Anda di halaman 1dari 44

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA

AL-QURAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE


TAHSIN DI KELAS 3 SD IT AL-HAFIDZI
TEMBUNG DUSUN X RAYA DELI
SERDANG TA 2022-2023

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebahagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
(S-1) PGMI

Oleh:
NURHABIBAH ZEBUA
NIM : 19.25.1217

FAKULTAS PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
HIKMATUL FADHILLAH
MEDAN
1444 M / 2023 H
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
AL-QURAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE
TAHSIN DI KELAS 3 SD IT AL-HAFIDZI
TEMBUNG DUSUN X RAYA DELI
SERDANG TA 2022-2023

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:
NURHABIBAH ZEBUA
NIM : 19.25.1217

Pembimbing I Pembimbing II

FAKULTAS PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
HIKMATUL FADHILLAH
MEDAN
1444 M / 2023 H
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil ‘alamin, Segala puji dan syukur ke hadirat Allah

Swt, atas izin dan karunianya kepada peneliti, sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini baik. Sholawat berangkaikan salam kepada nabi Muhammad Saw, nabi

akhir zaman yang menjadi suri tauladan dan rahmat bagi semesta alam. Semoga

syaafaatnya kita dapatkan dihari kemudian kelak. Adapun judul proposal skripsi

yang saya susun ini berjudul “UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MEMBACA ALQURAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAHSIN

DI KELAS 3 SD IT AL-HAFIDZI TEMBUNG DUSUN X RAYA DELI

SERDANG TA 2022-2023”.Proposal skripsi ini merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada fakultas Pendidikan guru

madrasah ibtidaiyah , peneliti menyadari bahwa banyaknya kelemahan dan

kekurangan dalam penelitian skripsi ini. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang

dapat membangun sangat peneliti harapkan demi perbaikan dan kemampuan

peneliti pada karya tulis lainnya dimasa mendatang.

Proposal skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan berbagai pihak, oleh

karena itu pada kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada yang saya hormati:

i
1. Ibu Hj. Hikmatul Fadhillah, SH., MM. Selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama

Islam Hikmatul Fadhillah yang telah memudahkan peneliti dalam melakukan

penelitian.

2. Bapak Ibu Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Hikmatul Fadhillah yang

selalu memberikan motivasi serta semangat kepada peneliti untuk

menyelesaikan proposal skripsi ini tepat waktu.

3. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang senantiasa selalu mendoakan ananda

dalam menuntut ilmu, tiada kata yang dapat terlukiskan perjuangan dan

pengorbanan mereka yang membuat peneliti kuat da termotivasi untuk segera

menyelesaikan proposal skripsi ini. Semoga Allah membalasnya kelak dengan

syurga.

Peneliti menyadari sepenuhnya hasil penelitian ini masih memiliki

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan baik dari sistematika penulisan

maupun dari penelitian kata yang digunakan, untuk itu peneliti

mengharapkan kritik yang membangun dari kesempuranaan penelitian

yang lain dimasa yang akan datang. Peneliti berharap hasil penelitian ini

dapat bermanfaat baik bagi kita semua. Atas perhatian semua pihak

peneliti mengucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2023

Peneliti

Nurhabibah Zebua

ii
NIM: 19.25.1217

iii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN.............................................................................. 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah.............................................................................. 5

C. Pembatasan Masalah............................................................................. 6

D. Rumusan Masalah................................................................................. 6

E. Tujuan Penelitian.................................................................................. 6

F. Manfaat Penelitian................................................................................ 7

G. Sistematika Penulisan........................................................................... 7

BAB : II KAJIAN PUSTAKA........................................................................ 9

A. Kajian Teori.......................................................................................... 9

1. Pengertian Metode Pembelajaran..................................................... 9

B. Metode Tahsin...................................................................................... 10

1. Pengertian Metode Tahsin................................................................ 10

2. Unsur-Unsur Metode Tahsin............................................................ 11

3. Sifat Huruf........................................................................................ 13

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Tahsin..................................... 16

5. Pelaksanaan Tahsin.......................................................................... 18

6. Tujuan Metode Tahsin..................................................................... 20

C. Kemampuan Membaca Al-Quran......................................................... 21

iii
1. Pengertian Kemampuan Membaca Al-Quran.................................. 21

2. Al-Quran.......................................................................................... 25

3. Kemampuan Membaca Al-Quran.................................................... 27

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terhadap Membaca Al-Quran 28

5. Indikator Kemampuan Membaca Al-Quran..................................... 29

BAB: III METODE PENELITIAN.................................................................. 31

A. Lokasi Penelitian.................................................................................. 31

B. Teknik Pengumpulan Data................................................................... 31

C. Jenis Penelitian..................................................................................... 34

D. Sumber Data Penelitian........................................................................ 35

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 36

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemampuan membaca Al-Qur’an sangatlah penting dimana Al-Qur’an

adalah merupakan sumber ajaran islam yang pertama dan utama, setelah itu

adalah adalah As-sunnah. Karena pentingnya membaca Al-Qur’an di kehidupan

sehari – hari maka SDIT Al- Hafidzi perlunya pemahaman tentang Al-Qur’an

wajib dimulai karena masa ini merupakan masa yang sangat penting bagi orang

tua maupun pendidik untuk mengajarinya membaca Al-Qur’an (Chairul Anwar

2017:13).

Al-Qur’an merupakan wahyu yang diturunkan kepada Nabi pada saat Nabi

sedang berkholwat di dalam gua hira pada malam senin yang bertepatan tanggal

17 ramadhan tahun 41 dari kelahiran nabi Muhammad SAW. Allah berjanji pada

malam itu sebagai malam penuh kemuliaan karena awal mula Al-Qur’an turun

dengan sebutan malam “Al-Qadar” (Quraish Shihab, 2008:14).

Al-Qur’an berasal dari kata qira’ah yang berarti bacaan, menurut Manna

al-Qaththan, Al-Qur’an secara Bahasa berasal dari qara’a yang bermakna

pengumpulan dana penggabungan. Definisi Al-Qur’an secara global dan

merupakan kesepakatan para ulama mengenai defenisi ini. Firman Allah SWT

yang diturunkan kepada Muhammad SAW dan membacanya ibadah, “Kalamullah

SWT sebagai mukjizat, yang diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul

Muhammad SAW dengan perantaraan Jibril AS yang termaktub dalam mushhaf-

mushhaf, yang dinukil sampai kepada kita secara mutawatir, membacanya sebagi

1
2

ibadah, yang di mulai dengan surah Al-Fatihah yang ditutup dengan surah An-

Nas (Sya’ban Muhammad Ismail).

Membaca Al-Quran merupakan pembinaan bagi akhlak generasi penerus

bangsa. Tujuan membaca alquran adalah untuk dapat memahami ayat – ayat Al-

Qur’an dan menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan.

Semakin majunya zaman, maka semakin majulah teknologi dan semakin

canggih pula. Sehingga banyak di temui anak – anak yang lupa akan kewajiban

mereka terhadap Allah SWT yakni membaca Al-Qur’an. Hal ini di sebabkan

bagusnya teknologi yang membuat anak- anak terlena dan lupa akan mengaji.

Bahkan mirisnya mereka pun tidak lancar membaca Al-Qur’an karena orang tua

sudah pasrah menyerahkan seluruh pendidikan anaknya di sekolah. Maka dari itu

anak – anak butuh menempuh pendidikan seimbang antara ilmu umum dan ilmu

agama.

