasil karya
seseorang dengan tangannya jika ia jujur (bermaksud baik).”

Rasulullah menyatakan bahwa usaha yang paling baik adalah


berbuat sesuatu dengan tanganya sendiri dengan syarat jika dilakukan
dengan baik dan jujur. Hadis tersebut berarti usaha seseorang dengan
tangannya dapat dimaknai dengan wirausaha, karena melakukan sesuatu
dengan tanggannya berarti seseorang dituntut dapat menciptakan sesuatu
dan dapat memanfaatkan peluang dan kemampuan yang dimiliki.
Maksudnya seorang muslim hendaknya melakukan wirausaha dengan
menciptakan sesuatu berdasarkan kemampuan yang dimiliki, berkarya
tanpa henti untuk berinovasi, memanfaatkan peluang yang ada, agar dapat
mencapai keuntungan yang optimal.

Dalam al-Qur’an dijelaskan agar manusia mencari keuntungan dari


apa yang diciptakan Allah SWT semisal lautan. Oleh sebab itu, setiap
muslim diwajibkan untuk berusaha mengembangkan sesuatu yang
bermanfaat,. Allah SWT menyukai orang-orang yang kuat dan mau

94
berusaha, serta mampu menciptakan kreasi baru yang lebih baik untuk
kebahagiaan didunia dan akhirat.

Rasulullah bersabda :

‫َح َّد َثَنا َيِز يُد َح َّد َثَنا اْلَم ْسُعوِد ُّي َع ْن َو اِئٍل َأِبي َبْك ٍر َع ْن َع َباَي َة ْبِن ِر َفاَع َة ْبِن َر ا ِف ٍع ْبِن َخ ِد ْيٍج َع ْن َج ِّد ِه‬
‫َر اِفِع ْبِن َخ ِد ْيٍج َقاَل ِقْيَل َياُسوَل ِهّللا َأُّي اْلَكْس ِب َأْطَيُب َقاَل َع َم ُل الَّرُج ِل ِبَيِدِه َو ُك ُّل َبْيٍع َم ْبُروٍر‬

Rasulullah ditanya: “ usaha apa yang paling baik?” beliau menjawab:


“usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan jual beli yang baik.”

‫َح َّد َثَنا َأْس َو ُد ْبُن َعاِم ٍر َقاَل َح َّد َثَنا َش ِرْيٌك َع ْن َو اِئٍل َع ْن ُج َم ْيِع ْبِن ُع َم ْيٍر َع ْن َخ اِلِه َقاَل ُس ِئَل الَّنِبُّي َص َّلى‬
‫هّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َع ْن َأْفَض ِل اْلَكْس ِب َفَقاَل َبْيٌع َم ْبُروٌر َو َع َم ُل الَّرُج ِل ِبَيِدِه‬

Rasulullah ditanya tentang usaha yang paling utama, beliau menjawab:


“jual beli yang baik dan usaha yang dilakukan seseorang dengan
tangannya sendiri.”(4)

Rasulullah bersabda :

‫َع ْن َعاِص ْم ْبِن ُع َبْيِد هللا َع ْن َس اِلْم َع ْن َأِبْيِه َقاَل َقاَل َر ُسْو ُل ِهلل َص َلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِإَّن َهللا ُيِح ُّب اْلُم ْؤ ِم َن‬
.)‫اْلُم ْح َتِر َف (أخرجه البيهقى‬

“Dari ‘Ashim Ibn ‘Ubaidillah dari Salim dari ayahnya, Ia berkata bahwa
Rasulullah SAW. Bersabda: “Sesungguhnya Allah menykai orang mukmin
yang berkarya.”(HR. Al-Baihaqy).

Isi kandungan hadits ini menjelaskan bahwa Allah SWT. lebih mencintai
hamba-hambanya yang mukmin untuk berkarya atau bekerja keras.
Seseorang yang berwirausaha mempunyai jiwa untuk berkarya dan
biasanya mereka mempunyai karakter wirausahawan yang melekat pada
dirinya, seperti proaktif, produktif, pemberdaya, dermawan, kreatif,
inovatif, rendah hati, dan sifat baik lainnya.

95
1. Proaktif, suka mencari informasi yang ada hubungannya dengan
dunia yang digelutinya, agar mereka tidak ketinggalan informasi
sehingga segala sesuatunya dapat disikapi dengan bijak dan tepat.

