Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemampuan membaca Al-Qur’an sangatlah penting dimana Al-Qur’an


adalah merupakan sumber ajaran islam yang pertama dan utama, setelah itu
adalah adalah As-sunnah. Karena pentingnya membaca Al-Qur’an di kehidupan
sehari – hari maka SDIT Al- Hafidzi perlunya pemahaman tentang Al-Qur’an
wajib dimulai karena masa ini merupakan masa yang sangat penting bagi orang
tua maupun pendidik untuk mengajarinya membaca Al-Qur’an (Chairul Anwar
2017:13).
Al-Qur’an merupakan wahyu yang diturunkan kepada Nabi pada saat Nabi
sedang berkholwat di dalam gua hira pada malam senin yang bertepatan tanggal
17 ramadhan tahun 41 dari kelahiran nabi Muhammad SAW. Allah berjanji pada
malam itu sebagai malam penuh kemuliaan karena awal mula Al-Qur’an turun
dengan sebutan malam “Al-Qadar” (Quraish Shihab, 2008:14).
Al-Qur’an berasal dari kata qira’ah yang berarti bacaan, menurut Manna
al-Qaththan, Al-Qur’an secara Bahasa berasal dari qara’a yang bermakna
pengumpulan dana penggabungan. Definisi Al-Qur’an secara global dan
merupakan kesepakatan para ulama mengenai defenisi ini. Firman Allah SWT
yang diturunkan kepada Muhammad SAW dan membacanya ibadah, “Kalamullah
SWT sebagai mukjizat, yang diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul
Muhammad SAW dengan perantaraan Jibril AS yang termaktub dalam mushhaf-
mushhaf, yang dinukil sampai kepada kita secara mutawatir, membacanya sebagi
ibadah, yang di mulai dengan surah Al-Fatihah yang ditutup dengan surah An-
Nas (Sya’ban Muhammad Ismail).
Membaca Al-Quran merupakan pembinaan bagi akhlak generasi penerus
bangsa. Tujuan membaca alquran adalah untuk dapat memahami ayat – ayat Al-
Qur’an dan menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan.
Semakin majunya zaman, maka semakin majulah teknologi dan semakin
canggih pula. Sehingga banyak di temui anak – anak yang lupa akan kewajiban
mereka terhadap Allah SWT yakni membaca Al-Qur’an. Hal ini di sebabkan
bagusnya teknologi yang membuat anak- anak terlena dan lupa akan mengaji.
Bahkan mirisnya mereka pun tidak lancar membaca Al-Qur’an karena orang tua
sudah pasrah menyerahkan seluruh pendidikan anaknya di sekolah. Maka dari itu
anak – anak butuh menempuh pendidikan seimbang antara ilmu umum dan ilmu
agama.
Saat ini banyak sekolah yang berbasis islam dan berorientasi pada kualitas
hadir di tengah masyarakat yang sadar akan pentingnya pendidikan islam yang
bermutu bagi anak – anak mereka. Sekoalah berlomba – lomba untuk memberikan
jaminan kualitas bagi siswa/siswi lulusannya. Salah satu jaminan kualitas lulusan
mereka kepada wali murid adalah kemampuan membaca Al-Qur’an dengan baik
(tartil) sesuai dengan ilmu tajwid pada setiap anak. (Mokhammad Rifa’I,
Syaifullah).
Maka dari itu pembelajaran membaca Al-Qur’an wajib di mulai sejak dini.
Rasulullah SAW telah menyeru pada orang tua agar mendidik anak – anak mereka
membaca Al-Qur’an. Menurut Syafarifuddin,” Usia yang ideal untuk menerima
pendidikan Al-Qur’an adalah usia dini, usia kanak – kanak atau usia sekitar 4-6
tahun”. Menurut Muhammad Yusuf, Masa usia dini adalah masa yang sedang
subur untuk menanam rasa agama kepada anak, umur penumbuhan kebiasaan –
kebiasaan yang sesuai dengan ajaran agama melalui pendidikan dan perlakuan
dari orang tua dan guru. Sejak usia dini anak sudah diajarkan rukun iman, rukun
islam, bacaan dan pengertian dua kalimat syahadat, bacaan dan gerakan sholat,
doa – doa, membaca dan menulis Al-Qur’an dan riwayat para nabi. Menurut
Thalib, anak – anak kita sebagai bagian dari umat islam sudah dengan sendirinya
wajib kita ajari Al-Qur’an, minimal mengenal huruf dan cara membacanya.
Karena sejak umur tujuh tahun kita wajib menyuruh anak – anak untuk sholat.
Sedangkan doa dan bacaan sholat ada dalam Al-Qur’an dan hadist.
Adapun beberapa indikator kemampuan yang dapat di cangkup dalam
membaca Al-Qur’an sendiri adalah kelancaran dan tartil dalam membaca Al-
Qur’an, kesesuaian pelafalan huruf sesuai makhrajnya, dan ketetapan membaca
Al-Qur’an sesuai tajwid.(Abdul Chaer,2013). Maka dari itu siswa SDIT Al-
Hafidzi perlunya penerapan untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran
sesuai indikator kelancaran membaca Al-Qur’an. Seperti firman Allah SWT
dalam QS. Al-Baqoroh ayat 121 :

ٰۤ ُ
ٖ‫ك يُْؤ ِم ُن ْو َن ِبهٖ ۗ َو َمنْ َّي ْكفُرْ ِبه‬
َ ‫ول ِٕى‬ َ ‫لَّ ِذي َْن ٰا َتي ْٰن ُه ُم ْالك ِٰت‬
‫ب َي ْتلُ ْو َن ٗه َح َّق ِتاَل َوت ۗ ِٖه ا‬
ٰۤ ُ
ࣖ ‫ك ُه ُم ْال ٰخسِ ر ُْو َن‬ َ ‫ول ِٕى‬ ‫َفا‬

Artinya: “ Orang-orang yang telah Kami beri Kitab, mereka membacanya


sebagaimana mestinya, mereka itulah yang beriman kepadanya. Dan barang siapa
ingkar kepadanya, mereka itulah orang-orang yang rugi.”

