Abstrak
Menghafalkan AL-Qur’an adalah salah satu bentuk interaksi umat islam
kepada Al-Qur’an yang telah berlangsung secara turun temurun, sejak Nabi
Muhammad mendapatkan wahyu pertama dari Jibril hingga sekarang dan masa
yang akan datang. Allah telah menurunkan Al-Qur’an dengan kemudahan bagi
orang yang ingin mempelajarinya, baik oleh umat islam yang berasal dari Arab
ataupun selain orang Arab yang sebelumnya tidak mengerti kata dalam AL-
Qur’an yang berbahasa Arab.1
Menurut Ahsin W. Al-Hafidz, menghafal Al-Qur’an penting untuk dilakukan
mengingat beberapa alasan yang menjadikan dasar diharuskannya menghafal Al-
Qur’an, antara lain sebagai berikut: pertama, Al-QUr’an diiturunkan dan diterima
nabi secara tahfidz dan diajarkan kepada para sahabatpun dengan tahfidz. Kedua,
hikmah diturunkannya Al-QUr’an secara berangsur- angsur adalah motivasi untuk
selalu menjaganya melalui hafalan dan memahami kandungannya dengan baik.
Ketiga, dalam Al-Qur’an surah Al-Hijr, Allah menjamin kemurnian Al-Qur’an
secara aplikatif, namun tugas umat islam secara nyata harus dilakukan oleh umat
dalam memeliharanya.2
Menghafalkan Al-Qur’an tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, bahkan
dewasa ini sangat marak anak anak yang mulai menghafalkan Al-Qur’an. Seperti
sebuah trend, hal ini menjadi sesuatu yang berkembang sangat pesat. Tak jarang
dalam saluran televisi menayangkan ajang unjuk kebolehan untuk berkompetisi
dalam menunjukkan hasil dari hafalan mereka. Bentuk dari keberhasilan itu tidak
lain adalah karena tepatnya metode yang digunakan dalam proses pembelajaran
Al-Qur’an di tempat itu.
Artikel ini ingin mendeskripsikan metode metode dalam menghafal Al-Qur’an
yang kemungkinan banyak dipakai untuk metode pembelajaran tahfidz usia dini,
antara lain metode talaqqi, sima’i dan kitabah. Dan lebih kepada metode juga
media media yang digunakan sebagai penunjang atau pendorong dalam
kesuksesan metode yang digunakan.
1
Abdul Jalil, Meraih Prestasi di Perguruan Tinggi, (Yogjakarta: Jurusan Tafsir Hadist
Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam Bekerjasama dengan Penerbit PD Pontren
Kemenag RI, 2011), h. 150.
2
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara,
2005), h. 22.
1
Kata Kunci: Tahfidz, Metode Pembelajaran, Anak Usia Dini, Keutamaam
Pendahuluan
Al-Qur’an adalah satu satunya kitab suci yang diturunkan oleh Allah
kepada nabi Muhammad SAW, satu satunya kitab suci yang dijamin
kemurniannya oleh Allah hingga akhir zaman yang tidak akan mengalami
perubahan dengan penambahan dan pengurangan. Al-Qur’an adalah wahyu Allah
yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW untuk menjadi pedoman hidup
manusia.
Karena kitab suci Al-Qur’an adalah kitab suci yang dijamin keasliannya
hingga akhir zaman, maka menghafal disebut sebagai aktifitas yang sangat mulia,
karena dalam menghafal diperlukan pemahaman dalam tajwid dan fasih dalam
pembacaan lafadznya. Tahfidz Al-Qur’an juga merupakan salah satu upaya untuk
mencegah munculnya upaya pemalsuan terhadap redaksi Al-Qur’an yang sengaja
dipalsukan oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab.4
3
Gustiana Yuantini, Metode Menghafal Al-Qur’an untuk Anak Usia Dini di Rumah
Tahfidz Sofwan Salim Palembang, (Jurnal I’tibar Vol. o5 No.2 Desember 2021), h. 39.
