Anda di halaman 1dari 89

PERAN GURU AKHLAK DALAM MEMBINA

AKHLAK SANTRI DI PONDOK PESANTREN


NURUL HIDAYAH PUSAT LEUWILIANG
SADENG BOGOR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Pada Program Studi / Jurusan Pendidikan Agama Islam
STAI Nida El Adabi

Oleh :
Muhammad Kasyfu Yazid
NIM: 19.01.01.0083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM JURUSAN AGAMA


ISLAM FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN STAI NIDA EL
ADABI PARUNG PANJANG BOGOR 2022 2023

1
LEMBAR PERSETUJUAN
Bahwa Skripsi yang berjudul :
PERAN GURU AKHLAK DALAM MEMBINA AKHLAK
SANTRI DI PONDOK PESANTREN NURUL HIDAYAH
PUSAT
Oleh :
MUHAMMAD KASYFU YAZID
NIM : 19.01.01.0083
Setelah diperiksa dan diperbaiki sesuai dengan saran
pembimbing, dapat diajukan/disahkan untuk mengikuti siding
skripsi
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Dr .SYAHLARRIYADI, MM. SARADELA M.Pd


NIDN : NIDN :

Mengetahui,
Ketua STAI Nida El adabi Kaprodi PAI

Drs. H. Ramlan Rosyad, M.Si Akhmad Kharis K, S.IP. M.Pd

NIDN :8829433420 NIDN :2112038304

II
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi a.n Muhammad Kasyfu Yazid, NIM :19.01.01.0083 yang
berjudul “Peran Guru akhlak dalam Membina Akhlak Santri
di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat Sadeng Bogor”
telah diuji dalam sidang munaqosyah Sekolah Tinggi Agama Islam
Nida El adabi Bogor, pada hari ….. tanggal……………2023.
Skripsi tersebut telah disahkan dan diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada
program studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama
Islam Nida El adabi.

Bogor,…………….2023

Sidang munaqosyah
Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap
anggota,

Drs. H. Ramlan Rosyad, M.Si Abdul Latif, S.Pd

Penguji I Penguji

III
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Muhammad Kasyfu Yazid
NIM : 19.01.01.0083
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul skripsi : Peran Guru Akhlak Dalam Membina Akhlak
santri di Pondok Pesantren Nurul Hidayah
Pusat.
Dengan ini saya menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang
telah saya buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar
keasliannya. Apabila ternyata dikemudian hari Skripsi ini
merupakanhasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain,
maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia
menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib Sekolah Tinggi
Agama Islam Nida El Adabi. Demikian pernyataan ini saya buat
dalam keadaan sadar dan tidak ada paksaan dari siapapun.

Bogor,
Yang membuat pernyataan

Muhammad Kasyfu Yazid

IV
ABSTRAK

V
KATA PENGANTAR

VI
DAFTAR ISI

DAFTRA ISI ........................................................................ .........ii


BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar
Belakang....................................................................................3
B. Identifikasi Masalah................................................................3
C. PembatasanMasalah..................................................................
.............3
D. Perumusan
Masalah.......................................................................................
......3
E. Manfaat
Penelitian.....................................................................................
...........3
F. Sistimatika
Penulisan.....................................................................................
......4
BAB II ACUAN
TEORITIS............................................................................................5
A. Peran
Guru..........................................................................................................
..........5
1. Pengertian
Guru...............................................................................................5
2. Tugas
Guru.......................................................................................................7
3. Mcam Macam
guru..........................................................................................8
B. Pembinaan
akhlak......................................................................................................
10
1. Pengertian
Pembinaan...................................................................................10
2. Tujuan dan Dasar Hukum Pembinaan Akhlak Dalam
Islam....................10
3. Bentuk Bentuk
Pembinaan............................................................................12
4. Bentuk bentuk
akhlak....................................................................................13

VII
5. Manfaat Akhlak
Mulya..................................................................................14
6. Sifat Sifat
Akhlak............................................................................................15
C. Metode pembinaan aklak
santri................................................................................17
1. Metode
pembinaan.........................................................................................17
2. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pembinaan
Akhlak...........................20
D. Tujuan tentang
santri.................................................................................................22
1. Pengertian
santri.............................................................................................22
2. Dimensi santri yang harus di
kembangkan..................................................22
BAB III METODE
PENELITIAN.................................................................................26
A. Tujuan
Penelitian.....................................................................................
...........26
B. Tempat dan Waktu
Penelitian...........................................................................27
C. Latar
penelitian.....................................................................................
..............27
D. Metode
penelitian.....................................................................................
...........27
E. Fokus
penelitian.....................................................................................
.............27
F. Pertanyaan
penelitian.....................................................................................
....27
G. Prosudur pengumpulan data dan perekaman
data.........................................27
H. Analisa
data..............................................................................................
...........28

VIII
I. Pemeriksaan atau pengecekan keabsahan
data...............................................28
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................
.......29

IX
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru merupakan seorang yang memberikan pendidikan atau
ilmu dalam bidang aspek keagamaan dan membimbing anak didik
kearah pencapaian kedewasaan serta membentuk kepribadian
muslim yang berakhlak, sehingga terjadi keseimbangan
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Sudah barang tentu bimbingan dan penyeluhan harus
diintensipkan dan harus sama dengan tujuan utama dari pendidikan
agama Islam yaitu: Membina manusia dengan nilai-nilai agama,
sekaligus mengajarkan ilmu agama sehingga para santri mampuh
mengamalkan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Banyak
orang yang berpendidikan agama tapi berakhlah tidak baik dan tidak
bermoral mereka tidak mentaati segala perintah Allah SWT dan
ajaran yang sudah diajakar oleh Nabi Muhammad SAW. Jika
kendala ini sudah terjadi, maka akan timbul perbuatan yang dapat
meresahkan dan mengancam ketentraman masyarakat, kejahatan
yang mereka lakukan sudah pasti melanggar hak-hak yang baik
yang berupa harta maupun jiwa. Perbuatan tersebut dapat
menimbulkan keresahan sosial dalam masyarakat, bukan saja dari
kota-kota besar akan tetapi hal tersebut sudah menyebar ke desa-
desa.
Pembinaan akhlak merupakan salah satu bagian yang terpenting
dalam tujuan pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional telah
diatur pada undang undang No. 20 tahun 2003 yang berisi bahwa
pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

1
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Hal ini sesuai dengan tugas Nabi diutus ke muka bumi ini
sebagai penyempurna akhlak. Bahkan, banyak tindakan kriminal
yang dilakukan antar pelajar bahkan pemuda karena pembinaaan
budi pekerti dan akhlaq pada siswa yang kurang berhasil. Pada
kehidupan berbangsa dan bermasyarakat masa kini serta masa
depan akan menampung masalah yang sangat besar karena gagalnya
pembinaan akhlak dan budi pekerti .
Dengan pelaksanaan pendidikan akhlak, diharapkan setiap
muslim mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan akhlak dapat mengantarkan pada jenjang kemuliaan
akhlak karena dengan pendidikan akhlak tersebut, manusia menjadi
semakin mengerti akan kedudukan dan tugasnya sebagai hamba dan
khalifah di muka bumi.
Selain dari pada itu pendidikan agama di Pesantren Nurul
Hidayah juga berperan untuk membentuk pribadi yang muslim.
Pribadi muslim dimaksud adalah pengamalan sepenuhnya ajaran
Allah dan Rosul-Nya. Tetapi pribadi muslim tidak akan tercapai
atau terbina kecuali dengan pengajaran dan pendidikan. Membina
pribadi muslim adalah wajib dan karena pribadi muslim tidak akan
terwujud kecuali dengan pendidikan, maka pendidikan itu menjadi
wajib dalam pandangan Islam.
Upaya dalam meningkatkan akhlak santri di pondok pesantren
Nurul Hidayah Pusat sangatlah penting, Karena salah satu faktor
penyebab kegagalan Pendidikan Agama Islam selama ini adalah
rendahnya akhlak mulia peserta didik, kelemahan Pendidikan

2
Agama Islam di Pesantren Nurul Hidayah disebabkan karena
pendidikan selama ini hanya menekankan kepada proses
pentransferan ilmu kepada peserta didik saja, belum ada proses
transformasi nilai-nilai luhur keagamaan kepada peserta didik untuk
membimbingnya agar menjadi manusia yang berkepribadian kuat
dan berakhlak mulia. Dalam kenyataannya memang persoalan
akhlak selalu mewarnai kehidupan manusia dari waktu ke waktu,
terjadinya kemerosotan akhlak merupakan penyakit yang dapat
dengan cepat menjalar secara luas merambat ke segala bidang
kehidupan manusia jika tidak segera diatasi.
Pondok Pesantren Nurul Hidaya Pusat Leuwiliang Sadeng Bogor
sebagai salah satu lembaga pendidikan yang memberi pendidikan
agama Islam, Pondok Pesantren Nurul Hidayah pusat tergolong
rendah dalam segi akhlak perserta didiknya. Hal ini terbukti sulitnya
para santri untuk menghormat kepada guru, orang tua maupun
kepada teman-temanya.
Melihat permasalahan yang muncul saat ini, orang tua tidak bisa
dengan sendirinya membina akhlak dan membutuhkan orang-orang
yang dianggap lebih menguasai akan hal tersebut (kyai, ustadz,
ustadzah dan lain sebagainya) dengan alasan orang tua menaruh
harapan yang lebih pada anaknya. Sebagai solusinya pondok
sebagai wadah pembentuk akhlak memiliki amanat mengantarkan
moral dan harus bisa membungkusnya dalam penyampaiannya.
Dibalik itu, adanya pondok pesantren memiliki peran penting
sebagai lembaga pendidikan agama yang ikut serta mewarnai
kehidupan menjadi lebih baik serta harus mengambil posisi ganda
yaitu sebagai pengembang akhlak dan ilmu pengetahuan dengan
bermacam-macam metode untuk mewujudkannya.

3
Dengan adanya Pondok Pesantren dapat disimpulkan, peserta
didik harus diberi arahan dan pembinaan agar dapat menjadi orang
yang berakhlak dan membentuk ketaatan dalam menghormati
kepada seseorang. Untuk itu penulis ingin mengetahui lebih lanjut
tentang “Peran Guru Akhlak Dalam Membina Akhlak Santri Di
Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat”
B. Identifikasi Masalah
Bedasarkan latar belakang tersebutdi atas, peneliti dapat
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Kurangnya guru yang tidak memiliki nilai-nilai moral dan etika
yang penting, akan kesulitan memberikan pendidikan moral
yang tidak memadai kepada santri.
2. Kurangnya pemahaman dan kesadaran akan pentingnya
pendidikan ahklak
3. Minimnya kepribadian akhlak santri
4. Kurangnya perhatian dan penekana pada pembinaan ahklak
C. Pembatasan Masalah
Untuk memperoleh gambaran yang lebih utuh dan jelas, serta
terhindar dari interpretasi yang meluas dan tidak fokus, maka batasan
masalah dalam penelitian ini adalah Peran guru dalam membina
akhlak santri Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana akhlak santri di Pesantren Nurul Hidayah Pusat
2. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam
melaksanakan pembinaan akhlak santri di Pesantren.
3. Bagaimana peran guru akhlak dalam membina akhlak santri.

4
E. Manfaat penelitian
Dengan adanya penelitian ini semoga dapat bermanfaat dan
berguna bagi Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat dan para
pembaca. Hasil ini mempunyai beberapa manfaat antara lain :
1. Manfaat Teoritis
Dapat memperkaya telaah kepustakaan dan menambah khasanah
ilmu pengetahuan khususnya tentang “Peran Guru Akhlak Dalam
Membina Akhlak Santri”.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi STAI Nida El Adabi : dapat digunakan sebagai bahan
evaluasi terhadap pola pembinaan yang selama ini dilakukan
dan juga sebagai acuan untuk perkembangan dan pembinaan
di masa yang akan datang.
b) Bagi Guru : dapat memberikan informasi kepada guru dalam
upaya membimbing dan membina santri supaya memiliki
akhlak yang baik.
c) Bagi siswa : memperoleh pengalaman langsung dengan
adanya bimbingan dan arahan dari guru.
d) Bagi Peneliti : sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan
pengalaman yang nantinya dapat digunakan sebagai bekal
untuk terjun kedalam dunia pendidikan.
F. Sistimatika Penulisan
Sistimatika penulisan proposal skripsi ini disusun sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah,
Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah, Manfaat Penelitian dan
Sistimatika Penulisan.

5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang Peran Guru, Pembinaan Akhlak, Metode
Pembinaan Akhlak Santri dan Tujuan Tentang Santri.
BAB II : METODE PENELITIAN
Berisi tentang tujuan Tujuan Penelitian, Tempat dan Waktu
Penelitian, Latar Penelitian, Metode Penelitian, Fokus Penelitian,
Pertanyaan Penelitian, Prosedur Pengumpulan Data dan Perekaman
Data, Analisa Data dan Pemeriksaan Data atau Pengecekan
Keabsahan Data.
DAFTAR PUSTAKA

6
BAB II
ACUAN TEORITIS
A. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar yang terencana
dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi
dengan tuntunannya untuk menghormati penganut agama lain
dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama
hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Pendidikan
Agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam
rangka mempersiapkan peserta didik untuk menyakini,
memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Zuhairimi mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai
asuhan-asuhan secara sistematis dalam membentuk anak didik
supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam. Menurut
Zakiah Daradjat pendidikan agama Islam adalah suatu usaha dan
asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari
pendidikan dapat memahami apa yang terkandung didalam
Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta
tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta
menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu
sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan
keselamatan dunia dan akhirat kelak.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
Pendidikan Agama Islam adalah merupakan usaha sadar dan

7
terencana dalam rangka untuk mempersiapkan peserta didik
untuk menyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang
telah ditentukan untuk mencapai tujuan yag telah ditetapkan
serta menjadikan ajaranajaran agama Islam yang telah dianutnya
itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan
keselamatan dunia dan akhirat kelak.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan Pendidikan Agama Islam bukanlah semata-mata untuk
memenuhi kebutuhan intelektual saja, melainkan segi
penghayatan juga pengamalan serta pengaplikasiannya dalam
kehidupan dan sekaligus menjadi pegangan hidup.
Kemudian secara umum pendidikan agama Islam bertujuan
untuk membentuk pribadi manusia menjadi pribadi yang
mencerminkan ajaran-ajaran Islam dan bertakwa kepada Allah,
atau “hakikat tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya insan
kamil.
Dapat kita ketahui dengan jelas bahwa tujuan pendidikan
agama Islam adalah untuk membentuk karakter manusia agar
beriman dan bertakwa kepada Allah Swt yang diwujudkan dalam
bentuk tanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun
masyarakat.
B. Peran Guru
1. Pengertian Peran Guru
Dalam kitab Ta’lim Muta’allim, Syekh Az-Zarnuji menyebutkan
bahwa peran guru adalah:
a. Peran sufistik

