Anda di halaman 1dari 28

IMPLEMENTASI METODE YANBU’A DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN DI PONDOK


PESANTREN DARUL HUDA DESA SRIMENATI
KECAMATAN BUAY PEMACA KABUPATEN
OKU SELATAN TAHUN AJARAN
2023/2024

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar


Magister Pendidikan Islam (M.Pd.)

Oleh
ZAIPUL IRAWAN
NIM 20222010029

PROPOSAL TESIS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AL- AZHAAR
LUBUKLINGGAU
2023
A. Latar Belakang
Bersumber pada laporan The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC) atau
MABDA bertajuk The Muslim 500 edisi 2022, penduduk Indonesia yang beragama Islam
berjumlah 231,06 juta. Jumlah itu selaras dengan 86,7% dari jumlah penduduk
Indonesia.1 Hal tersebut menjadi peluang untuk perkembangan lepas dari buta huruf al-
Qur’an di Indonesia yang dikarenakan mempunyai penduduk muslim yang sangat
banyak.
Umat Islam di Indonesia sampai saat ini masih banyak yang belum bisa membaca
al-Quran. Bedasarkan data Badan Pusat Statistik, umat Islam di Indonesia yang buta
huruf Alquran yaitu kurang lebih sebanyak 54. Berdasarkan riset PTIQ Jakarta, umat
Islam di Indonesia yang tidak bisa membaca Alquran kurang lebih sebanyak 60-70. Al-
Qur’an merupakan kalam Allah Swt yang diturunkan terhadap Nabi tertulis dalam mashhaf,
dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat al-Nas.2 Al-Qur’an adalah kitab suci
yang mulia. Di dalamnya terdapat petunjuk, nasehat dan contoh bagi orang-orang yang berfikir.
Setiap muslim hendaknya menjaga kedekatan dengan Al-Qur’an, dengan membacanya;
mentadabburunya; memahaminya serta terus berinteraksi dengannya. 3
Republika.co.id, Medan – di dalam salah satu artikelnya menuliskan hasil wawancara yang
telah dilakukan dengan penemu dari metode cepat belajar Alquran, yaitu Ustaz Achmad Farid
Hasan yang mengatakan bahwa: Umat Islam di Indonesia sampai saat ini masih banyak yang
belum bisa membaca al-Quran. Bedasarkan data Badan Pusat Statistik, umat Islam di Indonesia
yang buta huruf Alquran yaitu kurang lebih sebanyak 54. Berdasarkan riset PTIQ Jakarta, umat
Islam di Indonesia yang tidak bisa membaca Alquran kurang lebih sebanyak 60-70.
Sebagaimana yang dikatakan oleh pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng Salahuddin Wahid
atau yang akrab disapa Gus Sholah juga pernah menyebutkan Muslim Indonesia yang bisa
membaca Alquran hanya sebanyak 23. "Berdasarkan pengamatan, mereka yang ikut umrah dan
haji itu kurang lebih 60-70 juga belum bisa membaca Alquran." ujar Ustaz Farid saat ditemui
dalam kegiatan "Coaching Clinic 1 Jam Bisa Membaca Alquran" di Asrama Haji Embarkasi
Medan, Sumatra Utara, Kamis (11/10/2018). Menurut dia, jika semua hasil riset tersebut
diringkas, sekitar separuh umat Islam Indonesia belum bisa membaca Alquran. "Kalau dibuat
ringkasan dari temuan-temuan itu, kurang lebih ada 50-60 umat Islam belum bisa membaca
Alquran. Menurut kami, ini jumlah yang besar," ucap Ustaz Farid.

1
Viva Budy Kusnandar, “RISSC: Populasi Muslim Indonesia Terbesar di Dunia
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/11/03/rissc-populasimuslim-indonesia, diakses pada tanggal
04 Agustus 2023, pukul 08.00 WIB.
2
Junaidi, Mawardi, Pengantar Ulumul Qur’an, (Banda Aceh : PeNa, 2017), h. 3.
3
Cholil Adam, Pengantar Ulumul Qur’an, (Gresi : Amp Press, 2014), h. 123.
1
2

Didalam al-Qur’an terdapat nilai-nilai ajaran islam yang bersifat universal


sebagai manifestasi dari agama Islam. Nilai-nilai yang terkandung didalamnya
berfungsi sebagai petunjuk dan penuntun umat Islam dalam menjalankan tanggung
jawabnya sebagai pemimpin dimuka bumi. Setiap mukmin yang mempercayai al-
Qur’an, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap kitab sucinya. Diantara
kewajiban dan tanggungjawab itu ialah mempelajari cara membacanya dan
mengajarkannya. Belajar dan mengajarkan Al-Qur’an adalah kewajiban suci dan
mulia. Sebagaimana Allah SWT telah berfirman dalam surah Al-Muzzammil ayat 4 :
‫ع َليْه َو َرتل ا ْلقُ ْر ٰانَ ت َْرتي ً ا‬
‫ْل‬ َ ْ‫اَ ْو زد‬
4. Atau lebih dari (seperdua) itu. Bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.
Terjemah Kemenag 2019

Rasulullah Saw bersabda:

َ ‫َير ُك ْم َمن تَ َعلَّ َم القُرآنَ َو‬


ُ‫عل َمه‬ ُ ‫خ‬
Artinya :“Sebaik-baiknya kamu sekalian adalah orang yang mempelajarial-Qur’an
dan mengajarkannya” (H.R Bukhori)4

Al Qur’an yang optimal akan melahirkan generasi Qur’ani yang mampu


memakmurkan bumi dengan al-Qur’an dan menyelamatkan perubahan dunia di masa
mendatang. Syarat mutlak untuk memunculkan generasi Qur’ani adalah adanya
pemahaman terhadap al-Qur’an yang diawali dengan mampu membaca al-Qur’an
dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah yang telah ditentukan. Langkah awal
untuk mencapai hal tersebut adalah umat Islam harus mampu membaca dan menulis
huruf-huruf al-Qur’an. Kemampuan membaca dan menulis al-Qur’an tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan pembelajaran al-Qur’an. Oleh karena itu, pembelajaran al-
Qur’an dalam Islam merupakan suatu kewajiban yang suci dan mulia.Yang dimaksud
dengan belajar al-Qur’an adalah membaca sampai lancar dengan ucapan yang fasih
sesuai dengan kaidah (bacaan) dan tajwid, belajar memahami makna-makna yang
terkandung didalam al-Qur’an dan belajar menghafalkan di luar kepala.5
Sesuai yang kita ketahui bahwa sumber ajaran Islam ada empat, yakni al-
Qur’an, Hadist, Ijma’ dan Qiyas. Yang dimana al-Qur’an merupakan sumber ajaran

4
ImamNawawi,RiyadhusSholihinJilid2,Terj.MuslichShabir,(Semarang:KaryaTohaPutra, 2018), h.54.
5
Azyumardi Azra,Ensiklopedia Islam, jilid 4,(Jakarta: PTIchtiar Baru VanHoeve, 2018)
3