2
Dari beberapa pernyataan ditas, maka dapat dipahami bahwa menghafal,
memahami dan mempelajari Al-Qur’an diusia dini adalah sebuah anjuran yang
sujak sejak dulu diterapkan oleh cendikiawan muslim, sehingga dari proses
pemaham Al-Qur’an itu, muncul pengaruh besar terhadap kekuatan umat muslim
dan memperkokoh aqidah islam.5
Maka di era seperti ini, kajian tahfidz dirasa urgen dan perlu untuk
dikembangkan, terutama pada aspek metode. Berberapa komunitas islam bahkan
mengharapkan keturunan mereka menghafal Al-Qur’an seperti ulama terdahulu,
sehingga sekarang didirikanlah sebuah sekolah modern menggunkan kurikulum
tahfidz. Karena itu metode menghafal Al-Qur’an penting sekali untuk
dikembangkan, mengingat media elektronik yang sudah berkembang dengan pesat
yang dirasa mampu membantu dalam proses menghafal. Karena modern ini guru
hanya sebagai pembimbing dalam kegiatan belajar, karna semua pendidikan
disentralkan kepada sisiwa, karena merekalah objek sekaligus kutub positif
kegiatan pembelajaran.6 Dari uraian semua diatas, maka diperlukan metode
metode Tahfidz yang bisa dikembangkan untuk memudahkan anak anak dalam
proses pembelajaran Al-Qur’an agar mampu mencapai pembelajaran sesuai target
yang diinginkan.
Pembahasan
Pengertian Metode
4
Hefniy, Raudatul Jannah, Desain Kurikulum Program Tahfidzul Qur’an Berbasis
Kearifan Lokal, (Jurnal Edureligia, Vol. 3, No. 2 Juli- Desember 2019), h. 83.
5
Gustiana Yuantini, Metode Menghafal Al-Qur’an untuk Anak Usia Dini…. h. 39.
6
Ma’ruf Mustafa Zarayq, Sukses Mendidik Anak, Terjemah: Badruddin, (Jakarta:
Serambi, 2001), cet. Ke-1, h. 10-11.
3
paling sering digunakan adalah kata Thariqah yang merupakan bentuk jamak
dari kata Thuruq yang berarti jalan atau cara yang harus ditempuh.7
M. Arifin berpendapat bahwa metodologi adalah sebuah ilmu pengetahuan
tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan., baik
dalam lingkungan perusahaan, peniagaan maupun dalam kupasan ilmu
pengetahuan dan lainnya, maka metodologi dalam pendidikan pengajaran
menghafal al-Qur’an adalah suatu ilmu pengetahuan tentang metode yang
dipergunakan dalam pekerjaan mendidik.8
Pengertian yang paling luas tentang metodologi pengajaran ialah ilmu
yang mempelajari segala hal yang akan membawa proses pengajaran menjadi
lebih efektif dan terarah, itulah yang dikemukakan oleh Hasan Langgulung.
Tidak hanya dari tokoh tersebut diatas, banyak juga pendapat para ahli
tentang definisi atau pengertian dari metodologi yang dari prndapat itu semua
dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian metode pembelajaran adalah suatu
cara atau alat yang digunakan oleh pendidik untuk mengimplementasikan
rencana yang disampaikan kepada rencana pembelajaran yang sesuai dengan
materi, tujuan, siswa, dan komponen lainnya sehingga terjadi proses
pembelajaran yang efektif.9
Karena metode adalah sebuah unsur yang sangat penting dalam
kesuksesan sebuah pembelajaran, maka sangat penting dalam memilih dan
berhati hati dalam memilih metode yang tepat. Jika dalam penerapan metode
dirsasa kurang dalam penggunaan satu metode, maka boleh dilakukan
penggabungan dalam penggunaan metode pembelajaran. Hal ini dimaksudkan
agar satu metode itu dapat menutupi kekurangan pada metode yang lainnya,
hasil yang didapatkan dari penggabungan metode ini akan lebih baik dari
penggunaan satu metode.10
7
Sukron Ma’mun, Tesis “Metode Tahfidz Al-Qur’an Qur’ani, (PTIQ Jakarta:2019), h.
17.
8
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam; Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 61.
9
Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum Konsep Implementasi Evaluasi dan
Inovasi, (Jogjakarta: Teras, 2009), h. 87.
10
Sukron Ma’mun, Tesis “Metode Tahfidz Al-Qur’an Qur’ani, (PTIQ Jakarta:2019), h.
20.
4
Abu Rabb Nawabuddin mengemukakan bahwa kata hafal dalam bahasa Arab
diartikan dengan kata Al-Hifdzhu yang berarti memelihara, menjaga dan
menghafal, secara emitologi hafal adalah lawan dari lupa, maksudnya adalah
selalu ingat dan tidak lalai.