8
Guru berperan membersihkan, mengarahkan dan mengiringi
hati nurani siswa untuk mendekatkan diri kepada Allah dan
mencari rida-nya. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa ini
adalah dimensi sufistik.
b. Peran pragmatik
Guru berperan menanamkan nilai-nilai pengetahuan dan
keterampilan kepada muridnya. Selain itu, beliau juga memilihkan
ilmu apa yang harus didahulukan dan di akhirkan, beserta ukuran-
ukuran yang harus di tempuh dalam mempelajarinya. Syekh Az-
Zarnuji, Ta’lim Muta’allim, trj Abdul Kadir Al-Jufri (Surabaya:
Mutiara Ilmu, 2009)h. 5.
Dalam proses pendidikan, guru memiliki peranan yang sangat
penting dan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam rangka
untuk meraih tujuan dari pendidikan. Tujuan pendidikan adalah
membentuk pribadi manusia yang shaleh dan bagus dan
mengukuhkan tiang dan unsur-unsur yang bisa menjamin adanya
dinamika dalam kebaikan dan perkembangan yang bagus dalam
pribadi seseorang, untuk sepanjang hidupnya dan setelah
meninggalnya. Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana
disebutkan di atas, maka seorang pendidik hendaknya memahami
hakikat dari pendidik (guru).
Hakikat pendidik, dapat dipahami dari definisi dari pendidik itu
sendiri, yakni pendidik adalah orang yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya
mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi
kognitif, afektif dan psiomotorik.
Konsep di atas, bukan hanya dalam konsep pendidikan
Nasional. Namun, dalam konsep pendidikan tradisional Islam,

9
profesi guru begitu terhormat. Guru diposisikan sebagai guru yang
alim, wara, saleh, dan sebagai uswah sehingga guru dituntut juga
beramal sholeh sebagai aktualisasi dari keilmuan yang
dimilikinya. Sebagai guru, ia juga dianggap bertanggung jawab
kepada para santrinya, tidak saja ketika dalam proses
pembelajaran berlangsung, tetapi juga ketika proses pembelajaran
berakhir, bahkan sampai di akhirat.
Oleh karena itu, wajar jika mereka diposisikan sebagai orang-
orang penting dan mempunyai pengaruh besar pada masanya, dan
seolah-olah memegang kunci keselamatan rohani dalam
masyarakat. Oleh karena itu, maka seorang guru hendaknya
memiliki kepribadian yang baik, yang dapat diteladani oleh santri,
sesama guru, dan juga masyarakat secara umum.
Diantara ciri-ciri dari kepribadian yang sewajarnya dimiliki oleh
guru, antara lain:
a) Guru itu harus orang yang bertakwa kepada tuhan yang maha
esa, dengan segala sifat, sikap dan amaliah-nya yang
mencerminkan ketakwaan-nya itu.
b) Bahwa seorang guru itu adalah orang yang suka bergaul,
khususnya bergaul dengan anak-anak tanpa adanya sifat dan
sikap semacam ini, seseorang sangat tidak tepat untuk
menduduki jabatan guru, karena justru pergaulan itu merupakan
latar yang tersedia bagi pendidikan. Kegiatan pendidikan secara
substansial justru merupakan bentuk pergaulan dalam makna
yang luas.
c) Seorang guru harus seseorang yang penuh minat, penuh
perhatian, mencintai jabatannya, dan bercita-cita untuk dapat
mengembangkan profesi jabatannya itu. Seorang guru harus

10
mempunyai cita-cita untuk belajar seumur hidup. Ia adalah
pendidik. Walaupun demikian ia harus merangkap dirinya
sebagai terdidik dalam pengertian “building” atau mendidik
dirinya sendiri.
Dengan penjelasan-penjelasan diatas, maka dapat dipahami
bahwa hakikat dari guru adalah seseorang yang mengatur,
mengarahkan peserta didik ke arah kebaikan dan perkembangan
dengan transfer ilmu pengetahuan dan pemberian teladan yang
baik bagi peserta didiknya.
Demikian juga bahwa guru bisa dikatakan sebagai guru
profesional ketika ia memiliki kompetensi dasar sebagai guru.
Kompetensi guru menjadi suatu hal yang sangat penting dalam
mengelola pengajaran kepada peserta didik. Adapun kompetensi
yang harus dimiliki yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial dan professional.
Melihat peran guru yang begitu kompleks dengan tugas yang
sangat berat yaitu untuk menjadikan santri menjadi seorang yang
memiliki akhlak yang mulia, sehingga bisa menjadi manusia
seutuhnya. Dengan begitu maka Implikasinya adalah kemajuan
bangsa. Sebuah proses panjang yang tidak bisa langsung dinikmati
dengan sekejap mata. Untuk menunjang keberhasilan pencapaian
tugas yang berat ini maka perlu bagi semua pihak agar mau
berbenah serta mendukung. Tak hanya dari segi guru tetapi semua
pihak juga harus ikut berbenah agar dapat menunjang keberhasilan
pendidikan Islam di Pesantren Nurul Hidayat pusat ini.
2. Tugas Guru
“Menurut Al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah
menyempurnakan, membersihkan, menyucikan, serta

11
membimbing hati manusia untuk mendekatkan diri (taqarrub)
kepada Allah SWT”. Bukhari Umar,IlmuPendidikan Islam,
(Jakarta: AMZAH, 2010), h.87.
Jabatan guru mempunyai banyak tugas, baik yang terikat oleh
dinas maupun diluar dinas dalam bentuk pengabdian. Tugas guru
tidak hanya sebagai profesi, tetapi juga sebagai suatu tugas
kemanusiaan dan kemasyarakatan. Syaiful Bahri Djamarah, Guru
dan Peserta didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2005) , h. 37.
Dalam paradigma jawa, pendidik diidentikkan dengan guru (gu
dan ru) yang berarti "dicuci" dan "ditiru", dikatakan digugu
(dipercaya) karena guru memiliki seperangkat ilmu yang
memadai, yang karenanya ia memiliki wawasan dan pandangan
yang luas dalam melihat kehidupan ini. Dikatakan ditiru (diikuti)
karena guru memiliki kepribadian yang utuh, yang karenanya
segala tindak tanduknya patut dijadikan panutan dan suri teladan
oleh peserta didik.
Pengertian diatas diasumsikan bahwa tugas guru tudak hanya
sekedar mentransfer ilmu kepada peserta didik, tetapi juga
sebagaimana ia mampu menanamkan nilai-nilai ilmu tersebut
kepada peserta didik. Jadi tugas guru tidak hanya menyampaikan
ilmu yang sudah ia persiapkan, namun juga menanamkan nilai
yang terkandung dalam ilmu tersebut kedalam diri peserta didik
sejak dini.
Adapun tugas pendidik dalam pendidikan dapat disimpulkan
menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut :

12
a. Sebagai pengajar (intruksional) yang bertugas merencanakan
program pengajaran dan melaksanakan program yang telah
disusun serta melaksanakan penilaian setelah program dilakukan.
b. Sebagai pendidik (educator) yang mengarahkan peserta didik
pada tingka tkedewasaan dan kepribadian kamil seiring dengan
tujuan Allah SWT menciptakannya.
c. Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendalikan
diri sendiri, peserta didik dan masyarakat terkait, terhadap
berbagai masalah yang menyangkut upaya pengarahan,
pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasiatas
program pendidikan yang dilakukan.

C. Macam-macam Peran Guru


Guru adalah sebagai agen pembelajaran mempunyai peran yang
sangat penting dalam program pembelajaran. Sebagai seorang calon
pendidik kita harus tahu bagaimana cara kita memberikan motivasi
terhadap peserta didik kita, khususnya memberikan motivasi agar
peserta didik kita rajin belajar. Belajar merupakan sesuatu yang
menyenangkan apabila diikuti dengan motivasi yang tinggi yaitu
motivasi belajar. Berhasilnya pendidikan pada santri sangat
bergantung pada pertanggung jawaban guru dalam melaksanakan
tugasnya.
Guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator kegiatan
belajar peserta didik dan juga hendaknya mampu memanfaatkan
lingkungan, baik yang ada di kelas maupun yang ada di luar kelas,
yang menunjang kegiatan belajar mengajar.

13
Peranan guru banyak sekali, tetapi yang terpenting adalah pertama
guru sebagai pemberi pengetahuan yang benar kepada muridnya.
kedua guru sebagai pembina akhlak yang mulia, karena akhlak yang
mulia merupakan tiang utama untuk menopang kelangsungan hidup
suatu bangsa. Ketiga guru memberi petunjuk kepada muridnya
tentang hidup yang baik, yaitu manusia yang tahu siapa pencipta
dirinya yang menyebabkan ia tidak menjadi orang yang sombong,
menjadi orang yang tahu berbuat baik kepada Rasul, kepada orang
tua, dan kepada orang lain yang berjasa kepada dirinya. Abuddin
Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997), h, 69.
Adapun Peran Guru/Pendidik sebagai berikut :
➢ Peran pendidik sebagai pembimbing
Peran pendidik sebagai pembimbing sangat berkaitan erat
dengan praktik keseharian. Untuk dapat menjadi seorang
pembimbing, seorang pendidik harus mampu
memperlakukan para santri dengan menghormati dan
menyayangi (mencintai). Ada beberapa hal yang tidak boleh
dilakukan oleh seorang pendidik,yaitu meremehkansantri,
memperlakukan sebagai santri secara tidak adil, dan
membenci sebagian santri.
Perlakuan pendidik sebenarnya sama dengan perlakuan orang
tua terhadap anak-anaknya yaitu penuh respek dan kasih sayang
serta memberikan perlindungan. Sehingga dengan demikian, semua
santri merasa senang dan familiar untuk sama-sama menerima
pelajaran dari pendidiknya tanpa ada paksaan, tekanan dan
sejenisnya. Pada intinya, setiap santri dapat merasa percaya diri
bahwa di sekolah/madrasah ini, ia akan sukses belajar lantaran ia

14
merasa dibimbing, didorong, dan diarahkan oleh pendidiknya dan
tidak dibiarkan tersesat. Bahkan, dalam hal-hal tertentu pendidik
harus bersedia membimbing dan mengarahkan satu persatu dari
seluruh santri yang ada.
➢ Peran Pendidik Sebagai Tauladan
Peranan pendidik sebagai tauladan pembelajaran sangat
penting dalam rangka membentuk akhlak mulia bagi santri
yang diajar. Karena gerak gerik guru sebenarnya selalu
diperhatikan oleh setiap murid. Tindak tanduk, perilaku, dan
bahkan gaya guru selalu diteropong dan sekaligus dijadikan
cermin oleh muridmuridnya. Apakah yang baik atau yang
buruk. Kedisiplinan, kejujuran, keadilan, kebersihan,
kesopanan, ketulusan, ketekunan, kehati-hatian akan selalu
direkam oleh murid-muridnya dan dalam batas-batas
tertentu akan diikuti oleh murid-muridnya.
Guru juga menjadi figur secara tidak langsung dalam
pembentukan akhlak santri dengan memberikan bimbingan tentang
cara berpenampilan, bergaul dan berprilaku yang sopan.
➢ Peran Pendidik Sebagai Nasehat
Seorang pendidik memiliki jalinan ikatan batin atau
emosionaldengan para santri yang diajarnya. Dalam
hubungan ini pendidikberperan aktif sebagai penasehat.
Peran pendidik bukan hanya sekedarmenyampaikan
pelajaran di kelas lalu menyerahkan sepenuhnya
kepadasantri dalam memahami materi pelajaran yang
disampaikannya tersebut.Namun, lebih dari itu, guru juga
harus mampu memberi nasehat bagisantri yang
membutuhkannya, baik diminta ataupun tidak.

15
Oleh karena itu hubungan batin dan emosional antara santri dan
pendidik dapat terjalin efektif, bila sasaran utamanya adalah
menyampaikan nilai-nilai moral, maka peranan pedidik dalam
menyampaikan nasehat menjadi sesuatu yang pokok, sehingga
santri akan merasa diayomi, dilindungi, dibina, dibimbing,
didampingi penasehat oleh gurunya.
B. Pembinaan Akhlak
1. Pengertian Pembinaan
Kamus Umum Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa pengertian
pembinaan adalah Suatu proses, peraturan, cara membina dan
sebagainya atau usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan
secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil
yang lebih baik. Sedangkan Mangunhajana, mengemukakan
pembinaan adalah suatu proses belajar dengan melepaskan hak -
hak yang sudah dimiliki dan dipelajari hal - hal yang baru yang
belum dimiliki dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya
untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan
kecakapan yang sudah ada serta mendapatkan pengetahuan dan
kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja yang
sudah dijalani secara lebih efektif.
Dari pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa
pembinaan adalah upaya yang dilaksanakan secara sadar,
berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka
memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing,
mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang sudah ada agar
lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka pembentukan
ke arah yang lebih maju, serta mendapatkan pengetahuan dan
kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup.

16
2. Tujuan dan Dasar Hukum Pembinaan Akhlak dalam Islam.
a) Tujuan Pembinaan Dalam Islam
Tujuan dari pembinaan akhlak itu sendiri adalah untuk
membentuk manusia yang berakhlak mulia terhadap Tuhan,
dirinya, dan masyarakat pada umumnya serta lingkungan.
Sebagaimana yang dikatakan Arifin bahwa tujuan pembinaan
Akhlak adalah menanam makrifah (kesadaran) dalam diri manusia
terhadap dirinya sendiri selaku hamba Allah dan kesadaran selaku
anggota masyarakat yang harus memiliki tanggung jawab sosial
terhadap pembinaannya masyarakatnya serta menanamkan
kemampuan manusia untuk mengelola, memanfaatkan alam
sekitar sebagai ciptaan Allah bagi kepentingan kesejahteraan
manusia dan kegiatan ibadahnya kepada Khalik Pencipta Alam itu
sendiri. Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,h. 11.
An-Nahlawi juga menambahkan bahwa pembinaan akhlak
selain bertujuan membina hubungan dengan sang pencipta juga
bertujuan membina lingkungan hubungan manusia dengan
manusia lainnya, sebagaimana beliau tulis dalam bukunya
PrinsipPrinsipPendidikan yaitu pembinaan akhlak bertujuan
mendidik warga negara mukmin dan masyarakat muslim agar
dapat merealisasikan „ubudiyah kepada Allah semata. Dengan
terealisasikan tujuan ini, maka terealisasi pulalah segala
keutamaan kehidupan sosial, seperti saling tolong menolong, bahu
membahu, menjamin dan mencintai. Di samping itu, pembinaan
akhlak menanamkan pada anak rasa kasih untuk dekat dengan
masyarakat, semua itu ditanamkan tanpa penyimpangan, kepada
Tuhan secara membuta atau kehilangan kepribadian diri.
Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip Prinsip dan Metode

17
Pendidikan Islam, Cet II, (Bandung: CV. Diponegoro, 1992), h.
197.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
pembinaan akhlak adalah:
▪ Mewujudkan tujuan pendidikan Islam yaitu membentuk putra putri
yang berakhlak mulia.
▪ Menciptakan manusia yang taat kepada Allah.
▪ Menciptakan keharmonisan kehidupan individu dengan
masyarakat.
▪ Menciptakan manusia mau dan mampu menggunakan bakatnya
untuk kepentingan masyarakat banyak sehingga terciptanya
masyarakat yang saling tolong- menolong.