Islam yang pertama. Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkanAllah kepada Nabi
Muhammad saw, disampaikan secara mutawattir, bernilai ibadah bagi umat muslim
yang membacanya, dan ditulis dalam mushaf.6 Membaca al-Qur’an merupakan
pekerjaan utama yang mempunyai berbagai keistimewaan dan keutamaan. Namun,
pada realitanya belum semua umat Islam mampu membaca al-Qur’an. Keterbatasan
ilmu untuk mempelajari al-Qur’an semakin menambah permasalahan bagi umat Islam
untuk mempelajari ilmu-ilmu yang terkandung didalamnya. Kurangnya kemampuan
membaca al-Qur’an dan keterbatasan ilmu tersebut dapat menurunkan semangat
umat Islam untuk mempelajari lebih dalam tentang isial-Qur’an maupun tata
bahasanya. Sehingga, mampu membaca al-Qur’an adalah syarat mutlak untuk dapat
mempelajari lebih dalam tentang al-Qur’an. Selain itu, umat Islam bahkan dituntut
untuk mampu menulis arab dengan baik dan benar. Maka perlu adanya upaya untuk
mempelajari ilmu-ilmu yang berhubungan dengan tata cara baca dan tulis al-Qur’an.
Mengingat pentingnya pembelajaran al-Qur’an, Rasulullahsaw. Menganjurkan
pembelajaran al-Qur’an dimulai sejak masa kanak-kanak karena pada masa itu
terkandung potensi belajar yang sangat kuat dan besar. Tujuan mendasar dari
mengajarkan al-Qur’an sejak mulai kanak-kanak tersebut adalah untuk mengawal
fitrah anak agar fitrah tersebut tetap terpelihara sejak usianya yang masih dini.
Betapapun kesibukan orang tua bekerja, berusaha untuk memenuhi kewajiban-
kewajiban rumahtangga, berusaha untuk memenuhi tuntutan-tuntutan ekonomi,
bagaimanapun juga orang tua tidak boleh melalaikan kewajiban terhadap anak-
anaknya untuk mendidik mereka dengan nilai-nilai al-Qur’an.7
Kiai Haji (KH) Ulil Albab Arwani (GusUlil) mengatakan bahwa salah satu
Mukjizat Nabi Muhammad saw yang dapat kita saksikan sampai saat iniadalah al-
Qur’an, dengan segala keindahan bahasanya juga nilai-nilaiyang terkandung di
dalamnya. Karenanya, barang siapa yang menghormati al- Qur’an, berarti ia
menghormati Allah. Menurut beliau, belajar kepada ahliQur’an menjadi syarat
bagi mereka yang ingin belajar al-Qur’an. Beliau juga berpesan agar para santri
(murid yang belajar dan mukim di pesantren) dan semua umat Islam harus tetap
semangat belajar al-Qur’an. Jangan pernah berhenti belajar al-Qur’an. Karena,
sahabat Ali R.A. yang terkenal sangat cerdas pun masih diperintahkan Nabi

6
FahmiAmrullah,IlmuAl-Qur‟anuntukPemula(Jakarta:CVArthaRivera,2018),h.1
7
Muhammad Muhyidin,Mengajaranak Berakhlak Al-Qur‟an,(Bandung:PTRemajaRosdakarya, 2016),
h.184.
4

Muhammad saw untuk belajaral-Qur’an.8


Dalam proses belajar mengajar diperlukan metode pengajaran yang berfungsi
sebagai alat untuk menyampaikan materi pelajaran oleh guru kepada siswa. Karena
penyampaian materi berlangsung dalam interaksi edukatif, maka metode mengajar
dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan
dengan pelajar pada saat berlangsungnya pengajaran. Penekanan pada pengajaran al-
Qur’an adalah pemberian pengetahuan dan pengalaman belajar pada peserta didik agar
mempunyai keterampilan membaca, menulis dan memahami materi bacaan al-Qur’an
dengan lancardan benar. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan suatu metode yang
tepat untuk mengajarkan al-Qur’an agar mencapai hasil pengajara al-Qur’an yang
efektif. Salah satu metode yang digunakan untuk mengajarkan al-Qur’an adalah
metode yanbu’a.
Metode yanbu’a adalah suatu metode baca tulis dan menghafal al-qur’an yang
untuk membacanya santri tidak boleh mengeja, membaca langsung dengan cepat,
tepat, lancar dan tidak putus-putus disesuaikan dengan kaidah makharijul huruf.9
Metode yanbu’a diperkenalkan oleh putra KH.Arwani Amin Pendiri Pondok
Pesantren Yanbu’ul Qur’an KudusTahun 1393 H/1979 -1994 M, yakni KH. Ulin Nuha
Arwani dan KH.Ulil Albab Arwani serta KH.Mansur Maskan (Alm) seorang murid
kesayangan KH.Arwani Amin pada awal tahun 2004. Beliau mengembangkan metode
yanbu’a dengan memuat buku panduan yanbu’a yang berisi Tanya jawab materi
yanbu’a mulai jilid 1-7. Selain itu masih banyak pemikiran-pemikiran beliau yang
akhirnya menjadi panutan bagi para ustadz dan ustadzah pengguna metode yanbu’a.
Setiap anak pasti akan mengalami fase pembentukan sikap, perilaku, dan penanaman
nilai. Bila seseorang pada masa itu mendapat pendidikan yang tepat, maka ia
memperoleh kesiapan belajar yang baik dan hal tersebut merupakan salah satu kunci
utama bagi keberhasilan belajar pada jenjang berikutnya. Pada masa sekarang ini
kebanyakan orang tua kurang member pelajaran al-Qur’an pada anaknya karena
orangtua sendiri tidak bisa membaca al-Qur’an. Padahal al-Qur’an merupakan salah
satu materi yang harus diajarkan sejak dini agar anak terbiasa berdampingan dengan

8
Anisa Rahmawati Herlambang, “Implementasi Metode Yanbu‟a dalam Meningkatkan Kemampuan
Membaca Al-Qur‟an di Pondok Pesantren putri Al Azhaar Kedungwaru Tulungagung” skripsi Jurusan
Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Tulungagung. (2020), h. 5.
9
M. Ulinnuha Arwani, Thariqah Baca Tulis Dan Menghafal Al-qur’an “Yanbu’a” Jilid I, (Kudus: Pondok
Tahfidh Yanbu’ul Qur’an, 2014), h. I.
5

al-Qur’an.10
Penerapan metode pembelajaran menjadi salah satu factor yang mempengaruhi
keberhasilan pembelajaran. Observasi yang telah penelti lakukan, pada pondok
Pesantren Darul Huda OKU Selatan sudah memakai metode yanbu’a dalam proses
belajar membaca al-Qur’an sejak 2018 lalu. Dimana sebelum memakai metode
yanbu’a para santri sebagian besar sulit dalam peningkatan membaca al-Qur’an. Hal
tersebut berdasarkan wawancara peneliti kepada pembina Pondok Pesantren Darul
Huda yaitu Ustadz Emil Yadri, M.Pd. beliau mengatakan :
Di Pondok Pesantren Darul Huda ketika belajar membaca Al-Qur’an
menggunakan metode yanbu’a yang dilaksanakan sejak tahun 2018.sebelum
memakai metode yanbu’a para santri disini kesulitan dalam meningkatkan
kemampuan membaca al-Qur’annya dari segi kefasihan dalam membaca,
penguasaan tajwid, penguasaan makhorijul huruf serta kelancaran membaca
al-Qur’an. dan dulu hanya langsung sorogan al- Qur’an yang di awali dengan
buku iqro’.
Pada Pondok Pesantren Darul Huda OKU Selatan sebelum memakai metode
yanbu’a dalam proses belajar membaca al-Qur’an hanya menggunakan metode
sorogan dengan buku bantu iqro’. dan kebanyakan para santri kesulitan dalam
pembelajaran membaca al-Qur’an. Penelitian yang membahas tentang metode
Yanbu’a memanglah sangat banyak tapi belum pernah ada yang meneliti tentang
bagaimana implementasi metode Yanbu’a dalam meningkatkan kemampuan
membaca al-Qur’an di Pondok Pesantren Darul Huda Desa Srimenanti Kecamatan
Buay Pemaca Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan.Sehingga menurut peniliti hal
ini sangat menarik dan penting untuk diteliti.
Berdasarkan uraian diatas sebagaimana dijelaskan, maka peneliti tertarik untuk
mengangkat judul penelitian “Implementasi Metode Yanbu’a dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an di Pondok Pesantren Darul
Huda Desa Srimenati Kecamatan Buay Pemaca Kabupaten OKU Selatan Tahun
Ajaran 2023/2024”.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kemampuan membaca al-Qur’an santri kelas 1 Ula di Pondok Pesantren


Darul Huda Desa Srimenati Kecamatan Buay Pemaca Kabupaten OKU Selatan

10
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan MencintaiAl-Qur‟an, (Jakarta:Gema
Insani, 2014), h. 68.
6

Tahun Ajaran 2023/2024?