Tahfidz Al-Qur’an adalah bentuk kata majemuk , yang terdiri dari kata
tahfidz dan Al-Qur’an. Tahfidz adalah bentuk masdar dari kata hafaza yang
berarti menghafal.11
dari lupa, dalam bahasa araba da ungkapan حفظ علمك وعلم غريكyang artinya
memelihara hafalan ilmumu dan orang lain.12
Sedangkan dalam bahasa Indonesia, kata hafal adalah “masuk dalam ingatan
(tentang pelajaran) dan dapat mengucapkan diluar kepala (tanpa melihat buku atau
catatan lain). Menghafal juga merupakan proses mengingat, dimana kita harus
mengingat dan memelihara ingatan kita terhadap seluruh ayat ayat Al-Qur'an yang
telah kita baca dan telah kita hafal tanpa kesalahan sedikit pun dan tanpa melihat
mushaf yang telah kita baca.13
Maka kata atau kalimat Tahfidz Qur’an lebih didefinisikan kepada “proses
menghafal Al-Qur’an dalam ingatan sehingga dapat dilafadzkan dan diucapkan
diluar kepala secara benar dengan thariqah thariqah tertentu dan terus menerus
atau berulang ulang.14
11
Ibrahim Anis, dkk, Mu’jam al-Wasith, (Mesir: Dar al-Ma’arif, 1392H), h. 185.
12
Ibn Manzur, Lisan al-Arab, (Cairo: Dar al-Hadist, 2003), juz 7, h. 440.
13
Syaiful Bahri, Psikollogi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 29.
14
Sukron Ma’mun, Tesis “Metode Tahfidz Al-Qur’an Qur’ani, (PTIQ Jakarta:2019), h.
28.
5
Sebenarnya menghafal Al-Qur’an pada hakikatnya adalah suatu bentuk upaya
untuk menambah kedekatan dengan Al-Qur’an. Karena dengan mengahafal jiwa
dan otak akan selalu menyerap lantunan ayat ayat al-Qur’an yang diulang ulang
oleh bibir dan lidah kita, sehingga ayat Al-Qur’an selalu teringat dijiwa dan otak
kita.16
Jika dilihat dari ilmu psikologi, anak usia dini berada pada masa keemasan,
dimana terjadi pematangan fungsi fisik dan psikis, dan dalam pendapat lain sel
anak akan mengalami perkembangan yang cepat dan memiliki daya rangsang
yang mampu menyerap dari berbagai rangsang dari luar dirinya. Pada masa itulah
anak mengalami periode sensitive, dimana anak mulai peka untuk menerima
berbagai rangsangan stimulasi dari berbagai upaya pendidikan dalam
lingkungannya, baik rangsangan itu secara disengaja atau tidak disengaja.18
Dari semua pernyataan diatas, maka orang tua harus pintar dan selektif dalam
mengambil hati dan memilih metode yang tepat dalam pembelajaran Al-Qur’an
agar anak dapat menghafalkan Al-Qur’an dengan semangat yang tinggi. Misalnya
15
Abd al-Rabbi Nawabuddin, Metode Efektif Menghafal Al-Qur’an, terjemah: Ahmad E.
Koswara, (Jakarta: Tri Daya Inti, 1992), cet. Ke-1, h. 16-17.
16
Abdul Aziz Abdur Rauf, 17 Motivasi Berinteraksi Dengan Al-Qur’an, (Bandung;
Masjid Raya Habiburrahman PT. Dirgantara Indonesia, 2008), h. 7-8.
17
Helen N. Boyle, Qur’anic Schools Agents of Preservation and Change, (London:
Routledge Falmer, 2004), h. 83.
18
Rika Sa’diyah, Melatih Kecerdasan Emosi Anak Usia Dini: Jurnal Kependidikan, Vol.
18, No. 1, 2013, h. 128.
6
dengan memberikan bentuk apresiasi kepada anak yang berhasil dalam mencapai
target hafalan tertentu dan tidak langsung memberikan hukuman kepada anak
yang melakukan kesalahan dalam proses menghafal.