Pendidikan akhlak tidak cukup hanya dengan mengajarkan teori


tentang akhlak. Pendidikan akhlak juga tidak cukup dengan
mengenalkan mereka akhlak baik dan tercela. Pendidikan akhlak
memerlukan proses lebih dari sekedar mentransfer materi atau
ilmu, tapi juga membutuhkan suatu tindakan nyata melalui suatu
pembinaan, latihan dan keteladanan yang berkesinambungan.
b) Dasar Hukum Pembinaan Akhlak Dalam Islam
Salah satu alasan para Rasul diutuskan ke dunia ini adalah
untuk memperbaiki akhlak, sebab itu pulalah dalil-dalil mengenai
pembinaan akhlak sangat banyak baik itu dalam al-Qur’an sendiri
maupun dalam Hadits-hadits Nabi. Sangat tidak mungkin lagi
penulis mencantumkan semuanya disini.
Dalam surat An-nahl ayat 90 Allah SWT berfirman

18
َ ‫ٱۡل ۡح َٰ َس ِن َو ِإيتَآي ِٕ ِذي ۡٱلق ُ ۡربَ َٰى َويَ ۡن َه َٰى‬ ۡ َ َّ ‫۞إ َّن‬
‫ع ِن‬ ِ ۡ ‫ٱَّلل يَأ ُم ُر ِب ۡٱل َع ۡد ِل َو‬ ِ
. َ‫ۡٱلفَ ۡح َشا ٓ ِء َو ۡٱل ُمن َك ِر َو ۡٱلبَ ۡغ ِۚي ِ يَ ِعظُكُ ۡم لَ َعلَّكُ ۡم َت َذ َّك ُرون‬
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia
melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran. (QS. An -nahl ayat 90)
Berdasarkan ayat di atas tentu sudah sangat jelas bahwa berbuat
kebajikan adalah suatu perintah Allah yang mutlak dan wajib
untuk mentaatinya. Begitu pula sebaliknya berbuat keji atau
kemungkaran adalah larangan Allah yang mutlak dan wajib
ditinggalkan. Tidak cukup sampai disitu Allah Swt juga mengirim
Rasul-Nya sebagai penyeru dan sekaligus sebagai contoh
pengaplikasian akhlak yang baik.
Dalam surah al-Ahzab ayat 21 Allah Swt juga berfirman:
‫ٱَّلل َو ۡٱليَ ۡو َم‬
َ َّ ْ‫َة ِل َمن َكانَ يَ ۡر ُجوا‬ٞ ‫ٱَّلل أ ُ ۡس َوة ٌ َح َسن‬ ِ ُ‫لَّقَ ۡد َكانَ لَكُ ۡم فِي َرس‬
ِ َّ ‫ول‬
َ َّ ‫ۡٱۡل ٓ ِخ َر َوذَ َك َر‬
‫ٱَّلل َكثِ ٗيرا‬
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut
Allah. (QS. Al-Ahzab: 21)
Rasulullah saw sebagai manusia yang ditugaskan untuk
menyempurnakan akhlak manusia adalah manusia yang paling
sempurna akhlaknya. Tidak ada seorang pun yang dapat
menyamai keagungan akhlak beliau. Sekalipun itu para Nabi
bahkan malaikat sekalipun. Ketika Rasulullah berdakwah ke Thaif
Rasulullah saw ditolak oleh masyarakat di sana bahkan beliau

19
dilempari dengan batu dan kotoran onta sehingga baju beliau
berdarah-darah sehingga malaikat menawarkan kepada Rasulullah
saat itu untuk menghancurkan masyarakat Thaif. Akan tetapi
sebaliknya Rasulullah justru mendoakan mereka agar mendapat
hidayah. Sungguh akhlak yang sangat agung bahkan Allah juga
mengakui dalam Firmannya dalam surah Al-Qalam ayat 4.

ٍ ُ ‫َوإِنَّ َك لَعَلَ َٰى ُخل‬


‫ق َع ِظ ٖيم‬
Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung.” (QS Al-Qalam [68]:4).
3. Bentuk-Bentuk Pembinaan Akhlak
a. Pembinaan akhlakul karimah melalui kegiatan Shalat berjamaah
Sholat berjamaah adalah suatu cara mengerjakan shalat yang
dilakukan secara bersama – sama orang banyak dalam rangka
memperoleh kesempurnaan shalat. Dalam shalat fardhu ,seseorang
disunahkan untuk mengerjakanya secara berjamaah, baik dalam
jumlah sedikit maupun dalam jumlah banyak. Sholat jamaah
paling sediki dilakukan oleh imam dan satu makmum.
Orang yang telah menunaikan shalat fardhu dengan berjamaah
berarti ia sudah menunaikan sunnah Nabinya, serta
menghindarkanya dari golongan orang–orang munafik. Sebab
diantara tanda orang munafik ia senantiasa meninggalkan shalat
jamaah. Barang siapa yang meningalkan akan mendapatkan
kerugian besar.
Selain itu dapat mengurangi kesempurnaan sholat, orang yang
meninggalkan shalat berjamaah di benci oleh Rosullullah SAW.
Bahkan karena sangat bencinya,sampai-sampai beliau

20
menegaskan akan membakar rumah orang – orang yang yang
meninggalkan jamaah.
Seorang muslim diperintahkan mengerjakan shalat berjamaah,
manakala ia mendengar suara Adzan. Walaupun ia sudah tua renta
atau bahkan buta sekalipun , tetapi masih dapat mendengarkan
suara adzan, ia tetap di anjurkan mendatangi masjid untuk
mengerjakan shalat berjamaah.
Hal ini dikarenakan shalat jamaah banyak mengandung
kemuliyaan dan keistimewaan yang dapat bermanfaat bagi
pelakunya, baik didunia maupun di ahirat.
Adapun hubungan shalat berjamaah dengan akhlak adalah
1. Shalat Jamaah adalah pemaklumat kekuatan Umat Islam dan
bukti atas berpegang teguhnya mereka kepada tali agama
Allah,kuatnya persatuan mereka dan lenyapnya perpecahan dan
perselisihan diantara mereka.
2. Rasa persamaan dapat tumbuh pada saat sholat berjamaah.
Paramakmum berderet Shaf-shaf,yang berpangkat, rakyat biasa,
yang kaya, yangmiskin, yang keturunan raja maupun rakyat
kebanyakan, semuanya berbaris-baris, berbaur satu shaf dan yang
datang lebih dulu menempati shaf yang paling depan meskipun ia
rakyat jelata dan yang datang kemudian menempati shaf belakang
meskipun seorang raja atau presiden.
3. Shalat Jamaah di masjid, berkumpulnya umat islam di dalamnya,
masuk keluarganya mereka dari masjid secara bersama-sanma
dan sebelum ituadanya pengumandangan adzan di tengah-tengah
mereka. Semua itu adalah pemakluman dari umat akan
penegakan Syiar Allah SWT. Di Muka bumi.
4. Bentuk-bentuk akhlak

21
a. Akhlak terhadap Allah
Akhlak terhadap Allah SWT adalah pengakuan dan kesadaran
bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat
terpuji. Demikian agung sifat itu, yang jangankan manusia,
malaikatpun tidak akan mampu menjangkau hakikat-Nya.
b. Akhlak terhapad manusia
Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur‟an berkaitan
dengan perlakuan terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai
hal ini bukan hanya dalam larangan melakukan hal negatif seperti
membunuh, menyakiti atau mengambil harta tanpa alasan yang
benar, melainkan juga sampai kepada menyakiti hati dengan jalan
menceritakan aib itu benar atau salah. Al-Qur‟an menekankan
bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara wajar. Nabi
Muhammad SAW, misalnya dinyatakan sebagai manusia seperti
manusia yang lain. Namun dinyatakan sebagai manusia seperti
manusia yang lain, akan tetapi dinyatakan pula bahwa beliau
adalah rasul yang memperoleh wahyu dari Allah SWT. Atas dasar
adalah beliau berhak memperoleh penghormatan melebihi
manusia lain.
c. Akhlak terhadap lingkungan
Yang dimaksud dengan akhlak terhadap lingkungan adalah
segala sesuatu yang berada disekitar manusia, baik binatang,
tumbuh-tumbuhan, maupun benda benda tak bernyawa. Pada
dasarnya akhlak yang diajarkan oleh Al-Qur‟an terhadap
lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.
Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia denagan
sesamanya, dan manusia dengan alam. Ke khalifahan juga
mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta

22
pembimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan pencipta-
Nya.
d. Mamfaat akhlak mulia
Akhlak yang mulia akan membawa pemiliknya memperoleh
kemuliaan hidup didunia karena ia akan selalu disenangi oleh
semua keluarga, tetangga, teman dan masyarakat luas. Terlebih
jika orang yang sudah memiliki ilmu yang tinggi dan dapat
menjaga akhlak yang mulia maka Allah akan semakin
meninggikan derajatnya dan Allah senantiasa akan memberikan
kepadanya ketenangan hidup di dunia serta Allah akan
memasukkannya ke dalam surganya-Nya. Sebagaimana firman
Allah SWT dalam surat Al-Fajr:27-30 sebagai berikut:
‫ض َّي ٗة فَ ۡٱد ُخ ِلي فِي‬ ِ ‫س ۡٱل ُم ۡط َمئِنَّة ُ ۡٱر ِج ِع ٓي ِإلَ َٰى َر ِب ِك َر‬
ِ ‫اض َي ٗة َّم ۡر‬ ُ ‫َٰيَٓأَيَّت ُ َها ٱلنَّ ۡف‬
‫ِع َٰبَ ِدي َو ۡٱد ُخ ِلي َجنَّتِي‬

Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati


yang puas lagi diridhai-Nya, Maka masuklah ke dalam jama'ah
hamba-hamba-Ku, Masuklah ke dalam syurga-Ku. (Q.S Al-Fajr
[89] 27- 30).
Ayat diatas menunjukan bahwa orang-orang yang memiliki
akhlak yang mulia mereka akan merasakan ketenangan hidup baik
diwaktu ekonomi lapang maupun sempit, baik diwaktu bahagia
maupun sedang berduka selalu mereka hadapi dengan hati yang
tenang seraya mengharap ridha Allah. Dan apabila seseorang
selalu mendapat ridha Allah karena kemuliaan akhlaknya maka ia
akan dijanjikan Allah akan di masukkan ke dalam surga-Nya.
Dengan demikian ia di dunia behagia dan di akhirat lebih bahagia

23
lagi dengan kebahagiaan yang tidak akan ada masa habisnya
karena manusia kalau sudah disurga akan kekal selama-lamanya.
5. Sifat-sifak akhlak
Dalam pandangan Islam Akhlak dibagi menjadi dua macam yaitu
akhlak mulia (akhlak al-karimah) dan akhlak yang buruk (akhlak al-
qabihah). Dan ada juga yang menjelaskan bahwa akhlak al-karimah
adalah akhlak yang baik dan benar menurut syari‟at Islam, dan
akhlaqul mutzmumah adalah akhlak yang tidak baik dan tidak benar
menurut Islam.

a. Akhlak Al-Karimah (akhlak yang mulia) adalah sebagai


berikut:
➢ Al-Amanah, adalah (sifat yang jujur dan dipercaya) Sesuatu
yang percayakan kepada seseorang, baik harta, ilimu, rahasia
atau lainya yang wajib di elihara dan di sampaikan kepada yang
berhak menerimanya.
➢ Al-Alifah (sifat yang disenangi) Untuk dapat disenangi oleh
orang lain, tentu harus memiliki sifat pandai berpendudukan
suatu pada proporsi yang sebenernya, bijaksana dalam sikap,
perkataan dan perbuatan, niscaya pribadi akan disenangi oleh
anggota masyarakat dalam kehidupan pergaulan sehari-hari.
➢ Al-Khoiru (berbuat baik) Dalam Al-Qur‟an maupun dalam
Hadist Rasul sangat banyak sekali perintah untuk
melaksanakan kebaikan. Bukti dari iman dan ketaatan seseorang
untuk melakukan semua kebaikan ini berarti orang tersebut
telah memiliki akhlak yang mulia.
➢ Anie Satun (sifat manis muka) Dalam pergaulan hidup
dimasyarakat yang bermacammacam suku dan bermacam-

24
macam watak manusia manis muka dalam bergaul sangat perlu
ditampakkan sekalipun terhadap orang yang bersalah, apalagi
terhadap orang yang memang benar-benar berlaku baik.
Manakala hal ini bisa diwujudkan berarti akhlak mulia telah
dimilikinya.
➢ Al-Khoiru (berbuat baik) Dalam Al-Qur‟an maupun dalam
Hadist Rasul sangat banyak sekali perintah untuk melaksanakan
kebaikan. Bukti dari iman dan ketaatan seseorang untuk
melakukan semua kebaikan ini berarti orang tersebut telah
memiliki akhlak yang mulia.
b. Akhlak Al-Matzmumah (akhlak yang tercela) diantaranya adalah
sebagai berikut:
➢ Ananiyah (sifat egois) Sifat egois adalah sifat buruk yaitu sifat
yang hanya mau menang sendiri tanpa mempedulikan orang
lain, sifat seperti ini tidak pantas ada pada orang mukmin.
➢ Al-Baqhyu (menjadi pelacur) Al-Baghyu apapun alasannya
adalah merupakan perbatan buruk dan merupakan akhlak yang
tercela.
➢ Al-Bukhlu (sifat pelit) Orang yang memiliki sifat Al-Baghyu
atau pelit maka ia akan jauh dari rahmat Allah dan juga hidup
tidak akan tentram serta dibendi oleh masyarakat.
➢ Al-Katzib (sifat pendusta) Al-katzib jika dimiliki oleh orang
mukmin maka keimanan seorang mukmin tersebut dapat
diragukan, karena orang mukmin pantang menjadi orang
berdusta.
➢ Al-Khomru (gemar minum yang beralkohol) Minuman keras
atau minuman yang beralkohol sedikit atau banyak

25
hukumannya tetap haram dan bagi yang meminumnya bebarti
telah melakukan akhlak mazmumah.
➢ Al-Khiyanah (sifat penghianat) Penghianat adalah sifat
tercela. Penghianat ini dapat menghianati agama seperti
mengaku muslim tetapi tidak taat beribadah, dan juga
menghianati sesama manusia seperti ingkar janji dan lain
sebagainya. Sifat khianat ini dapat merugikan orang lain dan
dapat menimbulkan permusuhan, balas dendam dan lain
sebagainya. Orang yang memiliki sifat khianat ini maka ia akan
dimurkai Allah SWT.
➢ Az-Zulmun (sifat aniaya) Az-zulmun yang dimaksud dalam
hal ini adalah tidak meletakan sesuatu pada tempatnya.
➢ Al-Jubnu (sifat pengecut) Dari kedua akhlak tersebut selalu
diajarkan di Pondok Pesantren. Akhlak yang mulia selalu
ditanamkan dan dibiasakan untuk dilakukan oleh para santri
sedangkan akhlak yang tercela di Pondok Pesantren selalu
disampaikan dan santri selalu diwajibkan untuk meninggalkan
dan menjauhi akhlak-akhlak yang tercela tersebut.
6. Manfaat Akhlak mulia
Akhlak yang mulia akan membawa pemiliknya memperoleh
kemuliaan hidup didunia karena ia akan selalu disenangi oleh semua
keluarga, tetangga, teman dan masyarakat luas. Terlebih jika orang
yang sudah memiliki ilmu yang tinggi dan dapat menjaga akhlak
yang mulia maka Allah akan semakin meninggikan derajatnya dan
Allah senantiasa akan memberikan kepadanya ketenangan hidup di
dunia serta Allah akan memasukkannya ke dalam surganya-Nya.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Fajr:27-30 yang
artinya: Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan

26
hati yang puas lagi diridhai-Nya, Maka masuklah ke dalam jama'ah
hamba-hamba-Ku, Masuklah ke dalam syurga-Ku. (Q.S Al-Fajr
[89] 27- 30).
Ayat diatas menunjukan bahwa orang-orang yang memiliki
akhlak yang mulia mereka akan merasakan ketenangan hidup baik
diwaktu ekonomi lapang maupun sempit, baik diwaktu bahagia
maupun sedang berduka selalu mereka hadapi dengan hati yang
tenang seraya mengharap ridha Allah. Dan apabila seseorang selalu
mendapat ridha Allah karena kemuliaan akhlaknya maka ia akan
dijanjikan Allah akan di masukkan ke dalam surga-Nya. Dengan
demikian ia di dunia behagia dan di akhirat lebih bahagia lagi
dengan kebahagiaan yang tidak akan ada masa habisnya karena
manusia kalau sudah disurga akan kekal selama-lamanya.
C. Metode Pembinaan Akhlak Santri
1. Metode pembinaan
Yang dimaksud dengan metode pembinaan Pesantren pada
santri adalah cara yang digunakan dalam upaya mendidik yang
tentunya santri. Pemimpin yang bijaksanaakan terus mencari
berbagai metode yang lebih efektif yang sesuai dengan norma
Islam. Namun demikian, bagaimana metode-metode yang yang
efektif dalam pembinaan akhlak. Disini ada beberapa metode-
metode pembinaan akhlak, diantaranya:
➢ Metode Uswah (teladan)
Teladan atau keteladanan adalah pembiasaan dalam
bentuk perilaku seharihari seperti berpakaian rapi, berbahasa
yang baik dan sebagainya.
Jika sikap dan perilaku yang harus dicontoh, adalah sikap
dan perilaku Rasulullah SAW, karena sudah teruji dan diakui

27
oleh Allah SWT. Aplikasi metode teladan, diantaranya adalah
tidak menjelek-jelekan seseorang, menghormati orang lain,
membantu orang yang membutuhkan pertolongan, berpakaian
yang sopan, tidak berbohong, tidak ingkar janji membersihkan
lingkungan, dan lain-lain, yang paling penting orang yang
diteladani, harus berusaha berprestasi dalam bidang tugasnya.
Dalam metode teladan ini dapat diterapkan kedalam tiga aspek,
yaitu pembinaan akidah, pembinaan ibadah dan pembinaan
akhlak.
Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang didirinya
memiliki keteladanan yang baik karena merupakan salah satu
faktor terpenting yang akan mempengaruhi hati dan jiwa santri.
Sehingga sejak dini santri dididik dengan aqidah, ibadah,
berakhlak dan bertingkah laku berdasarkan ajaran Islam.
Dengan demikian pemimpin berkewajiban mencurahkan kasih
sayang dalam kehidupan sehari-hari kepada santri juga
berkewajiban berdakwah dan memberikan da‟ian yang baik
agar mad‟u dapat tumbuh dan berkembang diatas aturan ajaran
Islam, beraqidah yang tanpa disertai syirik, beribadah hanya
karena Allah dan berakhlaqul karimah.
➢ Metode Ta’widiyah (pembiasaan)
Di antara masalah-masalah yang diakui dan diterapkan
dalam syariat Islam adalah bawa pada awal penciptaan-Nya
seorang anak itu dalam keadaan suci dan bertauhid murni,
beragama lurus dan beriman kepada Allah. Dari sinilah peran
pembiasaan, pengajaran, pemimpin dalam menumbuhkan dan
mengiringi santri ke dalam tauhid murni, akhlak mulia,
keutamaan jiwa, dan untuk melakukan syariat yang hanif

28
(lurus). Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah
biasa. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, biasa artinya
lazim atau umum, seperti sediakala, sudah merupakan hal yang
tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan
adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang
agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan
sebenarnya berartikan pengalaman, yang dibiasakan itu adalah
sesuatu yang di amalkan.38 Aplikasi metode pembiasaan
tersebut, diantaranya adalah terbiasa dengan keadaan
berwudhu‟ terbiasa tidur tidak terlalu malam dan bangun tidak
kesiangan, harus membaca Al-Quran setelah sholat dan
Asmma ulhusna, sholat berjamaah di masjid, terbiasa berpuasa,
terbiasa makan dengan tangan kanan dan lain-lain. Pembiasaan
yang baik adalah metode yang ampuh untuk meningkatkan dan
merubah akhlak santri.
➢ Mau’izhah (Metode Nasehat)
Kata mau’izhah berasal dari kata wa’zhu yang berarti
nasehat yang terpuji, memotivasi untuk melaksanakannya
dengan perkataan yang lembut. Aplikasi metode nasehat,
diantaranya adalah nasehat dengan argumen logika, nasehat
tentang amar ma‟ruf nahi mungkar, nasehat tentang amal
ibadah dan lain sebagainya.
➢ Metode Ganjaran dan Hukuman
Maksud dari ganjaran ini adalah sebagai pendorong dan
penghargaan kepada santri, bukan sesuatu yang diharap-
harapkan kepada mereka. Karena jika terjadi hal yang
demikian maka tujuan pemimpin akan mengalami
kegagalan. Aplikasi metode ganjaran yang berbentuk

29
hukuman, diantaranya pandangan yang sinis, memuji orang
lain dihadapannya, tidak mempedulikannya, memberikan
ancaman yang positif dan menjewernya sebagai altrenatif
terakhir.
Disamping pembalasan terhadap tingkah laku atau
perbuatan santri berbentuk ganjaran perlu juga adanya
hukuman atau sanki. Karena setiap manusia diciptakan
dalam sifat dan watak yang berbeda-beda. Maka dari itu
perlu adanya sanksi ketika santri melakukan pelanggaran
aturan-aturan yang ada. Tujuan hukuman ini tidaklah
hanyalah untuk mencegah banyaknya pelanggaran. Jadi,
secara mutlak metode hukuman tidak dapat semena-mena
dilakukan sesuai dengan sejauh mana sikap dan tingkah laku
santri. Lebih tepatnya metode ini diterapkan dalam
pembinaan ibadah dan akhlak.
➢ Metode Pengawasan
Maksud pembinaan yang disertai pengawasan yaitu
mendampingi santri dalam upaya membentuk aqidah dan
moral dan mengawasinya dalam melaksanakan ibadah serta
mempersiapkan secara psikis dan sosial, menanyakan secara
terus menerus tentang keadaannya. Metode ini termasuk
dasar terkuat dalam mawujudkan manusia yang seimbang,
yang dapat menjalankan kewajiban-kewajibannya didalam
kehidupan ini. Dari sinilah ia akan menjadi seorang muslim
yang hakiki, akan menjadi pondasi dan pembinaan peraturan
Islam. Sebagai prasyarat terwujudnya kejayaan Islam dan
untuk tegaknya dakwah Islamiyah sehingga umat Islam akan
loyal terhadap kebudayaan, kedudukan dan peranannya.

30
➢ Metode Hafalan
Metode hafalan ini menurut Imam Ghozali dapat
digunakan dalam pembinaan aqidah. Imam Ghozali
menjelaskan secara khusus cara menanamkan aqidah pada
santri. Beliau berpendapat bahwa langkah pertama yang
sebaikanya diberikan kepada mereka dalam menanamkan
aqidah adalah menekankan pada hafalan. Karena metode
hafalan merupakan proses awal untuk menapaki pada proses
berikutnya, yaitu proses pemahaman. Santri yang hafal
terhadap sesuatu kemudian berusaha memahaminya, akan
tumbuh dalam dirinya sebuah keyakinan kukuh yang pada
akhirnya akan membenarkan apa yang telah diyakini
sebelumnya. Ini merupakan proses pembenaran dalam
sebuah aqidah yang dialami santri pada umumnya
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlak
a. Faktor Pendukung
Dalam usaha pembinaan akhlak, banyak dipengaruhi oleh
beberapa faktor pendorong baik yang berasal dari dalam diri
anak maupun dari luar dirinya. Faktor-faktor tersebut antara
lain yaitu:
➢ Orang tua
Orang tua adalah pembina pribadi yang utama dalam
hidup anak, kepribadian orangtua, sikap dan cara hidup
mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak
langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam
pribadi anak yang sedang tumbuh. Zakiah Daradjat, Ilmu
Jiwa Agama, ( Jakarta : Bulan Bintang, 2000), h. 67.

31
Orangtualah yang akan membentuk watak dan
kepribadian anak di masa depanya. Apakah ia akan menjadi
anak yang berakhlak atau tidak berakhlak karena orangtua
merupakan pendidik yang pertama terhadap anak, dan
semua itu sangat tergantung dari pembinaan akhlak yang
diberikan oleh orangtua kepada anaknya.
➢ Motivasi
Istilah motivasi berpangkal dari kata “motif” yang dapat
diartikan sesuatu yang ada dalam diri sesorang yang
mendorong orang tersebut untuk bersikap dan bertindak
guna mencapai tujuan tertentu. Abdur Rahman Sholeh,
Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (
Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 131.
Dari pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa
motivasi adalah kekuatan diri yang menggerakkan individu
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu hi ngga
tercapainya suatu tujuan. Dan motivasi tidak dapat diamati
secara langsung tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah
lakunya berupa rangsangan, dorongan atau faktor-faktor
lainnya.

➢ Lingkungan
Lingkungan adalah kondisi diluar individu yang
mempengaruhi perkembangan sosial anak. Dan lingkungan
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: lingkungan alam,
kebudayaan, dan masyarakat. Moh. Padil, Triyo Suprayitno,
Sosiologi Pendidikan, ( Malang : UIN-Maliki Pers, 2010), h.
83.

32
Masyarakat adalah wadah dan wahana pendidikan.
Dalam arti yang terperinci, masyarakat adalah salah satu
lembaga pendidikan yang menjadikan warga yang baik dan
berdasarkan nilai, norma, etika dan kebiasaan-kebiasaan
yang baik dalam masyarakat.
Lingkungan merupakan kondisi luar dari manusia atau
individu, dimana lingkungan ini mencakup lingkungan
keluarga serta masyarakat. Lingkungan berperan penting
dalam pembinaan akhlak santri, karena dengan lingkungan
yang baik pembinaan akhlak akan terasa mudah jika
diterapka. Di dalam lingkungan bermasyarakat disitulah
ruang pendidikan yang nyata, dimana seorang anak mampu
mengambil pelajaran yang ada didalamnya, sehingga
lingkungan yang baikklah yang mendukung dalam proses
pembinaan akhlak santri.
b. Faktor Penghambat
Adapun beberapa faktor yang dapat menghambat pembinaan
akhlak anak yaitu antara lain:
➢ Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)
Kelompok teman sebaya merupakan suatu kelompok
dari orang-orang yang seusia dan memiliki status yang sama,
dengan siapa seseorang umumnya berhubungan atau
bergaul. Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2011), h. 74.
Dari pengertian tersebut, maka manusia hidup
selaluberhubungan dengan manusia lainnya itulah sebabnya
manusia harusbergaul. Dalam pergaulan akan saling
mempengaruhi dalam fikiran,sifat dan tingkah laku. Sebagai

33
contoh, seorang anak yang bergauldengan teman yang baik
maka ia akan baik pula. Sehingga temanbergaul itu sangat
berpengaruh dalammembentuk akhlak anak.
➢ Media Massa
massa merupakan agen sosialisasi yang
semakinmenguat peranannya. Media massa, baik media
cetak maupun mediaelektronik seperti radio, televisi, dan
internet semakin memegangperanan penting dalam
mempengaruhi cara pandang, fikir, tindak, dansikap
seseorang.
Dengan demikian dari beberapa faktor yang telah
dijelaskan di atas sangat jelas bahwa semua faktor itu akan
berpengaruh dalam pembinaan akhlak anak. Dan seorang
pendidik baik pendidik di lingkungan sekolah, keluarga
maupun masyarakat, semuanya itu mempunyai peranan,
fungsi dan tugas yang amat penting dalam membina anak
agar mempunyai akhlak yang mulia
D. Tujuan Tentang Santri
1. Pengertian santri
Santri adalah sebutan untuk para pelajar atau murid yang
belajar agama Islam di lembaga pendidikan keagamaan, seperti
pesantren, madrasah, atau sekolah Islam lainnya. Biasanya, para
santri tinggal di asrama atau pondok pesantren selama masa
belajar mereka.
Pada umumnya, santri berusia muda dan kebanyakan berasal
dari keluarga yang taat beragama. Mereka mengabdikan diri untuk
memperdalam pengetahuan agama Islam dan mempraktekkan
nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,

34
santri sering dianggap sebagai pilar utama dalam mempertahankan
tradisi keislaman di Indonesia.
Secara umum, terdapat dua penafsiran kata santri yang dikenal
luas di Indonesia, yaitu:
➢ Santri sebagai Pelajar Agama Islam
Penafsiran pertama mengacu pada santri sebagai pelajar
agama Islam yang belajar di pesantren, madrasah, atau
sekolah Islam lainnya. Para santri ini biasanya tinggal di
asrama atau pondok pesantren selama masa belajar mereka,
dan mengikuti kurikulum pendidikan agama yang ketat.
➢ Santri sebagai Orang Berperilaku Baik
Penafsiran kedua mengacu pada santri sebagai orang yang
berperilaku baik dan menaati ajaran agama Islam, terlepas dari
status pendidikan atau keaktifannya dalam kegiatan
keagamaan. Dalam konteks ini, santri sering diidentifikas i
sebagai orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral, sopan
santun, dan kejujuran, serta selalu berusaha untuk hidup sesuai
dengan ajaran agama Islam.
Kedua penafsiran ini dapat saling melengkapi dan
memperkuat konsep santri sebagai simbol keislaman yang
kuat dan berakar dalam masyarakat Indonesia.
2. Dimensi santri yang harus dikembangkan
Dari karakteristik tersebut terdapat dimensi-dimensi peserta
didik yang perlu dikembangkan dalam pendidikan. Menurut
Zakiyah Daradjat yang dikutip oleh Rahmayulis (2004) terdapat
tujuh dimensi yang perlu dikembangkan, yaitu:
A. Dimensi Fisik