2. Bagaimana implementasi metode yanbu’a dalam meningkatkan kemampuan


membaca al-Qur’an santri kelas 1 Ula di Pondok Pesantren Darul Huda Desa
Srimenati Kecamatan Buay Pemaca Kabupaten OKU Selatan Tahun Ajaran
2023/2024?

3. Bagaimana hasil implementasi metode yanbu’a dalam meningkatkan


kemampuan membaca al-Qur’an santri kelas 1 Ula di Pondok Pesantren Darul
Huda Desa Srimenati Kecamatan Buay Pemaca Kabupaten OKU Selatan Tahun
Ajaran 2023/2024?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Adapun Tujuan Penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kemampuan membaca al-Qur’an santri kelas 1 Ula di Pondok


Pesantren Darul Huda Desa Srimenati Kecamatan Buay Pemaca Kabupaten OKU
Selatan Tahun Ajaran 2023/2024 .
2. Untuk mengetahui implementasi metode yanbu’a dalam meningkatkan
kemampuan membaca al-Qur’an santri kelas 1 Ula di Pondok Pesantren Darul
Huda Desa Srimenati Kecamatan Buay Pemaca Kabupaten OKU Selatan Tahun
Ajaran 2023/2024.
3. Untuk mengetahui hasil implementasi metode yanbu’a dalam meningkatkan
kemampuan membaca al-Qur’an santri kelas 1 Ula di Pondok Pesantren Darul
Huda Desa Srimenati Kecamatan Buay Pemaca Kabupaten OKU Selatan Tahun
Ajaran 2023/2024.
Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a) Manfaat Teoritis :

a) Hasil penelitian dapat memberikan masukan berharga berupa konsep- konsep,


sebagai upaya untuk peningkatan dan pengembangan ilmu.

b) Hasil penelitian dapat dijadikan sumber bahan yang penting bagi peneliti
dibidang pendidikan.
b) Manfaat Praktis

a) Bagi Lembaga Pondok Pesantren, hasil penelitian dapat menjadi tolak ukur dan
bahan pertimbangan guna melakukan pembenahan serta koreksi bagi
pengembangan metode pembelajaran al-Qur’an.
7

b) Bagi Guru, hasil penelitian dapat menjadi tolak ukur dan bahan pertimbangan
guna melakukan pembenahan serta koreksi diri bagi pengembangan
profesionalisme dalam pelaksana tugas profesinya.
c) Bagi peneliti lain sebagai wacana untuk memperluas wawasan dan
pengetahuan tentang pentingnya Penggunaan metode Yanbu’a dalam proses
pembelajaran membaca al-Qur’an.

D. Tinjauan Pustaka

Sebagai bahan pertimbagan dalam penelitian ini akan dicantumkan penelitian


sebelumnya yang telah dilakukan oleh peneliti lain yang relevan dengan penelitian
yang dilakuka oleh penulis. Pertama Jurnal Penelitian. Ahmad Fatah dan Muchammad
Hidayatullah (2021), dengan judul “Penerapan Metode Yanbu’a dalam Meningkatkan
Kefasihan Membaca Alquran di Pondok Pesantren Darul Rachman Kudus”.11
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Metode Yanbu’a Dalam
Meningkatkan Kefasihan Membaca Al-Qur’an Di PondokPesantren Darul Rachman
Kajan Krandon Kudus.Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
kualitatif.Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan
dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah: pertama, Implementasi metodeYanbu’a
di Pondok Pesantren Darur Rachman sesuai dengan Visi dan Misi Pondok Pesantren
yaitu, Terciptanya santri yang sholeh dan alim dalam masalah diniyyah serta intelek
dan adaptif terhadap perkembangan zaman serta dengan misi Menempa santri dalam
hal penguasaan diniyyah. Kedua,faktor pendukung keberhasilan implementasi metode
Yanbu`a adanya dukungan dari pihak pondok pesantren dalam menerapkan metode
Yanbu’a; faktor Keinginan serta motivasi santri untuk bisa dan menguasai bacaan Al-
Qur’an secara baik dan benar; lingkungan yang menunjang terlaksananya penerapan
metode Yanbu’a di pondok pesantren Darul Rachman. Faktor penghambatnya yaitu
pihak pesantren ketika menerima santri baru tidak ada seleksi atau tes baca Al-Qur’an
untuk menjadi tolak ukur apakah santri baru itu layak masuk atau bisa diterima atau
tidak; kurangnya kegiatan tadarus rutin yang bertujuan sebagai sarana santri dalam
mendalami dan memperlancar bacaan Al-Qur’an faktor dari pribadi santri yang belajar
Al-Qur’an tanpa diawasi oleh ustad atau guru yang kompeten; dan santri kurang

11
Ahmad Fatah dan Muchammad Hidayatullah, Penerapan Metode Yanbu’a dalam Meningkatkan
Kefasihan Membaca Alquran di Pondok Pesantren Darul Rachman Kudus. JURNAL PENELITIAN
Volume 15, Nomor 1, Februari 2021. h. 170.
8

memiliki kesadaran bahwa untuk bisa membaca Al-Qur’an merupakan kewajiban bagi
seorang muslim.

Penelitian yang dilakukan Ahmad Fatah dan Muchammad Hidayatullah relevan


dengan penelitian peneliti yaitu melakukan penelitian menggunakan metode yanbu’a.
Adapun perbedaan dengan penlitian peneliti berupa dampak penerapan metode
yanbu’a. Ahmad Fatah dan Muchammad Hidayatullah melakukan penelitian untuk
Meningkatkan Kefasihan Membaca al-Quran. sedangkan penelitian yang penulis
lakukan berfokus pada implementasi metode yanbu’a dalam meningkatkan
kemampuan membaca al-Qur’an di Pondok Pesantren Darul Huda Desa Srimenati
Kecamatan Buay Pemaca Kabupaten OKU Selatan.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Artika dengan judul “Penerapan Metode
yanbu’a Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Di Pondok
Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Kelurahan Sei Benteng Kabupaten Sarolangun
Provinsi Jambi” pada tahun 2021.12 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana penerapan Metode Yanbu’a dalam meningkatkan kemampuan membaca
Al-Qur’an santri Pondok pesantren Salafiyah Syafi’iyah Kelurahan Sei Benteng
Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi.Adapun untuk mengetahui bagaimana
penerapan metode Yanbu’a di Pondok Pesantre Salafiyah Syafi’iyah.Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif deskriptif, Dengan teknik pengumpulan datanya
menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi.Subjek dalam penelitian
ini adalah pimpinan Pondok pesantren, Ustazah pengajar metode Yanbu’a dan
Santriwati.Teknik analisis data dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa: 1). Penerapan metode Yanbu’a di
pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah sudah cukup baik dan sesuai dengan tujuan dari
Metode Yanbu’a itu sendiri. Dalam penerapannya metode Yanbu’a dilakukan dengan
cara klasikal dan sorogan dimana pelaksanaannya dilakukan setiap malam setelah
solat magrib. Penelitian yang dilakukan Artika relevan dengan penelitian peneliti yaitu
melakukan penelitian menggunakan metode yanbu’a.Adapun perbedaan dengan
penlitian peneliti berupa tempat penelitian dan masalah yang di hadapi.Artika
melakukan penelitian di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah dan mengenai faktor

