Anda di halaman 1dari 58

PENERAPAN METODE IQRA’ DALAM PENINGKATAN

KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN (Studi Pada kelas VIII


SMP IT ARRAFAH TAPOS DEPOK)

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tarbiyah

Oleh:

Muhammad Fauzi
NIM : 20.1.1959

Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Karimiyah

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Jl. H. Maksum No.23 Rt.04/02 Sawangan Baru Kec. Sawangan


Kota Depok Jawa Barat Indonesia 16511.

Tahun 2022.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................
HALAMAN JUDUL.......................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................2
B. Identifikasi Masalah..............................................................................6
C. Rumusan Masalah.................................................................................6
D. Tujuan dan kegunaan Penelitian...........................................................7
E. Sistematika Penulisan...........................................................................8

BAB II LANDASAN TEORI


A. Tinjauan Teoritis...................................................................................9
B. Kerangka Pikir......................................................................................24
C. Penelitian Terdahulu yang relevan.......................................................37
D. Pengajuan Hipotesis..............................................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Lokasi dan waktu penelitian.................................................................38
B. Jenis penelitian......................................................................................38
C. Teknik Pengumpulan data.....................................................................38
D. Teknik Analisis Data.............................................................................40

Daftar Pustaka................................................................................................42

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Proses pendidikan merupakan arena transfer dan transformasi.
Tujuan pendidikan dalam Islam merupakan arah yang selalu diusahakan
oleh pendidik agar tercapai. Tujuan ini sangat penting artinya karena pada
hakekatnya tujuan itu berfungsi sebagai pengakhir dan pengarah usaha,
merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih tinggi,
dan memberi nilai pada usaha-usaha tersebut.
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga
mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran
agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al Quran dan Hadits
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan
pengalaman. Dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut agama lain
dalam hubungannya dengan kerukunan antar ummat Bergama dalam
masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.1
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa tujuan Pendidikan
Agama Islam adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang ajaran
Islam, keterampilan mempraktekkannya, dan meningkatkan pengamalan
ajaran Islam itu dalam kehidupan sehari-hari. Jadi secara ringkas dapat
dikatakan bahwa tujuan utama Pendidikan Agama Islam adalah
keberagamaan, yaitu menjadi seorang Muslim dengan intensitas
keberagamaan yang penuh kesungguhan dan didasari oleh keimanan yang
kuat.
Kedudukan Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional
adakalanya sebagai mata pelajaran dan adakalanya sebagai lembaga
(satuan pendidikan). Sebagai mata pelajaran, istilah “Pendidikan Agama
Islam” di Indonesia dipergunakan untuk nama suatu mata pelajaran di
lingkungan sekolah-sekolah yang berada dibawah pembinaan Departemen
Pendidikan Nasional Pendidikan Agama dalam hal ini agama Islam
1
Kurikulum 2004,Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar
dan Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional, h. 7

2
termasuk dalam struktur kurikulum. Ia termasuk ke dalam kelompok mata
pelajaran dalam setiap jalur jenis dan jenjang pendidikan, berpadanan
dengan mata pelajaran lain seperti Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa,
Matematika, Sosial dan Budaya (Pasal 37 ayat 1).2
Al-Qur’an dilihat secara etimologi berasal dari bahasa arab, yaitu
bentuk jamak dari kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a - yaqra'u -
qur'anan yang berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca berulang-ulang.
Sedangkan menurut para ulama menyebut defenisi al-Qur’an yang
mendekati maknanya dan membedakannya dari yang lain dengan
menyebutkan bahwa “al-Qur’an adalah kalam atau firman Allah swt yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang membacanya merupakan
suatu ibadah.”3 al-Qur’an itu sendiri diturunkan dalam Bahasa Arab, oleh
sebab itu untuk memahami al-Qur’an secara benar maka diupayakan
mampu membacanya dalam Bahasa Arab dengan baik dan benar agar
dapat mengamalkannya dengan sempurna. Firman Allah swt dalam Q.S.
al- Muzzammil/73: 4
ۗ ‫اَ ْو ِز ْد َعلَ ْي ِه َو َرتِّ ِل ا ْلقُ ْر ٰانَ ت َْرتِ ْياًل‬

Artinya: “Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah al-Qur’an itu
dengan perlahan-lahan”.4
Karena itu setiap mukmin dituntut untuk mampu membaca dan
menulis kitab suci al-Qur’an, bagi orang mukmin mempunyai kewajiban
dan tangung jawab mempelajari dan mengajarkannya. Belajar membaca
al-Qur’an adalah kewajiban yang suci dan mulia, sebagaimana dijelaskan
dalam sabda Nabi saw di bawah ini:
Artinya:
Dari Utsman R.a : Dari Nabi saw, dia bersabda: Sebaik-baik kamu adalah
orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya. (H.R. Bukhari).5

2
Ramayulis, 2002,Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia, h. 41-42
3
Manna’ khalil, al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Cet. II; Bogor: Pustaka Lintera Antar Nusa,
2010), h. 17.
4
Kementrian Agama R.I., al-Qur’an dan Terjemahnya,(Jakarta: CV Darus Sunnah, 2012), h. 575.
5
Zaenuddin Ahmad Azzubaidi, Terjemah Hadits Shahih Bukhari, Jilid II (Semarang: CV. Toha
Putra, 1986), h.550

3
Dari hadis di atas dapat dipahami bahwa mempelajari dan
mengajarkan al-Qur’an pada setiap umat Islam adalah kewajiban yang
utama dalam kehidupan orang mukmin. Belajar al-Qur’an bagi setiap
mukmin sudah dianjurkan semenjak anak berumur tiga tahun dengan cara
mengenalkan huruf-huruf hijaiyah yang menjadi ayat di dalam al-Qur’an.
Mempelajari al-Qur’an membutuhkan metode agar siswa lebih
cepat memahami tata cara membaca al-Qur’an, namun demikian metode
yang dimaksud di sini adalah cara atau jalan yang ditempuh sebagai
penyajian bahan-bahan pelajaran agar mudah diterima, diserap dan
dikuasai oleh siswa dengan baik dan menyenangkan.6 Disamping itu
penting pula memperhatikan keadaan santri yang hendak dididik, dan
bahan pelajaran yang hendak disampaikan. Dengan demikian
ustadz/ustadzah harus mengetahui kondisi siswa agar penyampaian materi
melalui metode yang diterapkan dapat dengan mudah dipahami dan
dicerna oleh siswa khususnya anak didik kelas VIII di SMP IT Arrafah.
Belajar membaca al-Qur’an dengan baik dan benar bukanlah hal
yang mudah, oleh karena itu dalam membaca al-Qur’an diperlukan metode
yang tepat dan dapat memudahkan proses pembelajaran tersebut.
Penerapan metode yang tepat baik digunakan terutama bagi siswa yang
masih berusia muda sehingga mudah untuk dikendalikan. Menurut Ali
Hasan Syafi’i ia menyatakan bahwa jika ditinjau dari usia anak,
pendidikan al-Qur’an lazimnya dimulai sejak usia enam tahun sampai dua
belas tahun, sementara pada umur tujuh tahun anak sudah disuruh untuk
mengerjakan shalat.7 Karena pada masa inilah perlu ditanamkan
pendidikan agama Islam khususnya belajar membaca al-Qur’an.
Salah satu metode dan sistem pembelajaran al-Qur’an yang
berkembang sekarang adalah metode Iqro’. Sistem pengajaran al-Qur’an
melalui metode Iqra’ adalah suatu sistem pengajaran yang langsung pada
latihan membaca, dimulai pada tingkat yang paling sederhana, yaitu
mengenalkan bunyi huruf, seperti: ‫َا‬ َ ‫ب‬
6
Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Cet. 1;
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), h. 2.
7
M. Ali Hasan Syafi’i, Materi Pokok Pendidikan dan Pengamalan Ibadah, (Cet. I;
Jakarta:Diktorat Jendral Pembinaan Kebangsaan Agama Islam, 1994), h. 56.

4
‫ ح َ ج َ ث َ ت‬dan seterusnya, kemudian tahap demi tahap yaitu menyambung
huruf hijaiyah sampai pada tingkat yang paling sempurna, yaitu
memperkenalkan huruf tajwid serta membacanya. Metode Iqra’
mempunyai ciri-ciri yang khas berupa sistem pengajaran baru yang sudah
dimodifikasi dan lebih praktis. Dengan demikian, penggunaan metode
Iqra’ adalah suatu cara yang mudah untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik dalam membaca al-Qur’an hususnya dikalangan anak melalui
metode Iqra’ sebagai solusi untuk meningkatkan kemampuan generasi

muda Islam mempelajari Al-Qur’an.

Metode Iqra’ merupakan pengembangan dari metode pembelajaran


klasikal seperti pembelajaran al-Qur’an dengan metode Baghdadiyah.
Metode Iqra’ dikembangkan oleh KH. As’ad Humam untuk menyanggupi
kebutuhan pembelajaran al-Qur’an yang lebih praktis dan mudah. Adapun
panduan buku Iqra’ terdiri dari enam jilid dimulai dari tingkatan yang
sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkat sempurna. Dalam buku
Iqra’ tersebut dibagi sesuai dengan tingkat pemahaman anak-anak dalam
memahami huruf Hijaiyyah.
Berdasarkan observasi awal, realitas yang terlihat kelas VIII di
SMPIT Arafah saya melihat siswi pada tingkatnya masih kurang dan
belum mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan
ilmu tajwid meskipun para ustadz/ustadzah menggunakan metode Iqra’
dalam mengajarkan al-Qur’an. Kesalahan yang banyak dalam bacaan
adalah seputar bacaan panjang dan pendek, hukum nun mati dan idgham.
Disamping itu ustadz/ustadzah belum bisa menerapkan sepenuhnya
metode baca al-Qur’an untuk para siswa yang ada pada sekolah tersebut.
Sehingga ketika ada huruf yang sama namun berbeda bentuknya mereka
sulit memahami dan membacanya, belum lagi penguasaan ilmu tajwid
yang diajarkan tidak sepenuhnya mereka kuasai, karena ustadz/ustadzah
masih menggunakan hafalan. Disamping itu, motivasi siswa untuk belajar
al-Qur’an masih kurang, karena ada beberapa siswa yang telah berumur
lebih dari dua belas tahun masih belum bisa membaca al-Qur’an,

5
meskipun siswa tersebut rajin belajar di sekolah untuk mempelajari al-
Qur’an.
Berdasarkan permasalahan yang Penulis kemukakan pada latar
belakang ini, Penulis tertarik untuk melihat lebih mendetail dalam
penerapan metode pembelajaran baca al-Qur’an di SMP IT Arafah
sehingga Penulis mengangkat judul Penerapan Metode Iqra’ dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Quran (Studi kelas VIII
SMPIT Arafah Tapos Depok).

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat penulis mengidentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas baca Al-
Qur’an siswa.
2. Kemampuan peserta didik dalam membedakan huruf hijaiyah masih
sering salah.
3. Metode yang digunakan dalam pembelajaran baca Al-Qur‟an kurang
bervariatif.
4. Kemampuan membaca Al-Qur‟an peserta didik sangat rendah.

C. Rumusan masalah
Dari uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka penulis
dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan metode Iqra’ dalam pembelajaran al-Qur’an di
Kelas VIII SMP IT Arrafah Tapos Depok?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan metode Iqra’
dalam pembelajaran al-Qur’an di Kelas VIII SMP IT Arrafah Tapos
Depok?
3. Apa solusi yang dilakukan guru untuk memperbaiki baca Al-Qur’an
santri menggunakan metode Iqra’ di Kelas VIII SMP IT Arrafah Tapos
Depok?

D. Tujuan dan kegunaan penelitian

6
Tujuan merupakan faktor penting dalam suatu kegiatan penelitian,
sehingga dengan adanya tujuan yang direncanakan, maka suatu kegiatan
akan dilakukan dengan cara seksama dan hati-hati sesuai dengan prosedur
yang berlaku. Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam skripsi ini
adalah:
1. Untuk mengetahui penerapan Metode Iqra’ di Kelas VIII SMP IT
Arrafah Tapos Depok.
2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
penerapan metode Iqra’ dalam pembelajaran al-Qur’an di Kelas VIII
SMP IT Arrafah Tapos Depok.
3. Untuk mengetahui solusi guru dalam memperbaiki bacaan Al-Qur’an
siswa di Kelas VIII SMP IT Arrafah Tapos Depok.

Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini antara lain:

1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan tahapan awal untuk dapat


menjelaskan deskripsi permasalahan penelitian dengan sistematis serta
melatih penulis untuk dapat terjun dalam dunia penelitian yang
berkaitan dengan bidang keilmuan penulis.
2. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi
Kelas VIII SMP IT Arrafah Tapos Depok. sebagai masukan, kritik dan
saran demi perbaikan sistem pengajaran dan pembelajaran terhadap
santri dengan menggunakan Metode Iqra’ yang benar serta siswa dapat
memahami bagaimana belajar membaca al-Qur’an dengan praktis dan
cepat.
3. Hasil Penelitian ini sebagai bahan acuan bagi ustadz/ustadzah untuk
mengembangkan kemampuan santri belajar membaca al-Qur’an
dengan metode Iqra’ serta sebagai media introspeksi pembelajaran
selanjutnya demi mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.