Berdasarkan hasil survey di SDIT AL-Hafidzi Sambirejo Timur Dusun


Raya X Percut Sei Tuan, di peroleh gambaran bahwa proses pembelajaran dan
pemberian materi membaca Al-Qur’an seadanya tidak menggunakan metode. Hal
ini menunjukkan dengan hasil wawancara yaitu “Proses belajar mengajar di SDIT
Al-Hafidzi berjalan dengan lancar. Kemampuan membaca Al-Qur’an peserta
didik masih kurang. Ketika membaca peserta didik masih terbata- bata. Untuk
penggunaan metode pembelajaran menggunakan metode tahsin.

Dalam melatih kemampuan siswa membaca Al-Qur’an maka di perlukan


metode yang tepat agar dapat memberikan pengaruh besar terhadap keberhasilan
pembelajaran. Metode tahsin adalah salah satu cara untuk tilawah Al-Qur’an yang
menitik beratkan pada makhroj (tempat keluar masuknya huruf) dan ilmu tajwid.
Metode tahsin hamper sama dengan metode qiroati yaitu metode membahas
tentang cara pengucapan Al-Qur’an, cara penyampaiannya dan tata cara
pelaksanaan dalam sistem mengajarnya di mulai dari tingkatan yang sederhana
tahap demi tahap sampai mendekati sempurna.

Indikator kemampuan peserta didik dikatakan mampu membaca Al-


Qur’an apabila dapat melafalkan surat – surat tertentu dalam juz amma, membaca
huruf – huruf hijaiyah sesuai makhrojnya, dan tidak kesulitan dalam membedakan
makhorijul huruf, maupun kaidah ilmu tajwid dalam membaca Al-Qur’an.
Metode tahsin pun memiliki indikator kemapuan membaca Al-Qur’an
dengan metode tahsin :
1. Siswa dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
2. Siswa dapat mengenal tanda baca dalam Al-Qur’an.
3. Meminimalisir kesalahan pada mad.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa baca Al-Qur’an
harus benar – benar dipelajari dengan sebenar – benarnya agar tujuan untuk
menanamkan pemahaman yang kedisplinan dalam ibadah dapat dipraktikan dalam
kehidupan sehari – hari. Karena terlihat di SDIT AL-Hafidzi adalah peserta didik
belum spesifik diajarkan ilmu tajwid. Padahal kesalahan dalam tajwid sedikit saja
dapat mengubah arti dari bacaan tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka fokus penelitian ini

adalah “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Dengan

Menggunakan Metode Tahsin di Kelas III SDIT AL-Hafidzi Tembung

Dusun X Raya”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah yang


muncul dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Masih banyaknya siswa/siswi yang belum mampu membaca Al-Qur’an
dengan baik dan benar.
2. Tidak mengulang kembali bacaan Al-Qur’an dirumah.
3. Setiap siswa/siswi mempunyai kemampuan membaca Al-Qur’an yang

berbeda-beda. Misalnya, kesulitan dalam pengucapan huruf, makhrajnya,

panjang dan pendek yang belum konsisten dan sebaigainya.


C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas dalam penelitian ini hanya di batasi

pada pelaksanaan pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan

metode tahsin pada siswa Kelas III SDIT Al-Hafidzi Sambirejo Timur, Percut Sei

Tuan, Sumatera Utara Tahun 2023.

D. Rumusan Masalah

Dari rangkaian latar belakang tersebut, peneliti menarik beberapa rumusan


masalah yaitu:
1. Bagaimana Penerapan Metode Tahsin untuk meningkatkan kemampuan
membaca Al-Qur’an dengan benar sesuai kaidah makhraj dan tajwid pada
siswa/siswi Kelas III SDIT Al-Hafidzi ?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an setelah

menggunakan Metode Tahsin pada siswa/siswi Kelas III Al-Hafidzi ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah Peningkatan Penerapan