12
Artika, Penerapan Metode yanbu’a Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al- Qur’an Di Pondok
Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Kelurahan Sei Benteng Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi.Thesis, UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.2021, h. 11.
9

penghambat. sedangkan penelitian yang penulis lakukan berfokus pada implementasi


metode yanbu’a dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an di Pondok
Pesantren Darul Huda Desa Srimenati Kecamatan Buay Pemaca Kabupaten OKU
Selatan.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Umar Hasibullah dan Izzah
Ifkarina dengan judul Implementasi Metode Yanbu’a Dalam Pembelajaran Al-Qur’an
Di Pondok Pesantren Takhassus Tahfidhul Qur’an Yasinat Kesilir Wuluhan
Kabupaten Jember Tahun 2017. Penelitian yang dilakukan Muhamad Umar Hasibullah
dan Izzah Ifkarina relevan dengan penelitian peneliti yaitu melakukan penelitian
menggunakan metode yanbu’a. Adapun perbedaannya Artika melakukan penelitian
hanya memfokuskan pada implementasi metode yanbu’a. sedangkan penelitian yang
penulis lakukan berfokus pada implementasi metode yanbu’a dalam meningkatkan
kemampuan membaca al-Qur’an di Pondok Pesantren Darul Huda Desa Srimenati
Kecamatan Buay PemacaKabupaten OKU Selatan.
E. Kerangka Teoritik
1. Metode Yanbu’a
a. Pengertian Metode Yanbu’a

Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan


suatu kegiatan guna untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Metode lebih
bersifat prosedural dan sistematik, karena tujuannya untuk mempermudah
pengerjaan suatu pekerjaan.13 Metode Yanbu’a adalah suatu kitab (metode)
untuk pembelajaran membaca dan menulis serta menghafal Al-Qur’an dengan
cepat, mudah dan benar bagi anak maupun dewasa yang di rancang dengan Rasm
Utsmany dan menggunakan tanda baca dan waqof yang ada di al-Qur’an Rasm
Utsmani, yang dipakai di Negara-negara Arab dan Negara Islam. Metode baca
tulis ini untuk membacanya santri tidak boleh mengeja melainkan membaca
langsung dengan cepat, tepat, lancar dan tidak putus putus disesuaikan dengan
kaidah makharij al-hurufnya.14

Kitab Thariqah baca tulis dan menghafal Al-Qur‟an Yanbu‟a ini di ajarkan
cara menulis dan tulisan pegon (tulisan bahasa Indonesia/jawa yang ditulis

13
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011), 56.
14
Siti Ayamil Choliyah, Muhammad Mas‟ud, Peningkatan Prestasi Belajar Membaca al-Qur‟an dengan
Metode Yanbu‟a, No. 2, (2015), 160
10

dengan huruf Arab). Contoh-contoh huruf yang sudah dirangkai semuanya dari
lafadz Al-Qur‟an, kecuali beberapa lafadz. Metode ini dibuat oleh para ulama
besar yang terdiri dari KH. Ulin Nuha Arwani, KH. Ulil Albab Arwani, KH. M.
Manshur Maskan (Alm), dkk.
b. Sejarah timbulnya Yanbu’a
Timbulnya Yanbu‟a adalah dari usulan dan dorongan Alumni Pondok
Tahfidh Yanbu‟ul Qur‟an, supaya mereka selalu selalu ada hubungan dengan
pondok di samping usulan dari masyarakat luas juga dari Lembaga Pendidikan
Ma‟arif serta Muslimat terutama dari cabang Kudus dan Jepara.15 Mestinya dari
pihak pondok sudah menolak, karena menganggap cukup metode yang sudah ada,
tetapi karena desakan yang terus menerus dan memang dipandang perlu, terutama
untuk menjalin keakraban antara Alumni dengan Pondok serta untuk menjaga dan
memlihara keseragamaan bacaan, maka dengan tawakkal dan memohon
pertolongan dengan Allah tersusun kitab YANBU‟A yang meliputi Thoriqoh Baca
Tulis dan Menghafal Al-Qur’an.16 Perlu diingat bahwa metode yanbu‟a adalah
sebagai salah satu sarana untuk mencapai tujuan bukan sebagai tujuan.
c. Karakteristik Metode Yanbu’a
Karakteristik metode Yanbu‟a ini diantaranya yaitu:
a. Dirancang dengan menggunakan Rosm Usmaniy
b. Terdiri dari tujuh jilid
c. Sangat mudah
d. Mudah bagi pengajar
e. Mudah dipahami murid
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode Yanbu’a mempunyai
beberapa karektiristik yaitu dalam penulisanya dirancang dengan menggunakan
Rosm Usmaniy, terdiri dari jilid 1 sampai jilid 7, mudah bagi pengajar dan mudah
dipahami murid.
d. Tujuan Metode Yanbu’a
Tujuannya Metode Yanbu’a diantaranya:
a. Ikut adil dalam mencerdaskan anak bangsa dan supaya bisa membaca al-qur’an
dengan baik dan benar.

15
Ulin Nuha Arwani, Dkk, Thoriqoh Baca Tulis Dan Menghafal Al-Qur‟an (Bimbngan Cara Mengajar)
(Kudus: Pondok Tahfidh Yanbu‟ul Qur‟an Kudus, 2004), 1
16
Ulin Nuha Arwani, Dkk, Thoriqoh Baca Tulis Dan Menghafal Al-Qur‟an (Bimbngan Cara Mengajar)
(Kudus: Pondok Tahfidh Yanbu‟ul Qur‟an Kudus, 2004), 1
11

b. Menyebarluaskan ilmu al-qur’an.


c. Memasyarakatkan Al-Qur’an dengan rosm usmany. Adapun tulisan disesuaikan
dengan Rasm Utsmasniy, contoh-contoh huruf sudah berangkai semuanya dari Al-
quran kecuali beberapa kalimat yang tidak ada di Alquran demi untuk memudahkan
anak
d. Mengajak mendarus al-qur’an sampai khatam. Dan karakteristik metode al-
qur’an adalah: sangat mudah, mudah bagi mengajar, dan mudah dipahami secara
cepat.
Penulis hanya memfokuskan dengan meniliti metode yanbu‟a hanya jilid 4,
diantara tujuan pembelajaran metode yanbu‟a jilid 4:
a. Anak bisa membaca lafadh Allah dengan benar.
b. Anak bisa membaca Mim sukun, Nun sukun dan tanwin yang dibaca dengung
atau tidak.
c. Anak bisa membaca mad Jaiz, mad Wajib, dan mad Lazim baik Kilmiy maupun
kharfi, mutsaqqol maupun mukhofaf yang ditandai dengan tanda panjang
d. Anak memahami huruf-huruf yang tidak dibaca
e. Kotak II mengenal huruf Fawatikhus suwar dan huruf-huruf tertentu yang lain.
f. Mengetahui persamaan antara antara huruf Latin dan Arab dan beberapa qoi’dah
Tajwid
g. Kotak III disamping latihan merangkai huruf anak bisa membaca dan menulis
tulisan Pegon Jawa.17
Penulis sengaja memfokuskan penelitian pembelajaran dengan
menggunakan metode Yanbu‟a hanya pada jilid 6 karena pada jilid tersebut
pembelajarannya memang rata-rata berisi lafadz Al-Qur’an dan pembelajaran
bagaimana santri harus mengenal bacaan-bacaan mad yang harus dimengerti dan
dipahami dalam Al-Qur’an.
e. Cara Mengajar Metode Yanbu’a
Sebagai guru yang baik seharusnya aktif dan kreatif dalam menyampaikan
pelajaran dan menghadapi santri yang wataknya bermacam-macam, diantara cara
penyampaian yang mestinya perlu pengembangan dan perubahan dengan melihat
kondisi dan situasi yang dihadapi. Adapun cara mengajar Metode Yanbu‟a yaitu,
sebagai berikut:

