Anda di halaman 1dari 15

ABORTUS, STERILISASI DAN MENSTRUASI

REGULATION
Disusun untuk memenuhi tugas kuliah Mata kuliah Masail Fiqhiyah
Dosen Pembimbing :

A. Muwahid Muhammadi, S.HI, MM

Disusun Oleh:

Muhammad Fauzi

Adriansyah

Semester V

Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Karimiyah

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Jl. H. Maksum No.23 Rt.04/02 Sawangan Baru Kec. Sawangan


Kota Depok Jawa Barat Indonesia 16511.

Tahun 2022.

Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga kami mendapatkan kemudahan dan
kekuatan untuk menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul “Abortus,
Mterilisasi dan Menstruasi regulation” disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Masail Fiqhiyah.
Sholawat serta salam tak lupa tercurahkan kepada junjungan alam, Nabi
besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW, sebagai figur teladan dalam dunia
pendidikan yang patut diteladani dan seorang suri tauladan yang mulia beserta
keluarga, sahabat, serta umatnya yang setia kepada ajarannya hingga akhir zaman.
Terima kasih kami haturkan kepada Bpk. A. Muwahid Muhammadi, S.HI, MM ,
yang senantiasa membimbing kami didalam kelas dan penyusunan makalah ini.
Tanpa adanya bimbingan beliau kami kiranya tidak akan mampu menyelesaikan
makalah ini.
Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna.
Kami menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah
ini. Untuk itu kami mengharap saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Depok, 10 Maret 2022
Penulis

Kelompok III

1
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar...............................................................................................1
Daftar Isi..........................................................................................................2

Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang......................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..................................................................................3

Bab II Pembahasan
A. Abortus.................................................................................................4
B. Sterilisasi...............................................................................................6
C. Menstruasi regulation...........................................................................9

Bab III Penutup


A. Kesimpulan...........................................................................................13

Daftar Pustaka................................................................................................14

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam makalah ini ada tiga hal yang akan dibahas, yaitu mengenai
Abortus, Sterialisasi dan Menstrual Regulation yang mempunyai
pengertian yang berbeda, tetapi tujuannya boleh dikatakan sama, yaitu
tidak menginginkan ada keturunan.
Islam adalah agama yang suci, yang dibawa oleh nabi Muhammad
SAW. Sebagai rahmad untuk semesta alam. Setiap mahkluk mempunyai
hak untuk menikmati kehidupan baik hewan, tumbuhan amupun manusia
(terutama) yang menyandang gelar khalifah di muka bumi ini. Oleh karena
itu ajaran Islam sangat memetingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu
agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.
Memelihara jiwa dan melindunginya dari berbagai ancaman berarti
memelihara eksistensi kehidupan umat manusia. Namun tidak semua
orang merasa senang dan bahagia dengan setiap kelahiran yang tidak
direncanakan, karena faktor-faktor kemiskinan, hubungan di luar nikah
dan alasan-alasan lainnya. Hal inimengakibatkan ada sebagian wanita yang
menggugurkan kandungannya setelah janin bersemi dalam rahimnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas dapat
dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian Abortus?
2. Apa pengertian Sterilisasi?
3. Apa pengertian Menstruasi regulation?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Abortus.
2. Mengetahui pengertian Sterilisasi.
3. Mengetahui pengertian Menstruasi regulation.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. ABORTUS
Menurut Sardikin Ginaputra dan Maryono sebagaimana yang
dikutip oleh Zuhdi, abortus ialah pengakhiran kehamilan atau hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Menurut
Maryono Reksodipura, abortus ialah pengeluaran hasil konsepsi dari
rahim sebelum waktunya (sebelum dapat lahir secara alamiah).1
Apabila abortus dilakukan sebelum diberi ruh/nyawa pada janin
(embrio), yaitu sebelum berumur 4 bulan, ada beberapa pendapat. Ada
ulama yang membolehkan abortus antara
lain Muhammad Ramli dalam kitab al-Nihayah dengan alasan
karena belum ada makhluk yang bernyawa. Ada ulama yang
memandangnya makruh, karena janin sedang mengalami per-
tumbuhan. Dan ada pula yang mengharamkannya, antara lain
Ibnu Hajar dalam kitabnya al-Tuhfah dan al-Ghazali dalam ki-
tabnya Ihya’ Ulumuddin. Dan apabila abortus dilakukan
sesudah janin bernyawa atau berumur 4 bulan, maka di kala-
ngan ulama telah ada ijma’ tentang haramnya abortus.2
Menurut Masjfuk Zuhdi, pendapat yang benar adalah
sebagaimana yang diuraikan oleh Mahmud Syaltut bahwa se-
jak bertemunya sel sperma dengan ovum, maka pengguguran
adalah suatu kejahatan dan haram hukumnya, sekalipun janin
belum diberi nyawa, sebab sudah ada kehidupan pada kandu-
ngan yang sedang mengalami pertumbuhan dan persiapan un-
tuk makhluk baru yang bernyawa bernama manusia yang di-
hormati dan dilindungi eksistensinya. Lebih jahat dan makin
besar dosanya, apabila penggugurannya dilakukan setelah ja-

