Anda di halaman 1dari 7

SINOPSIS PROPOSAL

PERAN GURU DALAM MOTIVASI HAFALAN AL-QUR’AN


TERHADAP AKHLAQ SANTRI
DI RUMAH TAHFIDZ AT-TAHQIQ NONGSA

Dosen Pengampuh: Dr. Sumianti, S. Sos., MM., M, Pd.

DISUSUN OLEH:
BELLA NOVIYANTI
NIRM: 1201.19.2151

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
IBNU SINA BATAM
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an artinya bacaan atau yang dibaca.1Al-Qur’an adalah nama yang
diberikan kepada firman Allah yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad
SAW, dengan perantara Malaikat Jibril, untuk disampaikan kepada manusia,
yang dituliskan didalam mushaf, yang mutawatir penukilannya, yang harus
dibaca, difahami dan diamalkan isinya oleh manusia agar tercapai kehidupan
selamat dan bahagia di dunia dan di akhirat.2
Allah menjadikan al-Qur’an sebagai tanda kekuasaan terbesar dan
mukjizat teragung bagi Nabi Muhammad saw. Diantara kitab suci, al-Qur’an
merupakan satusatunya yang dengan tegas menyatakan dirinya bersih dari
keraguan, dijamin keseluruhannya, dan tiada tandingannya.
Dewasa ini banyak lembaga pendidikan Islam yang mengkhususkan pada
pembinaan terhadap individu dalam mengahafal Al-Qur’an. Khususnya lembaga
yang bercirikan pondok-pesantren tahfidz yang memiliki pamor kredibiltas yang
baik dan peminat yang tidak sedikit. Menghafal Al-Qur’an ini sudah dimulai
sejak masa Rasulullah SAW. Pada masa itu alat tulis tidak mudah didapat, oleh
karena itu untuk menjaga ayat-ayat Al-Qur’an para sahabat menggunakan daya
ingat mereka untuk menghafalnya. Kemudian mereka menyimpannya di dalam
dada mereka. Akan tetapi usaha pemeliharaan melalui hafalan tersebut tidak
berhenti begitu saja. Terlebih lagi pada generasi ke generasi berikutnya hingga
sampai sekarang perhatian terhadap menghafal Al-Qur’an semakin bertambah.
Karena terdapat banyak keutamaan dalam menghafal Al-Qur’an tersebut.
Globalisasi telah membawa dampak yang luas di seluruh belahan bumi. Dampak
modernisasi juga semakin merebak dengan ditandainya pesatnya teknologi dan
informasi yang bebas.
Hal- hal semacam itu bukanlah cerminan dari kemuliaan Al-Qur’an yang
berada di dada mereka. Gambaran di atas kemudian mempertanyakan apa tujuan
1
Ahsin W. Al-Hafidz,Kamus Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2006), hlm. 208
2
Syahminan Zaini, Kewajiban Orang Beriman Terhadap Al Qur’an, (Surabaya: Al-
Ikhlas, 1982), hlm. 3
mereka dalam menghafal Al-Qur’an. Berbicara tentang tujuan tentu tidak
terlepas dari niat. Dalam Islam segala perbuatan setiap muslim ditentukan oleh
niatnya, apakah perbuatan tersebut kemudian bernilai dalam kacamata syari’at
Islam atau tidak. Berkaitan dengan permasalahan ini, banyak dijumpai individu
yang berkeinginan menghafal Al-Qur’an namun dengan maksud (niat) yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, hendaknya sebelum memulai menghafal Al-
Qur’an seseorang perlu menata niat ikhlas dalam hati.
Niat ikhlas yang tertanam kuat dalam sanubari penghafal Al-Qur’an akan
mengantarkannya ke tempat tujuan yang diinginkan dan akan menjadi benteng
atau tameng terhadap kendala-kendala yang mungkin akan dilaluinya. Niat yang
muncul atas dasar keihklasan semata-mata mengharap ridho-Nya akan memacu
tumbuhnya rasa semangat dalam menghafal Al- Qur’an. Sebab, orang yang
memiliki niat karena Allah, maka aktivitas menghafal Al-Qur’an tidak dianggap
sebagai beban, tetapi justru akan menjadi kesenangan dan kebutuhan. Kesadaran
seperti inilah yang seharusnya mendominasi jiwa seseorang yang menghafal Al-
Qur’an. Namun kenyataan berbicara sebaliknya, masih banyak orang yang
mengahafal Al-Qur’an belum mampu menjernihkan niat mereka. Dan itu yang
menyebabkan munculnya berbagai gangguan dan hambatan selama proses
mengahafal Al-Qur’an.
Guru adalah orang tua nkedua di pondok pesantren atau Rumah tahfidz,
maka dari itu banyak guru tahfidz yang mengupayakan santrinya agar bisa
membaca Al-Qur’an bahkan untuk menghafalkannya. Hal tersebut dilakukan
agar dapat mencetak lulusan yang bagus dan dapat membaca Al-Qur’an serta
dapat menghafalnya sesuai dengan tajwid dan mencapai target hafalan yang
