Anda di halaman 1dari 139

1

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Quran adalah firman Allah yang turun melalui perantara malaikat Jibril

kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an merupakan petunjuk dan pedoman

hidup bagi seluruh umat islam. Tidak ada keraguan di dalamnya (Al-Qur’an).1

Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam surat Al-Baqarah ayat 22 :

َ َّ ُ ۡ ُٗ َ ۡ َ َ ُ َ ۡ َ َ
٢ ‫ذَٰل ِك ٱلكِتَٰب َل ريب فِي ِۛهِ هدى ل ِلمتقِني‬
َۛ

Artinya : “ Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk
bagi mereka yang bertakwa. “

Mengingat Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia, maka mempelajarinya

adalah sebuah kewajiban bagi seluruh umat muslim tidak terikat batasan usia.

Setiap muslim harus bisa membaca Al-Qur’an. Karena membaca merupakan

syarat pertama dan utama dalam memperoleh ilmu dan pengetahuan. 3 Perintah

membaca juga merupakan wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad

shallallahu ‘aliahi wa sallam. Wahyu pertama tersebut adalah Al-Qur’an surat Al-

Alaq ayat 1-5.

1
Yussuf Al-Qaradhawi, Bagaimana Berinteraksi Dengan Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar,2000),59.
2
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Al-Hidayah
Surabaya,2002),2.
3
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung: Mizan Media Utama, 2005), 6.
2

Membaca Al-Qur’an juga tidak boleh hanya sekedar bisa dalam membacanya,

tetapi juga harus sesuai dengan kaidah dan hukum cara membacanya (tartil). Dari

pelafalan setiap huruf, tajwid, serta ghoroibul qur’annya. Sebagaimana firman

Allah dalam dalam Al-Qur’an surat Al-Muzammil ayat 44 :

‫ُۡ ۡ َ َ َۡ ا‬ َ َ ۡ َ َ ۡ َۡ
٤ ‫أو زِد عليهِ ورت ِِل ٱلقرءان ترتِيًل‬
Artinya : “ atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu
dengan perlahan-lahan.”

Di Indonesia terdapat banyak buku panduan-buku panduan pembelajaran Al-

Qur’an. Buku panduan-buku panduan tersebut dapat memfasilitasi banyak orang

untuk bisa membaca Al-Qur’an dengan tartil. Buku panduan ummi merupakan

salah satu buku panduan belajar mengajar Al-Qur’an yang ada di Indonesia. Buku

panduan ini memperkenalkan diri sebagai salah satu buku panduan yang dapat

membantu dengan mudah semua orang dalam belajar Al-Qur’an. Buku panduan

ini memiliki visi untuk menjadi lembaga terdepan dalam melahirkan generasi

qur’ani. Konsep dasar buku panduan ini menggunakan kata “ummi” yang berarti

ibuku. Hal ini untuk memberikan penghormatan dan mengingat jasa ibu yang telah

mengajarkan bahasa kepada kita. Serta pendekatannya juga menggunakan

pendekatan bahasa ibu. Pendekatan dengan bahasa ibu diantaranya ada 3 unsur.

Yang pertama yaitu direct method (langsung tidak banyak penjelasan). Yang

kedua, repeatition (diulang-ulang). Dan yang ketiga adalah kasih sayang yang

tulus. Dalam pengajarannya, buku panduan ini tidak hanya mengunggulkan

4
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an, 846.
3

kekuatan buku yang ada. Kekuatan utama yang lain, yaitu metoda, mutu guru, dan

sistem yang berbasis mutu.5

SD Islam Sari Bumi merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki

program belajar mengajar Al-Qur’an dengan buku panduan ummi. Dimana

lulusannya diharapkan memiliki kemampuan dalam membaca Al-Qur’an dengan

baik dan benar (tartil). Peneliti tertarik melakukan suatu penelitian di lembaga ini

karena adanya program unggulan yang dimiliki sekolah ini yaitu Al-Qur’an dan

kewirausahaan. Sekolah ini memiliki banyak sekali prestasi di dalam bidang Al-

Qur’an, baik di tingkat gugus, kecamatan, sampai nasional. Selain itu, penerapan

unggulan Al-Qur’an ini tidak hanya untuk santrinya saja, tetapi untuk seluruh

warga sekolah. Mulai dari santri, guru, cleaning service, juru masak dan wali

santri. Sekolah ini kedepannya juga berharap dapat meenjadi Qur’anic Centre di

wilayah Sidoarjo.

Di lembaga ini, terdapat perkumpulan ummahat wali santri yang mengadakan

kegiatan belajar membaca Al-Qur’an atau yang dinamakan dengan tahsin Al-

Qur’an. Belajar mengajar Al-Qur’an tersebut menggunakan buku panduan ummi.

Ummahat tersebut merupakan kumpulan dari beberapa walisantri SD Islam Sari

Bumi dari walisantri kelas satu sampai kelas enam. Mereka membuat suatu

kelompok belajar yang berisi kegiatan-kegiatan seperti tahsin Al-Qur’an, turjuman

Al-Qur’an dan belajar Bahasa Arab. Pembelajaran tahsin Al-Qur’an ini

dilaksanakan 2 kali dalam setiap pekan. Kelompok belajar ini terbentuk karena

5
Tim Ummi Foundation, Modul Sertifikasi Guru Al-Qur’an Buku panduan Ummi (Surabaya:
Lembaga Ummi Foundation, 2017), 5.
4

banyaknya perbincangan dikalangan ummahat, terkait banyaknya ummahat yang

masih belum lancar dalam membaca Al-Qur’an. Selain itu, banyak ummahat yang

selesai mengantarkan anak-anaknya mengisi waktunya hanya dengan mengobrol

dengan sesama wali santri, dan konten pembicaraannya banyak yang kurang

bermanfaat. Dari sini muncullah ide dari beberapa ummahat untuk membuat suatu

kegiatan untuk mengisi waktunya agar bisa lebih bermanfaat dan bisa menjadi

salah satu wadah untuk memfasilitasi ummahat yang ingin untuk belajar membaca

Al-Qur’an. Dengan terbentuknya program kegiatan tersebut, banyak ummahat

yang antusias untuk mengikuti karena banyak dari mereka yang belum lancar

dalam membaca Al-Qur’an, serta untuk mengisi waktu luang mereka di pagi hari.

Selain itu, mereka juga dituntut untuk bisa membantu menyimak anak-anak

mereka muraja’ah Al-Qur’an dirumah sebagai bentuk kerjasama mereka dengan

sekolah. Dari sini dapat diketahui bahawasannya belajar Al-Qur’an merupakan

suatu kewajiban bagi semua orang, tidak hanya untuk anak-anak, tetapi juga untuk

orang dewasa. Peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian di lembaga ini,

karena peneliti menganggap bahwasannya proses belajar Al-Qur’an dengan

menggunakan buku panduan ummi yang dilakukan oleh para ummahat cukup

sukses, baik dilihat dari bacaan, kelancaran, maupun target yang dicapai.

Berdasarkan keadaan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di

kelompok belajar ummahat di SD Islam Sari Bumi dengan judul “Penerapan

Tahsin Dengan Menggunakan Buku panduan Ummi Untuk Pembelajaran

Membaca Al-Qur’an Pada Ummahat di SD Islam Sari Bumi Sidoarjo”.


5

B. Penegasan Istilah

1. Penerapan tahsin

Kata “tahsin” memiliki arti memperbaiki, menghiasi, membaguskian,

memperindah, atau membuat lebih baik dari semula. Tahsin merupakan

aplikasi (praktek atau penerapan) dari teori atau kaidah-kaidah dalam

membaca Al-Qur’an. Jadi, penerapan tahsin merupakan pelaksanaan untuk

memperbaiki atau membuat lebih baik dalam membaca Al-Qur’an.

2. Buku panduan ummi

Buku panduan ummi merupakan buku yang berisi cara pembelajaran Al-

Qur’an, menggunakan cara bahasa ibu. Diantaranya yaitu tidak banyak

penjelasan, tidak diulang-ulang, dan kasih sayang tulus.

3. Pembelajaran membaca Al-Qur’an

Pembelajaran yang bertujuan untuk mengajarkan bagaimana cara

melafalkan huruf, kata dan kalimat yang ada di dalam Al-Qur’an dengan

baik dan benar sesuai kaidah cara membacanya.

4. Ummahat

Ummahat adalah istilah yang biasa disematkan kepada kaum ibu-ibu. Di SD

Islam Sari Bumi terdapat kelompok ibu-ibu (ummahat) wali santri yang

memiliki semangat untuk selalu belajar. Mereka belajar bersama di ruang

math’am SD Islam Sari Bumi dengan didampingi oleh guru yang ahli

dibidang tersebut.
6

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan, rumusan masalah pada

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penerapan tahsin Al-Qur’an ummahat di SD Islam Sari Bumi

dengan menggunakan buku panduan ummi?

2. Bagaimana keberhasilan pembelajaran tahsin Al-Qur’an ummahat di SD

Islam Sari Bumi dengan menggunakan buku panduan ummi?

3. Apa kendala dalam menerapkan buku panduan ummi pada pembelajaran

tahsin Al-Qur’an untuk ummahat di SD Islam Sari Bumi?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian :

a. Mengetahui penerapan tahsin Al-Qur’an dengan menggunakan buku

panduan ummi ummahat di SD Islam Sari Bumi.

b. Menguraikan keberhasilan belajar mengajar tahsin Al-Qur’an dengan

buku panduan ummi ummahat di SD Islam Sari Bumi .

c. Mengetahui kendala dalam menerapkan buku panduan ummi untuk

ummahat di SD Islam Sari Bumi.

2. Kegunaan penelitian :

Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan diperoleh banyak manfaat.

Diantaranya sebagai berikut :


7

a. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bantuan untuk

pengembangan khazanah keilmuan. Khususnya dalam pengembangan

metode pembelajaran Al-Qur’an.

b. Secara Praktis

1) Peneliti

Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan, pengalaman, serta

wawasan dalam menjalankan kehidupan di masyarakat.

2) Universitas

Diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk pengembangan

khazanah keilmuan. Dapat membantu dalam memberikan informasi

untuk mengadakan penelitian selanjutnya yang mampu didapatkan

hasil penelitian yang lebih baik lagi.

3) Lembaga pendidikan

Diharapkan mampu menjadi pendorong untuk bisa lebih baik dalam

pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an. Serta mampu menjadi salah

satu lembaga yang bisa menjadi wadah untuk semua orang yang

ingin untuk belajar membaca Al-Qur’an.

E. Penelitian Terdahulu

1. Dedi Indra Setiawan tahun 2015, meneliti dengan judul “Pelaksanaan

Kegiatan Tahsin Al-Qur’an Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca

Al-Qur’an Mahasiswa di Ma’had Sunan Ampel Al-Aly Universitas Islam

Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang”. Penelitian ini bertujuan untuk


8

mengetahui pelaksanaan dan kendala dalam tahsin Al-Qur’an. Dalam

penelitian ini menggunakan buku panduan dengan pendekatan kualitatif

deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara

dan studi dokumentasi. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan analisis

deskriptif kualitatif. Kesimpulan dari penelitian ini, bahwasannya kegiatan

tahsin dapat menambah kecintaan mahasiswa pada Al-Qur’an.6 Persamaan

penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah ruang lingkup

penelitian membahas tentang tahsin Al-Qur’an, pengumpulan data

menggunakan observasi lapangan, wawancara dan studi dokumentasi,

menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif serta penelitian

membahas tentang perilaku sosial. Perbedaan penelitian ini adalah subyek

penelitian yaitu pada mahasiswa, sedangkan penulis akan meneliti pada

orang dewasa perempuan yang sebagian besar berprofesi sebagai ibu rumah

tangga, kegiatan tahsin pada penelitian ini tidak menggunakan buku

panduan pembelajaran secara khusus dalam pembelajaran tahsin.

Sedangakan pada penelitian ini menggunakan buku panduan ummi dalam

pembelajaran tahsin.

2. Muhamad Habibi Kafabih tahun 2014, melakukan penelitian yang judul “

Penerapan Buku panduan Ummi Dalam Pembelajaran Al-Qur’an pada

Orang Dewasa di Lembaga Qur’an Training Centre Malang”. Penelitian

ini untuk mengetahui karakteristik, penerapan, kelebihan dan kelemahan

6
Dedi Indra Setiawan, Skripsi: Pelaksanaan Kegiatan Tahsin Al-Qur’an Dalam Meningkatkan
Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa di Ma’had Sunan Ampel Al-Aly Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang” (Skripsi S-1, UIN Malang, 2015),84.
9

pembelajaran buku panduan ummi bagi orang dewasa. Dalam penelitian ini

menggunakan buku panduan dengan pendekatan kualitatif deskriptif.

Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, interview dan

dokumentasi. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan analisis

deskriptif kualitatif. Kesimpulan dari penelitian ini, bahwasannya buku

panduan ummi sangat praktis dan mudah untuk digunakan oleh orang

dewasa dalam belajar Al-Qur’an.7 Persamaan penelitian ini adalah ruang

lingkup penelitian membahas tentang penerapan buku panduan ummi,

pengumpulan data menggunakan observasi lapangan, interview dan

dokumentasi, menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif, penelitian

membahas tentang perilaku sosial. Perbedaan penelitian ini adalah tujuan

dari penelitian ini hanya digunakan untuk menunjukkan bahwasannya buku

panduan ummi sangat praktis untuk digunakan oleh orang dewasa.

Sedangkan peneliti pada penelitiannya bertujuan untuk menguraikan

keberhasilan pembelajaran tahsin Al-Qur’an.

3. Lusi Kurnia Wijayanti tahun 2016, melakukan penelitian dengan judul

“Penerapan Buku panduan Ummi Dalam Pembelajaran Al-Qur’an Orang

Dewasa untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an di

Lembaga Majlis Qur’an (MQ) Madiun”. Penelitian ini bertujuan untuk

menjelaskan bagaimana cara pembelajaran Al-Qur’an buku panduan ummi

pada orang dewasa. Penelitian ini menggunakan buku panduan penelitian

7
Muhammad Habibi Kafabih, Skripsi: “Penerapan Buku panduan Ummi Dalam Pembelajaran Al-
Qur’an pada Orang Dewasa di Lembaga Qur’an Training Centre Malang” (Skripsi S-1, UIN
Malang,2014),93.
10

kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan

data dengan observasi, interview dan dokumentasi. Kesimpulan dari

penelitian ini adalah kemampuan membaca Al-Qur’an buku panduan ummi

untuk orang dewasa mengalami peningkatan yang baik. 8 Persamaan dari

penilitian ini adalah ruang lingkup penelitian membahas tentang penerapan

buku panduan ummi, pengumpulan data menggunakan observasi lapangan,

interview dan dokumentasi, menggunakan jenis penelitian kualitatif

deskriptif, penelitian membahas tentang perilaku sosial. Perbedaannya

adalah subyek penelitian yaitu orang dewasa yang tidak memiliki hubungan

atau keterikatan dengan lembaga. Sedangkan pada penelitian oleh peneliti

subyeknya adalah orang dewasa yang terikat dalam suatu lembaga dengan

status wali santri dari lembaga tempat penelitian tersebut.

F. Sistematika Pembahasan

Dalam penulisan skripsi yang akan disusun ini, terbagi menjadi lima bab

dengan sistematika sebagai berikut :

Bab I Berisi pendahuluan yang di dalamnya berisi latar belakang masalah,

penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta

sistematika pembahasan.

Bab II Kajian Teori, di dalamnya meliputi pembahasan mengenai buku

panduan ummi, tahsin buku panduan ummi, pembelajaran buku panduan

8
Lusi Kurnia Wijayanti, Skripsi: “Penerapan Buku panduan Ummi Dalam Pembelajaran Al-
Qur’an Orang Dewasa untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an di Lembaga Majlis
Qur’an (MQ) Madiun” (Skripsi S-1, UIN Malang,2016),106.
11

ummi, ummahat dan bagaimana penerapan buku panduan ummi kepada

ummahat.

Bab III Buku panduan penelitian, penulis memaparkan cara apa yang dilakukan

dalam penelitian ini yang meliputi : jenis penelitian, subyek penelitian, jenis

dan sumber data, teknik pengumpulan data yang meliputi observasi,

wawancara dan dokumentasi,serta teknik analisis dan interpretasi data.

Bab IV Penyajian dan Analisis Hasil Penelitian. Peneliti mendeskripsikan

obyek penelitian dan analisis hasil pengumpulan data penelitian. Peneliti akan

menguraikan secara jelas tentang temuan-temuan yang telah didapatkan selama

proses penelitian berlangsung.

Bab V Penutup, berisi kesimpulan dari rangkaian seluruh pembahasan, dari bab

pertama sampai terakhir yang menjelaskan penerapan tahsin menggunakan

buku panduan ummi untuk pembelajaran membaca Al-Qur’an pada ummahat

di SD Islam Sari Bumi Sidoarjo.


12

BAB II

KERANGKA TEORI

1. Buku Panduan Ummi

a. Pengertian buku panduan ummi

Secara sederhana, buku panduan berarti cara atau jalan yang

ditempuh. Sehingga fungsi buku panduan adalah sebagai alat untuk

mencapai tujuan yang diinginkan.1

Buku panduan ummi merupakah salah satu buku yang berisi cara

pembelajaran Al-Qur’an yang ada di Indonesia yang dikelola oleh lembaga

Ummi Foundation. Buku panduan ummi memiliki 3 motto yaitu mudah,

menyenangkan dan menyentuh hati. Buku panduan ini di desain untuk

mudah dipelajari, diajarkan dan diimplementasikan dalam pembelajaran Al-

Qur’an. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan buku panduan

ummi dilakukan dengan menarik dan menggembirakan. Proses tersebut

untuk menghapus kesan tertekan dalam belajar Al-Qur’an. Tidak hanya

memberikan pembelajaran secara material teoritik. Guru juga

mengimplementasikan akhlak Al-Qur’an dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan buku panduan ummi

menggunakan sebuah sistem yang mampu menjamin mutu setiap anak atau

1
Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta : Prestasi Pustaka
Publisher, 2012), 4.
13

orang yang belajar membaca Al-Qur’an agar cepat dan mudah membaca Al-

Qur’an secara tartil. Oleh karena itu buku panduan ummi ini banyak sekali

digunakan oleh lembaga-lembaga pendidikan diseluruh wilayah dari sabang

sampai merauke. 2

b. Visi misi ummi foundation3

Visi yang dimiliki oleh Ummi Foundation adalah untuk menjadi

lembaga terdepan dalam melahirkan generasi qur’ani. Buku panduan ini

mengedepankan pada kualitas dan kekuatan sistem dalam pembelajarannya.

Dalam mewujudkan suatu visi, pasti tentunya tidak lepas dari

adanya misi untuk tercapainya visi tersebut. Misi dari lembaga ini

diantaranya :

1) Mewujudkan lembaga profesional dalam pengajaran Al-Qur’an

yang berbasis sosial dan dakwah.

2) Membangun sistem manajemen pembelajaran Al-Qur’an yang

berbasis pada mutu.

3) Menjadi pusat pengembangan pembelajaran dan dakwah Al-Qur’an

pada masyarakat.

c. Latar belakang terbentuknya buku panduan ummi

Buku panduan pembelajaran Al-Qur’an ini menggunakan nama

“ummi” yang memiliki arti “ibuku”. Makna ini ditujukan untuk

memberikan penghormatan dan mengingat jasa ibu. Anak bisa mengerti

2
Tim Ummi Foundation, Modul Sertifikasi, 3.
3
Ibid.,4.
14

bahasa karena pengajaran seorang ibu. Sehingga kita semua dapat berbicara

bahasa ibu sejak kita berumur 5 tahun. Pendekatan bahasa ibu adalah

pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran Al-Qur’an buku panduan

ummi, yang meliputi:4

1) Direct Methode (Buku panduan Langsung)

Yaitu langsung dibaca tidak banyak penjelasan, tanpa dieja / diurai.