Anak adalah titipan Allah yang harus didik dengan sebaik baiknya agar
menjadi generasi yang berkualitas. Hal ini sejalan dengan ayat dalam Al-Qur’an,
dalam Qs. Al-Nisa yang berbunyi:
ش الَّ ِذيْ َن لَ ْو َتَر ُك ْوا ِم ْن َخ ْل ِف ِه ْم ذُِّريَّةً ِض ٰع ًفا َخا ُف ْوا َعلَْي ِه ۖ ْم َف ْليََّت ُقوا ال ٰلّهَ َولَْي ُق ْولُْوا
َ َولْيَ ْخ
Salman Harun mengungkapkan ada tiga isyarat yang dapat ditangkap dari
ayat ini. Pertama, orang diperintahkan untuk menyediakan bekal yang cukup bagi
anak- anaknya. Dan ini mneunjukkan bahwa Allah meminta para orang tua untuk
bekerja memperoleh kecukupan materi. Kedua, jika orang tua sudah mendapat
materi, maka hendaklah tidak menghambur- hamburkan materi itu. Ketiga, masa
depan keturunannya diusahakan terjamin dengan kekuatan fisik, mental, dan
intelektual. Itulah fungsi dan tanggung jawab orang tua sebenarnya. Jadi ayat itu
adalah isyarat bagi orang tua untuk membentuk generasi yang berkualitas melalui
upaya yang semaksimal mungkin.20
19
Al-Qur’an Kemenag Surah An-Nisa: 9.
20
Salman Harun, Mutiara Al-Qur’an: Aktualisasi Pesan Al-Qur’an dalam Kehidupan,
(Jakarta: Logos, 1990), h. 18-19.
7
Ada bermacam macam metode yang bisa diterapkan dalam proses tahfidzul
Qur’an, namun ada dua hal yang harus dimiliki oleh para penghafal Al-Qur’an
yaitu ketekunan dan kesabaran. Tanpa kedua hal itu sepertinya mustail untuk bisa
berhasil menghafal ayat Allah. Selain daripada itu, metode metode yang efektif
juga diaplikasikan guna mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan tujuan yang
diinginkan dan ditargetkan.
Setiap orang memiliki daya ingat yang berbeda beda maka tak heran setiap
orang bisa memakai metode yang berbeda yang sudah diaplikasikan pada orang
lain, karena mereka memiliki model atau gaya mengahafal yang berbeda beda
pula, maka disinilah peran pengajar diperlukan guna membimbing dalam
menemukan metode yang dirasa tepat dalam menghafal.21
Metode menghafal Al-Qur’an pada anak usia dini sangat banyak ditemukan
bahkan tak jarang antara metode satu dengan metode yang lainnya memiliki
kesamaan dalam beberapa hal, dan hanya sedikit perbedaannya. Namun intinya
metode yang tepat digunakan untuk menghafal anak usia dini adalah dengan
mengulang ulang ayat yang akan dihafal, supaya bisa masuk ke dalam ingatan
mereka. Dan beberapa metode yang biasa diunakan adalah sebagai berikut:
A. Metode Talaqqi
ِ ِ ٰٓ
)37 :2/الر ِحْي ُم ( البقرة ابَّو
الت
َّ ُ َّ َ ُوه َّه
ٗ ن ا ۗ ِ
ه يَ ع اب تف ٍ
ت م ل ك ه
ٖ بر ن ِ
م مدٰ
ْ َ َ ََ ٰ َ ِّ َّ ْ ُ َ َفَتلَق
ل ا ىّ
21
Futihatun Wasilah, Praktik Tahfidz Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Dar Al-Qur’an
(Cirebon), (Skripsi S1, Universitas Islam Negri Syarif HIdayatullah Jakarta, 2019), h. 20.
22
Atabik Ali dan Ahmad Zudi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia,
(Yogjakarta: Multi Karya Grafika), cet. Ke-IV, h. 566.
8
“Kemudian, Adam menerima beberapa kalimat18) dari Tuhannya, lalu
Dia pun menerima tobatnya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima
tobat lagi Maha Penyayang”.
قَااَل َربَّنَا ظَلَ ْمنَٓا اَْن ُف َسنَا َواِ ْن مَّلْ َت ْغ ِف ْر لَنَا َوَت ْرمَح ْنَا لَنَ ُك ْونَ َّن ِم َن اخْل ِٰس ِريْ َن
ك لَِت ْع َج َل بِهٖۗ اِ َّن َعلَْينَ ا مَج ْ َع ٗه َو ُق ْراٰنَهٗ ۚ فَاِ َذا َقَرْأنٰ هُ فَاتَّبِ ْع ُق ْراٰنَهٗ ۚ مُثَّ اِ َّن ِ
َ َاَل حُتَِّر ْك بِهٖ ل َسان
9
“ Jangan engkau (Nabi Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk
membaca Al-Qur’an) karena hendak tergesa-gesa (menguasai)-nya.
Sesungguhnya tugas Kamilah untuk mengumpulkan (dalam hatimu) dan
membacakannya. Maka, apabila Kami telah selesai membacakannya,
ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya tugas Kami (pula)-lah
(untuk) menjelaskannya.”