2. Produktif, mementingkan pengeluaran yang bersifat produktif


daripada yang bersifat konsumtif merupakan kunci untuk sukses.
Memperhitungkan dengan teliti, dan cermat dalam memutuskan
pengeluaran uang untuk hal-hal yang produktif bisa menekan
kecenderungan pada hal-hal yang bersifat kemewahan, dan gengsi
yang tidak menghasilkan keuntungan.

3. Pemberdaya, memahami manajemen, menangani pekerjaan dengan


membagi habis tugas dan memberdayakan orang lain dalam
pembinaannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan
demikian di satu sisi tujuan bisnisnya tercapai, dan di sisi lain orang
yang bekerja padanya juga di berdayakan sehingga mendapat
pengalaman, yang pada gilirannya nanti dapat berdiri sendiri berkat
pemberdayaan yang dilakukan oleh pemimpinnya.

Sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad


SAW. “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin harus
bertanggung jawab atas kepemimpinannya”.

4. Tangan di atas, setiap rezeki yang diterima harus ada sebagian yang
dibagikan kepada orang-orang yang kurang beruntung yang diberikan
secara ikhlas. Bagi para wirausaha tangan di atas (suka memberi) ini
merupakan hal penting dalam hidupnya karena setiap pemberian yang
ikhlas menambah kualitas dan kuantitas rezekinya dan hidupnya penuh
berkah. Itulah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW. dalam salah satu
hadisnya “Tangan di atas lebih mulia dari tangan yang di bawah”.

5. Rendah hati, sejatinya menyadari keberhasilan yang dicapainya


bukan sepenuhnya karena kehebatannya, tetapi ia sadar betul di

96
samping upayanya yang sungguh-sungguh ia juga tidak terlepas dari
pertolongan Allah, dan harus diyakini betul bagi para wirausaha
muslim, sehingga akan selalu bersyukur dan tawadhu (rendah hati).

6. Kreatif, mampu menangkap dan menciptakan peluang-peluang bisnis


yang bisa dikembangkan, sehingga ia tidak pernah khawatir kehabisan
lahan bisnisnya.

Inovatif, sifat inovatif selalu mendorong kembali kegairahan untuk


meraih kemajuan dalam berbisnis. Mampu melakukan pembaruan-
pembaruan dalam menangani bisnis yang digelutinya, sehingga bisnis
yang dilakukannya tidak pernah usang dan selalu dapat mengikuti
perkembangan zaman.

Bekerja keras bernilai ibadah dan mendapat pahala apabila


dilakukan dengan ikhlas sesuai dengan tuntutan dan tidak bertentangan
dengan ketentuan syari’ah. Islam memposisikan bekerja sebagai
kewajiban kedua setelah shalat. Semua yang kita lakukan dalam
berwirausaha akan dipertanggungjawabkan dalam pengadilan Allah di hari
kiamat nanti. Baik cara mendapatkannya, mengumpulkannya, sumber
kehalalannya, serta pemanfaatan harta yang dikumpulkan.

Bekerja keras dengan etos kerja Islami maksudnya bekerja yang


didasari budaya kerja Islami yang bertumpu pada akhlakul karimah. Ciri
orang yang bekerja dengan etos kerja Islami nampak pada sikap dan
prilaku dalam kehidupan sehari-hari seperti, leadership, menghargai
waktu, ikhlas, jujur, berkomitmen, istiqomah, konsekuen, disiplin, percaya
diri, kreatif, bertanggung jawab, berjiwa wirausaha, dan sebagainya.(5)

Rasulullah bersabda :

97
‫ َلْيَس ِبَخْي ِرُك ْم َم ْن َت َر َك ُد ْنَي اُه آلِخ َرِت ِه‬: ‫ َقاَل َر ُسُل ِهللا َص َّلى هللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬، ‫َع ْن َأَنَس ْبِن َم ِلٍك َقاَل‬
‫َو ال آِخَر ُت ُه ِل ُد ْنَياُه َح تَّى ُيِص ْيُب ِم ْنُهَم ا َجِم ْيًع ا َف ِإَّن الُّد ْنَي َبالٌغ ِإَلى اآلِخ َرِة َو َالَتُك ْو ُن ْو ا كَّال َع َلى‬
.) ‫الَّناس ( رواه الديلمي وابن عساكر‬

“Dari Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah SAW. bersabda: bukankah


orang yang paling baik di antara kamu orang yang meninggalkan
kepentingan dunia untuk mengejar akhirat atau meninggalkan akhirat
untuk mengejar dunia sehingga dapat memadukan keduanya.
Sesungguhnya kehidupan dunia mengantarkan kamu menuju kehidupan
akhirat. Janganlah kamu menjadi beban orang lain. (HR. Ad-Dailamy dan
Ibnu Asakir).