35
Menurut Widodo Supriyono, manusia merupakan manusia
multipledimensional yang berbeda dengan makhluk-makhluk
lain. Maksudnya manusia mempunyai dua dimensi, yaitu
jasmani dan rohani.
Secara jasmani manusia sama dengan hewan dan tumbuhan
yaitu, terdiri dari unsur-unsur senyawa dengan unsur-unsur
kimiawi yang terdapat dalam bumi, yaitu terbuat dari unsur
tanah, api, udara, dan air. Namun unsur-unsur pembentukan
material manusia bersifat profesional, sehingga manusia
disebut sebagai makhluk sempurna dan terbaik dalam
penciptaan.
B. Dimensi Akal
Dalam dunia pendidikan, kemampuan akal manusia dikena l
dengan istilah kognitif yang berarti mengetahui. Dalam arti yang
luas, kognitif ialah peroleh, penataan, dan penggunaan
pengetahuan. Kognitif sebagai salah satu peranan psikologis
yang berpusat di otak meliputi setiap perilaku mental yang
berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan
informasi, pemecahan masalah, kesenjangan, dan keyakinan.
Mendidik akal adalah mengaktualkan potensi dasarnya,
sebab potensi dasar itu sudah ada sejak lahir. Dengan pendidikan
yang baik, akal yang masih berupa potensi pada akhirnya
menjadi akal yang siap dipergunakan. Dengan kata lain, setelah
mengalami pendidikan dalam arti luas diharapkan akal seseorang
mencapai tingkat perkembangan yang optimal sehingga mampu
berperan sebagaimana yang diharapkan.
C. Dimensi Keberagaman

36
Berdasarkan hasil riset dan observasi, hampir semua ahli jiwa
berpendapat bahwa pada diri manusia terdapat semacam
keinginan atau kebutuhan yang bersifat universal. Keinginan
ini melebihi keinginan lainnya bahkan keinginan akan
kekuasaan. Keinginan atau kebutuhan tersebut adalah
kebutuhan akan beragama. Kebutuhan ini merupakan
kebutuhan kodrati berupa keinginan untuk mencintai dan
dicintai oleh Tuhan. Maka apabila ada seseorang yang menolak
akan kebutuhan beragama berarti ia mengingkari kebutuhan
atau potensi yang dimilikinya.Islam memandang terdapat suatu
kesamaan dari sekian banyak perbedaan manusia, kesamaan
yang tidak akan pernah berubah karena pengaruh ruang dan
waktu. Yaitu potensi dasar beriman sehingga pada prinsipnya
manusia selalu ingin kembali pada sifat dasarnya meski dalam
keadaan yang berbeda-beda.
D. Dimensi Aklak
Salah satu dimensi manusia yang harus dikembangkan dalam
pendidikan adalah akhlak, sebab akhlak yang identik dengan
tabi’at dan tingkah laku manusia merupakan tindakan dari hasil
keyakinan dan pemahaman seseorang. Akhlak menurut Islam
adalah salah satu hasil dari iman dan ibadah, karena iman dan
ibadah manusia tidak sempurna kecuali dibarengi dengan
akhlak.
Tujuan dari pendidikan akhlak adalah untuk membentuk
manusia bermoral baik, keras kemauan, sopan dan beradab, jujur
dan suci. Berdasarkan tujuan ini, maka setiap saat, keadaan,
pelajaran, aktifitas merupakan sarana pendidikan akhlak.

37
Pembinaan akhlak dilakukan setahap demi setahap sesuai
dengan irama pertumbuhan dan perkembangan dengan
mengikuti proses yang alami.
E. Dimensi Kejiwaan
Dimensi kejiwaan merupakan suatu dimensi yang sangat
penting dan memiliki pengaruh dalam mengendalikan keadaan
manusia agar dapat hidup sehat, tenteram, dan bahagia. Pada
hakekatnya setiap usaha yang dilakukan oleh manusia
merupakan rangka mewujudkan kebahagiannya. Salah satu
usaha tersebut adalah melalui pendidikan agama.
Pendidikan agama tidak hanya sebagai upaya membekali
peserta didik dengan pengetahuan agama saja, tapi sekaligus
sebagai upaya untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan dan
membentuk sikap keagamaan sehingga menjadi bagian dari
kepribadian mereka.
F. Dimensi Seni
Seni adalah ekspresi roh dan daya manusia yang mengandung
dan mengungkapkan keindahan. Seni adalah bagian dari hidup
manusia. Allah menganugrahkan manusia berbagai potensi
rohani maupun indrawi, dan seni merupakan salah satu potensi
rohani sehingga nilai seni dapat diungkapkan oleh perorangan
sesuai dengan kecenderungannya atau oleh sekelompok
masyarakat sesuai dengan kebudayaannya.
Dimensi seni pada diri manusia tidak boleh diabaikan. Tapi
sebaliknya, seni itu perlu ditumbuhkan, karena keindahan itu
akan menggerakkan batinnya, meringankan beban kehidupan
yang terkadang menjemukan, dan menjadikan keberadaan nilai-
nilai serta lebih mampu menikmati keindahan hidup.Nilai

38
keindahan sangat erat kaitannya dengan nilai keimanan.
Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang semakin ia mampu
menyaksikan dan merasakan keindahan yang diciptakan Allah di
dunia. Oleh karena itu seorang pendidik hendaknya mampu
mengarahkan peserta didik agar dapat mengembangkan dimensi
seni, baik dalam bentuk bimbingan untuk merasakan dan
menghayati nilai-nilai seni yang ada dalam ciptaan Allah,
maupun memotivasi mereka agar mampu mengungkapkan nilai-
nilai seni tersebut sesuai dengan bakat dan kemampuan mereka
masingmasing.
G. Dimensi Sosial
Seorang manusia adalah makhluk individual dan secara
bersamaan adalah makhluk sosial. Dalam Islam tanggung jawab
tidak terbatas pada perorangan, tapi juga sosial. Tanggungjawab
pribadi merupakan asas, tapi ia tidak mengabaikan
tanggungjawab sosial yang merupakan dasar pembentuk
masyarakat.

39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah
1. Untuk mengetahui akhlak santri di Pesantren Nurul Hidayah
Pusat
2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat
dalam melakukan pembinaan akhlak santri di pesantren
3. Untuk mengetahui peran guru akhlak dalam membina akhlak
santri
B. Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat Peneliti
Lokasi ini dilakukan di Pondok pesantren Nurul Hidayah
Pusat. Jln. Mama Bakry, Kp. Sadeng Kaum Rt 05/02 Desa.
Sadeng, Kec. Leuwiliang, Kab. Bogor (16640)
2. Waktu penelitian
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
N Jenis Febuari Maret April Mai
o Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
2 Penyusun
an Usaha
Penelitia
n
3 Pengump
ulan Data

40
4 Pengolah
an dan
Analisis
Data
5 Penulisan
Laporan

C. Latar Penelitian
Yang menjadi latar penelitian ini adalah sluruh masalah dan
penyimpangan pada akhlak santri. Namun Karena keterbatasan
waktu dan pemaham peneliti maka penelitian ini difokuskan
pada pembinaan aklak santri di pondok pesantren Nurul Hidayah
Pusat
D. Metode penelitian
Metode yang diambil oleh peneliti yaitu metode kualitatif
dengan jenis penelitian studi kasus dan studi dokumen yang
meneliti suatu kasus atau fenomena untuk mempelajari latar
belakang, keadaan dan intereaksi yang terjadi. Studi kasus
dilakukan pada suatu program, kegiatan, pristiwa serta
kelompok individu yang ada pada keadaan atau kondisi tertentu.
E. Fokus penelitian
Penelitian ini berfokus pada beberapa hal diantaranya:
1. Mengetahui akhlak santri di Pesantren Nurul Hidayah Pusat
2. Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat
dalam melakukan pembinaan akhlak santri di pesantren
3. Mengetahui peran akhlak guru dalam membina akhlak
santri

41
F. Pertanyaan penelitian
1. Bagaimana akhlak santri di Pesantren Nurul Hidayah Pusat
2. Bagaimana faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam
melakukan pembinaan akhlak santri di pesantren
3. Bagaimana peran guru akhlak dalam membina akhlak santri
G. Prosedur Pengumpulan dan Perkembangaan Data
a. Observasi lapangan
Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang
tidak hanya mengukur sikap dari responden seperti wawancara
dan angket, namun dalam observasi dapat digunakan untuk
merekam berbagai fenomena yang terjadi seperti situasi dan
kondisi yang ada.
b. Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog 2 orang atau lebih yang di
lakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari
narasumber. Wawancara ini dilakukan langsung dengan dua
pasangan suami istri, dan keluarga dekat. Hal ini dilakukan untuk
memperoleh data tentang kasus yang akan diteliti.
c. Studi dokumen
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data
kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen
yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang
subjek.
d. Studi pustaka
Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan mendalami, mencermati, menelaah dan
mengidentifikasi pengetahuan (teori) yang ada dalam
kepustakaan dalam hal perkawinan dan penyebab

42
terjadinya perceraian (buku-buku referensi atau hasil
penelitian lain,
sumber-sumber bacaan).
H. Analisa Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode deskriptif analis, yaitu menggambarkan dan
menguraikan secara jelas dan rinci terhadap segala sesuatu yang
berhubungan dengan Pendidikan Agama Islam dalam membentuk
kepribadian remaja di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat, yang
kemudian akan di analisis dengan menggunakan analisis Pendidikan
Agama Islam, dengan pola fikir.
I. Pemerikasaan atau Pengecekan data
Penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif, dan metode
Triangulasi lebih menjadi fokus bahasan. Hal itu terkait dengan
penggunaan triangulasi sebagai teknik pemeriksaan data yang paling
banyak digunakan di dalam penelitian ini.
Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode
yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis
data. Terkait dengan pemeriksaan data, triangulasi berarti suatu
pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan dengan cara
memanfaatkan hal-hal (data) lain untuk pengecekan atau
perbandingan data. Hal-hal lain yang dipakai untuk pengecekan dan
perbandingan data itu adalah sumber, metode, peneliti, dan teori.
Dalam penelitian kualitatif dikenal dengan empat jenis teknik
triangulasi yaitu triangulasi sumber (data triangulasion), triangulasi
peneliti (investigator triangulation), triangulasi metodologis
(methodological triangulation), dan triangulasi teoritis (theoritical
triangulation).

43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Latar belakang berdirinya Pondok Pesantren Nurul Hidayah
Pusat
Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat merupakan salah satu
lembaga pendidikan Islam berbasis Salaf terbesar dan terkemuka
di Bogor Barat. Pondok pesantren yang didirikan oleh KH. Uqon
Bulqoeny pada tahun 1959 M bertempat di Jl. KH. Mama Bakry
Kp. Sadeng Kaum Rt.05/02 Des.Sadeng Kec. Leuwisadeng Kab.
Bogor.
Pada awalnya Pondok Pesantren ini diberi nama Pondok
Pesantren Nurul Iman yang bertempat dikampung Muhara, Desa
Cisarua, Kecamatan Nanggung. Seiring dengan berjalannya waktu
dan dengan harapan perkembangan Pondok Pesantren yang lebih
pesat maka pada tahun 1964 M berpindah lokasi ke Desa Sadeng,
Kecamatan Leuwisadeng. kebetulan Desa tersebut tempat
kelahiran Istri beliau yang bernama Ibu HJ. Iik Iklillah.
Pada tanggal 17 Ramadhan Beliau mendirikan kembali Pondok
Pesantren yang diberi nama Hidayatul Athfal, di desa tersebut di
atas tanah hibah dari mertua beliau yaitu KH. Mama Bakry.
Alasan Beliau memberi nama Pondok Pesantren Hidayatul Athfal
dikarnakan kebanyakan muridnya dari kalangan anak-anak.
Kemudian pada tahun 1970, sepulangnya Beliau dari tanah suci,
selepas melaksanakan ibadah haji Beliau mengganti nama Pondok
Pesantrennya dengan nama Nurul Hidayah.

44
Dikarnakan santri yang menetap tidak hanya dari kalangan
anak-anak namun ada pula dari kalangan remaja hingga dewasa.
Nama Nurul Hidayah tersebut tetap dipakai hingga saat ini.
Adapun diberi nama Nurul Hidayah Pusat, karena banyak dari
alumni pondok pesantren Nurul Hidayah tersebut membangun dan
mendirikan pondok pesantren cabang yang diberi nama Nurul
Hidayah didepannya, seperti Nurul Hidayah Tahtassama, Nurul
Hidayah Situ Daun, Nurul Hidayah Al Bina, dan masih banyak
yang lainnya hingga saat ini.
Adapun metode pengajaran yang diterapkan oleh Beliau di
Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat pada saat itu
menggunakan Logat Bahasa Jawa, pengajian dilakukan secara
umum tidak ditingkat-tingkat dan tidak memakai sistem perkelas.
Pada tahun 1977 setelahnya Beliau berguru kepada KH. Khoer
Affandy di Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya
Tasikmalaya beliau mendapat arahan langsung dari KH. Khoer
Affandy untuk mengganti metode mengajar menggunakan logat
Sunda dan memakai sistem perkelas (Klasikal). Sehingga
pengajian dibagi menjadi beberapa tingkatan dari mulai tingkat
dasar hingga tingkat atas. Metode ini juga pernah dianjurkan oleh
guru beliau KH. Endin Fahruddin ( Pondok Pesantren
AlMasturiah Sukabumi ). Metode belajar dan mengajar tersebut
tetap digunakan di Pondok Pesantren Nurul Hidayah hingga saat
ini.
Pada tahun 1996 Beliau wafat pada umur 59 tahun tepatnya
pada tanggal 6 Dzulqodah 1433 H. Kemudian kepemimpinan
Pondok Pesantren dilanjutkan oleh putra beliau yang kedua, yakni

45
KH. Khodamul Quddus dan dibantu oleh beberapa saudara/i
kandungnya yang lain.
Pada tanggal 16 September 2020 Beliau wafat pada umur 58
tahun tepatnya pada tanggal 30 Muharam 1441 H. Kemudian
kepemimpinan Pondok Pesantren Nurul Hidayah di pimpin dan di
urus oleh adik kandung beliau yang ketiga, yakni KH. Muhammad
Ridwanullah dan dibantu oleh beberapa saudara/i kandungnya
yang lain hingga saat ini.
2. Tujuan Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat
Dalam menunjang keberhasilan dan berkembangnya lembaga
pendidikan, maka Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat
memiliki visi dan misi yang masih dipegang teguh sampai
sekarang. Visi Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat adalah:
Terbentuknya Generasi Islam yang Unggul dalam Iman, Ilmu dan
Akhlakul Karimah. Adapun beberapa misi Pondok Pesantren
Nurul Hidayah yaitu:
a. Membentuk generasi Islam yang berakhlakul karimah
b. Bewawan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
c. Memiliki ke pribadian
d. Mampu bersaing disegala bidang
e. Menjadi teladan bagi teman dan masyarakat
3. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat
Dalam menghadapi era globalisasi dan derasnya arus informasi
maka pendidikan sangat menempati posisi penting untuk
menghadapi tantangan tersebut. Maka pondok pesantren Nurul
Hidayah telah hadir di tengah-tengah masyarakat dan bangsa.
Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat tampil dengan
memakai dua sistem pendidikan, yakni pendidikan salafiyah