Saat ini banyak sekolah yang berbasis islam dan berorientasi pada kualitas

hadir di tengah masyarakat yang sadar akan pentingnya pendidikan islam yang

bermutu bagi anak – anak mereka. Sekoalah berlomba – lomba untuk memberikan

jaminan kualitas bagi siswa/siswi lulusannya. Salah satu jaminan kualitas lulusan

mereka kepada wali murid adalah kemampuan membaca Al-Qur’an dengan baik

(tartil) sesuai dengan ilmu tajwid pada setiap anak. (Mokhammad Rifa’I,

Syaifullah).

Maka dari itu pembelajaran membaca Al-Qur’an wajib di mulai sejak dini.

Rasulullah SAW telah menyeru pada orang tua agar mendidik anak – anak mereka

membaca Al-Qur’an. Menurut Syafarifuddin,” Usia yang ideal untuk menerima


3

pendidikan Al-Qur’an adalah usia dini, usia kanak – kanak atau usia sekitar 4-6

tahun”. Menurut Muhammad Yusuf, Masa usia dini adalah masa yang sedang

subur untuk menanam rasa agama kepada anak, umur penumbuhan kebiasaan –

kebiasaan yang sesuai dengan ajaran agama melalui pendidikan dan perlakuan

dari orang tua dan guru. Sejak usia dini anak sudah diajarkan rukun iman, rukun

islam, bacaan dan pengertian dua kalimat syahadat, bacaan dan gerakan sholat,

doa – doa, membaca dan menulis Al-Qur’an dan riwayat para nabi. Menurut

Thalib, anak – anak kita sebagai bagian dari umat islam sudah dengan sendirinya

wajib kita ajari Al-Qur’an, minimal mengenal huruf dan cara membacanya.

Karena sejak umur tujuh tahun kita wajib menyuruh anak – anak untuk sholat.

Sedangkan doa dan bacaan sholat ada dalam Al-Qur’an dan hadist.

Adapun beberapa indikator kemampuan yang dapat di cangkup dalam

membaca Al-Qur’an sendiri adalah kelancaran dan tartil dalam membaca Al-

Qur’an, kesesuaian pelafalan huruf sesuai makhrajnya, dan ketetapan membaca

Al-Qur’an sesuai tajwid.(Abdul Chaer,2013). Maka dari itu siswa SDIT Al-

Hafidzi perlunya penerapan untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran

sesuai indikator kelancaran membaca Al-Qur’an. Seperti firman Allah SWT

dalam QS. Al-Baqoroh ayat 121 :

ٰۤ ُ
ٖ‫ك يُْؤ ِم ُن ْو َن ِبهٖ ۗ َو َمنْ َّي ْكفُرْ ِبه‬
َ ‫ول ِٕى‬ َ ‫لَّ ِذي َْن ٰا َتي ْٰن ُه ُم ْالك ِٰت‬
‫ب َي ْتلُ ْو َن ٗه َح َّق ِتاَل َوت ۗ ِٖه ا‬
ٰۤ ُ
ࣖ ‫ك ُه ُم ْال ٰخسِ ر ُْو َن‬ َ ‫ول ِٕى‬ ‫َفا‬
4

Artinya: “ Orang-orang yang telah Kami beri Kitab, mereka membacanya

sebagaimana mestinya, mereka itulah yang beriman kepadanya. Dan barang siapa

ingkar kepadanya, mereka itulah orang-orang yang rugi.”

Berdasarkan hasil survey di SDIT AL-Hafidzi Sambirejo Timur Dusun

Raya X Percut Sei Tuan, di peroleh gambaran bahwa proses pembelajaran dan

pemberian materi membaca Al-Qur’an seadanya tidak menggunakan metode. Hal

ini menunjukkan dengan hasil wawancara yaitu “Proses belajar mengajar di SDIT

Al-Hafidzi berjalan dengan lancar. Kemampuan membaca Al-Qur’an peserta

didik masih kurang. Ketika membaca peserta didik masih terbata- bata. Untuk

penggunaan metode pembelajaran menggunakan metode tahsin.

Dalam melatih kemampuan siswa membaca Al-Qur’an maka di perlukan

metode yang tepat agar dapat memberikan pengaruh besar terhadap keberhasilan

pembelajaran. Metode tahsin adalah salah satu cara untuk tilawah Al-Qur’an yang

menitik beratkan pada makhroj (tempat keluar masuknya huruf) dan ilmu tajwid.

Metode tahsin hamper sama dengan metode qiroati yaitu metode membahas

tentang cara pengucapan Al-Qur’an, cara penyampaiannya dan tata cara

pelaksanaan dalam sistem mengajarnya di mulai dari tingkatan yang sederhana

tahap demi tahap sampai mendekati sempurna.

Indikator kemampuan peserta didik dikatakan mampu membaca Al-

Qur’an apabila dapat melafalkan surat – surat tertentu dalam juz amma, membaca
5

huruf – huruf hijaiyah sesuai makhrojnya, dan tidak kesulitan dalam membedakan

makhorijul huruf, maupun kaidah ilmu tajwid dalam membaca Al-Qur’an.

Metode tahsin pun memiliki indikator kemapuan membaca Al-Qur’an

dengan metode tahsin :

1. Siswa dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.

2. Siswa dapat mengenal tanda baca dalam Al-Qur’an.

3. Meminimalisir kesalahan pada mad.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa baca Al-Qur’an

harus benar – benar dipelajari dengan sebenar–benarnya agar tujuan untuk

menanamkan pemahaman yang kedisplinan dalam ibadah dapat dipraktikan dalam

kehidupan sehari – hari. Karena terlihat di SDIT AL-Hafidzi adalah peserta didik

belum spesifik diajarkan ilmu tajwid. Padahal kesalahan dalam tajwid sedikit saja

dapat mengubah arti dari bacaan tersebut. Berdasarkan uraian permaslahan di atas

maka Peneliti memilih judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca

Al-Qur’an Dengan Menggunakan Metode Tahsin di Kelas III SDIT AL-

Hafidzi Tembung Dusun X Raya”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah yang

muncul dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Masih banyaknya siswa/siswi yang belum mampu membaca Al-Qur’an

dengan baik dan benar.

2. Tidak mengulang kembali bacaan Al-Qur’an dirumah.


6

3. Setiap siswa/siswi mempunyai kemampuan membaca Al-Qur’an yang

berbeda-beda. Misalnya, kesulitan dalam pengucapan huruf, makhrajnya,

panjang dan pendek yang belum konsisten dan sebaigainya.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas dalam penelitian ini hanya di batasi

pada pelaksanaan pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan

metode tahsin pada siswa Kelas III SDIT Al-Hafidzi Sambirejo Timur, Percut Sei

Tuan, Sumatera Utara Tahun 2023.

D. Rumusan Masalah

Dari rangkaian latar belakang tersebut, peneliti menarik beberapa rumusan

masalah yaitu:

1. Bagaimana Penerapan Metode Tahsin untuk meningkatkan kemampuan

membaca Al-Qur’an dengan benar sesuai kaidah makhraj dan tajwid pada

siswa/siswi Kelas III SDIT Al-Hafidzi?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an setelah

menggunakan Metode Tahsin pada siswa/siswi Kelas III Al-Hafidzi?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah Peningkatan Penerapan

Metode Tahsin dalam Kemampuan Membaca Al-Qur’an di SD IT Al-Hafidzi

Sambirejo Timur, Percut Sei Tuan, Sumatera Utara.


