Anda di halaman 1dari 22

METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN UNTUK ANAK USIA DINI

Yusrina Diah Wulandari, M.Ag1, Inka Kartika Widiastuti2,


Irma Dewi Kusumaningrum3

Fakultas Ushuluddin Universitas Darussalam Gontor, Ilmu Qur’an dan Tafsir

E-mail: 1Yusrinadyah@gmail.com, 2Inkak993@gmail.com,


3
Irmadewikusumaningrum15@gmail.com

Abstrak
Menghafalkan AL-Qur’an adalah salah satu bentuk interaksi umat islam
kepada Al-Qur’an yang telah berlangsung secara turun temurun, sejak Nabi
Muhammad mendapatkan wahyu pertama dari Jibril hingga sekarang dan masa
yang akan datang. Allah telah menurunkan Al-Qur’an dengan kemudahan bagi
orang yang ingin mempelajarinya, baik oleh umat islam yang berasal dari Arab
ataupun selain orang Arab yang sebelumnya tidak mengerti kata dalam AL-
Qur’an yang berbahasa Arab.1
Menurut Ahsin W. Al-Hafidz, menghafal Al-Qur’an penting untuk dilakukan
mengingat beberapa alasan yang menjadikan dasar diharuskannya menghafal Al-
Qur’an, antara lain sebagai berikut: pertama, Al-QUr’an diiturunkan dan diterima
nabi secara tahfidz dan diajarkan kepada para sahabatpun dengan tahfidz. Kedua,
hikmah diturunkannya Al-QUr’an secara berangsur- angsur adalah motivasi untuk
selalu menjaganya melalui hafalan dan memahami kandungannya dengan baik.
Ketiga, dalam Al-Qur’an surah Al-Hijr, Allah menjamin kemurnian Al-Qur’an
secara aplikatif, namun tugas umat islam secara nyata harus dilakukan oleh umat
dalam memeliharanya.2
Menghafalkan Al-Qur’an tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, bahkan
dewasa ini sangat marak anak anak yang mulai menghafalkan Al-Qur’an. Seperti
sebuah trend, hal ini menjadi sesuatu yang berkembang sangat pesat. Tak jarang
dalam saluran televisi menayangkan ajang unjuk kebolehan untuk berkompetisi
dalam menunjukkan hasil dari hafalan mereka. Bentuk dari keberhasilan itu tidak
lain adalah karena tepatnya metode yang digunakan dalam proses pembelajaran
Al-Qur’an di tempat itu.
Artikel ini ingin mendeskripsikan metode metode dalam menghafal Al-Qur’an
yang kemungkinan banyak dipakai untuk metode pembelajaran tahfidz usia dini,
antara lain metode talaqqi, sima’i dan kitabah. Dan lebih kepada metode juga
media media yang digunakan sebagai penunjang atau pendorong dalam
kesuksesan metode yang digunakan.
1
Abdul Jalil, Meraih Prestasi di Perguruan Tinggi, (Yogjakarta: Jurusan Tafsir Hadist
Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam Bekerjasama dengan Penerbit PD Pontren
Kemenag RI, 2011), h. 150.
2
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara,
2005), h. 22.

1
Kata Kunci: Tahfidz, Metode Pembelajaran, Anak Usia Dini, Keutamaam

Pendahuluan

Al-Qur’an adalah satu satunya kitab suci yang diturunkan oleh Allah
kepada nabi Muhammad SAW, satu satunya kitab suci yang dijamin
kemurniannya oleh Allah hingga akhir zaman yang tidak akan mengalami
perubahan dengan penambahan dan pengurangan. Al-Qur’an adalah wahyu Allah
yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW untuk menjadi pedoman hidup
manusia.

Karena menjadi pedoman seluruh umat manusia, maka Al-Qur’an adalah


kitab yang selalu dipelajari dan dibaca oleh umat islam setiap hari, maka untuk
bisa memahami isi dari Al-Qur’an maka kitab suci ini harus dibaca, dipahami dan
dipelajari untuk kebaikan dunia akhirat, dan dalam pembelajaran Al-Qur’an tidak
akan bisa dipelajari secara langsung, maka dari itu mengenalkan anak dengan Al-
Qur’an sejak dini sangat penting sebelum anak beranjak dewasa dan sulit untuk
menyerap ilmu Al-Qur’an.

Ibnu kholdun mengatakan bahwa mengajarkan Al-Qur’an kepada anak


anak usia dini merupakan salah satu bentuk syiar agama islam, “ketahuilah
bahwa mengajarkan Al-Qur’an kepada anak anak merupakan bagian dari syi’ar
agama islam dan dipraktekkan umat ini. Praktek ini pun tersebar disetiap negri,
prngaruhnya, hafalan qur’an bisa lebih mengokohkan iman. Setelah itu barulah
kuasai akidah dari ayat ayat Qur’an lalu kuasai sebagian hadist.”3

Karena kitab suci Al-Qur’an adalah kitab suci yang dijamin keasliannya
hingga akhir zaman, maka menghafal disebut sebagai aktifitas yang sangat mulia,
karena dalam menghafal diperlukan pemahaman dalam tajwid dan fasih dalam
pembacaan lafadznya. Tahfidz Al-Qur’an juga merupakan salah satu upaya untuk
mencegah munculnya upaya pemalsuan terhadap redaksi Al-Qur’an yang sengaja
dipalsukan oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab.4

3
Gustiana Yuantini, Metode Menghafal Al-Qur’an untuk Anak Usia Dini di Rumah
Tahfidz Sofwan Salim Palembang, (Jurnal I’tibar Vol. o5 No.2 Desember 2021), h. 39.

2
Dari beberapa pernyataan ditas, maka dapat dipahami bahwa menghafal,
memahami dan mempelajari Al-Qur’an diusia dini adalah sebuah anjuran yang
sujak sejak dulu diterapkan oleh cendikiawan muslim, sehingga dari proses
pemaham Al-Qur’an itu, muncul pengaruh besar terhadap kekuatan umat muslim
dan memperkokoh aqidah islam.5

Menghafal Al-Qur’an merupakan keistimewaan tersendiri bagi umat


islam, karena Allah telah menjadikan umat izlam umat terbaik dikalangan umat
lainnya adan agama islam adalah agama terbaik dari seluruh agama yang ada di
dunia.