46
karena masih memakai pembelajaran kitab klasik (kitab kuning)
yang dijadikan pedoman agama setelah Al-Qur’an dan Al Hadist
dan juga pendidikan modern karena memiliki fasilitas baik sarana
ataupun prasana yang sangat mendukung dan sesuai dengan
perkembangan zaman dan didukung dengan pendidikan formal.
Adapun lembaga pendidikan formal di Pondok Pesantren Nurul
Hidayah adalah :
a. MTs Nurul Hidayah (YANUHI)
b. MA Nurul Hidayah (YANUHI)
c. STAI Nida El Adabi
Sedangkan Lembaga pendidikan non formal di Pondok
Pesantrel Nurul Hidayah adalah :
a. Pondok Pesantren
b. Majlis Ta’lim
c. TKQ Nurul Hidayah (YANUHI)
4. Kurikulum Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat
Kurikulum yang dikembangkan di Pondok Pesantren Nurul
Hidayah Pusat telah menetapkan trade mark sebagai landasan
berpijak dalam proses pembelajaran. Trade mark kurikulum di
Pondok Pesantren Nurul Hidayah lebih menitik beratkan pada
basic agama yang terkemas dalam materi pembelajaran Al-
Qur‟an, Hadist dan penguasaan kitab-kitab klasik (kitab kuning)
sebagai khasanah pengetahuan intelektual Islam. Hal ini
diharapkan akan meningkatkan prestasi dan reputasi santri
dalam melahirkan out put yang handal dimasa yang akan datang.
5. Disiplin Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat
Peraturan Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat anatara lain :

47
a. Setiap santri wajib mengikuti kegiatan Pondok Pesantren
diantaranya:
1) Sholat berjamaah disertai wiridan di Majlis
2) Pengajian dikelas Masing-masing
3) Sekolah
4) Muhadhoroh
5) Riadho malam kamis dan malam jum’at
6) Mengahafal dikamar masing-masing
7) Sorogan dzuhur dan magrib
b. Pada jam 23:00 seluruh wajib istirahat dilingkungan pesantren
c. Santri dilarang keras untuk:
1) Mencuri.
2) Menonton hiburan dan keramaian lainya yang tidak
difasilitasi pondok pesantren.
3) Membuat keributan didalam maupun diluar lingkungan
pesantren.
4) Melakukan hal-hal yang merusak nama baik pesantren.
5) Keluar masuk pesantren tampa izin dari lembaga
keamanan.
6) Berambut panjang dan memakai perhiasan yang tidak
wajar.
7) Membawa dan menyimpang obat-obatan terlarang.
8) Membawa senjata tajam.
9) Membawa alat elektronik seperti Handphone, Mp3 dan dll.
10) Meroko didalam maupun diluar lingkungan pesantren.
11) Pulang melewati batas izin yang ditentukan.
12) Menggosop barang milik orang lain.
13) Bergaul bebas dengan masyarakat.

48
Apabila santri melanggar pelaturan yang sudah ditentukan maka
akan mendapat teguran, nasihat dan hukuman. Adapun jenis-jenis
hukuman di pondok pesantren Nurul Hidayah sebagai berikut:
1) Dijilid.
2) Dihukum di TKP (tempat kejadian perkara).
3) Membersihkan lingkungan Pondok Pesantren.
4) Membaca kesalahan di depan umum.
5) Digunduli di tempat umum.
6) Direndam di kolam.
7) Membuat permintaan maaf kepada sesepuh, ketua lembaga,
keamanan dan pengurus lainnya.
8) Pemanggilan wali santri.
9) Dikeluarkan dari Pondok Pesantren dengan cara tidak
hormat.
6. Kegiatan pondok pesantren Nurul Hidayah Pusat
Pondok Pesantren Nurul Hidayah memiliki kegiatan, baik
harian, mingguan bahkan tahunan yang wajib diikuti oleh para
santri diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Harian Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat
Kegiatan santri dimulai dari bangun malam (qiyamul lail)
jam 03:30 lalu mereka sholat shubuh berjama‟ah dan
membaca surat Yasin. Pada jam 05:30 mereka menghafal
hadits bersama stelah itu ada kegiatan gerakan
kebersihan di setiap paginya, jam 06:00 mereka mengaji
di kelas pesantren, setelahnya mengaji mereka makan
dan persiapan ke sekolah. KBM di sekolah di mulai dari
jam 08:00 sampai 12:00. Setelahnya sekolah mereka
salat dzuhur dan membaca surat Ar-Rahman, kegiatan

49
selanjutnya yaitu sorogan kitab lalu istirahat sampai
waktu ashar. Waktu ashar datang mereka salat ashar
berjama‟ah dan membaca surat Al-Waqi‟ah lalu
kegiatan gerakan kebersihan setiap sorenya, jam 16:00
mereka mengaji di kelas pesantren dan makan sore juga
persiapan salat maghrib. Setelahnya salat maghrib ada
kegiatan sorogan Al-qur‟an sampai waktu isya datang.
Setelah salat isya dan membaca surat Al-Mulk mereka
mengaji di kelas pesantren setelah itu menghafal bersama
di kamar/kobong masing-masing lalu istirahat malam.
b. Kegiatan Mingguan Pondok Pesantren Nurul Hidayah
Pada malam selasa selepas mengaji di kelas
masingmasing mereka mengadakan bahtsul masa‟il,
yang mana mereka membahas dan memecahkan sebuah
masalah yang sudah dipertanyakan kepada mereka. Pada
malam kamis di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat
ada pengajian Alumni dan bapak-bapak. Pengajian
bersama antara santriawan dan santriawati digabung itu
dilaksanakan pada hari kamis pagi, dan juga ada
pengajian ibu-ibu di pagi yang sama. Pada malam jum‟at
semua santri Riyadhoh bersama dan membaca Mualid
Simtu Ad-Duror. Pada malam sabtu para santri
mengadakan muhadhoroh, yang mana muhadhoroh ini
diisi dengan kalam ilahi, kalimat thoyyibah, shalawat dan
ceramah-ceramah agama.
c. Kegiatan tahunan Pondok Pesantren Nurul Hidayah
Pusat Sebagai Berikut:

50
1) Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) pada bulan
Muharram
2) Ijazah wirid Ad Darul „Ala pada bulan Muharram
3) Ulangan Semester Ganjil Pesantren pada bulan
Maulid
4) Libur Pesantren pada bulan Maulid
5) Ulangan Semester Genap Pesantren pada bulan
Sya‟ban
6) Milad Pesantren dan temu alumni pada bulan
Sya‟ban
7) Libur Pesantren pada bulan Sya‟ban
8) Pengajian pasaran dilaksanakan pada 02-20
Ramadhan
9) I‟tikaf di Masjid selama 10 hari dilaksanakan pada
21- 30 Ramadhan
10) Haul pendiri pesantren (KH. Uqon Bulqoeny)
bulan Dzulqo‟dah
11) Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) bulan
Dzulhijah
Dari kegiatan diatas penulis dapat simpulkan bahwa kegiatan
Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat sudah sangat terprogram
dengan baik dari bangun tidur sampai tidur kembali, sehingga
tidak ada sedikitpun waktu yang terbuang sia-sia.
7. Organisasi santrian Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat
Ada masanya dimana santri juga belajar leadership melalui
organisasi internal pesantren. Himpunan Santri Putra (HISTRA)
dan Himpunan Santri Putri (HISTRI) merupakan organisasi
kesantrian yang berada di Pondok Pesantren Nurul Hidayah.

51
Organisasi kesantrian ini bertujuan untuk melatih para santri
untuk menjalankan agenda kegiatan harian santri secara
menyeluruh. Adapun struktur Organisasi kesantrian di Pondok
Pesantren Nurul Hidayah Pusat untuk Himpunan Santri Putra
(HISTRA) diketuai oleh Ust. Mustofa Kamal Sufi dan untuk
Himpunan Santri Putri (HISTRI) diketuai oleh Utsz. Nur Asyifa
Suhendar yang mana kedua Himpunan tersebut masih dalam
naungan dan dibimbing langsung oleh Bapak Pimpinan Pondok
Pesantren Nurul Hidayah Pusat, yakni KH. Muhammad
Ridwanullah.
Santri yang merupakan komponen tidak lepas dari setiap
padatnya rutinitas di Pondok Pesantren. Santri merupakan
subjek dari kegiatan belajar mengajar di Pondok Pesantren. Pada
tahun ini, Pondok Pesantren Nurul Hidayah memiliki santri
sebanyak 497 dengan perincian 274 santri putra dan 223 santri
putri.
Santri di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Sadeng
Leuwisadeng Bogor sebagaian besar berasal dari Jawa Barat dan
Banten, namun ada pula santri yang berasal dari luar jawa seperti
Nusa Tenggara Timur, Riau, Lampung dan lain-lain.
Selain mendapat pendidikan agama di Pondok Pesantren,
hampir seluruh santri ini juga mengenyam pendidikan pada pagi
hari di sekolah formal bagi santri MTs dan MA. Sedangkan
untuk santri dewasa mengenyam pendidikan pada siang hari
yakni di STAI. Sehingga pelaksanaan kegiatan pondok
pesantren, seperti mengaji Al-Qur‟an, Hadist, kitab kuning dan
lain-lain disesuaikan dengan kondisi dan kegiatan lembaga
formal yang ada.

52
B. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan
melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi mengenai Peran
Guru Akhlak dalam pembinaan akhlak santri di Pondok Pesantren
Nurul Hidayah pusat. Peneliti akan memaparkan hasil penelitiannya
yaitu mengenai upaya yang digunakan Guru Akhlak dalam
pembinaan akhlak santri di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat
sebagai berikut:
1. Akhlak Santri Di Pondok Pesantren Nurul Hidayah
Penanaman akhlak kepada santri merupakan hal yang sangat
penting dilakukan secara terus menerus. Hal ini dilakukan karena
perkembangan zaman yang semakin canggih dan pengaruh
teknologi yang semakin merajalela terutama kepada para remaja
yang masih memiliki pikiran yang labil yang perlu bimbingan dari
orangtua, guru dan orang disekitarnya.
Menurut Facharurozi mengungkapkan bahwa “Yang pertama
memang akhlak kepada Allah yang paling utama, Yaitu dengan
menanamkan ibadah kepada santri. Setelah akhlak kepada Allah
baru akhlak kepada sesama. Yaitu akhlak kepada orang tua, guru
sesama teman dan orang disekitar dan untuk mewujudkan itu
semua hal yang paling utama dilakukan adalah dengan
menanamkan ibadah yang baik kepada santri.
1) Akhlak Kepada Allah SWT.
Akhlak kepda Allah ialah melaksanakan apa-apa yang
diperintahkan Allah dan menjauhi apa-apa yang dilangan oleh
Allah. Adapun akhlak kepada Allah meliputi ibadah kepada
Allah, berdo’a kepada Allah dan bertawakkal kepada Allah.
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap dua

53
santri. Para santri sedang melakukan shalat berjama’ah di
Majlis dan melakukan shalat sendiri di kamar.
Alfa Rivaldi mengatakan bahwa ia selalu mendo’akan kedua
orang tuanya setiap habis shalat, sedangkan Ibnu Farhan
mengaku jarang berdo’a, tapi shalat lima waktu selalu
dilaksanakan dan merasa menyesal dan bersalah jika
meninggalkan shalat.
2) Akhlak Kepada Diri Sendiri
Sedangkan akhlak terhadap diri sendiri meliputi, sabar,
syukur, jujur, dan menjaga kebersihan baik dilingkungan
madrasah maupun diluar lingkungan Pondok Pesantren. Kedua
santri yang diwawancarai oleh peneliti mengaku telah
menerapkan ketiga sikap tersebut di atas.
Selain itu, dari hasil observasi yang penulis lakukan
dilingkungan Pondok Pesantren, Para santri membuang sampah
jajanannya sesuai pada tempatnya.
3) Akhlak Kepada Orang Tua
Dari hasil wawancara dua santri yang peneliti wawancarai,
mereka mengaku berbuat baik kepada kedua orang tuanya
dengan berkelakuan baik. Salah satu santri mengaku dengan
berkelakuan baik, ibunya semakin sayang terhadap dirinya. Hal
ini semakin membuatnya senang untuk selalu berbuat kebaikan.
Salah satu diantara santri tersebut juga mengaku menghormati
kedua orang tuanya dengan bertutur kata yang lemah lembut
terhadap kedua orang tuanya.
4) Akhlak Kepada Guru
Akhlak kepada guru di Pondok Pesantren Nurul Hidayah
meliputi, mengucap salam dan menyapa ketika berjumpa guru,

54
mencium tangan guru ketika salam, sopan terhadap guru,
hormat terhadap guru serta melaksanakan apa yang diarahkan
oleh guru.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan penulis, akhlak
tersebut diatas dilaksanakan santri dalam kesehariannya
dilingkungan sekolah.
5) Akhlak Kepada Teman
Akhlak kepada sesama teman meliputi, tolong menolong dan
saling menghargai. Alfa Rivaldi mengaku ia selalu memberi
bantuan kepada temannya jika mereka membutuhkan bantuan
darinya, seperti meminjamkan uang jajan dan meminjamkan
pulpen ketika belajar. Sedangkan Ibnu Farhan mengaku ia
jarang membully kawannya. Jika ada teman yang saling
membully ia selalu melarang dan memberi penegrtian kepada
temannya tersebut.
Dilingkungan Pondok Pesantren santri juga dihimbau untuk
naik berdasarkan tangga laki-laki dan tangga perempuan. Hal
ini bertujuan untuk menghindari terjadinya bentrok antara
ssantri laki-laki dan perempuan. Dari hasil observasi yang telah
dilakukan peneliti bahwa peraturan ini berjalan aktif meskipun
masih ada beberapa santri yang melanggar peraturan tersebut.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak santri.
a. Faktor pendukung.
Faktor pendukung dalam pembinaan akhlak santri di Pondok
Pesantren Nurul Hidayah Pusat.
1) Orang Tua

55
Menurut Facharurozi, orang tua sangat mempengaruhi karena
rumah itu pendidikan yang paling utama (orang tua adalah sumber
pindidikan yang paling utama).
Oleh karena itu, apabila orangtua tidak mampu atau kurang
memiliki kemampuan dalam pendidikan maka salah satu caranya
adalah dapat memasukan anak ke Pondok Pesantren dengan
harapan anak-anak akan menjadi generasi yang berakhlakkul
karahimah.
2) Motivasi Anak
Menurut Alfa Rivaldi motivasi anak sangat mempengaruhi
dalam pendidikan anak, contohnya anak yang ketiduran hingga
sore tidak dibangunkan untuk berangkat ke Pondok Pesantren
selain itu ada anak yang sedang bermain tidak diingatkan
waktunya untuk ke Pondok Pesantren sehingga terkadang anak
tersebut terlambat.
Motivasi anak yang mengikuti Pondok Pesantren merupakan
faktor pendukung bagi pembinaannya. Motivasi tersebut ada yang
berasal dari diri santri sendiri maupun karena dorongan dari luar
diri santri seperti dorongan dari orangtua.
b. Faktor Penghambat
Hambatan yang muncul dalam pembinaan akhlak itu lebih
dikarenakan adanya faktor dari luar diri pribadi anak (santri).
Faktor penghambatnya yaitu: Kelompok Teman Sebaya.
Menurut Ustd Facharurozi kelompok teman sebaya ini juga
menjadikan faktor penghambat dalam pembinaan akhlak, setelah
saya amati ternyata anak-anak yang susah diatur didalam Pondok
Pesantren ternyata mereka juga mengelompok dengan anak-anak
yang susah diatur juga. Dan anak-anak yang pemalas maka ia