E. Sistematika penulisan

7
Sistematika penulisan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa bab
diantaranya sebagai berikut, yaitu:
Bab I: adalah pendahuluan yang mana terdiri dari latar belakang masalah,
Identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan dan keguaan dari penelitian
ini, yang terakhir yaitu sistematika penulisan dari skripsi ini sendiri.

Bab II: Landasan Teori yang menjelaskan landasan teori tentang metode
Iqra (Pengertian metode iqra, pencetus metode iqra, karakteristik metode
iqra, Langkah-langkah pembelajaran Metode Iqro’, kelebihan dan
kekurangan metode iqra dan macam-macam metode belajar Al-Qur’an,
Al-Qur’an (pengertian tentang Al-Qur,an, proses belajar mengajar Al-
Qur’an) , Kemampuan membaca Al-Qur’an (Pengertian kemampuan, dan
faktor-faktor yang mempengaruhi baca/membaca Ala-Qur’an).

Bab III: berisi metodologi dari penelitian ini yang menjelaskan tentang
lokasi dan waktu penelitian, jenis penelitian, teknik pengumpulan data,
serta teknik analisis data tersebut.

BAB II
LANDASAN TEORI

8
A. Tinjauan Teoritis
A. Metode Iqro’
1. Pengertian Metode Iqro;
Salah satu tugas penting yang memerlukan usaha yang
keras dan menuntut perhatian maksimal dari setiap pendidik
adalah mencari metode terbaik dalam mengajarkan Al-Qur‟an
kepada anak. Sebab, mengajarkan Al-Qur‟an merupakan salah
satu fondasi islam. Dengannya, anak-anak akan tumbuh
berdasarkan fitrah dan cahaya-cahaya hikmah kan masuk
kedalam hati mereka.8
Kegiatan pembelajaran, dalam implementasinya banyak
mengenal istilah untuk menggambarkan cara mengajar yang
akan dilakukan oleh guru. Saat ini begitu banyak strategi
ataupun metode pembelajaran yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Istilah
model, pendekatan, strategi, metode, model, dan teknik yang
sangat familier dalam dunia pembelajaran kita, namun
terkadang istilah-istilah tersebut membuat bingung para
pendidik. Begitu juga dengan para ahli, mereka memiliki
penjelasan tersendiri tentang istilah-istilah tersebut.9
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pengertian metode
adalah cara yang teratur yang digunakan untuk melaksanakan
suatu pekerjaan agar tercapai sesuai sesuatu yang dikehendaki.
Pengertian lainnya adalah, metode merupakan cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang telah ditentukan.10
Secara bahasa metode berasal dari kata metode itu sendiri,
namun terdapat beberapa penambahan kata seperti “logos”
yang berarti perbedaan yang signifikan dalam etimologi
8
Yudhi Haryono, Nalar Al-Qur’an cara terbaik memahami pesan dasar dalam kitab suci,
(Jakarta: Intimedia Ciptanusantara, 2002), h. 16.
9
Moeslihatun, Metode pengajaran di taman kanak-kanak, (Bandung: Yrama Media,2013), cet.
Ke-2, h. 7.
10
Jati Kusama,Pengantar metode penelitian bahasa, (Jakarta: Crassvati Books, 2007),cet.Ke-
1,h.12.

9
metodologi. “logos” memiliki pengertian ilmu atau bersifat
ilmiah. Maka, ketika bersanding dengan kata “methodos”
pengertian metodologi mengarah pada sebuah spesifikasi cara
ilmiah yang menuntun pada penelitian dan kajian dalam bidang
tertentu menjadi tersistem sesuai dengan bidang-bidang
tersebut. Maka, setiap bidang ilmu memiliki cara yang berbeda
dalam mengkaji suatu objek tertentu.11
Metode pembelajaran adalah cara teratur yang digunakan
untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran. Metode
pembelajaran adalah cara kerja yang bersistem untuk
mempermudah terjadinya proses pembelajaran, sehingga
kompetensi dan tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
semestinnya. Dan, metode pembelajaran adalah cara yang
digunakan oleh seorang pendidik untuk mengimplementasikan
rencana yang telah tersusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai oleh peserta didik.12
Depertamen sosial Republik Indonesia menjelaskan bahwa
metode itu sendiri adalah cara yang teratur yang digunakan
dalam menjalankan suatu pekerjaan untuk mencapai suatu hasil
yang diinginkan. Sedangkan menurut Rusdy Ruslan metode
adalah kegiatan ilmiah yang berhubungan dengan cara kerja
dalam memahami suatu subjek maupun objek suatu penelitian
dalam upaya menemukan suatu jawaban secara ilmiah dan
keabsahan dari sesuatu yang diteliti.
Menurut para ahli pendidikan, misalnya Winkle,
menyebutkan bahwa metode dengan istilah prosedur deduktif,
Abdul Ghafur dengan istilah strategi instruksional, James L
Phopan istilah dari transaksi, sedangkan Mudhofur
menggunakan dengan istilah pendekatan. Metode pembelajaran
11
Nyoman Kutha Ratna. Metodologi penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016),cet. Ke-3, h.
5.
12
Andi Prasetyo. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tematik terpadu, (Jakarta:
Prenademedia Group, 2015), cet. Ke-1, h. 240.

10
juga dapat didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru,
yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk
mencapai tujuan pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu
berisi suatu tahapan tertentu.13
Pengertian metode yang umum itu dapat digunakan pada
berbagai objek baik berhubungan dengan pemikiran atau
penalaran akal, atau menyangkut pekerjaan fisik. Jadi dapat
dikatakan metode adalah salah satu sarana yang sangat penting
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini
suatu pembelajaran tidak akan terjadi tanpa adanya metode
“suatu cara yang teratur dan terpikir secara baik-baik untuk
mencapai pemahaman yang benar tentangapa yang telah
dimaksud”.14
Suatu metode pembelajaran haruslah interaktif bagi peserta
didiknya maksudnya disini adalah metode pembelajaran yang
menunjukkan adanya interaksi antara peserta didik dan
pendidik yang sangat menyenangkan dan memberdayakan.
Dalam hal ini, agar dapat terwujudnya menyenangkan dan
memberdayakan apabila adanya interaksi. Interaksi tersebut
dapat berjalan dengan memadukan prinsip pendidikan dan
hiburan (education), sehingga peserta didik merasa terhibur dan
bisa melangsungkan proses pembelajaran tanpa disadari. Sebab
pada dasarnya manusia itu akan lebih fokus dan menerima
dengan lebih cepat jika diberikan metode yang tepat dan sesuai
dengan dirinya serta metode yang menyenangkan, menghibur,
serta menggugah minat peserta didik untuk belajar dan hasrat
peserta didik untuk mengikuti proses belajar mengajar dengan
baik.15

13
Hamzah B.Uno. Model pembelajaran menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan
efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2018), Cet. Ke-13, h. 2.
14
Nashrudin Baidan. Metode Penafsiran Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), Cet. Ke-
1 h. 55.
15
Sholeh Hamid. Metode Edutaiment menjadikan siswa kreatif dan nyaman di kelasa, (Jogjakarta:
Diva Press, 2013), cet. Ke-4, H. 209.

11
Kata Iqra‟ berasal dara kata qara‟a dalam kamu-kamus,
kata ini memiliki arti yang macam-macam, diantaranya adalah
membaca, menganalisis, mendalami, menyampaikan dan
menelitinnya dan masih banyak lagi. Dengan demikian,
perintah iqra‟ atau “bacalah” ini tidak mengharuskan adanya
suatu tulisan yang bisa dibaca, juga tidak mengharuskan
adanya suatu ucapan yang bisa diperdengarkan. Pengertian ini
sesuai dengan arti kata qara’a itu sendiri yang pada awalnya
memiliki arti menghimpun.
Metode Iqro‟ adalah sebuah metode pengajaran al-Qur‟an
dengan menggunakan buku Iqro‟ yang terdiri dari 6 jilid dan
dapat dipergunakan untuk balita sampai manula.16 Didalamnya
santri bisa belajar tentang baca tulis huruf hijaiyah, huruf
hijaiyah bersambung, mengenal harakat tanda baca dan ilmu
Tajwid. Ada 10 sifat buku Iqro‟ diantaranya menggunakan
sistem Bacaan Langsung, CBSA (Cara Belajar Santri Aktif),
Privat, Modul, Asistensi, Praktis, Sistematis, Variatif,
Komunikatif, dan Fleksibel.17 Metode Iqra‟ adalah metode
membaca Al-Qur‟an yang menekankan langsung pada
membaca. Metode iqra‟ disusun oleh Ustadz As‟ad Human
yang berdomisili di Yogyakarta. Adapun buku panduan Iqra‟
terdiri dari 6 jilid dimulai dari tingkat sederhana, tahap demi
tahap sampai pada tingkatan yang sempurna. Ditambah satu
jilid lagi yang berisi doa-doa. Dalam setiap jilid terdapat
petunjuk pembelajaran dengan maksud memudahkan setiap
orang yang belajar maupun yang mengajar Al-Qur‟an. Metode
iqra‟ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang
bermacam-macam, karena ditekankan pada bacaannya
(membaca huruf Al-qur‟an dengan fasih). Bacaan langsung
tanpa dieja bersifat individual.
16
Ahmad Darka, Bagaimana Mengajar Iqro’ dengan Benar, (Jakarta: CV. Tunas Utama, 2009), h.
13.
17
Ardika Riski Rahmawan, Iqro’, Tajwid, dan Tahsin Panduan Belajar Membaca Al- Qur’an
untuk Pemula, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2015), h. 225.

12
Metode ini dapat dilakukan dalam kelompok atau individu,
mengingat nama dan arti metode ini dapat kita hubungkan
dengan wahyu Allah SWT yang pertama, surat al-„Alaq ayat
satu yang berbunyi´Iqra‟ bismirabbilkallzi khalaq´. Isi
kandungan ayat tersebut adalah perintah membaca´.
Metode iqro‟ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat
yang bermacam-macam, karena ditekankan pada bacaannya
(membaca huruf Al-Qur'an dengan fasih). Bacaan langsung
tanpa dieja. Metode ini di dalamnya mengandung metode
campuran dengan mengedepankan prinsip pembelajaran yang
lebih efektif dan efesien. Pembelajaran Al-Qur‟an dengan
metode ini dimulai dari mengenalkan huruf, tanda baca,
pengenalan bunyi serta susunan kata dan kalimat yang harus
dipahami dan dibaca serta dikembangkan lebih jauh kepada
kata, kalimat dan bacaan yang lebih rumit disertai pemahaman
prinsip-prinsip tajwid yang harus diperhatikan.18
Jadi dari pengertian metode dan iqra‟ tersebut dapat
didefinisikan bahwa metode iqra‟ adalah salah satu metode
membaca Al-qur‟an yang telah terstruktur secara teratur di
dalam buku iqra‟ yang terdiri dari 6 jilid menekankan langsung
pada latihan membaca tanpa harus dieja guna tercapainya suatu
yang dikehendaki. Dengan adanya buku iqra‟ beserta petunjuk
didalamnya bisa mempermudah pesera didik dan pedidik.
2. Pencetus Metode Iqro’
Metode Iqro‟ ini disusun oleh Ustadz As‟ad Humam yang
berdomisili di Yogyakarta. Kitab Iqro‟ dari ke-enam jilid
tersebut di tambah satu jilid lagi yang berisi tentang doa-doa.
Dalam setiap jilid terdapat petunjuk pembelajarannya dengan
maksud memudahkan setiap orang yang belajar maupun yang
mengajar Al-Qur‟an.

18
Ramayulis dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia 2010), h. 123.

13
Bagi kebanyakan umat Islam Indonesia, nama K.H. As‟ad
Humam sudah tidak asing lagi karena karyanya berupa metode
praktis membaca Al-Qur‟an serta lembaga pendidikan TKA
(Taman Kanak-kanak Alqur‟an) dan TPA (Taman Pendidikan
AlQur‟an) telah menyebar keseluruh Indonesia, ke Malaysia
dan mancanegara lainnya. Bahkan di Malaysia metode Iqro
ditetapkan sebagai kurikulum wajib di sekolah.
Pria yang lahir tahun 1933 yang cacat fisik sejak remaja ini
ternyata sebagai penemu Metode Iqro yang menghebohkan
banyak kalangan. Banyak para penguji mencoba mengadakan
pengujian terhadap keakuratan metode ini. Ternyata karena
selain sererhana dengan metode iqro sangat mudah
mempelajari Al-Qur‟an.
Menurut Meneg, K.H. As‟ad Humam yang hanya lulusan
kelas 2 Madrasah Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta
(Setinggi SMP) ini juga bisa disebut “pahlawan”, yakni
pahlawan penjaga kelestarian Al-Qur‟an dan pahlawan yang
telah membebaskan jutaan anak Indonesia dari buta Al-Qur‟an.
Berkat hasil karyanya ini jutaan anak muslim Indonesia dengan
mudah mempelajari Al-Qur‟an.
Sebelum K.H. As‟ad Humam meluncurkan metode Iqro‟
memang sudah ada metode membaca Al-Qur‟an yang
dimanfaatkan oleh umat islam Indonesia antara lain dalam
metode Juz Amma, methode Al-Banjary, methode Al-Barqy
dan banyak methode lainnya. K.H. As‟ad Humam dalam
menyusun karyanya ini juga berdasarkan metode yang saudah
ada sebelumnya. Tetapi begitu metode Iqro muncul, sekitar
tahun 1988 langsung mendapat sambutan hangat masyarakat.
Sebab metode yang digunakan juga praktis dan membuat anak
kecil bisa cepat menbaca Al-Qur‟an dengan fasih dan tartil,
padahal sebelumnya anak-anak seusia TK umumnya belum
bisa membaca Al-Qur‟an.