25
Suyuti, Al-Itsqan fi Ulum Al-Qur’an Juz 1, (Qahirah, Dar Al-Hadist, 2004), h. 7.
26
Ibn Hajar Al-Asqalani, Fath Al-Bari bi Syarh Shahih Al- Bukhari Juz 8, (Qahirah, Dar
Al-Taqwa, 2000), h. 524.
10
Metode Talaqqi memili beberapa bentuk, antara lain adalah
metode Tasmi’ yang berasal dari kata asma’ yang artinya
memperdengarkan. Maksud dari metode ini adalah memperdengarkan AL-
Qur’an untuk dihafal atau didengar orang lain.27
Pada umumnya metode tasmi’ ini berada dalam satu majelis, guru
yang telah membacakan Al-Qur’an akan memerintahkan muridnya untuk
membacakan kembali dihadapannya ayat ayat yang telah dibaca untuk
dibetulkan. Ketika ayat Al-Qur’an diwahyukan, Al-Qur’an langsung
dibacakan oleh rasul kepada sahabatnya sebagaimana beliau menerima
dari Jibril, selanjutnya beliau mengulangi dalam shalat, beliau juga
memberi motivasi kepada para sahabat dengan memberi keber gembira
apabila mereka membaca ayat Al-Qur’an, mereka akan mendapatkan
sepuluh kebaikan.29
Ada dua metode tasmi’, yaitu pertama, siswi mendengar ayat ayat
yang akan dihafal dari bacaan guru, metode ini bisa diaplikasikan pada
penghafal tuna netra atau anak anak sekolah dasar, pada metode ini guru
dituntutu aktif , sabar dan teliti dalam membimbing mereka,karena metode
ini membacakan satu persatu ayat untuk dihafalkan, baru dilanjutkan ayat
berikutnya sampai selesai.
27
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara,
1994), cet. Ke-1, h. 64.
28
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis ……, h. 64-65.
29
من قرأ حرفا من كتاب هللا فله به حسنة والحسنة بعشر أمثالهاز
"Siapa yang membaca satu huruf dalam kitab Allah, ia mendapat satu kebaikan, dan
kebaikan itu dilipatgandakan sepuluh kali. Al-Tirmizi, Sunan Al-Tirmizi, (t.tp.: Maktabah Dahlan,
t. th.), juz 3, h. 247.
11
Kedua, merekam terlebih dahulu ayat yang akan dihafal melalui
pita kaset, mp3, komputer dan lainnya, lalu media itu diputar untuk
didengarkan dambil diikuti perlahan-lahan, lalu diulang lagi sampai ayat
itu benar benar hafal diluar kepala.30
Selain metode tasmi diatas, ada juga metode ‘Arad, adalah suatu
metode yang dimaksudkan seorang murid membaca dihadapan guru, baik
dengan hafalan atau dengan mushaf, sedangkan guru membenarkan dan
mengecek bacaan tersebut sesuai hafalannya atau sumber yang benar.32
30
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis ……, h. 64.
31
Mustafa Murad, Kaifa Tahfadz Al-Qur’an, (Cairo: Dar Al-Fajr, 2003), cet. Ke-II, h. 31.
32
Muhammad Ajaj Al-Khatib, Usul Al-Hadist, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1989), h. 233.
12
hafalan Al-Qur’an kepada Jibril di bulan Ramadhan, bahkan menjelang
hayatnya sampai beliau khatam lebih dari satu keli dalam menyetorkan
hafalan kepada Jibril.33
B. Metode Kitabah
Kitabah secara Bahasa biasa diartikan dengan tulisan,tulisan adlaah
catatan penulis huruf-huruf hijaiyah baik terkumpul atau terpisah.35
Jika dikaitkan dengan menghafal al-Qur’am metode kitabah adalah
metode yang menggunakan tulisan sebagai sarana untuk menghafal al-
Qur’an, yang bersumber dari al-Qur’an pula. Ada beberapa alasan
yang menjadikan metode ini penting bagi penghafal al-Qur’an, yaitu:
pertama, al-Qur’an menunjukkan dirinya sebagai al-Kitab yaitu yang
ditulis. Kedua, banyaknya ayat al-Qur’an dan hadits yang berbicara
tentang pentingnya tulisan.
Metode tulisan pertama kali dilakukan oleh Rasulullah SAW
dengan para pencatat wahyu, instruksi ini datan dari Jibril kepada Nabi
Muhammad untuk mencatat segala sesuatu yang diwahyukan, hal ini
langsung beliau sampaikan pada sekretaris untuk mencatat setiap
33
Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, Juz 1, h. 8.
34
Program Tahfidz 2.2 (Harf Production, 2000), isdar Al-Tsani (cet. keII).
35
Abi Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, terj, jilid 1, (Hajar:
at-Thabi’ah wa an-Nasyr wa at-Tauzi’wa al-I’lan), h 99.
13
wahyu yang turun, beliau berkata “letakkanlah surat ini ditempat yang
menyebut ini dan ini.36 Zaid bin tsabit berkata: kami bersama
Rasulullah menulis al-Qur’an di pelepah kurma.37 Penulisan wahyu
pada masa itu juga dirasa penting, karena Sebagian sahabat lebih
mengutamakan catatan daripada hafalan, walaupun setelah itu
dihapus.38
Metode penulisan al-Qur’an mengikuti bentuk tulisan utsmani,
karena penulisan al-Qur’an berbeda dengan penulisan kaidah-kaidah
umum penulisan arab. Namun terdapat pendapat lain bahwa penulisan
al-Qur’an boleh berbeda dengan penulisan mushaf utsmani, karena
penulisan mushaf bukan tauqifi (hasil ijtihad Rasul dan sahabat).
Pendapat ini mengatakan bahwa Rasul pada dasarnya memberikan
kemudahan dalam menulis al-Qur’an. 39
Dalam menghafal al-Qur’an dengan menggunakan metode kitabah,
harus bagus, indah, menarik, dan tidak susah untuk dibaca. Penulisan
al-Qur’an tidak boleh catatan kaki, komentar atau tambahan lain.
Terdapat beberapa cara untuk menghafal dengan menggunakan metode
kitabah,40 yaitu:
a) Menulis setiap ayat yang dihafal.
b) Penghafal menulis dahulu ayat-ayat yang akan dihafal pada kertas,
kemudian ayat tersebut dibaca sampai lancar dan benar, lalu
dihafalkan dengan teliti.
c) Ayat yang akan dihafal dibaca terlebih dahulu berkali-kali,
kemudian dihafalakn sedikit demi sedikit.
d) Metode kitabah dapat menggunakan papan tulis atau white board.
e) Metode kitabah bisa juga dilakukan secara tahriri dan syafahi. Jika
dilakukan secara tahriri, siswa diberikan pertanyaan ayat-ayat atau
36
At-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, 336.
37
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Mughirah al-Ja’fi al-Bukhari, Shahihu al-
Bukhari, (Riyadh: Dar al-Hadharah Li-Nasyri wa at-Tauzi’, 1436 H), h 103.
38
Al-Khatib al-Baghdadi, al-Jami’ li Akhlak al-Rawi wa Adab al Sami’ (Beirut: Muass-
asah al-Risalah, 1991), Juz 2, h 444.
39
Salih bin ‘Aud, Tahrim Kitabah al-Qur’an bi Huruf Ghair al-‘Arabiyah au al-
Lathiniyah, (Saudi: Wizarah al-Syuun al-Diniyah wa al-Irsyad, 1416 H), h 37.
40
Bagus Ramadi, Panduan Tahfidz Qur’an, (Medan: Universitas Islam Negeri Sumatra
Utara Medan, 2021), h 13.
14
surat yang telah dihafal, kemudian menuliskan lanjutannya.
Sedangkan syafahi bisa dilakukan dengan cara guru membacakan
ayat perlahan-lahan dna siswa menulisnya.
f) Metode kitabah bisa juga dilakukan dalam system muraja’ah dan
takrir.
Metode ini cukup praktis dan baik, karena disamping membaca
lisan, aspek visual menulis juga akan snagat membantu dalam
mempercepat terbentuknya pola hafalan dalam banyangan.41
Namun metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan yang harus
diperhatikan oleh para penghafal al-Qur’an yang akan mempraktekkan
atau menggunakan metode ini, Adapun kelebihan dari metode ini
adalah: (a) membantu menguatkan hafalah seseorang, terutama dalam
bentuk pola tulisan yang sesuai dengan mushaf. (b) dapat
mengoptimalkan indra penglihatan, pendengaran, dan suara, jika
dilakukan dengan imla’ dan muraja’ah.42 (c) dapat meningkatkan
kecerdasan otak. (d) menjadikan murid trampil dan kreatif dalam
menulis al-Qur’an. (e) murid akan memiliki catatan al-Qur’an yang
akan dikenang ketika dewasa. (f) menumbuhkan cinta menulis dalam
berbagai bidang ilmu-ilmu lain. (g) menurut ahli psikologi, dengan
menulis atau mencatat poin-poin penting yang ingin dihafalkan,
termasuk kegiatan penting. Karena disitu dapat meningkatkan
kesadaran pada sesuatu yang penting.43
Dan kekurangan dari metode ini adalah: (a) apabila tidak ada
bimbingan atau guru, maka metode kitabah tidak efektif, karena tidak
ada yang mentashih nya. (b) membuat letih dan pegal tangan yang
membuat anak kecil cepat bosan. (c) bagi orang yang menyandang
disabilitas, metode ini tidak dapat digunakan. (d) jika anak kecil yang
memiliki tulisan tidak bagus, terkadang tulisan gampang dibuang
sembaragan, dan tidak bisa menjaga tulisan tersebut.44
41
Bagus Ramadi, Panduan Tahfidz Qur’an.., h 13.