56
akan menjadi malas juga untuk mengikuti pembelajaran di
Pondok Pesantren.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi menunjukkan
bahwa adanya anak yang bergaul dengan teman sebaya yang
malas maka ia akan menjadi malas juga untuk mengikuti
pembelajaran di Pondok Pesantren. Oleh karena itu, dalam
memilih teman seorang anak hendaknya bisa membedakan mana
yang baik dan mana yang kurang baik.
3. Peran Guru akhlak dalam pembinaan akhlak santri di Pondok
Pesantren Nurul Hidayah.
Pembinaan akhlak anak merupakan salah satu tugas sebagai
orang tua, namun dari pada itu seorang guru juga dituntut untuk
membina, mengarahkan dan memberikan contoh yang baik bagi
setiap anak didiknya.
a. Peran guru dalam pembinaan akhlak.
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan dilapangan,
maka dapat diuraikan dari wawancara penulis kepada Guru,
Pengurus Pondok dan anak-anak yang mengikuti pendidikan di
Pondok Pesantren Nurul Hidayah sebagai berikut:
Menurut Ustd Mustofa Kamal Sufi selaku Ketua HISTRA
Pondok Pesantren Nurul Hidayah, peran yang dilakukan dalam
pembinaan akhlak anak adalah cara untuk mendidik anak agar
barakhlakul karimah, seperti halnya, membiasakan anak untuk
bara khlakul karimah kepada teman sebaya dan orang yang
lebih tua darinya, memberikan contoh perilaku yang baik,
memberikan nasihat ketika pelajaran akan ditutup.
Selanjutnya menurut Ustd Facharurozi selaku guru di
Pondok Pesantren Nurul Hidayah membenarkan bahwa cara

57
untuk mendidik anak agar berahklakul karimah seperti:
memberikan contoh yang baik bagi anak seperti mengucapkan
salam ketika masuk ruangan, membiasakan anak untuk sopan
santun terhadap guru, orang yang lebih tua darinya dan teman
sebayanya, memberikan nasehat kepada anak dan mengawasi
tingkah laku atau perilaku yang dilakukan anak.
Menurut bendahara di Pondok Pesantren Nurul Hidayah dan
juga sebagai guru di Madrasah sependapat bahwa peran yang
dilakukan yakni membiasakan ketika guru sudah menutup
pelajaran dan akan pulang dari Pondok Pesantren santri untuk
berpamitan kepada guru dan berjabat tangan kepada guru
(bersalaman) saat di jalan tidak boleh berlari-lari, langsung
menuju kerumah (tidak boleh mampir-mampir) serta
sesampainya di rumah mengucapkan salam dan berjabat tangan
kepada orang yang ada di rumah dengan sopan santun.
Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan Pengurus
lainnya. Seperti Organisasi Keamanan, Pendidikan dan lain-
lain. mengenai peran yang dilakukan dalam pembinaan akhlak
anak adalah memberikan nasehat berupa: selalu berbuat baik
kepada teman, bersikap baik kepada kedua orang tua, serta
tidak melawan kepada orang tua.
Tidak hanya pemberian nasehat saja, para Guru dan Staf
kepengurusan Pondok Pesantren juga memberikan pembiasaan
seperti: setiap masuk dan keluar dari Pesantren mengucapkan
salam dan mencium tangan guru, tidak boleh berdiri karena
sudah banyak Al-Qur’an yang di atas meja, mejanya pendek
anak-anak dilatih untuk berjalan menunduk, karena Al-Qur’an
tidak boleh rendah dari pantat ketika anak berjalan saat masuk

58
dan keluar ke Pondok Pesantren dan duduk ketempatnya
masing-masing.
Berdasarkan hasil wawancara dengan para Guru serta Staf
kepengurusan Pondok Pesantren, mengenai peran guru dalam
pembinaan akhlak Santri di Pondok Pesantren telah berupaya
semaksimal mungkin, adapun peran yang dilakukan yaitu guru
memberikan contoh yang baik, membiasakan anak berperilaku
sopan santun, mengawasi perilaku yang dilakukan anak dan
memberikan nasehat-nasehat yang baik.
Mengenai hal tersebut, penulis mendapatkan informasi dari
anakanak yang mengikuti pembelajaran di Pondon Pesantren
Nurul Hidayah, yang mengatakan bahwa: Guru di Pondok
Pesantren selalu menasehati bahwa tidak boleh membantah
kepada paman, kakak atau orang yang lebih tua terutama kedua
orang tua. Memberikan pertanyaan kepada anak untuk memacu
perbuatan baik seperti: kalian ingin masuk surga tidak? Saya
menjawab, ingin buk. Dan Tidak boleh membuat kegaduhan
(berisik). Selain itu guru-guru Pondok Pesantren juga
mengawasi saya dan teman.
teman contohnya ketika sedang berdo’a akan dimulai
belajar apabila ada teman-teman yang tidak membaca do’a
maka diperintah untuk membaca do’a kembali.
Di tambah pernyataan oleh Ustd Facharurozi, guru Pondok
Pesantren mengawasi seperti: ketika akan pulang apabila
teman-teman ada yang ribut maka belum diperbolehkan pulang
sedangkan teman-teman yang tidak ribut diperbolehkan pulang
terlebih dahulu, selain itu mengawasi anak ketika shalat ashar
berjama’ah.

59
Selanjutnya Alfa Rivaldi santri di Pondok Pesantren
mengatakan mengenai peran guru dalam pembinaan akhlak
anak, yaitu guru memberikan nasehat atau pesan-pesan
sebelum keluar dari Pondok Pesantren, yaitu setelah keluar dari
Pondok Pesantren dilarang berteriak teriak, tidak boleh
melepas jilab atau peci sebelum sampai dirumah, dilarang
mencuri atau mengambil buah-buahan di depan rumah orang
lain, tidak diperbolehkan bertengkar kepada teman, tidak boleh
melawan kepada orangtuanya, dan dilarang membantah kepada
guru.
Selain memberikan nasehat yaitu guru membiasakan anak
untuk berperilaku baik seperti: menjaga jarak antara laki-laki
dan perempuan, saling tolong menolong kepada teman,
menjenguk teman saat mengalami sakit, berbicara lemah
lembut kepada guru, membiasakan membaca AlQur’an setiap
hari, melaksanakan sholat lima waktu, membaca do’a sebelum
melakukan suatu pekerjaan dan berjalan dengan cara
menunduk.
Berdasarkan hasil wawancara dan hasil pengamatan yang
peneliti lakukan yang tidak hanya sekali saja melainkan
beberapa kali di Pondok Pesantren Nurul Hidayah terlihat
bahwa para santri selalu mengucapkan salam dan berjabat
santri selalu shalat ashar berjamaah di Pesantren. Hal ini
bertujuan agar para santri terbiasa melakukan kegiatan-
kegiatan yang menjadikan ia seseorang yang berakhlak kepada
Allah SWT maupun sesamanya.
b. Prilaku atau akhlak anak setelah mengikuti pembelajaran di
Pondok Pesantren Nurul Hidayah

60
Penulis mewawancarai dengan Ustd Facharurozi selaku
guru Pondok Pesantren Nurul Hidayah mengenai Perilaku atau
akhlak anak setelah mengikuti pembelajaran di Pondok
Pesantren Nurul Hidayah bahwa mempunyai perubahan yang
baik, seperti berjalan didepan orang tua dengan cara menunduk
dan berbicara dengan orangtua menggunakan bahasa halus
disertai lemah lembut.
Menurut Alfa Rivaldi juga berpendapat yang sama dengan
Ustd Facharurozi, anak-anak mempunyai perubahan seperti
lebih baik dalam bertingkah laku, mudah di nasehati ketika
ribut di dalam Pesantren dan sudah terbiasa berbicara dengan
bahasa jawa halus dengan guru atau orang yang lebih tua.
Diperkuat dengan Ustd Mustofa Kamal Sufi sebagai Ketua
HISTRA ( Himpunan Santri Putra) sekaligus guru Madrasah
berpendapat bahwa, anak-anak alhamdulillah sekarang ini
mempunyai banyak perubahan yang baik dalam bertingkah
lakutangan dengan guru Pesantren saat akan masuk kelas dan
setelah itu mereka berdo’a bersama, selain itu juga para seperti:
mudah dinasehati, merasa takut ketika ribut didalam Pondok
Pesantren, menghormati guru, dan sopan santun dalam
berbicara.
Sedangkan menurut Ustd Mustofa Kamal juga mengatakan
perubahan akhlak anak setelah mengikuti pembelajaran di
Pondok Pesantren, sangat mempunyai banyak perubahan yang
baik, terutama anak-anak yang diatas umur tujuh tahun,
contohnya seperti berjalan di depan orangtua dengan cara
menunduk dan memakai pakaian yang sesuai dengan syariat
islam.

61
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Histra dan guru
Pondok Pesantren mengenai perubahan akhlak anak setelah
mengikuti pembelajaran di Pondok Pesantren Nurul Hidayah
maka penulis pahami bahwa telah mempunyai banyak
perubahan secara tingkah laku atau akhlak yang dilakukan
dalam kehidupan seharihari terhadap guru, orangtua, teman
dan orang lain yang lebih tua.
Hal itu terbukti bahwa Perubahan akhlak anak setelah
mengikuti pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Hidayah
menurut Alfa Rivaldi jauh lebih baik, karena guru di Pesantren
setiap hari memberikan nasehat- nasehat kepada anak sehingga
bila saya lupa atau tidak sengaja berkata yang kasar anak saya
menasehati “jangan seperti itu lo buk kalau marah-marah itu
temenya setan, kata guru di Pesantren kalau tidak mau
temennya setan harus berkata lemah lembut.” Selain
mengingatkan saya untuk berkata lemah lembut yaitu suatu
ketika saya memerintahkan anak saya untuk menghidupkan
lampu dan anak saya pun langsung berangkat untuk
menghidupkannya.
Selanjutnya menurut Fachrurozi mengenai perubahan
akhlak anak setelah mengikuti pendidikan di Pondok Pesantren
Nurul Hidayah lebih memahami perilaku mana yang baik dan
buruk seperti halnya mengingatkan saya saat tidur “ tidak boleh
tidur tengkurap karena tidurnya setan, dan memberikan contoh
tidurnya seperti Rosullulah SWA yaitu posisi tidur berbaring
menghadap sebelah kanan” selain itu mengingatkan berdo‟a
sebelum tidur.

62
Hal itu terbukti bahwa menurut Ustd Mustofa Kamal Sufi,
perubahan akhlak anak setelah mengikuti pendidikan di
mengingatkan saya saat tidur “ tidak boleh tidur tengkurap
karena tidurnya setan, dan memberikan contoh tidurnya seperti
Rosullulah SWA yaitu posisi tidur berbaring menghadap
sebelah kanan” selain itu mengingatkan berdo’a sebelum tidur.
Tetapi kalau di Pondok Pesantren diajarkan akhlak yang baik
ketika masuk kerumah mengucapkan Asalamualaikum dan
saat berangkat ke Pondok Pesantren serta pulang dari pengajian
mengucapkan salam. Selain itu sebelum dan sesudah makan
membaca do’a dan ketika hendak memasuk wc mendahulukan
kaki kiri.
Sedangkan menurut Facharurozi perubahan akhlak anak
setelah mengikuti pembelajaran di Pondok Pesantren Nurul
Hidayah, anak mempunyai perubahan yaitu setiap dipanggil
anak tersebut langsung merespon dan cepat menjawab. Selain
itu setiap diperintah sholat dan membaca AlQur’an anak
tersebut sangat nurut dan hendak melaksanakannya.
Sebagai hasilnya ketika di rumah para santri tetap
melaksanakan shalat lima waktunya dan membaca Al-Qur‟an.
Hal ini seperti yang diucapkan oleh santri yaitu Ikhsan. Saya
melaksanakan sholat setiap waktu maghrib, isya, dzuhur dan
asar tanpa disuruh orangtua. Saya juga membaca Al-Qur’an
dirumah setiap setelah sholat maghrib, dan juga bertadarus Al-
Qur’an setelah pulang dari Madrasah karena ibu guru
memerintah untuk bertadarus Al-Qur’an.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut mengenai perubahan
akhlak anak setelah mengikuti pembelajaran di Madrasah,

63
maka penulis pahami bahwa perubahan akhlak anak lebih bisa
memahami akhlak yang baik dan menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari seperti dipanggil cepat menjawab,
berbicara lemah lembut kepada guru dan orangtua,
mengucapkan Assalamu’alaikum ketika masuk dan keluar
rumah, membaca do’a sebelum dan sesudah makan dan tidur,
serta melaksanakan ketika diperintah oleh orang tua.
C. Pembahasan
Setelah menyimpulkan hasil observasi, wawancara dan
dokumentasi yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan
bahwa hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sudah berperan aktif
dalam membina akhlak santri di Pondok Pesantren Nurul Hidayah.
Hal ini terlihat dari berbagai partisipasi yang dilakukan oleh Guru
yang bertujuan untuk membina akhlak santri. Seperti guru
memberikan keteladanan, pembiasaan, teguran dan juga berperan
sebagai pemimpin, yaitu dengan mengajak para siswa untuk
kebaikan.
Hal ini sangat sesuai dengan tugas dan fungsi seorang guru yaitu
sebagai pemimipin (managerial), yang memimpin, mengendalikan
diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait terhadap
berbagai masalah yang menyangkut upaya pengarahan,
pengorganisasian, pengontrolan dan partisipasi atas program
pembinaan yang dilakukan.
Selain itu, guru juga melakukan berbagai metode agar pembinaan
akhlak terhadap santri tercapai dengan sangat baik. Metode yang
dilakukan yaitu, contoh atau teladan, pemberian nasehat,
pembiasaan, dan hukuman. Adapun metode yang paling sering

64
dilakukan guru yaitu metode contoh atau teladan. Hal ini ditunjukkan
oleh guru akhlak dari keseharian mereka sebagai guru.
Sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru
yaitu memiliki akhlak yang mulia dan dapat menjadi teladan yang
meliputi bertindak sesuai dengan norma religious (imtaq, jujur,
ikhlas, suka menolong) dan memiliki perilaku yang diteladani
peserta didik.
Dengan melaksanakan tugas, fungsi, dan kompetensi yang
seharusnya dilakukan oleh seorang guru, juga melakukan berbagai
metode. Maka siswa juga memiliki akhlak yang sesuai dengan
syari’at Islam. Hal ini terlihat dari keseharian santri yang telah
melaksanakan kewajibannya sesuai dengan peraturan yang telah
diwajibkan oleh madrasah. selain itu, para santri juga sudah
melaksanakan kewajibannya sebagai insan kamil.
Adapun akhlak yang wajid dimiliki santri yaitu :
1. Akhlak terhadap Allah SWT.
2. Akhlak terhadap Rosullulah SAW.
3. Akhlak Pribadi
4. Akhlak dalam keluarga. Yaitu terdiri dari; kewajiban timbal
balik antara orang tua dan anak, kewajiban suami istri, dan
kewajiban terhadap kerabat.
5. Akhlak bermasyarakat. Yaitu terdiri dari; apa-apa yang
dilarang, apa-apa yang diperintahkan, dan kaedah-kaedah adab.
6. Akhlak bernegara. Yaitu terdiri dari; hubungan antara
pemimpin dan rakyat.
Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa masih
adanya santri yang sering melanggar peraturan dan berbuat akhlak

65
yang tercela atau buruk. Contoh seperti, dtang terlambat, saling
membully teman, dan lain sebagainya.