Dapat disebut learning by doing belajar yang dilakukan secara

langsung. Model pembelajaran learning by doing merupakan model

pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa dalam pembelajaran

di kelas. Pembelajaran dengan model pembelajaran learning by doing

ini siswa lebih ditekankan untuk berinteraksi langsung dengan objek

yang dipelajarinya atau dengan kata lain berajar sambil berbuat.5

2) Repeatation (diulang-ulang)

Membaca berkali-kali ayat atau surat dalam Al-Qur’an. Seperti ketika

seorang ibu mengulang-ulang kata atau kalimat ketika kita kecil. Hal

ini dilakukan agar semakin terlihat kekuatan, keindahan, serta

kemudahannya dalam membaca.

3) Kasih sayang yang tulus

Setiap anak di didik oleh seorang ibu dengan penuh kasih sayang dan

kesabarannya. Seorang guru juga hendaknya mencontoh sikap

seorang ibu dalam pembelajaran agar dapat menyentuh hati.

4
Ibid.
5
Sriyati, “Peningkatan Kreativitas Belajar IPA Melalui Strategi Pembelajaran Learning By Doing
Pada Siswa Kelas V SDN 06 Tawangmangu”, (Jurnal Publikasi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Univesditas Muhammadiyah Surakarta, 2013), 4.
15

d. Kekuatan buku panduan ummi

Buku panduan ummi tidak hanya mengandalkan kekuatan buku yang

digunakan, tetapi memiliki 3 kekuatan utama :

1) Buku panduan yang bermutu (buku belajar membaca Al-Qur’an buku

panduan ummi)

Buku panduan yang bermutu sangat diperlukan dalam kegiatan

pembelajaran. Hal ini dikarenakan buku teks pelajaran merupakan

salah satu sarana yang signifikan dalam menunjang proses kegiatan

pembelajaran.6 Buku belajar membaca Al-Qur’an menggunakan buku

panduan ummi meliputi :

a) Buku yang digunakan untuk anak usia TK yang disebut buku

ummi Pra TK.

b) Buku yang biasa digunakan untuyk anak usia SD yang disebut

buku ummi jilid 1-6.

c) Buku yang biasa digunakan untuk orang dewasa yang disebut

buku ummi dewasa.

d) Buku yang digunakan untuk mempelajari kata-kata asing yang

ada di dalam Al-Qur’an yang disebut buku gharib .

e) Buku yang digunakan untuk mempelajari cara/kaidah dalam

membaca Al-Qur’an yang disebut buku tajwid dasar,

6
Maman Suryaman, Dimensi-Dimensi Kontekstual di Dalam Penulisan Buku Teks Pelajaran
Bahasa Indonesia, DIKSI, Vol. 13 No. 2, Juli 2006, 166.
16

f) Media yang digunakan oleh guru dalam mengajar yang disebut

dengan alat peraga

g) Cara yang digunakan dalam mengajar yang disebut dengan

metodologi pembelajaran.

2) Guru yang bermutu

Semua guru yang mengajar Al-Qur’an dengan menggunakan buku

panduan ummi harus memiliki kualitas dalam mengajar. Guru sangat

menentukan keberhasilan peserta didik dan terciptanya proses dan

hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, diperlukan guru

yang bekualitas, yaitu guru yang mempunyai karakteristik, 1)

Mengembangkan sumber belajar, 2) Menciptakan kelas kondusif, 3)

Menciptakan kelas interaktif, 4) Teknik kuis, 5) Memanfaatkan media

belajar, 6) Pengembangan media belajar, 7) Pemanfaatan sumber

belajar, 8) Memanfaatkan potensi lingkungan sekolah sebagai sumber

belajar, 9) Strategi motivasi, 10) Membimbing siswa untuk berkarya,

11) Menciptakan suasana kelas yang komptetitif, 12) Diskusi dan

kolaborasi antarteman sejawat, 13) Diskusi dan kolaborasi dalam

organisasi profesi, 14) Aktif dan produktif, 15) Mengembangkan

materi, 16) Melakukan penelitian. Untuk mencapai guru yang

berkualitas, perlu adanya pembekalan ilmu, ketrampilan dan keahlian

sesuai dengan kompetensinya.7

7
Warih Jatarahayu, Guru Berkualitas Kunci Mutu Pendidikan, (https://journal.uny.ac.id, diakses
tanggal 7 Agustus 2019), 1.
17

Oleh karena itu, guru ummi harus melalui 3 tahapan yaitu tashih,

tahsin, dan sertifikasi guru Al-Qur’an. Guru Al-Qur’an yang

diharapkan buku panduan ummi adalah :

a) Tartil dalam membaca Al-Qur’an.

b) Mampu mengomentari ghoroibul Qur’an dan mengurai tajwid

dasar.

c) Mempunyai kebiasaan untuk membaca Al-Qur’an setiap hari.

d) Mampu menerapkan dan menjalankan metodologi ummi.

e) Memiliki jiwa seorang da’i dan murabbi.

f) Disiplin dalam memulai dan mengakhiri waktu pembelajaran.

g) Dapat berkomitmen pada mutu.

3) Sistem berbasis mutu

Sistem berbasis mutu dalam buku panduan ummi meliputti 10 pilar

sistem mutu, diantaranya:8

a) Dukungan dari pemimpin berupa pengembangan kurikulum,

ketersediaan SDM, kesejahteraan guru dan sarana prasarana

menunjang. Hal ini biasa disebut dengan goodwill management.

b) Upaya untuk menstandarkan mutu guru pengajar Al-Qur’an. Hal

ini dinamakan dengan sertifikasi guru.

c) Prosedur yang dijalankan dalam mengajar harus sesuai dengan

tahapan yang baik dan benar sesuai dengan metodologi ummi..

8
Tim Ummi Foundation, Modul Sertifikasi, 5.
18

d) Target jelas dan terukur, penetapan target sangat penting untuk

melakukan evaluasi dan tindak lanjut. Hal ini untuk melihat

apakah pembelajaran yang telah dilakukan telah berhasil atau

tidak.

e) Mastery learning yang konsisten. Ketuntasan materi sebelumnya

oleh siswa harus diperhatikan sebelum ke materi sesudahnya.

Karena ketuntasan tersebut sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan ketuntasan materi sesudahnya.

f) Waktu yang digunakan dalam pembelajaran harus memadai,

karena membutuhkan ketrampilan dan skill dalam belajar.

Semakin banyak diulang dan dilatih senakin terampil pula dalam

membaca Al-Qur’an.

g) Dalam pembelajaran buku panduan ummi dibutuhkan quality

control yang intensif. Kontrol kualitas ini ada 2 jenis yaitu quality

control internal dan eksternal. Quality Control ini berkaitan

dengan kegiatan operasional dan teknik yang digunakan untuk

memenuhi persyaratan kualitas.9

h) Perbandingan guru dan siswa sangat berpengaruh pada

komunikasi dan interaksi yang efektif antara keduanya. Oleh

karena itu, rasio guru dan siswa yang proporsional sangatlah

9
Budi Kho, Pengertian Quality Qontrol dan Quality Assurance,
(https://ilmumanajemenindustri.com, diakses tanggal 7 Agustus 2019), 1.
19

dibutuhkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

berkualitas.

i) Laporan perkembangan hasil belajar siswa sangat diperlukan

untuk mengetahui progress report setiap siswa.

j) Dari banyaknya lembaga membuktikan bahwasannya

koordinator sangat menentukan keberhasilan pembelajaran yang

ada di lembaga. Pembelajaran Al-Qur’an yang baik sebagian

besar karena adanya koordinator yang handal, dan juga

sebaliknya.

e. Motode pembelajaran buku panduan ummi

Dalam pembelajaran buku panduan ummi ada 4 metode pembelajaran,

yaitu :10 1 0

1) Privat / Individual

Metodologi individual adalah metodologi pembelajaran dengan cara

memanggil satu murid. Untuk murid yang lainnya ditugasi untuk

membaca secara mandiri atau menulis buku ummi. Cara ini digunakan

jika :

a) Murid memiliki kuantitas banyak sementara gurunya hanya

sendiri.

b) Dalam satu kelompok, jilid ummi dan halamannya berbeda.

c) Digunakan untuk jilid ummi awal ( 1 dan 2).

d) Banyak digunakan untuk anak usia dini (TK).

10
Tim Ummi Foundation, Modul Sertifikasi, 9.
20

2) Klasikal Individual

Metodologi klasikal individual adalah dilakukan dengan cara

membaca klasikal halaman yang ditentukan pengajar. Kemudian,

evaluasi pembelajaran dilanjutkan dengan individual.

Cara ini dapat digunakan jika :

a) Jilidnya sama dalam satu halaqah dan halamannya tidak sama.

b) Digunakan untuk jilid 2, 3 keatas.

3) Klasikal Baca Simak

Metodologi klasikal baca simak adalah pembelajaran dengan cara

membaca klasikal halaman yang ditentukan pengajar. Kemudian,

pembelajaran dilakukan dengan pola baca simak. Baca simak

dilakukan dengan cara satu siswa membaca, dan disimak oleh seluruh

temannya. Pola ini dilakukan dalam satu kelompok tersebut,

meskipun halamannya berbeda. Cara ini dapat digunakan jika:

a) Dalam satu halaqah jilidnya sama halamannya tidak sama.

b) Dipakai untuk jilid 3 sampai jilid 6 atau pembelajaran kelas Al-

Qur’an.

4) Klasikal Baca Simak Murni

Metodologi klasikal baca simak murni hampir sama dengan

metodologi pembelajaran Al-Qur’an buku panduan klasikal baca

simak. Perbedaannya adalah jilid dan halaman anak dalam satu

kelompok sama.11 1 1

11
Ibid.,10.
21

f. Tahapan-tahapan pembelajaran buku panduan ummi

Tahapan-tahapan dalam pembelajaran sangat penting untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dalam pembelajaran buku panduan

ummi juga memiliki tahapan-tahapan dalam pembelajarannya. Langkah-

langkah tersebut harus dilakukan oleh guru dalam proses mengajar.

Diantaranya :

a. Pembukaan

Pada bagian ini digunakan oleh guru untuk mengkondisikan siswa agar

siap belajar. Di dalamnya berisi salam dan do’a pembuka belajar.

b. Apersepsi

Apersepsi berasal dari bahasa Inggris apperception yang berarti

mentafsirkan buah pikiran, jadi menyatukan dan mengasimilasi suatu

pengamatan berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki dan dengan

memahami dan dapat menafsirkannya.121 Apersepsi dalam

pembelajaran menggunakan buku panduan ummi adalah mengulang

kembali materi yang sudah diajarkan. Serta mengaitkan dengan materi

baru yang akan diajarkan pada hari ini.

c. Penanaman konsep

Berisi penjelasan materi atau pokok bahasan yang akan dipelajari oleh

siswa hari ini.

12
Fariz Pangestu, “Pengaruh Pemberian Apersepsi Terhadap Kesiapan Belajar Siswa Pada
Pelajaran Akuntansi Kelas XI SMA Islamiyah Pontianak”, (Artikel Penelitian, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura, 2018), 3.
22

d. Pemahaman konsep

Melatih anak untuk membaca contoh-contoh yang tertulis dibawah

pokok bahasan. Hal ini dilakukan agar anak paham dengan konsep

yang telah diajarkan.

e. Ketrampilan

Membaca contoh atau latihan pada halaman pokok bahasan dengan

cara diulang-ulang, untuk melancarkan bacaan anak.

f. Evaluasi

Proses pengamatan dan penilaian kemampuan serta kualitas bacaan

anak satu persatu. Tahapan ini dilakukan dengan menulis hasil evaluasi

di buku prestasi.

g. Penutup

Guru mengkondisikan siswa untuk tetap tenang. Dilanjutkan dengan

membaca do’a dan salam penutup.

Dari tahapan-tahapan pembelajaran tersebut, maka terdapat pembagian

waktu dalam pembelajaran buku panduan ummi yang harus diperhatikan

oleh semua pengajar Al-Qur’an, diantaranya :13 1 3

a. Pembagian waktu pembelajaran Al-Qur’an buku panduan ummi di

sekolah Jilid 1-6 dan Al-Qur’an (60 menit). a) 5 menit pembukaan yang

berisi salam, do’a pembuka, dll. b) 10 menit hafalan surat-surat pendek

sesuai target. c) 10 menit klasikal menggunakan alat peraga. d) 30 menit

13
Tim Ummi Foundation, Modul Sertifikasi, 11.
23

Individual / Baca Simak / Baca Simak Murni. e) 5 menit penutup yang

berisi drill dan do’a penutup.

b. Pembagian waktu pembelajaran Al-Qur’an buku panduan ummi di

sekolah Jilid Gharib dan Tajwid Dasar (60 menit). a) 5 menit

pembukaan yang berisi salam, do’a pembuka, dll. b) 10 menit hafalan

surat-surat pendek sesuai target. c) 20 menit materi Gharib / Tajwid

menggunakan alat peraga dan buku. d) 20 menit tadarus Al-Qur’an

(Baca Simak Murni). e) 5 menit penutup yang berisi drill dan do’a

penutup.

c. Pembagian waktu pembelajaran Al-Qur’an buku panduan ummi di

TKQ/TPQ Jilid 1-6 dan Al-Qur’an (90 menit). a) 5 menit pembukaan

yang berisi salam, do’a pembuka, dll. b) 10 menit hafalan surat-surat

pendek sesuai target. c) 10 menit klasikal menggunakan alat peraga. d)

30 menit Individual / Baca Simak / Baca Simak Murni. e) 30 menit

materi tambahan (hafalan do’a sehari-hari, wudhu, sholat, fiqih,

aqidah,akhlaq, menulis, dll). f) 5 menit penutup yang berisi drill dan

do’a penutup.

d. Pembagian waktu pembelajaran Al-Qur’an buku panduan ummi di

TKQ/TPQ Jilid Gharib dan Tajwid Dasar (90 menit). a) 5 menit

pembukaan yang berisi salam, do’a pembuka, dll. b) 10 menit hafalan

surat-surat pendek sesuai target. c) 20 menit materi Gharib / Tajwid

menggunakan alat peraga dan buku. d) 20 menit tadarus Al-Qur’an

(Baca Simak Murni). e) 30 menit materi tambahan (hafalan do’a sehari-


24

hari, wudhu, sholat, fiqih, aqidah,akhlaq, menulis, dll). f) 5 menit

penutup yang berisi drill dan do’a penutup.

Spesifikasi dan kompetensi yang harus dicapai dalam setiap jilid ummi :

Tabel 2.2
Spesifikasi dan kompetensi jilid ummi
JILID SPESIFIKASI KOMPETENSI

a. Pengenalan huruf hijaaiyah


dari Alif sampai Ya'.  “ Mengenal dan mampu membaca
b. Pengenalan huruf hijaiyah huruf hijaiyah dari Alif sampai Ya'
1 berharakat fathah dari Alif dengan baik dan benar.
sampai Ya'.  Mampu membaca 2-3 huruf tunggal
c. Membaca 2 sampai 3 huruf yang berharakat fathah dengan tartil
tunggal berharakat fathah tanpa berfikir lama.”14 1
dari Alif sampai Ya'.
a. Pengenalan tanda baca  “ Mampu membaca ummi jilid 2
(Harakat) selain fathah. tentang bacaan berharakat selain
fathah dengan tartil tanpa berfikir
b. Pengenalan huruf sambung lama.
dari Alif sampai Ya'.
2  Memahami nama-nama harakat
selain fathah. Mampu membaca
bacaan yang berharakat selain fathah
c. Pengenalan angka arab dari
dengan tepat.
1-99.
 Mengenal dan faham angka arab dari
1-99.”15 1 5

a. Pengenalan bacaan Mad


Thobi'I dibaca panjang satu  “ Mampu membaca bacaan panjang /
alif (satu ayunan). Mad Thobi'I dibaca panjang satu alif.
b. Mengenal bacaan Mad  Menguasai bacaan Mad Wajib
3
Wajib Muttashil dan Mad Muttashil dan Mad Jaiz Munfashil
Jaiz Munfashil. dibaca panjang 2 alif.
 Faham dan mampu menyebutkan
c. Mengenal angka arab dari angka arab 100-900.”16 1
100-900.
a. Pengenalan huruf yang  “ Mampu membaca dengan tartil
disukun dan huruf yang di dengan menitik beratkan pada setiap
tasydid di tekan huruf yang disukun dan ditasydid
membacanya. ditekan membacanya, tidak dibaca
4 kendor / tawallut.
b. Pengenalan huruf-huruf  Mampu membedakan huruf-huruf
Fawatikhusuwar yang ada yang mempunyai kesamaan suara
di halaman 20. ketika di sukun atau ditasydid dengan
baik dan benar.”17 1

14
Masruri dan A.Yusuf , Ummi Jilid 1, (Surabaya : Lembaga Ummi Foundation, 2013), 7.
15
Masruri dan A.Yusuf, Ummi Jilid 2, (Surabaya : Lembaga Ummi Foundation, 2017), 7.
16
Masruri dan A.Yusuf ,Ummi Jilid 3, (Surabaya : Lembaga Ummi Foundation, 2017), 7.
17
Masruri dan A.Yusuf, Ummi Jilid 4, (Surabaya : Lembaga Ummi Foundation, 2017), 7.
25

a. Pengenalan tanda baca  “ Mampu dan lancar membaca latihan


waqaf. / ayat-ayat yang sudah ada tanda
waqafnya.
b. Pengenalan bacaan  Mampu membaca semua bacaan yang
5 dengung. dibaca dengung.
Pengenalan hukum lafadz  Mampu membaca dan membedakan
c.
lafadz Allah "Tafkhim dan Tarqiq".
Allah (Tafkhim dan
Tarqiq).  Mampu membaca Fawatikhusuwar
dengan baik dan benar.”18 1
a. Pengenalan bacaan  “ Mampu membaca bacaan Qolqolah
Qolqolah. baik yang dibaca tipis maupun yang
b. Pengenalan bacaan yang dibaca tebal.
tidak dengung.  Mampu membaca dengan trampil
bacaan yang dibaca tidak dengung.
c. Pengenalan Nun Iwadh baik
6 di awal dan di tengah ayat.  Menguasai dan faham bacaan Ana
yang tulisannya panjang dibaca
pendek.
d. Pengenalan bacaan Ana  Menguasai tanda waqaf dan tanda
(tulisannya panjang dibca washal yang ada di dalam Al-Qur'an.
pendek).  Mampu membaca dengan lancar dan
trampil halaman 36-39.”19 1
a. Pengenalan tentang bacaan
 “ Mampu memberikan tanda pada Al-
tartil dalam Al-Qur'an.
Qur'an dengan panduan buku Waqaf
dan Ibtida'.
Al-Qur'an

b. Pengenalan cara memberi


tanda waqaf dan ibtida'  Mampu membaca Al-Qur'an dengan
dalam AL-Qur'an. lancar dan tartil tidak terbatah-batah.”

a. Pengenalan bacaan yang  “ Mampu membaca bacaan gharib


memerlukan kehati-hatian dan musykilat dalam Al-Qur'an
Ghoroibul Qur'an

dalam membacanya. dengan tartil, baik dan benar.