Maka di era seperti ini, kajian tahfidz dirasa urgen dan perlu untuk
dikembangkan, terutama pada aspek metode. Berberapa komunitas islam bahkan
mengharapkan keturunan mereka menghafal Al-Qur’an seperti ulama terdahulu,
sehingga sekarang didirikanlah sebuah sekolah modern menggunkan kurikulum
tahfidz. Karena itu metode menghafal Al-Qur’an penting sekali untuk
dikembangkan, mengingat media elektronik yang sudah berkembang dengan pesat
yang dirasa mampu membantu dalam proses menghafal. Karena modern ini guru
hanya sebagai pembimbing dalam kegiatan belajar, karna semua pendidikan
disentralkan kepada sisiwa, karena merekalah objek sekaligus kutub positif
kegiatan pembelajaran.6 Dari uraian semua diatas, maka diperlukan metode
metode Tahfidz yang bisa dikembangkan untuk memudahkan anak anak dalam
proses pembelajaran Al-Qur’an agar mampu mencapai pembelajaran sesuai target
yang diinginkan.

Pembahasan

Pengertian Metode

Metodologi dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah ilmu tentang


metode atau uraian tentang metode, dalam bahasa Arab kata metode disebut
dengan kata manhaj, wasilah, khaifiyyah, dan thariqoh. Namun yang popular dan

4
Hefniy, Raudatul Jannah, Desain Kurikulum Program Tahfidzul Qur’an Berbasis
Kearifan Lokal, (Jurnal Edureligia, Vol. 3, No. 2 Juli- Desember 2019), h. 83.
5
Gustiana Yuantini, Metode Menghafal Al-Qur’an untuk Anak Usia Dini…. h. 39.
6
Ma’ruf Mustafa Zarayq, Sukses Mendidik Anak, Terjemah: Badruddin, (Jakarta:
Serambi, 2001), cet. Ke-1, h. 10-11.

3
paling sering digunakan adalah kata Thariqah yang merupakan bentuk jamak
dari kata Thuruq yang berarti jalan atau cara yang harus ditempuh.7
M. Arifin berpendapat bahwa metodologi adalah sebuah ilmu pengetahuan
tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan., baik
dalam lingkungan perusahaan, peniagaan maupun dalam kupasan ilmu
pengetahuan dan lainnya, maka metodologi dalam pendidikan pengajaran
menghafal al-Qur’an adalah suatu ilmu pengetahuan tentang metode yang
dipergunakan dalam pekerjaan mendidik.8
Pengertian yang paling luas tentang metodologi pengajaran ialah ilmu
yang mempelajari segala hal yang akan membawa proses pengajaran menjadi
lebih efektif dan terarah, itulah yang dikemukakan oleh Hasan Langgulung.
Tidak hanya dari tokoh tersebut diatas, banyak juga pendapat para ahli
tentang definisi atau pengertian dari metodologi yang dari prndapat itu semua
dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian metode pembelajaran adalah suatu
cara atau alat yang digunakan oleh pendidik untuk mengimplementasikan
rencana yang disampaikan kepada rencana pembelajaran yang sesuai dengan
materi, tujuan, siswa, dan komponen lainnya sehingga terjadi proses
pembelajaran yang efektif.9
Karena metode adalah sebuah unsur yang sangat penting dalam
kesuksesan sebuah pembelajaran, maka sangat penting dalam memilih dan
berhati hati dalam memilih metode yang tepat. Jika dalam penerapan metode
dirsasa kurang dalam penggunaan satu metode, maka boleh dilakukan
penggabungan dalam penggunaan metode pembelajaran. Hal ini dimaksudkan
agar satu metode itu dapat menutupi kekurangan pada metode yang lainnya,
hasil yang didapatkan dari penggabungan metode ini akan lebih baik dari
penggunaan satu metode.10

Definisi Tahfidzul Qur’an

7
Sukron Ma’mun, Tesis “Metode Tahfidz Al-Qur’an Qur’ani, (PTIQ Jakarta:2019), h.
17.
8
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam; Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 61.
9
Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum Konsep Implementasi Evaluasi dan
Inovasi, (Jogjakarta: Teras, 2009), h. 87.
10
Sukron Ma’mun, Tesis “Metode Tahfidz Al-Qur’an Qur’ani, (PTIQ Jakarta:2019), h.
20.

4
Abu Rabb Nawabuddin mengemukakan bahwa kata hafal dalam bahasa Arab
diartikan dengan kata Al-Hifdzhu yang berarti memelihara, menjaga dan
menghafal, secara emitologi hafal adalah lawan dari lupa, maksudnya adalah
selalu ingat dan tidak lalai.

Tahfidz Al-Qur’an adalah bentuk kata majemuk , yang terdiri dari kata
tahfidz dan Al-Qur’an. Tahfidz adalah bentuk masdar dari kata hafaza yang
berarti menghafal.11

Menurut Ibn Sayyidih hafiza bermakna memelihara hafalan dan menjaganya

dari lupa, dalam bahasa araba da ungkapan ‫ حفظ علمك وعلم غريك‬yang artinya
memelihara hafalan ilmumu dan orang lain.12

Sedangkan dalam bahasa Indonesia, kata hafal adalah “masuk dalam ingatan
(tentang pelajaran) dan dapat mengucapkan diluar kepala (tanpa melihat buku atau
catatan lain). Menghafal juga merupakan proses mengingat, dimana kita harus
mengingat dan memelihara ingatan kita terhadap seluruh ayat ayat Al-Qur'an yang
telah kita baca dan telah kita hafal tanpa kesalahan sedikit pun dan tanpa melihat
mushaf yang telah kita baca.13

Maka kata atau kalimat Tahfidz Qur’an lebih didefinisikan kepada “proses
menghafal Al-Qur’an dalam ingatan sehingga dapat dilafadzkan dan diucapkan
diluar kepala secara benar dengan thariqah thariqah tertentu dan terus menerus
atau berulang ulang.14

‘Abd al-Rabbi Nawabuddin berpendapat bahwa setidaknya ada dua pokok


pengertian tahfidz menurut beliau, yaitu: pertama, bahwa seorang yang menghafal
dan kemudian mampu melafadzkan dengan benar sesuai hukum tajwid harus
sesuai dengan mushaf Al-Qur’an. Kedua, seorang yang penghafal senantiasa
menjaga hafalannya secara terus menerus dari lupa, karena hafalan Al-Qur’an itu
sangat cepat hafalannya.15

11
Ibrahim Anis, dkk, Mu’jam al-Wasith, (Mesir: Dar al-Ma’arif, 1392H), h. 185.
12
Ibn Manzur, Lisan al-Arab, (Cairo: Dar al-Hadist, 2003), juz 7, h. 440.
13
Syaiful Bahri, Psikollogi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 29.
14
Sukron Ma’mun, Tesis “Metode Tahfidz Al-Qur’an Qur’ani, (PTIQ Jakarta:2019), h.
28.