1
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam, (Jakarta: Haji
Masagung, 1994), h. 77.
2
Ibid., 81

4
nin bernyawa, dan lebih besar lagi dosanya jika sampai dibu-
nuh atau dibuang bayi yang baru lahir tersebut.
Islam membolehkan pengguguran itu, jika dilakukan ka-
rena benar-benar terpaksa demi melindungi/menyelamatkan
si ibu, bahkan Islam mengharuskannya. Hal ini tidak lain
karena didasari oleh prinsip:

‫ب‬
ٌ ‫اج‬ َّ ‫اب َأ َخفِّ ال‬
ِ ‫ض َر َر ْي ِن َو‬ ُ ‫اِ ْرتِ َك‬
“Menempuh salah satu tindakan yang lebih ringan dari dua hal
yangberbahaya itu adalah wajib.”

Dalam hal ini, keselamatan seorang ibu lebih diutamakan


daripada nyawa janinnya, dengan dasar pertimbangan sebagai
berikut:3
1. Kehidupan ibu di dunia ini sudah nyata, sedangkan ke-
hidupan janinnya belum tentu. Karena itu, ibu lebih berhak
hidup daripada janinnya
2. Mengorbankan ibu lebih banyak resikonya daripada me-
ngorbankan janinnya. Karena kalau seorang ibu yang me-
ninggal, semua anak yang ditinggalkannya mengalami pen-
deritaan, terutama bayinya yang baru lahir. Tetapi kalau
janinnya yang dikorbankan, maka resikonya lebih ringan di-
bandingkan dengan resiko kematian ibunya.
Jadi dalam hal ini, Islam tidak membenarkan menyela-
matkan janin dengan mengorbankan si calon ibu, karena ke-
beradaan ibu lebih diutamakan mengingat dia merupakan
tiang/sendi keluarga dan dia telah mempunyai beberapa hak
dan kewajiban, baik terhadap Tuhan maupun sesama makhluk.
Berbeda dengan si janin, selama ia belum lahir di dunia dalam
keadaan hidup, ia tidak/belum mempunyai kewajiban apa pun.

3
Ibid., 81-82

5
Metode yang dipakai untuk abortus biasanya ialah:4
a. Curratage and Dilatage (C & D)
b. Dengan alat khusus, mulut rahim dilebarkan kemudian janin di-
curet (dikiret) dengan alat seperti sendok kecil.
c. Aspirasi, yakni penyedotan isi rahim dengan pompa keci.
d. Hysterotomi (melalui operasi)
Ada dua macam abortus (pengguguran), yaitu:5
a. Abortus spontan (spontaneus abortus), ialah abortus yang tidak
disengaja. Abortus spontan bisa terjadi karena penyakit syphilis,
kecelakaan, dan sebagainya.
b. Abortus yang disengaja (abortus provacatus/induced pro abortion).
Abortus ini ada dua macam, yaitu:
1) Abortus artificialis therapicus, yakni abortus yang dilakukan
oleh dokter atas dasar indikasi medis. Misalnya jika kehamilan
diteruskan bisa membahayakan jiwa si calon ibu, karena
misalnya penyakit-penyakit yang berat, seperti TBC yang berat
dan penyakit ginjal yang berat.
2) Abortus povacatus criminalis, yakni abortus yang dilakukan
tanpa dasar indikasi medis. Misalnya abortus yang dilakukan
untuk meniadakan hasil hubungan seks di luar perkawinan atau
untuk mengakhiri kehamilan yang tidak dikehendaki.

B. STERILISASI
Sterilisasi merupakan proses pemandulan laki-laki atau perempuan
dengan operasi agar tidak menghasilkan keturunan. Menurut Masjfuk
Zuhdi dalam bukunya yang berjudul Masail Fiqhiyah mengatakan
bahwa: “Sterilisasi ialah memandulkan lelaki atau wanita dengan jalan
operasi (pada umumnya) agar tidak dapat menghasilkan keturunan”.6
Sterilisasi pada lelaki disebut vasektomi atau vas ligation. Caranya
ialah memotong saluran mani (vas deverens) kemudian kedua

4
Ibid.,
5
Ibid.,
6
Ibid., 66

6
ujungnya diikat, sehingga sel sperma tidak dapat mengalir keluar penis
(urethra). Sterilisasi lelaki termasuk operasi ringan tidak memerlukan
perawatan di rumah sakit dan tidak mengganggu kehidupan seksual.
Lelaki tidak kehilangan sifat kelakiannya karena operasi. Nafsu seks
dan potensi lelaki tetap, wan waktu melakukan koitus, terjadi pula
ejakulasi, tetapi yang terpancar hanya semacam lendir yang tidak
mengandung sel sperma.
Lelaki yang disterilisasikan itu testis-nya masih tetap berfungsi,
sehingga lelaki masih mempunyai semua hormon yang diperlukan,
juga kepuasan seks tetap sebagaimana biasa, demikian pula kelenjar-
kelenjar yang membuat cairan putih tidak berubah sehingga pada
waktu puncak kenikmatan seks (orgasme), cairan putih masih keluar
dari penis.7
Sterilisasi  pada wanita disebut tubektomi atau tubal ligation.
Caranya ialah dengan memotong kedua saluran sel telur (tuba palupii)
dan menutup kedua-duanya, sehingga sel telur tidak dapat keluar dan
sel sperma tidak dapat pula masuk bertemu dengan sel telur, sehingga
tidak terjadi kehamilan.
Sterilisasi baik untuk lelaki (vasektomi) maupun untuk wanita
(tubektomi) sama dengan abortus, bisa berakibat kemandulan,
sehingga yang bersangkutan tidak lagi mempunyai keturunan. Karena
itu, International Planned Parenthood Federation (IPPF) tidak
menganjurkan kepada negara-negara anggotanya termasuk Indonesia
untuk melaksanakan sterilisasi sebagai alat/cara kontrasepsi, IPPF
hanya menyerahkan kepada negara-negara anggotanya untuk memilih
cara/alat kontrasepsi mana yang dianggap cocok dan baik untuk
masing-masing. Dalam hal ini, pemerintah Indonesia secara resmi
tidak pernah menganjurkan rakyat Indonesia untuk melaksanakan KB,
karena melihat akibat sterilisasi (pemandulan seterusnya) dan
menghormati aspirasi umat Islam di Indonesia.

7
Ibid.,

7
Sterilisasi baik untuk lelaku (vasektomi), maupun untuk wanita
(tubektomi) menurut Islam pada dasarnya haram (dilarang), karena ada
beberapa hal yang prinsipal, ialah:
1. Sterilisasi (vasektomi/tubektomi) berakibat pemandulan tetap.
Hal ini bertentangan dengan tujuan pokok perkawinan menurut
Islam, yakni perkawinan lelaki dan wanita selain bertujuan untuk
mendapatkan kebahagiaan suami istri dalam hidupnya di dunia dan
di akhirat, juga untuk mendapatkan keturunan yang sah yang
diharapkan menjadi anak yang sholeh sebagai penerus cita-
citanya.8
2. Mengubah ciptaan Tuhan dengan jalan memotong dan
menghilangkan sebagian tubuh yang sehat dan berfungsi (saluran
mani/telur)
3. Melihat aurat orang lain (aurat besar)
Pada prinsipnya Islam melarang orang melihat aurat orang lain,
meskipun sama jenis kelaminnya. Tetapi apabila suami isteri dalam
keadaan yang sangat terpaksa (darurat/emergency), seperti untuk
menghindari penurunan penyakit dari bapak/ibu terhadap anak
keturunannya yang bakal lahir, atau terancamnya jiwa si ibu bla ia
mengandung atau melahirkan bayi, maka sterilisasi diperbolehkan
oleh Islam. Hal ini berdasarkan kaidah hukum Islam yang
menyatakan:
‫اضرورات تبيح المحظورات‬
Artinya : Keadaan darurat itu membolehkan hal-hal yang dilarang.
Apabila melihat aurat itu diperlukan untuk kepentingan medis
(pemeriksaan kesehatan, pengobatan, operasi, dan sebagainya), maka
sudah tentu Islam membolehkan, karena keadaan semacam ini sudah
sampai ke tingkat darurat, sehingga tanpa ada pembatasan aurat kecil
atau besar, asal benar-benar diperlukan untuk kepentingan medis dan
melihat sekadarnya saja atau seminimal mungkin. Hal ini berdasarkan
kaidah hukum Islam yang menyatakan:

8
Ibid., 67

8
Artinya : Sesuatu yang diperbolehkan karena terpaksa, adalah
menurut kadar halangannya.

C. MENSTRUASI REGULATION
Menstrual regulation secara harfiah artinya pengaturan
menstruasi/datang bulan/haid, tetapi dalam prakteknya dilakukan
terhadap wanita yang merasa terlambat waktu menstruasi dan
berdasarkan pemeriksaan laboratoris ternyata positif hamil dan mulai
mengandung, kemudian ia minta agar “dibereskan” janinnya itu. Maka
jelaslah bahwa menstrual regulation itu pada hakekatnya adalah
abortus provocatus criminalis sekalipun dilakukan oleh dokter. Karena
itu, abortus dan menstrual regulation itu pada hakekatnya adalah
pembunuhan janin secara terselubung.9
Menstrual regulation, Islam juga melarangnya,
karena pada hakekatnya sama dengan abortus. Keduanya sa-
ma-sama merusak/menghancurkan janin calon manusia yang
dimuliakan Allah Swt., karena ia berhak tetap survive dan lahir dalam
keadaan hidup, sekalipun eksistensinya hasil dari hu-
bungan yang tidak sah. Sebab menurut Islam bahwa setiap anak
lahir dalam keadaan suci (tidak bernoda).10 Hal ini sesuai de-
ngan hadits Nabi Saw.:
“Dari Abi Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
bersabda : Semua anak dilahirkan atas fitrah, sehingga jelas pembi-
caraannya. Kemudian orang tuanyalah yang menyebabkan
anak itu menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Bukhari
Muslim)
Yang dimaksud dengan fitrah dalam hadits ini ada dua
macam, yaitu:
a. Dasar pembawaan manusia (human nature) yang religius
dan monoteis, artinya bahwa manusia itu dari dasar pem-

9
Ibid., 85
10
Kutbudin aibak, kajian fikih kontemporer, (Yogyakarta: Kalimedia, 2017), hal 91

9
bawaannya adalah makhluk yang beragama dan percaya
pada keesaan Allah secara murni.
b. Kesucian/kebersihan (purity), artinya bahwa semua anak
manusia dilahirkan dalam keadaan suci/bersih dari macam
dosa.
Ada beberapa faktor yang mendorong seorang dokter melakukan
pengguguran kandungan pada seorang ibu. Faktor-faktor itu antara
lain:11
1. Indikasi medis, yaitu seorang dokter menggugurkan kandungan
seorang ibu, karena dalam pandangannya nyawa wanita (ibu) yang
bersangkutan tidak dapat tertolong bila kandungannya
dipertahankan. Hal ini karena seorang ibu tersebut mengidap
penyakit yang berbagaya, antara lain: penyakit jantung, paru-paru,
ginjal, hypertensi dan sebagainya.
2. Indikasi sosial, yaitu pengguguran kandungan itu dilaku-kan karena
didorong oleh faktor kesulitan finansial. Misalnya: (a) karena
seorang ibu sudah menghidupi beberapa orang anak, padahal ia
tergolong miskin; (b) karena wanita yang hamil itu disebabkan
hasil pemerkosaan seorang pria yang tidak mau bertanggung
hawab; (c) karena malu dikatakan dihamili oleh pria yang bukan
suaminya, dan sebagainya.
Berdasarkan KUHP pasal 299, 346, 348 dan 349,6 negara melarang
abortus termasuk menstrual regulation dan sanksi hukumannya cukup
berat, bahkan hukumannya tidak hanya ditujukan kepada wanita yang
bersangkutan, tetapi semua orang yang terlibat dalam kejahatan ini
dapat dituntut. Kalau diperhatikan, pasal-pasal KUHP yang berkaitan
dengan abortus sebagai berikut. Pasal 299:12
(1) Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau
menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan
harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan,

11
Ibid., hal 85.
12
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam, (Jakarta: Haji
Masagung, 1994), h. 78.

10
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda
paling banyak tiga ribu rupiah.
(2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari ke- untungan,
atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan,
atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat; pidananya dapat
ditambah sepertiga;
(3) Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut; dalam
menjalankan pencarian, maka dapat dicabut haknya un- tuk
melakukan pencarian itu.
Pasal 346; seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
Pasal 347 (1): Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. (2) Jika perbuatan
itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.
Pasal 348 (1): Barang siapa dengan sengaja menggugurkan
kandungan atau mematikan seorang wanita dengan persetujuannya,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 349: Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu
melakukan kejahtaan yang tesebut pasal 346, atau pun melakukan atau
membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam
pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat
ditambahkan dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
Pasal-pasal tersebut merumuskan dengan tegas tanpa pengecualian
bahwa barang siapa memenuhi unsur-unsur kejahatan tersebut
diancam dengan hukuman sampai lima belas tahun;bahkan bagi
dokter, bidan dan tukang obat yang melakukan atau membantu

11
melakukan abortus, pidananya bisa ditambah sepertiga dan bisa
dicabut haknya untuk melakukan praktek profesinya.
Tetapi sementara ini di kalangan ahli hukum di Indonesia ada yang
mempunyai ide/saran agar abortus itu dapat dilegalisasi seperti di
negara maju/sekuler, berdasarkan pertimbangan antara lain bahwa
kenyataannya abortus tetap dilakukan secara ilegal di mana-mana dan
kebanyakan dilakukan oleh tenaga tenaga non-medis seperti dukun,
sehingga bisa membawa resiko besar berupa kematian atau cacat berat
bagi wanita yang bersangkutan. Maka sekiranya abortus dapat
dilegalisasi dan dapat dilakukan oleh dokter yang ahli, maka risiko
tersebut dapat dihindari atau dikurangi.
Pendukung ide legalisasi abortus itu menghendaki pasal-pasal
KUHP yang melarang abortus dengan sanksi-sanksinya itu hendaknya
direvisi, karena juga dipandang bisa mengham-bat pelaksanaan
program Keluarga Berencana dan Kependudukan.
Menurut Masjfuk Zuhdi, pasal-pasal KUHP yang melarang abortus
hendaknya tetap dipertahankan, tetapi mungkin perlu sebuah
pengecualian, bahwa pengguguran kandungan yang dilakukan dokter
atas pertimbangan ksehatan dapat dibenarkan dan bukan merupakan
perbuatan yang melawan hukum.
Dan apabila tanpa indikasi medis, maka abortus dan menstrual
regulation merupakan perbuatan yang tidak manusiawi, bertentangan
dengan Pancasila dan moral agama, dan mempunyai dampak yang
sangat negatif berupa dekadensi moral terutama di kalangan remaja
dan pemuda, sebab legalisasi abortus dapat mendorong keberanian
orang untuk melakukan hubungan seksual sebelum nikah.13

13
Ibid., 80

12
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Abortus adalah suatu perbuatan untuk mengakhiri masa kehamilan
dengna mengeluarkan janin dari kandungan sebelum janin itu dapat
hidup di luar kandungan. Hukum aborsi dalam pandangan Islam
menegaskan keharaman aborsi jika umur kehamilannya sudah 4 bulan,
yakni sudah ditiupkan ruh pada janin. Untuk janin yang berumur di
bawah 4 bulan, para ulama telah berbeda pendapat. Jadi memang
masalah khilafiyah.
Sterilisasi adalah kontrasepsi permanen artinya kesuburan tidak
bisa lagi kembali. Pada dasarnya, hokum sterilisasi vasktomi dan
tubektomi dalam Islam adalah haram. Namun apabila suami istri dalam
keadaan terpaksa (darurat/emergency) seperrti terancamnya jiwa si ibu
apabila ia mengandung maka hal itu diperbolehkan. Hal ini
berdasarkan kaidah hokum Islam. Keadaan darurat itu
memperbolehkan hal-hal yang dilarang. 
Menstrual Regulation secara harfiah artinya pengaturan menstruasi
/ datang bulan/ haid. Islam juga melarang menstrual regulation karena
pada hakikatnya sama dengan abortus, yaitu merusak, menghancurkan
janin calon manusia yang dimuliakan Allah SWT.
Abortus dan menstrual regulation pada hakikatnya adalah
pembunuhan janin secara terselubung. Karena itu berdasarkan kitab
undang-undang hukum pidana (KUHP) pasal 299,346,348, dan 349
bahwa Negara melarang abortus termasuk menstrual regulation dan
sanksi hukumannya cukup berat, bahkan hukumannya tidak hanya
ditujukan kepada wanita yang bersangkutan akan tetapi juga semua
orang yang terlibat dalam kejahatan ini dapat dituntut, seperti dokter,
dukun bayi, tukang obat, dan sebagainya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, 1994, Kapita Selekta Hukum Islam, Jakarta:
Haji Masagung.

Kutbudin aibak, 2017, kajian fikih kontemporer,Yogyakarta: Kalimedia.

14

Anda mungkin juga menyukai