7

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah keilmuan terutama berkenan dengan pendidikan Al-Qur’an

khususnya tentang penggunaan metode tahsin dalam meningkatkan

membaca Al-Qur’an peserta didik.

b. Menambah wawasan bagi umat muslim khususnya peserta didik untuk

giat dan aktif dalam membaca Al-Qur’an.

c. Sebagai bahan kajian lebih mendalam bagi penulisan – penulisan

berikutnya yang sifatnya lebih luas dan mendalam baik dari sisi wilayah

maupun subtansi permasalahannya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru dapat mengetahui dan memilih metode yang tepat untuk

memberi pengetahuan tentang bacaan Al-Qur’an yang baik dan benar.

b. Bagi siswa dapat lebih paham tentang bacaan yang baik dan benar serta

dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari – hari.

G. Sistematika Penulisan

Sebelum tulisan ini dikaji, ada beberapa tulisan yang serupa dengan

penelitian ini yang berkaitan dengan pengaruh spiritual keagamaan terhadap

kecerdasan siswa, beberapa penelitian karya ilmiah yang menjadi rujukan dalam

penelitian ini seperti berikut.

BAB I: Pendahuluan, Merupakan pendahuluan yang berisikan sub-sub bab yaitu

latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan istilah, tujuan dan


8

kegunaan penelitian, batasan istilah, telaah pustaka, sistematika

pembahasan.

BAB II: Landasan Teori, Landasan teori yang berisikan tentang teori-teori yang

bersangkutan dengan permasalahan dalam penelitian tersebut.

BAB III: Metode Penelitian, Dalam bab ini membahas tentang lokasi penelitian,

teknik pengumpulan data , teknik analisa data, pengolahan data.

BAB IV: Hasil Penelitian, Pada bab ini penelitian ini akan menyajikan dan

memaparkan hasil penelitian yang telah didapatkan.

BAB V: Penutup, Dalam bab ini merupakan bab yang terakhir yang berisikan

Kesimpulan dan Saran.


BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Kajian Teori

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Pendidikan agama merupakan pendidikan yang paling utama yang harus

diajarkan kepada anak dalam rangka membentuk kepribadian anak yang sesuai

dengan tuntunan agama Islam, yaitu Alquran dan Hadits. Alquran identik dengan

bahasa Arab, karena Agama Islam dan Nabinya berasal dari negara Arab yang

kesehariannya menggunakan bahasa Arab. Demikian menjadi sangatlah penting

pendidikan pada proses belajar mengajar (transfer ilmu) khususnya mata pelajaran

Alquran Hadits, karena pentingnya membaca Alquran di kehidupan sehari-hari

maka di Sekolah Dasar Islam inilah pemahaman tentang Alquran wajib dimulai

karena masa ini merupakan masa yang sangat penting bagi orang tua maupun

pendidik untuk mengajarinya membaca Alquran.

Menurut Drs. Syaiful Bahri Djamarah dan Drs. Aswan Zain

dalam buku yang berjudul Strategi Belajar Mengajar menjelaskan

bahwa metode latihan merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk

menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk

memlihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu ada pula yang

mengtakan bahwa metode adalah suatu sarana untuk menemukan,

menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan

disiplin ilmu. Sedangkan tahsin berarti pembenaran.

9
10

B. Metode Tahsin

1. Pengertian Metode Tahsin

Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mengimplementasikan

rencana dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secatra

optimal. Menurut J.R David dalam Teaching Strategies for College Class Room

(1976) menyebutkan bahwa method is a way in achieving something (cara untuk

mencapai sesuatu). Artinya, dalam metode yang digunakan untuk merealisasikan

setrategi yang telah ditentukan (Abdul, 2019:193). Dengan demikian, metode

dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peranan sangat penting.

Keberhasilan dalam implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung

pada cara pendidik menggunakan metode pembelajaran karena suatu setrategi

pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan

metode pembelajaran. Berbeda lagi dengan tahsin berasal dari kata hasan,

yuhasinu, tahsiina, yang artinya memperbaiki, membaguskan, menghiasi,

mempercantik, membuat lebih baik (Ahmad, 2017:3).

Metode tahsin adalah salah satu cara pendidik atau ustad dalam tilawah

Alquran yang menitik beratkan pada makhroj (tempat keluar masuknya huruf) dan

ilmu tajwid. Metode tahsin ini dalam membaca Alquran melalui seorang pendidik

secara langsung dan berhadapan (Abdul, 2019:8). Karena dengen cara seperti itu

seorang pendidik bisa melihat apakah makharijul huruf yang di ucapkan murid

sesuai dengan kaidah atau tidak.

Jika dikaitkan dengan jaman sekarang, dimana perkembangan iptek juga

semakin lebih maju, orang lebih memilih sesuatau yang lebih praktis dalam
11

belajar membaca Alquran menggunakan aplikasi atupun audio, sehingga

makharijul huruf lebih kurang diperhatikan. Karena sesungguhnya teknologi itu di

produk akibat desakan kebutuhan dunia nyata di luar dirinya (Danang, 2013:34).

Maka dari itu penulis mencoba menerapkan metode dasar yang tepat dalam

membekali perserta didik dalam membaca Alquran sesuai dengan kaidahnya.

Sebutan lain tentang tahsin Alquran adalah Ilmu Tajwid, menurut istilah

tajwid atau tahsin adalah mengeluarkan setiap huruf atau tempat keluarnya dengan

memberikan hak dan mustahaknya. Definisi tersebut mencangkup mempelajarai

tempat keluarnya huruf hijaiyah, mempelajari hak-hak atas masing-masing huruf

yag maksudnya sifst-sifat asli huruf atau bagaimana huruf tersebut ketika kondisi

tertentu.

2. Unsur – Unsur Dalam Metode Tahsin

a. Tempat-tempat keluar huruf

Dalam pembagian tempat keluar huruf metode tahsin ulama Qira‟at

menuangkan dalam bentuk tulisan supaya lebih cepat difahami peserta didik.

Sekolah Dasar Islam ditopang juga dengan latihan terus menerus dalam huruf

dengan baik dan benar, secara global makhrojul huruf ada lima tempat yaitu:

1) Rongga mulut dan rongga tenggorokan terbuka, huruf yang keluar dari

rongga mulut ini adalah huruf - huruf mad (‫)ّ–ا–ي‬.

2) Tenggorokan Huruf yang keluar dari tenggorokan dibagi menjadi tiga

yaitu, pangkal tenggorokan, tegah tenggorokan dan ujung tenggorokan,

contoh makhraj bisa di lihat dibawah ini:

b. Keluar dari tenggorokan bawah (‫ء‬danٍ )


12

1) Keluar dari tenggorokan tengah (‫ح‬dan‫)ع‬

2) Keluar dari tenggorokan atas (‫خ‬dan‫)غ‬

3) Lidah

Banyak jenis huruf yang keluar dari lidah yaitu:

‫ق‬ keluar dari pangkal lidah paling belakang atau dekat dengan

tenggorokan dengan mengangkatnya ke langit-langit

 ‫ ك‬pangkal lidah sedikit kedepan,seperti makhraj‫ ق‬namun pangkal lidah

 ‫ي‬-‫ج‬-‫ ش‬tengah lidah dan langit-langit,membacanya keluar dari tengah

lidah bertemu dengan bagian langit-langit.