14
Pada awal Februari tahun 1996 dalam usia 63 tahun sang
penemu metode ini K.H. As‟ad Humam telah dipanggil Allah
SWT. Dan menghembuskan nafas terakhirnya di Bulan Suci
Ramadhan hari Jum‟at(2/2) sekitar Pukul 11:30 memang,
dimana sejak 14 Desember tahun l1995 ia telah sakit dan
pernah diopname di Rumahsakit Muhammadiyah Yogyakarta
sekitar 2 bulan. Jenazah KH. As‟ad Humam dishalatkan di
mesjid Baiturahman Selokraman Kota Gede Yogya tempat ia
mengabdi.
Pada saat pelepasan menuju tempat peristirahatan terakhir
jenazah bapak 6 anak dan kakek 10 benar-benar dikenang
masyarakat luas baik masyarakat Indonesia maupun
mancanegara. Hal ini terbukti pada sambutan Menteri Agama
RI yang saat itu Dr. H. Tarmizi Taher yang dibacakan
Kakanwil Daerah Istimewa Yogyakarta Muhda Hadisaputro
SH pada saat upacara pemakaman. Ia menjelaskan dalam
pidatonya bahwa Hasil karya K.H. As‟ad Humam benarbenar
sudah go internasional. Lebih lanjut oleh Menag RI dijelaskan
Metode Iqro selain sudah diterapkan di beberapa negara
tetangga, semacam Malaysia, Singapura dan Brunai
Darusalam.juga sudah diterjemaahkan kedalam berbagai
bahasa, bahkan dilakukan penjagaan penggunaannya oleh
kalangan muslimin di Amerika Serikat.

3. Karakteristik Metode Iqro’


a. Bacaan terus (tanpa analisis dan dieja) artinya murid tidak
diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah namun murid
langsung diperkenalkan dengan bunyi kalimat yang diambil
dari Al-Qur‟an.
b. Penggunaan teks tertentu yaitu: pada setiap pengejaan dan
pembelajaran guru menggunakan satu set buku yang
mengandung enam jilid yaitu buku iqra.

15
c. Guru menggunakan teknik pengajaran CBSA (Cara belajar
siswa aktif) murid dijadikan “student center” yang mana
pembelajaran berpusatkan kepada murid.
d. Tallaqi Mussaqah, dalam pengajaran dan pembelajaran
murid berhadapan langsung dengan guru.
e. Tahap berasaskan pada pencapaian individual, masing-
masing murid akan mempunyai skor pencapaian belajar
yang akan dinilai guru pada setiap kali pengajaran dan
pembelajaran berlangsung.
f. Seorang guru akan membimbing lima atau enam murid
dalam satu masa, jika keadaan memerlukan guru boleh
mengambil murid tertentu untuk menjadi penunjuk ajar dan
penyimak bagi murid lain yang diperingkat bawah.
g. Praktis, murid hanya diajarkan dengan sebutan sampai
boleh membaca dengan baik dan tepat, dan ada
diperkenalkan dengan teori tajwid.
h. Sistematik, silabus tersusun secara lengkap, sempurna dan
terancang dengan bentuk huruf dan letak seimbang.
i. Komunikatif, adanya panduan yang tersedia bagi guru
sehingga pembaca mudah memhami dan bagi murid
menyenangkan, jika mereka mempelajarinya.
j. Fleksibel dan mudah, boleh dipelajari oleh siapa saja,
bermula dari kalangan kanak-kanak usia pra sekolah,
sekolah rendah, sekolah menengah dan orang dewasa.19
4. Langkah-langkah pembelajaran Metode Iqro’
Setiap metode pembelajaran yang digunakan tentu memiliki
metode tersendiri, namun secara umum metode pelaksanaan
pembelajran untuk membuka pembelajaran itu sama, seperti
pengunaan niat, berdoa, berwudhu dan lain-lain, namun dalam
kegiatan intinya yang memilki teknik-teknik atau langkah
langkah masing-masing yang berbeda setiap metode
19
KH. As‟ad Humam, Buku Iqro’ Cara Cepat Membaca Al-Qur’an, (Yogyakarta: Balai Litbang
LPTQ Nasional Team Tadarus “AMM”, 1990), hlm. 4.

16
pembelajaran.
Adapun proses pelaksanaan pembelajaran metode ini
berlangsung melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Al-Thariqah bi al-Muhaakah, yaitu ustadz/ustadzah
memberikan contoh bacaan yang benar dan santri
menirukannya.
2. Al-Thariqah bi al-Musyaafahah, yaitu santri melihat gerak-
gerik bibir ustadz/uztadzah dan demikian pula sebaliknya
ustadz/ustadzah melihat gerak gerik mulut santri untuk
mengajarkan makharijul huruf serta menghindari
kesalahan dalam pelafalan huruf, atau untuk melihat
apakah santri sudah tepat dalam melafalkannya atau
belum.
3. Al-Thariqoh Bi al-Kalaam al-Shoriih, yaitu
ustadz/ustadzah harus menggunakan ucapan yang jelas dan
komunikatif.
4. Al-Thariqah bi al-Sual Li Maqaashid al-Ta’limi, yaitu
ustadz/ustadzah mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan
santri menjawab atau ustadz/ustadzah menunjuk bagian-
bagian huruf tertentu dan santri membacanya.20
Demikianlah secara umum langkah-langkah pembelajaran
metode Iqra’, dalam pembelajaran tersebut tampak adanya
interaksi aktif antara ustadz/ustadzah dengan santri agar
target pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.
Adapun penjelasan langkah-langkah pembelajaran buku Iqra
dalam setiap jilid dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Isi Jilid I
a) Pengenalan bacaan huruf-huruf hijaiyah yang berbaris
fathah sekaligus makhroj hurufnya, seperti :

20
Saripuddin, “Peningkatan Baca al-Qur’an,” Blog
Saripuddin.http://paieunsiqwsb2014/11/makala-pembelajaran-al-qur’an-html. (20 Maret 2014)

17
b) Membedakan bacaan huruf-huruf tertentu, seperti :

c) Membaca huruf-huruf secara acak, seperti :

Petunjuk Petunjuk Mengajar Buku Iqro’ Jilid I


1) CBSA (Cara Belajar Santri Aktif) guru sebagai
penyimak saja, janagan sampai menuntun. Kecuali
hanya memberikan contoh pokok pelajaran.
2) Privat. Penyimakan secara seorang demi seorang.
3) Asistensi, Santri yang lebih tinggi jilidnya dapat
membantu menyimak santri lain. Mengenai judul-judul,
guru langsung memberi contoh bacaannya, jadi tidak
perlu banyak komentar.
4) Sekali huruf dibaca betul, tidak boleh/jangan diulang
lagi.
5) Bila santri keliru panjang-panjang dalam baca huruf,
maka guru harus dengan tegas memperingatkan (sebab
yang betul yang pendek-pendek) dan membacanya agar
terputus-putus agar kedepan, bila perlu ditekan.
6) Bila santri keliru membaca huruf , cukup betulkan
huruf-huruf yang kleliru saja.
7) Pelajaran satu ini berisi pengenalan huruf berfathah,
maka sebelum dikuasai benar, jangan naik ke jilid
berikutnya.
8) Bagai santri yang betul-betul menguasai pelajaran dan
sekiranya mampu berpacu dalam menyelesaikan
belajarnya maka membacanya boleh diloncat-
loncatkan, tidak harus utuh sehalaman.
9) Untuk MBTA, sebaiknya ditentukan guru pengujinya.21

21
As’ad Humam, Buku Iqra’ I; Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an, (Cet. I;
Yogyakarta:Balai Litbang, LPTQ Nasional, 1991), h. iv.

18
Dalam buku Iqra’ I ini, terlihat bahwa pembelajaran
ditekankan pada pengenalan huruf dan pengucapannya
dengan benar. Interaksi antara ustadz/ustadzah dan santri
dengan komunikasi dua arah, artinya, ustadz/ustadzah
menjadi pembimbing santri dalam membaca huruf per
huruf. Ustadz/ustadzah juga bertugas memberikan penilaian
terhadap bacaan santri dan yang memutuskan apakah santri
layak melanjutkan ke buku Iqra’ 2 atau harus mengulangi
sampai benar-benar mampu membaca buku Iqra’ 1 tersebut.
2) Isi Jilid II
a) Pengenalan tanda panjang, seperti :

b) Pengenalan huruf sambung, seperti :

Petunjuk Petunjuk Mengajar Buku Iqro’ Jilid II


1) Petunjuk mengajar jilid 1 nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, dan 8
masih berlaku untuk jilid 2.
2) Bila pada pelajaran yang lalu ada “her” pada huruf-huruf
tertentu, maka dalam pembelajaran jilid 2 ini, bisa sambil
menyempurnakan bacaan huruf yang “her” tersebut.
3) Mengenai judul-judul yang dirangkai, guru tidak perlu
menerangkan.
Misal: ini Ba di muka, ini Ba ditengah, ini Ba di akhir.
Sebab biasanya santri faham membacanya. Jdi guru
hanya menyimak saja.
4) Mulai halaman 16 bacaan mad/panjang, sementara
panjangnya boleh lebih 2 harokat. Yang penting harus
jelas beda mana yang pendek dan mana yang panjang.
5) Membacanya tetap dengan putus-putus saja yaitu
walaupun hurufnya bersambung.
6) Mulai halaman 16, bila dengan bacaan putus-putus santri
cenderung keliru baca panjang, yang semestinya 1
harkot, maka membacanya agar dirangkai saja dengan
huruf berikutnya. Bila santri keliru baca panjang (yang
semestinya pendek) guru cukup menegur “mengapa
dibaca panjang” ? begitu juga sebaliknya.22
22
As’ad Humam, Buku Iqra’ 2; Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an, (Cet. I;
Yogyakarta: Balai Litbang, LPTQ Nasional, 1991), h. ii

19
Pada buku Iqra’ 2 ini, santri mulai diarahkan untuk dapat
membaca huruf- huruf yang diucapkan panjang pendek (mad)
dengan benar, berbeda dengan buku Iqra’ 1 yang menitik
beratkan pada bacaan huruf yang benar.

3) Isi Jilid III


a) Pengenalan tanda baca kasroh dan tanda baca panjang
sekaligus memperkenalkan tanda sukun, seperti :

b) Pengenalan tanda baca dhommah dan tanda baca


panjang, seperti :

Petunjuk Petunjuk Mengajar Buku Iqro’ Jilid III


1) Petunjuk mengajar jilid 1 nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8 dan
jilid 2 nomor 4 dan 6 masih berlaku untuk jilid 3 ini.
2) Bila santri sering memanjangkan bacaan (yang
semestinya pendek) karena sambil mengingat-ingat
huruf di depanya maka tegurlah dengan “membcanya
putus-putus saja ?” dan kalau perlu huruf di depannya di
tutup dulu agar tidak terpikir.
3) Guru boleh memberi contoh satu kalimat yang
menimbulkan anak ingin meniru irama maupun ingin
meniru lancarnya si guru. Bila hal ini terjadi santri akan
terbebani berpikir membaca kalimat-kalimat yang
panjang, sehingga membacanya banyak kesalahan
(panjang, pendek, mengulang- ngulang dsb). Bila santri
mengulang-ngulang bacaan (karena sambil berpikir
bacaan di depanya).23
Dalam buku Iqra’ 3 ini juga ditekankan pada
kemampuan santri untuk membedakan antara huruf yang
dibaca panjang atau pendek. ustadz/ustadzah tetap

23
As’ad Humam, Buku Iqra’ 3; Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an, (Cet. I;
Yogyakarta: Balai Litbang, LPTQ Nasional, 1991), h. ii.

20
mengontrol setiap bacaan santri yang tidak sesuai dengan
petunjuk bacaan yang terdapat dalam buku tersebut.