66
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang Peran Guru Akhlak Dalam
Pembinaan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat
Leuwiliang Sadeng Bogor, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Mengenai akhlak santri di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat,
dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang telah
penulis lakukan.
Penulis menyimpulkan bahwa akhlak santri sudah tergolong cukup
baik di Pondok Pesantren tersebut. Santri sudah melakukan shalat
lima waktu, hormat kepada kedua orangtua, guru dan sesama
teman. Santri juga mencerminkan akhlak yang baik dengan
mengucap salam ketika berjumpa guru, menolong orang yang
membutuhkan, membuang sampah pada tempatnya dll. Namun
demikian masih ada beberapa siswa yang terkadang melakukan
akhlak yang buruk seperti datang terlambat, ribut saat belajar, tidak
mengucap salam dan mengejek teman.
2. Peran yang dilakukan guru dalam pembinaan akhlak santri dengan
beberapa tindakan, yaitu sebagai berikut:
a. Guru sebagai model contoh bagi santri
Pendidik selalu berusaha agar menjadi uswatun hasanah,
artinya bisa menjadi contoh teladan yang baik bagi peserta
didiknya, meskipun diakui bahwa tidak mungkin bisa sama
seperti keadaan Rasulullah Saw
b. Guru membiasakan santri berakhlak karimah

67
Peran pembiasaan ini sangat mempengaruhi terhadap
kebiasaan santri, karena dengan prilaku yang ditanamkan
seorang santri secara tidak langsung akan tertanam didalam
hatinya sehingga apa yang dilakukannya merupakan suatu
kebiasaan yang enggan ditinggalkan.
c. Guru mengawasi prilaku santri
Pengawasan sangat penting dilakukan oleh seorang
pendidik, karena pengawasan merupakan mencurahkan
perhatian penuh dan mengikuti perkembangan santri dalam
aspek akidah dan moral santri, memantau kesiapan mental dan
sosial anak serta mendampingi anak dalam berbagai situasi
lingkungan sosialnya.
d. Guru sebagai nasehat bagi anak
Guru sebagai penasihat bagi anak atau cara mendidik anak
dengan memberikan nasihat-nasihat tentang ajaran-ajaran yang
baik untuk dimengerti dan diamalkan, Dalam peran ini guru
memberi nasihat untuk mengarahkan peserta didik kepada
berbagai kebaikan dan kemaslahatan umat.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak anak, terdiri
dari:
a. Faktor pendukung
Faktor pendukung dalam pelaksanaan pembinaan akhlak
anak, yaitu: dukungan orangtua, motivasi anak mengikuti
pembelajaran di Pondok Pesantren serta lingkungan
masyarakat sekitar yang menyambut gembira keberadaan
Pondok Pesantren.
b. Faktor penghambat

68
Faktor penghambat pembinaan akhlak di Pondok Pesantren
Nurul Hidayah Pusat yaitu: kelompok teman sebaya, salah
dalam memilih teman juga sangat mempengaruhi dalam
pembinaan akhlak
B. IMPLIKASI
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan yang
diperoleh dapat dikemukakan beberapa implikasi pemikiran yang
berkaitan dengan pembinaan Akhlak santri di Pondok Pesantren
Nurul Hidayah Pusat yaitu sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Berdasarkan hasil penelitian semakin memperkuat teori yang
menyatakan bahwa pembinaan akhlak sangat penting untuk
dikembangkan dan akan berdampak bagi para psantri sehingga
berdasarkan penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan
bagi pihak Pesantren untuk lebih meningkatkan pembinaan
akhlak di Pondok Pesantren baik dalam kegiatan pembelajaran,
kegiatan-kegiatan di luar pembelajaran seperti ekstrakurikuler,
dan melalui kegiatan pengembangan lainnya, sehingga tidak
hanya kualitas akademik atau ranah kognitif saja yang
dikedepankan akan tetapi semua ranah baik itu afektif yang
meliputi kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan emosi, dan
spiritual.
2. Implikasi Praktis
Bagi peneliti yang melakukan penelitian tentang
permasalahan yang berhubungan dengan pembinaan akhlak di
Pondok Pesantren, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai salah
satu referensi atau sumber teori yang dapat digunakan sebagai
materi dan bahan penunjang dalam penelitian yang berhubungan

69
dengan materi tersebut. Selain itu hasil penelitian ini juga dapat
dijadikan sebagai suatu bahan renungan bagi peneliti untuk
menjadi seorang pendidik atau guru yang dapat menumbuh
kembangkan karakter yang baik dalam diri sendiri maupun
untuk peserta didiknya.
C. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas, maka dapat
disampa ikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru dan Pengurus Pondok Pesantren Nurul Hidayah,
pembinaan akhlak yang dilakukan sudah cukup baik, oleh karena
itu perlu untuk lebih ditingkatkan seperti: untuk lebih
ditingkatkan lagi dalam pengawasan anak yang kurang adanya
dukungan dari orangtua, serta lebih semangat lagi dalam
mengajar di Pondok Peasntren.
2. Bagi santri, hendaknya lebih semangat mengikuti pembelajaran
di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat dan mengikuti
pembinaan akhlak dengan sungguh-sungguh serta berusaha
untuk membantu kelancaran pembinaan dengan cara
menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dengan adanya penelitian
ini dapat bermanfaat dalam melakukan kegiatan penelitian yang
terkait dengan efektivitas sistem pendidikan pondok pesantren
dalam prmbinaan akhlak santri.

70
DAFTAR PUSTAKA
Syekh Az-Zarnuji, Ta’lim Muta’lim. Trj Abdul Kadir Al-Jufri (Surabaya
: Mutiara Ilmu, 2009)h. 5.
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta : AMZAH 2010),h 87.
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Peserta Didik Dalam Interaksi
Edukatif,(Jakarta : Rineka Cipta,2005),h 37.
Muhaimin,Pradigma Pendidikan Islam,(Bandung : Remaja
Rosdakarya),h.183
Zuhairimi, Metodik Khusu Pendidikan Agama,(Surabaya : Usaha Offset
priting,1981).
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacan
Ilmu,1997), h 69.
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, h 11.
Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan
Islam, Ca II (Bandung : CV. Diponogoro,1992),h, 197.
Zakiah Derajat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta : Bulan Bintang, 2000),h. 67.
Abdurrahman Sholeh, Pisikologi Suatu Pengantar Dalam Perpektif
Islam, (Jakarta : Prenada Media, 2004),h, 131.
Moh Padil, Trio Suprianto, Sosiologi Pendidikan,( Malang : UIN Maliki
pers, 2010),h, 83.
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan,(Jakarta : Kencana, 2011),h,
74.

71
LAMPIRAN- LAMPIRAN

72
LAMPIRAN I
Pertannyaan-Pertannyaan Peneliti
A. Ketua Histra
1. Bagaimana pembinaan akhlak santri di Pondok Pesantren Nurul
Hidayah Pusat ?
2. Bagaimana optimalisasi program pembinaan akhlak santri di
Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat?
3. Langkah apa yang di gunakan agar pembelajaran berjalan
dengan baik?
4. Apa saja kriteria ahlak mulia di dalam optimalisasi program
pembinaan akhlak santri ?
B. Guru
1. Tujuan dan target apa yang harus di realisasikan dalam
pembelajaran akhlak santri ?
2. Metode apa yang di gunakan dalam pembinaan akhlak santri ?
3. Apa kendala dalam proses pembelajaran di Pondok Pesantren
Nurul Hidayah Pusat?
4. Faktor pendukung apa saja yang di gunakan dalam proses
pembelajaran di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat?
5. Bagaimana mengatasi santri yang kurang merespon atau kurang
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran ?
C. Santri
1. Apa tujuan santri dalam pembelajaran di Pondok Pesantren ?
2. Bagaimana antusias santri saat mengikuti pembelajaran didalam
Pondok Pesantren ?
3. Target apa yang di capai santri dalam pembelajaran di Pondok
Pesantren ?

73
4. Apa kendala santri pada saat mengikuti pembelajaran di Pondok
Pesantren ?

74
LAMPIRAN II
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identisan Responden
NAMA : Mustofa Kamal Sufi
USIA : 29 Tahun
JENIS KELAMIN : Laki-Laki
TANGGAL WAWANCARA : 10 Juni 2023
PENDIDIKAN : Strata 1
PEKERJAAN : Ketua Histra
B. Daftar Pertannyaan
1. Bagaimana pembinaan akhlak santri di Pondok Pesantren Nurul
Hidayah Pusat?
Jawaban : mengucapkan salam dan berjabat tangan dengan guru
Pesantren saat akan masuk kelas dan setelah itu mereka berdo’a
bersama, selain itu juga para santri selalu shalat ashar berjamaah
di Pondok Pesantren. Hal ini bertujuan agar para santri terbiasa
melakukan kegiatan-kegiatan yang menjadikan ia seseorang
yang berakhlak kepada Allah SWT maupun sesamanya.
2. Bagaimana optimalisasi program pembinaan akhlak di Pondok
Pesantren?
Jawaban : Jadi bukan hanya ngaji saja, akan tetapi di samping itu
ada kegiatan – kegiatan lain seperti pembinaan secara sepiritual
yang bertujuan untuk membentuk agar menjadi lebih baik,
seperti hal nya sholat berjamah, berdoa bersama, membaca

75
asmaul husna, dan juga ceramah yang bertujuan membentuk
akhlak santri, hal tersebut berpengaruh secara tidak langsung
kepada santri untuk kebaikan akhlak nya.
3. Langkah apa yang digunakan agar pembelajaran berjalan
dengan baik?
Jawaban : Memotivasi anak yang mengikuti pembelajaran di
madrasah agar semangat dalam pembelajaran. Motivasi tersebut
ada yang berasal dari diri santri sendiri maupun karena dorongan
dari luar diri santri seperti dorongan dari orang tua.
4. Apa saja kriteria ahlak mulia di dalam optimalisasi program
pembinaan akhlak santri ?
Jawaban : kriteria akhlak yang mulia seperti halnya kejujuran,
merasa malu melakukan perbuatan buruk, berbuat kebaikan,
menyambung tali silaturahmi dll. Dan juga ada akhlak khas
pesantren seperti hal nya tawadu’ kepada guru, kesopanan, patuh
kepada kyai, dan yang jelas yang menjadikan titik utama itu
adalah kesopanan.

76
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identisan Responden
NAMA : Muhammad facharurozi
USIA : 21 Tahun
JENIS KELAMIN : Laki-Laki
TANGGAL WAWANCARA : 12 Juni 2023
PENDIDIKAN : Mahasiswa
PEKERJAAN : Guru
Daftar Pertannyaan
1. Tujuan dan target apa yang harus di realisasikan dalam
pembelajaran akhlak santri ?
Jawaban : Untuk tujuan pembelajaran akhlak santri yang
pertama menjadikan santri akhlak sebagai pedoman sehari-hari
dan menjadikan tradisi/ kebiasaan dalam kehidupannya,
sementara target yang harus di realisasikan para santri yakni
sekurang – kurang nya ketika santri berada di lingkungan
masyarakat seperti halnya: selalu berbuat baik kepada teman,
bersikap baik kepada kedua orang tua, serta tidak melawan
kepada orang tua.
2. Metode apa yang di gunakan dalam pembinaan akhlak santri?
Jawaban : Menggunakan metode kualitatif yang didalamnya
terdapat kegiatan pengamatan, wawancara atau penelaahan
dokumen penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik
untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman
tentang fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus.
3. Apa kendala dalam proses pembelajaran di Pondok Pesantren
Nurul Hidayah Pusat?

77
Jawaban : Untuk kendala yang begitu serius hingga saat ini
belum ada, dan biasanya kendala di sebabkan dari santri yang
bermain sendiri atau kurang fokus dalam mengikuti
pembelajaran, akan teteapi kami sebagai guru memaklumi akan
hal tersebut, di karenakan yang kami didik masih anak –anak.
4. Faktor pendukung apa saja yang di gunakan dalam proses
pembelajaran di Pondok Pesantren ?
Jawaban : Faktor pendukung pembelajaran di madrasah yaitu
adanya interaksi aktif antara santri dan guru, guru yang semangat
ketika melihat santri yang begitu aktif dalam pembelajaran,
kemudian penjelasan dari guru juga cepat dicerna oleh santri.
5. Bagaimana mengatasi santri yang kurang merespon atau kurang
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran ?
Jawaban : Dalam hal ini biasanya di sela – sela pembelajaran
kami bercerita dan Tanya jawab agar tidak membosankan dalam
pembelajaran, kemudian memberikan motivasi dan dorongan
agar santri mau belajar kembali dan terus belajar.

78
PEDOMAN WAWANCARA
B. Identisan Responden
NAMA : Alfa Rivaldi
USIA : 18 Tahun
JENIS KELAMIN : Laki-Laki
TANGGAL WAWANCARA : 12 Juni 2023
PENDIDIKAN : MA
PEKERJAAN : Santri
Daftar Pertannyaan
1. Apa tujuan Santri dalam pembelajaran di Pesantren ?
Jawaban : Agar saya dapat mengert ilmu agama dengan baik dan
berbakt kepada orang tua.
2. bagaimana antusias santri dalam mengikuti pembelajaran di
Pesantren ?
Jawaban : Untuk antusias saya sangat berantusias mang, karena
dengan itu agar saya bias mengert apa yang di sampaikan oleh
guru-guru saya serta memahami dengan baik.
3. Target apa yang di capai dalam pembelajaran di Pesantren ?
Jawaban : Untuk target saya agar bisa membaca Al-quran dan
mengerti tentang tatakrama atau sopan santun kepada guru
terutama pada orang tua saya mang, intinya ya bisa sholat
mengerti mana yang baik atau benar dan berakhlak.
4. Apa kendala anda pada saat mengikuti pembelajaran Pesantren?
Jawaban : Kendalanya ya ini mas gedungnya kurang jadi saking
banyaknya santri di madrasah ya agak sempit.

79

Anda mungkin juga menyukai