Metode Tahsin dalam Kemampuan Membaca Al-Qur’an di SDIT Al-Hafidzi

Sambirejo Timur, Percut Sei Tuan, Sumatera Utara.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
a. Menambah keilmuan terutama berkenan dengan pendidikan Al-Qur’an
khususnya tentang penggunaan metode tahsin dalam meningkatkan
membaca Al-Qur’an peserta didik.
b. Menambah wawasan bagi umat muslim khususnya peserta didik untuk
giat dan aktif dalam membaca Al-Qur’an.
c. Sebagai bahan kajian lebih mendalam bagi penulisan – penulisan
berikutnya yang sifatnya lebih luas dan mendalam baik dari sisi wilayah
maupun subtansi permasalahannya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru dapat mengetahui dan memilih metode yang tepat untuk
memberi pengetahuan tentang bacaan Al-Qur’an yang baik dan benar.
b. Bagi siswa dapat lebih paham tentang bacaan yang baik dan benar serta
dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari – hari.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Pendidikan agama merupakan pendidikan yang paling utama yang harus
diajarkan kepada anak dalam rangka membentuk kepribadian anak yang sesuai
dengan tuntunan agama Islam, yaitu Alquran dan Hadits. Alquran identik dengan
bahasa Arab, karena Agama Islam dan Nabinya berasal dari negara Arab yang
kesehariannya menggunakan bahasa Arab. Demikian menjadi sangatlah penting
pendidikan pada proses belajar mengajar (transfer ilmu) khususnya mata pelajaran
Alquran Hadits, karena pentingnya membaca Alquran di kehidupan sehari-hari
maka di Sekolah Dasar Islam inilah pemahaman tentang Alquran wajib dimulai
karena masa ini merupakan masa yang sangat penting bagi orang tua maupun
pendidik untuk mengajarinya membaca Alquran.
Menurut Drs. Syaiful Bahri Djamarah dan Drs. Aswan Zain
dalam buku yang berjudul Strategi Belajar Mengajar menjelaskan
bahwa metode latihan merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk
menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk
memlihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu ada pula yang
mengtakan bahwa metode adalah suatu sarana untuk menemukan,
menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan
disiplin ilmu. Sedangkan tahsin berarti pembenaran.