5
Sebenarnya menghafal Al-Qur’an pada hakikatnya adalah suatu bentuk upaya
untuk menambah kedekatan dengan Al-Qur’an. Karena dengan mengahafal jiwa
dan otak akan selalu menyerap lantunan ayat ayat al-Qur’an yang diulang ulang
oleh bibir dan lidah kita, sehingga ayat Al-Qur’an selalu teringat dijiwa dan otak
kita.16

Dalam buku Quranic School menghafal adalah sebuah proses gabungan


antara mental dan fisik dalam sebuah bentuk ibadah keagamaan, tahfidz adalah
tradisi budaya di negri negri islam. Namun tahfidz adalah tradisi budaya yang
tinggi nilainya, karena ia merupakan ritual ibadah yang lebih baik dari tradisi yang
lain.17

Jika dilihat dari ilmu psikologi, anak usia dini berada pada masa keemasan,
dimana terjadi pematangan fungsi fisik dan psikis, dan dalam pendapat lain sel
anak akan mengalami perkembangan yang cepat dan memiliki daya rangsang
yang mampu menyerap dari berbagai rangsang dari luar dirinya. Pada masa itulah
anak mengalami periode sensitive, dimana anak mulai peka untuk menerima
berbagai rangsangan stimulasi dari berbagai upaya pendidikan dalam
lingkungannya, baik rangsangan itu secara disengaja atau tidak disengaja.18

Usia paling ideal untuk menghafalkan Al-Qur’an adalah sejak sedini


mungkin, disamping karena perkembangan otak yang mulai mengalami
perkembangan, juga karena pikiran anak kecil yang masih fresh, belum banyak
urusan duniawi yang dikerjakan. Itu yang akan membuat Al-Qur’an lebih mudah
masuk dan melekat dalam darah dagingnya, dengan demikian maka hafalan tidak
akan cepat hilang

Dari semua pernyataan diatas, maka orang tua harus pintar dan selektif dalam
mengambil hati dan memilih metode yang tepat dalam pembelajaran Al-Qur’an
agar anak dapat menghafalkan Al-Qur’an dengan semangat yang tinggi. Misalnya
15
Abd al-Rabbi Nawabuddin, Metode Efektif Menghafal Al-Qur’an, terjemah: Ahmad E.
Koswara, (Jakarta: Tri Daya Inti, 1992), cet. Ke-1, h. 16-17.
16
Abdul Aziz Abdur Rauf, 17 Motivasi Berinteraksi Dengan Al-Qur’an, (Bandung;
Masjid Raya Habiburrahman PT. Dirgantara Indonesia, 2008), h. 7-8.
17
Helen N. Boyle, Qur’anic Schools Agents of Preservation and Change, (London:
Routledge Falmer, 2004), h. 83.
18
Rika Sa’diyah, Melatih Kecerdasan Emosi Anak Usia Dini: Jurnal Kependidikan, Vol.
18, No. 1, 2013, h. 128.

6
dengan memberikan bentuk apresiasi kepada anak yang berhasil dalam mencapai
target hafalan tertentu dan tidak langsung memberikan hukuman kepada anak
yang melakukan kesalahan dalam proses menghafal.

Anak adalah titipan Allah yang harus didik dengan sebaik baiknya agar
menjadi generasi yang berkualitas. Hal ini sejalan dengan ayat dalam Al-Qur’an,
dalam Qs. Al-Nisa yang berbunyi:

‫ش الَّ ِذيْ َن لَ ْو َتَر ُك ْوا ِم ْن َخ ْل ِف ِه ْم ذُِّريَّةً ِض ٰع ًفا َخا ُف ْوا َعلَْي ِه ۖ ْم َف ْليََّت ُقوا ال ٰلّهَ َولَْي ُق ْولُْوا‬
َ ‫َولْيَ ْخ‬

)9 :4/‫َق ْواًل َس ِديْ ًدا ( النساۤء‬

Hendaklah merasa takut orang-orang yang seandainya (mati) meninggalkan


setelah mereka, keturunan yang lemah (yang) mereka khawatir terhadapnya.
Maka, bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar
(dalam hal menjaga hak-hak keturunannya). 19

Salman Harun mengungkapkan ada tiga isyarat yang dapat ditangkap dari
ayat ini. Pertama, orang diperintahkan untuk menyediakan bekal yang cukup bagi
anak- anaknya. Dan ini mneunjukkan bahwa Allah meminta para orang tua untuk
bekerja memperoleh kecukupan materi. Kedua, jika orang tua sudah mendapat
materi, maka hendaklah tidak menghambur- hamburkan materi itu. Ketiga, masa
depan keturunannya diusahakan terjamin dengan kekuatan fisik, mental, dan
intelektual. Itulah fungsi dan tanggung jawab orang tua sebenarnya. Jadi ayat itu
adalah isyarat bagi orang tua untuk membentuk generasi yang berkualitas melalui
upaya yang semaksimal mungkin.20

Dari pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa mengajarkan anak


Al-Qur’an pada usia dini sangat diannjurkan dan ditekankan, dan itu tidak
menyalahi fitrah anak, lalu bagaimana metode yang sebaiknya diterapkan pada
pengajaran pembelajaran Al-Qur’an?

19
Al-Qur’an Kemenag Surah An-Nisa: 9.
20
Salman Harun, Mutiara Al-Qur’an: Aktualisasi Pesan Al-Qur’an dalam Kehidupan,
(Jakarta: Logos, 1990), h. 18-19.

7
Ada bermacam macam metode yang bisa diterapkan dalam proses tahfidzul
Qur’an, namun ada dua hal yang harus dimiliki oleh para penghafal Al-Qur’an
yaitu ketekunan dan kesabaran. Tanpa kedua hal itu sepertinya mustail untuk bisa
berhasil menghafal ayat Allah. Selain daripada itu, metode metode yang efektif
juga diaplikasikan guna mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan tujuan yang
diinginkan dan ditargetkan.