42
Ablah Jawwad al-Harsyi, Kecil-Kecil Hafal Al-Qur’an, terjemah: M Agus Saefuddin
(Jakarta: Hikmah 2006), h 180.
43
Ablah Jawwad al-Harsyi, Kecil-Kecil Hafal Al-Qur’an.., h 180.
44
Ablah Jawwad al-Harsyi, Kecil-Kecil Hafal Al-Qur’an.., h 179.
15
C. Metode Tafhim
Dalam Bahasa tafhim berasal dari kata fahhama-yafahhimu artinya
memahami (sedikit demi sedikit) asal dari kata Fahima-yafhamu.45
Selain itu dapat diartikan dengan “ma’rifatuka al-Syai’ bi al-Qalb”
artinya pengetahuanmu tentang sesuatu dengan hati.46 Metode ini dapat
diartikan dengan, metode menghafal al-Qur’an dengan bersandar pada
pemahaman terhadap makna dan kandungan ayat-ayat yang akan
dihafalkan. Namun pemahaman disini bukan hanya pemahaman luar
saja, namun pemahaman secara terperinci sehingga penghafal dapat
mencerna dan memahami arti ayat tersebut secara mendalam.
Metode tafhim sudah dilakukan sejak masa Rasulullah SAW, yang
memotifasi para sahabat untuk memahami al-Qur’an setelah
menghafalnya, karena dengan memahami al-Qur’an akan lebih mudah
mengamalkannya. Pentingnya Rasul dalam menerapkan metode ini
adalah karena dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang sulit difahami,
seperti ayat-ayat mutasyabihat, Gharib, al musykil, dan lain-lain. Juga
terdapat banyak petunjuk al-Qur’an dan hadits yang mengjurkan untuk
difahami dan diamalkan. Dan juga diturunkannya al-Qur’an secara
bersangsung-angsur yang dapat menumbuhkan motivasi untuk dapat
memahami al-Qur’an lebih dalam.47
Suatu ketika Rasulullah SAW memberi peringatan kepada
penghafal al-Qur’an, bahwa disuatu masa nanti akan lahir suatu kaum
yang pandai membaca al-Qur’an namun hanya dibibir saja tidak
sampai melewati tenggorokan mereka, apalagi untuk mengamalkannya
dikehidupan sehari-hari. Dibuktikan pada Sabda Rasulullah SAW,
yang artinya: “sesungguhnya akan keluar dari cucu ini, suatu kaum
membaca ayat-ayat Allah SWT basah (mulutnya), al-Qur’an tidak
melewati tenggorokan meteka, mereka keluar dari agama sebagaimana
keluarnya anak panah yang keluar dari busurnya, aku menduga jika
45
Munawir, Kamus Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Yogyakarta: Pustaka
Progessif, 1997), h 1075.
46
Ibnu Mandzur lil Fariqi al-Mishri, Lisanu al-‘Arab, jilid 1 (Iran: Nasyru adab al-
Hauzah, 1405 H), h 459.
47
Ablah Jawwad al-Harsyi, Kecil-Kecil Hafal Al-Qur’an.., h 205.
16
menemui mereka akan aku bunuh seperti kaum tsanud (kaum Nabi
Saleh A.S).”48
Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dilakukan oleh
penghafal sendiri dan dengan bimbingan guru. Pertama, Jika
dilakukan oleh penghafal, maka dia terlebih dahulu harus memiliki
pengetahuan dasar-dasar Bahasa arab, seperti nahwu Sharaf, balaghah
dan ilmu Bahasa arab lainnya. 49 Kedua, jika diajarkan bersama guru
biasanya dilakukan di suatu instuisi, halaqah-halaqah, masjid,
pesantren, atau majelis-majelis untuk anak usia dini.