2. Metode Tahsin
A. Pengertian Metode Tahsin
Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secatra
optimal.Menurut J.R David dalam Teaching Strategies for College Class Room
(1976) menyebutkan bahwa method is a way in achieving something (cara untuk
mencapai sesuatu). Artinya, dalam metode yang digunakan untuk merealisasikan
setrategi yang telah ditentukan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem
pembelajaran memegang peranan sangat penting.
Keberhasilan dalam implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung
pada cara pendidik menggunakan metode pembelajaran karena suatu setrategi
pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan
metode pembelajaran. Berbeda lagi dengan tahsin berasal dari kata hasan,
yuhasinu, tahsiina, yang artinya memperbaiki, membaguskan, menghiasi,
mempercantik,membuat lebih baik.
Metode tahsin adalah salah satu cara pendidik atau ustad dalam tilawah
Alquran yang menitik beratkan pada makhroj (tempat keluar masuknya huruf) dan
ilmu tajwid. Metode tahsin ini dalam membaca Alquran melalui seorang pendidik
secara langsung dan berhadapan. Karena dengen cara seperti itu seorang pendidik
bisa melihat apakah makharijul huruf yang di ucapkan murid sesuai dengan
kaidah atau tidak.
B. Unsur – Unsur Dalam Metode Tahsin
a) Tempat-tempat keluar huruf
Dalam pembagian tempat keluar huruf metode tahsin ulama Qira‟at
menuangkan dalam bentuk tulisan supaya lebih cepat difahami peserta
didik. Sekolah Dasar Islam ditopang juga dengan latihan terus menerus
dalam huruf dengan baik dan benar,secara global makhrojul huruf ada lima
tempat yaitu:
a. Rongga mulut
Rongga mulut dan rongga tenggorokan terbuka,huruf yang keluar dari
rongga mulut ini adalah huruf - huruf mad (‫)ّ–ا–ي‬.
b. Tenggorokan
Huruf yang keluar dari tenggorokan dibagi menjadi tiga yaitu,pangkal
tenggorokan,tegah tenggorokan dan ujung tenggorokan,contoh makhraj
bisa di lihat dibawah ini:
a). Keluar dari tenggorokan bawah (‫ء‬danٍ )
b). Keluar dari tenggorokan tengah (‫ح‬dan‫)ع‬
c). Keluar dari tenggorokan atas (‫خ‬dan‫)غ‬
c. Lidah
Banyak jenis huruf yang keluar dari lidah yaitu:
a)‫ ق‬keluar dari pangkal lidah paling belakang atau dekat dengan
tenggorokan
dengan mengangkatnya ke langit-langit
b)‫ ك‬pangkal lidah sedikit kedepan,seperti makhraj‫ ق‬namun pangkal lidah
c)‫ي‬-‫ج‬-‫ش‬tengah lidah dan langit-langit,membacanya keluar dari tengah
lidah bertemu dengan bagian langit-langit.
d)‫ ض‬sisi lidah bertemu bagian gigi geraham atas.
e)‫ ل‬ujung sisi lidah setelah dhad atau keluarnya dengan menggerakan
semua lidah bertemu dengan langit-langit.
f)‫ ى‬keluarnya dari ujung lidah setelah makhraj ‫ل‬
g)‫ز‬ujung lidah setelan ُ ‫ ى‬atau keluarnya dari ujung lidah, hampir sama
seperti memasukkan punggung lidah.
h)‫د‬- ‫–ط‬
‫ ت‬ujung lidah bertemu gusi atas atau keluar dari ujung lidah yang bertemu
dengan gigi bagian atas.
i)‫ض–ص‬-‫ش‬ujung lidah diantara gigi bagian atas dan bagian bawah (lebih
dekat
dengan bawah) bertemu dengan gigi dengan bagian bawah.
j)ujung lidah keluar sedikit bertemu ujung gigi atas
d. Dua bibir
Huruf yang keluarnya dari bibir yaitu:
a)‫ف‬keluar dari bibir bawah bagian dalam bertemu dengan ujung gigi seri
bagian atas.
b)‫ م‬-‫ب‬keluar dari dua bibir yang di rapatkan seperti biasa, tidak sampai
memasukan bibir.
c)ّ dengan memonyongkan bibir.
e. Rongga hidung
Huruf yang keluar dari rongga hidung yaitu dinamakan
ghunnah atau dengung.Gunnah sendiri terdapat ditujuh tempat yaitu di
idghombigghunnah,iqlab,Ikhfa‟,Ikhfa‟syafawi.idhommitslain,huruf‫ى‬atau‫م‬
bertasyid baik saat washal (disambung) atau waqaf (berhenti) dan yang
terakhir lafazh irkamma‟ana(idgham mutajanisain).
b) Sifat Huruf
Mempelajari sifat huruf bertujuan mempertahankan suara yang
keluar dari mulut sesuai dengan keaslian sifat- sifat bacaan Al-Quran
itu sendiri. Huruf yang menurut kita sudah tepat makhrajnya belum
dipastikan kebenarannya sehingga sesuai dengan sifatnya. Contoh
ketika orang mengucapkan fa mengucapkan pendidik f(‫ )د‬pada lafazh
sudah benar dengan makhrajnya. Tetapi dalam lafadz belum dikatakan
benar sehingga sesuai dengan sifatnya diantaranya Qolqolah pada
surah Al- Ikhlas. Dalam Al- Quran sifat sifat huruf dibagi menjadi dua,
yaitu:
1. Sifat yang memiliki lawan kata.
2. Sifat yang tidak memiliki lawan kata.
c) Tajwid
Tajwid menurut bahasa memperbaiki dan membaguskan
bacaan.Sedangkan menurut istilah adalah memperbaiki bacaan Al-
Quran dalam bentuk mengeluarkan dari tempatnya dengan memberikan
sifat- sifat yang dimilikinya, baik yang asli maupunyang datang
kemudian.Dalam setiap ucapan yang kita baca merupakan ibadah
karena yang kita baca merupakan kitab Al- Quran.
Menurut H. Subhan Nur dalam bukunya Pintar Membaca Al-
Quran Tanpa Pendidikan Tajwid artinya memperbagus bacaan atau
membuat bagus.Ilmu tajwid yaitu suatu tehnik dalam membaca Al-
Quran sesuai dengan makhrajnya dan memberikan hak dan
karakteristiknya dengan maksud menghindari kesalahan lisan dalam
mengucapkan huruf- huruf Al- Quran.
Sedangkan mempelajari ilmu tajwid secara teori adalah fardhu
Kifayah (perkara yang wajib dilakukan dalam Islam tetapi jika sudah
dilakukan maka kewajiban yang lain gugur), sedangkan membaca Alquran sesuai
dengan kaidah Ilmu tajwid adalah farduAin (wajib dilakukan bagi semua
individu). Jadi,mungkin saja seorang melantunkan bacaan Alquran dengan
suara bagus dan benar ,namun dia tidak mengetahui yang dimaksud
dengan istilah - istilah tajwid semisal izhar, maddan lain sebagainya.
Adapun dalil membaca Al- Quran dengan tajwid dalam surat Al-
Muzammil ayat 4
‫ل ِ ْالقُرْ آن َ َترْ تِيل‬
Artinya: “Atau lebih seperdua itu. Dan bacalah Al- Quran itu dengan
perlahan-lahan”.
Surah Al- Quran diatas sudah jelas menegaskan bahwa membaca
Al- Quran secara tartil (perlahan- lahan), karena lebih baik daripada
tergesa- gesa.Selanjutnya dibawah ini pembahasan tentang hukum-hukum
Nun Mati dan Tanwin.
1) Idzhar
Idzhar berarti jelas, maksudnya apabila ada Nun Mati atau Tanwin
bertemu dengan huruf- huruf Idzhar harus dibaca jelas. Hurufnya: ‫–خ–غ‬
‫ح–ع–ء‬
2) Idgham Bi Ghunnah
Idgham artinya memasukkan.Bi Ghunnah artinya dengan dengung.
Cara membaca Idghom Bi Ghunnah adalah dengan memasukkan suara
Nun Mati atau Tanwin kepada Idham Bi Ghunnah yang ada
dihadapannya sehingga menjadi satu ucapan, seakan- akan satu huruf.
Pada saat meng- Idghom- kan suara harus di tasydidkan kepada huruf
Idghom Bi Ghunnah yang ada dihadapan Nun Mati atau Tanwin, lalu
ditahan kira- kira dua ketukan secara berdengung.
Hurufnya: ّ -‫م–ى–ي‬
3) Idghom Bi La Ghunnah
Bilaghunnah artinya tanpa berdengung. Apabila Nun Mati atau
Tanwin
bertemu dengan huruf bilaghunnah maka membacanya dengan
memasukkan sepenuhnya dengan tanpa dengung. Pada waktu membaca
harus di tasydidkan secara menahan sejenak. Hurufnya: ‫ل‬-‫ز‬.