 Mampu mengomentari dan hafal
b. Pengenalan bacaan gharib semua komentar pelajaran gharib
dan musykilat dalam Al- yang ada di buku gharib dengan
Qur'an. lancar dan cepat.”20 2
 “ Faham dan hafal teori tajwid dasar
dari hukum nun sukun atau tanwin
sampai dengan hukum mad. Mampu
a. Pengenalan teori ilmu
menyebutkan contoh-contoh bacaan
tajwid dasar dari hukum
di setiap materi yang ada di buku
nunsukun atau tanwin
tajwid dasar.
Tajwid Dasar

sampai dengan hukum


 Mampu menguraikan secara praktik
Mad.
bacaan tajwid yang ada di dalam Al-
Qur'an dengan lancar dan trampil
tanpa berfikir lama.”21 2

18
Masruri dan A.Yusuf, Ummi Jilid 5, (Surabaya : Lembaga Ummi Foundation, 2017), 7.
19
Masruri dan A.Yusuf, Ummi Jilid 6, (Surabaya : Lembaga Ummi Foundation, 2017), 7.
20
Masruri dan A.Yusuf, Ummi Gharib, (Surabaya : Lembaga Ummi Foundation, 2017), 7.
21
Masruri dan A.Yusuf, Ummi Tajwid Dasar, (Surabaya : Lembaga Ummi Foundation, 2017), 7.
26

a. Jilid 1
 “Pengenalan huruf
 “ Mengenal dan mampu
tunggal berharakat
membaca huruf hijaiyah dari
fathah A-Ya.
Alif sampai Ya' dengan baik
 Membaca 2-3 huruf
dan benar.
tunggal berharakat
 Mampu membaca 2-3 huruf
fathah A-Ya.
tunggal yang berharakat
 Pengenalan huruf
fathah dengan tartil tanpa
sambung Alif-Ya.
berfikir lama.
 Membaca 3-5 huruf
 Mampu membaca ummi
sambung berharakat
tentang bacaan berharakat
fathah, kasroh,
selain fathah dengan tartil
dhommah, fathah
tanpa berfikir lama.
tanwin, kasroh tanwin
 Memahami nama-nama
dan dhommah tanwin.
harakat selain fathah. Mampu
 Pengenalan harakat
membaca bacaan yang
fathah, kasroh,
berharakat selain fathah
dhommah, fathah
dengan tepat.
tanwin, kasroh tanwin
 Mengenal dan faham angka
dan dhommah tanwin.
arab dari 1-99.”22 2
 Pengenalan angka arab
1-99.”
b. Jilid 2
 “ Pengenalan tanda baca
panjang (Mad Thobi’i) :
a. Fathah diikuti alif
dan fathah panjang.
 “ Mampu membaca bacaan
b. Kasroh diikuti ya’
panjang / Mad Thobi'I dibaca
sukun dan kasroh
panjang satu alif.
panjang.
 Menguasai bacaan Mad Wajib
c. Dhommah diikuti
Muttashil dan Mad Jaiz
wawu sukun dan
Munfashil dibaca panjang 2 alif.
dhommah panjang.
 Faham dan mampu
 Pengenalan tanda baca
menyebutkan angka arab 100-
panjang ( Mad Wajib
Muttashil dan Mad Jaiz 900.
Munfashil).  Mampu membaca dengan tartil
dengan menitik beratkan pada
 Pengenalan huruf yang
setiap huruf yang disukun dan
disukun ditekan
ditasydid ditekan membacanya,
membacanya.
tidak dibaca kendor / tawallut.
 Pengenalan tanda tasydid
 Mampu membedakan huruf-
ditekan membacanya.
huruf yang mempunyai
 Membedakan cara
kesamaan suara ketika di sukun
membaca huruf-huruf
atau ditasydid dengan baik dan
a. Tsa’, sin dan syin
benar.”23 2
Ummi Dewasa

yang disukun.
b. ‘Ain dan hamzah
yang disukun.
c. Ha’, Kho’ dan Hha’
yang disukun.

22
Masruri dan A.Yusuf, Ummi Remaja dan Dewasa, (Surabaya : Lembaga Ummi Foundation,
2017), 7.
23
Ibid.,3.
27

 Pengenalan angka arab


100-500.
 Pengenalan fathah
panjang, kasrah panjang,
dhommah panjang, dan
sukun.”
c. Jilid 3
 “ Pengenalan cara
membaca
waqaf/mewaqofkan.  “ Mampu dan lancar membaca
latihan / ayat-ayat yang sudah
 Pengenalan bacaan
ada tanda waqafnya.
ghunnah / dengung.
 Mampu membaca semua bacaan
 Pengenalan bacaan
yang dibaca dengung.
ikhfa’ / samar.
 Mampu membaca dan
 Pengenalan bacaan
idgham bighunnah. membedakan lafadz Allah
"Tafkhim dan Tarqiq".
 Pengenalan bacaan iqlab.
 Mampu membaca
 Pengenalan cara
Fawatikhusuwar dengan baik
membaca lafadz Allah
dan benar.
(tafkhim/tarqiq).
 Mampu membaca bacaan
 Pengenalan bacaan
Qolqolah baik yang dibaca tipis
Qolqolah.
maupun yang dibaca tebal.
 Pengenalan bacaan
 Mampu membaca dengan
idgham bilaghunnah.
trampil bacaan yang dibaca tidak
 Pengenalan bacaan dengung.
idhar.
 Menguasai dan faham bacaan
 Cara membaca nun iwadl Ana yang tulisannya panjang
(awal/tengah)
dibaca pendek.
 Membaca Ana, Na-nya  Menguasai tanda waqaf dan
dibaca pendek. tanda washal yang ada di dalam
 Pengenalan macam- Al-Qur'an.
macam tanda waqaf dan  Mampu membaca dengan lancar
washal. dan trampil halaman 36-39.”24 2
 Latihan membaca tartil
Al-Qur’an di surat Al-
Baqarah ayat 1-7.”

Dalam menjalankan buku panduan ini, Ummi Foundation juga mempunyai

kebijakan-kebijkan untuk menjaga mutu Ummi. 10 kebijakan mutu Ummi

Foundation diantaranya :25 2 5

24
Ibid.
25
Tim Ummi Foundation, Modul Sertifikasi,33.
28

a. Untuk menjaga mutu, Ummi Foundation tidak menjual buku. Buku

ummi juga tidak dijual secara bebas. Ummi Foundation lebih

menawarkan pada sistem.

b. Kualitas pembelajaran Al-Qur’an sangat dipengaruhi langsung oleh tiga

hal, yaitu guru, buku/buku panduan dan sistem yang bermutu.

c. Buku ummi hanya dapat dibeli jika sudah memiliki sertifikat ummi :

1) Untuk pembelian perorangan harus dengan menunjukkan sertifikat

ummi, banyaknya santri dan basis lembaga yang diikuti.

2) Dalam suatu lembaga, 60 % pengajar harus bersertifikat Ummi.

Yang belum memiliki sertifikat diberi kesempatan paling lambat 2-

3 bulan.26 2 6

d. Untuk menjaga mutu pengajaran Al-Qur’an, semua pengguna ummi

harus berkomitmen untuk bersama menjaga mutu. Selain itu juga mutu

akhlak para pengajar dan para santri.

e. Yang berhak mengeluarkan sertifikat adalah Ummi Foundation.

Sertifikat santri dikeluarkan melalui tahap munaqosyah. Untuk sertifikat

pengajar dikeluarkan melalui tahap sertifikasi.

f. Nomor registrasi didapatkan oleh seluruh lembaga yang menggunakan

sistem ummi. Selain itu lembaga-lembaga tersebut juga mendapatkan

piagam yang harus dipasang di kantor lembaga.

26
Ibid.
29

g. Ummi Foundation akan memberikan kesempatan 2x6 bulan untuk

lembaga yang belum memenuhi syarat. Lembaga-lembaga tersebut juga

akan mendapatkan bimbingan dari pihak Ummi Foundation.

h. Penilaian akreditasi untuk lembaga memiliki tiga tingkatan predikat,

yaitu (A) Predikat Baik, (B) Cukup, (C) Kurang. Predikat tersebut

diperoleh atas dasar penilaian terhadap kuantitas guru yang bersertifikat

ummi, banyaknya hari efektif pembelajaran, kuantitas guru dan siswa,

penerapan pembelajaran dan tingkat kelulusan yang dicapai.

i. Kontrol kualitas / Quality Control (QC) untuk menjaga mutu hasil

sistem ummi dilakukan oleh tiga pihak. Kontrol kualitas dari kepala

TPQ/ koordinator sekolah, Korcam dan Korcab.

j. Peningkatan mutu tidak hanya ada pada lembaga yang menggunakan

ummi. Pada tiap tingkatan struktur Ummi Foundation dan jaringannya

juga ada. Mulai dari tingkat TKQ-TPQ/ sekolah, Korcam, Korcab,

Korwil maupun koordinator buku panduan ummi pusat.

2. Tahsin Buku panduan Ummi

Tahsin berasal dari kata hasana, yahsunu, husnan. Yang artinya

memperbaiki, menghiasi, membaguskian, memperindah, atau membuat


2
lebih baik dari semula.27 Tahsin merupakan upaya memperbaiki7 dan

membaguskan bacaan Al-Qur’an sesuai dengan hukum tajwid. Buku

27
Dedi Indra Setiawan, Skripsi: Pelaksanaan Kegiatan Tahsin Al-Qur’an Dalam Meningkatkan
Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa di Ma’had Sunan Ampel Al-Aly Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang” (Skripsi S-1, UIN Malang, 2015),8.
30

panduan ummi juga mempunyai program tahsin untuk orang dewasa yang

ingin belajar Al-Qur’an.28 2 8

Tahsin pada hakikatnya sama dengan kegiatan pengajaran Al-

Qur’an buku panduan ummi pada umumnya. Yang membedakan adalah jika

tahsin buku panduan ummi sudah tuntas maka harus mengikuti tashih dan

sertifikasi. Sedangkan dalam proses pengajaran Al-Qur’an anak-anak di

sekolah, harus mengikuti tes munaqosyah setelah menyelesaikan semua

tahapan belajar untuk mendapatkan ijazah/sertifikat ummi.

Tahsin buku panduan ummi dilakukan untuk membantu semua

orang dalam upaya untuk memperbaiki dan membaguskan bacaan Al-

Qur’an. Dalam tahsin ini, peserta tahsin akan dibimbing untuk bisa

memperbaiki bacaannya sesuai dengan sifatul huruf, cara membacanya dan

hukum bacaannya. Tahsin buku panduan ummi dapat diikuti oleh semua

kalangan, baik yang belum bisa membaca Al-Qur’an maupun yang sudah

bisa membacanya.

Kegiatan tahsin buku panduan ummi dilakukan dengan beberapa

tahapan. Yang pertama, calon peserta tahsin harus mengikuti tes/ tashih

membaca Al-Qur’an terlebih dahulu untuk menentukan kemampuan yang

dimiliki sampai pada tahap jilid berapa. Setelah diketahui kemampuan yang

telah dimiliki, maka peserta tahsin akan ditempatkan pada

kelas/kelompok/halaqah yang sesuai dengan penempatan jilid yang sudah

28
Hisyam Bin Mahrus Ali Al-Makky, Tahsin dan tajwid : Dari Buku Bimbingan Tahsin Tilawah
Al-Qur’an, (www.ibnumajjah.com diakses 2018).
31

ditentukan dari hasil tes. Yang kedua, peserta tahsin akan dibimbing dan

mengikuti pembelajaran Al-Qur’an sesuai dengan capaian jilidnya. Dalam

pembelajaran tersebut, pada setiap halaqah akan dibimbing oleh satu guru

Al-Qur’an. Dalam pembelajaran tahsin Al-Qur’an menggunakan buku

panduan ummi, Ummi Foundation telah menyiapkan sebuah buku jilid

khusus untuk orang dewasa. Dimana dalam satu buku tersebut telah

mencakup keseluruhan materi dari jilid satu sampai jilid enam. Dalam satu

buku ummi dewasa tersebut terdiri dari tiga jilid, diantaranya jilid satu

mencakup materi yang ada di dalam jilid satu dan dua buku ummi anak-

anak. Jilid dua mencakup materi yang ada di dalam jilid tiga dan empat buku

ummi anak-anak. Jilid tiga mencakup materi yang ada di dalam jilid lima

dan enam buku ummi anak-anak. Pembuatan jilid ummi dewasa ini

dimaksudkan agar semua orang dewasa tidak merasa malu dalam belajar

menggunakan jilid yang identik dengan anak-anak. Selain itu, buku ummi

dewasa ini dibuat sesimpel mungkin untuk memudahkan orang dewasa

dalam belajar. Tulisan huruf yang digunakan juga tidak sebesar tulisan yang

ada di buku jilid anak-anak, karena untuk membentuk pemikiran orang

dewasa bahwa ada perbedaan antara ummi jilid anak-anak dengan khusus

untuk dewasa.29 2 Dengan ini orang dewasa diharapkan memiliki


9
semangat

yang tinggi dalam belajar Al-Qur’an meskipun dengan kesibukan dan faktor

usia yang dimilikinya.

29
Ummi Foundation, Ummi Dewasa, (https://ummifoundation.org, diakses tanggal 7 Agustus
2019), 3.
32

Setelah menyelesaikan pembelajaran jilid, peserta tahsin akan

masuk ke kelas Al-Qur’an, dimana pembelajaran dilakukan dengan

menggunakan mushaf Al-Qur’an, gharib, dan tajwid dasar. Dalam kelas Al-

Qur’an, peserta tahsin harus dapat membaca Al-Qur’an dengan lancar dan

tartil. Tahapan pertama di dalam pembelajaran Al-Qur’an, peserta tahsin

mulai dikenalkan dan mempelajari bacaan-bacaan yang asing yang ada di

dalam Al-Qur’an atau ghoroibul Qur’an. Setelah tuntas pembelajaran

gharib, peserta tahsin akan masuk ke tahapan yang kedua pada kelas Al-

Qur’an, yaitu pembelajaran tajwid dasar. Peserta tahsin akan diajarkan

setiap hukum tajwid dari hukum nun sukun atau tanwin sampai hukum mad.

Disini peserta tahsin harus mampu membaca Al-Qur’an sesuai hukum

tajwid dan diharapkan mampu mengurai setiap ayatnya.

Setelah peserta tahsin menyelesaikan semua rangkaian kegiatan

pembelajaran dan dinyatakan oleh guru Al-Qur’an bisa mengikuti

tes/tashih, maka peserta akan mengikuti tashih oleh Ummi Foundation. Jika

hasil yang di dapat oleh peserta dalam tashih tersebut dinyatakan lulus,

maka peserta bisa mengikuti tahap selanjutnya untuk memperoleh sertifikat

dengan mengikuti kegiatan sertifikasi oleh pihak Ummi Foundation. Jika

hasil yang diperoleh dalam tashih masih belum lulus dan dinyatakan masih

naik jilid, maka peserta akan dibimbing kembali dengan mengikuti

rangkaian kegiatan tahsin seperti semula.30 3 0

30
Ibid.
33

3. Pembelajaran Membaca Al-Qur’an

a. Pengertian pembelajaran membaca Al-Qur’an

Pembelajaran adalah suatu proses yang saling berpengaruh antara

beberapa komponen. Diantaranya adalah peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan

proses dua arah. Di mana guru sebagai pendidik bertugas untuk mengajar,
1
sedangkan peserta didik bertugas untuk belajar.313 Pembelajaran bertujuan

untuk memberikan bantuan kepada peserta didik agar dapat memperoleh

ilmu dan pengetahuan. Peserta didik mampu untuk mengarahkan

penguasaan bakat kemampuannya, membentuk sikap dan kepercayaan diri.

Jadi, pembelajaran merupakan proses membantu siswa agar dapat belajar


2
dengan baik.323

Secara bahasa lafal Al-Qur’an sama dengan qira’ah, yaitu akar dari

qara’a, qira’atan wa qur’anan. Bentuk kata kerjanya adalah qara’a yang

artinya mengumpulkan dan menghimpun. Jadi, qira’ah berarti menyatukan

dan memadukan sebagian huruf & kata dengan sebagian lainnya. Menurut

Subhi As-Shalih, Al-Qur’an adalah kalam ilahi dari sumber mutawattir dan

membacanya bernilai ibadah.333 Sedangkan menurut Zakiah Darajat, Al-3

31
Asep Hermawan, Konsep Belajar dan Pembelajaran Menurut Al-Ghazali, Jurnal Qathruna,
Vo.1 No.1, Periode Januari-Juni, 2014, 89.
32
Muhammad Aman Ma’mun, Kajian Pembelajaran Baca tulis Al-Qur’an, Jurnal Pendidikan
Islam, Vol. 4 No. 1, Maret, 2018, 55.
33
Ibid.,56.
34

Qur’an adalah wahyu Allah yang dibukukan yang menjadi sumber utama
4
ajaran Islam, dan membacanya dianggap ibadah.343

Pembelajaran membaca Al-Qur’an adalah sangat penting bagi seluruh

umat Islam. Gerbang menuju pengetahuan Islamiyah seperti akidah, ibadah,

dan akhlak didapat dengan membaca Al-Qur’an. Membaca adalah proses

pertama dan utama dalam membuka kunci petunjuk umat Islam.

Sebagaimana wahyu pertama yang diturunkan Allah kepada umat

manusia melalui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :

ۡ ۡ ۡ ََ َ َّ َ َ ۡ ۡ َ ۡ
َ‫ ٱقرأ‬٢ ‫نس َن م ِۡن َعلَق‬ َٰ َ ‫ٱل‬ َ َ َ
ٍ ِ ‫ خلق‬١ ‫ٱقرأ بِٱس ِم ربِك ٱَّلِي خلق‬
ۡ‫نس َن َما لَم‬
َٰ َ ‫ٱل‬
ۡ َ َّ َ َ َ ۡ َ َّ َ َّ ُ َ ۡ َ ۡ َ ُّ َ َ
ِ ‫ علم‬٤ ‫ ٱَّلِي علم بِٱلقل ِم‬٣ ‫وربك ٱۡلكرم‬
ۡ ََۡ
٥ ‫يعلم‬
“Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan, dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. AL-Alaq : 1-5)353

Perintah membaca juga ada dalam Al-Qur’an surat Al-Ankabut ayat 45:

َ َ ۡ َ َ َٰ َ َّ َّ َ َٰ َ َّ ََ َ ۡ َ َ َۡ َ ِ ُ ٓ َ ُۡ
َٰ
‫ب وأق ِِم ٱلصلوة َۖ إِن ٱلصلوة تنه ع ِن‬ َٰ
ِ ‫ٱتل ما أوِح إَِلك مِن ٱلكِت‬
َ ُ َ ۡ َ َ ُ َ ۡ َ ُ َّ َ ُ َ ۡ َ َّ ُ ۡ َ َ َ ُ ۡ َ ٓ َ ۡ َ ۡ
٤٥ ‫ٱلفحشاءِ وٱلمنك ِرِۗ وَّلِكر ٱَّللِ أكب ر وٱَّلل يعلم ما تصنعون‬

34
Ibid.
35
Departemen Agama republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta:Al-Hidayah
Surabaya,2002), 904.
35

Artinya : “ Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al


Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan
sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.”363 6

Sebagai suatu kegiatan interaksi belajar mengajar, pengajaran Al-

Qur’an juga memiliki tujuan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh prof. Dr.