Setiap orang memiliki daya ingat yang berbeda beda maka tak heran setiap
orang bisa memakai metode yang berbeda yang sudah diaplikasikan pada orang
lain, karena mereka memiliki model atau gaya mengahafal yang berbeda beda
pula, maka disinilah peran pengajar diperlukan guna membimbing dalam
menemukan metode yang dirasa tepat dalam menghafal.21

Metode menghafal Al-Qur’an pada anak usia dini sangat banyak ditemukan
bahkan tak jarang antara metode satu dengan metode yang lainnya memiliki
kesamaan dalam beberapa hal, dan hanya sedikit perbedaannya. Namun intinya
metode yang tepat digunakan untuk menghafal anak usia dini adalah dengan
mengulang ulang ayat yang akan dihafal, supaya bisa masuk ke dalam ingatan
mereka. Dan beberapa metode yang biasa diunakan adalah sebagai berikut:

A. Metode Talaqqi

Talaqqi berasal dari kata ‫يتلق‬-


ّ ‫تلق‬ ّ yang berakar dari -‫فعل لَِق َي‬

‫ يلقي‬yang artinya bertemu, berhadapan, menerima, mengambil. 22

Kata Talaqqa disebutkan satu kali dalam Al-Qur’an, yaitu dalam


surah al-Baqarah: 37

ِ ِ ٰٓ
)37 :2/‫الر ِحْي ُم ( البقرة‬ ‫اب‬‫َّو‬
‫الت‬
َّ ُ َّ َ ُ‫و‬‫ه‬ ‫َّه‬
ٗ ‫ن‬ ‫ا‬ ۗ ِ
‫ه‬ ‫ي‬َ ‫ع‬ ‫اب‬ ‫ت‬‫ف‬ ٍ
‫ت‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ك‬ ‫ه‬
ٖ ‫ب‬‫ر‬ ‫ن‬ ِ
‫م‬ ‫م‬‫د‬ٰ
ْ َ َ ََ ٰ َ ِّ َّ ْ ُ َ ‫َفَتلَق‬
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ى‬ّ

21
Futihatun Wasilah, Praktik Tahfidz Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Dar Al-Qur’an
(Cirebon), (Skripsi S1, Universitas Islam Negri Syarif HIdayatullah Jakarta, 2019), h. 20.
22
Atabik Ali dan Ahmad Zudi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia,
(Yogjakarta: Multi Karya Grafika), cet. Ke-IV, h. 566.

8
“Kemudian, Adam menerima beberapa kalimat18) dari Tuhannya, lalu
Dia pun menerima tobatnya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima
tobat lagi Maha Penyayang”.

Ayat ini bercerita tentang nabi Adam yang menerima beberapa


kalimat atau ajaran dari tuhan, ajaran atau kalimat yang dimaksud adalah
kata kata untuk bertaubat23. Kata kata itu tidak lain adalah kalimat
memohon ampunan kepada Allah:

‫قَااَل َربَّنَا ظَلَ ْمنَٓا اَْن ُف َسنَا َواِ ْن مَّلْ َت ْغ ِف ْر لَنَا َوَت ْرمَح ْنَا لَنَ ُك ْونَ َّن ِم َن اخْل ِٰس ِريْ َن‬

)23 :7/‫( االعراف‬

Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri


kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak merahmati
kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.”

Metode Talaqqi adalah sbuah metode yang diajarkan Jibril kepada


Muhammad Saw, dalam proses penurunan wahyu. Hal ini sesuai dengan
pendapat Imam Ahmad yang meriwayatkan hadist yang panjang, dimana
beliau meriwayatkan proses penerimaan wahyu pertama surah Al-Alaq,
Rasul sangat ketakutan sampai beliau meminta Aisyah untuk
menyelimutinya. Jibril berkata: Iqra’ (Bacalah), Rasul menjawab: ma ana
bi qari’ (saya tidak mampu membaca) sampai malaikat jibril mengulangi
perkataan itu sebanyak tiga kali, maka barulah Rasulullah membaca seperti
yang diajarkan Jibril.24

Dalam Al-Qur’an surah Al-Qiyamah, Allah bersabda:

‫ك لَِت ْع َج َل بِهٖۗ اِ َّن َعلَْينَ ا مَج ْ َع ٗه َو ُق ْراٰنَهٗ ۚ فَاِ َذا َقَرْأنٰ هُ فَاتَّبِ ْع ُق ْراٰنَهٗ ۚ مُثَّ اِ َّن‬ ِ
َ َ‫اَل حُتَِّر ْك بِهٖ ل َسان‬

)19-16 :75/‫َعلَْينَا َبيَانَهٗ ۗ ( القٰيمة‬


23
Muhammad Fuad, Al-Baqi’ Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfaz Al-Qur’an Al-Karim,
(Cairo: Dar Al-Hadist, 2001), h. 751.
24
Muhammad Al-Razi Fakhruddin, Tafsir Al-Fakhruddin Ar-Razi, (Dar Al-Fikr:
Libanon)

9
“ Jangan engkau (Nabi Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk
membaca Al-Qur’an) karena hendak tergesa-gesa (menguasai)-nya.
Sesungguhnya tugas Kamilah untuk mengumpulkan (dalam hatimu) dan
membacakannya. Maka, apabila Kami telah selesai membacakannya,
ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya tugas Kami (pula)-lah
(untuk) menjelaskannya.”

Kata Jam’ahu dalam ayat ini berarti “mengumpulkan di dadamu”


arti dari kalimat ini adalah bahwa Allah yang berkewajiban menghafalkan
Al-Qur’an di hati Muhammad Saw, sebagai wujud dari pengumpulan
didadanya yang mulia. Maka kalimat Qur’anah berarti adalah
membacakan Al-Qur’an ayat per ayat dan surah per surah, maksudnya
adalah nabi Saw. dilarang menirukan bacaan yang diwahyukan Allah lewat
Jibril sebelum Jibril selesai membacakan ayat itu, hal itu dimaksudkan
agar Nabi dapat memahami dan menghafal betul ayat diturunkan. Metode
inilah yang disebut sebagai metode talaqqi, sebagaimana beliau menerima
langsung dari Allah Swt. Dengan cara mendengarnya.25

Ibn hajar berkata “ menyegerakan perbuatan baik adalah perintah


Allah, namun Rasulullah diingatkan akan sesuatu yang lebih mulia dari itu,
yaitu mendengarkan wahyu yang akan turun dan memahami
kandungannya. Karena menyibukkan diri dengan menghafal, kadang
menghalangi proses transfer wahyu. Allah mengingatkan Rasulnya untuk
tidak cepat cepat menghafal Al-Qur’an, karena dia menjamin dan
menanggung hafalan itu kepadanya”.26

Metode Talaqqi dapat juga disebut musyafahah, yaitu pengajaran


Al-Qur’an secara lisan, contohnya adalah ketika guru membaca ayat yang
akan dihafal kemudian ditirukan bacaannya oleh murid, sehingga
kekeliruan dan kesalahan hampir tidak terjadi, dengan metode ini maka
anak anak akan langsung bisa menerima pelajaran dari pengajarnya, antara
lain cara pengucapan huruf yang benar, hukum tajwid dan lain sebaginya.