Ulin Nuha Arwani, dkk, Thoriqoh Baca Tulis Dan Menghafal Al-Qur‟a Juz 5 (Kudus: Pondok Tahfidh
17

Yanbu‟ul Qur‟an, 2006), iv


12

a. Guru menyampaikan salam sebelum kalam dan jangan salam sebelum murid
datang
b. Guru membaca khadlroh (hal. 46 juz 1) kemudian murid membaca Al-Fatihah
dan do’a pembuka
c. Guru berusaha supaya anak aktif serta mandiri
d. Guru jangan menuntun bacaan murid tetapi membimbing dengan cara:
1) Memenerangkan pokok pelajaran (yang bergaris bawah)
2) Memberi contoh yang benar
3) Menyimak bacaan murid dengan sabar, teliti dan tegas
4) Menegur bacaan yang salah dengan isyarat, ketukan dan lain sebagainya
5) Bila anak sudah benar dan lancar guru menaikan halaman satu sampai dengan
beberapa halaman, menurut kemampuan murid
6) Jika anak belum lancar dan benar atau masih banyak kesalahan jangan
dinaikan dan mengulang.18
Bimbingan mengajar metode Yanbu‟a dari jilid pemula hingga jilid secara
umun adalah sama, namun terapat perbedaan yaitu pada materi pokok, materi
tambahan, materi menulis dan keterangan yang terdapat pada masing-masing jilid,
karena setiap jilid metode Yanbu‟a sebagian besar terdapat kolom untuk meteri
pokok dan keterangan tambahan di bagian bawah halaman.
f. Kelebihan Metode Yanbu’a
Kelebihan dari Metode Yanbu’a seperti yang diketahui bersama bahwa
segala hal yang ada di dunia ini tidak ada yang sempurna kecuali Allah SWT.
Agaknya ketidak sempurnaan yang ada memang sengaja diciptakan agar manusia
intropeksi diri dan menjadi ajang untuk terus memperbaiki. Kemudian memandang
segala sesuatu dari segi positif merupakan sikap yang harus ditunjukkan oleh
semua orang tanpa terkecuali.
Kaitannya dengan Metode Yanbu’a, melalui analisis ternyata memiliki
keunggulan dan keunikan yang mampu dijadikan referensi sebagai metode
pembelajaran Al-Qur’an yang tepat untuk diaplikasikan pada anak usia dini
khususnya.
Kelebihan metode yanbu’a tersebut antara lain:
a. Metode yanbu’a pembelajarannya terbagi dalam jilid-jilid dan disesuaikan

18
Ulin Nuha Arwani, Dkk, Thoriqoh Baca Tulis Dan Menghafal Al-Qur‟an (Bimbngan Cara Mengajar)
(Kudus: Pondok Tahfidh Yanbu‟ul Qur‟an Kudus, 2004), 5
13

dengan usia anak. Di dalamnya terdapat materi khusus yang disediakan untuk anak
usia pra TK.
b. Metode yanbu‟a memperhatikan perkembangan tiga aspek kemampuan pada
anak yaitu visual, audiotori, dan kinestetik. Hal ini dapat terlihat dari proses
pembelajarannya, yaitu: 1) aspek visual (penglihatan) lebih pada musyafakhah
yaitu melihat gerakan bibir guru kemudian mengikutinya dengan seksama. Pada
awal pembelajaran anak-anak diarahkan untuk memperhatikan dengan cermat
bacaan pada iqra‟nya masing masing. Sebab pada saat itu, guru akan
membacakan sesuai dengan makhorijul huruf . 2) Aspek audiotori (pendengaran),
pada aspek ini terlihat pada saat anak maju satu persatu membaca iqro‟ dihadapan
guru.
Seorang guru tidak diperbolehkan ikut serta membaca apa yang sedang
dibaca oleh anak. Namun hanya mendengarkan bagaimana bacaan dan cara
membacanya. Ketika anak melakukan kesalahan dalam membaca, guru hanya
menggunakan isyarat dengan ketukan pena. Apabila anak benar-benar tidak bisa,
barulah guru membetulkannya.19
Seperti yang dikatakan oleh Ustadzah Rif‟atin, bahwa hal ini sengaja
dilakukan untuk melatih daya ingat, berpikir, dan konsenrasi anak. 3) aspek
kinestetik (gerakan), aspek ini terlihat ketika anak diarahkan untuk menulis sembari
menunggu giliran maju membaca iqro’. Disisi lain, kegiatan menulis ini dilakukan
agar anak dapat terkondisikan. Adanya ketiga aspek tersebut megarahkan anak
belajar dengan seimbang.
c. Penulisan bacaan dalam kitabnya disesuaikan dengan Al-Qur’an Rasm Ustmani.
Adapun tulisan disesuaikan dengan Rasm Utsmasniy, contoh-contoh huruf sudah
berangkai semuanya dari Alquran kecuali beberapa kalimat yang tidak ada di
Alquran demi untuk memudahkan anak.
d. Pada metode yanbu‟a tidak semua orang bisa langsung mengajarkannya. Sebab
setiap guru yang mengajar harus mengikuti pentasikhan dari pihak Yanbu’a. Jika
semua orang bisa mengajar langsung dengan metode Yanbu’a dikhawatirkan
merusak pelafalan dengan metode Yanbu‟a atau dapat dikatakan untuk
menghindari perbedaan ciri khas pelafalan bacaan. Hal ini menunjukkan bahwa,
Yanbu’a sangat memperhatikan kualitas gurunya, sebab kualitas guru juga menjadi

19
Nur Tanfidiyah, Metode Yanbu‟a dalam Meningkatkan Baca Tulis Alquran pada Anak Usia Dini, no. 2
(2017), 119
14

penunjang keberhasilan pembelajaran Al-Quran. Karena begitu menekankan pada


baca tulis yang benar, sehingga ketika anak mengalami kesalahan membaca
walaupun sedikit, guru tidak menaikan pada halaman berikutnya sampai santri
membacanya dengan benar sesuai makhorjul huruf.20 Ustadzah Rif‟atin juga
mengatakan bahwa, guru sangat memperhatikan benar atau tidaknya bacaan
tersebut. Sehingga tidak mudah untuk menaikan anak pada halaman berikutnya, hal
ini juga dilakukan untuk mengajarkan rasa sabar pada anak-anak bahwa segala
sesuatu yang bagus dan baik membutuhkan proses panjang yang memang tidak
mudah.
e. Pembelajaran besrsifat CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Metode pembelajaran
yanbu‟a mengarahkan anak untuk aktiv. Guru tidak hanya sekedar mengajarkan
bagaimana melafalkan bacaan iqro‟ dengan baik dan benar namun juga
menjelaskan tentang makhrojul huruf , tajwid, tanda-tanda wakof dan lainnya yang
menunjang. Pada tahap ini, guru juga memberikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.21
2. Membaca Al-Qur’an
a. Pengertian Membaca
Membaca adalah materi pertama dalam dustur (undang-undang, sistem
ajaran) Islam yang sarat dengan makna, bimbingan dan pengarahan. Hanya saja
dengan makna, bimbingan dan pengarahan. Hanya saja bimbingan dan
pengarahannya tidak terwujud redaksi kata-kata semata, tetapi juga dari isi secara
umum. Materi ini termuat dalam awal kata wahyu pertama “Bacalah”.22
Gibbons mendefinisikan membaca sebagai proses memperoleh makna dari
cetakan. Kegiatan membaca bukan sekedar aktivitas yang bersifat pasif dan
respektif saja, melainkan menghendaki pembaca untuk aktif berpikir.23
Pembelajaran membaca bertujuan agar peserta didik mempunyai
kemampuan memahami teks bacaan yang diperlukan dalam belajar. Mereka harus
mampu memahami teks yang mereka baca. Dikatakan penting bagi pengembangan
pengetahuan karena presentase transfer ilmu pengetahuan terbanyak dilakukan