4) Ikhfa
Ikhfa berarti menyamarkan/ samar - samar. Maksudnya
menyamarkan bunyi huruf Nun mati atau Tanwin bertemu dengan huruf
Ikhfa. Semua bacaan dengan Ikhfa adalah dua harakat.
Huruf :‫ض‬-‫–ت–ف–ش–ط–د–ض–ق–ش–ج–ك–ث–ذ–صظ‬
5) Qolqolah
Qolqolah adalah membaca dengan memantul karena diberi sukun
atau karena diwaqofkan.Huruf qolqolah juga mudah diingat dalam
kalimat “Bajudithoqo”. Hurufnya: ‫ط–د–ج–ب‬-‫ق‬
6) Iqlab
Hukum iqlab apabila Nun Mati bertemu dengan huruf iqlab “ba”
maka dibaca menjadi “mim” disertai dengan dengung. Setiap bacaan
yang mengandung iqlab dibaca dua harakat. Hurufnya: ‫ب‬
7) Mad
Mad artinya memanjangkan suara huruf- huruf. Didalam pelajaran
Tajwid terdapat dua huruf Mad, yaitu mad Thabi‟I dan Far‟i.Thabi‟I
berarti pokok dan Far‟i yang berarti bercabang.

d) Kelebihan dan Kekurangan Metode Tahsin


Adapun kelebihan dari metode Tahsin adalah sebagai berikut:
1) Lebih lengkap jika dibandingkan dengan yang lainnya, karena
dijelaskan secara lengkap makhroj dan sifat- sifatnya.
2) Memiliki tiga jilid yang lebih simpel dan cepat membaca Al-Quran
dengan benar.
3) Sistem pembelajarannya berhadapan dengan pendidik sehingga
mudah dalam pembenaranya.
4) Dalam setiap jilid tesusun secara rapih dan berurutan sehingga
memudahkan untuk jenjang selanjutnya.
5) Para pengajar tahsin harus memiliki ijazah atau harus belajar
dengan pendidik tahsin juga.
6) Penulisan memakai Rosm Usmani sehingga akan lebih mudah
jika menemukan Al- Quran dari arab jika memiliki penulisan
yang sama.
Selain daripada kelebihan metode tahsin maka terdapat pula
beberapa kelemahan dari metode tahsin yaitu sebagai berikut:
1) Metode tahsin masih asing dalam kalangan masyarakat umum,
karena termasuk metode baru.
2) Tidak mudah untuk kenaikan halaman selanjutnya, sehingga
harus benar- benar memperhatikan materinya.
3) Harganya terlalu mahal jika dibandingkan dengan yang lain
dann hanya terjual di tempat tertentu.
4) Penulisan harus menyesuaikan Rosm Usmani yang belum banyak
dikenal peserta didik.
5) Susah jika belajar tanpa adanya seorang pembimbing.
e) Pelaksanaan Tahsin
Beberapa langkah mengajarkan membaca Al- Quran dalam
pembelajaran:
a. Privat/ Sorogan/ Individual.
Privat adalah memberikan materi sesuai dengan kemampuan
yang menerima pelajaran, sehingga dengan privat yaitu proses
belajar
mengajar yang dilakukan dengan cara satu per satu.
b. Kelassikal- Individual
Kelassikal cakupannya lebih luas disbanding dengan
sorogan atau privat, karena kelassikal yaitu pembelajaran secara
missal (bersama-sama) dalam suatu kelompok atau kelas.
c. Kelassikal Baca Simak (KBS)
Strategi mengajar menggunakan kelassikal baca simak
yaitu mengajar dengan srategi kelassikal yang kemudian
dilanjutkan mengajar individu, tetapi disimak oleh pendidik dan
peserta didiklainnya. Pelajaran yang dimulai dari pokok pelajaran
yang paling rendah terus bertahap secara berurutan sampai pada
peserta didik pelajaran yang tinggi. Dengan demikian apabila
peserta didik yang lain menyimak sehingga dalam membaca
kawan- kawan dan pendidik bisa langsung menegurnya.
Secara lebih jelas berikut ini penulis jelaskan tentang
langkah-langkah pembelajaran membaca Al- Quran sebagai
berikut:
1) Persiapan
 Mencari waktu, suasana dan tempatyang nyaman dalam
proses belajar.
 Membaca doa sebelum dimulai belajar.
 Mengemukakan tujuan pembelajaran.
 Menyiapkan jilid atau Al- Quran dan alat tulis untuk
pendidik.
2) Bagian inti pelajaran
 Pendidik mengajarkan materi yang akan dipelajari hari ini
kepada peserta didik.
 Pendidik menyampaikan materi Al- Quran secara bertahap
dari yang mudah dipahami sampai yang agak sulit sesuia
dengan kemampuan kecerdasan peserta didik.
 Pendidik meminta peserta didik mengulang- ulang bacaan
agar peserta didik banyak latihan sehingga lebih mudah
menguasai bacaan.
 Pendidik meminta peserta didik maju kedepan untuk
mempraktekkan bacaan Al- Quran sesuai bacaan tajwid
yang benar.Dalam hal ini peneliti tidak mengajar secara
langsung.
 Pendidik menyimak dan langsung memberi teguran jika
peserta didik yang keliru dalam membaca Al- Quran. Cara
ini juga harus diperhatikan dan disimak oleh peserta didik
yang lainnya.
 Terakhir, pendidik memberikan evaluasi dan member
semangat keseluruhan guna memberikan penguatan.
3) Bagian akhir
 Memberitahukan pelajaran yang akan datang
 Pendidik menutup pelajaran dengan mengucap hamdalah/
doa.
f) Tujuan Metode Tahsin
Metode tahsin mempuyai tujuan agar pembelajaran dapat
berjalan sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah dan Rasulullah
Sholallohu‟alaihiwasssalam. Adapun tujuan tahsin menurut Murjito
yang ditutib oleh Lynda Fitri Aryani dalam skripsinya yaitu sebagai
berikut:
a. Menjaga dan memelihara isi kandungan, kemurnian, kesucian Al-
Quran dari cara membaca yang sesuai kaidah tajwid sebagaimana
bacaannya Rasulullah Sholallohu‟alaihiwasallam.
b. Mengajarkan ilmu bacaan Al- Quran yang benar dengan
menggunakan carav yang benar. Supaya selaras dengan tujuan yang
diharapkan dapat direalisasikan secara nyata, maka dengan adanya
metode tahsin berusaha agar dalam mengajarkan ilmu baca Al-
Quran dengan cara yang benar sebagaimana yang dicontohkan
Rasulullah Sholallahu‟alaihiwasallam.
c. Memperhatikan kembali dalam mengajarkan Al- Quran agar
pendidik- pendidik dalam mengajarkan tidak sembarangan, Al-
Quran juga mempunyai kaidah tertentu dalam mengurangi
kesalahan yang akan berakibat dosa bagi para pembacanya, untuk
itu parapendidik Al- Quran harus berhati- hati dalam membaca Al-
Quran sehingga kesalahan- kesalahn itu dapat teratasi.
Setelah banyak pemaparan diatasmaka penulis dapat
menyimpulkan bahwa tujuan dari metode tahsin adalah
menyempurnakan bacaan Al- Quran sesuai dengan kaidah-
kaidahhya.Agar dapat menjaga kemurnian Al- Quran dari awal
turunnya hingga zaman akhir kelak.