4) Isi Jilid IV
a) Pengenalan bacaan tanwin, seperti :

b) Pengenalan Nun dan Mim sukun, seperti :

c) Pengenalan huruf Qolqolah dan cara membacanya,


seperti :

d) Perbedaan Hamzah sukun (‫ )ء‬dengan ëAin sukun (‫)ع‬,


dan kaf sukun dengan Qaf sukun, seperti :

Petunjuk Petunjuk Mengajar Buku Iqro’ Jilid IV


1) Petunjuk mengajar jilid 1 nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8 dan
jilid 2 nomor 6 serta jilid 3 nomor 3 dan 4 masih berlaku
untuk jilid 4 ini.
2) Mulai jilid 4 ini sudah boleh dikenalkan nama-nama
huruf (lihat jilid 1 halaman 36).
3) Bila santri keliru baca di tengah/di akhir kalimat, maka
betulkanlah yang keliru saja. Kemudian apabila telah
selesai sehalaman, agar mengulangi kalimat yang ada
keliru tersebut.
4) Untuk memudahkan ingatan huruf-huuruf qolqolah:
boleh dengan singkatan Baju Di Thoqo (Ba, Ja, Dha,
Tho dan Qo).
5) Agar menghayati bacaan yang penting dan untuk
membuat semarak, baik andaikata santri diajak

21
membaca bersama-sama/koor, yaitu halaman 3, 9, 11,
19 dan 23.
6) Untuk menentukan bacaan yang betul pada halaman 23
(hamzah, sukun dst). Santri diajak membaca dengan
harokat patah dulu dengan berulang- ulang dan baru
dimatikan.
7) Pada jilid 4 ini belum ada waqof, artinya semua dibaca
utuh apa adanya. Pelajaran waqof dimulai pada jilid 5.24
Dalam buku Iqra’ 4 ini santri dikenalkan dengan huruf-
huruf hijaiyyah dan bunyi harkat dalam abjad Arab. Di
samping itu dalam buku ini juga dikenalkan
kepada santri bunyi Qalqalah di samping memperhatikan
harkat panjang pendek yang telah dipelajari di buku Iqra’
sebelumnya.

5) Isi Jilid V
a) Pengetahuan bacaan waqaf, seperti :

b) Pengenalan bacaan panjang 5-6 harakat, seperti :

c) Pengenalan bacaan tasydidi, seperti :

d) Pengenalan bacaan dengung, seperti :

e) Pengenalan bacaan yang tidak dengung, seperti :

f) Pengenalan Alif Lam Syamsyiah, seperti contoh :

g) Pengenalan Alif Lam Qomariyah, seperti :

24
As’ad Humam, Buku Iqra’ 4; Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an, (Cet. I;
Yogyakarta: Balai Litbang, LPTQ Nasional, 1991), h. ii.

22
h) Pengenalan bacaan lafaz “Allah” yang sebelumnya
berharakat fathah dan dhommah, seperti contoh :

i) Pengenalan bacaan lafaz “Allah” yang sebelumnya


berharakat kasrah, seperti contoh :

Petunjuk Petunjuk Mengajar Buku Iqro’ Jilid V


1) Petunjuk mengajar jilid 1 nomor 1, 2, 3, 5, 7, 8 dan jilid
2 nomor 6, jilid 3 nomor 3 dan jilid 4 nomor 3 masih
berlaku untuk jilid 5 ini.
2) Halaman 23 adalah surat Al-Mu’minun ayat 1-11
sebaiknya santri dianjurkan untuk menghafalkan ayat
tersebut.
3) Bila ada beberapa santri yang sama tingkat pelajarannya
boleh sistem tadarus, secara bergiliran membaca sekitar
2 baris, sedangkan yang lainnya menyimak bacaan
tersebut.
4) Santri tidak harus mengenal istilah-istilah tajwid,
seperti idgham, ikfa’ dsb, yang penting secara praktis
betul bacaannya.
5) Agar menghayati bacaan yang penting dan untuk
membikin suasana semarak, baik andaikata santri diajak
membaca bersama-sama yaitu halaman 16-19 (3 baris
dari atas).25
Dalam buku Iqra’ 5 ini santri mulai dikenalkan dengan
potongan ayat al- Qur’an, termasuk awal surat-surat
pendek. Hal ini dimaksudkan agar santri mampu
beradaptasi dengan al-Qur’an. Di samping itu juga
dikenalkan pada bunyi idgham dan pengenalan alif lam
syamsiyah dan alif lam qamariah. Santri juga dikenalkan
25
As’ad Humam, Buku Iqra’ 5; Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an, (Cet. I;
Yogyakarta: Balai Litbang, LPTQ Nasional, 1991), h. ii.

23
dengan hukum mim mati bertemu dengan ba’ serta kaidah
idgham yang menyertainya. Dengan demikian, perlahan-
lahan santri diajarkan kaidah membaca al-Qur’an dengan
benar dan tepat.

6) Isi Jilid VI
a) Pengenalan Nun sukun atau tanwin bila bertemu dengan
huruf Wau dibaca dengan dengung, seperti :

b) Pengenalan Nun sukun atau tanwin bila bertemu dengan


huruf Ba seperti Mim mati, seperti :

c) Pengenalan Nun mati atau Tanwin bertemu dengan


huruf yang lima belas, maka dibaca samara-samar,
seperti contoh :

d) Pengenalan bacaan waqaf lazim ( ‫مـ‬ ), Muthlaq (‫ط‬  ), jaiz


(‫ )ج‬Qif (‫) ﻗﻴﻒ‬, La Waqfa Fiih (‫) ال‬,seperti :

e) Pengenalan bacaan huruf-huruf Qolqolah yang


bertasydid biladiwaqofkan, seperti :

Untuk mengetahui kamampuan siswa apakah telah


menguasai materi pelajaran, maka pada tiap jilid diakahiri
dengan EBTA. Siswa yang cepat menguasai materi, akan
cepat pula menyelesaikan buku Iqra’nya.26
Petunjuk Petunjuk Mengajar Buku Iqro’ Jilid VI

26
As’ad Human, Op. cit, h.1

24
1) Petunjuk mengajar jilid 1 nomor 1, 2, 3, 5, 7, 8 dan jilid
2 nomor 6, jilid 3 nomor 3, 4 dan jilid 4 nomor 3 serta
jilid 5 nomor 3 dan 4 semuanya tetap
berlaku pada jilid 6 ini.
2) Materi MBTA ini sebaiknya dihafalkan, syukur
dimengerti terjemahannya.
3) Walaupun telah menginjak jilid 6 ini, pedoman
membaca “Pelan Asal Benar” tetap berlaku. Jadi tak
apalah adaikata ada santri yang
membacanya sangat lamban/tersendat-sendat/seperti
banyak saktah atau terhenti. Asalkan setiap yang dibaca
itu betul semuanya, maka yang penting adalah benar.
4) Santri jangan diajarkan dengan bacaan berlagu
walaupun dengan irama murottal kecuali bagi yang telah
benar-benar lancar dalam bertadaru al- Qur’an. Jadi
tidak untuk mengajar buku Iqra’.
5) Mengenai pelajaran tanda waqof, disederhanakan dan
pengenalannya disatukan di awal (halaman 21). 27
Pada buku Iqra’ 6 ini, santri dikenalkan semua istilah-
istilah tajwid, juga santri diarahkan untuk dapat membaca
potongan ayat al-Qur’an dengan baik dan benar. Untuk
memotivasi santri, diperbolehkan untuk membaca secara
beramai-ramai baik dengan berirama ataupun dengan cara
murattal. Di samping itu santri dikenalkan dengan tanda-
tanda waqaf/berhenti atau harus menyambung ayat yang
lazimnya terdapat dalam al-Qur’an.
Demikianlah pengajaran buku Iqra’ dari buku Iqra’ 1
sampai dengan Iqra’ 6. Dengan pengajaran seperti
diharapkan ustadz dan santri memiliki petunjuk
pelaksanaan pembelajaran untuk menggapai hasil yang
diinginkan.
27
As’ad Humam, Buku Iqra’ 6; Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an, (Cet.I; Yogyakarta:
Balai Litbang, LPTQ Nasional, 1991), h. ii.

25
5. Kelebihan dan kelemahan Metode Iqro’
Kelebihan Metode Iqro’
a. Adanya buku (modul) yang mudah dibawa dan dilengkapi
oleh beberapa petunjuk teknis pembelajaran bagi guru serta
pendidikan dan latihan guru agar buku iqra‟ ini dapat
dipahami dengan baik oleh guru, para guru dapat
menerapkan metodenya dengan baik dan benar.
b. Cara Belajar siswa aktif (CBSA). Menuntut siswa yang
aktif bukan guru. Siswa diberikan contoh huruf yang telah
diberi harakat sebagai pengenalan di lembar awal dan setiap
memulai belajar siswa dituntut untuk mengenal huruf
hijaiyah tersebut. Pada permulaan, siswa langsung
membaca huruf-huruf tersebut secara terpisah-pisah untuk
kemudian dilanjutkan ke kata dan kalimat secara gradual.
Jika terjadi kesalahan baca, guru memberikan kode agar
kesalahan tersebut dibenarkan sendiri dengan cara
mengulang bacaan.
c. Bersifat privat (individual). Setiap siswa menghadap guru
untuk mendapatkan bimbingan langsung secara individual.
Jika pembelajaran terpaksa dilakukan secara kolektif maka
guru akan menggunakan buku Iqra‟ klasikal. Dapat
diterapkan secara klasikal (membaca secara bersama)
privat, maupun kelompok dengan cara tutor sebaya (siswa
yang lebih tinggi jilidnya dapat menyimak bacaan
temannya yang jilidnya masih rendah).
d. Menggunakan sistem asistensi, yaitu santri yang lebih
tinggi tingkat pembelajaranya membina siswa yang berada
di bawahnya. Meski demikian proses kelulusan tetap
ditentukan oleh guru dengan melalui ujian.
e. Guru mengajar dengan pendekatan yang komunikatif,
seperti dengan menggunakan bahasa peneguhan saat siswa

26
membaca benar, sehingga siswa termotivasi, dan dengan
teguran yang menyenangkan jika terjadi kesalahan.
f. Penggunaan sistem pembelajaran yang variatif dengan
cerita dan nyanyian religius sehingga siswa tidak merasa
jenuh.
g. Menggunakan bahasa secara langsung sehingga lebih
mudah diingat. Selain itu siswa tidak diperkenalkan huruf
hijaiyah terlebih dahulu dengan asumsi menyita banyak
waktu, dan menyulitkan siswa. Oleh karena itu metode
Iqra‟ bersifat praktis sehingga mudah dilakukan.
h. Sistematis dan mudah diikuti: pembelajaran dilakukan dari
yang mudah ke yang sulit; dari yang sering didengar, yang
mudah diingat ke yang sulit didengar dan diingat.
i. Buku dengan metode ini bersifat fleksibel untuk segala
umur dan bukunya mudah di dapat di toko-toko.
Sedangkan kelemahannya adalah siswa kurang mengenal
nama-nama huruf hijaiyah, serta nama-nama tanda baca Al-
Quran dan bentuk-bentuk penulisan Al-Quran.
6. Macam-macam metode Belajar Al-Qur’an
Pembelajaran al-Qur’an dapat dibagi beberapa tingkat,
yaitu belajar sampai lancar dan sesuai dengan kaeda-kaedah
tajwid, belajar memahami artinya, belajar mentadabbur, dan
belajar menghafal ayat-ayatnya di luar kepala, sebagaimana
yang dilakukan oleh para sahabat di masa Nabi saw.
Membaca al-Qur’an membutuhkan metode agar
pembelajaran menjadi mudah. Metode pengajaran al-Qur’an
mengalami perkembangan dan penyempurnaan sehingga lahir
banyak metode-metode untuk membaca al-Qur’an.
Secara khusus, dalam mempelajari al-Qur’an ada beberapa
metode yang berkembang di Indonesia. Para ulama, tokoh
masyarakat, dan para pemimpin lembaga al-Qur’an banyak

27
menciptakan beberapa metode belajar membaca al-Qur’an
dengan cepat di antaranya adalah:
a) Metode Iqra’
Metode Iqra’ adalah suatu metode yang menekankan
lansung pada pelatihan membaca yang dimulai dari tingkat
yang paling sederhana, tahap demi tahap sehingga sampai
pada tahap yang paling sempurna.28 Pembelajaran dalam
metode ini, lebih cenderung kepada ingatan huruf, sehingga
tidak perlu menghafal. Metode ini ditemukan pada tahun
1990 di kota Yogyakarta yang diperoleh oleh seorang ulama
yang bernama As’ad Humam, sampai sekarang metode ini
diterapkan hampir semua lembaga pendidikan al-Qur’an.
Metode Iqra’ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat
yang bermacam-macam, kerena sangat ditekankan pada
bacaannya. Bacaan langsung tanpa di eja. Artinya tidak
diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah dengan cara
belajar siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual.
Adapun mengajar dalam metode Iqra’ terdapat tiga model,
yaitu;
1) Cara Belajar Santi Aktif (CBSA). Ustadz/ustadzah tak
lebih sebagai penyimak, bukan penuntun bacaan.
2) Privat (Individual) yaitu ustadz/ustadzah menyimak
seorang demi seorang. Karena sifatnya induvidual maka
tingkat hasil yang dicapainya tidaklah sama, maka
setiap selesai belajar ustadz/ustadzah perlu mencatat
hasil belajarnya pada kartu prestasi santri, kalau santri
sudah paham betul maka boleh dinaikan ketahap
berikutnya. Disini ustadz/ustadzah hanya menerangkan
pokok-pokok pelajaran saja dan selamjutnya hanya
menyimak bacaan santri.