 ‫ ض‬sisi lidah bertemu bagian gigi geraham atas.

 ‫ ل‬ujung sisi lidah setelah dhad atau keluarnya dengan menggerakan

semua lidah bertemu dengan langit-langit.

 ‫ ى‬keluarnya dari ujung lidah setelah makhraj ‫ل‬

 ‫ز‬ujung lidah setelan ُ ‫ ى‬atau keluarnya dari ujung lidah, hampir sama

seperti memasukkan punggung lidah.

 ‫د‬- ‫ ط‬ujung lidah bertemu gusi atas atau keluar dari ujung lidah yang

bertemu dengan gigi bagian atas.

 ‫ض–ص‬-‫ ش‬ujung lidah diantara gigi bagian atas dan bagian bawah (lebih

dekat dengan bawah) bertemu dengan gigi dengan bagian bawah.

 ujung lidah keluar sedikit bertemu ujung gigi atas

c. Dua bibir

Huruf yang keluarnya dari bibir yaitu:


13

 ‫ ف‬keluar dari bibir bawah bagian dalam bertemu dengan ujung gigi seri

bagian atas.

 ‫ م‬-‫ ب‬keluar dari dua bibir yang di rapatkan seperti biasa, tidak sampai

memasukan bibir.

 ّdengan memonyongkan bibir (Effendi, 2011:9).

d. Rongga hidung

Huruf yang keluar dari rongga hidung yaitu dinamakan

ghunnah atau dengung. Gunnah sendiri terdapat ditujuh tempat yaitu di

idghom bigghunnah, iqlab, Ikhfa, Ikhfa’ syafawi. Idhom mitslain, huruf ‫ى‬

atau ‫ م‬bertasyid baik saat washal (disambung) atau waqaf (berhenti) dan

yang terakhir lafazh irkamma’ana (idgham mutajanisain).

3. Sifat Huruf

Mempelajari sifat huruf bertujuan mempertahankan suara yang

keluar dari mulut sesuai dengan keaslian sifat- sifat bacaan Al-Quran

itu sendiri. Huruf yang menurut kita sudah tepat makhrajnya belum

dipastikan kebenarannya sehingga sesuai dengan sifatnya. Contoh

ketika orang mengucapkan fa mengucapkan pendidik f (‫ )د‬pada lafazh

sudah benar dengan makhrajnya. Tetapi dalam lafadz belum dikatakan

benar sehingga sesuai dengan sifatnya diantaranya Qolqolah pada

surah Al- Ikhlas. Dalam Al- Quran sifat sifat huruf dibagi menjadi dua, yaitu:

 Sifat yang memiliki lawan kata.

 Sifat yang tidak memiliki lawan kata.


14

a. Tajwid

Tajwid menurut bahasa memperbaiki dan membaguskan

bacaan. Sedangkan menurut istilah adalah memperbaiki bacaan Al-

Quran dalam bentuk mengeluarkan dari tempatnya dengan memberikan

sifat- sifat yang dimilikinya, baik yang asli maupunyang datang

kemudian. Dalam setiap ucapan yang kita baca merupakan ibadah

karena yang kita baca merupakan kitab Al- Quran.

Menurut H. Subhan Nur dalam bukunya Pintar Membaca Al-

Quran Tanpa Pendidikan Tajwid artinya memperbagus bacaan atau

membuat bagus. Ilmu tajwid yaitu suatu tehnik dalam membaca Al-

Quran sesuai dengan makhrajnya dan memberikan hak dan

karakteristiknya dengan maksud menghindari kesalahan lisan dalam

mengucapkan huruf- huruf Al- Quran.

Sedangkan mempelajari ilmu tajwid secara teori adalah fardhu Kifayah

(perkara yang wajib dilakukan dalam Islam tetapi jika sudah dilakukan maka

kewajiban yang lain gugur), sedangkan membaca Alquran sesuai dengan kaidah Ilmu

tajwid adalah farduAin (wajib dilakukan bagi semua individu). Jadi, mungkin saja

seorang melantunkan bacaan Alquran dengan suara bagus dan benar, namun dia

tidak mengetahui yang dimaksud dengan istilah - istilah tajwid semisal izhar,

maddan lain sebagainya.

Adapun dalil membaca Al- Quran dengan tajwid dalam surat Al-

Muzammil ayat 4
15

Artinya: “Atau lebih seperdua itu. Dan bacalah Al- Quran itu dengan

perlahan-lahan”.

Surah Al- Quran diatas sudah jelas menegaskan bahwa membaca Al-

Quran secara tartil (perlahan- lahan), karena lebih baik daripada tergesa- gesa.

Selanjutnya dibawah ini pembahasan tentang hukum-hukum Nun Mati dan

Tanwin.

1) Idzhar berarti jelas, maksudnya apabila ada Nun Mati atau Tanwin

bertemu dengan huruf- huruf Idzhar harus dibaca jelas. Hurufnya: ‫–خ–غ‬

‫ح–ع–ء‬

2) Idgham Bi Ghunnah

Idgham artinya memasukkan. Bi Ghunnah artinya dengan dengung. Cara

membaca Idghom Bi Ghunnah adalah dengan memasukkan suara Nun

Mati atau Tanwin kepada Idham Bi Ghunnah yang ada

dihadapannya sehingga menjadi satu ucapan, seakan- akan satu huruf.

Pada saat meng- Idghom- kan suara harus di tasydidkan kepada huruf

Idghom Bi Ghunnah yang ada dihadapan Nun Mati atau Tanwin, lalu

ditahan kira- kira dua ketukan secara berdengung.

Hurufnya: ّ -‫م–ى–ي‬

3) Idghom Bi La Ghunnah

Bilaghunnah artinya tanpa berdengung. Apabila Nun Mati atau Tanwin

bertemu dengan huruf bilaghunnah maka membacanya dengan


16

memasukkan sepenuhnya dengan tanpa dengung. Pada waktu membaca

harus di tasydidkan secara menahan sejenak. Hurufnya: ‫ل‬-‫ز‬.

4) Ikhfa

Ikhfa berarti menyamarkan/ samar - samar. Maksudnya menyamarkan

bunyi huruf Nun mati atau Tanwin bertemu dengan huruf

Ikhfa. Semua bacaan dengan Ikhfa adalah dua harakat.

Huruf :‫ض‬-‫–ت–ف–ش–ط–د–ض–ق–ش–ج–ك–ث–ذ–صظ‬

5) Qolqolah

Qolqolah adalah membaca dengan memantul karena diberi sukun

atau karena diwaqofkan. Huruf qolqolah juga mudah diingat dalam

kalimat “Bajudithoqo”. Hurufnya: ‫ط–د–ج–ب‬-‫ق‬

6) Iqlab Hukum

iqlab apabila Nun Mati bertemu dengan huruf iqlab “ba”

maka dibaca menjadi “mim” disertai dengan dengung. Setiap bacaan

yang mengandung iqlab dibaca dua harakat. Hurufnya: ‫ب‬

7) Mad

Mad artinya memanjangkan suara huruf- huruf. Didalam pelajaran

Tajwid terdapat dua huruf Mad, yaitu mad Thabi’I dan Far’i.Thabi’i

berarti pokok dan Far’i yang berarti bercabang.

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Tahsin

Adapun kelebihan dari metode Tahsin adalah sebagai berikut:

1) Lebih lengkap jika dibandingkan dengan yang lainnya, karena

dijelaskan secara lengkap makhroj dan sifat- sifatnya.