C. Kemampuan Membaca Al-Quran


1. Pengertian Kemampuan Membaca Alquran
Kemampuan membaca berasal dari kata mampu yang berarti
kuasa (bias, sanggup melaksanakan sesuatu). Kemudian kata mampu
mendapat awalan ke- dan akhiran –an, jadi kemampuan berarti
kesanggupan, kecakapan atau kekuatan. Munandar mendefinisikan
kemampuan membaca merupakan daya untuk melakukan suatu
tindakan sebagai hasil dari pembawaan atau latihan. Sedangkan
menurut Siskandar kemampuan adalah pengetahuan, keterampilan,
nilai- nilai dan sikap yang perlu dimiliki dan dilatihkan kepada peserta
didik untuk membiasakan mereka berfikir dan bertindak. Kemampuan
ini perlu dimahirkan dan dikembangkan sesuai kebutuhan.
Kemampuan adalah kesanggupan untuk mengingat, artinya dengan
adanya kemampuan untuk mengingat pada siswa berarti ada suatu indikasi bahwa
siswa tersebut mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kembali dari sesuatu
yang diamatinya.
Kemampuan memiliki unsur yaitu skill (keterampilan). keterampilan
merupakan salah satu unsur kemampuan yang dapat dipelajari pada unsur
penerapannya. Suatu keterampilan merupakan keahlian yang bermanfaat untuk
jangka panjang.
Keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan cara
mempelajarinya di sekolah sebagai pendidikan formal walaupun faktor-faktor
pendukung khususnya kemampuan membaca Al-Qur‟an berawal dari pendidikan
non formal maupun informal. Keterampilan membaca ini merupakan suatu
keterampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi perkembangan
pengetahuan, dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia. Seseorang
akan memperoleh informasi, ilmu pengetahuan serta pengalaman-pengalaman
baru dengan cara membaca. Semua yang diperoleh melalui bacaan itu akan
memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi daya pikirannya,
mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya. Dalam hal ini
penulisberpendapat sumber bacaan terdahsyat adalah Al-Qur‟an.
Berdasarkan firman Allah Swt, membaca Al-Qur‟an merupakan
kewajiban, karena Allah SWT yang memerintahkan. Wahyu yang pertama turun
adalah perintah membaca. Allah SWT berfirman “Bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu yang menciptakan”. Wahyu pertama yang disampaikan Allah
Swt. kepada Nabi Muhammad Saw.melalui perantara malaikat Jibril adalah
perintah membaca karena dengan membaca, Allah Swt. mengajarkan tentang
ilmu pengetahuan. Negara-negara maju berawal dari semangat membaca.
Membaca di sini menurut penulis adalah membaca ayat-ayat kauliah (Al-Qur‟an)
dan membaca ayat-ayat kauniyah (alam semesta).
Membaca merupakan suatu proses dimana pikiran tanpa
bantuan apapun selain kata- kata dalam bacaan itu dapat meningkatkan
pemahaman. Untuk mencapai taraf mengerti dalam kegiatan membaca
diperlukan keterampilan- keterampilan tertentu. Disamping itu, sangat
diperlukan latihan- latihan. Membacabukanlah kegiatan yang berdiri sendiri,
melainkan suatu sintesis berbagai proses yang tergabung ke dalam suatu sikap
pembaca yang aktif.
Sedangkan Henry Guntur Tarigan mendefinisikan membaca
adalah “suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis
melalui media kata- kata atau bahasa tulis.
Jadi menurut beberapa pengertian diatas dapat penulis ambil
kesimpulan bahwa kemampuan membaca adalah kesanggupan yang
dimiliki seseorang yang dalam pelaksanaannya tindakan yang
dihasilkan dari pembawaan sejak lahir dan harus terus diasah akan
berkembang jika diasah, secara terus menerus dilatih. Sehingga dapat
melakukannya dengan baik.”Untuk meningkatkan kemampuan
membaca anak sekolah dasar, guru perlu memperhatikan perihal pemilihan bahan
ajar membaca, strategi bahan ajar membaca, dan problem umum yang dihadapi
anak dalam membaca.
Dengan demikian maka kegiatan membacamerupakan kegiatan yang
sangat diperlukan oleh siapapun yang ingin maju dan meningkatkan potensi diri.
Oleh sebab itu, peran guru mengajarkan membaca di sekolah sangat penting.
Membaca sebagai suatu keterampilan, memandang hakikat membaca itu sebagai
suatu proses atau kegiatan yang menerapkan seperangkat keterampilan dalam
mengolah hal-hal yang dibaca untuk menangkap makna. Membaca merupakan
proses merekonstruksi informasi yang terdapat dalam bacaan atau sebagai suatu
upaya untuk mengolah informasidengan menggunakan pengalaman atau
kemampuan pembaca dan kompetensi bahasa yang dimilikinya secara kritis.
Dapat disimpulan bahwa membaca adalah suatu aktivitas untuk
menangkap intonasi bacaan baik yang tersurat maupun tersirat dalam bentuk
pemahaman bacaan secara literal, inferensial, evaluatif, kreatif dan apresiasi
dengan memanfaatkan pengalaman belajar membaca. Membaca merupakan suatu
hal yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan
tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan
metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan
simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai proses berpikir, membaca
mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca
kritis, pemahaman kreatif.
Menurut penulis sendiri bahwa Alquran merupakan Kalam Allah Swt yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Sholallohu’alaihiwasallam melalui perantara
malaikat Jibril sebagai mukjizat kenabiannya yang disampaikan kepada
pengikutnya dan membacanya adalah ibadah. Beberapa pendapat di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud membaca Alquran adalah melihat
tulisan kitab suci Alquran dengan cara melisankan. Sebelum membaca Alquran
harus dipelajari terlebih dahulu huruf Arab, yang dinamai dengan huruf Alquran
atau hijaiyah.
Kemampuan membaca sangat mempengaruhi dalam proses belajar. Orang
yang dapat membaca dengan biak, biasanya dapat belajar dengan baik pula dan
sebaliknya. Begitupun dengan belajar Alquran tergantung pada kemampuan