20
Nur Tanfidiyah, Metode Yanbu‟a dalam Meningkatkan Baca Tulis Alquran pada Anak Usia Dini, no. 2
(2017), 119
21
Nur Tanfidiyah, Metode Yanbu‟a dalam Meningkatkan Baca Tulis Alquran pada Anak Usia Dini, no. 2
(2017), 119
22
Abdul Halim Mahmud, Tadarus Kehidupan Di Bulan Al-Qur‟an (Yogyakarta: Madani Pustaka Hikmah,
2000), 11
23
Irdawati, Yunidar, dkk, Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Dengan Menggunakan Media
Gambar Kelas 1 di Min Buol, no. 4 ISSN (2354-614X), 4
15

melalui membaca. Pengajaran membaca harus memperhatikan kebiasaan cara


berpikir teratur dan baik.
Strategi pengajaran membaca berkembang pesat, meskipun strategi maupun
teknik tradisional masih digunakan oleh sebagian besar pengajar.24 Demikianlah,
perintah membaca merupakan perintah yang paling berharga yang dapat diberikan
kepada umat manusia. Karena membaca merupakan jalan yang mengantar manusia
mencapai derajat kemanusiannya yang sempurna. Sehingga tidak berlebihan bila
dikatakan bahwa membaca adalah syarat utama guna membangun peradapan.25
Pembelajaran membaca yang dimaksud penulis disini adalah proses belajar
mengajar membaca Al-Qur‟an dengan kelancaran dan kefasihan dengan
menggunakan metode Yanbu‟a yang dapat menunjang keberhasilan siswa dalam
mencapai tujuan. Tujuan pendidikan islam adalah untuk meningkatkan pemahaman
terhadap Al-Qur‟an. Peningkatan yang dimaksudkan adalah terwujudnya anak
didik yang memahami ayat-ayat Qur’aniyyah dan ayat-ayat kauniyah, kemudian
menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari.26
b. Makna Al-Qur’an
Seseorang yang mendengar kata Al-Qur‟an, ia akan segera mengetahui bahwa
yang dimaksud adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
yang membacanya merupakan ibadah, susunan kata dan isinya merupakan
mu‟jizat, termaktub di dalam mushaf dan dinukil secara mutawatir.25 Membaca
Al-Qur‟an lebih afdhal jika dibandingkan dengan melafalkan tasbih, tahlil, serta
lafal dzikir lainnya. Ini pendapat shahih yang dipilih dan diyakini oleh sebagian
ulama.26 Predikat kalam Allah untuk Al-Qur‟an ini bukan datang dari Nabi
Muhammad. Apalagi dari sahabat atau dari siapapun.27 Akan tetapi dari Allah.
Dialah yang memberikan nama kitab suci agama Islam ini Al-Qur‟an sejak ayat
pertamanya turun.
c. Keutamaan Al-Qur’an
Al-quran diibaratkan jamuan Tuhan, yang harus dikaji, dibaca, dipahami dan
diamalkan. Meski sekedar belajar aksara (huruf) Alquran saja, Allah telah
memberikan apresiasi. Bacaan Alquran meski masih gagap, tidak fasih, susah,
tidak mahir dan cadel, diberikan dua nilai pahala oleh Allah SWT. Keutamaan

24
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa (Bandung: Remaja Rosdakarya), 245
25
Siti Ayamil Choliyah dan Muhammad Mas‟ud, Peningkatan Prestasi Belajar Membaca al Qur‟an dengan
Metode Yanbu‟a, No. 2 (2015), 155
26
Beni Ahmad Saebani, Hendra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2012), 149
16

belajar Alquran dijelaskan dalam sabda Rasul yang artinya:“Sebaik-baik kamu


adalah yang membaca Alquran dan mengajarkannya.”(HR.Bukhori).27
d. Adab Membaca Al-Qur’an
Membaca Al-Qur‟an ada beberapa adab yang harus diperhatikan. Adab-adab
membaca Al-Qur‟an yang perlu diajarkan kepada anak meliputi antara lain sebagi
berikut:
a. Ikhlas Wajib bagi orang yang membaca Al-Qur‟an untuk ikhlas, memelihara
etika ketika berhadapan dengannya, dan menghadirkan perasaan dalam dirinya
bahwa ia tengah bermunajat pada Allah, dan membaca seakan-akan ia melihat
keberadaan Allah Ta‟ala, jika ia tidak bisa melihatnya maka sesunguhnya Allah
melihatnya.
b. Dalam kondisi suci Orang yang hendak membaca Al-Qur‟an sebaiknya berada
dalam kondisi suci dan boleh jika ia dalam keadaan berhadast berdasarkan
kesepakatan kaum muslimin, hadist mengenai halini banyak banyak dan suda
masyhur.28
c. Memulai qira’ah dengan ta‟awudz Ketika ingin membaca Al-Qur’an
disyariatkan untuk berta’awudz. Sebagaian salaf mengatakan: ‘Ta’awudz
dilafalkan setelah qiraah. Ta’awudz hukumnya sunah bukan wajib, suna bagi setiap
orang yang membaca Al-Qur’an baik shalat maupu diluar shalat.
d. Membaca dengan tartil Hendaknya Membaca Al-Qur’an dianjurkan dengan
tartil, para ulama sepakat akan dianjurkannya hal itu. dilaranglah membaca Al-
Qur’an dengan sangat cepat, yang biasa disebut hadz. Bacaan tartil itu mustahab
untuk tadabbur. Oleh karena itu, bacaan tartil dianjurkan bagi orang non-arab yang
tidak memahami maknanya karena hal itu lebih menghormati dan memuliakan Al-
Qur’an, serta lebih memengaruhi hati.29
e. Menghormati Al-Qur’an Termasuk perkara yang perlu diperhatikan dan sangat
ditekankan adalah penghormatan terhadap Al-Qur’an yaitu dengan menghindari
perkara yang sering disepelekan oleh sebagian orang yang lalai dan para qari’ yang
membaca Al-Qur’an secara bersama-sama.
f. Khusyu’ saat membaca atau mendengarkan Ketika dibacakan Al-Qur’an,
membiasakan tenang dan diam ketika mendengar pembacaan Al-Qur’an hanya

27
Muhammad Ishak, Pelaksanaan Program Tilawah Alqur‟an 1, no. 4 (Oktober - Desember 2017), 607
28
An-nawani, Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf, At-Tibyan (Adab Penghafal Al-Qur‟an) (Solo: Al-
Qowam, 2014), 67
29
An-nawani, Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf, At-Tibyan (Adab Penghafal Al-Qur‟an) (Solo: Al-
Qowam, 2014), 84
17

terwujud pada hati yang penuh iman dan rasa cinta kepada Allah serta penuh
dengan rasa takut dan pengharapan kepada-Nya. Allah menerangkan jika sikap
khusyu’ adalah hasil dari membaca Al-Qur’an atau mendengarkan Al-Qur’an.
Bahkan Allah juga memberitahukan, jikalau Al-Qur’an ini diturunkan kepada
gunung niscaya akan menjelma padanya kekhusyu‟an itu, bahkan sampai pada
tingkatan yang pecah.
3. Kerangka Berpikir

.Al-Qur’an merupakan petunjuk dan pedoman sebaik-baiknya pedoman bagi


manusia demi tercapainya kebahagiaan kehidupan di dunia dan akhirat. Oleh karena
itu umat manusia di haruskan untuk selalu mempelajari dan menerapkanya
membaca di kehidupan sehari-hari. Namun jika melihat kondisi umat manusia pada
sekarang ini banyak di antara mereka yang masih belum bisa membaca Al-Qur’an
dengan sempurna yang sesuai makhrijul huruf, namun tidak sedikit pula yang bisa
membaca Al-Quran dengan lancar dan fasih yang sesuai makhrijul huruf. Salah satu
faktor yang menentukan dalam keberhasilan proses pembelajaran pada saat ini
bukan hanya guru maupun sarana prasarana yang ada, namun masih ada faktor yang
mendukung keberhasilan dalam proses pemebelajaran yaitu metode.