Namun untuk metode tafhim pada usia dini metode ini lebih baik
diajarkan bersama dengan guru pembimbing, karena anak di usia dini
belum banyak menguasai pembelajaran Bahasa arab, dan masih
membutuhkan bimbingan dari guru pembimbingnya. Metode ini juga
baik digunakan oleh anak usia dini karena dengan banyaknya
pemahaman terhadap al-Qur’an dapat menumbuhkan generasi yang
shaleh Shalehah. Apalagi jika disampaikan dengan cara belajar dan
bercerita.
Setiap metode pembelajaran al-Qur’an memiliki kelebihan dan
kekurangan, Adapun kelebihan dari metode ini adalah: (a) dengan
memahami al-Qur’an akan lebih mudah memahami, menguatkan
hafalan, menghafal ayat mutasyabihat, membuka pintu hidayah Allah,
dan mudah mengamalkan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. (b)
anak-anak terdorong untuk memahami tafsir al-Qur’an. (c) memahami
al-Qur’an dapat dikaitkan dengan fenomena alam yang terjadi,
pengalaman pribadi, kisah-kisah, peristiwa, sehingga cepat menghafal
dan membekas di hati.50
Ada beberapa kekurangan dari metode ini yang juga harus
diperhatikan, yaitu: (a) menghabiskan waktu yang cukup lama, dan
jika penyampaian tidak menarik akan timbul kebosanan. (b)
48
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Mughirah al-Ja’fi al-Bukhari, Shahihu al-
Bukhari.., h 1310.
49
Raghib al-Sirjani, Cara Cerdas Hafal al-Qur’an, Terjemah Sarwendi Hasibuan, (Solo:
Aqwam, 2007), h 21.
50
Raghib al-Sirjani, Cara Cerdas Hafal al-Qur’an.., 212.
17
pemahaman yang dalam dan serius terhadap ayat menjadikan target
hafalan sedikit. (c) pengetahuan Bahasa arab yang kurang akan
menyebabkan kesalahan memahami ayat-ayat.51
Kesimpulan
51
Ablah Jawwad al-Harsyi, Kecil-Kecil Hafal Al-Qur’an.., h 220.
52
Nur Kholis, Pengantar Studi Al-qur’an (Yogyakarta: Teras 2008), h 21.
53
Sabit Al-Fathoni, Teknik Menghafal Al-Qur’an (Semarang: CV Ghyass Putra, 2015), h
18-19.
18
metode yang terdapat dalam penelitian ini adalah metode talaqqi, metode kitabi,
dan metode tafhim.
Daftar Pustaka
Yuantini, Gustiana. 2021. Metode Menghafal Al-Qur’an untuk Anak Usia Dini di
Rumah Tahfidz Sofwan Salim Palembang. Jurnal I’tibar Vol. o5 No.2
Desember.
Ma’mun, Sukron. 2019. Tesis “Metode Tahfidz Al-Qur’an Qur’ani. PTIQ Jakarta.
Arifin, 1996. Ilmu Pendidikan Islam; Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis
berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: Bumi Aksara.
19
Manzur, Ibn. 2003. Lisan al-Arab. Cairo: Dar al-Hadist.
Rika Sa’diyah, 2013. Melatih Kecerdasan Emosi Anak Usia Dini: Jurnal
Kependidikan, Vol. 18, No. 1.
Al-Asqalani, Ibn Hajar. 2000. Fath Al-Bari bi Syarh Shahih Al- Bukhari Juz 8,.
Qahirah, Dar Al-Taqwa.
20
Al-Khatib, Muhammad Ajaj. Usul Al-Hadist. Beirut: Dar Al-Fikr, 1989.
Ath-Thabari, Abi Ja’far Muhammad bin Jarir. Tafsir Ath-Thabari, terj, jilid 1.
Hajar: at-Thabi’ah wa an-Nasyr wa at-Tauzi’wa al-I’lan.
Salih bin ‘Aud, 1416 H. Tahrim Kitabah al-Qur’an bi Huruf Ghair al-‘Arabiyah
au al-Lathiniyah. Saudi: Wizarah al-Syuun al-Diniyah wa al-Irsyad.
Ramadi, Bagus. 2021. Panduan Tahfidz Qur’an. Medan: Universitas Islam Negeri
Sumatra Utara Medan.
al-Mishri, Ibnu Mandzur lil Fariqi. 1405 H. Lisanu al-‘Arab, jilid 1. Iran: Nasyru
adab al-Hauzah.
21
22