Mahmud Yunus tujuannya adalah agar semua pelajar mampu membaca Al-

Qur’an menurut tajwid, terbiasa dengan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-

hari, wawasan bahasa yang banyak, indah, dan menarik.373

Secara umum, terdapat isi dalam pengajaran Al-Qur’an, meliputi :383

1) Mengenal dan mengetahui huruf hijaiyah, dari alif sampai ya’.

2) Cara melafalkan huruf hijaiyah sesuai makhroj.

3) Mengenal bentuk dan fungsi tanda baca yang terdapat pada Al-

Qur’an.

4) Mengenal bentuk dan fungsi tanda waqof.

5) Cara membaca dan melagukan dengan menggunakan bermacam-

macam irama dan qiraat.

6) Adabut tilawah, berisi adab-adab atau etika dalam membaca Al-

Qur’an.

36
Ibid.,566.
37
Muhammad Aman Ma’mun, “Kajian Pembelajaran, 56.
38
Ibid.,57.
36

Jadi pembelajaran membaca Al-Qur’an adalah suatu proses interaksi belajar

mengajar yang bertujuan untuk bisa membaca Al-Qur’an sebagaimana

kaidah membacanya.

b. Strategi pembelajaran

Pembelajaran adalah hubungan yang berpengaruh antara siswa dengan

pengajar dan sumber belajar. Interaksi tersebut terjadi pada suatu

lingkungan belajar. Sedangkan strategi pembelajaran merupakan suatu

kegiatan untuk mencapai suatu pembelajaran yang bembawa hasil yang


9
tepat.393

Begitupun dalam pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an. Seorang guru

harus mempunyai strategi sebelum melaksanakan kegiatan belajar

mengajar. Strategi tersebut juga harus sesuai dengan tujuan pembelajaran

yang hendak dicapai. Karena proses pemilihan strategi sangat berpengaruh

terhadap hasil pembelajaran.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran membaca Al-


Qur’an

Belajar mengajar membaca Al-Qur’an adalah sesuatu sangat penting

yang harus dilakukan seluruh umat Islam. Hal ini disebabkan Al-Qur’an

adalah pedoman hidup dan sumber utama semua aspek kehidupan manusia.

39
R.Andi Ahmad Gunadi, Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Konsep Diri Terhadap Hasil
Belajar Mata Kuliah Ilmu Pendidikan, Jurnal Ilmiah WIDYA, Vol. 2 No. 3, Agustus-Oktober,
2014, 12.
37

Dalam pembelajaran Al-Qur’an terdapat faktor-faktor yang berpengaruh,


0
diantaranya :404

1) Guru

Guru merupakan faktor penting dalam kegiatan belajar mengajar.

Seorang guru Al-Qur’an harus memiliki kemampuan dalam mengajar

maupun membaca Al-Qur’an. Pengajar Al-Qur’an harus sudah lulus

tashih dan juga mengikuti penataran / diklat. Selain itu, guru juga harus

mempersiapkan media yang harus digunakan dalam proses kegiatan

belajar mengajar. Hal tersebut sangat penting untuk diperhatikan oleh

semua guru Al-Qur’an, karena proses keberhasilan dalam pembelajaran

ada di tangan seorang guru.

2) Peserta Didik/ Siswa

Tidak ada artinya apabila dalam suatu proses belajar mengajar tidak

mempunyai siswa sama sekali. Oleh karena itu, siswa memiliki peran

yang sangat besar dalam terselenggaranya kegiatan pembelajaran.

3) Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang harus terpenuhi dalam pembelajaran Al-

Qur’an meliputi buku/kitab/jilid, alat peraga, dan media belajar yang

lain.

40
Gusman, Analisis Faktor Penyebab Kurangnya Kemampuan Siswa Dalam Baca Tulis Al-
Qur’an di MTsN Kedurang Bengkulu Selatan, Al-Bahtsu: Vol. 2 No. 2, Desember 2017, 234.
38

4. Ummahat (Ibu-Ibu)

a. Pengertian ummahat

Bentuk mufrad dari kata “ummahat” yakni “ummun”. Artinya adalah

sebuah status yang hanya disandang oleh seseorang yang telah melahirkan

seorang anak. Dari sini dapat diartikan bahwasannya ummahat adalah istilah
1
yang biasa disematkan kepada kaum ibu-ibu.414

Seorang ibu dapat digolongan dalam kategori orang dewasa perempuan.

Karena seorang ibu sudah memiliki sifat dan ciri-ciri orang dewasa. Ciri-

ciri dewasa yang dimaksud adalah dilihat dari kondisi fisik dan usia. Selain

itu, kejiwaan dan perannya terhadap tuntutan tugas dari status yang

dimilikinya. Menurut Elias dan Sharen B. Merriam menyebutkan bahwa


2
kedewasaan seseorang dapat dilihat dari :424

1) Age

Dewasa berdasarkan usia adalah setiap orang yang mulai berusia 21

tahun (meskipun belum menikah). Orang dewasa pada usia 20-30 an adalah

masa-masa aktif seseorang untuk menuju puncak karirnya. Seseorang akan

sangat antusias dan memiliki semangat yang tinggi dalam melakukan tugas-

tugas dan kewajiban yang dimilikinya. Pada usia ini adalah masa puncak

pertumbuhan fisik yang prima dan usia tersehat dari usia manusia, sehingga

dapat dikatakan bahwasannya usia ini adalah masa aktif-aktifnya manusia

untuk mencapai tujuan hidupnya. Selain itu, seseorang dikatakan dewasa

41
Siti Maslahah, Al-Qur’an Mengagungkan Ibu Dengan Kata Ummahat, Apa Alasannya?,
(https://kabarjombang.com, diakses 11 September 2015).
42
Zainuddin, Implementasi Andragogi di Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang, Jurnal
Qolamuna, Vol. 2, No. 1, Juli, 2016, 118.
39

dari segi usia jika sudah mengalami perubahan pada fisik/biologisnya. Hal

tersebut ditandai dengan kematangan tubuhnya secara optimal dan kesiapan

serta kemampuannya untuk melakukan reproduksi.

Pada usia dewasa seseorang akan mulai melakukan pemantapan

kesadaran dalam beragama. Kebutuhan untuk menjalankan agama dengan

benar mulai dirasakan, karena dengan keyakinan bahwasannya semakin

bertambahnya usia seseorang maka akan semakin dekat dirinya dengan

kematian. Selain itu juga karena merasa memiliki tugas dan tanggung jawab

untuk mengajari anak-anaknya dalam mempelajari ilmu agama. Sehingga

pada masa-masa ini pendidikan agama sangat dibutuhkan dan dicari oleh

semua orang. Hal ini dikarenakan mulai munculnya kesadaran beragama

pada diri orang tua.

2) Psychological maturity43 4 3

Seseorang dikatakan dewasa ditandai dengan kematangan

psikologisnya, meliputi emosi yang stabil, tidak menyalahkan seseorang

jika mengalami kegagalan, toleransi dan optimis. Pada masa ini seseorang

akan memiliki tanggung jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang

telah diambil, yang meliputi pengamalan ajaran agama, memasuki dunia

kerja, memilih pasangan hidup, memasuki pernikahan, belajar hidup

berkeluarga, merawat dan mendidik anak, mengelola rumah tanggga,

memperoleh karier yang baik, berperan dalam masyarakat, mencari

43
Ibid.,119.
40

kelompok sosial yang menyenangkan. Ciri-ciri kematangan yang dimiliki

oleh individu diantaranya:

a) Minatnya yang tidak berorientasi pada perasaan dan kepentingannya

sendiri, tetapi lebih mengarah kepada tugas-tugas atau tanggung

jawab yang dimilikinya.

b) Kebiasaan kerja yang dimiliki sangat efisien serta tujuan-tujuan yang

dikembangkan dalam konsep dirinya jelas.

c) Dapat mengendalikan perasaan pribadinya dalam bergaul.

d) Setiap keputusan yang diambil memiliki pandangan yang obyektif.

e) Menerima kritik dan saran untuk meningkatkan diri.

f) Bertanggung jawab terhadap setiap yang dilakukan.

g) Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.

3) Social roles

Dewasa secara sosial dapat dilihat dari kesiapan individu dalam

menerima tanggung jawab yang diberikan kepadanya, baik itu tugas yang

berhubungan dengan dirinya maupun lingkungan dimana dia berada. Tugas-

tugas pribadi dan sosialnya dikerjakan dan diselesaikan dengan

kesadarannya sendiri untuk memenuhi kebutuhan belajarnya. Peran sosial

ini juga meliputi sikap dan tindakan seseorang sesuai dengan status yang

dimilikinya dalam masyarakat. Karena keterlibatan dalam peran social,

orang dewasa membutuhkan dan memiliki minat belajar yang terkait dengan
4
pengembangan peran sosialnya.444 Mereka menginginkan kegiatan

44
Ibid.
41

belajarnya dapat mendukung karier dan kesuksesan kerja mereka. Oleh

karena itu orang dewasa seolah-olah selalu siap belajar sesuatu yang terkait

dengan tugas sosialnya.

Kesadaran untuk belajar biasanya banyak ditemukan pada orang

dewasa di daerah perkotaan, karena karena selain faktor ekonomi yang

memadai, juga karena latar belakang pendidikan yang mereka miliki.

Dengan ekonomi yang memadai, orang-orang tersebut dapat melakukan dan

mendapatkan apa saja dengan mudah. Mereka dapat memenuhi setiap

kebutuhan maupun keinginannya dengan cepat, tanpa harus mengeluarkan

banyak tenaga. Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh orang-orang

dewasa ekonomi atas di daerah perkotaan biasanya sebagian besar adalah

orang yang berpendidikan. Tidak sedikit dari mereka adalah para sarjana.

Dengan semua yang mereka miliki, ternyata banyak dari mereka yang

merasakan bahwa ada yang masih kurang dari kehidupan mereka, yaitu

kesadaran dalam beragama. Banyak dari mereka yang merasakan

kegundahan, kebosanan, dan kehampaan dalam hidupnya. Dengan ini tidak

heran jika banyak sekali minat belajar yang tumbuh dari orang dewasa,

terutama di daerah perkotaan.45 4 5

Berbeda dengan orang di daerah pedesaan, banyak dari mereka yang

belum memiliki kesadaran dalam belajar. Hal ini terjadi karena

ketidaktahuan mereka akan pentingnya pendidikan untuk kehidupannya.

45
Beni Ahmad Saebani, Sosiologi Perkotaan: Memahami Masyarakat Kota dan Problematikanya
(Bandung: CV Pustaka Setia,2015), 28.
42

Mereka berpikir bahwasannya belajar itu tidak penting, yang utama adalah

mereka bisa mencari uang sendiri (jika sudah bisa mencari uang, maka tidak

perlu sekolah). Selain itu, mahalnya biaya pendidikan juga menjadi salah

satu faktor yang sangat penting dalam permasalahan ini. Dengan

penghasilan yang hanya cukup untuk makan, belum untuk beli peralatan

sekolah, seragam, uang saku, dll, membuat mereka berpikir dua kali untuk

belajar di suatu unit pendidikan.46 4 6

b. Pendidikan orang dewasa

Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang untuk mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan.

Sedangkan orang dewasa merupakan manusia pada fase setelah remaja.

Dalam arti lain, pendidikan orang dewasa merupakan proses interaksi antara

pendidik dan peserta didik dewasa , baik dalam lingkup pendidikan formal

maupun nonformal.47 4 7

Pendidikan orang dewasa sering disebut dengan istilah andragogi,

yaitu seni dan ilmu membantu orang dewasa untuk belajar. Rumusan

tersebut lebih menekanklan pada teknik belajar orang dewasa agar dapat

belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Orientasi belajar orang

dewasa adalah untuk meningkatkan kemampuan diri untuk

mengembangkan orientasinya. Orientasi belajar orang dewasa terpusat pada

46
Ibid.,30.
47
Mohammad Al-Farabi, Pendidikan Orang Dewasa dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Kencana,
2018),29.
43

kegiatan yang sesuai dengan yang mereka harapkan dan pemecahan

masalah kehidupan.48 4 8

Pendidikan orang dewasa meliputi pendidikan formal dan non

formal. Pendidikan formal dilaksanakan pada tingkat SLTA dan PT.

sedangkan dalam pendidikan nonformal dilaksanakan dalam bentuk

Pendidikan Luar Sekolah oleh Masyarakat (PLSM), kursus, bimbingan,

penyuluhan, pengajian agama atau majelis taklim, pelatihan organisasi-

organisasi dan sejenisnya.49 4 9

Dalam pendidikan orang dewasa diperlukan konsep belajar yang

efektif dan efisien, diantaranya :50 5 0

1. Partisipasi aktif, pada umumnya orang dewasa memiliki rasa dan sifat

untuk bisa menguasai dalam setiap perkumpulan. Misalnya dalam suatu

kegiatan pembelajaran, mereka juga saling berlomba-lomba untuk bisa

menunjukkan keberadaan dirinya dalam aktivitas tersebut. Hal ini

terjadi karena setiap orang dewasa merasa dirinya sudah mampu untuk

mengambil keputusan sendiri dengan pengalaman hidup yang telah

dimilikinya. Sehingga setiap dari apa yang diutarakan oleh orang

dewasa harus mendapatkan penghargaan dan penghormatan dari setiap

orang yang mendengarkannya.

2. Materinya menarik, semua orang dewasa cenderung memiliki rasa

malas untuk mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, apalagi jika tidak

48
Sunhaji, Konsep Pendidikan Orang Dewasa, Jurnal Kependidikan, Vol. 1 No.1, Nopember,
2013, 4.
49
Mohammad Al-Farabi, Pendidikan,32.
50
Ibid.,122.
44

sesuai dengan keinginannya. Mereka cenderung dalam memilih semua

kegiatan adalah dengan yang sesuai dengan kehidupannya sehari-hari

serta kebutuhan hidupnya. Jika dalam suatu kegiatan pembelajaran yang

materinya tidak menarik dan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan

dalam kehidupannya, maka orang dewasa tidak akan mengikutinya.

Sebaliknya, jika suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan

menarik yang sesuai dengan kebutuhan orang dewasa, maka oarang

dewasapun akan mengikutinya. Hal ini dikarenakan mereka

menganggap dengan ia belajar, maka akan membantu dalam

memecahkan masalah (problem solving) yang ada dalam kehidupannya.

3. Bermanfaat, orang dewasa dalam mengerjakan segala sesuatu selalu

memperkirakan manfaat apa yang akan dia capai jika melakukan suatu

kegiatan tersebut. Mereka akan belajar dengan sangat baik jika apa yang

diusahakan dengan belajar dapat bermanfaat dan dapat diterapkan dalam


1
kelompoknya.515

4. Dorongan dan pengulangan, semua orang dewasa perlu mendapatkan

semanagat untuk mau belajar kembali. Karena pada usia tersebut,

mereka sering merasa malu untuk ikut belajar. Mereka merasa sudah

tidak pantas untuk bisa masuk ke suatu program pendidikan, karena

masih menganggap bahwasannya sekolah hanya untuk anak-anak,

bukan untuk oarang tua. Untuk membantu agar orang dewasa belajar

lebih baik lagi, maka perlu untuk selalu mengadakan pengulangan yang

51
Ibid.
45

dilakukan secara terus-menerus. Dengan melakukan pengulangan

tersebut diharapkan orang dewasa mampu menerima dan mengingat

setiap ilmu yang di dapat dari proses pembelajaran.

5. Kesempatan mengembangakan, orang dewasa akan belajar dengan baik

jika dia memiliki kesempatan untuk bisa mengembangakan

kemampuan, ketrampilan yang dimilikinya. Orang dewasa cenderung

memiliki keinginan, cita-cita yang ingin dituju dari setiap apa yang

dilakukannya. Dengan adanya tujuan tersebut, seseorang akan memiliki

semangat yang memacu dirinya untuk selalu bisa menjadi lebih baik

lagi.

6. Pengaruh pengalaman, dalam proses belajarnya orang dewasa sangat

dipengaruhi oleh pengalaman hidup dan daya pikirnya. Oleh karena itu,

dalam melakukan segala sesuatu orang dewasa akan memikirkannya

terlebih dahulu secara matang. Mereka dapat mengambil setiap

keputusan dalam hidupnya dengan dengan baik karena pengalaman

yang dimilikinya. Begitupun dengan pengaruh pengalaman dalam

belajar, orang dewasa cenderung ingin selalu dihormati setiap

pendapatnya, karena mereka menganggap diri mereka lebih paham

karena pengalaman-pengalaman yang dia dapatkan selama hidupnya,

baik langsung maupun tidak langsung.52 5 2

52
Jauhan Budiwan, Pendidikan Orang Dewasa:Andragogy (Qalamuna, Vol. 10 No. 2, Juli-
Desember 2018), 113
46

7. Saling pengertian, dalam melakukan proses pembelajaran orang

dewasa, semua orang harus mampu bertoleran dengan pendapat yang

dimiliki oleh temannya, karena mereka semua memiliki rasa untuk ingin

dihargai oleh orang lain. Jika seluruh orang dewasa dalam kegiatan

pembelajaran bisa mengerti dan saling memahami keadaan masing-

masing, maka pembelajaran akan dapat terwujud sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai.

8. Belajar situasi nyata, dalam melakukan kegiatan pembelajran orang

dewasa cenderung selalu mengaitkan segala apa yang dipelajari dengan

keadaan atau situasi nyata yang dialami dalam kehidupannya. Dengan

itu mereka akan mudah untuk menerima dan memahami setiap ilmu

yang didapatkannya dalam kegiatan pembelajaran.

9. Pemusatan perhatian, waktu konsentrasi yang dimiliki oleh setiap orang

itu berbeda-beda. Sebagaimana juga orang dewasa, mereka juga tidak

dapat berkonsentrasi dalam waktu yang lama hanya untuk

mendengarkan saja. Oleh karena itu, dalam pembelajaran orang dewasa

perlu untuk konsep cara mengajar yang menarik dan sesuai dengan

keadaanya.53 5 3

Pembelajaran kepada orang dewasa tidak semudah seperti

pembelajaran kepada anak-anak. Hal ini disebabkan karena adanya

perbedaan usia yang mempengaruhi ingatan dan semangatnya.

Pembelajaran akan dapat lebih cepat melekat pada ingatannya, jika

53
Ibid., 114.
47

pembimbing tidak terlalu mendominasi kelompok kelas. Hal ini dapat

dilakukan dengan mengurangi banyak bicara, dan mengupayakan agar

mereka mampu mengembangkan kepribadiannya. Orang dewasa sangat

menginginkan dihormati setiap pendapatnya. Dengan ini mereka akan

mampu untuk belajar lebih baik. Mereka akan senang jika dapat

memberikan saran pemikiran dan ide yang mereka miliki. Oleh karena itu,

sifat belajar orang dewasa lebih bersifat subyektif, dan unik. Yang pada

dasarnya terletak pada sifat saling menghormati dan menghargai.

Proses belajar manusia adalah sampai akhir hayat. Sebagaimana yang

islam ajarkan, bahwasannya menuntut ilmu itu wajib dimulai dari buaian

sampai masuk ke liang lahat. Tetapi ada hubungan yang terbalik antara

pertambahan usia dan kemampuan belajar orang dewasa. Semakin usianya

bertambah maka semakin sulit untuk belajar. Hal tersebut terjadi karena

menurunnya daya ingat, kekuatan fisik, kemampuan menalar dan

berkonsentrasi. Ciri-ciri belajar yang dimiliki orang dewasa menurut Haris


5 4
Mujiman adalah :54

“Kegiatan belajarnya bersifat self directing (mengarahkan diri).