28
As’ad Humam, Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an, (Yogyakarta: Team Tadarus
AMM, 1990), h. 2.

28
3) Asistensi, “Jika tenaga ustadz/ustadzah tidak
mencukupi, siswa yang mahir bisa turut membantu
mengajar santri-santri yang lainnya”.
4) Bila ada santri yang sama tingkat pelajarannya, boleh
dengan sistem tadarrus, secara bergilir membaca sekitar
2 baris sedangkan yang lainnya menyimak bacaan
tersebut.
b) Metode Al-Baghdadi
Metode Al-Baghdadi adalah metode tersusun, maksudnya
suatu metode yang tersusun secara berurutan dan
merupakan sebuah proses ulang atau lebih dikenal dengan
sebutan alif, ba’, ta’. Metode ini adalah metode yang paling
lama muncul dan digunakan dalam masyarakat indonesia,
bahkan metode ini juga merupakan metode yang pertama
berkembang di indonesia. Buku metode ini hanya terdiri
dari satu jilid dan biasa dikenal dengan sebutan al-Qur’an
kecil.29 Proses belajar metode ini dimulai dengan mengajar
huruf hijaiyah mulai dari alif sampai ya. Dan kemudian
diakhiri dengan membaca Juz Amma sebelum memulai
membaca al-Qur’an besar.
c) Metode Hattaiyah
Metode Hattaiyah diperkenalkan oleh Muhammad Usman,
seorang ustadz/ustadzah agama dai Kampar, Propinsi Riau.
Metode ini didasarkan oleh pengalamannya mengajar tulis
baca al-Qur’an sejak tahun 1964. Pada dasarnya metode ini
tidak terlalu jauh dengan metode tradisional, hanya disini
tidak diperbaruhi cara mengajar sistem metode Hattaiyah
adalah dengan pendekatan huruf Arab tanda baca melalui
huruf latin.30 Akan tetapi metode ini bukan melalui
memperkenalkan huruf hijaiyah dari alif, melainkan dimulai
29
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, cet.1, (Jakarta: Pustaka Alfabet,
2005), h. 392
30
Muhammad Hatta Usman, Metode Hattaiyah, Jilid I, (Bangkiran-Riau: Riyani, 1990),
h.1-2

29
dari lam. Dengan alasan karena huruf ini paling mudah
diingat oleh anak- anak. Sedangkan huruf yang tidak bisa
dituliskan dengan huruf latin, diajarkan paling akhir,
seperti: Alif. Hamzah, ‘Ain, dan Gha.
Dari uraian metode di atas, terlihat bahwa metode
pembelajaran al-Qur’an terus berkembang sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan sosial budaya daerah masing-
masing. Metode tersebut masing-masing memiliki
kelebihan dan mkekurangannya. Adapun metode
pembelajaran al-Qur’an yang berkembang di Aceh pada
umumnya adalah metode Baghdadiyah yang saat ini masih
digunakan diseluruh pelosok Aceh khususnya di pesantren
dan balai pengajian tradisional.
Selain metode Baghdadiyah, metode lain
berkembang kemudian adalah metode Iqra’ yang pada
umumnya digunakan di daerah perkotaan melalui lembaga
pengajian anak-anak yang disebut Taman Pendidikan al-
Qur’an (TPA)
d) Metode Jibril
Jibril merupakan nama malikat penyampaian wahyu.
Metode ini diprakarsai oleh KH. M. Bashori Alwi dan
diterapkan pada PIQ Singosari Malang. Penggunaan istilah
Jibril ini merujuk kepada perintah Allah swt. kepada Nabi
Muhammad saw. untuk mengikuti bacaan al-Qur’an yang
disampaikan oleh malaikat Jibril. Sistem dalam metode
Jibril bermula dengan membaca satu ayat, lalu di tirukan
oleh orang-orang yang mengaji. Ustadz/ustadzah membaca
satu dua kali lagi yang kemudian ditirukan oleh orang-orang
mengaji. Kemudian baru ustadz/ustadzah melanjutkan ayat
selanjutnya dan ditirukan oleh peserta pengajian sampai
mereka dapat menirukan bacaan ustadz/ustadzah yang pas.
Metode Jibril memiliki dua tahapan yaitu tahqiq dan tartil.

30
Tahap tahqiq adalah pembelajaran membaca al-Qur’an
pelan dan mendasar. Tahap ini dimulai dengan pengenalan
huruf dan suara, hingga kata dan kalimat. Sedangkan tahap
tartil adalah tahap pembelajaran al-Qur’an dengan durasi
sedang bahkan cepat sesuai dengan irama lagu. Tahap ini
dimulai dengan pengenalan sebuah ayat atau beberapa ayat
yang dibacakan ustadz/ustadzah, lalu ditirukan oleh para
santri secara berulang-ulang.31
e) Metode Qiro’ati
Metode baca al-Qu ran Qira'ati ditemukan KH. Dahlan
Salim Zarkasyi (w. 2001 M) dari Semarang, Jawa Tengah.
Metode yang disebarkan sejak awal 1970- an, ini
memungkinkan anak-anak mempelajari al-Qur'an secara
cepat dan mudah. Kiai Dahlan yang mulai mengajar al-
Qur'an pada 1963, merasa metode baca al-Qur'an yang ada
belum memadai. Misalnya metode Qa'idah Baghdadiyah
dari Baghdad Irak, yang dianggap metode tertua, terlalu
mengandalkan hafalan dan tidak mengenalkan cara baca
tartil( jelas dan tepat) Kiai Dahlan kemudian menerbitkan
enam jilid buku pelajaran membaca al-Qur'an untuk TK al-
Qur'an untuk anak usia 4-6 tahun pada l Juli 1986. Usai
merampungkan penyusunannya, KH. Dahlan berwasiat,
supaya tidak sembarang orang mengajarkan metode
Qira'ati. Tapi semua orang boleh diajar dengan metode
Qira'ati. Dalam perkembangan-nya, sasaran metode Qira'ati
kian diperluas. Kini ada Qira'ati untuk anak usia 4-6 tahun,
untuk 6-12 tahun, dan untuk mahasiswa.
f) Metode Al-Barqy
Metode al-Barqy dapat dinilai sebagai metode cepat
membaca al-Qur'an yang paling awal. Metode ini
ditemukan dosen Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel
31
H.R. Taufiqurrahman, Metode Jibril Metode PIQ-Singosari Bimbingan KHM. Bashori
Alwi, (Malang, IKAFIQ Malang, 2005), h. 11-12

31
Surabaya, Muhadjir Sulthon pada 1965. Awalnya, al-Barqy
diperuntukkan bagi santri SD Islam at-Tarbiyah, Surabaya.
Santri yang belajar metode ini lebih cepat mampu membaca
al-Qur'an. Muhadjir lantas membukukan metodenya pada
1978,dengan judul "Cara Cepat Mempelajari Bacaan al-
Qur'an al-Barqy". Muhadjir Sulthon Manajemen (MSM)
merupakan lembaga yang didirikan untuk membantu
program pemerintah dalam hal pemberantasan buta baca
tulis al-Qur’an dan membaca huruf latin. Berpusat di
Surabaya, dan telah mempunyai cabang di beberapa kota
besar di Indonesia, Singapura & Malaysia. Metode ini
disebut ANTI LUPA karena mempunyai struktur yang
apabila pada saat santri lupa dengan huruf-huruf/suku kata
yang telah dipelajari, maka ia akan dengan mudah dapat
mengingat kembali tanpa bantuan guru. Penyebutan "Anti-
Lupa" itu sendiri adalah dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh Departemen Agama RI. Metode ini diperuntukkan bagi
siapa saja mulai anak-anak hingga orang dewasa. Metode
ini mempunyai keunggulan anak tidak akan lupa sehingga
secara langsung dapat mempermudah dan mempercepat
anak/santri belajar membaca. Waktu untuk belajar membaca
al-Qur’an menjadi semakin singkat.
g) Metode Tilawati
Metode Tilawati disusun pada tahun 2002 oleh Tim terdiri
dari Drs.H.Hasan Sadzili, Drs H. Ali Muaffa dkk.
Kemudian dikembangkan oleh Pesantren Virtual Nurul
Falah Surabaya. Metode Tilawati dikembangkan untuk
menjawab permasalahan yang berkembang di TK-TPA,
antara lain :
a) Mutu Pendidikan, Kualitas santri lulusan TK/TP Al-
Qur’an belum sesuai dengan target.

32
b) Metode Pembelajaran, Metode pembelajaran masih
belum menciptakan suasana belajar yang kondusif.
Sehingga proses belajar tidak efektif.
c) Pendanaan, Tidak adanya keseimbangan keuang-an
antara pemasukan dan pengeluaran. Waktu pendidikan
masih terlalu lama sehingga banyak santri drop-out
sebelum khatam al-Qur'an.
d) Kelas TQA, Pasca TPA TQA belum bisa terlaksanade
Tilawati
h) Metode Iqro’ Dewasa dan Metode Iqro’ Terpadu
Kedua metode ini disusun oleh Drs. Tasrifin Karim dari
Kalimantan Selatan. Iqro’ terpadu merupakan
penyempurnaan dari Iqro’ Dewasa. Kelebihan Iqro’
Terpadu dibandingkan dengan Iqro’ Dewasa antara lain
bahwa Iqro’ Dewasa dengan pola 20 kali pertemuan
sedangkan Iqro’ Terpadu hanya 10 kali pertemuan
dan dilengkapi dengan latihan membaca dan menulis.
Kedua metode ini diperuntukkan bagi orang dewasa.
Prinsip-prinsip pengajarannya seperti yang dikembangkan
pada TK-TP al-Qur'an.
i) Metode Iqro’ Klasikal
Metode ini dikembangkan oleh Tim Tadarrus AMM
Yogyakarta sebagai pemanfaatan dari buku Iqro’ 6 jilid.
Iqro’ Klasikal diperuntukkan bagi siswa SD/MI, yang
diajarkan secara klasikal dan mengacu pada kurikulum
sekolah formal.
j) Dirosa ( Dirasah Orang Dewasa )
Dirosa merupakan sistem pembinaan Islam berkelanjutan
yang diawali dengan belajar baca al-Qur’an. Panduan
membaca al-Qur’an pada Dirosa disusun tahun 2006 yang
dikembangkan Wahdah Islamiyah Gowa. Panduan ini
khusus orang dewasa dengan sistem klasikal 20 kali

33
pertemuan. Buku panduan ini lahir dari sebuah proses yang
panjang, dari sebuah perjalanan pengajaran al-Qur'an di
kalangan ibu-ibu yang dialami sendiri oleh pencetus dan
penulis buku ini. Telah terjadi proses pencarian format yang
terbaik pada pengajaran al-Qur'an di kalangan ibu-ibu
selama kurang lebih 15 tahun dengan berganti-ganti
metode.
Dan akhirnya ditemukanlah satu format yang sementara
dianggap paling ideal, paling baik dan efektif yaitu
memadukan pembelajaran baca al-Qur'an dengan
pengenalan dasar-dasar keislaman. Buku panduan belajar
baca al-Qur'annya disusun tahun 2006. Sedangkan buku-
buku penunjangnya juga yang dipakai pada santri TK-TP
al-Qur'an. Panduan Dirosa sudah mulai berkembang di
daerah- daerah, baik Sulawesi, Kalimantan maupun
beberapa daerah kepulauan Maluku; yang dibawa oleh para
da'i. Secara garis besar metode pengajarannya adalah Baca-
Tunjuk-Simak-Ulang, yaitu pembina membacakan, peserta
menunjuk tulisan, mendengarkan dengan seksama
kemudian mengulangi bacaan. Tehnik ini dilakukan bukan
hanya bagi bacaan pembina, tetapi juga bacaan dari sesama
peserta. Semakin banyak mendengar dan mengulang,
semakin besar kemungkinan untuk bisa baca al-Qur'an lebih
cepat.
k) PQOD ( Pendidikan Qur’an Orang Dewasa )
Dikembangkan oleh bagian dakwah LM DPP WI, yang
hingga saat ini belum diekspos keluar. Diajarkan di
kalangan anggota majlis taklim dan satu paket dengan
kursus tartil al- Qur'an.32 Demekianlah tadi metode-metode
dalam memudahkan mempelajari al-Qur’an dengan baik

32
Darmawan, “Model-model Baca Tulis al-Qur’an,” Blok Darmawan. http:/qashthaalhik
mah. Blogspot.com/2015/01/metode-metode-baca-tulis-al-qur’an-di.html (12 Agustus 2015)

34
dan benar yang telah dikembangkan oleh beberapa tokoh/
lembaga tertentu.