Hadits ini menjelaskan tentang keseimbangan hidup di dunia dan


akhirat. Kehidupan yang baik ialah kehidupan seseorang yang mampu
menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhiratnya dengan menyadari
bahwa kehidupan di dunia tidak abadi, dan bekal hidup di akhirat hanyalah
amal shaleh yang dikerjakan selama hidup di dunia, seperti yang dikatakan
orang Jawa; “Urip iku mung mampir ngobe”. Umat Islam dilarang untuk
menjadi beban orang lain, maka dianjurkan berusaha untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari dengan kemampuannya sendiri, sebagaimana
hadits yang diriwayatkan Ibnu Asakir, “Bekerjalah untuk duniamu
seakan-akan kamu hidup untuk selamanya. Dan bekerjalah untuk
akhiratmu seakan-akan kamu mati besok”.(6)

Rasulullah bersabda :

‫ َم ا َأَك َل َاَح ٌد َطَع اًم ا َقُّط‬: ‫َع ْن اْلِم ْقَداِم ْبِن َم ْع ِدَيْك ِر َب َرِض َي ُهللا َع ْنُه َعن النبي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َلَم َقاَل‬
.‫ َو ِإَّن َنِبَّي هللا َداُوَد َع َلْي ِه الَّس َالم َك اَن َيْأُك ُل ِم ْن َع َم ِل َي ِدِه‬، ‫َخْي ًرا ِم ْن َأْن َيْأُك َل ِم ْن َع َم ِل َي ِدِه‬
.) ‫(رواه البخارى‬

“Dari Al-Miqdam bin Ma’dikarib RA. : Nabi SAW. bersabda, “tidak ada
makanan yang lebih baik dari seseorang kecuali makanan yang ia peroleh

98
dari uang hasil keringatnya sendiri. Nabi Allah, Daud AS. makan dari
hasil keringatnya sendiri.” (HR. Al-Bukhori).

Hadits ini berisi anjuran makan dari hasil usaha sendiri. Rasulullah
SAW. menganjurkan umatnya supaya berusaha memenuhi hajat hidup
dengan jalan apapun menurut kemampuan asal jalan yang ditempuh itu
halal. Penjelasan hadits di atas bahwasanya nabi Daud AS. di samping
sebagai Nabi dan Rasul, juga seorang raja. Diceritakan dalam hadits nabi
SAW., bahwa apa yang dimakan oleh nabi Daud AS. adalah jerih
payahnya sendiri dengan bekerja yang menghasilkan sesuatu sehingga
dapat memperoleh uang untuk keperluan hidupnya sehari-hari.(7)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa


sallam bersabda, "Apabila seseorang dari kalian telah menyelesaikan
shalat subuh, hendaklah dia bekerja untuk mencari nafkah, karena
sesungguhnya bekerja di waktu pagi lebih memberikan rezeki." (HR.
Muslim

Tapi perlu diperhatikan, bahwa salah satu elemen penting dalam keberhasilan
kerja keras adalah berserah diri kepada Allah SWT, dengan selalu berdoa kepada-
Nya. Kerja keras yang diiringi dengan doa akan mudah memperoleh kesuksesan.

‫َح َّد َثَنا َيِز يُد َأْخ َبَر َنا ِه َش اٌم َو َع ْبُد اْلَو َّهاِب َأْخ َبَر َنا ِهَش اٌم َع ْن َيْح َيى َع ْن َأِبي َج ْع َف ٍر َأَّن ُه َس ِمَع َأَب ا ُهَر ْي َر َة‬
‫َيُقوُل َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِإَذ ا َبِقَي ُثُلُث الَّلْيِل َنَز َل ُهَّللا َع َّز َو َج َّل ِإَلى َس َم اِء الُّد ْنَيا َفَيُقوُل‬
‫َم ْن َذ ا اَّلِذ ي َيْد ُعوِني َفَأْسَتِج يَب َلُه َم ْن َذ ا اَّلِذ ي َيْسَتْغ ِفُر ِني َفَأْغ ِفَر َلُه َم ْن َذ ا اَّلِذ ي َيْسَتْر ِز ُقِني َفَأْر ُزَقُه َم ْن‬
‫َذ ا اَّلِذ ي َيْسَتْك ِش ُف الُّض َّر َفَأْك ِش َفُه َع ْنُه َح َّتى َيْنَفِج َر اْلَفْج ُر‬
Telah menceritakan kepada kami Yazid, telah mengabarkan kepada kami
hisyam dan Abdul Wahhab, telah mengabarkan kepada kami Hisyam dari
Yahya dari Abu Ja'far, bahwa ia mendengar Abu Hurairah berkata,