Menjawab pertanyaan atas dasar pengalaman, bukan
mengharapkan jawaban guru. Tidak mau didekte guru, karena akan
sadar akan kemampuan dirinya. Lebih senang dengan pembelajaran
pemecahan masalah. Lebih senang partisipasi aktif dari pada aktif.
Selalu memanfaatkan pengalaman yang telah dimiliki. Lebih senang
collaborative learning, dengan tukar pengalaman dan sharing.”

54
Sunhaji, Konsep Pendidikan, 7.
48

Dalam pembelajaran yang dilakukan kepada orang dewasa ini, maka

seorang pendidik harus mampu untuk :55 5 5

1) Membuat suasana belajar yang menyenangakan dan cocok untuk

mereka.

2) Membuat kontrak belajar atau perencanaan belajar yang disukai oleh

mereka secara bersama-sama.

3) Mengidentifikasi semua kebutuhan belajar yang diperlukan oleh

mereka.

4) Merusmuskan tujuan pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan

belajar mereka.

5) Membuat perencanaan pola pengalaman belajar.

6) Melakukan pengalaman belajar ini dengan teknik dan meteri yang

memadai.

7) Menilai hasil belajar mereka.

5. Penerapan Buku Panduan Ummi

Penerapan buku panduan sangat penting untuk diperhatikan dalam kegiatan

pembelajaran. Hal ini bertujuan agar kegiatan pembelajaran dapat tertuju pada
6
arah yang akan dicapai.565

Dalam pelaksanaan buku panduan ummi terdapat banyak tahapan jilid

dalam pembelajarannya. Dari mulai jilid 1, jilid 2, jilid 3, jilid 4, jilid 5, jilid 6,

gharib dan tajwid dasar. Ummi Foundation juga mempunyai jilid untuk

55
Ibid.,9.
56
Tim Ummi Foundation, Modul Sertifikasi,4.
49

pelaksanaan pembelajaran orang dewasa yang dinamakan “Ummi Dewasa”. Di

dalam ummi dewasa, isinya juga hampir sama dengan isi yang ada di dalam

ummi jilid 1-6. Yang membedakan hanyalah isinya lebih diringkas menjadi satu

buku yang berisi 3 jilid.

Selain buku ummi dewasa, dalam pengajaran Al-Qur’an ummi dewasa juga

dilanjutkan dengan belajar Al-Qur’an beserta gharib dan Tajwid Dasar. Agar

orang dewasa lebih mudah dalam mempraktekkan pembelajaran menggunakan

Al-Qur’an.
50

BAB III

METODE PENELITIAN

a. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan

menggunakan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian

yang jenis datanya bersifat nonangka. Bisa berupa kalimat, pernyataan,

dokumen, serta data lainnya yang bersifat kualitatif.1 Penelitian kualitatif

bersifat diskriptif, yaitu menggambarkan, mengungkap, dan menjelaskan

peristiwa, sehingga data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, dan

tidak menekankan pada angka. Data-data tersebut bisa berasal dari wawancara,

catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan

dokumen resmi lainnya.2 Menurut Bogdan dan Tylor mengatakan :

“ Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan


data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati.”3
Dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan akan dapat

menggambarkan bagaimana setting penelitian, baik situasi maupun informan.

Data yang di dapat umumnya berbentuk narasi melalui lisan, baik berupa

ucapan informan, dokumen pribadi dan catatan lapangan.4

1
Musfiqon, Panduan Lengkap,70.
2
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2005), 11.
3
Ibid.,4.
4
Uhar Suharsaputra, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan (Bandung: PT
Refika Aditama, 2012), 188.
51

Penelitian ini dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala

pada saat penelitian berlangsung yang bersifat alamiah serta untuk

memaparkan keseluruhan data hasil penelitian untuk dibahasakan secara rinci.

b. Subjek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian kualitatif adalah informan yang terlibat

dan dapat menjadi sumber data dalam penelitian. Informan adalah pihak yang

memberikan informasi mengenai masalah penelitian. Informan akan

memberikan data informasi yang mendalam mengenai fokus masalah dalam

penelitian. Dalam penelitian kualitatif informan disebut dengan responden.5

Jumlah informan yang menjadi subyek penelitian ini akan terus bertambah

sesuai dengan kebutuhan.

Pada penelitian ini yang menjadi subyek penelitian diantaranya adalah

pengajar Al-Qur’an ummahat di SD Islam Sari Bumi, ummahat wali santri yang

mengikuti kegiatan tahsin, dan Kepala SD Islam Sari Bumi. Dengan ini peneliti

berharap dapat mendapatkan informasi secara mendalam mengenai fokus

masalah penelitian.

c. Jenis dan Sumber Data

Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah

kata-kata, tindakan, selebihnya berupa data tambahan. Berkaitan dengan hal itu,

maka jenis datanya dibagi dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis,

5
Musfiqon, Panduan Lengkap, 97.
52

foto dan data statistik. Kata-kata dan tindakan didapatkan dari pengamatan

terhadap kata maupun tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai.

Selain itu, terdapat juga data tambahan yang juga sangat penting dalam suatu

penelitian yaitu berupa sumber data tertulis, foto dan data statistik. Sumber data

tertulis dapat berupa buku, majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi atau resmi.

Data tambahan selanjutnya adalah foto. Foto dapat memberikan gambaran yang

cukup berharga dalam menelaah suatu keadaan, sehingga dapat memudahkan

peneliti dalam menganalisis hasil penelitian. Data statistik juga salah satu data

tambahan yang cukup penting dalam suatu penelitian. Data statistik dapat

memberikan gambaran kecenderungan subjek, apakah mengalami suatu

kemajuan atau kemunduran pada latar penelitian.6

Oleh karena itu, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

data primer dan sekunder. Data ini berkaitan langsung dengan masalah

penelitian dan didapatkan langsung dari responden sebagai bahan analisis. Data

primer merupakan sumber data utama, data ini diperoleh langsung dari

sumbernya (subyek penelitian), diamati dan dicatat, yang untuk pertama kalinya

dilakukan melalui observasi (pengamatan) dan wawancara. Sedangkan, data

sekunder yaitu data yang tidak dilakukan secara langsung oleh peneliti atau

berupa data tambahan seperti buku, majalah ilmiah, arsip, dokumentasi pribadi

dan resmi dan sebagainya.7

6
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian, 157.
7
Ibid.,151.
53

Sumber data yang diperlukan peneliti diantaranya adalah:

1) Data Lapangan berupa wawancara kepala SD Islam Sari Bumi, observasi

dan wawancara pengajar di kelompok ummahat, observasi dan wawancara

ummahat di SD Islam Sari Bumi

2) Data buku berupa Al-Qur’an, buku pedoman sertifikasi metode ummi,

buku prestasi belajar, hasil tes, buku penunjang lainnya.

d. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif adalah dalam bentuk

kata yang menghasilkan deskripsi cerita terperinci, analisis dan interpretasi

fenomena. Menurut Mc Millan dan Schumacher mengatakan bahwasannya :

“ Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif antara lain,


obsevasi partisipan, observasi lapangan, wawancara mendalam, dokumen
dan artefak, dan teknik tambahan berupa audio visual.”
Pengumpulan data merupakan suatu kegiatan yang memerlukan ketepatan

dan kejelian dalam memilah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data

primer merupakan hal yang sangat penting untuk keperluan penelitian. Serta

langkah yang amat penting dalam sebuah penelitian ilmiah. Tetapi data

sekunder juga sangat diperlukan untuk memperkuat keakuratan data dalam

penelitian. Oleh karena itu peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan

data kualitatif dengan mengumpulkan data primer maupun sekunder dalam

melakukan penelitian ini. Pengumpulan data tersebut diantaranya adalah

observasi, wawancara dan dokumentasi.


54

1) Observasi

Observasi adalah proses pengamatan dari suatu kegiatan pengumpulan

data. Pengamatan atas gejala, fenomena dan fakta empiris yang terkait

dengan masalah penelitian. Observasi ini dilakukan oleh peneliti dalam

obyek penelitian secara langsung. Dimana peneliti bisa berinteraksi

langsung dengan obyek yang diteliti.8 Observasi merupakan alat pengumpul

data dengan cara melihat dan mendengarkan objek yang diamati.9

Sebagaimana yang dikatakan oleh Cartwright bahwasannya :101 “Observasi

ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan

suatu kesimpulan atau diagnosis.”

Observasi dilakukan untuk mendapatkan pengalaman secara langsung

untuk peneliti, melihat dan mengamati, memahami sendiri peristiwa dan

situasi di lapangan, menjadi alat bantu jika sudah tidak memungkinkan

menggunakan alat komunikasi yang lain untuk melakukan penelitian. 111

Dalam hal ini, peneliti datang langsung ke lokasi penelitian, yaitu SD

Islam Sari Bumi. Peneliti berharap dapat mengetahui bagaimana

pembelajaran Al-Qur’an oleh Ummahat di SD Islam Sari Bumi.

Peneliti menggunakan teknik observasi terstruktur, dimana peneliti telah

menyiapkan pedoman wawancara dengan menuangkan pertanyaan-

8
Musfiqon, Panduan Lengkap, 120.
9
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsito, 1992), 66.
10
Uhar Suharsaputra, Metodologi Penelitian, 209.
11
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian, 174.
55

pertanyaan beserta altenatif jawabannya serta dirancang secara sistematis

tentang apa yang akan diamati, kapan, dan dimana tempatnya. 121

2) Wawancara

Wawancara merupakan suatu kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh

peneliti dan informan dalam suatu kegiatan penelitian. Wawancara ini

bertujuan agar peneliti dapat mengkonstruksi pemikiran, kejadian, kegiatan,

pengalaman serta opini mendalam mengenai masalah penelitian. 131

Peneliti menggunakan teknik penelitian wawancara tidak terstruktur.

Dimana peneliti tetap menyiapkan pedoman data wawancara yang

formatnya tidak sedetail dalam wawancara terstruktur. Pedoman data

wawancara tersebut adalah sebagai rambu-rambu fokus masalah dalam

kegiatan wawancara tersebut.

Dalam kegiatan wawancara ini, peneliti akan melakukan pencatatan,

perekaman, atau pendokumentasian, agar data tersusun sistematis. Yang

pertama, peneliti akan melakukan wawancara kepada pengajar Al-Qur’an

untuk mendapatkan data mengenai pembelajaran yang dilaksanakan di

tempat tersebut. Yang kedua, peneliti akan melakukan wawancara kepada

ummahat yang mengikuti program belajar bersama, untuk mendapatkan

data bagaimana cara yang dilakukan agar bisa membaca Al-Qur’an dengan

tartil. Yang ketiga, peneliti akan melakukan wawancara kepada kepala

sekolah SD Isam Sari Bumi serta Komite SD Islam Sari Bumi mengenai

12
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),
(Bandung: CV. Alfabeta, 2010), 205.
13
Musfiqon, Panduan Lengkap, 117.
56

profil dan sejarah berdirinya lembaga ini, serta bagaimana terselanggaranya

program tersebut.

3) Dokumentasi

Dokumen merupakan bentuk teks ataupun artefak yang menyimpan

kumpulan fakta dan data.141 Dokumentasi adalah teknik pengumpulan4 data

dengan dokumen, yaitu catatan peristiwa yang sudah berlalu yang dapat

berbentuk tulisan, gambar, sejarah kehidupan, biografi, peraturan,


5
kebijakan, dan lain-lain.151 Bentuk teks ini juga bisa berupa catatan,

transkrip, buku, surat kabar dan data lainnya yang dimiliki oleh lembaga

pendidikan. Dari data-data tersebut peneliti berharap mampu untuk

memberi gambaran dan menganalisis setiap komponen data dokumentasi

yang didapatkan.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengumpulkan data-data mengenai

ummahat di SD Islam Sari Bumi, baik berupa tulisan, foto, maupun profil

lembaga pendidikan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat

memperoleh data mengenai identitas lembaga, srtuktur kepengurusan, dan

denah lembaga pendidikan ini.

e. Teknik Analisis dan Intepretasi Data

Proses analisis data menggunakan analisis data kualitatif secara induktif

dan berlangsung secara terus-menerus selama pengumpulan data di lapangan.

Menurut Nasution dan Moleong bahwa analisis data yang dilakukan meliputi

14
Ibid.,131.
15
Sugiyono, Metode Penelitian, 329.
57

mereduksi data, menyajikan data, display data, menarik kesimpulan dan


6
melaksanakan verifikasi.161 Proses analisis dalam penelitian ini menggunakan

model analisis dari Miles dan Huberman antara lain :171

1. Pengumpulan data

Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Disini

peneliti akan

2. Reduksi data

Data yang sudah terkumpul akan direduksi oleh peneliti. Data akan diolah

mulai dari editing, kategorisasi, hingga analisis data. Data dari lapangan

akan diolah, dipilih dan disederhanakan dengan merangkum yang penting-

penting sesuai fokus masalah penelitian yaitu penerapan tahsin serta hasil

dari proses tahsin tersebut dalam membaca Al-Qur’an.

3. Penyajian data

Untuk mensistematiskan data hasil reduksi agar terlihat utuh, maka

dilakukan pemaknaan data, gambaran keseluruhan data dan penggalian

data kembali untuk bisa ditarik kesimpulan. Peneliti akan

menghubungkan, membandingkan, dan mendeskripsikan data sesuai

dengan focus masalah untuk diberikan makna. Pemberian makna ini akan

menjadi bahan simpulan penelitian.

16
Uhar Suharsaputra, Metodologi Penelitian, 216.
17
Ibid.,218.
58

4. Menarik kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan selama proses penelitian berlangsung

atau sejak awal data diperoleh, hingga pada akhirnya akan didapatkan

kesimpulan akhir yang utuh setelah semua data benar-benar lengkap.


59

BAB IV

PENYAJIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Objek Penelitian

1. Profil SD Islam Sari Bumi

Nama Sekolah : SD Islam Sari Bumi

Alamat : Jl. Raya Lingkar Timur Km. 06 Sidoarjo

No. Telp : 031 807 1631

Kepala Sekolah : M.Lis Haryanto, S.Pd.

2. Latar belakang berdirinya

Yayasan Grup Sari Bumi didirikan pada tahun 2011 yang diawali

dari perkumpulan orang-orang yang ingin mendirikan suatu amal usaha.

Sebagaimana hasil wawancara dengan kepala sekolah :

“Lembaga pendidikan ini mulai berdiri pada tahun 2011-2012 sejak


awal didirikannya Yayasan Group Sari Bumi. Awal didirikan
yayasan ini juga tidak langsung mendirikan sekolah, karena
yayasan ini terbentuk dari adanya beberapa orang, maka ada yang
berkeinginan untuk mendirikan POM bensin, rumah sakit, pondok
pesantren dan sekolah. Setelah berunding pada akhirnya
diputuskanlah untuk mendirikan suatu lembaga pendidikan islam.”1

Pada mulanya orang-orang tersebut berpikir untuk mendirikan pom

bensin, kemudian ada yang berpikir untuk mendirikan rumah sakit,

pondok, dan sebuah sekolah. Setelah lama bermusyawarah pada

akhirnya tercetuslah untuk mendirikan sebuah sekolah islam yang

1
Wawancara dengan kepala sekolah, Rabu 27 Maret 2019, 13.00 WIB.
60

dinamakan Lembaga Pendidikan Islam Sari Bumi. Lembaga tersebut

mendapatkan izin untuk mendirikan sekolah mulai tingkat PG, TK dan

SD. Lembaga pendidikan ini didirikan karena mereka berharap amal

usaha yang mereka dirikan dapat menjadi investasi bagi mereka di

akhirat yaitu dalam bidang pendidikan yang dapat membantu negara

dalam mencerdaskan kehidupan bangsa terutama dalam bidang

pembelajaran Al-Qur’an dan dakwah. Dengan pendidikan tersebut

diharapkan dapat memunculkan generasi-generasi islam yang unggul

dalam bidang akademik maupun agama yang sesuai dengan Al-Qur’an

dan sunnah.

Lembaga ini menggunakan buku panduan ummi dalam

pembelajaran Al-Qur’an karena motto ummi yaitu mudah dan

menyenangkan.2 Selain itu karena didasari oleh ketua yayasan yang

mendapatkan anaknya yang belajar di suatu sekolah dasar yang

menggunakan buku panduan ummi, dan anaknya dapat membaca Al-

Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan hukum tajwidnya. Dari sini

dia mengambil buku panduan ummi untuk diterapkan di lembaga

tersebut dengan harapan anak-anak yang bersekolah di lembaga tersebut

dapat belajar Al-Qur’an dengan baik. Sebagaimana yang diungkapkan

oleh kepala sekolah bahwasannya :

2
Tim Ummi Foundation, Modul Sertifikasi Guru Al-Qur’an Buku panduan Ummi (Surabaya:
Lembaga Ummi Foundation, 2017), 3.
61

“Lembaga ini menggunakan metode ummi menjadi program


unggulan dalam pembelajaran Al-Qur’an karena metode ini bagus
dalam penerapannya dan telah terbukti di beberapa sekolah yang
memiliki kualitas yang baik.”3

Pengembangan mutu yang selalu dilakukan oleh lembaga ini adalah

dengan melakukan evaluasi dari target pencapaian dalam pembelajaran

Al-Qur’an. Dengan demikian akan dapat diketahui inovasi kedepannya

agar target pembelajaran Al-Qur’an dapat tercapai seluruhnya.

Latar belakang berdirinya kelompok belajar membaca Al-Qur’an

ummahat ini sendiri karena pada awalnya banyak sekali dilihat ummahat

yang setelah selesai mengantar anak-anaknya tidak memiliki kesibukan

yang dapat dikatakan bermanfaaat, karena dapat dilihat hanya duduk-

duduk santai dan mengobrol dengan yang lainnya. Karena ditakutkan

obrolan tersebut terlalu jauh dan tidak bermanfaat malah menuju kepada

dosa, mending diarahkan kepada sesuatu yang berpahala. Dari sini

muncullah ide dari para pengurus komite untuk membentuk suatu

program khusus ummahat, yaitu kegiatan pembelajaran untuk tahsin Al-

Qur’an, turjuman Al-Qur’an dan Bahasa Arab. Program ini disambut

dengan antusias oleh semua kalangan, baik ummahat maupun pihak

sekolah/lembaga. Sebagaimana wawancara yang telah dilakukan

kepada salah satu perwakilan dari pengusrus komite bahwasannya :

3
Wawancara dengan kepala sekolah, Rabu 27 Maret 2019, 13.00 WIB.
62

“Awalnya saya hanya ngobrol biasa dengan salah satu ummahat


yang juga pengurus komite, beliau mengajak saya untuk ikut kelas
belajar Bahasa Arab di luar. Tetapi saya menolak dan saya
menjawab kepada beliau, saya mau ikt belajar bahasa arab kalau
diadakan disini. Saya tidak mau kalau terlalu jauh. Kemudian
muncullah ide untuk membuat suatu kelas belajar yang menampung
semua ummahat untuk bisa memperajari Al-Qur’an, Bahasa Arab
dan turjuman Al-Qur’an. Rencana ini juga kami sampaikan kepada
ketua komite dan pengurus yayasan. Mereka semua menyambut
dengan baik dan sangat mendukung rencana kami agar dapat
berjalan dengan lancar.”4

Pengembangan program ini dilakukan dengan menyebarkan form

kepada semua walisantri lama maupun baru setiap tahun ajaran baru.

