AWAL DI INDONESIA
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Haidar Putra Daulay,MA & Dr. Solihah Titin Sumanti, M.Ag
Oleh :
Nurul Pathiyah
NPM :3003213007
PENDIDIKAN ISLAM
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
BAB I: PENDAHULUAN...............................................................................` 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Kerangka Teori..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 2
Masyarakat setempat........................................................................ 6
b. Pesantren................................................................................... 9
d. Surau......................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 5
i
KATA PENGANTAR
Pendidikan Islam paling awal di Indonesia yang dipelopori oleh pendidikan Islam.
lembaga pendidikan secara bertahap, mulai dari yang amat sederhana, sampai
tersebut telah menarik perhatian para ahli baik dari dalam maupun luar negeri
untuk melakukan studi ilmiah secara konferensif, oleh sebab itu, penulis
kesalahan tersebut menuju kesempurnaan dan bisa pula dibaca oleh orang-orang
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Kerengka Teori
1
suatu wadah atau tempat berlangsungnya proses pendidikan Islam. Lembaga
pendidikan mengandung pengertian kongkrit berupa sarana dan prasarana dan
juga pengertian yang abstrak, dengan adanya norma-normadan peraturan-
peraturan tertentu, serta penanggung jawab pendidikan itu sendiri (Huda, 2020).
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pendidikan merupakan suatu keharusan dikalangan masyarakat muslim (Daulay,
2012).
Inti dari materi Pendidikan pada masa awal tersebut adalah ilmu-ilmu
agama yang di konsentrasikan dengan membaca kitab-kita klasik. Kitab-kita
klasik adalah menjadi ukuran bagi tinggi rendahnya ilmu agama seseorang.
Pendidikan islam yang sedemikian rupa amat kontras dengan Pendidikan barat
yang dibangun oleh pemerintah colonial belanda ini bersifat “sekuler”, tidak
mengajarkan sama sekali ilmu-ilmu agama disekolah-sekolah pemerintah. Sama
hal nya dengan Pendidikan Islam dikala ini tidak mengajarkan sama sekali ilmu-
ilmu umum. Kenyataan ini membuat terpolanya Pendidikan di Indonesia pada
Ketika ini dengan dua system yang saling kontras tersebut.
4
Diawal abad ke 20 muncullah ide-ide pembaharuan Pendidikan islam di
Indonesia, ide muncul disebabkan sudah mulai banyak orang yang tidak pusa
dengan system Pendidikan yang berlaku saat itu, pertama dari segi isi (Materi),
kedua dari segi metode, Ketika manajemen dan administrasi Pendidikan.
Dari segi isi (materi) yang disampaikan sudah ada kegiatan untuk
memasukkan materi pengetahuan umum kedalam isi pengajaran pada Ketika itu.
Dari segi metode tidak hanya menggunakan metode sorongan, wetonan, hafalan
tetapi juga diinginkan metode-metode baru yang sesuai dengan perkembangan
zaman. Selanjutnya keinginan untuk me-manage Lembaga Pendidikan Islam,
telah muncul dengan diterapkannya system klasikal dan pemberlakuan
administrasi Pendidikan.
5
a. Wetonan Metode wetonan yaitu kyai membacakan salah satu kitab di
depan para santri yang juga memegang dan memerhatikan kitab yang
sama. Dengan metode tersebut, santri hanya menyimak, memerhatikan,
dan mendengarkan pembacaan dan pembahasan isi kitab yang dilakukan
oleh kyai. Tidak digunakan absensi kehadiran, evaluasi, dan tidak ada pola
klasikal Dalam proses belajarnya, biasanya kyai dikelilingi santrinya yang
membentuk lingkaran, yang disebut halaqah.
b. Metode sorogan adalah metode pembelajaran sistem privat yang dilakukan
santri kepada seorang kyai. Dalam metode sorogan ini, santri datang
kepada kyai dengan membawa kitab kuning atau kitab gundul, lalu
membacanya di depan kyai dan menerjemahkannya. Metode sorogan
sebagai metode yang sangat penting untuk para santri,terutama santri yang
bercita-cita menjadi kyai. Karena dengan metode sorogan, santri akan
memperoleh ilmu yang meyakinkan dan lebih fokus kepada persyaratan
utama menjadi kyai, yakni memahami ilmu alat dalam ilmu-ilmu yang
paling prinsipil di pondok pesantren (KM.Akhiruddin, 2015).