99
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Jika telah tersisa sepertiga malam Allah
'Azza wa Jalla turun ke langit dunia, Dia berfirman: 'siapa yang berdoa
kepada-Ku maka akan Aku beri, barang siapa meminta ampun kepada-Ku
maka akan Aku ampuni, barang siapa meminta rezeki kepada-Ku maka
akan Aku beri rezeki, barang siapa meminta kepada-Ku agar dibukakan
permasalahannya, maka akan Aku bukakan baginya.' sehingga terbit
matahari."

Setelah berusaha keras dari pekerjaan yang lakukan, maka sebuah


tuntunan dalam Islam agar seorang muslim senantiasa berdo’a kepada
Tuhannya, harus berdo’a kepada Allah Swt. Agar diberi nikmat dan rezeki
yang halal, berkah dan berlimpah. Do’a memiliki arti penting karena
dengan do’a-lah seluruh kerja keras menjadi tidak sia-sia karena
memperoleh ridla-Nya143.

(1) Handri Rahardjo, Kalo Gak Mau Kaya, Jangan Berwirausaha (Yogyakarta:
Penerbit Cakrawala, 2009), hlm. 15.

(2) Ma’ruf Abdullah, Wirausaha Berbasis Syari’ah (Banjarmasin: Antasari Press,


2011), hlm. 1.

(3) Muhammad anwar, pengantar kewirausahaan teori dan aplikasi (jakarta:


prenada,2014)hlm,2

(4) Muhammad anwar, pengantar kewirausahaan teori dan aplikasi (Jakarta:


prenada,2014) hlm, 126-212

143
Anif Sirsaeba, Berani Kaya Berani Takwa, ( Jakarta: Repubika, 2006), cet. III, hlm.225

100
(5) Ma’ruf Abdullah, Wirausaha Berbasis Syari’ah, (Banjarmasin: Antasari Press,
2011), hlm. 3-8.

(6) Buya H.M. Alfis Chaniago dan Saiful El-Usmani, Kumpulan Hadis
Pilihan, (Jakarta: Dewan Mubaligh Indonesia, 2008), hlm. 98.

(7) Husaini A. Majid Hasyim, Syarah Riyadhush Shalihin 2, (Surabaya: PT. Bina
Ilmu, 1993), hlm. 347.

3. KREATIF
Kreatif merupakan kepampuan yang dimiliki seseorang untuk mampu
menghasilkan hal-hal yang baru, baik berupa karya/produk, jasa, ataupun berupa
gagasan. Sehingga dengan hal itu mereka mampu bersaing dengan menonjolkan
hal berbeda yang mampu diciptakannya.

Kreatifitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dna cara-cara


baru yang dalam pemecahan masalah dan menemukan peluang atau dengan kata
lain kemampuan untuk memikirka sesuatu yang baru dan berbeda. 144(hal.30)
Dengan kata lain, kreatif adalah karakter yang menjadikan seseorang selalu
melihat segala sesuatu dengan cara berbeda dan baru. Proses kreativitas
melibatkan adanya ide-ide baru, berguna dan tidak terduga, tetapi dapat
diimplementasikan dengan nyata.145

Sesuai dengan inti dari jiwa entrepreneur yaitu kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif
dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan

144
DR. IR. ANDI SUARDA, M. Si. 2021. KEWIRAUSAHAAN DALAM ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI).
Yayasan Barcode : Makasar.hal.30
145
Mohammad Darwis. 2027. ENTREPRENEURSHIP DALAM PERSPEKTIF ISLAM; MENEGUHKAN
PARADIGMA PERTAUTAN AGAMA DENGAN EKONOMI. Iqtishoduna Vol. 6 No. 1.hal.217