Selain itu juga dari mulut ke mulut sehingga bisa tersebar baik di

kalangan wali santri maupun ibu-ibu diluar wali santri. Karena belum

seluruh dari wali santri yang terserap untuk mengikuti program kegiatan

ini, pihak komite pada akhirnya juga menerima beberapa orang yang

memang benar-benar mau belajar Al-Qur’an dari luar wali santri.

Program kegiatan ini menggunakan buku panduan ummi karena

dianggap buku panduan ini lebih mudah, fleksibel, praktis dan dapat

diterima dari setiap kalangan manapun.

3. Visi misi

a. Visi SD Islam Sari Bumi :

Menjadi sekolah dasar Islam yang islami, mandiri, dan berprestasi

berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

4
Wawancara dengan pengurus komite yaitu ustadzah Riris, Rabu 1 Mei 2019, 08.06 WIB.
63

b. Misi SD Islam Sari Bumi :

1) Membimbing anak ta’at kepada Allah Ta’ala dan Rasulnya dan

cinta kebenaran.

2) Menumbuhkan semangat beribadah, ikhlas, sabar, sungguh-

sungguh, disiplin, percaya diri, memiliki etos belajar dan

bekerja tinggi, tanggung jawab dan jujur.

3) Menyiapkan anak yang berprestasi, inovatif dan kreatif di

bidang akademik, olahraga dan teknologi, serta kewirausahaan.5

Pada program ini sendiri mempunyai tujuan agar semua wali santri

tidak ada yang buta huruf dalam membaca tulis Al-Qur’an. Selain itu

diharapkan dengan ini wali santri bisa menjadi wadah bagi anak-

anaknya dalam belajar dirumah sehingga sinergi antara wali santri dan

sekolah bisa lebih menyatu untuk bisa menjadikan anak-anak menjadi

generasi qur’ani.6 Visi dan misi yang dimiliki oleh sekolah akan dapat

terwujud apabila kerja sama wali santri dan sekolah berjalan dengan

baik. Kerja sama yang dimaksud oleh peneliti adalah wali santri dirumah

mau memberikan pendampingan ketika anak-anak belajar, baik untuk

pelajaran umum maupun Al-Qur’an.

5
Lembaga Pendidikan Islam Sari Bumi, Visi dan Misi SD Islam Sari Bumi,
(www.groupsaribumi.com diakses 2019).
6
Wawancara dengan pengurus komite yaitu ustadzah Riris, Rabu 1 Mei 2019, 08.06 WIB.
64

4. Daftar biodata ustadzah pengajar Al-Qur’an

Tabel 4.1

Nama Ustadzah Pengajar Tahsin

No Nama TTL Alamat Pengajar


Turjuman Al-Qur’an
Sorong, 8
Kurnia Taman Puspa (Pasca Ummi) +
1 September
Barus Anggaswangi Ketua Koordinator
1969
Pengajar Tahsin
Istana Candimas Kelas Tahsin Dasar 1
Wiwin Nganjuk,
2. Regency Blok G3 Ummi Dewasa Jilid
Sistiati 4 Juni 1988
No. 3 Candi 1&2
Gresik, Kelas Tahsin Dasar 2
Siti Ds. Tenggulunan
3. 15 Juni Ummi Dewasa Jilid
Musfiroh RT 1, Candi
1980 3&4
Surabaya, Kelas Tahsin Dasar 3
Anna Kemiri Indah
4. 15 Juni Ummi Dewasa Jilid
Rahardini Barat 1 Sidoarjo
1980 5&6
Graha Kuncara
Riswatin Ngawi, 26 Kelas Tahsin Al-
5. Lok. G19,
Chasanah Maret 1981 Qur’an 1
Sidoarjo
Istana Candimas
Endang Sidoarjo, 2 Kelas Tahsin Al-
6. Regency B4-23
Yuliasih Juli 1974 Qur’an 2
Sidoarjo
Dewi Malang, 9 Rusunawa Bulu
Kelas Tahsin Al-
7. Ummu Agustus Sidokare Gedung
Qur’an 3
Najwa 1981 B lantai 3 No. 43

5. Jadwal pembelajaran Al-Qur’an ummahat

Tabel 4.2

Jadwal Pembelajaran

No Hari Pukul
1 Selasa 08.00 – 10.00 WIB
2 Rabu 08.00 – 10.00 WIB
65

6. Daftar ummahat yang mengikuti pembelajaran Al-Qur’an

Tabel 4.3

Daftar Ummahat Pembelajaran Tahsin

No Nama Keterangan
1. Ibu Bella
2. Ibu Nizma
3. Ibu Puspita
4. Ibu Izza
5. Ibu Beta
6. Ibu Debby
7. Ibu Lisa Kelas Tahsin Dasar 1
8. Ibu Nina Pengajar : Ustdzah Wiwin
9. Ibu Novi
10. Ibu Lia
11. Ibu Setyorini
12. Ibu Luthfiya
13. Ibu Adina
14. Ibu Rini
15. Ibu Andita Rochil
16. Ibu Nur Fitria
17. Ibu Fidya Shohifatum
18. Ibu Nadendra Winayu
19. Ibu Kartika
20. Ibu Dian Puspita Kelas Tahsin Dasar 2
21. Ibu Murniati Pengajar : Ustdzah
22. Ibu Novarita Lestari Musfiroh
23. Ibu Zunaida Ulfa
24. Ibu Siti Nur Hidayah
25. Ibu Hidayatul Laili
26. Ibu Mulyo Prihati
27. Ibu Rina Mala
28. Ibu Yenni Aniati
29. Ibu Ilva Zumaroh
30. Ibu Zulfira Tri Luthfiyani
31. Ibu Lia Susanti Kelas Tahsin Dasar 1
32. Ibu Dhian Ratnasari Pengajar : Ustdzah Anna
33. Ibu Ely Eka
34. Ibu Yuni Kurniati
35. Ibu Indah Nur Aini
66

36. Ibu Afrida


37. Ibu Noor Astina
38. Ibu Mas Ulfa Istiani
39. Ibu Ulfa
40. Ibu Icha
41. Ibu Candra
42. Ibu Ririn
43. Ibu Ratih
44. Ibu Riza
Kelas Tahsin Al-Qur’an 1
45. Ibu Vivin
Pengajar : Ustadzah
46. Ibu Sapta
Riswatin Chasanah
47. Ibu Matina
48. Ibu Wiwik
49. Ibu Diana
50. Ibu Itha
51. Ibu Adelia
52. Ibu Yuni
53. Ibu Retno Suci
54. Ibu Lina
55. Ibu Masyitah Kelas Tahsin Al-Qur’an 2
56. Ibu Ade Nurlian Pengajar : Ustadzah
57. Ibu Bunga Agusti Endang Yuliasih
58. Ibu Intan Suci
59. Ibu Dian
60. Ibu Siti Amanah
61. Ibu Laila Khusniati
62. Ibu Suwiji
Kelas Tahsin Al-Qur’an 3
63. Ibu Ilul Mahmuda
Pengajar : Ustadzah Dewi
64. Ibu Lilis
65. Ibu Nina
66. Ibu Reni
67

7. Kondisi sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana merupakan aset penting dalam mendukung

keberhasilan suatu proses pembelajaran. Sarana dan prasarana diadakan

untuk memberikan kemudahan dalam pencapaian tujuan dari kegiatan

pembelajaran. 7

Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dapat dikatakan

bahwasannya sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan tahsin ini

banyak yang belum terpenuhi. Diantaranya yaitu ruang belajar, ruang

belajar yang dimiliki untuk menyelenggarakan program kegiatan ini

adalah ruang math’am yang dimiliki oleh lembaga untuk tempat makan

siang santri SD Islam Sari Bumi. Sebagaimana wawancara yang

diperoleh peneliti dari ustadzah Riris :

“Disini kebanyakan dari kami semua kan bercadar, jadi yang


menjadi kendala disini adalah ruangan/tempat yang belum kondusif.
Sehingga ketika mendekati jam makan siang santri, banyak sekali
bapak cs yang sering lalu lalang di math’am untuk menyiapkan
makanan, padahal banyak ummahat yang ingin menambah jam
untuk belajar. Secara tidak langsung kami pun harus segera
menyelesaikan kegiatan pembelajaran.”8

Kendala yang dialami diantaranya yaitu tempat terlalu bising jika

digunakan untuk semua kelompok ketika semuanya sedang membaca

meskipun dibatasi oleh tabir, sehingga pembelajaran menjadi kurang

7
Gusman, Analisis Faktor Penyebab Kurangnya Kemampuan Siswa Dalam Baca Tulis Al-Qur’an
di MTsN Kedurang Bengkulu Selatan, Al-Bahtsu: Vol. 2 No. 2, Desember 2017, 234.
8
Wawancara dengan Ustadzah Riris, Rabu 8 Mei 2019, 09.38 WIB.
68

efektif. Selain itu, tempat juga akan digunakan untuk makan siang santri,

sehingga belum selesai kegiatan pembelajaran sering terganggu dengan

bapak-bapak CS (cleaning service) yang menyiapkan makan siang di

meja-meja santri. Selain ruangan yang dianggap kurang memadai,

tersedianya alat peraga ummi dalam pembelajaran pada setiap kelompok

juga masih belum terpenuhi. Sehingga ruh dalam pembelajarn ummi

sendiri yang pada dasarnya sangat mengutamakan peraga untuk

menentukan keberhasilan pembelajaran masih belum dapat dilihat.

8. Kondisi pengajar Al-Qur’an ummahat

Semua pengajar Al-Qur’an untuk ummahat di lembaga ini

berjumlah 6 orang dan sudah bersertifikasi ummi semua. Pengajar pun

semua juga berasal dari wali santri sendiri. Sebagaimana hasil wawncara

dengan ustadzah Riris bahwasannya:9

“semua pengajar Al-Qur’an disini semuanya adalah dari wali santri


sendiri, semuanya sudah bersertifikasi guru Al-Qur’an oleh ummi
foundation”

Kondisi pengajar berdasarkan observasi yang dilakukan oleh

peneliti, semuanya dalam keadaan baik dan sangat sabar dalam

menghadapi berbagai macam karakter orang dewasa. Dari sini dapat

dilihat bahwasannya pengajar pun adalah seorang yang profesional

9
Wawancara dengan Ustadzah Nia, Rabu 8 Mei 2019, 08.59 WIB.
69

dalam bidangnya, sehingga pembelajaran juga dapat berjalan dengan

baik, efektif dan menyenangkan.

9. Kondisi peserta dalam pembelajaran Al-Qur’an ummahat

Dalam pembelajaran Al-Qur’an disini semua ummahat sangat

antusias dan bersemangat dalam belajar. Meskipun terkadang ada

kendala dari segi daya tangkap maupun ingatan dari setiap individu yang

berbeda dalam menerima dan menangkap penjelasan materi yang

disampaikan oleh ustadzahnya. Menurut ustadzah Anna, mengatakan

bahwasannya :10 1 0

“ Daya serap materi oleh setiap personal itu berbeda. Hari ini
disampaikan salah satu materi dan ketika ditanya sudah faham, tetapi
besok ditanya lagi sudah lupa. Hal ini wajar dialami pada dasarnya
mereka semua adalah oarang dewasa yang banyak sekali yang mereka
pikirkan selain materi ini, juga yang utama karena faktor usia.”

Untuk jumlah ummahat yang mengikuti program kegiatan tahsin

pada tahun ajaran 2018-2019 ini kurang lebih sebanyak 50 orang.

Kebanyakan dari mereka semua berusia sekitar 30 sampai 40 tahun.

Tetapi usia yang mereka miliki tidak menghambat semangat dan juang

mereka dalam menghapus buta huruf mereka pada Al-Qur’an yang

menjadi pedoman hidup mereka.

10
Wawancara dengan Ustadzah Anna, Rabu 8 Mei 2019, 08.59 WIB.
70

B. Paparan Data Penelitian

1. Penerapan tahsin Al-Qur’an ummahat di SD Islam Sari Bumi

dengan menggunakan buku panduan ummi

Untuk mengetahui penerapan tahsin Al-Qur’an pada ummahat dengan

buku panduan ummi di SD Islam Sari Bumi, peneliti melakukan observasi

dan wawancara secara langsung pada proses pembelajaran Al-Qur’an.

Wawancara ini dilakukan kepada kepala sekolah dan pengajar Al-Qur’an

ummahat di SD Islam Sari Bumi. Sehingga diperoleh data sebagai berikut :

Pelaksanaan tahsin Al-Qur’an untuk orang dewasa di SD Islam Sari

Bumi dapat dikatakan baik dan berjalan dengan lancar. Tahsin Al-Qur’an

disini diutamakan untuk memperbaiki bacaan dari segi makhroj, panjang

pendek, dan kelancarannya.

Berdasarkan wawancara dengan salah satu pengajar disini yaitu

ustadzah Riris, beliau mengatakan bahwasannya:11 1

“ Tahsin ini harus dilakukan dengan penuh kesabaran, karena mengajar


orang dewasa itu lebih banyak membutuhkan pengulangan dan lebih
banyak tantangannya daripada mengajar anak-anak. Ibaratnya kita itu
sedang melukis diatas air, atau melukis diatas kertas yang sudah banyak
coretan. Sehingga membutuhkan kesabaran dalam mengajarnya.”

Dari sini dapat disimpulkan bahwasannya mengajar orang dewasa yang

pada dasarnya secara tidak langsung sudah memiliki pengetahuan, baik

banyak maupun sedikit dalam membaca Al-Qur’an membutuhkan waktu

11
Ibid.
71

yang lebih banyak dalam menguatkan daripada mengajari anak kecil yang

belum ada goresan tinta / pengetahuan membaca Al-Qur’an sebelumnya.

Penerapan Tahsin Al-Qur’an untuk orang dewasa di SD Islam Sari Bumi

menggunakan buku ummi dewasa yang terdiri dari tiga jilid, Al-Qur’an,

ghorib dan tajwid. Kegiatan tahsin ini terbagi menjadi 6 kelompok dimana

ada 3 kelompok tahsin dasar atau kelas jilid, dan 3 kelompok tahsin Al-

Qur’an yang berisi pembelajaran Al-Qur’an, gharib, dan tajwid. Hal

tersebut dilakukan agar tahsin yang dilakukan dapat terfokus pada tingkatan

masing-masing kelas.

Berdasarkan wawancara dengan salah satu pengajar yaitu ustadzah

Riris, bahwasannya tahsin Al-Qur’an pada ummahat berlangsung selama

120 menit. Dalam satu minggu masuk selama 2 kali yaitu hari Selasa dan

Rabu. Sebagaimana pembelajaran Al-Qur’an buku panduan ummi pada

umumnya, proses tahsin Al-Qur’an pada ummahat di lembaga ini juga

terdiri dari 7 tahapan pembelajaran, sebagaimana wawancara peneliti

dengan ustadzah Nia:12 1 2

“Tahapan pembelajaran Al-Qur’an dengan buku panduan ummi pada


kegiatan tahsin ummahat terdiri dari 7 tahapan yaitu pembukaan,
apersepsi, penanaman konsep, pemahaman konsep, ketrampilan,
evaluasi dan penutup.”

12
Wawancara dengan Ustadzah Nia, Rabu 8 Mei 2019, 08.59 WIB.
72

Adapun 7 tahapan pembelajaran tersebut meliputi:

a. Pembukaan

Pada tahap pembukaan, ustadzah memberikan komando untuk

mengkondisikan ummahat sebelum memulai pembelajaran. Setelah itu,

ustadzah mengucapkan salam, memimpin do’a dan memberikan motivasi-

motivasi yang membangun untuk memberikan semangat belajar kepada

ummahat.

b. Apersepsi

Setelah selesai pembukaan, tahapan pembelajaran selanjutnya adalah

appersepsi. Apersepsi yaitu pengulangan kembali materi atau halaman yang

sebelumnya sudah dipelajari. Hal ini dilakukan untuk bisa mengaitkan

antara materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. Pada tahapan

ini, ustadzah mengajak semua ummahat untuk membuka halaman pada

buku ummi yang sebelumnya dipelajari, kemudian membaca secara

bersama-sama halaman tersebut. Selain membaca bersama-sama, ustadzah

juga seringkali menunjuk beberapa ummahat untuk membaca bergantian

secara individu secara bergantian maupun acak. Sebagaimana hasil

wawancara peneliti dengan salah satu pengajar, yaitu ustadzah wiwin:13 1

“apersepsi dalam pembelajaran tahsin ini sangat penting. Disini


ummahat bisa mengulang kembali pelajaran yang telah disampaikan.
Kegiatan ini dapat membantu mereka dalam menguatkan materi serta
ingatan mereka dalam belajar.”

13
Wawancara dengan Ustadzah Wiwin, Rabu 8 Mei 2019, 09.00 WIB.
73

c. Penanaman Konsep

Berdasarkan hasil penelitian, dalam penanaman konsep ustadzah tidak

secara langsung membacakan pokok bahasan/ materi baru yang akan

dipelajari. Disini ustadzah memberikan kesempatan kepada ummahat untuk

membaca sendiri terlebih dahulu pokok bahasan yang akan dipelajari. Hal

ini dilakukan untuk mengingatkan dan mengaitkan pokok bahasan yang

pernah dipelajari dengan pokok bahasan baru yang akan dipelajari. Setelah

ummahat bisa membaca pokok bahasan yang ada, ustadzah mulai

menjelaskan maksud dari pokok bahasan tersebut. Setelah selesai

menjelaskan pokok bahasan, ustadzah mengajak semua ummahat untuk

membaca halaman latihan bersama-sama secara acak.

d. Pemahaman Konsep

Ketika ummahat sudah mulai mengerti pokok bahasan pada penanaman

konsep, ustadzah mengajak untuk membaca halaman latihan yang ada

dibawah pokok bahasan secara klasikal sampai benar-benar paham cara

membacanya. Seringkali juga dengan menunjuk beberapa ummahat untuk

membaca secara bergantian.

e. Ketrampilan

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas ustadzah

Anna, beliau mengajak ummahat untuk membaca secara bergantian

halaman latihan sesuai dengan kelompok yang sudah dibagi. Ketika satu

kelompok membaca, kelompok yang lain menyimak dan begitu sebaliknya.

Setelah itu, ustadzah meminta satu persatu ummahat untuk membaca


74

halaman latihan secara acak. Hal ini dimaksudkan agar kemampuan

ummahat dalam memahami pokok bahasan baru bisa semakin dioptimalkan

dengan semakin banyak membaca dan diulang-ulang.

f. Evaluasi

Berdasarkan pengamatan di kelas ustadzah musfiroh, dapat disimpulkan

bahwasannya tahap evaluasi ini dilakukan dengan cara klasikal baca simak,

karena dalam satu kelompok sama jilidnya tetapi berbeda halaman. Ketika

ada satu ummahat yang membaca, yang lainnya bertugas untuk menyimak

dan mengingatkan ketika ada kesalahan. Sebagaimana hasil wawancara

dengan ustadzah musfiroh bahwasannya:14 1 4

“di halaqah saya menggunakan metode pembelajaran klasikal baca


simak, dikarenakan dalam satu kelompok ini semuanya sama
jilidnya, tetapi ada yang berbeda halamannya.”