17

2) Memiliki tiga jilid yang lebih simpel dan cepat membaca Al-Quran

dengan benar.

3) Sistem pembelajarannya berhadapan dengan pendidik sehingga

mudah dalam pembenaranya.

4) Dalam setiap jilid tesusun secara rapih dan berurutan sehingga

memudahkan untuk jenjang selanjutnya.

5) Para pengajar tahsin harus memiliki ijazah atau harus belajar

dengan pendidik tahsin juga.

6) Penulisan memakai Rosm Usmani sehingga akan lebih mudah

jika menemukan Al- Quran dari arab jika memiliki penulisan

yang sama.

Selain daripada kelebihan metode tahsin maka terdapat pula

beberapa kelemahan dari metode tahsin yaitu sebagai berikut:

1) Metode tahsin masih asing dalam kalangan masyarakat umum,

karena termasuk metode baru.

2) Tidak mudah untuk kenaikan halaman selanjutnya, sehingga

harus benar- benar memperhatikan materinya.

3) Harganya terlalu mahal jika dibandingkan dengan yang lain

dann hanya terjual di tempat tertentu.

4) Penulisan harus menyesuaikan Rosm Usmani yang belum banyak

dikenal peserta didik.

5) Susah jika belajar tanpa adanya seorang pembimbing.


18

5. Pelaksanaan Tahsin

Beberapa langkah mengajarkan membaca Al- Quran dalam

pembelajaran:

a. Privat/ Sorogan/ Individual.

Privat adalah memberikan materi sesuai dengan kemampuan yang

menerima pelajaran, sehingga dengan privat yaitu proses belajar mengajar

yang dilakukan dengan cara satu per satu.

b. Kelassikal- Individual

Kelassikal cakupannya lebih luas disbanding dengan sorogan atau privat,

karena kelassikal yaitu pembelajaran secara missal (bersama-sama) dalam

suatu kelompok atau kelas.

c. Kelassikal Baca Simak (KBS)

Strategi mengajar menggunakan kelassikal baca simak yaitu mengajar

dengan srategi kelassikal yang kemudian dilanjutkan mengajar individu,

tetapi disimak oleh pendidik dan peserta didiklainnya. Pelajaran yang

dimulai dari pokok pelajaran yang paling rendah terus bertahap secara

berurutan sampai pada peserta didik pelajaran yang tinggi. Dengan

demikian apabila peserta didik yang lain menyimak sehingga dalam

membaca kawan- kawan dan pendidik bisa langsung menegurnya. Secara

lebih jelas berikut ini penulis jelaskan tentang langkah-langkah

pembelajaran membaca Al- Quran sebagai berikut:


19

1) Persiapan

 Mencari waktu, suasana dan tempatyang nyaman dalam proses

belajar.

 Membaca doa sebelum dimulai belajar.

 Mengemukakan tujuan pembelajaran.

 Menyiapkan jilid atau Al- Quran dan alat tulis untuk pendidik.

2) Bagian inti pelajaran.

 Pendidik mengajarkan materi yang akan dipelajari hari ini kepada

peserta didik.

 Pendidik menyampaikan materi Al- Quran secara bertahap dari

yang mudah dipahami sampai yang agak sulit sesuia dengan

kemampuan kecerdasan peserta didik.

 Pendidik meminta peserta didik mengulang- ulang bacaan agar

peserta didik banyak latihan sehingga lebih mudah menguasai

bacaan.

 Pendidik meminta peserta didik maju kedepan untuk

mempraktekkan bacaan Al- Quran sesuai bacaan tajwid yang

benar. Dalam hal ini peneliti tidak mengajar secara langsung.

 Pendidik menyimak dan langsung memberi teguran jika peserta

didik yang keliru dalam membaca Al- Quran. Cara ini juga harus

diperhatikan dan disimak oleh peserta didik yang lainnya.

 Terakhir, pendidik memberikan evaluasi dan member semangat

keseluruhan guna memberikan penguatan.


20

3) Bagian akhir

 Memberitahukan pelajaran yang akan datang

 Pendidik menutup pelajaran dengan mengucap hamdalah/ doa.

6. Tujuan Metode Tahsin

Metode tahsin mempuyai tujuan agar pembelajaran dapat berjalan

sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah dan Rasulullah

Sholallohu‟alaihiwasssalam. Adapun tujuan tahsin menurut Murjito

yang ditutib oleh Lynda Fitri Aryani dalam skripsinya yaitu sebagai

berikut:

a. Menjaga dan memelihara isi kandungan, kemurnian, kesucian Al-

Quran dari cara membaca yang sesuai kaidah tajwid sebagaimana

bacaannya Rasulullah Sholallohu‟alaihiwasallam.

b. Mengajarkan ilmu bacaan Al- Quran yang benar dengan

menggunakan carav yang benar. Supaya selaras dengan tujuan yang

diharapkan dapat direalisasikan secara nyata, maka dengan adanya

metode tahsin berusaha agar dalam mengajarkan ilmu baca Al- Quran

dengan cara yang benar sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah

Sholallahu‟alaihiwasallam.

c. Memperhatikan kembali dalam mengajarkan Al- Quran agar

pendidik- pendidik dalam mengajarkan tidak sembarangan, Al-

Quran juga mempunyai kaidah tertentu dalam mengurangi kesalahan yang

akan berakibat dosa bagi para pembacanya, untuk itu para pendidik Al-
21

Quran harus berhati- hati dalam membaca Al- Quran sehingga kesalahan-

kesalahn itu dapat teratasi.

Setelah banyak pemaparan diatasmaka penulis dapat

menyimpulkan bahwa tujuan dari metode tahsin adalah

menyempurnakan bacaan Al- Quran sesuai dengan kaidah-

kaidahhya. Agar dapat menjaga kemurnian Al- Quran dari awal

turunnya hingga zaman akhir kelak.

C. Kemampuan Membaca Al-Quran

1. Pengertian Kemampuan Membaca Alquran

Kemampuan membaca berasal dari kata mampu yang berarti

kuasa (bias, sanggup melaksanakan sesuatu). Kemudian kata mampu

mendapat awalan ke- dan akhiran -an, jadi kemampuan berarti

kesanggupan, kecakapan atau kekuatan. Munandar mendefinisikan

kemampuan membaca merupakan daya untuk melakukan suatu

tindakan sebagai hasil dari pembawaan atau Latihan (Syaifullah, 2017:146).

Sedangkan

menurut Siskandar kemampuan adalah pengetahuan, keterampilan,

nilai- nilai dan sikap yang perlu dimiliki dan dilatihkan kepada peserta

didik untuk membiasakan mereka berfikir dan bertindak. Kemampuan

ini perlu dimahirkan dan dikembangkan sesuai kebutuhan (Slamet, 2017:24).

Kemampuan adalah kesanggupan untuk mengingat, artinya dengan

adanya kemampuan untuk mengingat pada siswa berarti ada suatu indikasi bahwa
22

siswa tersebut mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kembali dari sesuatu

yang diamatinya.

Kemampuan memiliki unsur yaitu skill (keterampilan). keterampilan

merupakan salah satu unsur kemampuan yang dapat dipelajari pada unsur

penerapannya. Suatu keterampilan merupakan keahlian yang bermanfaat untuk

jangka panjang.

Keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan cara

mempelajarinya di sekolah sebagai pendidikan formal walaupun faktor-faktor

pendukung khususnya kemampuan membaca Al-Qur’an berawal dari pendidikan

non formal maupun informal. Keterampilan membaca ini merupakan suatu

keterampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi perkembangan

pengetahuan, dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia. Seseorang

akan memperoleh informasi, ilmu pengetahuan serta pengalaman-pengalaman

baru dengan cara membaca. Semua yang diperoleh melalui bacaan itu akan

memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi daya pikirannya,

mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya. Dalam hal ini

penulisberpendapat sumber bacaan terdahsyat adalah Al-Qur’an.

Berdasarkan firman Allah Swt, membaca Al-Qur’an merupakan

kewajiban, karena Allah SWT yang memerintahkan. Wahyu yang pertama turun

adalah perintah membaca. Allah SWT berfirman “Bacalah dengan (menyebut)

nama Tuhanmu yang menciptakan”. Wahyu pertama yang disampaikan Allah

Swt. kepada Nabi Muhammad Saw.melalui perantara malaikat Jibril adalah

perintah membaca karena dengan membaca, Allah Swt. mengajarkan tentang


23

ilmu pengetahuan. Negara-negara maju berawal dari semangat membaca.

Membaca di sini menurut penulis adalah membaca ayat-ayat kauliah (Al-Qur’an)

dan membaca ayat-ayat kauniyah (alam semesta).

Membaca merupakan suatu proses dimana pikiran tanpa

bantuan apapun selain kata- kata dalam bacaan itu dapat meningkatkan

pemahaman. Untuk mencapai taraf mengerti dalam kegiatan membaca

diperlukan keterampilan- keterampilan tertentu. Disamping itu, sangat

diperlukan latihan- latihan. Membaca bukanlah kegiatan yang berdiri sendiri,

melainkan suatu sintesis berbagai proses yang tergabung ke dalam suatu sikap

pembaca yang aktif.

Sedangkan Henry Guntur Tarigan mendefinisikan membaca

adalah “suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca

untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis

melalui media kata- kata atau bahasa tulis.

Jadi menurut beberapa pengertian diatas dapat penulis ambil

kesimpulan bahwa kemampuan membaca adalah kesanggupan yang

dimiliki seseorang yang dalam pelaksanaannya tindakan yang

dihasilkan dari pembawaan sejak lahir dan harus terus diasah akan

berkembang jika diasah, secara terus menerus dilatih. Sehingga dapat

melakukannya dengan baik. Untuk meningkatkan kemampuan

membaca anak sekolah dasar, guru perlu memperhatikan perihal pemilihan bahan

ajar membaca, strategi bahan ajar membaca, dan problem umum yang dihadapi

anak dalam membaca.


24

Dengan demikian maka kegiatan membacamerupakan kegiatan yang

sangat diperlukan oleh siapapun yang ingin maju dan meningkatkan potensi diri.

Oleh sebab itu, peran guru mengajarkan membaca di sekolah sangat penting.

Membaca sebagai suatu keterampilan, memandang hakikat membaca itu sebagai

suatu proses atau kegiatan yang menerapkan seperangkat keterampilan dalam

mengolah hal-hal yang dibaca untuk menangkap makna. Membaca merupakan

proses merekonstruksi informasi yang terdapat dalam bacaan atau sebagai suatu

upaya untuk mengolah informasidengan menggunakan pengalaman atau

kemampuan pembaca dan kompetensi bahasa yang dimilikinya secara kritis.

Dapat disimpulan bahwa membaca adalah suatu aktivitas untuk

menangkap intonasi bacaan baik yang tersurat maupun tersirat dalam bentuk

pemahaman bacaan secara literal, inferensial, evaluatif, kreatif dan apresiasi

dengan memanfaatkan pengalaman belajar membaca. Membaca merupakan suatu

hal yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan

tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan

metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan

simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai proses berpikir, membaca

mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca

kritis, pemahaman kreatif.

Menurut penulis sendiri bahwa Alquran merupakan Kalam Allah Swt yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad Sholallohu’alaihiwasallam melalui

perantara malaikat Jibril sebagai mukjizat kenabiannya yang disampaikan kepada

pengikutnya dan membacanya adalah ibadah. Beberapa pendapat di atas dapat


25

diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud membaca Alquran adalah melihat

tulisan kitab suci Alquran dengan cara melisankan. Sebelum membaca Alquran

harus dipelajari terlebih dahulu huruf Arab, yang dinamai dengan huruf Alquran

atau hijaiyah.

Kemampuan membaca sangat mempengaruhi dalam proses belajar. Orang

yang dapat membaca dengan biak, biasanya dapat belajar dengan baik pula dan

sebaliknya. Begitupun dengan belajar Alquran tergantung pada kemampuan

membacanaya. Orang yang mampu membaca dengan baik, sesuai dengan

ketentuan- ketentuan membaca Alquran, biasanya dapat belajar dengan baik pula.

Orang yang membaca Alquran dan pandai membacanya akan mendapatkan

pahala yang besar serta bersama malaikat yang mulia. Karena orang yang masih

terbata-bata akan mendapat dua pahala kebaikan untuknya.

Membaca yang paling utama yaitu apabila dibaca dengan tartil, tepat dan

benar. Nabi merupakan contoh paling baik, Beliau membaca Alquran dengan

begitu jelas bacaannya (tartil) dan fasih lisannya, sehingga memikat hati orang-

orang yang mendengarkannya. Jadi sesuai penjelasan di atas dapat disimpulkan

bahwa kemampuan membaca Alquran yaitu kesanggupan seseorang untuk bisa

membaca Al-quran sesuai dengan ketentuan-ketentuan Alquran sesuai dengan

tajwid, garib, makharijul huruf, serta yang paling utama adalah membaca secara

tartil dan jahr.

2. Al-Qur’an

Al- Quran secara etimologi diambil dari kata “qara’a- yaqrau- qiratan-

waquranan yang berarti sesuatu yang dibaca”. Sedangkan secara terminologis Al-
26

Quran adalah “firman Allah SWT.Yang disampaikan oleh malaikat Jibril dengan

redaksi langsung dari Allah Swt. Kepada Nabi Muhammad Saw. Dan yang

diterima oleh umat islam dari generasi ke generasi tanpa ada perubahan.

Syeh Muhammad Abduh mengemukakan tentang definisi Al-Quran yaitu:

AlQuran sebagai bacaan yang tertulis dalam mushaf-mushaf yang terjaga dalam

hafalan- hafal umat islam. Sedangkan Al-Quran menurut Quraish Shihab yang

secara harfiyah berarti “bacaan yang sempurna”. “Iqra” atau perintah membaca,

adalah kata pertama dari wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad

SAW, kata ini sedemikian pentingnya sehingga diulang- ulang dua kali dalam

rangkaian wahyu pertama. Perintah membaca, menelaah, meneliti, menghimpun,

dan sebagainya dikitkan dengan “bi ismi rabbika” (dengan nama Tuhanmu).

Peringatan ini merupakan syarat sehingga menuntut dari si pembaca bukan

hanya sekedar membaca dengan ikhlas, tetapi juga antara lain memilih bahan-

bahan bacaan yang mengantarkannya kepada hal- hal yang bertentangan dengan

nama Allah”.