B. Al-Qur’an
a) Pengertian Al-Qur’an
Menurut bahasa Al-Qur‟an berasal dari bahasa arab yaitu dari
kata masdar “qara‟a-yaqro‟u-qur‟anan” yang berarti membaca.
Jadi menurut bahasa al-quran dapat di artikan bacaan atau yang
dibaca. Al-Qur‟an juga dapat diartikan kitab suci yang
diturunkan Allah kepada nabi Muhammad saw melalu
perantara malaikat jibril sebagai pedoman hidup bagi seluruh
manusia yang ada di muka bumi ini baik pedoman di dunia
maupun di akhirat kelak.33 Al-Qur‟an merupakan bacaan yang
sempurna. Kesempurnaan Al-Qur‟an sebagai bacaan
dibandingkan dengan bacaan yang ada dibuktikan dengan
sebagai berikut:
1. Dibaca oleh ratusan juta manusia, meskipun mereka tidak
tau artinya dan tidak dapat menulis aksaranya.
2. Diatur tata cara membacanya, panjang pendeknya, tebal
tipis ucapannya, sampai pada etika membacanya.
3. Dipelajari susunan kata dan kosakatanya, serta makna
kandungannya.34

Sedangkan menurut istilah al-qur‟an dapat diartikan


sebagai kalam allah swt, yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw., sebagai mukjizat, yang disampaikan dengan
jalan mutawatir dari allah swt sendiri dengan perantara
malaikat jibril dan membaca al-qur‟an dinilai ibadah kepada
allah swt. Al-qur‟an adalah murni wahyu dari allah swt, bukan
dari hawa nafsu perkataan Nabi Muhammad saw. Al-qur‟an
memuat aturan-aturan kehidupan manusia di dunia. Al-qur‟an
33
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an tajwid dan terjemah,....., h.463.
34
Khomsiyatun Siti, Al-Qur’an dan Hadis untuk Madrasah Tsanawiyah (MTS), (Klaten, Jawa
Tengah: CV Viva Pakarindo, 2013), h.6.

35
merupakan petunjuk bagi orang-orang yang beriman dan
bertaqwa. Alqur‟an kitab suci umat islam yang berisi firman
allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Dengan
perantara malaikat jibril bagi umat islam. Al-qur‟an ialah
kalam allah yang qadim tidak makhluk.35 Rasulullah banyak
menerimah wahyu dari Allah SWT baik secara langsung
ataupun melalui perantara malaikat jibril, pengertian ini
berdasarkan ayat berikut:

١٩٢ – ۗ َ‫َواِنَّهٗ لَتَ ْن ِز ْي ُل َربِّ ْال ٰعلَ ِم ْين‬

١٩٣ – ۙ ُ‫نَ َز َل بِ ِه الرُّ وْ ُح ااْل َ ِميْن‬

Artinya : Dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar


diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh
Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),

Al-Qur‟an merupakan kalumullah yang diwahyukan


kepada nabi Muhammad secara berangsur-angsur dengan
perantara malaikat jibril. Al-Qur‟an mempunyai kedudukan
yang sangat besar bagi manusia untuk memahami tentang jati
diri dan hakikat hidupnya dimuka bumi ini. Al-Qur‟an
merupakan pedoman pertama bagi manusia dan tidak ada
satupun yang dapat menggantikan kedudukan Al-Qur‟an
sebagai sumber hukum islam. Bagi umat islam bahwa Al-
Qur‟an adalah sumber yang asasi bagi syariat (hukum) islam.
Dari Al-Qur‟anlah dasar-dasar hukum islam beserta cabang-
cabangnya digali. Agama islam. Adapun ayat Al-Qur‟an yang
pertama di terima oleh nabi Muhammad SAW yaitu surat Al-
Alaq 1-5 yaitu:36

35
Nashrudin Baidin, Metode penafsiran Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), h.26.
36
Asnawi Fitriani, Belajar Al-Qur’an Hadis untuk Madrasah Tsanawiyah kelas VII semester I,
(Jawa Tengah: CV Viva Pakarindo, 2013), h.9.

36
1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.37
Abu Ishaq ( Pakar ilmu nahwu ) mengatakan bahwa Al-
Qur‟an adalah menggunakan arti al-Jam‟i ( ‫ ) الجمع‬yang
mempunyai arti menghimpun dan dinamakan Al-Qur‟an
karena Al-Qur‟an menghimpun beberapa surat.38
Menurut Departemen Agama "Al-qur‟an dan
Terjemahannya" memberi pengertian bahwa: Al-qur‟an adalah
kalam Allah yang merupakan mu'jizat yang diturunkan
(diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan
membacanya adalah ibadah.
Moh. Rifai mendefinisikan Al-qur‟an adalah wahyu Allah
SWT. Yang merupakan mu‟jizat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Sebagai sumber hukum dan pedoman hidup
bagi pemeluk islam jika dibaca menjadi ibadah kepada Allah.39
Sebagian ulama berpendapat bahwa jumlah ayat yang ada
di dalam Al-Qur‟an adalah sebanyak 6.236 ayat dan sebagian
37
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Bandung: PT Sygma Exagrafika
Arkaleema, 2017), Cet. Ke-1, h. 329.
38
Ibnu Mandzur, Lisan Al-ara , (Dar Shodir: Bairut Lebanon,1997), cet. Ke-VI .Vol I, h.128.
39
Moh. Rifa‟i,Ushul Fiqih,(Bandung: PT Alma‟arif, 1987), cet. Ke-1, h. 108.

37
ulama lagi menyatakan bahwa ayat yang terdapat di dalam Al-
Qur‟an sebanyak 6.666 ayat. Perbedaan jumlah ayat ini
disebabkan adanya perbedaan pendapat tentang kalimat
Basmallah pada setiap awal surah yang terdapat di dalam Al-
Qur‟an (kecuali surah At-Taubah), kemudian kata-kata
pembuka surah yang terdiri dari susunan huruf, antara lain
Yasin, Alif lam mim, Alif lam ra, dan Tha sin mim. Susunan
huruf itu ada yang memasukkannya sebagian ayat namun juga
ada yang tidak akan tetapi perbedaan tersebut tidak
mengurangi isi dari pada Al-Qur‟an itu sendiri.40
Al-Qur‟an diturunkan pada bulan Ramadhan tepatnya pada
tanggal 17 ramadhan yang sering disebut sebagai malam
lailatul qadar. Al-Qur‟an adalah petunjuk bagi semua umat
manusia yang ada di muka bumi ini, penjelas serta pembeda
antara yang hak dan yang batil. Terdapat dalam surat Al-
baqarah ayat185 yaitu :
‫ت ِّمنَ ْاله ُٰدى‬ ِ َّ‫ضانَ الَّ ِذيْٓ اُ ْن ِز َل فِ ْي ِه ْالقُرْ ٰانُ هُدًى لِّلن‬
ٍ ‫اس َوبَيِّ ٰن‬ َ ‫َش ْه ُر َر َم‬
‫ص ْمهُ ۗ َو َم ْن َكانَ َم ِر ْيضًا اَوْ ع َٰلى َسفَ ٍر‬ ُ َ‫ان فَ َم ْن َش ِه َد ِم ْن ُك ُم ال َّش ْه َر فَ ْلي‬ ِ ۚ َ‫َو ْالفُرْ ق‬
‫فَ ِع َّدةٌ ِّم ْن اَي ٍَّام اُ َخ َر ۗ ي ُِر ْي ُد هّٰللا ُ بِ ُك ُم ْاليُس َْر َواَل ي ُِر ْي ُد بِ ُك ُم ْال ُع ْس َر ۖ َولِتُ ْك ِملُوا‬
َ‫ْال ِع َّدةَ َولِتُ َكبِّرُوا هّٰللا َ ع َٰلى َما ه َٰدى ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُوْ ن‬
Artinya : Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan
Ramadhan,bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan)
al-qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang
hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu
hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka
hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit
atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah
baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu,
pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan

40
Pabundu Tika, Bukti kebenaran Al-Qur’an dalam fenomena jagat raya dan geosfer, (Jakarta:
2017, Cahaya prima sentosa), cet.ke- 1 h. 1

38
bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah
kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur.41

Muhammad Ali ash-Shabuni al-qur‟an yaitu kalam allah


yang memiliki mukjizat, yang diturunkan kepada penutup para
nabi dan rasul, dengan melalui malaikat jibril, ditulis dalam
berbagai mushaf, dinukilkan kepada kita dengan cara
mutawatir, yang dianggap ibadah dengan membacanya dimulai
dengan surah alfatihah dan diakhiri dengan surah an-nas. Dan
al-qur‟an adalah wahyu allah yang diturunkan dari sisi allah
kepada rasulnya. Menurutnya al-qur‟an bukan hanya petunjuk
dalam berbagai aspek kehidupan manusia.42
Al-qur‟an diturunkan dalam dua periode, yaitu periode
Mekah dan periode Madinah. Periode Mekah diturunkan
kepada nabi Muhammad pada saat bermukim di Mekah (610-
622 M) sampai hijrah ke Madinah. Ayat-ayat yang diturunkan
pada periode ini disebut ayat-ayat Makiyyah yang berjumlah
4.726 ayat dengan 89 surah. Periode kedua adalah pada saat
nabi Muhammad hijrah ke Madinah (622-632 M). Ayat-ayat
ini disebut ayat Madaniyah yang terdiri dari 1.510 ayat dengan
25 surah. Secara keseluruhan, ayat-ayat tersebut diturunkan
secara berangsur-angsur selama 22 tahun, 2 bulan, 22 hari.
Selanjutnya, ayat-ayat Alqur‟an diturunkan kepada Nabi
Muhammad melalui beberapa sebagaimana berikut.43
Kitab Al-Qur,an yang diturunkan oleh Allah Swt melalui
wahyu yang diterima oleh Rasullullah Saw melalui perantara
malaikat jibril yang menggunakan bahasa Arab yang
mengandung minimal tiga fungsi diantaranya adalah:
41
Kementrian Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya ....., h. 22.
42
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 23.
43
Pabundu tika, Bukti kebenaran Al-Qur,an dalam fenomena jagat raya dan goesfer, (Jakarta:
Amzah, 2017), cet. Ke-1 h. 1.

39
1. Bukti kebenaran Rissalah (kerasulan) Muhammad Saw.
atas apa yang disampaikan oleh nabi Muhammad
bahwa itu dari Allah, yang dengan adanya Al-Qur‟an
ini nabi dapat mengalahkan musuh-musuhnya. Hal ini
ditegaskan bahwa Al-Qur‟an merupakan mukjizat nabi
yang paling besar diantara mukjizat yang lainya.
2. Al-Qur‟an adalah al-Huda (pedoman hidup) bagi
seluruh manusia yang ada dimuka bumi ini yang
menjamin tentang keselamatan manusia dunia akhirat,
lahir batin, materi spiritual. Lebih-lebih apalagi kita
dapat memahami 55 nama Al-qur,an yang sekaligus
dapat menjelaskan fungsinya, sebagaimana penjelasan
dari inti al-Huda (Petunjuk/Alqur‟an atau pedoman
hidup).
3. Al-Qur‟an sebagai wasilah (perantara) ibadah ritual
yang mendekatkan dan menghubungkan seseorang
dengan Khaliqnya Allah Swt. Dengan membaca al-
qur‟an kita dapat berdialog dengan Tuhan kita yaitu
Allah Swt secara langsung dengan bahasa Tuhan
sendiri. 44
4. Kitab suci Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang
menjadi petunjuk dan pedoman bagi umat islam karena
Al-Qur‟an adalah kitab yang diturunkan paling akhir
sebagai penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya. Al-
Qur‟an merupakan sumber hukum utama sehingga
setiap umat islam wajib berpedoman pada Al- Qur‟an
dan Hadist dalam setiap tindakan yang dilakukannya
karena segala petunjuk untuk mengarungi dunia ini
telah dijelaskan di dalam kitab suci Al-Qur‟an. Adapun
keutaman yang akan diperoleh jika seseorang membaca
Al-Qur‟an yaitu:
44
Muchtar Adam, Ulum Al-qur’an studi perkembangan ilmu-ilmu Al-qur’an, (Bandung:
2013, Makrifat Media Utama), h. 5.