membacanaya. Orang yang mampu membaca dengan baik, sesuai dengan
ketentuan- ketentuan membaca Alquran, biasanya dapat belajar dengan baik pula.
Orang yang membaca Alquran dan pandai membacanya akan mendapatkan pahala
yang besar serta bersama malaikat yang mulia. Karena orang yang masih terbata-
bata akan mendapat dua pahala kebaikan untuknya.
Membaca yang paling utama yaitu apabila dibaca dengan tartil, tepat dan
benar. Nabi merupakan contoh paling baik, Beliau membaca Alquran dengan
begitu
jelas bacaannya (tartil) dan fasih lisannya, sehingga memikat hati orang-orang
yang
mendengarkannya. Jadi sesuai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan membaca Alquran yaitu kesanggupan seseorang untuk bisa membaca
Alquran sesuai dengan ketentuan-ketentuan Alquran sesuai dengan tajwid, garib,
makharijul huruf, serta yang paling utama adalah membaca secara tartil dan jahr.
2. Al-Qur’an
Al- Quran secara etimologi diambil dari kata “qara’a- yaqrau- qiratan-
waquranan yang berarti sesuatu yang dibaca”.Sedangkan secara terminologis Al-
Quran adalah “firman Allah SWT.Yang disampaikan oleh malaikat Jibril dengan
redaksi langsung dari Allah Swt. Kepada Nabi Muhammad Saw. Dan yang
diterima oleh umat islam dari generasi ke generasi tanpa ada perubahan.
Syeh Muhammad Abduh mengemukakan tentang definisi Al-Quran yaitu:
AlQuran sebagai bacaan yang tertulis dalam mushaf-mushaf yang terjaga dalam
hafalan- hafal umat islam. Sedangkan Al-Quran menurut Quraish Shihab yang
secara harfiyah berarti “bacaan yang sempurna”.Iqra” atau perintah membaca,
adalah kata pertama dari wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad
SAW, kata ini sedemikian pentingnya sehingga diulang- ulang dua kali dalam
rangkaian wahyu pertama. Perintah membaca, menelaah, meneliti, menghimpun,
dan sebagainya dikitkan dengan “bi ismi rabbika” (dengan nama Tuhanmu).
Peringatan ini merupakan syarat sehingga menuntut dari si pembaca bukan
hanya sekedar membaca dengan ikhlas, tetapi juga antara lain memilih bahan-
bahan bacaan yang mengantarkannya kepada hal- hal yang bertentangan dengan
nama Allah”.
Dari uraian tersebut, Al- Quran secara dini menggaris bawahi
pentingnya “membaca dan keharusan adanya keikhlasan serta kepandaian
memilih bahan- bahan bacaan yang tepat”. Al- Quran turun dijazirah Arab dengan
menggunakan Bahasa Arab, maka sangat dianjurkan kita mempelajari Bahasa
tersebut sehingga kita dapat membaca, memahami dan melaksanakan apa yang
tercantum didalam Al-Quran.
Al-Quran adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW. Meski Al- Quran
itu berbahasa Arab, bukan berarti semua orang yang mahir berbahasa Arab bisa
mengerti Al- Quran secara detail. “Al-Quran adalah kitab suci yang memiliki nilai
sastra tinggi”.Terampil dalam membaca Al- Quran menjadi kemampuan
paling dasar yang harus dikuasai oleh umat islam. Langkah awal untuk
lebih mendalami Al-Quran adalah dengan cara mampu membacanya
dengan baik dan benar. Terlebih lagi terhadap Al-Quran, karena ibadah
penting dalam islam, yakni sholat, membutuhkan keterampilan membaca Al-
Quran saja sudah dinilai ibadah.
Dengan demikian bagi kaum muslimin, membaca Al-Quran dengan baik dan
benar mempunyai nilai keagamaan yang tinggi. Itulah sebabnya mengapa Al-
Quran sebagai kitab suci yang dibaca mempunyai peran sentral dalam kehidupan
kaum muslimin Al-Quran menekankan tindakan pembacaan dengan perintah
pertamanya: “baca atas nama Allah”.
3. Kemampuan Membaca Al-Quran
Dalam skripsi Arief Cahyo Utomo mengungkapkan bahwa,
kemampuan membaca bagi peserta didik merupakan salah satu dasar untuk
memahami dan menambah pengetahuan pelajaran yang lain. Dengan demikian
kemamapuan membaca Al-Quran adalah menguasai tulisan dengan cara
melisankan dan melafalkan isi bacaan yang menjadi dasar keharusan bagi
seseorang dalam membaca Al-Quran secara benar. Kemampuan membaca
adalah kecakapan yang telah diperagakan oleh siswa dalam membaca Al-
Quran melalui tiga komponen utama yaitu: Makhroj, tajwid, dan kelancaran
bacaan.Jadi kesimpulan kemampuan membaca Al-Quran adalah kesanggupan
seseorang untuk bisa membaca Al-Quran sesua dengan ketentuan- ketentuan
Al-Quran sesuai dengan tajwid, makharijul huruf, serta membaca dengan tartil.
4. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Terhadap Membaca Al-Quran
Secara umum faktor- faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca Al-
Quran adalah:
a. Faktor guru yang harus memiliki persyaratan:
1) Memiliki ilmu pengetahuan Al-Quran dan dapat membaca dan menulis
Al-Quran dengan baik.
2) Rajin, dan tekun dalam beribadah dan sopan santn berakhlak mulia.
3) Berpendidikan atau mengetahui tentang ilmu Al-Quran. Apabila ketiga
syarat ini tidak dimiliki oleh seorang guru sangatlah sulit untuk
mengembangkan membaca Al-Quran pada peserta didik. Karena dalam hal
ini guru mempunya peranan yang sangat penting yakni sebagai sutradara
sekaligus aktor. Artinya dipundak gurulah tempat tugas dan tanggung jawab
merencanakan dan melaksanakan pengajaran di sekolah berada.
b. Faktor Siswa
Faktor siswa dipengaruhi oleh keragaman yang berbeda- bedadari
segi karakteristik dan intelektual yang mereka miliki. Dan juga
dipengaruhi oleh minat, bakat dan motivasi yang dimiliki olehmasing- masing
peserta didik, ini semua dapat mempengaruhiterhadap kemampuan membaca Al-
Quran.
a. Sarana dan Prasarana
Faktor ini juga sering menjadi masalah dalam pembelajaran., karena
tidak semua sekolahan mampu menyediakan sarana dan prasarana
untuk mendukung keberhasilan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
dalam pembelajaran.
b. Lingkungan
Lingkungan merupakan keadaan atau fenomena disekitar peserta
didik atau tempat belajar yang dijadikan sebagai informasi tentang
sesuatu yang sedang dipelajari.