telah ditentukan. Menghafal Al-Qur’an di pondok pesantren atau Rumah tahfidz
merupakan program utama yang dilaksanakan dengan target hafalan Al-Qur’an
30 juz.
Dalam dunia pendidikan, adab adalah merupakan bagian dari proses
pendidikan. Manusia merupakan makhluk sosial, dalam menjalani kehidupan
sehari-hari sudah pasti tidak lepas dari dari adab dan tatakrama, apalagi ketika
berinteraksi dengan Al_Quran. Oleh karena itu, penanaman adab pada peserta
didik harus ditanamkan kepada siswa sejak usia sekolah. Seiring berkembangnya
dunia pendidikan, sekolah-sekolah terus mengembangkan diri serta berbenah
dalam proses pendidikan.Penekanan pada aspek penanaman adab adalah salah
satu ciri khas pendidikan Islam. Nabi halas was satu misi beliau diutus oleh
Allah TWS ke dunia adalah untuk menjadi suri teladan serta penyempurna
akhlak dan adab bagi umat manusia. Karena itu penanaman adab bagi peserta
didik sejak dini sangat penting dilakukan untuk menumbuhkembangkan
hubungan siswa sengan sang Khaliq, guru, sesama siswa serta masyarakat luas.
Menghafalal-Qur’an bagi orang-orang beriman hukumnya adalah fardhu
kifayah.3 Fardlu Kifayah sebagaimana yang dimaksud ulama’ fiqih yaitu apabila
suatu pekerjaan di satu wilayah tidak ada yang mengerjakan maka semua orang
yang ada di wilayah tersebut kena (berdosa) semua, karena tidak melaksanakan
perbuatan tersebut.Meskipun kewajiban yang bersifat perwakilan, usaha-usaha
untuk menjaga dan memeliharaal-Qur’an melalui “hafalan” yang dimulai dari
Rasulullah saw dan para sahabat tersebut masih berlanjut dari generasi ke
generasi berikutnya hingga sekarang ini justru semakin mendapatkan perhatian
yang serius.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik mengangkat
judul “Peran Guru dalam Motivasi Hafalan Al-Qur’an Terhadap Akhlaq
Santri Di Rumah Tahfidz At-Tahqiq Nongsa”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, adapun yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana Peran Guru dalam Motivasi Hafalan Al-Qur’an Terhadap
Akhlaq Santri Di Rumah Tahfidz At-Tahqiq Nongsa?
C. bagaimana faktor penghambat faktor-faktor penghambat Peran Guru dalam
Motivasi Hafalan Al-Qur’an Terhadap Akhlaq Santri Di Rumah Tahfidz At-
Tahqiq Nongsa?
3
Imam As-Suyuthi, Apa Itu Al-Qur’an, Terj. Ainur Rofiq, (Jakarta: Gema Insani Pers,
1993), hlm. 83
D. Metodologi Penelitian
1. Populasi penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswa
2. Sample penelitian
Sampel yang di gunakan dalam penelitian ini dengan mengambil populasi
yang ada dengan menggunakan teknik random sampling.
3. Metode pengumpulan data
Teknik pengumpulan data di lakukan dengan metode:
a) Wawancara
Yaitu melakukan tanya jawab dengan mengajukan beberapa
pertanyaan langsung kepada responden dan di anggap mengerti.
b) Observasi
Yaitu dengan turun langsung ke lapangan dengan melengkapi data-
data yang penulis perlukan dalam penelitian ini.
c) Angket
Yaitu berupa sejumlah daftar pertanyaan sekitar penelitian ini
kemudian di sebarkan untuk di isi oleh para reponden untuk
memperkuat hasil penelitian.
d) Dokumenmtasi
Yaitu dalam penelitian ini penulis juga mengumpulkan dokumen-
dokumen dari Sekolah SDN 012 Sekupang Kota Batam untuk
melengkapi data-data yang penulis perlukan.
4. Teknik analisa data
Pada penelitian ini data yang di peroleh adalah data kualitatif yaitu data yang
berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik, atau sifat variabel. Sesuai
dengan jenis data yang di peroleh dari penelitaian tersebut maka teknik
pengolahan data pada penelitian ini menggunakan teknik  statistik yakni
pengolahan data denngan menggunakan statistik, Analisis kualitatif pada
penelitian ini di lakukan secara deskriptif, yaitu dengan menumpulkan data
dari keterangan untuk di cantumkan kemudian di analisa, dapat di susun
sebagaimana di peroleh dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ahsin W. Al-Hafidz,Kamus Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2006)

Imam As-Suyuthi, Apa Itu Al-Qur’an, Terj. Ainur Rofiq, (Jakarta: Gema Insani Pers,
1993)

Syahminan Zaini, Kewajiban Orang Beriman Terhadap Al Qur’an, (Surabaya: Al-


Ikhlas, 1982),

Anda mungkin juga menyukai