40
a. Orang yang mahir membaca Al-Qur‟an akan
bersama malaikat yang mulia derajatnya.
b. Rumah yang dibacakan Al-Qur‟an akan dihadari
dan didatangi oleh malaikat serta leluasa bagi para
penghuninya.
c. Rumah yang dibacakan Al-Qur‟an terpancar sinar
hingga ke penduduk langit.
d. Membaca Al-Qur‟an akan menjadikan begitu
banyak kebaikan dan keberkahan.
e. Membaca Al-Qur‟an akan memperindah bagi sang
pembacanya.
f. Membaca Al-Qur‟an akan menenangkan hati.
g. Membaca Al-Qur‟an sangat bermamfaat bagi
pembaca dan orang tuanya.
h. Membaca Al-Qur‟an akan menghindarkan
seseorang dari bencana di hari kiamat kelak.
i. Al-Qur‟an memberikan syafaat bagi
pembacannya.45
b) Proses belajar mengajar Al-Qur’an
1) Pengertian Proses Belajar Mengajar Al-Qur’an Sebelum
mendefenisikan pengertian diatas, terlebih dahulu penulis
akan menguraikan terlebih dahulu istilah tersebut.
a) Makna Proses
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin
“processus” yang berarti berjalan ke depan. Kata ini
mempunya makna langka atau kemajuan yang
mengarah pada suatu sasaran atau tujuan.46
Proses merupakan interaksi semua komponen atau
unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu
sama lainnya dapat berhubungan (interpenden) dalam
45
Abdul Rasyid Salim, Meraih Jalan Petunjuk Syarah Bulughul Muharam, (Bandung: Nuansa
Aulia, 2007), h. 279.
46
Muhibin Syah , 2001, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,Bandung, PT. Remaja
Rosda Karya, Cet. Ke-6, h. 182

41
ikatan untuk mencapai tujuan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa proses satu rangkaian kegiatan yang di dalamnya
terjalin interaksi antar komponenñkomponen yang ada,
yang saling berhubungan erat antara satu sama lainnya
guna menghasilkan sesuatu.
b) Makna Belajar
Belajar adalah proses menyebabkan adanya perubahan
dalam pengetahuan dan prilaku makhluk hidup sebagai
hasil latihan, pendidikan dan pengalaman.47 Belajar
adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur
yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap
jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil
atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
bergantung pada proses belajar yang dialami siswasiswi
baik ia berada di sekolah maupun di lingkunagan rumah
atau keluarganya sendiri.
Secara umum pengertian belajar adalah tahapan
perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melipatkan proses kognitif.48 Secara
luas pengertian belajar dapat diartikan sebagai kegiatan
psiko fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya.
Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan
usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan menuju
kepribadian seutuhnya. Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa belajar bukanlah pengumpulan atau
menghafal faktañfakta yang tersaji dalam bentuk
informasi/ materi pelajaran, tetapi belajar adalah
sebagai tahapanperubahan seluruh tingkah laku individu
yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan

47
Save M Dagun, 2000, Kamus Besar Ilmu Pendidikan, Jakarta, Golo Riwu, Cet. Ke-2, h. 899
48
Muhibin Syah, 1999,Psikologi Belajar, Jakarta, PT. Logos Wacana Ilmu, Cet. I, h. 64

42
interaksi dalam lingkungan yang melibatkan proses
kognitif.
c) Makna Mengajar
Mengajar adalah suatu usaha untuk menciptakan
kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan
memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar.49
Jadi mengajar bukanlah sematañmata menyampaikan
pelajaran kepada anak didik, tetapi sama halnya
denagan belajar, mengajarpun sama hakikatnya, yaitu :
suatu proses yakni proses mengatur, mengorganisasi
lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat
menumbuhkan dan mendorong siswa untuk melakukan
proses belajar.
Dari pengertian istilah diatas, maka pengertian proses
belajar mengajar Al-Qurían merupakan suatu proses
yang berkesinambunngan dan terencana yang dilakukan
guru dan murid yang di dalamnya terdapat aktivitas-
aktivitas dalam suasana edukatif serta saling
mempunyai hubungan timbal balik guna tercapainya
tujuan belajar mengajar Al-Qurían yang ditandai
dengan berubahnya tingkah laku anak didik baik
kognitif, afektif dan psikomotorinya, serta siswa
mampu membaca Al-Qurían dengan baik dan benar
sesuai dengan kaidah tajwid. Juga dapat dikatakan
bahwa, proses belajar mengajar dalam suatu lembaga
pendidikan formal (sekolah) dikatakan efektif apabila
tujuanyang ditentukan oleh sekolah tersebut dapat
tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

C. Kemampuan membaca Al-Qur’an


a) Pengertian kemampuan Baca/Membaca Al-Qur’an
49
Sardiman AM, 2000,Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, Cet. Ke-7, h. 45

43
1. Pengertian Kemampuan
Menurut Robbins, seperti yang dikutip Yuliani
Indrawati, Kemampuan adalah suatu kapasitas individu
untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.50
Menurut Gordon, seperti yang dikutip Ramayulius
kemampuan (skill) adalah sesuatu yang dimiliki oleh
individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang
dibebankan kepadanya.51
Adapun kemampuan yang dimaksudkan dalam
tulisan ini adalah kemampuan siswa kelas VIII SMPIT
Arafah Depok dalam menerapkan metode iqro’ pada mata
pelajaran Pendidikan Agama dalam hal mengenal,
membaca, dan menulis Al-Quran, yang dijabarkan melalui
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
yaitu “Mampu mempraktekkan bacaan dengan
menggunakan tanda mad dengan benar dan tepat”.
2) Baca/Membaca
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata
“baca, membaca” diartikan:
a) Melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis(dengan
melisankan atau hanya dalam hati);
b) Mengeja atau melafalkan apa yang tertulis;
c) Mengucapkan;
d) Mengetahui, meramalkan;
e) Memperhitungkan.
Pengertian “baca” dalam judul penelitian ini secara khusus
merujuk pada kemampuan membaca Al-Qur’an siswa pada
pelajaran Tahsin dan Tahfidz.
b) Faktor-faktor yang mempengaruhi baca/membaca Al-
Qur’an
50
Yuliani Indrawati, 2006,Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Matematika dalam
Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pada Sekolah Menengah Atas Kota
Palembang, Jurnal Manajemen &Bisnis Sriwijaya, h. 47.
51
Ramayulius, 2008,Metode Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia, h. 37-43.

44
Faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kemampuan
membaca Al-Quran terutama di kalangan remaja sebagaimana
yang dikemukakan oleh Jalaluddin adalah sebagai berikut:
1) Orientasi berfikir
Pengaruh modernisasi banyak mempengaruhi arah
pemikiran orang.Kemajuan teknologi dengan segala hasil
yang disumbangkannya bagi kemudahan hidup manusia,
banyak mengalihkan perhatian orang untuk hidup lebih erat
dengan alam kebendaan. Hal ini mendorong mereka untuk
menuntut ilmu yang diperkirakan dapat membantu ke arah
pemikiranmpengetahuan praktis dan menunjang prestise
kehidupan.
Pengetahuan tentang Al-Quran dan cara membacanya
kalah bersaing di alam pemikiran kebanyakan kaum
muslimin, hingga hampir diabaikan. Padahal bidang
tersebut merupakan disiplin ilmu tersendiri hingga untuk
menguasainya diperlukan sistem dan metode tersendiri
pula disamping ketentuan dan waktu yang cukup lama.
2) Kesempatan dan Tenaga
Arah berfikir yang materialistis telah mendudukkan
status wajib belajar Al-Quran ke posisi yang lebih kecil.
Pengaruh ini telah menimbulkan kondisi asal-asalan.
Akibatnya terjadi kelangkaan penyediaan kesempatan dan
kelangkaan tenaga. Waktu yang disediakan untuk belajar
Al-Quran sangat sedikit jika dibandingkan dengan waktu
mereka gunakan untuk menuntut ilmu pengetahuan lain.
Akhirnya tenaga pengajar tersedia tidak sempat
berkembang seimbang dengan kebutuhan.
3) Metode
Perkembangan teknologi telah merubah
kecendrungan masyarakat untuk mmenuntut pengetahuan
secara lebih mudah dan lebih cepat. Untuk menampung

45
minat ini dalam berbagai disiplin ilmu, para ahli telah
memanfaatkan jasa teknologi dalam media pendidikan baik
media visual, audio-visual, komputer dengan cara yang
semakin tepat guna. Khusus dalam pendidikan Al-Quran
cara ini masih langka dan mahal. Metode lama dalam
beberapa seginya mungkin sudah kurang sesuai dengan
keinginan dan kecendrungan tepat guna ini.Akibatnya
metode yang demikian berangsur kurang diminati.
4) Aksara
Kitab suci Al-Quran ditulis dengan aksara dan
bahasa Arab. Faktor ini menyulitkan bagi mereka yang
berpendidikan non pesantren/madrasah karena pengetahuan
itu tidak dikembangkan secara khusus di sekolah umum.
Akibatnya pelajar yang berpendidikan umum sebagian
besar buta aksara Kitab Sucinya.Kebutaan aksaraan ini
membuat jarak makin lama makin jauh antara mereka
dengan kitab sucinya.
Adapun menurut Budiyanto, faktor-faktor yang
mempengaruhi membaca Al-qur’an yaitu:
a) Menurunnya kuantitas dan kualitas pengajian anak-
anak di masjid, langgar atau musholla.
b) Metode pengajaran baca Al-qur’an yang statis.
c) Terbatasnya jam pelajaran pendidikan agama di
sekolah.
d) Dihapuskannya pelajaran huruf Arab Jawi (Arab
Melayu) dari kurikulum sekolah.52

B. Kerangka berpikir
Penting sekali bagi kita untuk mengajarkan ilmu agama kepada
anak sejak dini terutama tentang membaca Al-Qur‟an. Dalam membaca

52
Budiyanto, 2003, RINGKASAN Pembinaan Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan
Gerakan Membaca, Menulis, Memahami, Mengamalkan, dan Memasyarakatkan Al-Qur’an
(Gerakan M5A), Yogyakarta, Balai Penelitian dan Pengembangan Sistem Pengajaran Baca Al-
Qur’an LPTQ Nasional, h. 1.

46
Al-Qur’an haruslah sesuai dengan kaidah dalam membaca Al-Qur‟an
maka dari itu perlunya perhatian khusus dalam memeperbaiki bacaan.
Dalam hal ini tidak hanya para siswa yang harus giat dalam belajar
namun usaha pendidik dalam mengajar juga harus semaksimal mungkin
agar apa yang disampaikan oleh guru dapat diterima dengan baik oleh
murid, karena seorang pendidik adalah sumber ilmu dari para siswa.
Banyak cara-cara dan usaha yang dilakukan guru dalam memperbaiki
kemampuan membaca siswa salah satunya dengan menerapkan metode
belajar Al-Qur‟an dengan menggunakan metode Iqra.
Dalam kerangka berpikir diatas dapat divisualisasikan dalam
bentuk skema sebagai berikut:
Guru Mengaji

Keterampilan Baca
Al-Qur’an

Metode Iqra’

Siswa kelas VIII SMPIT


Arrafah mampui mengaji

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan


Penelitian yang relevan diambil dari hasil penelitian orang lain
yang memiliki relevansi dengan penelitian yang sedang dilakukan. Hal ini
dapat dilihat dari salah satu variabel yang digunakan maupun keduanya.
Bagian yang diambil dari penelitian yang relevan adalah judul penelitian,
tahun penelitian, temuan penelitian serta perbedaan dengan penelitian yang

47
akan dilakukan. Penelitian yang relevan harus dibuat dalam bentuk
footnote.53
Berdasarkan pengertian di atas, maka penelitian yang relevan
dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :

No Nama Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


1 Fitriani54 Kemampuan siswa   Jenis penelitian  Lokasi penelitian
dalam membaca Al- yang dihunakan terdahulu adalah
Qur’an di Lembaga adalah deskriptif SLTP negeri IV
Peendidikan Umum kualitatif Bone-bone Kabupaten
dan Study kasus siswa lawu Utara,sementara
SLTP Negeri IV peneliti mengadakan
di SMPIT Arrafah
Depok.
2 Marzuki55 perbandingan antara Ruang lingkup Peneliti terdahulu
metode Iqra’ dan penelitian yaitu, melakukan analisis
bagdadi dalam tentang perbandingan antara
pembelajaran baca pengunaan metode Iqra’ dan
tulis al-Qur’an di metode Iqra’ bagdadi dalam
SDN 201 Minna pembelajaran baca tulis
Kecamatan Bone- al-Qur’an. Sementara
bone penulis melakukan
(studi tentang review penerapan
keungulan dan metode Iqra’ dalam
kelemahan) meningkatkan
kemampuan membaca
al-Qur’an.
Lokasi penelitian
terdahulu adalah
SDN 201 Minna
Kecamatan Bone-bone
(studi tentang
keungulan dan
kelemahan), sementara
peneliti mengadakan
penelitian di SMPIT
Arrafah Depok.
3 Rahmatia56 Kemampuan Membaca Menjelaskan bahwa  Jenis penelitian  Lokasi penelitian
53
Helmiati, dkk, 2011,Penulisan Skripsi Penelitian Tindakan Kelas : Program Peningkatkan
Kualifikasi Guru (P2KG), Pekanbaru, Zanafa Publishing, h. 35
54
Fitriani, Kemampuan Siswa dalam Membaca Al-qur’an di Lembaga Pendidikan Umum atau
Studi Kasus Siswa SLTP Negri IV Kecamatan Bone-bone Kabupaten Luwu Utara, Laporan Hasil
Penelitian, (Palopo, 2008), h.18.
55
Marzuki, Perbandingan Antara Metode Iqra’ dan Bagdadi dalam Pembelajaran Baca Tulis Al-
qur’an di SDN 201 Minna Kecamatan Bone-bone (studi tentang keungulan dan kelemahan),
Laporan Hasil Penelitian, (Palopo, 2010), h.19.