2. Tumbuh Lembaga-Lembaga Pendidikan
Pendidikan Islam juga soal sosial, sehingga dalam kelembagaannya ia
tidak bisa dilepaskan dari lembaga-lembaga sosial yang ada. Lembaga disebut
juga dengan institusi atau pranata, sedangkan lembaga sosial adalah suatu bentuk
organisasi yang tersusun relatif tetap atas pola tingkah laku, peranan-peranan dan
relasi-relasi dan terarah dalam mengikat individu yang mempunyai otoritas formal
masyarakat merupakan syarat mutlak (conditioncine qua non) dengan tugas dan
2015).
6
Dalam pokok bahasan ini, masih ada perdebatan tentang lemaba apa saja
yang layak disebut sebagai lembaga pendidikan Islam. Menurut Hamdani Ali,
Masjid fungsi utamanya adalah untuk tempat shalat yang lima waktu
ditambah dengan sekali seminggu dilaksanakan shalat jum’at dan dua kali setahun
dilaksanakan shalat hari raya Idul fitri dan Idul Adha. Selain dari masjid ada juga
tempat ibadah yang disebut langgar, bentuknya lebih kecil dari masjid dan
digunakan hanya tempat shalat lima waktu, bukan untuk tempat shalat jum’at.
SelainSelain dari fungsi utama masjid dan langgar difungsikan juga untuk tempat
dengan kaedah-kaedah bacaan dan juga diberi pendidikan keimanan ibadah dan
berbentuk segi empat seperti bangunan mesjid namun lebih kecil-- yang berdiri di
digunakan sebagai tempat ibadah salat (selain salat jum’at). Oleh karena itu,
langgar sering disebut pula musolla (tempat salat). Selain sebagai tempat salat,
7
beberapa langgar menjadi tempat belajar agama tingkat dasar. Istilah lain yang
murid; dan surau besar, yang muridnya berkisar antara 100 sampai 1000 orang.
Surau kecil lebih kurang sama dengan langgar atau musolla di Jawa-Madura, yang
umumnya menjadi tempat belajar al-Qur’an dan tempat salat. Sedangkan surau
sedang dan besar sengaja didirikan sebagai lembaga pendidikan Islam dalam
pengertian yang luas. Keberadaan surau sedang dan besar ini dapat disamakan
wilayah Kelantan, surau dibedakan men- jadi dua; surau kecil dan surau besar.
Surau kecil memiliki fungsi yang sama dengan surau kecil di Minangkabau atau
dalam hal memiliki fungsionaris keagamaan yang lengkap seperti khâtib, imâm,
1
Fenomena yang cukup unik tentang langgar terjadi di pulau Madura. Di wilayah ini
ditemukan bangunan langgar di hampir setiap rumah penduduk, utamanya di daerah pedesaan.
Bangunan langgar biasanya merupakan satu kesatuan dengan bangunan rumah, dapur, dan
kandang (rumah hewan). Kesemuanya disebut tanéan, artinya halaman yang dikelilingi oleh rumah
dan bangunan yang lain. Kalau komplek perumahan itu terdiri dari beberapa rumah, maka disebut
tanéan lanjeng (halaman panjang). Bangunan langgar selalu berada di ujung halaman bagian barat
sebagai simbolisasi lokasi Ka’bah yang merupakan kiblat orang Islam ketika melakukan ibadah
salat.
8
Dalam konteks historis, keberadaan langgar di Indonesia tidak bisa
dipisahkan dari tradisi pra-Islam. Sebelum Islam datang, menurut Sidi Gazalba,
Awalnya surau berupa bangunan kecil yang terletak di puncak bukit atau di
tempat yang lebih tinggi dari bangunan sekitarnya. Bangunan tersebut berfungsi
sebagai tempat berkumpul kaum lelaki dewasa. Setelah Islam datang, lembaga
langgar merupakan tradisi agama asli Asia Teng- gara yang telah mengalami
Burma, yang sebagian besar memiliki sebuah kuil keluarga yang fungsinya tidak
terlalu berbeda dengan langgar di kalangan umat Islam, demikian pula umat
b. Pesantren
Ditinjau dari segi sejarah, belum ditemukan data sejarah, kapan pertama
berpendapat bahwa pesantren baru muncul pada masa Walisongo dan Maulana
Inti dari pesantren itu adalah pendidikan ilmu agama, dan sikap beragama.
Pada tingkat dasar anak didik baru diperkenalkan tentang dasar agama, dan Al-
9
Qur’an Al-Karim. Setelah berlangsung beberapa lama pada saat anak didik telah
kitab klasik ini juga diklasifikasikan menjadi tingkat dasar, tingkat menengah dan
atau sekolah. Ditinjau dari segi pendidikan awal bagi anak- anak yang dapat
membaca huruf arab, almu agama dan ilmu bahasa Jawi, akhlak. Di tinjau dari
segi pendidikan, meunasah adalah lembaga pendidikan awal bagi anak-anak yang
dapat disamakan dengan tingkatan sekolah dasar. Di meunasah para murid di ajar
menulis, membaca huruf Arab, ilmu agama, dan akhlaq. Meunasah dipimpin oleh
seorang tengku, yang di Aceh besar disebut tengku meunasah. Tengku meunasah
Tiap-tiap kampung harus ada satu meunasah. Masjid berfungsi sebagai tempat
agama, disini telah diajarkan kitab-kitab yang berbahasa arab. Tingkat pendidikan
ini jika dibandingkan dengan sekolah saat sekarang setingkat sekolah lanjutan
pertama.
10
pelajaran, berbentuk halakah, metode yang disampaikan di dunia pesantren
Dayah berasal dari bahasa Arab zawiyah. Kata zawiyah pada mulanya
merujuk kepada sudut dari satu bangunan, dan sering di kaitkan dengan masjid.
Disudut masjid itu terjadi proses pendidikan antada pendidik dengan terdidik.
pelajaran agama yang brsumber dari bahasa arab, misalnya fiqih, bahasa Arab,
Tauhid, tasawuf, dll, tingkat pendidikannya adalah sama dengan tingkat Sekolah
d. Surau
kata yang luas penggunaannya di Asia Tenggara. Sejak waktu yang sangat lama,
Patani (Thailand Selatan). Secara bahasa, kata “surau” berarti “tempat” atau
yang dibangun untuk penyembahan arwah nenek moyang. Karena alasan inilah,
surau paling awal biasanya dibangun di puncak bukit atau tempat yang lebih
sebelum Islam masuk ke Minangkabau surau sudah ada. Dengan datangnya Islam,
11
surau juga mengalami proses islamisasi, tanpa harus mengalami perubahan nama.
sebagai tempat beribadah (shalat), tempat mengajarkan Al- Qur'an dan Hadis serta
ilmu lainnya, juga sebagai tempat musyawarah, tempat mengajarkan adat, sopan
santun, ilmu beladiri (silat Minang) dan juga sebagai tempat tidur bagi pemuda
yang mulai remaja dan bagi laki-laki tua yang sudah bercerai. Ini barangkali sudah
tidak disiapkan kamar untuk anak laki- laki remaja atau duda, maka mereka
bermalam di surau. Hal ini secara alamiah menjadi sangat penting, karena dapat
membentuk watak bagi generasi muda Minangkabau, baik dari segi ilmu
bangunan surau ada yang bergonjong. Ini sebagai refleksi dari kepercayaan mistis
didapatkan di surau ini tidak hanya ilmu agama saja, tetapi juga ilmu yang
dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti pengetahuan adat, ilmu bela diri,
sopan santun, kemandirian dan sebagainya. Surau ini walaupun ada yang
berbentuk masjid, tetapi tidak sama dengan masjid. Surau di Minangkabau tidak
Jum'at.
12
Fungsi surau tidak berubah setelah kedatangan Islam, hanya saja fungsi
sebagai tempat shalat juga digunakan oleh Syekh Burhanuddin sebagai tempat
13
BAB III
KESIMPULAN
tertua serta tumbuh dan berkembang di Indonesia khususnya di pulau Jawa yang
khas Indonesia dan sampai saat ini tetap survive. Untuk bisa dikatakan sebuah
Sosok kyai dalam lembaga pesantren memberikan kesan yang luar biasa yang
harus disegani dan dihormati baik oleh santrinya maupun masyarakat sekitar. Ini
karena seorang kyai merupakan tempat bertanya atau sumber referensi, tempat
menyelesaikan masalah dalam segala urusan, serta tempat meminta nasihat dan
fatwa.
hanya berfungsi sebagai tempat belajar saja tetapi juga bersungsi untuk kegiatan
lainnya seperti tempat rapat, berkumpul, dan kegiatan lainnya. Dalam sejarah
14
DAFTAR PUSTAKA
15
16