Dari uraian tersebut, Al- Quran secara dini menggaris bawahi

pentingnya “membaca dan keharusan adanya keikhlasan serta kepandaian

memilih bahan- bahan bacaan yang tepat”. Al- Quran turun dijazirah Arab dengan

menggunakan Bahasa Arab, maka sangat dianjurkan kita mempelajari Bahasa

tersebut sehingga kita dapat membaca, memahami dan melaksanakan apa yang

tercantum didalam Al-Quran.

Al-Quran adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW. Meski Al-

Quran itu berbahasa Arab, bukan berarti semua orang yang mahir berbahasa Arab
27

bisa mengerti Al- Quran secara detail. “Al-Quran adalah kitab suci yang memiliki

nilai sastra tinggi”. Terampil dalam membaca Al- Quran menjadi kemampuan

paling dasar yang harus dikuasai oleh umat islam. Langkah awal untuk

lebih mendalami Al-Quran adalah dengan cara mampu membacanya

dengan baik dan benar. Terlebih lagi terhadap Al-Quran, karena ibadah

penting dalam islam, yakni sholat, membutuhkan keterampilan membaca Al-

Quran saja sudah dinilai ibadah.

Dengan demikian bagi kaum muslimin, membaca Al-Quran dengan baik

dan benar mempunyai nilai keagamaan yang tinggi. Itulah sebabnya mengapa Al-

Quran sebagai kitab suci yang dibaca mempunyai peran sentral dalam kehidupan

kaum muslimin Al-Quran menekankan tindakan pembacaan dengan perintah

pertamanya: “baca atas nama Allah”.

3. Kemampuan Membaca Al-Quran

Dalam skripsi Arief Cahyo Utomo mengungkapkan bahwa,

kemampuan membaca bagi peserta didik merupakan salah satu dasar untuk

memahami dan menambah pengetahuan pelajaran yang lain. Dengan demikian

kemamapuan membaca Al-Quran adalah menguasai tulisan dengan cara

melisankan dan melafalkan isi bacaan yang menjadi dasar keharusan bagi

seseorang dalam membaca Al-Quran secara benar. Kemampuan membaca adalah

kecakapan yang telah diperagakan oleh siswa dalam membaca Al-Quran melalui

tiga komponen utama yaitu: Makhroj, tajwid, dan kelancaran bacaan. Jadi

kesimpulan kemampuan membaca Al-Quran adalah kesanggupan seseorang untuk


28

bisa membaca Al-Quran sesua dengan ketentuan- ketentuan Al-Quran sesuai

dengan tajwid, makharijul huruf, serta membaca dengan tartil.

4. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Terhadap Membaca Al-Quran

Menurut Dalyono (2015:112) Secara umum faktor- faktor yang

mempengaruhi kemampuan membaca Al-Quran adalah:

a. Faktor guru yang harus memiliki persyaratan:

1) Memiliki ilmu pengetahuan Al-Quran dan dapat membaca dan menulis

Al-Quran dengan baik.

2) Rajin, dan tekun dalam beribadah dan sopan santn berakhlak mulia.

3) Berpendidikan atau mengetahui tentang ilmu Al-Quran. Apabila ketiga

syarat ini tidak dimiliki oleh seorang guru sangatlah sulit untuk

mengembangkan membaca Al-Quran pada peserta didik. Karena dalam

hal ini guru mempunya peranan yang sangat penting yakni sebagai

sutradara sekaligus aktor. Artinya dipundak gurulah tempat tugas dan

tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pengajaran di

sekolah berada.

b. Faktor Siswa

Faktor siswa dipengaruhi oleh keragaman yang berbeda- bedadari

segi karakteristik dan intelektual yang mereka miliki. Dan juga

dipengaruhi oleh minat, bakat dan motivasi yang dimiliki olehmasing-

masing peserta didik, ini semua dapat mempengaruhi terhadap

kemampuan membaca Al-Quran. Artinya dipundak pendidiklah tempat


29

tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pengajaran di

sekolah berada.

c. Sarana dan Prasarana

Faktor ini juga sering menjadi masalah dalam pembelajaran., karena

tidak semua sekolahan mampu menyediakan sarana dan prasarana

untuk mendukung keberhasilan pembelajaran yang sesuai dengan

kebutuhan dalam pembelajaran.

d. Lingkungan

Lingkungan merupakan keadaan atau fenomena disekitar peserta

didik atau tempat belajar yang dijadikan sebagai informasi tentang

sesuatu yang sedang dipelajari.

5. Indikator Kemampuan Membaca Al-Quran

Adapun acuan yang peneliti gunakan dalam membuat

indikator kemampuan mebaca Al-Quran, sebagaimana yang penulis

kutip dari pendapat Raisya Maula Ibnu Rusyd yakni kriteria baik dan

benar. Baik dalam arti indah didengarkan. Benar bermakna bacaannya

sesuai dengan kaidah tajwid. Kaidah- kaidah itu meliputi cara

mengucapkan huruf- huruf Al-Quran sesuai dengan sifat- sifatnya yang

asli, tebal atau tipisnya, panjang ataupun pendeknya, dan berbagai

kaidah lain yang berhubungan dengan ilmu tajwid. “Menurut Muhaemi yang

dikutip melalui Raisya Maula Ibnu Rusyd dalam bukunya bahwa ilmu tajwid

tidak hanya beisi tentang panjang- pendeknya bacaan dan dengung atau tidaknya

bacaan. Akan tetapi lebih dari itu. Ilmu tajwid membahas hal- hal sebagai berikut:
30

a. Makharijul Huruf. Bagian ini membahas tentang tempat – tempat yang

menjadi keluarga huruf hijaiyah.

b. Shifatul huruf. Bagian ini berisi tentang cara- cara pengucapan

huruf hijaiyah dengan benar.

c. Ahkamul huruf. Bagian ini menguraikan tentang hukum- hukum

bacaan antara huruf yang satu dengan huruf hijaiyah yang lainnya.

d. Ahkamul maddi wal qashr. Bagian ini mengulas tentang panjang

atau pendeknya huruf- huruf hijaiyah.

e. Ahkamul waqaf wal ibtida‟. Bagian ini menjelaskan tentang

cara- cara memulai atau menghentikan bacaan, dan lain sebagainya.

Adapun untuk mengetahui siswa memiliki kemampuan dalam

membaca Al- Quran dalam tingkat SD dapat dilihat dari indicator-

indicator dibawah ini:

a. Siswa dapat melafalkan surah Al- Lahab dengan benar

b. Siswa dapat melafalkan surah Al- Kafirun dengan benar

c. Siswa dapat menunjukkan hukum bacaan yang terdapat dalam surat Al-

Lahab dan surat Al- Kafirun.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang diambil dalam pembahasan proposal ini adalah SD

IT Al-Hafidzi Tembung di Jalan Sederhana Gang Raya 12 Dusun X Raya

Sambirejo Timur, Dan Adapun waktu penelitian, peneliti melakukannya di bulan

Juni sampai Agustus 2023.

B. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti telah menganalisis tema dan melakukan pemilihan tema pada awal

penelitian. Intinya pada proses pengumpulan data pada penelitian kualitatif tidak

memiliki segmen tersendiri, melainkan sepanjang penelitian yang dilakukan

proses pengumpulan data dapat dilakukan (Denim, 2002:157).

a. Metode observasi

Observasi ialah metode pengumpulan data melalui lokasi untuk mengamati secara

langsung berbagai hal yang ada dilapangan. Dalam penelitian ini peneliti berperan

sebagai pengamat non partisipan atau pengamat hanya berperan sebagai peneliti

saja agar dapat mengamati informan dan sumber data secara langsung. Penulis

berlaku sebagai pengamat dan tidak mengambil bagian kehidupan yang di

observasi dengan tujuan agar dapat memperoleh ketetrangan yang obyektif.