Hal ini dilakukan satu persatu sampai semuanya membaca. Setelah

selesai membaca, ustadzah menilai bacaan ummahat pada buku prestasi

dengan mencantumkan nilai serta kesalahan-kesalahan yang telah terjadi

ketika membaca Al-Qur’an serta bisa atau tidaknya naik ke halaman

selanjutnya.

g. Penutup

Berdasarkan pada hasil observasi dapat diketahui bahwasannya pada

proses penutupan pembelajaran, ustadzah mengkondisikan suasana agar

tetap tenang, kemudian memberikan pesan-pesan ataupun PR membaca

dirumah serta motivasi. Ummahat duduk tenang dan ustadzah memimpin

14
Wawancara dengan Ustadzah Musfiroh, Rabu 8 Mei 2019, 08.00 WIB.
75

untuk membaca do’a kafaratul majelis secara bersama-sama dan diakhiri

dengan salam.

1) Evaluasi pembelajaran Al-Qur’an

Evaluasi adalah kegiatan menilai oleh pengajar dalam suatu kegiatan

pembelajaran. Evaluasi bertujuan untuk memperbaiki proses belajar siswa

serta dapat memberi umpan balik yang dapat dipergunakan sebagai dasar
5
untuk perencanaan di masa yang akan datang. 151 Kegiatan evaluasi dalam

tahsin Al-Qur’an menggunakan buku panduan ummi untuk ummahat di

lembaga ini terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu evaluasi harian, evaluasi

kenaikan jilid dan evaluasi akhir pembelajaran (Munaqasyah). Dalam

melakukan kegiatan evaluasi, pengajar juga harus selalu memperhatikan

target pembelajaran untuk mengontrol seberapa jauh keberhasilannya dalam

melakukan kegiatan pembelajaran. Target disini berisi materi yang harus

dicapai oleh guru dan siswa, sebagai acuan dalam ketercapaian tujuan

pembelajaran. Adapun target pembelajaran tahsin Al-Qur’an dengan

menggunakan buku panduan ummi yaitu:

15
Yulinda Erma Suryani, Pemetaan Kualitas Empirik Soal Ujian Akhir Semester Pada Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia SMA di Kabupaten Klaten (Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan,
Vol. 21 No. 2, Desember 2017), 143.
76

Tabel 4.4

Target pembelajaran tahsin Al-Qur’an

Kelas Keterangan Triwulan Program


PTS I JILID 1
KELAS 1
PAS I JILID 2
I-II
PTS II JILID 3
KELAS 2
PAS II JILID 4
PTS I JILID 5
KELAS 3
PAS I JILID 6
Al-Qur’an (Juz 1-
III-IV PTS II
15) + Gharib
KELAS 4
Al-Qur’an (Juz 16-
PAS II
30) + Tajwid
TASHIH
KELAS 5 PTS I – PAS I
KOORDINATOR
V-VI
TASHIH UMMI
KELAS 6 PTS II – PAS II
FOUNDATION

a) Evaluasi harian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, evaluasi

harian ini dilakukan setiap pertemuan dalam kegiatan tahsin Al-Qur’an.

Kegiatan evaluasi ini dilakukan dengan metode klasikal baca simak, dimana

satu orang membaca dan yang lainnya menyimak. Ummahat membaca

setiap baris dari halaman latihan secara bergantian dan hasilnya dinilai dan

ditulis oleh guru pada buku prestasi. Adapun kriteria penilaiannya adalah

dilihat dari kelancaran bacaan, fashohah, makhroj dan panjang pendek.

Untuk format/konversi penilaiannya adalah :16 1 6

16
Tim Ummi Foundation, Modul Sertifikasi Guru, 27.
77

Tabel 4.5

Konversi penilaian pada buku prestasi

Konversi Kesalahan Keterangan


A+ 0 Lanjutkan ke halaman berikutnya
A -1 Lanjutkan ke halaman berikutnya
B+ -2 Lanjutkan ke halaman berikutnya
B -3 Lanjutkan ke halaman berikutnya
Belum boleh melanjutkankan ke
B- -4 halaman berikutnya

Keterangan :
A+ : Jika siswa membaca satu halaman benar semua dan
kualitasnya bagus sekali
A : Jika siswa dalam membaca satu halaman benar semua dan
kualitas bacaannya bagus
B+ : Jika siswa dalam membaca satu halaman salah 1 kali dan
bisa membetulkan sendiri
B : Jika siswa dalam membaca satu halaman salah 2 dan bias
membetulkan sendiri
B- : Jika siswa dalam membaca satu halaman salah 3 kali dan
bisa membetulkan sendiri
b) Evaluasi kenaikan jilid

Berdasarkan hasil observasi oleh peneliti, setelah ummahat mampu

menyelesaikan pembelajaran sampai halaman terakhir jilid, maka ummahat

akan mengikuti tes kenaikan jilid. Untuk tes kenaikan jilid disini, pihak

lembaga menyerahkan sepenuhnya kepada pengajar masing-masing

kelompok. Hal ini dikarenakan terbatasnya waktu yang dimiliki oleh

penguji. Adapun yang dinilai dalam evaluasi ini meliputi fashohah, tartil,

dan ketelitiannya.
78

c) Evaluasi akhir pembelajaran (Munaqasyah)

(a) Evaluasi akhir pembelajaran oleh lembaga

Berdasarkan keterangan dari ustadzah Riris, bahwasannya:17 1

“evaluasi akhir pembelajaran dilaksanakan ketika ummahat sudah


mampu menyelesaikan program tahsin dasar (jilid) dan tahsin Al-
Qur’an (gharib+tajwid). Setelah ummahat dinyatakan sudah
meyelesaikan pembelajaran dari jilid sampai tajwid dasar serta
rekomendasi dari pengajar, ummahat akan mengikuti evaluasi akhir
pembelajaran oleh koordinator Al-Qur’an.

Evalusi ini dilakukan oleh koordinator bagian Al-Qur’an Lembaga

Pendidikan Islam Sari Bumi, yaitu ustadzah Kurnia Barrus. Materi yang

diujikan pada kegiatan evalusi ini meliputi fashohah, tartil, gharib dan

tajwid). Setelah dinyatakan lulus pada tahapan ini, ummahat bisa

langsung mengikuti tahapan selanjutnya yaitu evaluasi bersama ummi

foundation.

(b) Evaluasi akhir pembelajaran oleh ummi foundation

Setelah ummahat dinyatakan lulus pada tahap evalusi akhir oleh

koordinator, maka ummahat direkomendasikan untuk mengikuti tes oleh

ummi foundation. Pada tahapan ini, ummahat akan diuji langsung oleh tim

penashih dari ummi foundation. Untuk materi yang diujikan meliputi

fahohah, tartil, gharib dan tajwid. Setelah dinyatakan lulus pada tahapan ini,

ummahat bisa mengikuti sertifikasi guru buku panduan ummi dan

mendapatka sertifikat sebagai bentuk keberhasilannya dalam belajar Al-

Qur’an.

17
Wawancara dengan Ustadzah Riris, Rabu 8 Mei 2019, 09. 35 WIB.
79

2. Keberhasilan pembelajaran Al-Qur’an pada ummahat dengan

menggunakan buku panduan ummi

Dari hasil observasi langsung di lapangan serta wawancara kepada

kepala sekolah, komite, pengajar, maupun ummahat wali santri, dapat

diketahui bahwasannya pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an dengan buku

panduan ummi untuk ummahat di lembaga ini cukup berhasil, sebagaimana

diungkapkan oleh perwakilan pengurus komite yaitu ustadzah Kurnia

Barrus sekaligus Koordinator Al-Qur’an di lembaga ini yaitu :18


1 8

“ Sejauh ini program tahsin Al-Qur’an ini berjalan cukup baik dan
sesuai dengan yang diharapkan. Banyak ummahat yang sudah bisa
menyelesaikan program ini, mereka juga sudah mengikuti tes oleh
ummi foundation dan banyak yang dinyatakan lulus. Meskipun ada
beberapa yang belum lulus, itu bukan berarti mereka tidak bisa,
mungkin karena gerogi ataupun tegang saja. Yang saya nilai dari
mereka bukanlah dari sekedar secarik kertas dengan tulisan lulus,
tetapi lebih dari itu. Usaha dan perjuangan mereka meluangkan waktu
untuk mau belajar sampai mendapatkan hasil yang sangat signifikan
sekarang ini adalah lebih dari cukup untuk membuat saya bersyukur
dan bangga kepada mereka semua. Proses yang selama ini mereka lalui
adalah hal yang lebih penting dan utama daripada hanya sekedar
tulisan lulus. Bukan berarti saya mengesampingkan hasil tes ini, tapi
hasil dari tes ini hanyalah bonus dari kerja keras mereka selama ini.”

Hal serupa juga diungkapkan oleh ustadzah Anna selaku pengajar :19 1

“Pembelajaran tahsin selama ini alhamdulillah berjalan dengan


lancar, kualitas bacaan ummahat juga alhamdulillah ada peningkatan,
dilihat dari awal masuk sampai sekarang.”

18
Wawancara dengan Ustadzah Nia, Rabu 8 Mei 2019, 08.59 WIB.
19
Wawancara dengan Ustadzah Anna, Selasa 31 April 2019, 08.38 WIB.
80

Dari hasil wawancara tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwasannya

tahsin Al-Qur’an untuk ummahat di lembaga ini mengalami kenaikan

kualitas bacaan yang signifikan dari pertama mereka masuk sampai pada

akhirnya dapat dinyatakan lulus dalam ujian. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh ustadzah pengajar, dan penelitian di lapangan di kelas

tahsin dasar dan kelas tahsin Al-Qur’an dapat diketahui perbedaan

bacaannya dari fashohah, tartil, tajwid, gharib maupun kelancarannya yang

semakin baik dan mengalami peningkatan ketika sudah naik tingkat di kelas

Al-Qur’an.

Disini peneliti juga melakukan wawancara kepada beberapa ummahat,

salah satunya adalah ibu Sri Wahyuni seorang ibu rumah tangga yang

memiliki 2 anak putra yang bersekolah di SD Islam Sari Bumi kelas 2 dan

kelas 4. Dulu beliau seorang guru di salah satu sekolah menengah pertama

di Sidoarjo, ketika masih anak pertamanya saja yang bersekolah. Karena

kesibukannya dan kemampuannya yang terbatas dalam membaca Al-Qur’an

menyebabkan beliau susah ketika menemani anaknya dirumah dalam

muraja’ah hafalan maupun Al-Qur’annya. Karena itu, anak pertamanya

tertinggal jauh target dalam pembelajaran Al-Qur’an yang ada di sekolah.

Karena hal ini beliau memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan

memutuskan untuk fokus dalam mengajari anaknya. Langkah awal yang

beliau ambil adalah dengan mengikuti kegiatan tahsin Al-Qur’an untuk


81

ummahat yang ada di Lembaga Pendidikan Islam Sari Bumi dan sekarang

sudah berada pada kelas tahsin Al-Qur’an. Dari sini beliau mengaku

bahwasannya bacaan yang dimilikinya sekarang jauh lebih baik dari

sebelum beliau mengikuti tahsin disini. Seperti yang beliau katakan:20 2

“ Saya sangat bersyukur karena sekarang saya sudah bisa membaca


Al-Qur’an dengan lebih baik. Dulu saya membaca Al-Qur’an hanya
sekedar bisa membaca, tidak mengetahui kaidahnya. Sekarang saya
sudah bisa membaca Al-Qur’an dengan mengetahui hukum-hukum
tajwidnya serta mengetahui bacaan-bacaan gharib, dan yang paling
utama sekarang saya sudah bisa menemani anak-anak saya ketika
belajar dirumah. Saya ingin adiknya kali ini bisa lebih baik dalam
pembelajaran Al-Qur’annya dari kakaknya dulu.”

Selain dari hasil wawancara, peneliti juga melihat dari buku prestasi,

hasil tes kenaikan jilid, hasil tes evaluasi dari koordinator serta laporan

pencapaian per bulan yang menunjukkan adanya hasil yang baik yaitu

dengan dinyatakan lulus.

Gambar 4.1
Format buku prestasi harian

20
Wawancara dengan Ibu Sri Wahyuni (siswa), Selasa 15 Januari 2019, 08.05 WIB.
82

Dalam wawancara dengan ustadzah Riris selaku pengajar Al-

Qur’an, diperoleh keterangan bahwasannya dari buku prestasi akan dapat

dilihat hasil evaluasi pembelajaran tahsin Al-Qur’an pada setiap pekannya.

Kolom hari/tanggal diisi hari dan tanggal berlangsungnya evaluasi

pembelajaran. Kolom jilid/juz diisi jilid atau juz dalam Al-Qur’an yang

dicapai oleh ummahat. Kolom halaman diisi dengan halaman pencapaian

ummahat yang pada hari tersebut. Kolom materi diisi dengan materi

pembahasan pada setiap pokok bahasan yang ada di jilid yang telah

dicapai. Kolom nilai berisi nilai bacaan ummahat pada hari itu berdasarkan

konversi nilai prestasi. Ummahat yang belum tuntas pembelajarannya pada

hari ini atau belum diperbolehkan naik halaman, maka akan diulang

kembali di hari berikutnya dengan mendapatkan tugas untuk belajar dan

diulang-ulang dirumah. Ummahat yang sudah tuntas pembelajaran pada

hari ini diperbolehkan menambah halaman pada pertemuan berikutnya. 21


2 1

21
Hasil wawancara dengan Ustdazah Riris, Rabu 8 Mei 2019, 09.38 WIB.
83

Gambar 4.2

Surat keterangan tashih

Dalam wawancara dengan ustadzah Nia selaku koordinator Al-Qur’an,

diperoleh keterangan bahwasannya penilaian tes meliputi fashohah, tartil,

ghorib dan tajwid. Jika hasil tes oleh koordinator dinyatakan lulus, maka

ummahat diperbolehkan untuk mengikuti tes oleh ummi foundation.

Apabila hasil tes dinyatakan belum lulus, maka ummahat harus melakukan

remidi kembali setelah menguatkan materi kepada ustadzah pengajarnya.

Setelah ummahat menyelesaikan semua tahapan pembelajaran dan telah

dinyatakan lulus oleh koordinator maka diperbolehkan untuk mengikuti


2
tashih yang diadakan oleh ummi foundation.222 Setelah mengikuti tashih

dari ummi foundation dan dinyatakan lulus, maka ummahat dinyatakan

22
Hasil wawancara dengan Ustadzah Nia, Rabu 8 Mei 2019, 08.59 WIB.
84

telah selesai dalam mengikuti kegiatan tahsin dan diperbolehkan mengikuti

sertifikasi ummi untuk mendapatkan syahadah.

Gambar 4.3

Laporan bulanan awal dan akhir tahun pembelajaran

Dalam wawancara dengan ustadzah Nia selaku koordinator Al-Qur’an,

diperoleh keterangan bahwasannya laporan bulanan tersebut menunjukkan

ada kenaikan kuantitas ummahat yang sebelumnya pada awal mulai

pembelajaran yaitu bulan Agustus 2018 untuk santri yang melampaui target

sebanyak 37 % menjadi 75 % di akhir masa pembelajaran di bulan Maret

2019.23 2 3

Hal ini membuktikan bahwasannya pembelajaran Al-Qur’an untuk

ummahat di lembaga ini cukup berhasil dan ummahat mampu mengikuti

setiap tahapan pembelajaran dengan baik.

23
Hasil wawancara dengan Ustadzah Nia, Rabu 8 Mei 2019, 08.59 WIB.
85

3. Kendala Dalam Pelaksanaan Buku panduan Ummi untuk

Ummahat

Adapun kendala yang menjadi tantangan untuk pengajar dalam

pelaksanaan tahsin ini adalah faktor usia yang menyebabkan daya tangkap

setiap orang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan perlunya pengulangan

berkali-kali bahkan adanya jam tambahan sendiri untuk beberapa orang.

Misalnya untuk pengucapan huruf, melatih orang dewasa dalam

mengucapkan huruf sesuai makhroj dan tempat keluarnya huruf

memerlukan waktu yang tidak sedikit, berbeda dengan lidah anak-anak

yang masih mudah untuk dilatih. Karena hal ini sangat berpengaruh pada

kualitas bacaan yang mereka miliki. Sebagaimana wawancara kepada

ustadzah Wiwin :24 2 4

“ melatih orang dewasa dalam mengucapkan huruf yang sesuai dengan


tempat keluarnya huruf itu gampang-gampang susah. Hal ini
disebabkan karena faktor usia dan juga logat yang mereka miliki dari
asal daerahnya yang berbeda-beda. Kalaupun hari ini dilatih bisa,
besok prakteknya masih lupa dan perlu untuk diulang-ulang lagi.
Tetapi hal ini tidak menjadi penghalang bagi kami selaku pengajar
untuk menyerah, kami tetap bersabar karena ketika mereka nanti bisa
membaca dengan baik adalah menjadi salah satu kepuasan tersendiri
untuk kami selaku pengajar.”

Hal serupa juga disampaikan oleh ustadzah Riris:25 2

“ Usia secara tidak langsung mempengaruhi lisan seseorang. Begitu


pula dalam pengucapan huruf maupun kalimat. Tetapi yang lebih
penting, kendala yang dialami salah satunya adalah ketersediaan alat
peraga pembelajaran. Dengan alat peraga pasti akan lebih
memudahkan ummahat dalam belajar, terutama dalam mengingat
huruf-huruf hijaiyah yang dapat ia lihat secara jelas. Selain itu, dari
segi tempat saya rasa sudah memadai, tetapi masih jadi satu dengan

24
Wawancara dengan Ustadzah Wiwin, Rabu 1 Mei 2019, 09.00 WIB.
25
Wawancara dengan Ustdazah Riris, Rabu 8 Mei 2019, 09.38 WIB.
86

pembatas tabir-tabir saja. Sehingga menyebabkan suara antar


kelompok saling bersaut-sautan dan menyebabkan sedikit
terganggunya konsentrasi ummahat.”

Dari wawancara diatas, kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan

pembelajaran Al-Qur’an selama ini yang utama adalah belum tersedianya

alat peraga pembelajaran. Selama ini pembelajaran hanya mengandalkan

buku ummi dan penjelasan dari pengajarnya masing-masing.

C. ANALISA HASIL PENELITIAN

1. Penerapan tahsin Al-Qur’an ummahat di SD Islam Sari Bumi

dengan menggunakan buku panduan ummi

Penerapan tahsin Al-Qur’an dengan menggunakan buku panduan

ummi oleh ummahat SD Islam Sari Bumi terbagi menjadi kelas tahsin dasar

dan kelas tahsin Al-Qur’an. Kelas tahsin dasar terbagi menjadi 3 halaqah

dengan menggunakan buku pegangan ummi dewasa. Di dalam buku ummi

dewasa tersebut terdapat 6 jilid ummi yang disederhanakan menjadi satu

buku. Dalam 3 halaqah tersebut terbagi atas kelas tahsin dasar jilid 2,3 dan

4. Untuk kelas tahsin Al-Qur’an juga terbagi menjadi 3 halaqah yang terdiri

dari kelas tahsin Al-Qur’an + ghorib dan kelas tahsin Al-Qur’an + tajwid.

Pada kelas tahsin Al-Qur’an mempelajari cara membaca Al-Qur’an dengan

memperhatikan setiap hukum maupun cara membaca berdasarkan ghorib

dan tajwid. Proses pembelajaran ini berlangsung setiap pekan dua kali pada

hari Rabu dan Kamis. Waktu pembelajaran berlangsung selama 120 menit

dalam setiap pertemuan. Hal ini berbeda dengan waktu yang biasa
87

ditetapkan dalam pembelajaran ummi pada umumnya dikarenakan

terbatasnya waktu pertemuan dalam setiap pekannya serta siswa yang

dihadapi juga berbeda, sehingga memerlukan waktu dalam setiap

pertemuan lebih panjang. Sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadzah

Riris pada hasil wawancara, bahwa mengajar orang dewasa itu memerlukan

kesabaran dan juga perlua diulang-ulang. Dalam proses kegiatan tahsin ini

berlaku juga 7 tahapan pembelajaran ummi pada umumnya, yaitu :

1. Pembukaan

Pada bagian ini digunakan oleh guru untuk mengkondisikan siswa


6
agar siap belajar.262 Disini ummahat duduk disebuah kursi-kusi yang

mengelilingi satu meja besar yang kurang lebih panjangnya 2 meter, mereka

semua duduk dengan tertib dan penuh dengan kekhusyu’an. Pembelajaran

ini dimulai dengan salam dan do’a pembuka belajar.

Sebagaimana obsevasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas tahsin

dasar yang diajar oleh ustadzah Wiwin, dapat diketahui bahwasannya

pembelajaran dimulai dengan mengucapkan salam kemudian dilanjutkan

dengan menanyakan kabar. Selanjutnya membaca do’a pembuka secara

bersama-sama. Pengajar juga memberikan motivasi-motivasi yang

membangun untuk ummahat agar tetap semangat dalam belajar dan

menuntut ilmu.

26
Tim Ummi Foundation, Modul Sertifikasi Guru Al-Qur’an Buku panduan Ummi, (Surabaya :
Lembaga Ummi Foundation, 2017), 10.
88

2. Apersepsi

Apersepsi adalah mentafsirkan buah pikiran, jadi menyatukan dan

mengasimilasi suatu pengamatan berdasarkan pengalaman yang telah

dimiliki dan dengan memahami dan dapat menafsirkannya, di dalam

pembelajaran ummi apersepsi adalah mengulang kembali materi yang sudah

diajarkan.27 2 Serta mengaitkan dengan materi baru yang


7
akan diajarkan
8
pada hari ini.282

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat

dilihat bahwasannya yang pertama dilakukan oleh pengajar pada tahapan ini

adalah pengajar memberikan instruksi untuk membuka halaman materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Kemudian pengajar mengajak semua ummahat

untuk membaca kembali materi yang telah dipelajari tersebut secara

bersama-sama. Agar pembelajaran tidak membosankan, guru perlu

membuat suatu cara agar pembelajaran bisa bervariasi dan menyenangkan.

Pada proses apersepsi ini, guru membagai halaqahnya menjadi dua

kelompok untuk membaca materi tersebut secara bergantian pada setiap

kelompoknya, dan setelah itu guru menunjuk beberapa siswa untuk

membaca secara individu. Setelah itu, pengajar memberikan instruksi untuk

membuka materi baru pada halaman sebelumnya, dan mengaitkan materi

sebelumnya dengan materi yang baru tersebut.

27
Fariz Pangestu, “Pengaruh Pemberian Apersepsi Terhadap Kesiapan Belajar Siswa Pada
Pelajaran Akuntansi Kelas XI SMA Islamiyah Pontianak”, (Artikel Penelitian, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura, 2018), 3.
28
Tim Ummi Foundation, Modul Sertifikasi, 10.
89

3. Penanaman Konsep

Berisi penjelasan materi atau pokok bahasan yang akan dipelajari


9
oleh siswa hari ini.292

Berdasarkan hasil penelitian, dalam penanaman konsep guru tidak

secara langsung membacakan pokok bahasan/ materi baru yang akan

dipelajari. Disini guru memberikan kesempatan kepada ummahat untuk

membaca sendiri terlebih dahulu pokok bahasan yang akan dipelajari. Hal

ini dilakukan untuk mengingatkan dan mengaitkan pokok bahasan yang

pernah dipelajari dengan pokok bahasan baru yang aan dipelajari. Setelah

ummahat bisa membaca pokok bahasan yang ada, guru mulai menjelaskan

maksud dari pokok bahasan tersebut. Setelah selesai menjelaskan pokok

bahasan, guru mengajak semua ummahat untuk membaca halaman latihan

bersama-sama secara acak.

4. Pemahaman Konsep

Setelah penanaman konsep, guru melatih anak untuk membaca

contoh-contoh yang tertulis dibawah pokok bahasan. Hal ini dilakukan agar

anak paham dengan konsep yang telah diajarkan.303

Ketika ummahat sudah mulai mengerti pokok bahasan, guru

mengajak untuk membaca halaman latihan yang ada dibawah pokok

bahasan secara klasikal.

29
Ibid.
30
Ibid.
90

5. Ketrampilan

Membaca contoh atau latihan pada halaman pokok bahasan dengan

cara diulang-ulang, untuk melancarkan bacaan anak.313

Ketrampilan dalam buku panduan ini ditujukan agar anak bisa

semakin faham dan mengerti cara membaca halaman pada pokok bahasan

baru. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas ustadzah

Anna, guru mengajak ummahat untuk membaca secara bergantian halaman

latihan sesuai dengan kelompok yang sudah dibagi. Ketika satu kelompok

membaca, kelompok yang lain menyimak dan begitu sebaliknya. Setelah

itu, guru meminta satu persatu ummahat untuk membaca halaman latihan

secara acak. Hal ini dimaksudkan agar kemampuan ummahat dalam

memahami pokok bahasan baru bisa semakin dioptimalkan dengan semakin

banyak membaca dan diulang-ulang.

6. Evaluasi

Evaluasi merupakan proses pengamatan dan penilaian kemampuan


2
serta kualitas bacaan anak satu persatu.323 Tahapan ini dilakukan dengan

menulis hasil evaluasi di buku prestasi.

Berdasarkan pengamatan di kelas ustadzah musfiroh, dapat

disimpulkan bahwasannya tahap evaluasi ini dilakukan dengan cara klasikal

baca simak, karena dalam satu kelompok sama jilidnya tetapi berbeda

31
Ibid.
32
Ibid.
91

halaman. Ketika ada satu ummahat yang membaca, yang lainnya bertugas

untuk menyimak dan mengingatkan ketika ada kesalahan. Hal ini dilakukan

satu persatu sampai semuanya membaca. Setelah selesai membaca, guru

menilai bacaan ummahat pada buku prestasi dengan mencantumkan nilai

serta kesalahan-kesalahan yang telah terjadi ketika membaca Al-Qur’an

serta bisa atau tidaknya naik ke halaman selanjutnya.

7. Penutup

Dalam proses ini dilakukan dengan memberi penjelasan kesimpulan

yang lebih memahamkan peserta didik terkait materi yang diajarkan.33


3 3
Guru mengkondisikan siswa untuk tetap tenang. Dilanjutkan dengan
4
membaca do’a dan salam penutup.343 Berdasarkan pada hasil observasi

dapat diketahui bahwasannya pada proses penutupan pembelajaran, guru

memberikan pesan-pesan ataupun PR membaca dirumah serta motivasi.

Ummahat duduk tenang dan guru memimpin untuk membaca do’a kafaratul

majelis secara bersama-sama dan diakhiri dengan salam.

Pada tahapan evaluasi terdapat tiga jenis evaluasi yaitu, evaluasi

harian, evaluasi kenaikan jilid dan evaluasi akhir pembelajaran

(munaqasyah).

33
Prasetyaningtyas, Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Melalui Penerapan Manajemen Kelas
Beginning Of Effective Teaching Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (Jurnal Refleksi
Edukatika, Vol. 8 No. 2, Juni 2018), 203.
34
Ibid.
92

2. Keberhasilan pembelajaran Al-Qur’an pada ummahat dengan

menggunakan buku panduan ummi

Dari hasil observasi di lapangan serta wawancara kepada kepala

sekolah, komite, pengajar, maupun ummahat wali santri, dapat diketahui

bahwasannya pelaksanaan pembelajaran tahsin Al-Qur’an dengan buku

panduan ummi untuk ummahat di lembaga ini mengalami peningkatan,

sebagaimana diungkapkan oleh perwakilan pengurus komite serta ustadzah

pengajar Al-Qur’an bahwasannya terdapat peningkatan pada ummahat

selama menggunakan ummi.

Peningkatan tersebut dapat dilihat dari bacaan Al-Qur’an ummahat dari

awal masuk sampai saat ini yang semakin lebih baik dari fashohah, tartil,

ghorib dan tajwid sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadzah Anna.

selain itu juga diungkapkan oleh salah seorang ummahat yang mengaku

bahwasannya bacaan yang dimilikinya sekarang jauh lebih baik dari

sebelum beliau mengikuti tahsin disini. Beliau mengaku bahwasannya

sekarang sudah bisa membedakan bacaan-bacaan yang ada di ghorib, serta

mampu menguraikan tajwid sendiri.

Selain dari observasi dan wawancara, peneliti juga melihat dari buku

prestasi, hasil tes serta laporan bulanan pada awal pembelajaran sampai

bulan terakhir pembelajaran yang menunjukkan ada kenaikan kuantitas

ummahat yang sudah mencapai maupun melampaui target. Dengan ini dapat

dibuktikan bahwasannya proses tahsin dengan menggunakan buku panduan

ummi mengalami peningkatan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.


93

3. Kendala Dalam Pelaksanaan Buku panduan Ummi untuk

Ummahat

Dari data yang didapatkan dari hasil penelitian dilapangan, peneliti

menemukan ada ketidaksamaan antara teori dan praktik dalam penerapan

pembelajaran tahsin Al-Qur’an yaitu, alat peraga merupakan ruh dalam

pembelajaran ummi. Disini dapat dikatakan bahwasannya peraga

mempunyai peran yang sangat penting untuk mencapai berhasilnya suatu

kegiatan pembelajaran. Tetapi disini yang peneliti lihat, bahwasannya

penerapan pembelajaran tahsin di lembaga ini belum menggunakan alat

peraga ummi. Sehingga ustadzah pun merasa sedikit kesulitan dalam

melakukan penanaman konsep. Begitupun dengan ummahat yang

merasakan sedikit kesulitan ketika ustadzah hanya menjelaskan dengan

menggunakan buku pegangan ummi, sehingga proses penanaman konsep

pun membutuhkan waktu yang sedikit lama.

Dalam sebuah program kegiatan pasti tidak lepas dari adanya

kekurangan-kekurangan. Dari kekurangan yang ada ini akan membuat suatu

lembaga bangkit untuk menjadi lebih baik dengan selau mengadakan

perbaikan-perbaikan dalam segala sudut yang berpengaruh pada program

ini. Kendala-kendala yang dialami tersebut akan menjadi salah satu pijakan

bagi lembaga untuk bisa melakukan perbaikan yang lebih baik lagi.
94

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan rumusan masalah penelitian diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Penerapan tahsin Al-Qur’an metode ummi pada ummahat di SD Islam

Sari Bumi dilaksanakan 2 kali pada setiap pekan, yaitu hari Selasa dan

Rabu. Pada setiap tatap muka berlangsung selama 120 menit. Kegiatan

pembelajaran ini terbagi menjadi 6 kelompok dimana ada 3 kelompok

tahsin dasar atau kelas jilid, dan 3 kelompok tahsin Al-Qur’an yang

berisi pembelajaran Al-Qur’an, gharib, dan tajwid. Sebagaimana

pembelajaran Al-Qur’an metode ummi pada umumnya, proses

pembelajaran Al-Qur’an pada ummahat di lembaga ini juga terdiri dari

7 tahapan pembelajaran, yaitu pembukaan, appersepsi, penanaman

konsep, pemahaman konsep, ketrampilan, evaluasi, penutup.

2. Keberhasilan pembelajaran tahsin Al-Qur’an metode ummi pada

ummahat di SD Islam Sari Bumi dapat dikatakan cukup berhasil.

Pembelajaran Al-Qur’an untuk ummahat di lembaga ini mengalami

kenaikan kualitas bacaan yang signifikan dari pertama mereka masuk

sampai pada akhirnya dapat dinyatakan lulus dalam ujian. Sebagaimana

yang diungkapkan oleh ustadzah pengajar, dan penelitian di lapangan

di kelas tahsin dasar dan kelas tahsin Al-Qur’an dapat diketahui

perbedaan bacaannya dari fashohah, tartil, tajwid, gharib maupun


95

kelancarannya yang semakin baik dan mengalami peningkatan ketika

sudah naik tingkat di kelas Al-Qur’an.

3. Kendala dari pelaksanaan pembelajaran tahsin Al-Qur’an metode ummi

pada ummahat di SD Islam Sari Bumi adalah terpenuhinya sarana dan

prasarana pembelajaran, diantaranya yang paling utama adalah alat

peraga pembelajaran. Selain itu, faktor usia yang dimiliki oleh para

ummahat yang menyebabkan daya tangkap setiap orang berbeda-beda.

Hal ini menyebabkan perlunya pengulangan berkali-kali bahkan adanya

jam tambahan sendiri untuk beberapa orang.

B. SARAN

1. Bagi para ummahat diharapkan agar tetap selalu semangat untuk

mempelajari Al-Qur’an, meskipun terkadang timbul kejenuhan dalam

diri karena menganggap sulit dan bosan karena lama waktu belajar.

Allah pasti akan memudahkan setiap usaha hambanya yang bersungguh

sungguh dalam memperjuangkan agamanya.

2. Untuk ustadz dan ustadzah pengajar Al-Qur’an diharapkan untuk selalu

bersabar dalam mengajar dan selalu berusaha untuk memunculkan ide-

ide ataupun cara pembelajran yang mudah dan menyenangkan untuk

diikuti oleh orang dewasa.

3. Untuk Lembaga Pendidikan Islam Sari Bumi untuk senantiasa

menyediakan fasilitas guna mendukung lancarnya kegiatan

pembelajaran Al-Qur’an yang lebih baik lagi kedepannya.


96

DAFTAR PUSTAKA

Al-Farabi, Mohammad. Pendidikan Orang Dewasa dalam Al-Qur’an, Jakarta:


Kencana, 2018.

Al-Qaradhawi, Yusuf. Bagaimana Berinteraksi Dengan Al-Qur’an, Jakarta:


Pustaka Al-Kautsar, 2000.

Aman Ma’mun, Muhammad. Kajian Pembelajaran Baca tulis Al-Qur’an, Jurnal


Pendidikan Islam, Vol. 4 No. 1, Maret, 2018.

Budiwan, Jauhan Budiwan. Pendidikan Orang Dewasa:Andragogy, Qalamuna,


Vol. 10, No. 2, Juli-Desember 2018.

Departemen Agama republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta:


Al-Hidayah Surabaya, 2002.

Gunadi, R.Andi Ahmad. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Konsep Diri


Terhadap Hasil Belajar Mata Kuliah Ilmu Pendidikan, Jurnal Ilmiah
WIDYA, Vol. 2 No. 3, Agustus-Oktober, 2014.

Gusman. Analisis Faktor Penyebab Kurangnya Kemampuan Siswa Dalam Baca


Tulis Al-Qur’an di MTsN Kedurang Bengkulu Selatan, Al-Bahtsu: Vol.
2 No. 2, Desember 2017.

Hermawan, Asep. Konsep Belajar dan Pembelajaran Menurut Al-Ghazali, Jurnal


Qathruna, Vo.1 No.1, Periode Januari-Juni, 2014.

Jatarahayu,Warih.Guru Berkualitas Kunci Mutu Pendidikan,


https://journal.uny.ac.id, diakses tanggal 7 Agustus 2019.

Kafabih, Muhammad Habibi. Penerapan Metode Ummi Dalam Pembelajaran Al-


Qur’an pada Orang Dewasa di Lembaga Qur’an Training Centre
Malang, Malang: UIN Malang, 2014.
97

Kho,Budi. Pengertian Quality Qontrol dan Quality Assurance,


https://ilmumanajemenindustri.com, diakses tanggal 7 Agustus 2019.

Lembaga Pendidikan Islam Sari Bumi. Visi dan Misi SD Islam Sari Bumi,
www.groupsaribumi.com diakses 2019.

Maslahah, Siti. Al-Qur’an Mengagungkan Ibu Dengan Kata Ummahat, Apa


Alasannya?, https://kabarjombang.com, 2015.

Masruri dan A.Yusuf. Ummi Dewasa, Surabaya: Lembaga Ummi Foundation,


2017.

Masruri dan A.Yusuf. Ummi Gharib, Surabaya: Lembaga Ummi Foundation, 2017.

Masruri dan A.Yusuf. Ummi Jilid 1, Surabaya: Lembaga Ummi Foundation, 2017.

Masruri dan A.Yusuf. Ummi Jilid 2, Surabaya: Lembaga Ummi Foundation, 2017.

Masruri dan A.Yusuf. Ummi Jilid 3, Surabaya: Lembaga Ummi Foundation, 2017.

Masruri dan A.Yusuf. Ummi Jilid 4, Surabaya: Lembaga Ummi Foundation, 2017.

Masruri dan A.Yusuf. Ummi Jilid 5, Surabaya: Lembaga Ummi Foundation, 2017.

Masruri dan A.Yusuf. Ummi Jilid 6, Surabaya: Lembaga Ummi Foundation, 2017.

Masruri dan A.Yusuf. Ummi Tajwid Dasar, Surabaya: Lembaga Ummi Foundation,
2017.

Musfiqon. Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Prestasi


Pustaka Publisher, 2012.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, Bandung: Remaja


Rosda Karya, 2005.

Nasution, S. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito, 1992.

Pangestu, Fariz. Pengaruh Pemberian Apersepsi Terhadap Kesiapan Belajar Siswa


Pada Pelajaran Akuntansi Kelas XI SMA Islamiyah Pontianak, Artikel
98

Penelitian, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas


Tanjungpura, 2018.

Prasetyaningtyas. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Melalui Penerapan


Manajemen Kelas Beginning Of Effective Teaching Mata Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan, Jurnal Refleksi Edukatika, Vol. 8, No.
2, Juni 2018.

Saebani, Beni Ahmad.Sosiologi Perkotaan: Memahami Masyarakat Kota dan


Problematikanya, Bandung: CV Pustaka Setia,2015.

Setiawan, Dedi Indra. Pelaksanaan Kegiatan Tahsin Al-Qur’an Dalam


Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa di
Ma’had Sunan Ampel Al-Aly Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang, Malang: UIN Malang, 2015.

Shihab, Quraish. Wawasan AL-Qur’an, Bandung: Mizan Media Utama, 2005.

Sriyati. Peningkatan Kreativitas Belajar IPA Melalui Strategi Pembelajaran


Learning By Doing Pada Siswa Kelas V SDN 06 Tawangmangu, Jurnal
Publikasi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Univesditas
Muhammadiyah Surakarta, 2013.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D), Bandung: CV. Alfabeta, 2010.

Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian Kuantitatif, Kulitatif dan Tindakan,


Bandung: PT Refika Aditama, 2012.

Sunhaji. Konsep Pendidikan Orang Dewasa, Jurnal Kependidikan, Vol. 1 No.1,


Nopember, 2013.

Suryani,Yulinda Erma. Pemetaan Kualitas Empirik Soal Ujian Akhir Semester


Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA di Kabupaten Klaten,
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Vol. 21, No. 2, Desember
2017.
99

Tim Ummi Foundation. Modul Sertifikasi Guru Al-Qur’an Metode Ummi,


Surabaya: Lembaga Ummi Foundation, 2017.

Wijayanti, Lusi Kurnia Wijayanti. Penerapan Metode Ummi Dalam Pembelajaran


Al-Qur’an Orang Dewasa untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca
Al-Qur’an di Lembaga Majlis Qur’an (MQ) Madiun, Malang: UIN
Malang, 2016.

Zainuddin. Implementasi Andragogi di Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam


Malang, Jurnal Qolamuna, Vol. 2, No. 1, Juli, 2016.
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121

Anda mungkin juga menyukai