Metode yang digunakan untuk mempelajari cara membaca Al- Qur’an di Pondok
Pesantren Darul Huda OKU Selatan sebelumnya adalah menggunakan metode
sorogan. setelah diterapkan metode tartil, banyak dari pembelajaran yang kurang
efektif, karena tidak megacu panduan dan masih menggunakan metode klasik.
Setelah menemukan masalah itu, kemudian munculah ide baru, yaitu dengan
menerapkan metode Yanbu’a yang memang ada buku khusus untuk panduan, dan
diantaranya yaitu memiliki kelebihan menekankan pada ketetapan bacaan sesuai
ilmu tajwid dan makhrajnya sehingga memudahkan dalam pembelajaran membaca
Al-Qur’an seingga bisa memnaca dengan lancardan fasih.

Metode yanbu’a merupakan metode yang dapat memudahkan santri dalam


pembelajaran mebaca Al-Qur’an. Metode Yanbu’a ini bisa digunakan untuk
mengajar membaca Al-Qur’an bagi segala usia, mulai dari anak-anak, remaja
hingga dewasa. Baik di formal, maupun informal maupun nonformal, yang gunanya
untuk meningkatkatkan santri dalam membaca Al-Qur’an dengan lancar dan fasih
sesuai kaidah tajwidnya yang nantinya ketika terjun di masyarakat dapat bermanfaat
bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
18

Kerangka Berfikir Metode Yanbu’a

Metode Sorogan : 1. Metode klasik 2. Kurang efektif 3. Tidak ada tambahan


keterangan, sehingga tidak mempermudah santri dalam pembelajaran.

Metode Yanbu’a : Kelancaran dan Kefasihan

1. Pembelajarannya terbagi dalam jilid-jilid dan bisa diterapakan untuk semua


jenjang.

2. Memperhatikan perkembangan tiga aspek kemampuan pada anak yaitu visual,


audiotori, dan kinestetik..

3. Penulisan bacaan dalam kitabnya disesuaikan dengan Al-Qur’an Rasm Ustmany


4. Pembelajaran bersifat CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).
F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang


memiliki ciri khas penyajian tersendiri terhadap data, data disajikan dalam bentuk
narasi, cerita-cerita mendalam atau rinci dari para responden hasil wawancara atau
observasi.Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif pendekatan
deskriptif. Pada penelitian kualitatif didasarkan pada upaya membangun pandangan
yang diteliti secara rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik dan
rumit.Dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah
wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen.30
Selain itu, Sugiono31 juga mengemukakan penelitian kualitatif sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, teknik pengumpulan data dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif
atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada
generalisasi.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata32 penelitian deskriptif kualitatif
ditujukan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena-fenomena yang

30
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. 2014, h. 5.
31
Sugiyono.MetodologiPenelitianPendidikan(PendekatanKualitatif,Kuantitatif,danR&D),(Bandung:Alfabet
2014),h. 9.
32
Nana Syaodih Sukmadinata. “Metode Penelitian Pendidikan”. (Bandung: PT RemajaRosdakarya.
2014), h. 73.
19

ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia, yang lebih memperhatikan
mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan. Selain itu penelitian
kualitatif ini menyajikan informasi dari hasil wawancara serta dokumentasi-
dokumentasi yang diperoleh pada saat penelitian, Berdasarkan data dan metode
kualitatif penelitian ini menyajikan dalam bentuk diskriptif terhadap aktivitas pada
penerapan metode yanbu’a dalam meningkatkan kemampuan membaca santri di
Pondok Pesantren Darul Huda Desa Srimenanti Kecamatan Buay Pemaca
Kabupaten OKU Selatan.
2. Subjek Penelitian

Data merupakan hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta atau pun
angka.“Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh”.33 Data merupakan kumpulan bahan keterangan dari hasil pencatatan
penulis baik berupa fakta maupun angka yang dapat dijadikan bahan untuk
menyusun sebuah informasi.

Subjek penelitian ini adalah Guru al-Qur’an Pesantren Darul Huda kemudian
santri putra dan putri baru ajaran 2023/2024 yang berjumlah 50 orang dan pembina
Pesantren Darul Huda serta pengurus Pesantren Darul Huda OKU Selatan.
3. Tempat dan Waktu Penelitian

Unit analisis adalah satuan yang diteliti yang berkaitan dengan benda,individu,
kelompok, sabagai subjek penelitian. Unit analisis dapat menjadi salah satuacuan
dalam melakukan penelitian. Pada suatu penelitian, menentukan suatu unit analisis
sangat diperlukan. Dalam penelitian ini unit analisis yang digunakan kualitatif berupa
implementasi metode yanbu’a dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an
di Pondok Pesantren Darul Huda Desa Srimenanti Kecamatan Buay Pemaca
Kabupaten OKU Selatan Tahun Ajaran 2023/2024
4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah interview


(wawancara) dan observasi serta dokumentasi.

a. Interview (Wawancara)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti


ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

33
Edi Kusnadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta, Metro: Ramayana Press dan STAIN Metro,2018), h.77.
20

diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.43 Teknik pengumpulan
data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau
setidak-tidaknyapada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.34

Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang


oleh peneliti dalam menggunakan metode interview adalah sebagai berikut.35
a) Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang

dirinya sendiri.

b) Bahwa apa yang nyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya.
c) Interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti
kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur,
dan dapat dilakukan melalui tatap muka (facetoface) maupun dengan
menggunakan telpon.36 Teknik wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah
wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Menurut Sugiyono wawancara terstruktur
digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu
dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrument penelitian
berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatife jawabannya pun telah disiapkan.
Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan
pengumpul data mencatatnya.37
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-
garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.38
Dalam teknikini “mula-mula peneliti menanyakan beberapa pertanyaan
yang sudah tersetruktur, kemudian satu persatu diperdalam dengan mengorek
keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang diperoleh meliputi semua
variabel dengan keterangan yang mendalam. Pokok permasalahan yang diajukan kepada
responden meliputi:Imple mentasi metode Yanbu’a dalam meningkatkan kemampuan

34
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta.2019), h. 195
35
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h. 195
36
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h. 195
37
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h. 195
38
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h. 195
21

membaca al-Qur’an di Pondok Pesantren Darul Huda Desa Srimenati Kecamatan Buay
Pemaca Kabupaten OKU Selatan berupa serta hasil pembelajaran metode Yanbu’a
dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an di PondokPesantren Darul Huda
Desa Srimenati Kecamatan Buay Pemaca KabupatenOKU Selatan.Selanjutnya subyek
yang akan diwawancarai adalah
1) Pimpinan Pondok Pesantren Darul Huda
2) Pengasuh Pondok Pesantren Darul Huda

3) Guru pengajar al-Qur’an metode yanbu’a


4) Pembina Asrama Pondok Pesantren Darul Huda
5) Santri Pondok Pesantren Darul Huda

b. Observasi atau Pengamatan

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai cirri yang spesifik


bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan Kuesioner”.
Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka
observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain.49
Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
psikologis”.39