101
hidup, maka seorang entrepreneur harus mempunyai kemampuan kreatif didalam
mengembangkangkan ide dan pikiranya terutama didalam menciptakan peluang
usaha didalam dirinya, dia dapat mandiri menjalankan usaha yang digelutinya
tanpa harus bergantung pada orang lain, seorang Entrepreneur harus dituntut
untuk selalu menciptakan hal yang baru dengan jalan mengkombinasikan sumber-
sumber yang ada disekitarnya, mengembangkan teknologi baru, menemukan
pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa
yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan
menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen146.(hal.43)

Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausaha harus memiliki daya


kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh cara
berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan
produk-produk yang telah ada di pasar selama ini. gagasan-gagasan yang kreatif
umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru seringkali
ide-ide jenius yang memberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha
awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya
mustahil.147(hal.66)

Fungsi otak manusia dibagi menjadi 2 bagian, yaitu otak sebelah kanan dan otak
sebelah kiri. Menurut Zimmerer (1996) manusia menggunakan otak sebelah kanan
untuk belajar mengembangkan keterampilan kreatif dengan ciriciri sebagai berikut
:148
1. Selalu bertanya, “Apa ada cara yang lebih baik ?”
2. Selalu menantang kebiasaan, tradisi dan rutinitas.
3. Berefleksi atau merenungkan dan berfikir dalam.
4. Berani bermain mental, mencoba melihat masalah dari
146
Dr. Ir. Hasanah, M.T, ” Entrepreneurship : Membangun Jiwa Entrepreneur Anak Melalui
Pendidikan Kejuruan”, Makassar : CV. Misvel Aini Jaya, 2015, 43
147
DR. IR. ANDI SUARDA, M. Si. 2021. KEWIRAUSAHAAN DALAM ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI).
Yayasan Barcode : Makasar.hal.66
148
DR. IR. ANDI SUARDA, M. Si. 2021. KEWIRAUSAHAAN DALAM ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI).
Yayasan Barcode : Makasar.hal.88-89

102
perspektif yang berbeda.
5. Menyadari kemungkinan banyak jawaban dari pada satu
jawaban yang benar.
6. Melihat kegagalan dan kesalahan hanya sebagai jalan untuk
mencapai kesuksesan.
7. Mengorelasikan ide-ide yang masih samar terhadap masalah
untuk menghasilkan pemecahan inovatif.
8. Memiliki keteramplan “helikopter”, yaitu kemampuan
untuk bangkit di atas kebiasaan rutin dan melihat
permasalahan dari persepektif yang lebih luas kemudian
memfokuskannya pada kebutuhan untuk berubah.(hal.88-89)

Baiklah, berikut adalah beberapa hadits tentang pendidikan wirausaha:

Hadits tentang pentingnya inovasi dan kreativitas


“Barangsiapa yang menciptakan sesuatu yang baru, maka dia memiliki hak
cipta atas hal itu.” (HR. Abu Daud)

Sunan Ibnu Majah #199


‫ َح َّد َثَنا َحُمَّم ُد ْبُن َعْب ِد اْلَم ِل ِك ْبِن َأيِب الَّش َو اِرِب َح َّد َثَنا َأُبو َعَو اَنَة َح َّد َثَنا َعْب ُد اْلَم ِل ِك ْبُن ُعَم ٍرْي َعْن اْلُم ْن ِذ ِر ْبِن‬:١٩٩ ‫سنن ابن ماجه‬
‫َج ِريٍر َعْن َأِبيِه َقاَل َقاَل َرُس وُل الَّل ِه َص َّلى الَّل ُه َعَلْي ِه َو َس َّلَم َمْن َس َّن ُس َّنًة َح َس َنًة َفُعِم َل َهِبا َك اَن َلُه َأْج ُر َه ا َو ِم ْث ُل َأْج ِر َمْن َعِم َل َهِبا اَل‬
‫َيْنُقُص ِم ْن ُأُج وِر ِه ْم َش ْيًئا َو َمْن َس َّن ُس َّنًة َس ِّيَئًة َفُعِم َل َهِبا َك اَن َعَلْيِه ِو ْز ُر َه ا َو ِو ْز ُر َمْن َعِم َل َهِبا ِم ْن َبْعِدِه اَل َيْنُقُص ِم ْن َأْو َز اِر ِه ْم َش ْيًئا‬

Sunan Ibnu Majah 199: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Abdul
Malik bin Abu Syawarib] berkata: telah menceritakan kepada kami [Abu
'Awanah] berkata: telah menceritakan kepada kami [Abdul Malik bin Umair] dari
[Al Mundzir bin Jarir] dari [Bapaknya] ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda: "Barangsiapa membuat satu sunnah yang baik, kemudian
sunnah tersebut dikerjakan, maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala
orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan
barangsiapa membuat satu sunnah yang buruk kemudian sunnah tersebut
dikerjakan, maka ia akan mendapatkan dosanya dan dosa orang yang
mengikutinya tanpa mengurangi dari dosa mereka sedikitpun."

103
.

Hadits ini mengajarkan bahwa inovasi dan kreativitas adalah hal yang
penting dalam dunia usaha. Seorang wirausahawan harus mampu
menciptakan sesuatu yang baru dan inovatif, agar usahanya dapat bersaing
dengan usaha-usaha lain. Selain itu, seorang wirausahawan juga harus
kreatif dalam menjalankan usahanya, agar usahanya dapat berkembang
dan maju.

Sources
info

DAFTAR RUJUKAN

Dr. R. Lukman Fauroni, M.Ag., dkk. “PTKI Entrepreneur, Gagasan dan Praktik”,
Kurnia Kalam Semesta 2016
Dr. Ir. Hasanah, M.T, ” Entrepreneurship : Membangun Jiwa Entrepreneur Anak
Melalui Pendidikan Kejuruan”, Makassar : CV. Misvel Aini Jaya, 2015
Wajidi Sayadi, “Hadis Tarbawi : Pesan-pesan Nabi SAW tentang Pendidikan”,
Jakarta : Pustaka Firdaus, 2011
Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta : Gema Insani Press,
1995
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009

104
M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta : Bulan
Bintang, 1993
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam dalam Abad Ke-21, Jakarta : PT. Al Husna
Zikra, 2001
Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, “Manajemen Pendidikan”, Yogyakarta :
Aditya Media FIP UNY, 2012
Dr. Kabul Wahyu Utomo, M.Si, dkk. “Islamic Entrepreneurship: Konsep
Berwirausah Ilahiyah, Jakarta Timur : Edu Pustaka, 2021
Suryana, “Entrepreneur: Pedoman praktis, kiat dan Proses menuju sukses”.
Jakarta: Salemba Empat, 2008
Nasution, A.H., Arifin, B.N., & Suef, Mukh. “Entrepreneurship, membangun
spirit teknopreneurship”. Yogyakarta: Andi Offset. 2007
Sunyoto Danang & Ambar Wahyuningsih. Panduan Entrepreneur: Teori, evaluasi
& Entrepreneur mandiri), Bogor: Jelajah Nusa, 2009
Alma, Buchori. “Entrepreneur”. Bandung: Alfabeta, 2000
Suherman, Eman. “Desain pembelajaran kewirausahaan”. Bandung :
ALFABETA, 2008
Ciputra. “Kewirausahaan mengubah Masa depan bangsa dan masa depan
Anda”, Jakarta: PT Alex Media Kompetindo, 2008
Kristanto Heru. ”Kewirausahaan, entrepreneurship : Pendekatan manajemen dan
praktik”, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009
Arbain Nurdin, M.Pd.I & M. Uzaer Damairi, M.Th.I. “Hadis Tarbawi:Nilai-nilai
Pendidikan dalam Hadis Nabi”, CV. Lintas Nalar : Yogyakarya, 2021
Sukmadinata, N.S. “Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosadakarya”, 2011
Mahmud. “Metode Penelitian Pendidikan”. Bandung: Pustaka Setia, 2011
Azwar, Saifuddin. “Metode Penelitian”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D” Bandung : IKAPI,
2016
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta, 2011

105
Sandu Siyoto dan Muhammad Ali Sodik. 2015. Dasar Metodelogi Penelitian.
Yogyakarta: Penerbit Literasi Media Publishing, 2005
Muhammad Nur Adnan Saputra “Mengembangkan Jiwa Entrepreneurship
Perspektif Al-Qur’an” ANWARUL : Jurnal Pendidikan dan Dakwah
Volume 1, Nomor 1, Desember 2021
Fikri Maulana, “Pendidikan Kewirausahaan dalam Islam”, IQ (Ilmu Al-qur’an):
Jurnal Pendidikan Islam Volume 2 No. 01 2019
Azis, “Pendidikan Islam Dan Enterpreneurship”, AL MURABBI, Volume 3,
Nomor 1, Juli 2016
https://books.google.co.id/books?
id=EojQhs1LCPkC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/3200/3/3105194_Bab2.pdf

106

Anda mungkin juga menyukai