Penulis melakukan oservasi terhadap guru, siswa, dan kepala sekolah di SD IT Al-

Hafidzi Tembung Dusun X Raya Deli Serdang TA. 2022-2023.

31
32

b. Metode interview

Peneliti melakukan tanya jawab secara langsung dengan orang-orang yang

terlibat sebagai guru maupun siswanya dengan tujuan untuk mendapatkan

keterangan secara jelas berupa pola komunikasi dalam proses pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini (Haris,

2010:117). Tanya jawab ini tidak hanya melibatkan kepada guru saja, tetapi juga

kepada siswa. Hanya membahas pokok-pokok masalah yang akan diteliti,

selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi. Peneliti akan

melakukan tanya jawab dengan orang-orang yang terlibat sebagai guru Al-Qur’an

di SD IT Al-Hafidzi Tembung Dusun X Raya Deli Serdang TA 2022-2023,

dengan tujuan mendapatkan keterangan secara jelas bagaimana pola komunikasi

dalam proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan penelitian ini.

c. Metode Dokumentasi

Penelitian lapangan yang akan dilaksanakan, informasi yang berbentuk dokumen

yang sangat releven karena bisa menggunakan berbagai bentuk dan dijadikan

sebagai sumber data. Dokumentasi yang digunakan pada penelitian ini penelitian

untuk menghimpun data tentang profil sekolah, visi misi, struktur organisasi,

tenaga kependidikan, keadaan siswa.

PTK itu sendiri merupakan suatu bentuk penelitian yang memerlukn

proses reduksi. Proses reduksi berasa dari berbagai proses sepeti wawancara,

observasi, pengumpulan dokumen, kemudian data yang sudah dikumpulkan

tersebut akan dirangkum dan diseleksi sehingga bisa dimasukkan kedalam


33

kategori yang sesuai. Alasan memilih jenis ini adalah karena dalam penelitian ini

peneliti berupaya menggali data berupa pandangan dalam bentuk cerita rinci atau

asli dan data hasil pengamatan dilapangan terkait upaya meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Tahsin di kelas 3

SD IT Al-Hafidzi Tembung Dusun X Raya Deli Serdang.

4. Tes

Tes digunakan untuk mengukur mengambilan data yang berupa informasi

mengenai pengetahuan sikap, bakat dan lainnya dapat dilakukan dengan tes atau

pengukuran bekal awal atau hasil belajar dengan berbagai prosedur penelitian

(Suharsimin, 2013:193). Tes dalam PTK sangat lazim digunakan untuk

pengukuran hasil atau kemampuan yang diukur menggunakan instrument tes.

Berkaitan dengan intrumen tes, dapat dibedakan dua jenis tes, yakni tes lisan (oral

test) dan tes tertulis (writing test) yang memiliki cara masing-masing dalam

proses penilaian.

Dalam penelitian ini cara yang digunakan peneliti yaitu dengan tes lisan

karena berkaitan dengan kemampuan membaca. Sejumlah pertanyaan yang

disampaikan secara lisan tentang aspek-aspek psikologis sebagai data atau

informasi yang berhubungan dengan masalah penelitian tindakan kelas yang harus

dilaksanakan secara lisan pula. Tujuan utama tes lisan adalah untuk mengukur

kemampuan seseorang peserta didik tentang suatu konsep atau kerja.


34

C. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan

secara kolaborasi antara peneliti dan pendidik dalam meningkatkan kemampuan

membaca peserta didik dengan menggunakan metode tahsin. Penelitian ini

merupakan penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research)

memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu

pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar (Kunandar,

2016:41).

Jenis penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yakni

kegiatan penelitian untuk mendapatkan kebenaran dan manfaat praktis dengan

cara melakukan tindakan secara kolaborasi dan partisipasi. Dikarenakan ada tiga

kata yang membentuk penfertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat

diterangkan.

1. Penelitian- menunjukan pada suatu kegiatan mencermati suatu obyek

dengan menggunakan cara dan aturan tertentu untuk memperoleh data

yang bermanfaat dengan maksud meningkatkan mutu suatu hal yang

menarik minat dan penting terutama bagi peneliti.

2. Tindakan-menunjukan pada suatu gerakan kegiatan yang sengaja

dilakukan dengan maksud apa yang diharapkan. Dalam penelitian

berbentuk rangkaian siklus-siklus kegiatan untuk peserta didik dalam

sebuah penelitian.
35

3. Kelas-dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam

pengertian yang lebih spesifik, kelas adalah sekelompok peserta didik

yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama pula.

D. Sumber Data Penelitian

Yang dimaksud dengan sumber data penelitian merupakan subjek dari

mana data dapat diperoleh (Suharsimin, 2011:129). Adapun sumber data yang

digali dalam penelitian terdiri data utama yang berupa kata-kata dan tindakan,

serta sumber data tambahan yang berupa dokumen-dokumen.

Menurut Syamsuddin (2006:74) Adapun sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Data Primer adalah data yang diperileh atau dikumpulkan oleh penelitin

secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga data asli

atau data baru yang memiliki up to date. Untuk mendapatkan data primer,

Penellitian untuk menghimpun data tentang profil sekolah, visi misi,

struktur organisasi, tenaga kependidikan, keadaan siswa.

2. Data skunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari

berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data

skunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik

(BPS), buku, laporan, jurnal dan lain-lain.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, Setrategi Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.

Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Alquran & Ilmu Tajwid, Jakarta:
Pustaka AlKautsar, 2017.

Danang Suriamihardja, Amirudin, Eddyman W.Ferial, Wawasan Ipteks, Jakarata:


Erlangga, 2015.

Denim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung : Pustaka Setia 2002,Hlm.157.

Efendi Anwar, Bimbingan Tahsin & Tajwid Al-Quran jilid III, Jakarta: Cahaya
Qurani, 2011.

Haris Ardiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial,


Jakarta : Salemba Humanika,2010.

Ida vera Sophya & Saiful Mujab, “Metode Baca Alquran”. Jurnal Elemtary, Vol.
2 No. 2, Juli - Desember2014.

Muhammad Syaifullah, Jurnal Kajian Ilmu Pendidikan “Penerapan Metode An-


Nahdliyah dan Metode Iqro‟ dalam Kemampuan Membaca Alquran”,
Vol. 2 No. 1 Juli 2017.

M. Dalyono, Psikologi pendidikan, Jakarta: PT Renika Cpta, 2015.

Muhammad Irwan Padli Nasution, “Setrategi Pembelajaran Efektif Berbasis


Mobile Learning Pada Sekolah Dasar”, Jurnal Iqra’ Volume 10 No.01
Mei 2016.

Muhammad Halil, dkk, ”Upaya Guru Meningkatkan Kemampuan Siswa


Membaca Alquran Mata Pelajaran Alquran Hadits”. Artikel.
(Palangkaraya: STAIN).

St.Y. Slamet, Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Surakarta: UNS Press,
2017.

Suharsimin Arikunto, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,Jakarat:


Media Press, 2011.

Syamsuddin, Dkk, metode penelitian pendidikan bahasa, bandung, PT Remaja


Rosdakarya,2006.

36
37

Anda mungkin juga menyukai