Tujuan hal ini dilakukan pengamatan adalah untuk mengamati


peristiwa sebagaimana dirasakan subyek dan mengembangkan pemahaman
terhadap latar sosial yang kompleks beserta hubungan- hubungan yang
ada.Adapun dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan tentang
Implementasi metode Yanbu’a dalam meningkatkan kemampuan membaca al-
Qur’an di Pondok Pesantren Darul Huda Desa Srimenati Kecamatan Buay
Pemaca Kabupaten OKU Selatan, serta hasil pembelajaran metode Yanbu’a
dalam meningkatkan kemampuan membacaal-Qur’an di Pondok Pesantren Darul
Huda Desa Srimenati Kecamatan Buay Pemaca Kabupaten OKU Selatan seperti
pada saat mulai belajar, kegiatan belajar mengajar dan pada saat akhir belajar.
c. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang variabel


berupa catatan, traanskip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,notulen rapat,

39
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. remaja Rosdakarya, 2017), h.324-
325
22

agenda dan lain-lain.40 Metode dokumentasi dalam penelitian kualitatif sangat


penting dalam mendukung metode wawancara dan pengamatan karena
merupakan sumber yang akurat dan stabil sebagai cerminan situasi dan kondisi
yang sebenarnya. Penggunaan dokumentasi ini dilakukan sebagai metode untuk
mengumpulkan informasi dalam pelaksanaan penelitian
5. Teknik Analisis Data

Dalam melakukan analisa data penulis mengacuh kepada yang diungkap


oleh Miles and Huberman41 bahwa “analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang
terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan
kesimpulan/verifikasi. Mengenai ketiga alur tersebut secara lebih lengkapnya
adalah sebagai berikut:
a. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksidataberarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
b. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, makalangkah selanjutnya adalah mendisplaykan


data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Dengan
mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang
terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami
tersebut.

c. Conclusion Drawing/verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and


Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awalyang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan
bukti-bukti yang kuat yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya.

40
Suharsimi ,Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek”, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2014), h.206.
41
Milles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2015), h. 16
23

Dalam tahap ini tentunya penyimpulan data mengenai implementasi metode


yanbu’a dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an para santri di
Pondok Pesantren Darul Huda dan hasil pembelajaran metode yanbu’a dalam
meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’anpara santri di Pondok Pesantren
Darul Huda Desa Srimenanti Kecamatan Buay Pemaca Kabupaten OKU Selatan
tahun ajaran 2023/2024. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada
tahap awal dibuktikan dengan bukti- bukti yang valid dan konsisten pada saat
peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam
penelitian kualitatif yang diharapkan temuan baru yang sebelumnya belum
pernah ada.

6. Teknik Keabsahan Data

Untuk menjamin kesahihan dan keabsahan data, maka peneliti berupaya


menggunakan metode pengecekan keabsahan temuan. Dalam penelitian ini,
pemeriksaan keabsahan data didasarkan pada kriteria- kriteria untuk menjamin
kepercayaan data yang diperoleh melalui penelitian.Menurut MoeloenG42
criteria tersebut ada 4, yaitu: kredibilitas, keteralihan, kebergantungan, dan
konfirmabilitas. Peneliti menggunakan seluruh metode tersebut untuk
pengecekan keabsahan temuan.
a. Kredibilitas
Penelitian ini akan menggunakan tiga teknik pengecekan dari tujuh
teknik yang direkomendasikan oleh Guba dan Lincoln, yaitu:
1) Triangulasi, yang dimaksud disini adalah pengelolaan data, sum ber data
serta metodenya
2) Pengecekan data dilakukan dalam menyajikan data dari hasil wawancara
ataupun dari dokumen, literatur lainnya.
3) Diskusi teman sejawat. dilakukan dengan cara membicarakan data atau
informasi dan temuan-temuan penelitian ini kepada teman- teman
sejawat.
b. Transferabilitas
Penelitian ini adalah menyampaikan bahan data kedalam kalimat yang

42
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. remaja Rosdakarya, 2017), h.324-
325
24

ditulis oleh peneliti dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami


sehingga pembaca dengan cepat mengerti maksud serta tujuan penelitian.

c. Dependabilitas
Penelitian ini akan diukur berkualitas atau tidaknya. Dependabiltas
artinya penelitian ini mampu menyajikan kebenaran yang terukur baik dari
sisi referensi maupun kualitas wawancara dalam pengambilan data.
d. Konfirmabilitas

Penelitian ini mengungkap tentang keabsahan dari pengumpulan data,


pengolahan data hingga penyajian hasil data.
25

Daftar Pustaka

Junaidi, Mawardi. Pengantar Ulumul Qur’an. Banda Aceh : PeNa. 2017.

Cholil, Adam. Pengantar Ulumul Qur’an. Gresi : Amp Press. 2014.

Nawawi, Imam. Riyadhus Sholihin Jilid2, Terj.Muslich Shabir. Semarang: Karya Toha
Putra. 2018

Azyumardi, Azra. Ensiklopedia Islam, jilid 4. Jakarta: PTIchtiar Baru VanHoeve. 2018.

Amrullah, Fahmi. Ilmu Al-Qur‟an untuk Pemula. Jakarta: CV Artha Rivera. 2008

Muhyidin, Muhammad. Mengajar anak Berakhlak Al- Qur‟an. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya. 2016.

Rahmawati, Anisa, & Herlambang.“Implementasi Metode Yanbu‟a dalam Meningkatkan


Kemampuan Membaca Al-Qur‟an di Pondok Pesantren putri Al Azhaar
Kedungwaru Tulungagung” skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI),
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Tulungagung. 2020.
Arwani, Ulinnuha. Thariqah Baca Tulis Dan Menghafal Al-qur’an “Yanbu’a” Jilid I.
Kudus: Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an. 2014.

Syarifuddin, Ahmad. Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur‟an.


Jakarta:Gema Insani. 2014.

Fatah, Ahmad & Muchammad Hidayatullah. Penerapan Metode Yanbu’a dalam


Meningkatkan Kefasihan Membaca Alquran di Pondok Pesantren Darul
Rachman Kudus. JURNAL PENELITIAN Volume 15, Nomor 1. 2021.

Artika. Penerapan Metode yanbu’a Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-


Qur’an Di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Kelurahan Sei Benteng
Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi.Thesis, UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi. 2021.
26

Hamalik, Oemar. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja


Rosdakarya. 2019.

Nurdin, Syafruddin. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat


Pres. 2015.

Kementrian Agama Repoblik Indonesia. Mushaf Famy Bi Syauqin Al-Qur’an dan


Terjemah. Jakarta: Forum Pelayan Al-Qur’an. 2017.

Rosehan, Anwar. Biografi K.H. Muhammad Arwani Amin, Departemen Agama, Jakarta.
2014.

Team Penyusun Phoenix. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Media Pustaka
Phoenix. 2018.

Prasetyo, Sunar, Dwi. Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca Pada Anak Sejak Dini.
Yogyakarta: Penerbit Think. 2018.

Lutfi, Ahmad. Pembelajaran Al-qur’an dan Hadits. Jakarta : Departemen Agama RI.
2014.

Charisma, Chadziq. Tiga Aspek Kemukjizatan Al-Qur’an. Surabaya: PT Bina Ilmu. 2015.

Partanto, A., Pius. M. Dahalan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer. Surabaya : Arloka.
2014.

Munir. Ilmu Tajwid Dan Seni Baca Al Qur’an. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2014.

Moleong, J. Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Edisi Revisi. 2015.

Sugiyono. Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan


R&D). Bandung: Alfabet 2014.

Sukmadinata, Syaodih, Nana. “Metode Penelitian Pendidikan”. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya. 2016.

Kusnadi, Edi. Metodologi Penelitian. Jakarta, Metro: Ramayana Press dan STAIN Metro.
2018.

Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek”. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
2014.
27

Huberman & Milles. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
2015

Anda mungkin juga menyukai