48
dan Melulis al-Quran meode pembelajaran yang digunakana terdahulu adalah SDN
pendidikan agama dalah deskriptif No. 193 Tolada
Siswa islam di SD kualitatif Kecamatan Malangke
penyajiannya
tergantung dan Kabupaten Luwu
dipengaruhi oleh Utara, sementara
tujuan yang akan peneliti mengadakan
dicapai dengan penelitian di SMPIT
mengajarkan materi
Kemampuan
Arrafah Depok.
membaca al-Qur’an
secara perlahan-lahan
4
5

D. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban atas masalah yang diteliti. Hipotesis
didasarkan atas kerangka berpikir, yang berisikan pernyataan sebagai
jawaban masalah penelitian yang diatasi dengan tindakan penelitian.Pada
bagian akhir, dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan
indikator keberhasilan penelitian tindakan yang dilakukan.57
Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah “melalui penerapan
metode iqra’ diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas VIII
SMP IT Arrafah Tapos Depok dalam membaca Al-Quran pada mata
pelajaran Tahsin dan Tahfidz Al-Qur’an”.

56
Rahmatia, Studi Tentang Kemampuan Membaca dan Melulis Al-quran Siswa SDN No.
193 Tolada Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara, Laporan Hasil Penelitian, (Palopo,
2010), h.21.
57
Hasnah Faizah, 2009,Menulis Karya Ilmiah, Pekanbaru, Cendikia Insani, h. 133

49
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu penelitian


Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Lingkungan kelas VIII SMP
IT Arrafah.
Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan sejak
tanggal dikeluarkannya ijin penelitian dalam kurun waktu kurang lebih 2
(dua) bulan, 1 bulan pengumpulan data dan 1 bulan pengolahan data yang
meliputi penyajian dalam bentuk skripsi dan proses bimbingan
berlangsung.
B. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif, dengan mengeksplorasi data yang ada di lapangan
terkait permasalahan yang telah dirumuskan dengan metode analisis
deskriktif yang bertujuan memberikan uraian secara tepat untuk
Penggunaan metode Iqra‟ dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur‟an pada
peserta didik (studi khasus di kelas VIII SMPIT Arrafah)
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan memahami
realitas sosial, yaitu melihat dunia dari apa adanya, bukan dunia yang

50
seharusnya, maka seorang peneliti kualitatif haruslah orang yang memiliki
sifat open minded. Karenanya, melakukan penelitian kualitatif dengan baik
dan benar bearti telah memiliki jendela untuk memahami dunia psikologi
dan realitas sosial. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah
dan bersifat penemuan.58
C. Teknik pengumpulan data
Agar supaya memperoleh data yang benar, dibutuhkan beberapa teknik
yang dianggap mampu mengungkapkan masalah yang diteliti.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian kepustakaan yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan
membaca buku-buku yang ada kaitannya atau relevan dalam penelitian
ini.
2. Penelitian lapangan yaitu mendatangi langsung lokasi penelitian di
SMPIT Arrafah Tapos Depok untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan dan dibutuhkan dalam penelitian ini. Adapun teknik yang
ditempuh dalam penelitian lapangan sebagai berikut:
a. Observasi
Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan mendatangi
langsung objek yang menjadi sasaran penelitian yakni di SMPIT
Arrafah Tapos Depok, serta melakukan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.
Metode ini digunakan untuk mengamati dan menganalisis
efektifitas pengunaan metode Iqra’ dalam meningkatkan baca al-
Qur’an di SMPIT Arrafah Tapos Depok. Pengamatan (opservasi)
ini dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan peroses belajar
mengajar dengan melibatkan teman sejawat.
b. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang atau lebih untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tersebut. Dengan
wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih

58
Anselm Strauss, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 4

51
mendalam tentang informan dalam menginterpretasikan situasi dan
fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui
observasi.
Dalam melakukan wawancara, peneliti menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk diajukan,
dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan, oleh karena
itu jenis wawancara yang digunakan oleh peneliti termasuk
kedalam jenis wawancara terstruktur.
c. Dokumentasi
Dokumentasi ini diperlukan untuk mengetahui sejarah berdirinya
di SMPIT Arrafah Tapos Depok, arsip- arsip yang diperlukan,
data-data guru serta sarana dan prasarana yang dimiliki oleh di
SMPIT Arrafah Tapos Depok, juga foto-foto ketika pelaksanaan
penelitian sebagai dokumentasi.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.59
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data
dalam periode tertentu. Ketika peneliti mulai mengumpulkan data, analisis
dilakukan terhadap yang diajukan berdasarkan respon subjek. Misalkan
jika respon subjek terhadap pertanyaan yang diajukan tidak sesuai dengan
tujuan penelitian dan menurut analisis peneliti, respon yang diberikan
tidak menarik untuk diungkapkan, maka diajukan pertanyaan dengan
kalimat yang berbeda. Tetapi jika respon subjek menarik untuk diungkap,
meskipun tidak sesuai dengan tujuan penelitian, maka peneliti mengajukan
pertanyaan yang sifatnya menggali. Data yang telah terkumpul dan masih

59
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 248.

52
dalam bentuk rekaman, selanjutnya ditransformasi ke dalam bentuk
transkrip wawancara.
Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa aktifitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Adapun
langkah-langkah aktifitas dalam analisis data sebagai berikut:
a. Data Reduction (reduksi data) Reduksi data yaitu kegiatan yang
mengacu pada proses pemilihan dan pengidentifikasi data yang
memiliki makna jika dikaitkan dengan masalah penelitian, dan
selanjutnya membuat kode pada setiap satuan sehingga diketahui
berasal dari sumber mana.
b. Data Display (penyajian data) Penyajian data yang meliputi
pengklasifikasi data, yaitu menuliskan kumpulan data yang terorganisir
dan terkategori sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan
dari data tersebut. Dengan penyajian data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
c. Conclusion Drawing/ verification Langkah ke tiga dalam analisis data
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid
dan konsisten, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel.60
Analisis data merupakan hal yang sangat penting, karena data yang
salah akan mengakibatkan hasil analisa yang salah. Analisa yang salah
akan memberikan interpretasi yang salah. Interpretasi yang salah akan
menghasilkan rekomendasi yang salah. Rekomendasi yang salah akan
mengakibatkan perencanaan program yang salah. Perencanaan program
yang salah akan menghasilkan pelaksanaan kegiatan yang salah dan
60
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D,
(Cet. IX; Bandung: Alfabet, 2014), h. 337-345.

53
pada akhirnya tidak akan memecahkan masalah bahkan bisa
menimbulkan masalah baru. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
analisis data merupakan hal yang penting.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rasyid Salim, Meraih Jalan Petunjuk Syarah Bulughul Muharam,


Bandung: Nuansa Aulia, 2007.

Adam, Muchtar. 2013. Ulum Al-Qur’an studi perkembangan ilmu-ilmu Al-


Qur’an. Bandung: Makrifat Media Utama.

Ahmad Darka, Bagaimana Mengajar Iqro’ dengan Benar, Jakarta: CV. Tunas
Utama, 2009).

Andi Prasetyo. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tematik


terpadu, cet. Ke-1; Jakarta: Prenademedia Group, 2015.

Ardika Riski Rahmawan, Iqro’, Tajwid, dan Tahsin Panduan Belajar Membaca
Al- Qur’an untuk Pemula, Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2015.

Asnawi Fitriani, Belajar Al-Qur’an Hadis untuk Madrasah Tsanawiyah kelas VII
semester I, (Jawa Tengah: CV Viva Pakarindo, 2013.

As‟ad, Humam, Buku Iqro’ Cara Cepat Membaca Al-Qur’an, (Yogyakarta: Balai
Litbang LPTQ Nasional Team Tadarus “AMM”, 1990.

Anselm Strauss, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,


2009.

Amal, Taufik Adnan, Rekonstruksi Sejarah al-Qur’an, Cet. I; Jakarta: Pustaka


Alfabet, 2005.

Baidin, Nashrudin. 2016. Metode penafsiran Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Budiyanto, et. al., “RINGKASAN Pembinaan Pengelolaan, Pembinaan dan


Pengembangan Gerakan Membaca, Menulis, Memahami, Mengamalkan,

54
dan Memasyarakatkan Al-Qur’an (Gerakan M5A)”. Yogyakarta: Balai
Penelitian dan Pengembangan Sistem Pengajaran Baca Al-Qur’an LPTQ
Nasional, 2003

Darmawan, “Model-model Baca Tulis al-Qur’an,” Blok Darmawan.


http://qashthaalhikmah.blogspot.com/2010/01/metode-metode-baca-tulis-
al-quran-di.html (12 Agustus 2015)

Fitriani, Kemampuan Baca dalam Membaca Al-qur’an di Lembaga Pendidikan


Umum atau Studi Kasus Siswa SLTP Negri IV Kecamatan Bone-bone
Kabupaten Luwu Utara, Palopo: STAIN Palopo, 2008.

J. Moleong, Lexi. Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. XXXV; Bandung: PT


Remaja Rosdakarya, 2016.

Hasan Syafi’i, M. Ali, Materi Pokok Pendidikan dan Pengamalan Ibadah, Cet. I;
Jakarta:Diktorat Jendral Pembinaan Kebangsaan Agama Islam, 1994.

Tika, Pabundu. 2017. Bukti kebenaran Al-Qur’an dalam fenomena jagat raya dan
geosfer. Jakarta: Cahaya Prima Sentosa.

Hamzah B.Uno. Model pembelajaran menciptakan proses belajar mengajar yang


kreatif dan efektif, Cet. Ke-13; Jakarta: Bumi Aksara, 2018.

Hasnah Faizah. Menulis Karya Ilmiah. Pekanbaru: Cendikia Insani, 2009


Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
kualitatif, dan R&D, Cet. IX; Bandung: Alfabet, 2014.

Hatta Usman, Muhammad, Metode Hattaiyah, Cet. I; Bangkiran-Riau: Riyani,


1990.

Helmiati, dkk. Penulisan Skripsi Penelitian Tindakan Kelas : Program


Peningkatan Kualifikasi Guru (P2KG). Pekanbaru: Zanafa Publishing,
2010.

Ibnu Mandzur, Lisan Al-ara , cet. Ke-VI .Vol I ;Dar Shodir: Bairut
Lebanon,1997).

Jati Kusama,Pengantar metode penelitian bahasa, cet. Ke-1; Jakarta: Crassvati


Books, 2007.

Kurikulum 2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam


Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, 2003

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, Cet. Ke-1 Bandung: PT


Sygma Exagrafika Arkaleema, 2017.

55
Khomsiyatun Siti, Al-Qur’an dan Hadis untuk Madrasah Tsanawiyah (MTS),
Klaten, Jawa Tengah: CV Viva Pakarindo, 2013.

Manna’ khalil, al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Cet. II; Bogor: Pustaka Lintera
Antar Nusa, 2010.

Marzuki, Perbandingan Antara Metode Iqra’ dan Bagdadi dalam Pembelajaran


Baca Tulis Al-qur’an di SDN 201 Minna Kecamatan Bone-bone (studi
tentang keungulan dan kelemahan), Laporan Hasil Penelitian, Palopo:
STAIN Palopo, 2010.

Moeslihatun, Metode pengajaran di taman kanak-kanak, cet. Ke-2; Bandung:


Yrama Media,2013.

Moh. Rifa‟i,Ushul Fiqih, cet. Ke-1; Bandung: PT Alma‟arif, 1987.

Muhibin Syah, Psikologi Belajar, Cet. I; Jakarta, PT. Logos Wacana Ilmu, 1999.
Muhibin Syah , Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Cet Ke-6;
Bandung :PT. Remaja Rosda Karya, 2001.

Nashrudin Baidan. Metode Penafsiran Al-Qur’an, Cet. Ke-1; Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2002.

Nyoman Kutha Ratna. Metodologi penelitian, cet. Ke-3; Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2016.

Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2002, edisi revisi

Zaenuddin Ahmad Azzubaidi, Terjemah Hadits Shahih Bukhari, Jilid. II;


Semarang: CV. Toha Putra, 1986.

Rahmatia, Studi Tentang Kemampuan Membaca dan Melulis Al-quran Siswa


SDN No. 193 Tolada Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara,
Palopo: STAIN palopo, 2010.

Ramayulis. Metode Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, Cet. Ke-5, 2008.
Ramayulis dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia
2010.

Sardiman,Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Cet. Ke-7; Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2000.

Save M Dagun, Kamus Besar Ilmu Pendidikan, Cet.Ke-2; Jakarta : Golo Riwu,
2000.

Suma, Muhammad Amin. 2014. Ulumul Qur’an. Jakarta: Raja Grapindo Persada.

56
Sholeh Hamid. Metode Edutaiment menjadikan siswa kreatif dan nyaman di
kelasa, cet. Ke-4; Jogjakarta: Diva Press, 2013.

Taufiqurrahman, H.R., Metode Jibril Metode PIQ-Singosari Bimbingan KHM.


Bashori Alwi, Cet. I; Malang: IKAFIQ Malang, 2005.

Yudhi Haryono, Nalar Al-Qur’an cara terbaik memahami pesan dasar dalam
kitab suci, Jakarta: Intimedia Ciptanusantara, 2002.

Yuliani Indrawati, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Matematika


dalam Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pada Sekolah
Menengah Atas Kota Palembang, (Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya,
Vo. 4, No. 3, 7 Juni, 2006).

Yusuf, Tayar dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa
Arab, Cet. 1; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995.

57

Anda mungkin juga menyukai