25
Suyuti, Al-Itsqan fi Ulum Al-Qur’an Juz 1, (Qahirah, Dar Al-Hadist, 2004), h. 7.
26
Ibn Hajar Al-Asqalani, Fath Al-Bari bi Syarh Shahih Al- Bukhari Juz 8, (Qahirah, Dar
Al-Taqwa, 2000), h. 524.

10
Metode Talaqqi memili beberapa bentuk, antara lain adalah
metode Tasmi’ yang berasal dari kata asma’ yang artinya
memperdengarkan. Maksud dari metode ini adalah memperdengarkan AL-
Qur’an untuk dihafal atau didengar orang lain.27

Metode ini dipakai pertama kali oleh Rasulullah dalam


mengajarkan Al-Qur’an kepada sahabat. dalam menyampaikan Al-Qur’an
Rasul selalu membacakan kepada sahabat ayat ayat yang akan mereka
hafal di beberapa tempat dan kondisi karena itu merupakan bagian dari
kewajiban Rasulullah. Rasul menerima Al-Qur’an dari Jibril dengan cara
mendengar bacaan Jibril, sebagaimana Jibril menerima pertama kali dari
Allah Swt.28

Pada umumnya metode tasmi’ ini berada dalam satu majelis, guru
yang telah membacakan Al-Qur’an akan memerintahkan muridnya untuk
membacakan kembali dihadapannya ayat ayat yang telah dibaca untuk
dibetulkan. Ketika ayat Al-Qur’an diwahyukan, Al-Qur’an langsung
dibacakan oleh rasul kepada sahabatnya sebagaimana beliau menerima
dari Jibril, selanjutnya beliau mengulangi dalam shalat, beliau juga
memberi motivasi kepada para sahabat dengan memberi keber gembira
apabila mereka membaca ayat Al-Qur’an, mereka akan mendapatkan
sepuluh kebaikan.29

Ada dua metode tasmi’, yaitu pertama, siswi mendengar ayat ayat
yang akan dihafal dari bacaan guru, metode ini bisa diaplikasikan pada
penghafal tuna netra atau anak anak sekolah dasar, pada metode ini guru
dituntutu aktif , sabar dan teliti dalam membimbing mereka,karena metode
ini membacakan satu persatu ayat untuk dihafalkan, baru dilanjutkan ayat
berikutnya sampai selesai.

27
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara,
1994), cet. Ke-1, h. 64.
28
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis ……, h. 64-65.

29
‫من قرأ حرفا من كتاب هللا فله به حسنة والحسنة بعشر أمثالهاز‬
"Siapa yang membaca satu huruf dalam kitab Allah, ia mendapat satu kebaikan, dan
kebaikan itu dilipatgandakan sepuluh kali. Al-Tirmizi, Sunan Al-Tirmizi, (t.tp.: Maktabah Dahlan,
t. th.), juz 3, h. 247.

11
Kedua, merekam terlebih dahulu ayat yang akan dihafal melalui
pita kaset, mp3, komputer dan lainnya, lalu media itu diputar untuk
didengarkan dambil diikuti perlahan-lahan, lalu diulang lagi sampai ayat
itu benar benar hafal diluar kepala.30

Untuk sampai kepada hasil hafalan yang memuaskan, diperlukan


tidak hanya metode pembelajarannya namun juga harus memperhatikan
etika-etika baik dalam menghafalkan Al-Qur’an. Etika tersebut antara lain:
Pertama, duduk didepan guru dengan sopan. Kedua, mendengarkan bacaan
dengan tenang dan teliti. Ketiga, tidak menyibukkan diri dalam aktivitas
lain selain khusu’ kepada Allah Swt. Keempat, jika seorang qari’
membaca salah, maka harus dibenarkan dengan sopan. Kelima, tidak
keluar majlis sebelum selesai membaca do’a.31

Namun dengan perkembangan teknologi yang sudah sangat pesat


seperti sekarang ini, peran guru dapat digantikan dengan mendengar
murattal Syekh yang telah direkam dalam CD/DVD.

Dengan adanya media yang berkembang saat ini, diharapkan dapat


membantu anak anak dalam menghafal Al-Qur’an. Dengan seringnya
memutar media rekaman atau sebagainya, akan dapat mudah menghafal
dan melatih lisan agar mudah mengucapkan huruf huruf Al-Qur’an
sehingga lisan terbiasa dan lentur.

Selain metode tasmi diatas, ada juga metode ‘Arad, adalah suatu
metode yang dimaksudkan seorang murid membaca dihadapan guru, baik
dengan hafalan atau dengan mushaf, sedangkan guru membenarkan dan
mengecek bacaan tersebut sesuai hafalannya atau sumber yang benar.32

Salah satu keistimewaan dari metode ini adalah metode ini


diwariskan Rasul ketika menerima Al-Qur;an dari Jibril dan sahabatnya
dalam menjaga kemutawatiran Al-Qur’an. Salah satu contoh yang
dilakukan nabi dalam penerapan metode ini adalah beliau menyetorkan

30
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis ……, h. 64.
31
Mustafa Murad, Kaifa Tahfadz Al-Qur’an, (Cairo: Dar Al-Fajr, 2003), cet. Ke-II, h. 31.
32
Muhammad Ajaj Al-Khatib, Usul Al-Hadist, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1989), h. 233.

12
hafalan Al-Qur’an kepada Jibril di bulan Ramadhan, bahkan menjelang
hayatnya sampai beliau khatam lebih dari satu keli dalam menyetorkan
hafalan kepada Jibril.33

Dalam tradisi pesantren, , mereka membuat semacam halaqah


yang terdiri dari minimal dua dan maksimal sepuluh sampai lima belas
orang, setiap orang membaca surat yang dihafal dan yang lain menyimak,
jika terdapat kesalahan mereka membenarkan, bisa juga setiap orang dari
kelompok itu membaca satu ayat satu ayat berputar sampai selesai dan
saling membenarkan apabila ada kesalahan.

Penggunaan media dalam metode Al-Arad dapat menggunakan


program tahfidz yang dibimbing oleh Syekh Al-Husairi dengan
menggunakan program 2.2 harf production, program ini diciptakan untuk
menghafal Al-Qur’an dengan metode siswa mendengar bacaannya
sekaligus menyetor hafalan, kemudian syekh mentashih bacaan dan
hafalannya yang keliru.34

B. Metode Kitabah
Kitabah secara Bahasa biasa diartikan dengan tulisan,tulisan adlaah
catatan penulis huruf-huruf hijaiyah baik terkumpul atau terpisah.35
Jika dikaitkan dengan menghafal al-Qur’am metode kitabah adalah
metode yang menggunakan tulisan sebagai sarana untuk menghafal al-
Qur’an, yang bersumber dari al-Qur’an pula. Ada beberapa alasan
yang menjadikan metode ini penting bagi penghafal al-Qur’an, yaitu:
pertama, al-Qur’an menunjukkan dirinya sebagai al-Kitab yaitu yang
ditulis. Kedua, banyaknya ayat al-Qur’an dan hadits yang berbicara
tentang pentingnya tulisan.
Metode tulisan pertama kali dilakukan oleh Rasulullah SAW
dengan para pencatat wahyu, instruksi ini datan dari Jibril kepada Nabi
Muhammad untuk mencatat segala sesuatu yang diwahyukan, hal ini
langsung beliau sampaikan pada sekretaris untuk mencatat setiap
33
Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, Juz 1, h. 8.
34
Program Tahfidz 2.2 (Harf Production, 2000), isdar Al-Tsani (cet. keII).
35
Abi Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, terj, jilid 1, (Hajar:
at-Thabi’ah wa an-Nasyr wa at-Tauzi’wa al-I’lan), h 99.

13
wahyu yang turun, beliau berkata “letakkanlah surat ini ditempat yang
menyebut ini dan ini.36 Zaid bin tsabit berkata: kami bersama
Rasulullah menulis al-Qur’an di pelepah kurma.37 Penulisan wahyu
pada masa itu juga dirasa penting, karena Sebagian sahabat lebih
mengutamakan catatan daripada hafalan, walaupun setelah itu
dihapus.38
Metode penulisan al-Qur’an mengikuti bentuk tulisan utsmani,
karena penulisan al-Qur’an berbeda dengan penulisan kaidah-kaidah
umum penulisan arab. Namun terdapat pendapat lain bahwa penulisan
al-Qur’an boleh berbeda dengan penulisan mushaf utsmani, karena
penulisan mushaf bukan tauqifi (hasil ijtihad Rasul dan sahabat).
Pendapat ini mengatakan bahwa Rasul pada dasarnya memberikan
kemudahan dalam menulis al-Qur’an. 39
Dalam menghafal al-Qur’an dengan menggunakan metode kitabah,
harus bagus, indah, menarik, dan tidak susah untuk dibaca. Penulisan
al-Qur’an tidak boleh catatan kaki, komentar atau tambahan lain.
Terdapat beberapa cara untuk menghafal dengan menggunakan metode
kitabah,40 yaitu:
a) Menulis setiap ayat yang dihafal.
b) Penghafal menulis dahulu ayat-ayat yang akan dihafal pada kertas,
kemudian ayat tersebut dibaca sampai lancar dan benar, lalu
dihafalkan dengan teliti.
c) Ayat yang akan dihafal dibaca terlebih dahulu berkali-kali,
kemudian dihafalakn sedikit demi sedikit.
d) Metode kitabah dapat menggunakan papan tulis atau white board.
e) Metode kitabah bisa juga dilakukan secara tahriri dan syafahi. Jika
dilakukan secara tahriri, siswa diberikan pertanyaan ayat-ayat atau
36
At-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, 336.
37
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Mughirah al-Ja’fi al-Bukhari, Shahihu al-
Bukhari, (Riyadh: Dar al-Hadharah Li-Nasyri wa at-Tauzi’, 1436 H), h 103.
38
Al-Khatib al-Baghdadi, al-Jami’ li Akhlak al-Rawi wa Adab al Sami’ (Beirut: Muass-
asah al-Risalah, 1991), Juz 2, h 444.
39
Salih bin ‘Aud, Tahrim Kitabah al-Qur’an bi Huruf Ghair al-‘Arabiyah au al-
Lathiniyah, (Saudi: Wizarah al-Syuun al-Diniyah wa al-Irsyad, 1416 H), h 37.
40
Bagus Ramadi, Panduan Tahfidz Qur’an, (Medan: Universitas Islam Negeri Sumatra
Utara Medan, 2021), h 13.

14
surat yang telah dihafal, kemudian menuliskan lanjutannya.
Sedangkan syafahi bisa dilakukan dengan cara guru membacakan
ayat perlahan-lahan dna siswa menulisnya.
f) Metode kitabah bisa juga dilakukan dalam system muraja’ah dan
takrir.
Metode ini cukup praktis dan baik, karena disamping membaca
lisan, aspek visual menulis juga akan snagat membantu dalam
mempercepat terbentuknya pola hafalan dalam banyangan.41
Namun metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan yang harus
diperhatikan oleh para penghafal al-Qur’an yang akan mempraktekkan
atau menggunakan metode ini, Adapun kelebihan dari metode ini
adalah: (a) membantu menguatkan hafalah seseorang, terutama dalam
bentuk pola tulisan yang sesuai dengan mushaf. (b) dapat
mengoptimalkan indra penglihatan, pendengaran, dan suara, jika
dilakukan dengan imla’ dan muraja’ah.42 (c) dapat meningkatkan
kecerdasan otak. (d) menjadikan murid trampil dan kreatif dalam
menulis al-Qur’an. (e) murid akan memiliki catatan al-Qur’an yang
akan dikenang ketika dewasa. (f) menumbuhkan cinta menulis dalam
berbagai bidang ilmu-ilmu lain. (g) menurut ahli psikologi, dengan
menulis atau mencatat poin-poin penting yang ingin dihafalkan,
termasuk kegiatan penting. Karena disitu dapat meningkatkan
kesadaran pada sesuatu yang penting.43
Dan kekurangan dari metode ini adalah: (a) apabila tidak ada
bimbingan atau guru, maka metode kitabah tidak efektif, karena tidak
ada yang mentashih nya. (b) membuat letih dan pegal tangan yang
membuat anak kecil cepat bosan. (c) bagi orang yang menyandang
disabilitas, metode ini tidak dapat digunakan. (d) jika anak kecil yang
memiliki tulisan tidak bagus, terkadang tulisan gampang dibuang
sembaragan, dan tidak bisa menjaga tulisan tersebut.44

41
Bagus Ramadi, Panduan Tahfidz Qur’an.., h 13.
42
Ablah Jawwad al-Harsyi, Kecil-Kecil Hafal Al-Qur’an, terjemah: M Agus Saefuddin
(Jakarta: Hikmah 2006), h 180.
43
Ablah Jawwad al-Harsyi, Kecil-Kecil Hafal Al-Qur’an.., h 180.
44
Ablah Jawwad al-Harsyi, Kecil-Kecil Hafal Al-Qur’an.., h 179.

15
C. Metode Tafhim
Dalam Bahasa tafhim berasal dari kata fahhama-yafahhimu artinya
memahami (sedikit demi sedikit) asal dari kata Fahima-yafhamu.45
Selain itu dapat diartikan dengan “ma’rifatuka al-Syai’ bi al-Qalb”
artinya pengetahuanmu tentang sesuatu dengan hati.46 Metode ini dapat
diartikan dengan, metode menghafal al-Qur’an dengan bersandar pada
pemahaman terhadap makna dan kandungan ayat-ayat yang akan
dihafalkan. Namun pemahaman disini bukan hanya pemahaman luar
saja, namun pemahaman secara terperinci sehingga penghafal dapat
mencerna dan memahami arti ayat tersebut secara mendalam.
Metode tafhim sudah dilakukan sejak masa Rasulullah SAW, yang
memotifasi para sahabat untuk memahami al-Qur’an setelah
menghafalnya, karena dengan memahami al-Qur’an akan lebih mudah
mengamalkannya. Pentingnya Rasul dalam menerapkan metode ini
adalah karena dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang sulit difahami,
seperti ayat-ayat mutasyabihat, Gharib, al musykil, dan lain-lain. Juga
terdapat banyak petunjuk al-Qur’an dan hadits yang mengjurkan untuk
difahami dan diamalkan. Dan juga diturunkannya al-Qur’an secara
bersangsung-angsur yang dapat menumbuhkan motivasi untuk dapat
memahami al-Qur’an lebih dalam.47
Suatu ketika Rasulullah SAW memberi peringatan kepada
penghafal al-Qur’an, bahwa disuatu masa nanti akan lahir suatu kaum
yang pandai membaca al-Qur’an namun hanya dibibir saja tidak
sampai melewati tenggorokan mereka, apalagi untuk mengamalkannya
dikehidupan sehari-hari. Dibuktikan pada Sabda Rasulullah SAW,
yang artinya: “sesungguhnya akan keluar dari cucu ini, suatu kaum
membaca ayat-ayat Allah SWT basah (mulutnya), al-Qur’an tidak
melewati tenggorokan meteka, mereka keluar dari agama sebagaimana
keluarnya anak panah yang keluar dari busurnya, aku menduga jika

45
Munawir, Kamus Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Yogyakarta: Pustaka
Progessif, 1997), h 1075.
46
Ibnu Mandzur lil Fariqi al-Mishri, Lisanu al-‘Arab, jilid 1 (Iran: Nasyru adab al-
Hauzah, 1405 H), h 459.
47
Ablah Jawwad al-Harsyi, Kecil-Kecil Hafal Al-Qur’an.., h 205.

16
menemui mereka akan aku bunuh seperti kaum tsanud (kaum Nabi
Saleh A.S).”48
Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dilakukan oleh
penghafal sendiri dan dengan bimbingan guru. Pertama, Jika
dilakukan oleh penghafal, maka dia terlebih dahulu harus memiliki
pengetahuan dasar-dasar Bahasa arab, seperti nahwu Sharaf, balaghah
dan ilmu Bahasa arab lainnya. 49 Kedua, jika diajarkan bersama guru
biasanya dilakukan di suatu instuisi, halaqah-halaqah, masjid,
pesantren, atau majelis-majelis untuk anak usia dini.
Namun untuk metode tafhim pada usia dini metode ini lebih baik
diajarkan bersama dengan guru pembimbing, karena anak di usia dini
belum banyak menguasai pembelajaran Bahasa arab, dan masih
membutuhkan bimbingan dari guru pembimbingnya. Metode ini juga
baik digunakan oleh anak usia dini karena dengan banyaknya
pemahaman terhadap al-Qur’an dapat menumbuhkan generasi yang
shaleh Shalehah. Apalagi jika disampaikan dengan cara belajar dan
bercerita.
Setiap metode pembelajaran al-Qur’an memiliki kelebihan dan
kekurangan, Adapun kelebihan dari metode ini adalah: (a) dengan
memahami al-Qur’an akan lebih mudah memahami, menguatkan
hafalan, menghafal ayat mutasyabihat, membuka pintu hidayah Allah,
dan mudah mengamalkan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. (b)
anak-anak terdorong untuk memahami tafsir al-Qur’an. (c) memahami
al-Qur’an dapat dikaitkan dengan fenomena alam yang terjadi,
pengalaman pribadi, kisah-kisah, peristiwa, sehingga cepat menghafal
dan membekas di hati.50
Ada beberapa kekurangan dari metode ini yang juga harus
diperhatikan, yaitu: (a) menghabiskan waktu yang cukup lama, dan
jika penyampaian tidak menarik akan timbul kebosanan. (b)

48
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Mughirah al-Ja’fi al-Bukhari, Shahihu al-
Bukhari.., h 1310.
49
Raghib al-Sirjani, Cara Cerdas Hafal al-Qur’an, Terjemah Sarwendi Hasibuan, (Solo:
Aqwam, 2007), h 21.
50
Raghib al-Sirjani, Cara Cerdas Hafal al-Qur’an.., 212.

17
pemahaman yang dalam dan serius terhadap ayat menjadikan target
hafalan sedikit. (c) pengetahuan Bahasa arab yang kurang akan
menyebabkan kesalahan memahami ayat-ayat.51

Keutamaan Menghafal Al-Qur’an

Menghafal al-Qur’an merupakan suatu perbuatan yang terpuji dan mulia.


Karena seseorang yang selalu berinteraksi dengan al-Qur’an yakni dengan
mengimaninya, menghafalkan, memahami maknanya ataupun mengamalkan dan
menjadikan al-Qur’an pedoman dalam kehidupannya, maka ia akan mendapat
keutamaan dan kemuliaan disisi Allah baik di dunia maupun di akhirat. 52 Para
ulama menyebutkan berbagai faedah menghafal al-Qur’an53 diantaranya adalah:

1) Meraih kemenangan dinunia dan akhirat, jika disertai amal shaleh.


2) Memiliki ketajaman ingatan dan kecemerlangan pemikiran.
3) Memiliki keluasan ilmu yang diperoleh dari proses penghafalan dan
pemahaman ayat demi ayat yang dibaca.
4) Memiliki identitas yang baik dan berperilaku jujur.
5) Fasih dalam berbicara, ucapannya bena, dan dapat mengeluarkan fonetik
Arab dari landasannya tabi’i.
6) Mengenakan mahkota kehormatan
7) Kebahagiaan bagi kedua orang Tua
8) Mendapat tempat yang tinggi di surga

Kesimpulan

Menghafal al-Qur’an merupakan sesuatu yang sangat mulia dengan ini


kita sebagai umat muslim lebih baik jika berusaha mempelajari al-Qur’an dan
menghafalkannya sejak dini. Karena mempelajari al-Qur’an sejak dini dapat
membekas dalam hati dan pembentukan akhlaq sejak dini menjadi lebih baik.
Terdapat banyak metode dalam pembelajaran Tahfidz al-Qur’an. Contoh beberapa

51
Ablah Jawwad al-Harsyi, Kecil-Kecil Hafal Al-Qur’an.., h 220.
52
Nur Kholis, Pengantar Studi Al-qur’an (Yogyakarta: Teras 2008), h 21.
53
Sabit Al-Fathoni, Teknik Menghafal Al-Qur’an (Semarang: CV Ghyass Putra, 2015), h
18-19.

18
metode yang terdapat dalam penelitian ini adalah metode talaqqi, metode kitabi,
dan metode tafhim.

Masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-


masing, namun disini metode yang paling efektif untuk pembelajaran usia dini
adalah metode talaqqi. Karena metode ini terdapat bimbingan langsung dari
pembimbing, dimana jika sedang menghafal al-Qur’an anak-anak akan lebih
terkontrol dan terpantau.

Daftar Pustaka

Jalil, Abdul. 2011. Meraih Prestasi di Perguruan Tinggi. Yogjakarta: Jurusan


Tafsir Hadist Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam
Bekerjasama dengan Penerbit PD Pontren Kemenag RI.

Al-Hafidz, Ahsin W. 2005. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an. Jakarta:


Bumi Aksara.

Yuantini, Gustiana. 2021. Metode Menghafal Al-Qur’an untuk Anak Usia Dini di
Rumah Tahfidz Sofwan Salim Palembang. Jurnal I’tibar Vol. o5 No.2
Desember.

Hefniy, Raudatul Jannah. 2019. Desain Kurikulum Program Tahfidzul Qur’an


Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Edureligia, Vol. 3, No. 2.

Zarayq, Ma’ruf Mustafa. 2001. Sukses Mendidik Anak, Terjemah: Badruddin.


Jakarta: Serambi.

Ma’mun, Sukron. 2019. Tesis “Metode Tahfidz Al-Qur’an Qur’ani. PTIQ Jakarta.

Arifin, 1996. Ilmu Pendidikan Islam; Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis
berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: Bumi Aksara.

Zaini, Muhammad. 2009. Pengembangan Kurikulum Konsep Implementasi


Evaluasi dan Inovasi. Jogjakarta: Teras.

Anis, Ibrahim. 1392 H. Mu’jam al-Wasith. Mesir: Dar al-Ma’arif,

19
Manzur, Ibn. 2003. Lisan al-Arab. Cairo: Dar al-Hadist.

Bahri, Syaiful. 2002. Psikollogi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Nawabuddin, Abd al-Rabbi. 1992. Metode Efektif Menghafal Al-Qur’an,


terjemah: Ahmad E. Koswara. Jakarta: Tri Daya Inti.

Abdur Rauf, Abdul Aziz. 2008. 17 Motivasi Berinteraksi Dengan Al-Qur’an.


Bandung; Masjid Raya Habiburrahman PT. Dirgantara Indonesia.

Boyle, Helen N. 2004. Qur’anic Schools Agents of Preservation and Change.


London: Routledge Falmer.

Rika Sa’diyah, 2013. Melatih Kecerdasan Emosi Anak Usia Dini: Jurnal
Kependidikan, Vol. 18, No. 1.

Harun, Salman. 1990. Mutiara Al-Qur’an: Aktualisasi Pesan Al-Qur’an dalam


Kehidupan. Jakarta: Logos.

Wasilah, Futihatun. 2019. Praktik Tahfidz Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Dar


Al-Qur’an. Cirebon, Skripsi S1, Universitas Islam Negri Syarif
HIdayatullah Jakarta.

Atabik Ali dan Ahmad Zudi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia,.


Yogjakarta: Multi Karya Grafika cet. Ke-IV.

Fuad, Muhammad. 2001. Al-Baqi’ Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfaz Al-Qur’an Al-


Karim. Cairo: Dar Al-Hadist.

Suyuti, 2004. Al-Itsqan fi Ulum Al-Qur’an Juz 1. Qahirah, Dar Al-Hadist.

Al-Asqalani, Ibn Hajar. 2000. Fath Al-Bari bi Syarh Shahih Al- Bukhari Juz 8,.
Qahirah, Dar Al-Taqwa.

Al-Hafidz, Ahsin W. 1994. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an. Jakarta:


Bumi Aksara.

Murad, Mustafa. 2003. Kaifa Tahfadz Al-Qur’an. Cairo: Dar Al-Fajr.

20
Al-Khatib, Muhammad Ajaj. Usul Al-Hadist. Beirut: Dar Al-Fikr, 1989.

Ath-Thabari, Abi Ja’far Muhammad bin Jarir. Tafsir Ath-Thabari, terj, jilid 1.
Hajar: at-Thabi’ah wa an-Nasyr wa at-Tauzi’wa al-I’lan.

At-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, Sunan Al-Tirmizi. t.tp.: Maktabah Dahlan.

Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Mughirah al-Ja’fi. 1436 H


Shahihu al-Bukhari. Riyadh: Dar al-Hadharah Li-Nasyri wa at-Tauzi’.

Al-Baghdadi Al-Khatib. 1991. al-Jami’ li Akhlak al-Rawi wa Adab al Sami’.


Beirut: Muass-asah al-Risalah.

Salih bin ‘Aud, 1416 H. Tahrim Kitabah al-Qur’an bi Huruf Ghair al-‘Arabiyah
au al-Lathiniyah. Saudi: Wizarah al-Syuun al-Diniyah wa al-Irsyad.

Ramadi, Bagus. 2021. Panduan Tahfidz Qur’an. Medan: Universitas Islam Negeri
Sumatra Utara Medan.

al-Harsyi, Ablah Jawwad. 2006. Kecil-Kecil Hafal Al-Qur’an, terjemah: M Agus


Saefuddin. Jakarta: Hikmah.

Munawir. 1997. Kamus Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap. Yogyakarta:


Pustaka Progessif.

al-Mishri, Ibnu Mandzur lil Fariqi. 1405 H. Lisanu al-‘Arab, jilid 1. Iran: Nasyru
adab al-Hauzah.

Al-Sirjani, Raghib. 2007. Cara Cerdas Hafal al-Qur’an, Terjemah Sarwendi


Hasibuan. Solo: Aqwam.

Kholis, Nur. 2008. Pengantar Studi Al-qur’an. Yogyakarta: Teras.

Al-Fathoni, Sabit. 2015. Teknik Menghafal Al-Qur’an. Semarang: CV Ghyass


Putra.

21
22

Anda mungkin juga menyukai