5. Indikator Kemampuan Membaca Al-Quran


Adapun acuan yang peneliti gunakan dalam membuat
indikator kemampuan mebaca Al-Quran, sebagaimana yang penulis
kutip dari pendapat Raisya Maula Ibnu Rusyd yakni kriteria baik dan
benar. Baik dalam arti indah didengarkan. Benar bermakna bacaannya
sesuai dengan kaidah tajwid. Kaidah- kaidah itu meliputi cara
mengucapkan huruf- huruf Al-Quran sesuai dengan sifat- sifatnya yang
asli, tebal atau tipisnya, panjang ataupun pendeknya, dan berbagai
kaidah lain yang berhubungan dengan ilmu tajwid. “Menurut Muhaemi yang
dikutip melalui Raisya Maula Ibnu Rusyd dalam bukunya bahwa ilmu tajwid
tidak hanya beisi tentang panjang- pendeknya bacaan dan dengung atau
tidaknya bacaan. Akan tetapi lebih dari itu. Ilmu tajwid membahas hal- hal
sebagai berikut:
a. Makharijul Huruf. Bagian ini membahas tentang tempat – tempat yang
menjadi keluarga huruf hijaiyah.
b. Shifatul huruf. Bagian ini berisi tentang cara- cara pengucapan
huruf hijaiyah dengan benar.
c. Ahkamul huruf. Bagian ini menguraikan tentang hukum- hukum
bacaan antara huruf yang satu dengan huruf hijaiyah yang lainnya.
d. Ahkamul maddi wal qashr. Bagian ini mengulas tentang panjang
atau pendeknya huruf- huruf hijaiyah.
e. Ahkamul waqaf wal ibtida‟. Bagian ini menjelaskan tentang
cara- cara memulai atau menghentikan bacaan, dan lain sebagainya.
Adapun untuk mengetahui siswa memiliki kemampuan dalam
membaca Al- Quran dalam tingkat SD dapat dilihat dari indicator-
indicator dibawah ini:
1) Siswa dapat melafalkan surah Al- Lahab dengan benar
2) Siswa dapat melafalkan surah Al- Kafirun dengan benar
3) Siswa dapat menunjukkan hukum bacaan yang terdapat dalam surat Al-
Lahab dan surat Al- Kafirun.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai