Anda di halaman 1dari 72

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis, sistematis,

intensional, dan kreatif dimana peserta didik mengembangkan potensi diri,

kecerdasan, pengendalian diri dari keterampilan untuk membuat dirinya

berguna.1

Adanya berbagai tuntutan dalam dunia Pendidikan, maka guru adalah

sosok terpenting yang ikut serta dalam menciptakan sumber daya manusia

yang unggul dan berkualitas. Guru merujuk pada seseorang yang harus digugu

dan ditiru. Guru dalam arti digugu adalah sesuatu yang disampaikannya

senantiasa dipercaya dan diyakini kebenarannya oleh peserta didik. Sedangkan

ditiru adalah dalam arti seorang guru harus mampu memberikan suri taulan

(panutan) yang baik bagi seluruh peserta didik.

Hakikatnya guru bertanggung jawab penuh atas terselenggaranya proses

belajar mengajar dengan baik demi tercapainya tujuan Pendidikan nasional.

Ridho putra mengemukakan bahwa guru juga harus memberikan Pendidikan

kepada semua peserta didiknya secara merata tanpa harus membedakan status

sosial, ekonomi, agama, suku, bangsa, dan lain sebagainya.

Adanya semangat belajar yang tinggi pada siswa dapat menumbuhkan

hal positif yang memberikan dorongan serta semangat belajar dari satu tahap

1
Muh. Irawan Zuliatul Apri and H. Hakkul Yakin, “Strategi Guru Dalam Mengatasi Kesulita
n Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadist,” An-Nahdlah: Jurnal Pendidikan I
slam 1, no. 1 (2021): 2.

1
2

ke tahap berikutnya sesuai dengan tahap perkembangan yang dialami

oleh individu peserta didik. Dalam kegiatan proses belajar mengajar sudah

barang tentu ada sesuatu yang diharapkan yaitu memperoleh hasil yang

maksimal. Namun realitanya dalam kegiatan belajar mengajar banyak sekali

rintangan, hambatan, dan kesulitan yang dialami oleh peserta didik.2

Dalam hal ini, proses belajar mengajar sangat penting untuk

meningkatkan kualitas anak dalam membaca Al-Qur’an. Dalam proses

pembelajaran upaya atau usaha guru sangatlah penting demi kelangsungan

proses belajar mengajar yang baik. Dalam pengertian upaya dan usaha

mempunyai arti yang sama yaitu ikhtiar untuk mencapai sesuatu yang hendak

dicapai. Sedangkan pengertian guru itu sendiri adalah pendidik professional,

karena ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul Sebagian tanggung

jawab Pendidikan yang sebanarnya menjadi tanggung jawab orang tua.3

Al-Qur’an dan Hadis merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan. Al-Qur’an sebagai sumber pertama dan utama yang diturunkannya

oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada

manusia. Kewajiban bagi umat islam mempelajari Al-Qur’an tercantum dalam

sabda Rosulullah Saw:

‫َخ ْيُر ُك ْم َم ْن َتَع َلَم اْلُقْر آن َو َع َلَم ه‬

Artinya: “Sebaik-baiknya kalian adalah orang yang mempelajari Al-


Qur’an dan mengajarkannya”. (H.R Bukhori)

2
Ibid.
3
Hafiz Mubarak, “Upaya Guru Al-Qur’an Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al-
Qur’an Di Sdit Ukhuwah Banjarmasin,” Jurnal Studia Insania 1, no. 1 (2013): 39.
3

Dari Hadis tersebut dinyatakan betapa mulianya akhlak seseorang

Ketika dia dapat mempelajari Al-Qur’an dengan baik, kemudian dia

mengajarkan kepada orang lain. Dengan demikian dia akan memperoleh

pahala yang berlipat ganda dari Allah dan mendapat kehormatan dari manusia

di muka bumi ini. Hakikat diturunkannya Al-Qur’an adalah menjadi acuan

moral secara universal bagi umat manusia untuk memecahkan problema sosial

yang timbul di tengah-tengah masyarakat. Hadist sebagai sumber ajaran kedua

tampil untuk mejelaskan (bayan) keumuman isi suatu persoalan bila

hukumnya tidak dapat di dalam Al-Qur’an.4

‫َو َك َٰذ ِلَك َأْو َح ْيَنٓا ِإَلْيَك ُروًحا ِّم ْن َأْم ِر َناۚ َم ا ُك نَت َتْد ِر ى َم ا ٱْلِكَٰت ُب َو اَل ٱِإْل يَٰم ُن َو َٰل ِكن َجَع ْلَٰن ُه ُنوًرا َّنْهد‬

‫ِبِهۦ َم ن َّنَش ٓاُء ِم ْن ِعَباِد َناۚ َوِإَّنَك َلَتْهِدٓى ِإَلٰى ِص َٰر ٍط ُّم ْسَتِقيم‬

Artinya: Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur’an)


dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al
Kitab (Al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami
menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang
kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu
benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.5
Pembelajaran Al-Qur’an yang optimal akan melahirkan generasi Qur’an

yang mampu memakmurkan bumi dengan Al-Qur’an dan menyelamatkan

peradaban dunia di masa mendatang. Syarat mutlak untuk memunculkan

generasi Qur’an adalah adanya pemahaman terhadap Al-Qur’an yang diawali

dengan mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan

kaidah yang telah ditentukan. Langkah awal untuk mencapai hal tersebut

4
Tasnim Idris dan Elva Wahyuni, “Upaya Guru Mengatasi Kesulitan Belajar Al-Quran Hadis
t Di Min Rukkoh,” Poiner 1 (2013): 6.
5
Rinita Rosalinda Dewi, Edi Suresman, and Cik Suabuana, “Pembentukan Karakter Peserta
Didik Melalui Pendidikan Berbasis Al-Qur’an,” ASANKA: Journal of Social Science And Educatio
n 2, no. 1 (2021): 126–127.
4

adalah umat islam harus mampu membaca Al-Qur’an. Kemampuan membaca

Al-Qur’an tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembelajaran Al-Qur’an, oleh

karena itu, dalam islam pembelajaran Al-Qur’an merupakan suatu kewajiban

yang suci dan mulia.6

Pada saat ini tidaklah asing lagi apabila mendengarkan para guru

khususnya guru al-Qur’an dan Hadis yang menyatakan keluhan terkait dengan

siswanya yang masih banyak belum bisa membaca Al-Qur’an. Berdasarkan

hasil observasi awal yang saya lakukan di Man 1 Kota Bima, walaupun

sekolah ini bernuansa agama banyak sekali ditemui siswa-siswa yang

kesulitan dalam membaca Al-Qur’an, terutama siswa-siswa kelas XI yang

seharusnya sudah bisa membaca Al-Qur’an namun ternyata pada sisi yang

lain, masih terdapat siswa-siswa yang belum lancar dalam membaca Al-

Qur’an dan ada yang sama sekali masih belum mengenal huruf hijaiyah. Ada

beberapa siswa yang sudah bisa membaca Al-Qur’an namun didalam

penyebutan huruf hijaiyahnya serta tajwidnnya bisa dikatakan kurang.

Dikarenakan kurangnnya pemahaman mereka dalam membaca Al-Qur’an

sesuai dengan hukum tajwid sehingga pada saat mereka menyetor hafalan Al-

Qur’an atau Hadis yang disuruh oleh guru mereka membutuhkan waktu yang

cukup lama untuk menghafalnya. Kunci atas permasalahan yang ada ini adalah

guru, khususnya para guru Al Qur’an dan Hadis karena mereka inilah yang

6
Mochamad Husen, “Upaya Guru Al-Qur’an Dalam Mengatasi Kesulitan Santri Membaca A
l-Qur‟an,” Jurnal Aksioma Ad-Diniyyah: The Indonesia Journal of Islamic Studies 7, no. 2 (2019):
131–132.
5

berperan penting didalam menyelesaikan problematika yang ada terkait

dengan masalah baca Al-Qur’an.7

Dari permasalahan yang sudah peneliti jelaskan secara lugas di atas

serta mengingat betapa pentingnya Al-Qur’an bagi umat islam, maka peneliti

mengangkat judul “Peran Guru Al-Qur’an dan Hadis Dalam Mengatasi

Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur’an Pada Siswa Kelas XI Ipa 2 Di MAN 1

Kota Bima”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan maka rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar membaca Al-

Qur’an siswa kelas XI IPA 2 di MAN 1 Kota Bima?

2. Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan guru Al-Qur’an dan Hadis

dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an siswa kelas XI IPA

2 di MAN 1 Kota Bima?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemaparan yang sudah dijelaskan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui apa faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan

belajar membaca Al-Qur’an siswa kelas XI IPA 2 di MAN 1 Kota Bim

a.

7
Arfah Wulandari, Observasi, 17 Oktober 2022.
6

b. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah yang dilakukan gur Al-

Qur’an dan Hadis dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-

Qur'an siswa kelas XI IPA 2 di MAN 1 Kota Bima.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi positif bagi dunia Pendidikan, khususnya dalam metode

pengembangan pembelajaran Al-Qur’an dan hadis dan meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an siswa.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi siswa

Semoga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Al-

Qur’an dan hadis dan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa

sehingga dapat membantu meningkatkan kecintaan dan semangat

siswa terhadap membaca Al-Qur’an.

2) Bagi guru

Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan

siswa dalam membaca Al-Qur’an sehingga guru dapat mengambil

Tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Dan

meningkatkan motivasi belajar siswa dalam membaca Al-Qur’an,

yang berdampak pada peningkatan kecintaan dan pemahaman

terhadap Al-Qur’an.

3) Bagi peneliti
7

Semoga dapat memperkaya pengetahuan dan pemahaman

peneliti tentang pembelajaran Al-Qur’an dan hadis, khususnya

dalam hal mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

1. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian adalah bidang atau topik yang akan

diteliti dalam sebuah studi. Ruang lingkup dapat mencakup berbagai hal,

seperti area geografis, populasi yang akan diteliti, jenis data yang akan

dikumpulkan, metode penelitian yang digunakan, Variabel yang akan

diobservasi, dan tujuan penelitian yang ingin dicapai.

Adapun masalah yang dikaji dalam penelitian ini: Masalah yang

diteliti sesuai dengan penelitian awal adalah bagaimana upaya guru al-

quran hadist yang ada di MAN 1 Kota Bima mengatasi kesulitan

siswanya dalam membaca Al-Qur’an, serta pengaruhnya terhadap

pembelajaran sehingga dengan adanya upaya guru dalam mengatasi

kesulitan belajar membaca Al-Qur’an, maka dapat meningkatkan

kualitas pembelajar di kelas. Siswa akan mudah memahami materi dan

proses belajar akan lebih efektif.

2. Setting Penelitian

a. Rencana Waktu Penelitian

Penelitian ini akan menghabiskan waktu selama 1 Bulan

penelitian ini dimulai dengan identifikasi permasalahan yang akan

diteliti, mencari jurnal atau buku rujukan yang relavan dengan masalah
8

yang diteliti, merancang metodologi penelitian, menentukan sampel,

Teknik pengumpulan data, dan rencana analisis data.

b. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota

Bima.

c. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek peneliti adalah guru

Al-Qur’an dan Hadis yang mengajar kelas XI IPA 2 di MAN 1 Kota B

ima.

d. Alasan Penelitian Memilih Lokasi

Sesuai dengan penelitian awal alasan peneliti memilih lokasi di

MAN 1 Kota Bima karena peneliti menemukan masalah yakni

banyaknya siswa yang kesulitan membaca Al-Qur’an dengan baik dan

benar sesuai hukum tajwid, sehingga semangat belajar siswa pada mata

pelajaran Al-Qur’an dan Hadis sangatlah kurang.

E. Penegsan Istilah Judul

Untuk menghindari kekeliruan dan mempermudah pembahasan

proposal skripsi ini, maka peneliti merasa perlu memberikan Batasan-batasan

pengertian beberapa istilah dalam judul, antara lain sebagai berikut :

1. Upaya

Upaya adalah suatu Tindakan atau yang dilakukan untuk mencapai

tujuan atau memperbaiki suatu kondisi yang dianggap kurang baik. Upaya
9

dapat berupa cara, metode, atau trategi yang dilakukan untuk mengatasi

suatu masalah atau mencapai suatu hasil yang dilakukan diinginkan.8

2. Guru

Guru merupakan sosok yang begitu dihormati karena memiliki

sumbangan yang cukup besar terhadap keberhasilan pembelajaran

disekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta

didik untuk mencapai kemampuan optimalnya. Ketika otang tua

mendaftarkan anaknya di setiap jenjang Pendidikan pada sekolah tertentu,

pada saat itu juga ia manaruh harapan cukup besar terhadap guru, agar

anaknya dapat memperoleh Pendidikan, pembinaan dan pembelajaran

serta bimbingan sehingga anak tersebut dapat berkembang secara

optimal.9

3. Qur’an dan Hadis

Al-Qur’an merupakan buku petunjuk (kitab hidayah) khusunya

bagi umat islam serta umat manusia pada umumnya, Al-Qur’an juga

menjadi manhajul hayah (kurikulum kehidupan) bagi manusia di dalam

meniti hidup di gelanggang kehidupan ini. Satu hal yang juga disepakati

oleh seluruh umat islam ialah kedudukan Al-qur’an sebagai utama hukum

islam.

Hadis adalah rujukan hukum ke-2 setelah Qur’an dalam islam.

Dengan adanya hadist, ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang sifatnya umum

mampu dijelaskan dan diterangkan oleh hadis Nabi Saw. Karena hadis
8
Eni, Cara mendapatkannya https://repository.uir.ac.id/3463/5/bab2.pdf.
9
Abdul Hamid, “Guru Profesional,” Al-Falah: Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakata
n 17, no. 2 (2017): 274.
10

adalah sumber hukum ke-2 setelah Al-Qur’an, maka suatu permasalahan

hukum yang tidak tercantum dalam Qur’an terdapat didalam hadis.

Sehingga hadis sangat penting sebagai sandingan Qur’an dalam

menyelesaikan berbagai aspek kehidupan.10

4. Belajar

Belajar adalah suatu proses dimana seseorang memperoleh

pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman baru melalui interaksi

dengan lingkungan atau melalui pengalaman langsung. Belajar tidak

hanya terjadi di lingkungan sekolah atau akademik, tetapi juga dapat

terjadi di lingkungan kerja, keluarga, maupun di lingkungan masyarakat.

Belajar melibatkan adanya perubahan dalam pengetahuan, keterampilan.

Atau sikap yang dimiliki seseorang. Proses belajar melibatkan

pemrosesan informasi dan pengalaman yang diperoleh, sehingga dapat

membentuk konsep, keterampilan, dan sikap yang baru.

5. Siswa

Siswa adalah sebutan untuk individu yang sedang belajar atau

mengikuti proses Pendidikan disekolah, perguruan tinggi, atau institut

Pendidikan lainnya. Siswa dapat memliki rentang usia yang bervariasi,

mulai dari anak-anak hingga dewasa yang sedang melanjutkan

Pendidikan lanjut atau pelatih khusus. Sebagai siswa, tugas utama adalah

memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan sesuai

dengan kurikulum dan tujuan Pendidikan yang ditetapkan. Selain itu,

10
M. Fahrurrozi, “Urgensi Penguatan Keterampilan Berpikir Kritis Pada Mata Pelajaran Qur’
an Hadist,” Jurnal Penelitian Keislaman 17, no. 1 (2021): 45.
11

siswa juga diharapakn untuk memilki sikap yang baik, seperti disiplin,

beratnggung jawab, dan memliki motivasi untuk belajar.

F. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan judul penelitian studi kasus di atas, ada beberapa

penelitian yang relavan dengan penelitian ini, berikut adalah 3 penelitian

terdahulu yang relavan:

1. Penelitian dengan judul ”Upaya Guru Dalam Mengatasi Kesulitan

Belajar Al-Qur’an dan Hadis Di Min Rukoh Darussalam Banda

Aceh” yang diteliti oleh Tasnim Idris dan Elva Mahyuni yang bertujuan

untuk mengetahui tujuan pembelajaran Al-Qur’an dan Hadis kesulitan

yang dihadapi murid dalam pembelajaran Al-Qur’an dan hadis dan usaha

yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa di MIN

Rukoh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru berupaya keras supaya

murid tidak mengalami kesulitan dalam belajar, yaitu dengan cara

memperbanyak Latihan membca, Latihan menghafal, membuat remedial

secara khusus siswa yang benar-benar bermasalah dalam belajar Al-

Qur’an dan Hadis. Namun dengan demikian masih tetap ada siswa yang

yang mengalami kesulitan dalam belajar al-Qur’an dan Hadist. Oleh sebab

itu adanya kerja sama antara guru dan orang tua meupakan salah satu

upaya untuk mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an dan Hadist.11

2. Penelitian dengan Judul “Strategi Guru Baca Tulis Al-Qur’an Dalam

Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Quran Pada Siswa Kelas VIII di

MTs Al Fatimiyah Karawang”. Diteliti oleh Wihelis fitriani, abu


11
Wahyuni, “Upaya Guru Mengatasi Kesulitan Belajar Al-Qur'an Hadist Di Min Rukkoh.”
12

Bakar Umar dan Ilham Fahmi. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam membaca Al-qur’an,

kemudian faktor pendukung dan penghambat bagi guru dalam

mengatasinya, selanjutnya strategi yang digunakan oleh guru baca tulis Al-

Quran dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa strategi yang digunakan guru dapat mengatasi

kesulitan siswa dalam membaca Al-Qur’an diantaranya mengenalkan

huruf hijaiyah terlebih dahulu, mengadakan private dan menciptakan

pembelajaran yang lebih menarik. Berdasarkan hasil yang diperoleh di

lapangan, diketahui bahwa strategi yang dilakukan tersebut mamou

meningkatkan hasil belajar membaca Al-Qur’an.12

3. Penelitian dengan judul “Upaya Guru Al-Qur’an dan Hadis Dalam

Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur’an Pada Kelas VIII

MTs Al-Ikhlas Mowewe” Diteliti oleh Sitti Hasaniah dan M, Askari

Zakariah. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan upaya guru Al-

Qur’an dan hadis dalam mengatasi kesulitan kesulitan belajar membaca

Al-Qur’an. Penelitian ini menyimpulkan bahwa: Terdapat empat penyebab

kesulitan peserta didik dalam belajar Al-Qur’an di sekolah yakni penyebab

individual (identitas waktu membaca Al-Qur’an yang kurang yang

disebabkan oleh sifat malas peserta didik), kesulitan dalam membedakan

huruf yang berharokat Panjang ataupun pendek, kesulitan dalam

mengetahui tanda-tanda pemberhentian huruf Al-Qur’an, dan kesulitan

dalam memahami hukum bacaan ilmu tajwid. Hal tersebut tidak terlepas
12
Ibid.
13

dari kurangnyakontrol orang tua kepada anaknya pada saat berada

ditrumah, keterbatasan pengetahuan pengajar di TPQ wilayah tempat

tinggal peserta didik, dan terbatasnya sarana dan prasarana di sekolah yang

mampu menunjang hasil pembelajaran peserta didik yang terkhusus pada

mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadis.13

4. Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas peneliti menemukan

persamaan dari penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti di atas.

Adapun persamaannya yaitu tentang cara guru mengatasi kesulitan siswa

dalam belajar membaca Al-Qur’an dengan sama-sama menggunakan

metode penelitian kualitatif. Adapun perbedaan pada strategi atau upaya

guru meskipun tujuan keseluruhan ketiga penelitian adalah untuk

mengatasi kesulitan belajar Al-Qur’an dan hadis pada siswa, strategi atau

upaya yang digunakan oleh guru dalam masing-masing penelitian

mungkin berbeda. Setiap penelitian akan mengeksplorasi strategi atau

pendekatan yang berbeda dalam menghadapi tantangan pembelajaran yang

sama.

G. Kerangka Teori

1. Guru

a. Pengertian Guru

Sebagai pendidik guru adalah pendidik yang dituntut untuk bisa dan

memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan apa yang akan di ajarkan

kepada siswanya sebagaimana yang dikatakan Moh. Uzer Usman dalam


13
Sitti Hasaniah and M. Askari Zakariah, “Upaya Guru Al-Qur’an Hadits Dalam Meningkatk
an Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur’an Pada Kelas VIII MTS Al-Ikhlas Mowewe,” Jurnal Tekn
ologi Pendidikan Madrasah 3, no. 2 (2020): 237.
14

jurnal yang disusun oleh Arfadi, Samsudin Muhamad Aso: ”Pengertian gu

ru adalah sebuah pekerjaan yang bersifat profesional yang mana didalamn

ya memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus ditekuni d

an dipelajari kemudian ilmu itu harus di aplikasikan.Selain itu guru yang p

rofesional harus mempunyai komptensi khusus dalam bidang keguruan seh

ingga ia mampu menjalankan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan me

miliki kemampuan yang maksimal”.14

Sebagai pendidik guru adalah pendidik yang dituntut untuk bisa

dan memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan apaGuru adalah

pendidik profesional yang tugas utamanya mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, meltih, menilai, dsn mengevaluasi peserta

didik. Dalam Bahasa inggris guru adalah teacher (mengajar), Educator

(pendidik), Lecturer (ahli didik/pemberi kuliah/ceramah). Guru atau

orang yang memiliki ilmu dalam istilah Al-Qur’an adalah alim/uluma I

ulu alim, ulu al bab, ulu al-nuha, ulu al-absyar, almudzkir/ahlu, al-

dzikir, al-mudzaki, al-rasihun fi al ilm, dan almurabi.15

b. Peran Guru Dalam Pembelajaran

Dalam pengelolaan pembelajaran, guru memegang peran yang

sangat penting. Guru merupakan pelaksana proses belajar mengajar

sehingga keberhasilan pengajarannya sangat menentukan keberhasilan

Pendidikan pada umumnya. Hasil kajian teoretik tugas-tugas

14
Arfandi Arfandi and Mohamad Aso Samsudin, “Peran Guru Profesional Sebagai Fasilitator
Dan Komunikator Dalam Kegiatan Belajar Mengajar,” Edupedia : Jurnal Studi Pendidikan dan Pe
dagogi Islam 5, no. 2 (2021): 39.
15
Nuruddin Araniri, “Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan Sikap Keber
agamaan Yang Toleran,” Risâlah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam 6, no. 1 (2020): 59.
15

fungsional guru akan terlaksana secara efekstif dan efisien apabila guru

mampu melakukan perannya sebagai manajer of instruction dalam

menciptakan situasi belajar melalui pemanfaatan fasilitas belajar

mengajar.16

c. Faktor-Faktor Upaya Guru Dalam Pembelajaran

Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal tidaklah mudah.

Tidak mudah disangkal bahwa dalam belajar seseorang dipengaruhi

oleh banyak faktor. Muhibbin syah menyatakan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam

yaitu: 1) faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa itu

sendiri, seperti aspek psikologi dan aspek fisiologis. Aspek fisiologis

adalah aspek yang menyangkut tentang keberadaan kondisi fisik siswa

dan aspek psikologis meliputi tingkat kecerdasan, baka, minat,

motivasi dan kemampuan kognitif siswa. Faktor eksternal adalah

faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti faktor lingkungan sosial

dan faktor lingkungan non sosial. Faktor lingkungan sosila meliputi

keadaan guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas. Sedangkan

faktor non sosial meliputi Gedung sekolah, tempat tonggal siswa, alat-

alat praktikum dan lain-lain. Faktor pendekatan belajar adalah jenis

upaya guru meliputi strategi dan motode yang digunakan untuk

16
Agustini Buchari, “Peran Guru Dalam Pengelolaan Pembelajaran,” Jurnal Ilmiah Iqra’ 12,
no. 2 (2018): 106.
16

melakukan kegiatan pembelajaran seperti faktor lingkungan,

kurikulum, program, fasilitas dan guru.17

d. Evaluasi Guru Dalam Pembelajaran

Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahsa Inggris

“evaluation” dalam Bahasa Arab; al-taqdir, dalam Bahasa Indonesia:

beararti penilaian akar katanya adalah: value, dalam Bahasa arabnya

“al-Qimah”, dalam Bahasa Indonesia berarti: nilai. Adapun menurut

istilah adalah suatu Tindakan atau suatu kegiatan atau suatu proses

menentukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia Pendidikan. Karena

guru merupakan subjek pelaksana penyelenggara evalusi dalam

Pendidikan, yang harus mengetahui faktor dalam melakukan evaluasi

hasil belajar siswa.18

2. Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah proses aktivitas yang dilakukan dengan sengaja

untuk melakukan perubahan sikap dan perilaku yang keadaannya

berbeda dari sebelum individu berada dalam situais belajar dan

sesudah melakukan Tindakan yang serupa dan yang bersifar menetap.

Ada empat ciri-ciri belajar yaitu: perubahan, bersifat permanen, adanya

usaha, dan perubahan karena proses belajar. Hasil belajar siswa

17
Romelah 2 Agneis Novirieka Harahap 1, “Upaya Guru Dalam Meningkatkan Pembelajaran
Melalui Hasil Evaluasi Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PAI,” of comprehensive science 1, no. 1
(2022): 28.
18
Ibid.
17

hakikatnya adalah perubahan tigkah laku sebagai hasil belajar, dalam

arti luas mencakup bidang kognitif, efektif dan psikomotorik.19

b. Kesulitan Belajar

kesulitan belajar adalah terjemah dari istilah Bahasa inggris

learning disability, menurut terjemah tersebut sesungguhnya kurang

tepat, karena learning artinya belajar, disability artinya

ketidakmampuan. Kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang man

anak didik tidak belajar sebagaiman mestinya karena ada gangguan

tertentu. Istilah kesulitan belajar yang peneliti maksudkan adalah suatu

kondisi dimana anak didik tidak apat belajar secara maksimal

disebabkan adanya hambatan, kendala, atau gangguan dalam

belajaranya. Ketika kesulitan belajar terjadi tentu hambatan hadir

dalam kegiatan belajar mata pelajaran sehingga kibatnya hasil belajar

rendah.20

c. Kesulitan Belajar Al-Qur’an

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu

proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi

dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kesulitan

dalam pembelajaran al-Qur’an Hadist ialah tajwid ‫ ))َتجِو ْيد‬secara harfiah

bermaksud melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau bagus dan

membaguskan, tajwid berasal dari kata jawwad ( ‫)َج َّوَد‬ dalam bahasa

19
Si Siti Ma’rifah Setiawati, S.P, “Telaah Teoritis: Apa Itu Belajar?,” Jurnal Bimbingan dan
Konseling FKIP UNIPA 35, no. 1 (2018): 32.
20
Ismail Darimi, “Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Aktif Di Sekola
h,” Jurnal Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling 2, No. 1 (2016): 36–37.
18

arab, dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari

tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu

tajiwd suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan

atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab Al-Qur’an

maupun bukan sesuai dengan hukum tajwid.mempelajari ilmu tajwid

memang tidak mudah, butuh ketekunan dan latia secara terus menerus

agar dapat mengingat, memahami, dan menguasai hukum bacaan.21

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode penelitian

kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai intrumen

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi, analisi data

bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

dari pada generalisasi.22

Metode penelitian kualitatif lebih mengarah pada penyelidikan keben

aran yang bersifat relatif, hermenetik dan interpretatif. Pilihan pada pendek

atan ini lebih banyak menggunakan analisis teori, dan hermenetik yang ku

at untuk sampai pada sebuah kesimpulan.23

2. Sumber Data dan Tehnik Pengumpulan Data

21
Ambarwati Sa’adah, “Upaya Guru Al-Quran Hadist Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Si
swa Kwlas Viii D Di Mtsn Wonongkromo Pleret Bantul” 12, No. 2 (2012): 10–11.
22
S.I. Dr. H. Zuchri Nabdussamad And K.M.Si, Metode Penelitian Kualitatif, 2021.
23
Sonny Eli Zaluchu, “Strategi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Di Dalam Penelitian Aga
ma,” Jurnal 4 (2020): 32.
19

Sumber data adalah sumber informasi yang digunakan untuk

memperoleh data atau informasi terkait fenomena atau masalah yang

diteliti. Sumber data dapat berupa orang, tempat, dokumen dan kejadian.

Adapun sumber data sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan

langsung di lapangan oleh peneliti dari orang yang bersangkutan.

Dikutip dari buku pokok-pokok materi metodologi penelitian. Data

primer didapatkan oleh peniliti secara langsung dengan cara

wawancara, survei, eksperimen, dan sebagainya.24

Yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah

guru, dan siswa yang berada di Man 1 Kota Bima. Data primer dalam

penelitian ini berupa lisan dan tulisan serta cacatan lapangan hasil

observasi.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang peneliti peroleh dari buku-b

uku, jurnal, artikel hasil penelitian orang-orang sebelumnya dan sumbe

r data lainya.25 Yang berkaitan dengan topik penelitian megenai upaya

guru dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Quran siswa

kelas XI IPA 2 di Man 1 Kota Bima.

24
Rully Desthian Pahlephi, Data Primer: Pengertian, Fungsi, Contoh, Dan Cara Mendapatk
annya (Detikbali, 2022), Https://Www.Detik.Com.
25
Sandhi Fialy Harahap and Satria Tirtayasa, “Pengaruh Motivasi, Disiplin, Dan Kepuasan K
erja Terhadap Kinerja Karyawan Di PT. Angkasa Pura II (Persero) Kantor Cabang Kualanamu,”
Maneggio: Jurnal Ilmiah Magister Manajemen 3, no. 1 (2020): 120.
20

Adapun tehnik pengumpulan data dalam peneleitian ini, sebagai

berikut:

a. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunya

i ciri yang spesifik bila dibandinnmlgkan dengan teknik yang lain.

Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan

observee yang sebenarnya. Dengan demikian, melalui kegiatan

observasi dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kehi-

dupan sosial yang sukar diperoleh dengan menggunakan metode lain.

Observasi sangat diperlukan jika observer belum memiliki banyak

keterangan tentang masalah yang diselidikinya. Sehingga observer

dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang masalahnya serta

petunjuk- petunjuk cara memecahkannya.26

Peneliti melakukan observasi yaitu dengan pengamatan saat

proses belajar mengajar yang dilakukan secara langsung ke tempat

penelitian yaitu di Man 1 Kota Bima untuk melihat keadaan dan

bagaimana cara guru Al-Qur’an hadis mengatasi kesulitan siswanya

dalam membaca Al-Qur’an.

b. Wawancara

26
Sitti Mania, “Observasi Sebagai Alat Evaluasi Dalam Dunia Pendidikan Dan Pengajaran,”
Lentera Pendidikan : Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 11, no. 2 (2008): 221.
21

Teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan data-data

subyektif seperti opini, sikap dan perilaku narasumber terkait suatu

fenomena yang sedang diteliti.27

Teknik wawancara dilakukan dengan menyiapkan beberapa

pertanyaan yang akan diajukan kepada guru berkaitan dengan upaya

guru Al-Qur’an dan hadis dalam mengatasi kesulitan belajar membaca

Al-Qur’an pada siswa adapun pertanyaan yang disediakan oleh peneliti

untuk siswa MAN 1 Kota Bima berkaitan denga kesulitan yang

dihadapi siswa selama proses pembelajaran Al-Qur’an dan Hadis.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk melen

gkapi penelitian. Dokumentasi dilakukan dengan cara menyelidiki data

yang didapati dari dokumen, catatan, file, foto dan hal-hal lain yang su

dah didokumentasikan, yang semuanya itu memberikan informasi bagi

proses penelitian.28

3. Instrumen penelitian

Instrumen merupakan suatu alat yang memenuhi persyaratan

akademis sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu

objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel.29

27
Seng Hansen, “Investigasi Teknik Wawancara Dalam Penelitian Kualitatif Manajemen Ko
nstruksi,” Jurnal Teknik Sipil 27, no. 3 (2020): 283.
28
Arnild Augina Mekarisce, “Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Pada Penelitian Kualitatif
Di Bidang Kesehatan Masyarakat,” Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat : Media Komunikasi Ko
munitas Kesehatan Masyarakat 12, No. 3 (2020): 147–148.
29
Baso Intang Sappaile, “Cara Pengumpulan Data,” Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan 13,
No. 66 (2022).
22

Salah satu kegiatan dalam perencanaan suatu objek penelitian adalah

menentukan instrumen penelitian atau tolak ukur yang digunakan dalam

mengumpulkan data yang sesuai dengan masalah yang hendak diteliti,

instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Pedoman observasi yaitu beberapa intrumen variabel sebagai acuan

pedoman dalam mengamati kejadian atau fenomena yang terjadi

(objek yang diamati).

b. Pedoman wawancara yaitu sejumlah pertanyaan lisan dengan maksud

penelitian dan dipergunakan atau dipertanyakan kepada yang menjadi

sampel atau subjek penelitian.

c. Pedoman dokumentasi digunakan untuk memperoleh berbagai data

yang diperlukan dalam penelitian.

4. Teknik Analisis Data

Terdapat tiga jalur analisis data kualitatif, yiatu reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data adalah proses

pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan

dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di

lapangan. Proses ini berlangsung terus menerus selama penelitian

berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul sebagaimana

terlihat dari kerangka konseptual penelitian, permasalahan studi, dan

pendekatan, pengumpulan data yang dipilih peneliti.


23

Reduksi data diantaranya dengan meringkas data, mengkode,

menelusuri tema dan membuat gugus-gugus.30

Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan

mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan

akhir dapat diambil. Reduksi tidak perlu diartikan sebagai kuantifikasi

data. Cara reduksi data adalah denga seleksi ketat atas data, ringkasan

atau uraian singkat dan menggolongkannya dalam pola yang lebih luas.

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi

disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan Tindakan. Adapun Bentuk penyajian data

kualitatif yakni dengan teks naratif: berbentuk catatan lapangan serta

matriks, grafik, jaringan, dan bagan.31

Bentuk-bentuk ini menggabungkan informasi yang tersusun

dalam suatu bentuk yang terpadu dan mudah diraih, sehingga

memudahkan untuk melihat apa yang sedang terjadi, apakah

kesimpulan sudah tepat atau sebaliknya melakukan analisis kembali.

Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus-menerus

selama berada di lapangan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti

kualitatid mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan pola-

pola (dalam catatan teori), penjelasan-penjelasan, konfigurasi-

konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi.


30
Ivanovich Agusta, “Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data Kualitatif,” Pusat Penelitian S
osial Ekonomi. Litbang Pertanian, Bogor, 27 02, no. 1 (2003): 10–11.
31
Ibid.
24

Kesimpulan- kesimpulan ini ditangani secara longgar, tetap terbuka dan

skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan. Mula-mula belum jelas,

namun kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan

kokoh.

Kesimpulan-kesimpulan itu juga diverifikasi selama penelitian

berlangsung, dengan cara memikir ulang selama penulisan, tinjauan

ulang catatan lapangan, tinjauan kembali dan tukar pikiran antar teman

sejawat untuk mengembangkan kesepakatan intersubyektif dan upaya-

upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam

seperangkat data yang lain.32

5. Pengujian Kredibilitas Data

Cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil

penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan:

a. Perpanjangan Pengamatan

Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke la

pangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data

yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan penga

matan ini berarti hubungan peneliti sehingga tidak ada informasi yang

disembunyikan lagi. (tidak ada jarak lagi, semakin terbuka, saling mem

percayai dengan narasumber akan semakin akrab. Dengan perpanjanga

n pengamatan ini, peneliti mengecek kembali apakah data yang telah di

berikan selama ini merupakan data yang sudah benar atau tidak. Bila d

ata yang diperoleh selama ini setelah dicek pengamatan lagi yang lebih
32
Ibid.
25

luas dan mendalam ternyata tidak benar, maka peneliti melakukan kem

bali pada sumber data asli atau sumber data lain sehingga diperoleh dat

a yang pasti kebenarannya.33

b. Peningkatkan Ketekunan Dalam Penelitian

Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah de

ngan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian at

au dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti.

Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas dan ta

jam, sehingga data yang ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak.

c. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pe

ngecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbaga

i waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi tekn

ik pengumpulan data, dan waktu.34

d. Diskusi Dengan Teman Sejawat

Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda denga

n hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Melakukan analisis kasus

negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertenta

ngan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang b

erbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan

sudah dapat dipercaya. Tetapi bila peneliti masih mendapatkan data-da

ta yang bertentangan dengan dating yang ditemukan, maka penelitian

33
S Arikunto, “Data Penelitian Deskriptif,” Management Penelitian Analisis 59 (2006).
34
Ibid.
26

mungkin akan merubah temuannya. Hal ini sangat tergantung seberapa

besar kasus negative yang muncul tersebut.

e. Menggunakan Bahan Referensi

Yang dimaksud dengan bahan referensi disini adalah adanya pen

dukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. C

ontoh. Data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman

wawancara. Data tentang interaksi manusia, atau gambaran suatu kead

aan perlu didukung oleh foto-foto. Alat-alat bantu perekam data dalam

penelitian kualitatif, seperti camera, alat rekam suara sangat diperlukan

untuk mendukung kredibilitas data yang telah ditemukan oleh peneliti.

Dalam laopran penelitian, sebaiknya data-data yang ditemukanperlu dil

engkapi dengan foto-foto atau dokumen autentik, sehingga menjadi leb

ih dapat dipercaya.35

F. Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan gamabaran yang jelas mengenai isi proposal skripsi

yang akan peneliti susun, maka peneliti akan menyajikan sistematika

pembahasan.

Untuk menjamin ketidak hancuran dalam penulsan. Maka diperlukan

sistematika penulisan karya ilmiah ini. Model yang digunakan adalah

komponen yang dikelurkan oleh Institut Agama Islam Muhammadiyah Bima

yaitu antara lain: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan

Manfaat Penelitian, Ruang Lingkup dan setting Penelitian, Penegasan Istilah

35
Ibid.
27

Judul, Penelitian Terdahulu, Kerangka Teori, Metode Penelitian, Sistematika

Pembahasan, Rencana Jadwal penelitian dan daftar Pustaka.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Guru

1. Pengertian Guru

Sebagai pendidik guru adalah pendidik yang dituntut untuk bisa

dan memahamai segala sesuatu bukan saja materi yang akan diajarkan,

sebagaimana yang dikatakan Moh, Uzer Usman dalam jurnal yang

disususn oleh Arfadi, Samsudin Muhammad Aso: “ Pengertian guru adalah

sebuah pekerjaan yang bersifat profesional yang mana didalamnya

memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus ditekuni dan

dipelajari kemudian ilmu itu harus diaplikasikan. Selain itu guru yang

profesional harus mempunyai kompetensi khusus dalam bidang keguruan

sehingga ia mampu menjalankan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan

memiliki kemampuan yang maksimal.36

Sri Minarti mengutip pendapat ahli belanda, J,E,C. Gericke dan T.

Roorda yang menerangkan Guru adalah pendidik profesional yang tugas

utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai dan mengevaluasi peserta didik . dalam Bahasa inggris guru

adalah Techer (mengajar), Educator (pendidik), Lecturer (ahli

didik/pemberi kuliah).37 Guru atau orang yang memiliki ilmu dalam istilah

Al-Qur’an adalah alim/uluma, ulu alilm, ulu al bab, ulu al nuha, ulu al

36
Arfandi and Samsudin, “Peran Guru Profesional Sebagai Fasilitator Dan Komunikator D
alam Kegiatan Belajar Mengajar” : 39.
37
Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam, 2013.

28
29

absyar, al mudzakir, al dzikir, al mudzaki, al raihan fi al ilm, dan al

murobi.38

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru

adalah orang yang harus menekeni beberapa bidang ilmu kemudian

dengan ilmu itu ia bertugas secara profesional untuk mendidik dan

mengajarkan kembali kepada peserta didik.

2. Peran Guru Dalam Pembelajaran

Dalam pengelolaan pembelajaran, guru memegang peran yang

sangat penting. Guru merupakan pelaksana proses belajar mengajar

sehingga keberhasilan pengajarannya sangat menentukan keberhasilan

pendidikan pada umumnya. Hasil kajian teoretik tugas-tugas fungsional

guru akan terlaksana secara efekstif dan efisien apabila guru mampu

melakukan perannya sebagai manajer of instruction dalam menciptakan

situasi belajar melalui pemanfaatan fasilitas belajar mengajar. 39

Peran guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu

Pendidikan. Guru adalah profesi yang bermartabat dan memiliki peran

dan fungsi strategi dalam membangun Pendidikan. Prey Katz

menggambarkan “peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang

dapat memberikan nasehat-nasehat, motivator sebagai pemberi inspirasi

dan dorongan, pembimbing, dalam pengembangan sikap dan tingkah

38
Hamid, “Guru Profesional.”
39
Agustini Buchari, “Peran Guru Dalam Pengelolaan Pembelajaran,” Jurnal Ilmiah Iqra’ 12, no. 2
(2018): 106.
30

laku serta nilai-nilai, orang-orang yang menguasai bahan yang

diajarkan”.40

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwasannya

peran guru dalam pembelajaran itu sangat penting dalam memanajemen

proses kegiatan belajar mengajar. Di dalam kelas guru adalah manajer

yang mengatur seluruh kegiatan dalam kelas.

3. Faktor-Faktor Upaya Guru Dalam Pembelajaran

Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal tidaklah mudah.

Tidak mudah disangkal bahwa dalam belajar seseorang dipengaruhi oleh

banyak faktor. Muhibbin syah menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

a. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa itu sendiri,

seperti aspek psikologi dan aspek fisiologis. Aspek fisiologis adalah

aspek yang menyangkut tentang keberadaan kondisi fisik siswa dan

aspek psikologis meliputi tingkat kecerdasan, baka, minat, motivasi dan

kemampuan kognitif siswa.

b. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti

faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.

c. Faktor lingkungan sosial meliputi keadaan guru, staf administrasi dan

teman-teman sekelas. Sedangkan faktor non sosial meliputi Gedung

sekolah, tempat tonggal siswa, alat-alat praktikum dan lain-lain.

40
Siti Wahyuni Fadjriah Hapsari1, Laila Desnaranti, “Peran Guru Dalam Memotivasi Belajar
Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh,” Research And Development Journal Of
Education 7, No. 1 (2021): 194.
31

d. Faktor pendekatan belajar adalah jenis upaya guru meliputi strategi dan

motode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran seperti

faktor lingkungan, kurikulum, program, fasilitas dan guru.41

4. Evaluasi Guru Dalam Pembelajaran

Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahsa Inggris

“evaluation” dalam Bahasa Arab; al-taqdir, dalam Bahasa Indonesia:

berarti penilaian akar katanya adalah: value, dalam Bahasa Arabnya “Al-

Qimah”, dalam Bahasa Indonesia berarti: nilai. Adapun menurut istilah

adalah suatu Tindakan atau suatu kegiatan atau suatu proses menentukan

nilai dari segala sesuatu dalam dunia Pendidikan. Menurut Bloom,

evaluasi adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk

menetapkan apakah dalam kenyataan terjadi perubahan dalam diri siswa

dan menetapkan sejauh tingkat perubahan dalam pribadi siswa. Adapun

fungsi evaluasi secara umum yaitu:

a. Penilaian berfungsi selektif, dengan cara mengadakan penilaian, guru

mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap

siswanya.

b. Penilaian berfungsi diagnostik, apabila alat yang digunakan dalam

penilaian cukup memenuhi persyaratan maka dengan hasilnya guru

akan mengetahui kelemahan siswa disamping itu diketahui juga sebab

musabab kelemahan tersebut. Jadi dengan mengadakan penilaian

41
Agneis Novirieka Harahap 1, “Upaya Guru Dalam Meningkatkan Pembelajaran Melalui H
asil Evaluasi Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PAI.”
32

sebanarnya guru mengadakan diagnosa pada siswa tentang kebaikan

dan kelemahannya.

c. Penilaian berfungsi sebagai penempatan untuk menentukan siswa

masuk dalam sebuah kelompok atau kelas seperti unggulan, maka

perlu dilakukan penilaian sehingga siswa dapat ditempatkan pada

eklompok yang tepat.

d. Penilaian berfungsi sebagai pengukur penilaian. Penilaian disisni

bermasud untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil

diterapkan. Karena guru merupakan subjek pelaksana penyelenggara

evalusi dalam Pendidikan, yang harus mengetahui faktor dalam

melakukan evaluasi hasil belajar siswa.42

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah proses aktivitas yang dilakukan dengan sengaja

untuk melakukan perubahan sikap dan perilaku yang keadaannya berbeda

dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan

tindakan yang serupa dan yang bersifat menetap. Ada empat ciri-ciri

belajar yaitu: perubahan, bersifat permanen, adanya usaha, dan perubahan

karena proses belajar. Hasil belajar siswa hakikatnya adalah perubahan

tigkah laku sebagai hasil belajar, dalam arti luas mencakup bidang

kognitif, efektif dan psikomotorik.43

42
Ibid.
43
Siti Ma’rifah Setiawati, S.P, “Telaah Teoritis: Apa Itu Belajar?”
33

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

proses perubahan tingkah laku dari sebelum melakukan tindakan dan

sesudah melakukan tindakan.

2. Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar adalah terjemah dari istilah Bahasa inggris learning

disability, menurut terjemah tersebut sesungguhnya kurang tepat, karena

learning artinya belajar, disability artinya ketidakmampuan. Kesulitan

belajar adalah suatu kondisi yang mana anak didik tidak belajar

sebagaimana mestinya karena ada gangguan tertentu. Istilah kesulitan

belajar yang peneliti maksudkan adalah suatu kondisi dimana anak didik

tidak dapat belajar secara maksimal disebabkan adanya hambatan, kendala,

atau gangguan dalam belajaranya. Ketika kesulitan belajar terjadi tentu

hambatan hadir dalam kegiatan belajar mata pelajaran sehingga akibatnya

hasil belajar rendah.44

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar

adalah keadaan yang menghambat proses belajar anak didik sehingga tidak

mencapai hasil yang maksimal.

3. Kesulitan Belajar Al-Qur’an

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu

proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi

dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kesulitan dalam

pembelajaran Al-Qur’an Hadist ialah tajwid ‫ ))َتجِو ْي د‬secara harfiah

bermaksud melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau bagus dan
44
Darimi, “Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Aktif Di Sekolah.”
34

membaguskan, tajwid berasal dari kata jawwad ( ‫)َج َّوَد‬ dalam bahasa arab,

dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya

dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah

suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau

mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab Al-Qur’an maupun

bukan sesuai dengan hukum tajwid. Mempelajari ilmu tajwid memang

tidak mudah, butuh ketekunan dan latihan secara terus menerus agar dapat

mengingat, memahami, dan menguasai hukum bacaan.45

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan

belajar Al-Qur’an adalah keadaan yang menghambat proses belajar anak

didik dalam membaca Al-Qur’an, terutama pada makhrijul huruf dengan

memberikan sifat-sifat yang dimilikinya.

Adapun masalah-masalah yang ditemukan dalam belajar membaca

Al-Qur’an adalah:

a. Makhrijul Huruf (tempat keluar masuknya huruf), makharijul huruf

adalah langkah pertama dalam memperlajari ilmu dasar Al-Qur’an.

Makhrijul huruf hijaiyah bila diringankan ada 5 tempat yaitu:

1) Al-Jauf (‫)الجوف‬. Artinya rongga mulut dan rongga tenggorokan,

yaitu tempat keluarnya huruf hijaiyah yang terletak pada rongga

mulut dan rongga tenggorokan, bunyi huruf yang keluar dari

rongga mulut dan rongg tenggorokan ada tiga macam yaitu : ( ‫)ا‬

Alif ( ‫ )و‬waw sukun Dan ( (ْ‫ ي‬Ya’ sukun.

45
Ambarwati Sa’adah, “Upaya Guru Al-Quran Hadist Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Si
swa Kwlas Viii D Di Mtsn Wonongkromo Pleret Bantul.”
35

2) Al-Halqu (‫ )الحلق‬Artinya tenggorokan / kerongkongan. Yaitu

tempat keluarnya bunyi huruf hijaiyah yang terletak pada

kerongkongan /tenggorokan. Dan berdasarkan perbedaan tehnis

pelafalannya, huruf-huruf halqyah (huruf-huruf yang keluar dari

tenggorokan) dibagi menjadi tiga bagaian yaitu:

a) Al-Lisan ( ‫)اّلسان‬. Artinya Lidah, Bunyi huruf hijaiyah

dengan tempat keluarnya dari lidah ada delapan belas huruf,

yaitu : qof, kaf, jim, syin, ya’, dho, tsa’, dzal, nun, ro, tho,

dal, ta’, shod, sin za, dan lam.

b) Al-Syafatain. Artinya bibir, yaitu tempat keluarnya huruf

hijaiyah yang terletak pada kedua bibir, yang termasuk

huruf-huruf syafatain ialah: waw, fa, mim, dan ba.

c) Al-Kaisyum. Artinya pangkal hidung, yaitu tempat

keluarnya huruf hijaiyah yang terletak pada janur hidung.

Dan jika kita menutup hidung ketika membunyikan hrif

tersebut, maka tidak dapat terdengan adapun huruf-hurufnya

yaitu huruf gunnah Mim dan Nun.46

b. Hukum Nun Sukun atau tanwin dan Mim Sukun

Langkah kedua dalam mempelajari ilmu dasar Al-Qur’an ialah

hukum bacaan Nun sukun/tanwin dan Mim sukun. Hukum bacaan Nun

sukun dan Tanwin ada empat, antara lain :47

46
Muhammad Mamun Salman, Panduan Tahsin Tilawah Al-Quran Kelas X, 2016.
47
Tahsin Tilawah Al-qur An, ‫س ن‬, n.d.
36

a. Idzhar Halqi . Idzhar Halqi artinya jelas. Sedangkan menurut ilmu

tajwid adalah pembacaan Nun mati atau Tanwin yang sesuai

dengan makhrojnya (tanpa mendengungkannya) apabila bertemu

dengan salah satu huruf Idzhar Halqi. Huruf Idzhar Halqi adalah:

‫ه–ء–غ–ع–خ–ح‬

b. Idghom. Idghom artinya memasukkan. Sedangkan menurut ilmu

tajwid adalah pengucapan Nun mati atau Tanwin secara lebur

ketika bertemu dengan huruf-huruf Idghom. Pengucapannya seperti

dua huruf yang ditasydidkan. Idghom terbagi menjadi dua, yaitu :

1) Idghom bi Ghunnah. Idghom bigunnah adalah idghom yang

harus didengungkan. Kebiasaan orang-orang yang membaca

Al-Qur’an kebanyakan tidak mendengungkan bacaannya

karena ketidak tahuannya atau memahami hukum bacaan Nun

sukun atau Tanwin. Huruf Nun sukun atau Tanwin ada empat

yaitu :

‫ي–ن–م–و‬

2) Idghom bila Ghunnah. Idghom bila Ghunnah adalah idghom

yang tidak boleh didengungkan. Hurufnya ada 2 yaitu :

‫ل–ر‬

c. Iqlab. Iqlab artinya membalik. Sedangkan menurut ilmu tajwid

adalah pengucapan Nun mati atau Tanwin yang bertemu dengan


37

huruf Ba’ (‫ ) ب‬yang dibalik menjadi huruf Mim ‫م‬dan disertai

dengan dengung.

d. Ikhfa Haqiqi. Ikhfa’ artinya menutupi. Sedangkan menurut ilmu

tajwid adalah pengucapan Nun mati atau Tanwin ketika bertemu

dengan huruf-huruf Ikhfa’ Haqiqi dengan sifat antara Idzhar dan

Idghom dan disertai dengung. Huruf- huruf berjumlah 15;

‫ص–ض–ث–ق–ف–ش–س–ك–ظ–ز–ط‬

‫–ذ–د–ت–ج‬

c. Hukum bacaan Mim Sukun :

a. Ikhfa’ Syafawi. Ikhfa’ Syafawi adalah Mim sukun (‫ ) ْ م‬bertemu

dengan Ba’ (‫) ب‬. Cara membacanya Mim tampak samar disertai

dengan dengung.

b. Idghom Mitslain. Idghom Mitslain adalah Mim sukun ْ ‫ م‬bertemu

dengan Mim ‫ م‬. Cara membacanya adalah harus disertai dengan

dengung.

c. Idzhar Syafawi. Idzhar Syafawi adalah Mim sukun ْ‫ م‬bertemu huruf

Mim ‫ م‬dan Ba’‫ب‬. Cara membacanya adalah mim harus tampak

jelas tanpa dengung.

d. Hukum Mad

Di saat membaca Al-Qur’an, pastinya kita wajib mengetahui

tajwid. Salah satu dari hukum bacaan tajwid ialah hukum bacaan Mad.

Seringkali kita dalam membaca Al-Qur’an menyamakan panjang

pendek bacaan kita dengan satu mad saja, padahal dalam membaca Al-
38

Qur’an ada beberapa cabang mad. Hukum bacaan Mad ialah menjadi

salah satu hukum dasar yang paling pentig untuk di pelajari. Secara

umumnya, bacaan mad terbagi menjadi 2 saja, yaitu Mad thabi’i ( mad

asli ) dan mad far’i ( mad cabangnya atau bagiannya ).

Dibaca Mad karena bertemu dengan Hamzah antara lain

adalah:48

a. Mad Thobi’i. Mad Thobi’i panjangnya 2 harokat. Huruf Mad

Thobi’i ada 3, yaitu : Wawu sukun yang sebelumnya berharokat

Dhommah. Ya’ sukun yang sebelumnya berharokat Kasroh. Alif

sukun yang sebelumnya berharokat Fathah.

b. Mad Far’i

c. Mad Far’i panjangnya 2 sampai 6 harokat. Pembagian Mad Far’i

adalah sebagai berikut :

1) Mad Wajib Muttashil. Mad Wajib Muttashil yaitu apabila Mad

Thobi’i bertemu dengan huruf Hamzah ‫ ء‬dalam satu kalimat,

panjangnya 5 harokat ketika washol (terus) dan 6 harokat

ketika waqof (berhenti).

2) Mad Jaiz Munfasil . Mad Jaiz Munfasil yaitu apabila Mad

Thobi’i bertemu dengan huruf Hamzah ‫ ء‬dalam kalimat yang

terpisah. Panjangnya 2 sampai 5 harokat. Pembacaannya harus

seragam, jika memulai dengan 5 harokat maka untuk

seterusnya harus 5 harokat.

1. Mad Shilah Thowilah


48
Ibid.
39

Mad Shilah Thowilah yaitu apabila terdapat Ha’

dhomir (kata ganti) bertemu dengan Hamzah ‫ء‬

dalamkalimat yang terpisah. Panjangnya 2 sampai 5

harokat.

2. Mad Shilah Qoshiroh

Mad Shilah Qoshiroh yaitu apabila Ha’ dhomir (kata

ganti) Bertemu dengan selain huruf Hamzah. Panjangnya 2

harokat.

3. Mad Badal

Mad Badal yaitu apabila terdapat huruf Hamzah ‫ء‬

dengan huruf Mad (‫ ا‬- ْ‫ ي‬- ْ‫) و‬. Panjangnya 2 harokat. Diba

d) Mad ‘Aridh lis Sukun

Mad ‘Aridh lis Sukun yaitu apabila Mad Thobi’i

berada sebelum huruf yang di waqofkan. Panjangnya 2

sampai 6 harokat.

e) Mad Lin

Mad Lin yaitu apabila berhenti pada huruf yang

sebelumnya Wawu sukun ْ ‫ و‬atau Ya’ Sukun ‫ ْ ي‬yang

didahului dengan huruf yang berharokat Fathah.

Panjangnya 2 sampai 6 harokat.

f) Mad ‘Iwadh

Mad ‘Iwadh yaitu Fathatain yang bertemu dengan


40

Alif ‫ ا‬dan waqof atau Hamzah yang berharokat Fathatain ً‫ء‬

dan waqof. Panjangnya 2 harokat.

g) Mad Tamkin

Mad Tamkin yaitu apabila terdapat Ya’ bertasydid

(‫ ) ّ ي‬bertemu dengan Ya’sukun (‫) ْ ي‬. Panjangnya 2

harokat.

h) Mad Lazim Mutsaqqol Kalimi

Mad Lazim Mutsaqqol Kalimi yaitu apabila terdapat

huruf yang bertasydid jatuh sesudah huruf Mad. Panjangnya

6 harokat.

i) Mad Lazim Mukhoffaf Kalimi

Mad Lazim Mukhoffaf Kalimi yaitu apabila terdapat

huruf sukun jatuh sesudah Mad Badal. Panjang 6 harokat.

Mad ini hanya terdapat pada dua surah, surah Yunus: 51

dan surah Yunus: 91.

j) Mad Farq

Mad Farq yaitu apabila terdapat huruf yang

bertasydid jatuh setelah Mad Badal. Panjangnya 6 harokat.

Mad ini hanya terdapat di dalam tiga surat; Surat Al-An’am:

143-144, Surat Yunus:51 dan 59, dan Surat An-Naml 59.

k) Mad Lazim Harfi Mutsaqqol


41

Mad Lazim Harfi Mutsaqqol yaitu huruf-huruf di

awal surat yang pembacaannya didengungkan. Panjangnya

6 harokat.

l) Mad Lazim Harfi Mukhoffaf

Mad Lazim Harfi Mukhoffaf yaitu huruf-huruf di

awal surat yang pembacaannya tanpa didengungkan.

Panjangnya 6 harokat.

d. Waqof

Waqof artinya berhenti di suatu kata ketika membaca Al-Qur’an

baik di akhir ayat maupun di tengah ayat dan disertai dengan mengambil

nafas. Seorang yang membaca Al-Qur’an perlu mengetahui tentang

waqof, agar bacaan Al-Qur’annya bagus dan benar. Kesulitan setiap

orang dalam membaca Al-Qur’an salah satunya juga adalah belum

paham akan ayat yang dibaca. Maka perlu pelatihan atau belajar khusus

untuk bisa menguasai atau paham akan ayat yang dibaca, agar setiap

waqof memberi kesan dan arti yang sempurna. Seperti arti Firman Allah:

“Dan bacalah Al-Quran dengan tart


BAB III

TEMUAN PENELITI

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Profil MAN 1 Kota Bima

Madrasah Aliyah Negeri Bima adalah Madrasah yang pertama di

Pulau Sumbawa, berdiri sejak tahun 1967 dengan nomor SK. 171 Tahun

1968 Tgl 6 Agustus 1968. Pada awal berdirinya Madrasah ini bernama

MAAIN (Madrasah Aliyah Agama Islam Negeri). MAN 1 Kota Bima

terletak di provinsi Nusa Tenggara Barat, tepatnya di ujung Timur Pulau

Sumbawa.49

2. Letak Geografis Man 1 Kota Bima

Secara geografis Kota Bima terletak di bagian timur pulau Sumbawa

pada posisi 118º41' 00’’ s/d 118º48' 00’’ bujur timur dan 8º20'00'' lintang

selatan. Batas wilayah adalah : Sebelah utara berbatasan dengan

kecamatan Ambalawi kabupaten Bima, sebelah Selatan berbatasan dengan

kecamatan Palibelo kabupaten Bima, sebelah barat berbatasan dengan

Teluk Bima dan sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Wawo

Kabupaten Bima. Pada mulanya Madrasah ini hanya memiliki gedung

pinjaman dari SD No.6 Bima yakni satu ruang kelas.

Di bawah pimpinan H.M.Said Amyn,BA , baru dibangun dua ruang

belajar sendiri yang sangat sederhana sekali yakni dibangun dengan tiang

seluruhnya dari kayu, beratapkan ilalang, dindingnya dari gede serta

49
Dokumentasi, Man 1 Kota Bima, 1 Agustus 2023.

42
43

berlantaikan tanah. Meja belajar dibuat dari kayu penyanggah.

Bangunan Madrasah yang sederhana ini berlokasi di Kelurahan Sarae Jln

Seruni No. 06 Saleko Bima. Dalam tenggang waktu yang tidak begitu

lama, Pemerintah dalam hal ini Departemen Agama membangun Sarana

dan prasarana untuk kebutuhan proses Pembelajaran. Seiring

perkembangan ilmu pengetahuan dan Teknologi, maka MAN Bima

mengalami perkembangan yang sangat bagus baik dari Pembangunan Fisik

maupaun Sumber daya manusia. Prestasi siswa pada setiap lomba ditingkat

kota maupun propinsi selalu diraih. Peningkatan mutu guru dengan

melanjutkan Pendidikan Magister. Saat ini sudah ada lima orang Magister

yaitu Pendidikan Kimia, Bahasa Inggeris, Bahasa Arab, Pendidkan Islam

dan Magister Matematika. Peningkatan kualitas tenaga pendidik juga

dilakukan melalui proses Sertifikasi Guru yang merupakan amanat

Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Peningkatan

mutu tenaga Pendidik terus dilakukan guna mengikuti perkembangan

teknologi pembelajaran. Pada Tahun 2003 setelah terbentuknya Kota

Bima, maka MAN 1 Bima berubah Nama menjadi MAN 1 Kota Bima.

Semenjak berdirinya MAN 1 Kota Bima sampai pada saat ini, telah

banyak di pimpin oleh orang–orang hebat yang sangat berkompeten

sehingga mampu membawa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Bima

meraih banyak penghargaan baik di Daerah maupun Nasional. Adapun

beberapa Nama - nama Kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota

Bima :50
50
Dokumen, 1 Agustus 2023.
44

a. H.M.Said Amin,BA Periode, 1 Januari 1968 s/d tgl. 3 Mei 1976

b. Drs.H.M.Hasan Mahmud Periode, 7 Oktober 1976 s/d tgl. 30 -11-1980

c. Drs.H.Muhammad H.M.Nur Periode, 1 Oktober 1981 s/d 31 Mei 1989

d. Drs.H.Mustafa H.Mustafa Periode, 22 Juni 1989 s/d 31 Mei 1998

e. Drs. H.Muhammad Ismail Periode, 23 Juni 1998 s/d 30 Oktober

1998

f. Mansyur,BA Periode, 31-12-1998 s/d 30 September 2001

g. Drs. H. Mansyur Ahmad Periode, 2001 s/d 2003

h. Drs.A.Munir HM.Yasin Periode, 1 September 2003 s/d 10 Juni 2010

i. Drs.Abdul Haris, M.Pd Periode, 10 Juni 2010 s/d 26 Maret 2013

j. Mansyur,S.Ag Periode, 26 Maret 2013 s/d 12 Februari 2016

k. Drs.H.Syahruddin H. Arsyad Periode 12 Februari 2016 s/d 9 Juni

2022

l. H. Najamuddin, S.Pd.,M.Pd Periode 9 Juni 2022 s.d 3 April 2023

m. Drs. H. Adnan Periode 3 April 2023 s/d Sekarang.

3. Visi dan Misi Man 1 Kota Bima

a. Visi Madrasah

”MAN 1 Kota Bima mencetak dan mempersiapkan generasi yang

berkualitas penuh keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang

Maha Esa dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi

pertumbuhan dan perkembangan jaman”.

Visi di atas dapat dijabarkan menjadi beberapa indikator sebagai

berikut :
45

1) Unggul dalam kegiatan keagamaan dan peningkatan imtaq;

2) Unggul dalam perolehan nilai UN dan US;

3) Unggul dalam kompetisi melanjutkan para siswa ke Perguruan

Tinggi Unggulan;

4) Unggul dalam lomba penelitian pelajar dan kreativitas siswa;

5) Unggul dalam lomba olimpiade MIPA;

6) Unggul dalam lomba pidato bahasa Arab dan Inggris;

7) Unggul dalam lomba olahraga prestasi, TUB, dan seni budaya;

8) Unggul dalam gerakan sekolah sehat dan kepramukaan;

9) Unggul dalam penguasaan dan pengembangan iptek.

b. Misi Madrasah

1) Menyelenggarakan proses belajar dan mengajar yang dinamis,

inovatif dengan budaya semangat belajar tang tinggi;

2) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan profesionalisme

pendidik seiring dengan perkembangan global;

3) Memiliki keyakinan yang mantap dan teguh pendirian dalam

menghadapi tantangan jaman;

4) Menyiapkan SDM yang mantap, komoditas, kreatif serta

berakhlakul karimah, mandiri dan mampu memenuhi tuntutan

masyarakat.

5) Meningkatkan kompetensi dan kinerja pendidik dan tenaga

kependidikan;
46

6) Menerapkan manajemen berbasis sekolah dan partisipatif dengan

melibatkan semua warga sekolah, komite, dan stakeholders.

4. Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan

a. Tenaga Pendidik

Guru PNS yang ada di MAN 1 Kota Bima berjumlah 46 orang, 4

orang diantaranya berkualifikasi pendidikan S2. Sedangkan untuk guru

non PNS berjumlah 36 orang dan 1 diantaranya dengan kualifikasi

Pendidikan S2.51

Tabel 3.1

Daftar Nama Pendidik MAN 1 Kota Bima

No NAMA JABATAN STATUS

1 Drs. H. M. Adnan Kepala Madrasah PNS

2 Dra. Maemunah Guru PNS

3 Dra. Hj. Siti Hadiah Guru PNS

4 Dra. St. Rahmah Guru PNS

5 Dra. Hj. Siti Suhadah Guru PNS

6 Drs. Rusdy Guru PNS

7 Drs. Ilham Wakamad PNS

8 Ridwan, S.Pd Guru PNS

9 Anang, S.Pd Wakamad PNS

10 Drs. Mahfud Guru PNS

11 Dra. Hj. Sitti Rohana Guru PNS

51
Dokumen, 1 Agustus 2023.
47

12 Hj. Sri Rahmawati, S.Pd Guru PNS

13 Suryati, S.Pd Guru PNS

14 Arifuddin, S.Pd Guru PNS

15 Usman, S.Pd Wakamad PNS

16 Drs. H. A. Farid Guru PNS

17 Drs. H. Syamsudin, S.Pd.I Guru PNS

18 Nurasni, S.Pd Guru PNS

19 St. Ruqayah, S.Ag Guru PNS

20 Hikmahwati, S.Ag. Guru PNS

21 Siti Rahmah, S.Ag Guru PNS

22 Sudarti, S.Pd Guru PNS

23 Burhan, S.Pd Guru PNS

24 Subhan, M.Pd Guru PNS

25 Naimah Aminy, S.Ag Guru PNS

26 Siti Nurul Huda, S.Ag Guru PNS

27 Abd Syukur, S.Pd.I Guru PNS


48

28 Idham, S.Pd. Guru PNS

29 Usman, S.Pd Guru PNS

30 Haerani, S.Ag Guru PNS

31 Saiful Munir, SE Guru PNS

32 Ahmad Gazali, S.Ag. Guru PNS

33 Rahmah, M.PMat Guru PNS

34 Muhammad Rajulain, M.Pd Guru PNS

35 Gufran, S.Pd Guru PNS

36 Husnul Khotimah, S.Pd Guru PNS

37 Dina Marselina, S.Pd Guru PNS

38 Hidayatus Saadah, S.Pd.I Guru PNS

39 Moh. Azkar Nawawi, S.Pd Guru PNS


49

40 Quratul Aini, S.Pd Guru PNS

41 Syamsul Lutfi, S.Pd Guru PNS

42 Usman Ishak, S.Pd Guru PNS

43 Irham Basri, S.Pd Guru PNS

44 Fitria Handayani, S.Pd Guru PNS

45 Ritayani, S.Pd Guru PNS

46 Yudi Setiawan, S.Pd Guru PPPK

47 Muslimah, SE Guru GTT

48 Nurbaiti, S.Pd Guru GTT

49 Hijrah Fathonah, S.Pd.I Guru GTT

50 Jauhariel Ma'ruf, S.Ag Guru GTT

51 Ruslan Setiawan, S.Pd Guru GTT

52 Uswatun Hasanah, S.Pd Guru GTT

53 Nurwahidah, S.Pd Guru GTT

54 Siti Saadiah, S.Pd Guru GTT


50

55 Nurinayah, S.Pd Guru GTT

56 M.Ridwan Haryanto, S.Pd Guru GTT

57 Nurlailatul Hijrah, S.Pd Guru GTT

58 Masitah, S.Pd Guru GTT

59 Sucy Kadarsih, S.Pd Guru GTT

60 Abdul Hafid, S.Pd Guru GTT

61 Dody, S.Pd Guru GTT

62 Novitasari, S.Pd Guru GTT

63 Nur Elviany Khairiah, S.Pd Guru GTT

64 Syahbudin, S.Pd.I Guru GTT

65 Tri Sulistiowati, S.Si Guru GTT

66 Marfuatun, S.Pd Guru GTT

67 Khalisyah Saktiani, S.Pd Guru GTT


51

68 Nurhidayah, S.Pd Guru GTT

69 Alamsyah,S.Pd Guru GTT

70 Fathuddin, S.Pd Guru GTT

71 Agus Setiawan, S.Pd Guru GTT

72 Linawati, S.Pd.I Guru GTT

73 Tri Rahmah Silviani, M.Pd Guru GTT

74 Nurlaili Nahlia, S.Pd Guru GTT

75 Muhammad Asrar, S.Pd Guru GTT

76 Khairunnisa, S.Pd Guru GTT

77 Julkifli, S.Pd.I Guru GTT

78 Muh. Ikhsan, S.Pd Guru GTT

79 Dian Pratiwi, S.Pd Guru GTT

80 Nur Zakhratul Hayati, S.Pd Guru GTT

81 Ummu Rofikah, M.Pd. Guru GTT


52

82 M. Fahrurrozy, M.Pd. Guru GTT

b. Tenaga Kependidikan

Tabel 3.2

Daftar Nama Tenaga Kependidikan MAN 1 Kota Bima

No NAMA JABATAN STATUS

1 Fahmi, SH Ka TU PNS

2 Siti Hajar Bendahara PNS

3 Hadane Staf TU PNS

4 Febryansyah Putra, S.Pd Staf TU PNS

5 Sry Hardaningsi, S.Sos Staf TU PTT

6 A. Bakar Staf TU PTT

7 Moh. Arifuddin, SE Staf TU PTT

8 Imam Salahuddin Al- Staf TU PTT


Ayubi, SE
9 Wawan Haryadi Staf TU PTT

10 Irawan L, SE Staf TU PTT


53

11 Muhamad, S. Pd.I Staf TU PTT

12 Muhamad Ifrat, S.Pd.I Staf TU PTT

13 Aqrabil Husada, S.Pd Staf TU PTT

14 Ferawati, S.Pd Staf TU PTT

15 Abdul Farid Staf TU PTT

16 Sufirah, SE Staf TU PTT

17 Imran Staf TU PTT

18 M. Adifansyah, A.Md Staf TU PTT

19 Muhammad Wildan Staf TU PTT


Setiawan, S.Pd

20 Yani Staf TU PTT

21 Julfikar,S.I.P Staf TU PTT

22 Hajratul Unsya, SE Staf TU PTT

5. Keadaan Peserta Didik


54

Peserta didik merupakan subjek sekaligus sebagai objek Pendidikan.

Peserta didik yang diterima di sekolah ini adalah peserta yang telah

melewali jenjang Pendidikan sekolah menengah pertama (SMP/MTs).

Keadaan peserta didik yang diterima di MAN 1 Kota Bima memiliki

latar belakang yang berbeda. Sekalipun begitu, hal tersebut bukan menjadi

persyaratan penting dalam penerimaan. Fokus utama dalam penerimaan

sangan ditunjang oleh kualitas atau standarisasi nilai yang telah disepakati

oleh pihak sekolah dan komitmen yang tinggi dari calon peserta didik untuk

menerima segala peraturan dan kebijakan yang ada di sekolah tersebut.52

Tabel 3.3

Keadaan Peserta Didik MAN 1 Kota Bima Tahun 2023

No Kelas Jurusan L P Total

1 X MIA-1 11 32 43

MIA-2 14 29 43

MIA-3 16 27 43

MIA-4 14 29 43

IPS-1 22 19 41

IPS-2 21 19 40

BAHASA 22 18 40

AGAMA 23 22 45
52
Dokumen, 1 Agustus 2023.
55

2 XI MIA-1 13 23 36

MIA-2 14 22 36

MIA-3 14 22 36

MIA-4 13 23 36

MIA-5 15 20 35

IPS-1 17 11 28

IPS-2 23 12 35

BAHASA 12 21 33

AGAMA 18 16 34

3 XII MIA-1 9 23 32

MIA-2 12 19 31

MIA-3 11 20 33

MIA-4 13 20 33

IPS-1 13 15 28

IPS-2 10 17 27

BAHASA 6 7 13

AGAMA 21 7 28
56

Jumlah Keseluruhan 377 493 870

6. Keadaan prasarana

Guna membantu kelancaran proses pembelajaran dalam mencapai

tujuan Pendidikan, sarana merupakan suatu hal yang sangat penting.

Adapaun sarana yang terdapat di MAN 1 Kota Bima adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Keadaan Sarana MAN 1 Kota Bima

No Ruang Jumlah Ket

1 Kelas 25

2 Kepala Sekolah 1

3 Tata Usaha 1

4 Guru 2

5 Perpustakaan 1

6 Laboraturium 1

7 OSIS/Koperasi Sekolah 1

B. Penyajian Data Dan Analisis Data


57

Penelitian dilakukan pada tanggal 05 Agustus 2023 untuk mengetahui f

aktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an siswa

kelas XI IPA 2 di MAN 1 Kota Bima, serta langkah-langkah yang dilakukan g

uru Al-Qur’an dan Hadis dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’

an siswa kelas XI IPA 2 di MAN 1 Kota Bima.

Tahap awal peneliti melakukan wawancara terhadap para siswa kelas

IX Ipa 2 terkait dengan kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi didalam

belajar membaca Al-Qur’an dan hadis. Adapaun wawancara yang dilakukan

oleh peneliti yaitu :

1. Bagaimana kamu menggambarkan kesulitan belajar membaca Al-Qur’an y

ang kamu alami dalam pembelajaran Al-Qur’an dan Hadis?

“Agak sulit menyebut dalam penyebutan huruf, dan hafalannya agak susah
dan Panjang”.

2. Bagaimana peran dukungan dari orangtua kamu dalam membantu kamu da

lam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an ?

“Dirumah disuruh ngaji sama orangtua dan di antar ke guru ngaji, suapay
bacaan Al-Qur’annya bisa lebih baik lagi”53.

3. Apakah ada strategi khusus yang diterapkan oleh guru Al-Qur’an dan Hadi

s yang membantu kamu lebih memahami dan mengingta apa yang telah an

da pelajari ?

“Strategi khusus yang guru Al-Qur’an dan hadist terapkan adalah beliau se
tiap kali mengajar mewajibkan kami untuk membaca ayat Al-Qur’an yang
ada dalam materi yang akan dipelajari sekalian beliau mengetes bacaan Al-
Qur’an kami, dan kalaupun ada temen kami yang belum bsa sama sekali m
embaca Al-Qur’an itu pak guru memberikan perhatian khusus yaitu disuru
h mengaji disetiap kali pak guru masuk”.

53
Nur Malialah, “Wawancara SIswa”.2023.
58

4. Apakah kamu merasa ada perubahan atau kemajuan dalam kemampuan me

mbaca Al-Qur’an setelah di ajarkan oleh guru Al-Qur’an dan Hadis?

“Iya, Alhamdulillah ada perubahan. Dari SMP jadi belajar Al-Qur’an itu k
urang jadi pas masuk MAN kaget ada bacaan tertentu yang salah semenjak
ada Pelajaran Al-Qur’an dan Hadis di MAN jadi agak lebih bisa sedikit”.54

Tahap kedua peneliti melakukan wawancara terhadap Guru Al-Qur’an

dan Hadis terkait dengan langkah-langkah yang dilakukan guru Al-Qur’an da

n Hadis dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an dan hadis.

Adapaun wawancara yang dilakukan oleh peneliti yaitu :

1. Sebagai guru Al-Qur’an dan hadis bagaimana cara ibu mengidentifikasi ke

sulitan belajar membaca al-Qur’an yang dialami siswa kelas 11 IPA 2 di

MAN 1 Kota Bima?

”Dari awal sudah diklasikan di kelas-kelas yang kemampuan membaca Al-


Qur’annya mulai dari iqro’ awal masuk siswa yang iqro’ enam itu diterima
tapi dengan catatan anak-anak itu belajar disini 1 jam Pelajaran di jam pert
ama belajar di mushollah tidak disuruh belajar di kelas sehingga itu bisa te
ratasi”

Berdasarkan hasil pengamtan peneliti, bahwa benar yang telah dilaku

kan oleh guru tersebut, beliau mengatakan telah mengklasifikasikan kema

mpuan siswa didalam membaca Al-Qur’an, hal ini sudah sesuai dengan tuj

uan dari evaluasi guru didalam point penilaian berfungsi selektif dan penil

aian berfungsi diagnostic.

2. Apa saja langkah yang bapak ambil dalam mengatasi kesulitan belajar me

mbca Al-qur’an siswa?

“Beri tugas kepada Anank-anak belajar tambahan dirumah dengan cara be


kerjasama dengan orang tuanya dan sebagai bukti mereka telah melakukan
54
Lulu Andini, “Wawancara Siswa”.2023.
59

tugas yang saya berikan saya meberikan tanda tangan, selain itu juga mem
ag diberi perhatian khusus untuk yang rendah tingkat bacaan Al-Qur’anny
a itu istilahnya tutor sebaya maksudnya disini adalah teman yang sudah la
ncar bacaan Al-Qur’annya mengajarkan temannya yang belum lancar mem
baca Al-Qur’an dan kemudian saya sambil pantau, soalnya bacaan Al-Qur’
an anak jaman sekarang ini anak-anak itu banyak gurunya dititngkat iqro’
saja berikutnya tak merasa berguru lagi padahal ditingkat iqro’ saja, padah
al iqro’ ada banyak hal yang harus diperbaiki yang menyangkut hukum-hu
kum tajwidnya, makhrijul hurufnya, sifatul hururfnya banyak sekali, bahka
n dikalimat-kalimat tertentu misalnya kata “ Ain shood” dan “ Aliif laamm
iim” dibaca Alif lama”

Berdasarkan hasil pengamtan peneliti, bahwa benar yang telah dilaku

kan oleh guru tersebut, beliau mengatakan telah mengklasifikasikan kema

mpuan siswa didalam membaca Al-Qur’an, hal ini sudah sesuai dengan tuj

uan dari evaluasi guru didalam point penilaian berfungsi diagnostic.

3. Apakah ibu memiliki strategi husus untuk memotivasi siswa dalam mempe

rlajari Al-Qur’an dan hadis terutama Ketika menghadapi kesulitan belajar?

“Jadi strategi saya anak-anak yang bagus bacaannya al-Qur’annya saya sur
uh tampil disetiap kali acara imtaq bahkan acara-acara keagamaan di sekol
ah jadi anak-anak termotivasi, selain itu pencerahan tentang bagaiamana o
rang yang bisa membaca Al-Qur’an itu ada balasan dari Allah kemudian sa
ya menceritakan kisah dua tokoh yahudi yang bersekolah Bersama habib i
ya menjadi sang juara pada saat itu karena dia membaca Al-Qur’an Tenga
h malam, dan selain itu sekarang ini yang menghafal Al-Qur’an minimal 2
0 juz ikut tantara, polisi, mengambil kedokteran dan yang lebih luar biasa
hasil penelitian UIN Syarif hidayatulloh yang hebat dalam pelayanan yang
hebat dalam pelayanan Kesehatan catatan itu adalah mereka-mereka yang
hafidz dan orang-orang yang bagus bacaan Al-Qur’annya.

Berdasarkan hasil pengamtan peneliti, bahwa benar yang telah dilaku

kan oleh guru tersebut, beliau mengatakan menampilkan para siswa ini di

acara imtaq sekolah atau acara keagamaan yang lain sehingga siswa ini ter

motivasi, hal yang dilakukan oleh guru tersebut sudah sesuai dengan facto

r-faktor upaya guru dalam pembelajaran pada point factor pendekatan pem
60

belajaran, dimana guru tersbut memberikan metode pembelajaran untuk be

rani tampil di acara imtaq agar para siswa berani serta termotivasi untuk te

rus belajar membaca Al-Qur’an lebih baik lagi.


BAB IV

PEMABAHASAN

Pada penelitian ini peneliti khususnya lebih mengutamakan

mengumpulkan data dengan teknik observasi dan wawancara di dukung dengan

dokumentasi. Observasi dilakukan untuk mengamati dan melihat langsung

bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar membaca Al-Qur’a

n siswa kelas XI IPA 2 di MAN 1 Kota Bima, serta langkah-langkah yang dilakuk

an guru Al-Qur’an dan Hadis dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qu

r’an siswa kelas XI IPA 2 di MAN 1 Kota Bima.

Wawancara dilakukan kepada siswa setrta guru di sekolah terkait dengan f

aktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an siswa kela

s XI IPA 2 di MAN 1 Kota Bima, serta langkah-langkah yang dilakukan guru Al-

Qur’an dan Hadis dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an siswa k

elas XI IPA 2 di MAN 1 Kota Bima. Setelah mendapatkan hasil observasi,

melakukan wawancara yang didukung dokumentasi sehingga hasil data temuan di

lapangan lebih banyak dari pada saat melakukan observasi, sebagai berikut.

A. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar membaca Al-Qu

r’an siswa kelas XI IPA 2 di MAN 1 Kota Bima?

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, kesulitan belajar yang dihad

api oleh para siswa yaitu pada bagian makhrijul huru, yaitu cara penyebutan h

uruf yang masih minim, kurangnya ilmu serta motivasi belajar yang mengakib

atkan para siswa ini mengalami kendala didalam membaca Al-Qur’an.

61
62

Adapaun kendala-kendala yang ditemukan dalam belajar membaca Al-

Qur’an antara lain :

1. Makhrijul Huruf (tempat keluar masuknya huruf), makharijul huruf adalah

langkah pertama dalam memperlajari ilmu dasar Al-Qur’an. Makhrijul

huruf hijaiyah bila diringankan ada 5 tempat yaitu:

a. Al-Jauf (‫)الجوف‬. Artinya rongga mulut dan rongga tenggorokan, yaitu

tempat keluarnya huruf hijaiyah yang terletak pada rongga mulut dan

rongga tenggorokan, bunyi huruf yang keluar dari rongga mulut dan

rongg tenggorokan ada tiga macam yaitu : ( ‫ )ا‬Alif ( ‫ )و‬waw sukun

Dan ( (ْ‫ ي‬Ya’ sukun.

b. Al-Halqu (‫ )الحلق‬Artinya tenggorokan / kerongkongan. Yaitu tempat

keluarnya bunyi huruf hijaiyah yang terletak pada kerongkongan

/tenggorokan. Dan berdasarkan perbedaan tehnis pelafalannya, huruf-

huruf halqyah (huruf-huruf yang keluar dari tenggorokan) dibagi

menjadi tiga bagaian yaitu:

1) Al-Lisan ( ‫)اّلسان‬. Artinya Lidah, Bunyi huruf hijaiyah dengan

tempat keluarnya dari lidah ada delapan belas huruf, yaitu : qof,

kaf, jim, syin, ya’, dho, tsa’, dzal, nun, ro, tho, dal, ta’, shod, sin za,

dan lam.

2) Al-Syafatain. Artinya bibir, yaitu tempat keluarnya huruf hijaiyah

yang terletak pada kedua bibir, yang termasuk huruf-huruf

syafatain ialah: waw, fa, mim, dan ba.


63

3) Al-Kaisyum. Artinya pangkal hidung, yaitu tempat keluarnya huruf

hijaiyah yang terletak pada janur hidung. Dan jika kita menutup

hidung ketika membunyikan hrif tersebut, maka tidak dapat

terdengan adapun huruf-hurufnya yaitu huruf gunnah Mim dan

Nun.55

2. Hukum Nun Sukun atau tanwin dan Mim Sukun

Langkah kedua dalam mempelajari ilmu dasar Al-Qur’an ialah

hukum bacaan Nun sukun/tanwin dan Mim sukun. Hukum bacaan Nun

sukun dan Tanwin ada empat, antara lain :56

a. Idzhar Halqi . Idzhar Halqi artinya jelas. Sedangkan menurut ilmu

tajwid adalah pembacaan Nun mati atau Tanwin yang sesuai dengan

makhrojnya (tanpa mendengungkannya) apabila bertemu dengan salah

satu huruf Idzhar Halqi. Huruf Idzhar Halqi adalah:

‫ه–ء–غ–ع–خ–ح‬

b. Idghom. Idghom artinya memasukkan. Sedangkan menurut ilmu tajwid

adalah pengucapan Nun mati atau Tanwin secara lebur ketika bertemu

dengan huruf-huruf Idghom. Pengucapannya seperti dua huruf yang

ditasydidkan. Idghom terbagi menjadi dua, yaitu :

1) Idghom bi Ghunnah. Idghom bigunnah adalah idghom yang harus

didengungkan. Kebiasaan orang-orang yang membaca Al-Qur’an

kebanyakan tidak mendengungkan bacaannya karena ketidak

55
Muhammad Mamun Salman, Panduan Tahsin Tilawah Al-Quran Kelas X, 2016.
56
Tahsin Tilawah Al-qur An, ‫س ن‬, n.d.
64

tahuannya atau memahami hukum bacaan Nun sukun atau Tanwin.

Huruf Nun sukun atau Tanwin ada empat yaitu :

‫ي–ن–م–و‬

2) Idghom bila Ghunnah. Idghom bila Ghunnah adalah idghom yang

tidak boleh didengungkan. Hurufnya ada 2 yaitu :

‫ل–ر‬

c. Iqlab. Iqlab artinya membalik. Sedangkan menurut ilmu tajwid adalah

pengucapan Nun mati atau Tanwin yang bertemu dengan huruf Ba’ (

‫ )ب‬yang dibalik menjadi huruf Mim ‫م‬dan disertai dengan dengung.

d. Ikhfa Haqiqi. Ikhfa’ artinya menutupi. Sedangkan menurut ilmu tajwid

adalah pengucapan Nun mati atau Tanwin ketika bertemu dengan

huruf-huruf Ikhfa’ Haqiqi dengan sifat antara Idzhar dan Idghom dan

disertai dengung. Huruf- huruf berjumlah 15;

‫ص–ض–ث–ق–ف–ش–س–ك–ظ–ز–ط‬

‫–ذ–د–ت–ج‬

3. Hukum bacaan Mim Sukun :

a. Ikhfa’ Syafawi. Ikhfa’ Syafawi adalah Mim sukun (‫ ) ْ م‬bertemu dengan

Ba’ (‫)ب‬. Cara membacanya Mim tampak samar disertai dengan

dengung.

b. Idghom Mitslain. Idghom Mitslain adalah Mim sukun ْ ‫ م‬bertemu

dengan Mim ‫ م‬. Cara membacanya adalah harus disertai dengan

dengung.
65

c. Idzhar Syafawi. Idzhar Syafawi adalah Mim sukun ْ ‫ م‬bertemu huruf

Mim ‫ م‬dan Ba’‫ب‬. Cara membacanya adalah mim harus tampak jelas

tanpa dengung.

4. Hukum Mad

Di saat membaca Al-Qur’an, pastinya kita wajib mengetahui

tajwid. Salah satu dari hukum bacaan tajwid ialah hukum bacaan Mad.

Seringkali kita dalam membaca Al-Qur’an menyamakan panjang pendek

bacaan kita dengan satu mad saja, padahal dalam membaca Al-Qur’an ada

beberapa cabang mad. Hukum bacaan Mad ialah menjadi salah satu

hukum dasar yang paling pentig untuk di pelajari. Secara umumnya,

bacaan mad terbagi menjadi 2 saja, yaitu Mad thabi’i ( mad asli ) dan mad

far’i ( mad cabangnya atau bagiannya ).

Dibaca Mad karena bertemu dengan Hamzah antara lain adalah:57

a. Mad Thobi’i. Mad Thobi’i panjangnya 2 harokat. Huruf Mad Thobi’i

ada 3, yaitu : Wawu sukun yang sebelumnya berharokat Dhommah.

Ya’ sukun yang sebelumnya berharokat Kasroh. Alif sukun yang

sebelumnya berharokat Fathah.

b. Mad Far’i panjangnya 2 sampai 6 harokat. Pembagian Mad Far’i

adalah sebagai berikut :

1) Mad Wajib Muttashil. Mad Wajib Muttashil yaitu apabila Mad

Thobi’i bertemu dengan huruf Hamzah ‫ ء‬dalam satu kalimat,

panjangnya 5 harokat ketika washol (terus) dan 6 harokat ketika

waqof (berhenti).
57
Ibid.
66

2) Mad Jaiz Munfasil . Mad Jaiz Munfasil yaitu apabila Mad Thobi’i

bertemu dengan huruf Hamzah ‫ ء‬dalam kalimat yang terpisah.

Panjangnya 2 sampai 5 harokat. Pembacaannya harus seragam, jika

memulai dengan 5 harokat maka untuk seterusnya harus 5 harokat.

3) Mad Shilah Thowilah, yaitu apabila terdapat Ha’ dhomir (kata

ganti) bertemu dengan Hamzah ‫ ء‬dalamkalimat yang terpisah.

Panjangnya 2 sampai 5 harokat.

4) Mad Shilah Qoshiroh, yaitu apabila Ha’ dhomir (kata ganti)

Bertemu dengan selain huruf Hamzah. Panjangnya 2 harokat.

5) Mad Badal yaitu apabila terdapat huruf Hamzah ‫ ء‬dengan huruf

Mad (‫ ا‬- ْ‫ ي‬- ْ‫) و‬. Panjangnya 2 harokat.

6) Mad ‘Aridh lis Sukun, yaitu apabila Mad Thobi’i berada sebelum

huruf yang di waqofkan. Panjangnya 2 sampai 6 harokat.

7) Mad Lin, yaitu apabila berhenti pada huruf yang sebelumnya

Wawu sukun ْ ‫ و‬atau Ya’ Sukun ‫ ْ ي‬yang didahului dengan huruf

yang berharokat Fathah. Panjangnya 2 sampai 6 harokat.

8) Mad ‘Iwad, Mad ‘Iwadh yaitu Fathatain yang bertemu dengan Alif

‫ ا‬dan waqof atau Hamzah yang berharokat Fathatain ً‫ ء‬dan waqof.

Panjangnya 2 harokat.

9) Mad Tamkin, yaitu apabila terdapat Ya’ bertasydid (‫ ) ّ ي‬bertemu

dengan Ya’sukun (‫) ْ ي‬. Panjangnya 2 harokat.

10) Mad Lazim Mutsaqqol Kalimi, yaitu apabila terdapat huruf yang

bertasydid jatuh sesudah huruf Mad. Panjangnya 6 harokat.


67

11) Mad Lazim Mukhoffaf Kalimi, apabila terdapat huruf sukun jatuh

sesudah Mad Badal. Panjang 6 harokat. Mad ini hanya terdapat

pada dua surah, surah Yunus: 51 dan surah Yunus: 91.

12) Mad Farq, yaitu apabila terdapat huruf yang bertasydid jatuh

setelah Mad Badal. Panjangnya 6 harokat. Mad ini hanya terdapat

di dalam tiga surat; Surat Al-An’am: 143-144, Surat Yunus:51 dan

59, dan Surat An-Naml 59.

13) Mad Lazim Harfi Mutsaqqol, Mad Lazim Harfi Mutsaqqol yaitu

huruf-huruf di awal surat yang pembacaannya didengungkan.

Panjangnya 6 harokat.

14) Mad Lazim Harfi Mukhoffaf yaitu huruf-huruf di awal surat yang

pembacaannya tanpa didengungkan. Panjangnya 6 harokat.

5. Waqof

Waqof artinya berhenti di suatu kata ketika membaca Al-Qur’an

baik di akhir ayat maupun di tengah ayat dan disertai dengan mengambil

nafas. Seorang yang membaca Al-Qur’an perlu mengetahui tentang waqof,

agar bacaan Al-Qur’annya bagus dan benar. Kesulitan setiap orang dalam

membaca Al-Qur’an salah satunya juga adalah belum paham akan ayat

yang dibaca. Maka perlu pelatihan atau belajar khusus untuk bisa

menguasai atau paham akan ayat yang dibaca, agar setiap waqof memberi

kesan dan arti yang sempurna. Seperti arti Firman Allah: “Dan bacalah

Al-Quran dengan tartil.


68

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahw

a siswa IX Ipa 2 Man 1 Kota Bima didalam membaca Al-Qur’an serta Had

ist terkendala didalam pembacaan makhhrijul huruf yaitu pelafan huruf ya

ng belum dikusai serta hukum bacaan yang berada didalam Al-Quran pada

saat membacanya, seperti hukum nun sukun atau tanwin dan mim sukun,

hukum bacaan mim sukun, hukum mad, serta waqof.

B. Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan guru Al-Qur’an dan Hadis

dalam mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an siswa kelas XI IP

A 2 di MAN 1 Kota Bima ?

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, guru Al-Qur’an Hadist ma

mpu untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh para siswanya dengan men

erapkan ilmu yang mereka punya, baik dari pemahaman mereka terhadap fakt

or-faktor upaya guru dalam pembelajaran, serta melakukan evaluasi guru dala

m pembelajaran. Adapaun faktor-faktor upaya guru dalam pembelajaran, dan e

valuasi guru dalam pembelajaran, yaitu :

1. Faktor-Faktor Upaya Guru Dalam Pembelajaran

Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal tidaklah mudah. Tidak

mudah disangkal bahwa dalam belajar seseorang dipengaruhi oleh banyak

faktor. Muhibbin syah menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu: 1)

faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa itu sendiri, seperti

aspek psikologi dan aspek fisiologis. Aspek fisiologis adalah aspek yang

menyangkut tentang keberadaan kondisi fisik siswa dan aspek psikologis


69

meliputi tingkat kecerdasan, baka, minat, motivasi dan kemampuan

kognitif siswa. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri

siswa seperti faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.

Faktor lingkungan sosila meliputi keadaan guru, staf administrasi dan

teman-teman sekelas. Sedangkan faktor non sosial meliputi Gedung

sekolah, tempat tonggal siswa, alat-alat praktikum dan lain-lain. Faktor

pendekatan belajar adalah jenis upaya guru meliputi strategi dan motode

yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran seperti faktor

lingkungan, kurikulum, program, fasilitas dan guru.58

2. Evaluasi Guru Dalam Pembelajaran

a. Penilaian berfungsi selektif, dengan cara mengadakan penilaian, guru

mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap

siswanya.

b. Penilaian berfungsi diagnostik, apabila alat yang digunakan dalam

penilaian cukup memenuhi persyaratan maka dengan hasilnya guru

akan mengetahui kelemahan siswa disamping itu diketahui juga sebab

musabab kelemahan tersebut. Jadi dengan mengadakan penilaian

sebanarnya guru mengadakan diagnosa pada siswa tentang kebaikan

dan kelemahannya.

c. Penilaian berfungsi sebagai penempatan untuk menentukan siswa

masuk dalam sebuah kelompok atau kelas seperti unggulan, maka

58
Agneis Novirieka Harahap 1, “Upaya Guru Dalam Meningkatkan Pembelajaran Melalui H
asil Evaluasi Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PAI.”
70

perlu dilakukan penilaian sehingga siswa dapat ditempatkan pada

eklompok yang tepat.

d. Penilaian berfungsi sebagai pengukur penilaian. Penilaian disisni

bermasud untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil

diterapkan. Karena guru merupakan subjek pelaksana penyelenggara

evalusi dalam Pendidikan, yang harus mengetahui faktor dalam

melakukan evaluasi hasil belajar siswa.59

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat ditarik

kesimpulan bahwa didalam menghadapi kesulitan belajar siswa untuk

membaca Al-Qur’an, guru melakukan evaluasi pembelajaran, serta

menerapkan faktor-faktor upaya guru didalam pembelajaran, sehingga para

siswa yang mengalami kesulitan didalam membaca Al-Qur’an bisa berkurang

secara perlahan.

59
Ibid.
BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti terkait dengan upaya guru

didalam mengatasi kesulitan siswa didalam membaca Al-Qur’an, dapat ditarik

kesimpulan :

1. Kesulitan siswa IX Ipa 2 Man 1 Kota Bima didalam membaca Al-Qur’an s

erta Hadist terkenda didalam pembacaan makhhrijul huruf yaitu pelafan hu

ruf yang belum dikusai serta hukum bacaan yang berada didalam Al-Qura

n pada saat membacanya, seperti hukum nun sukun atau tanwin dan mim

sukun, hukum bacaan mim sukun, hukum mad, serta waqof.

2. Didalam menghadapi kesulitan belajar siswa untuk membaca Al-Qur’an,

guru melakukan evaluasi pembelajaran, serta menerapkan faktor-faktor

upaya guru didalam pembelajaran, sehingga para siswa yang mengalami

kesulitan didalam membaca Al-Qur’an bisa berkurang secara perlahan.

B. Saran

1. Untuk para siswa, teruslah belajar dengan giat serta selalu membaca Al-

Qur’an. Membiasakan diri membaca Al-Qur’an akan membuat

kemampuan didalam membaca Al-Qur’an semakin membaik.

2. Untuk guru, tetaplah menjadi guru yang professional dalam menjalankan

misi kemanusiaan yang mendidik, membimbing, mengajarkan sera

mengarahkan siswanya agar menjadi siswa yang cerdas dan berpotensi

intelektual demi kemajuan Bangsa dan Negara, serta selalu memberikan

71
72

3. inovasi serta motivasi terhadap siswa agar selalu belajar serta membaca

Al-Qur’an setiap saat.

4. Untuk Pembaca, penulisan skripsi ini tentu tidak terlepas dari kesalahan-

kesalahan baik dalam penyusun maupun dalam penempatan kalimat. Besar

harapan peniliti agar pembaca memberikan masukan dan saran perbaikan

bagi penulisan penulisan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai