Anda di halaman 1dari 19

SUMBER JIWA AGAMA DAN GEJALA KEJIWAAN PADA MANUSIA

Disusun untuk memenuhi tugas kuliah Mata kuliah Psikologi Agama

Dosen Pembimbing :

Dr. Yuminah Rohmatulloh, MA. Si

Disusun Oleh:

Muhammad Fauzi

Sumyati

Novi Ameliani

Semester IV

Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Karimiyah

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Jl. H. Maksum No.23 Rt.04/02 Sawangan Baru Kec. Sawangan Kota Depok
Jawa Barat Indonesia 16511.

Tahun 2021.

0
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat,
karunia, dan hidayah-Nya, sehingga kami mendapatkan kemudahan dan kekuatan untuk
menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul “Sumber Jiwa Agama dan Gejala
Kejiwaan pada manusia” disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Agama.

Sholawat serta salam tak lupa tercurahkan kepada junjungan alam, Nabi besar kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW, sebagai figur teladan dalam dunia pendidikan yang patut
diteladani dan seorang suri tauladan yang mulia beserta keluarga, sahabat, serta umatnya
yang setia kepada ajarannya hingga akhir zaman.

Terima kasih kami haturkan kepada Ibu Dr. Yuminah Rohmatulloh, MA. Si yang
senantiasa membimbing kami didalam kelas dan penyusunan makalah ini. Tanpa adanya
bimbingan beliau kami kiranya tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini.

Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna. Kami
menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini. Untuk itu
kami mengharap saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat
bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Depok, 12 September 2021


Penulis

Muhammad Fauzi

1
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar...............................................................................................1
Daftar Isi..........................................................................................................2

Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang......................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..................................................................................4

Bab II Pembahasan
A. Teori Tentang Sumber Jiwa Agama.....................................................5
B. Gejala Kejiwaan Pada Manusia............................................................9
C. Sumber Kejiwaan Agama Menurut Ahli Psikolog...............................12

Bab III Penutup


A. Kesimpulan...........................................................................................17

Daftar Pustaka................................................................................................18

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fitrah manusia adalah menyembah dan mengabdikan dirinya kepada Tuhan
Yang Maha Esa sebagai dzat yang memiliki kekuasaan tertinggi. Lalu muncullah
sebuah pertanyaan, “ apakah yang menjadi sumber pokok yang mendasari timbulnya
keinginan untuk mengabdikan diri kepada Tuhan itu?” atau lebih singkatnya “ apa
yang menjadi sumber kejiwaan agama itu?”. Agama tampaknya memang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia. Pengingkaran manusia terhadap agama
dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu baik yang disebabkan oleh kepribadian
maupun lingkungannya. Namun untuk menutupi atau meniadakan sama sekali
dorongan dan rasa keagamaan tampaknya sulit dilakukan. Manusia memiliki unsur
batin yang cenderung mendorongnya untuk tunduk kepada Dzat yang gaib.
Ketundukan ini merupakan bagian dari faktor intern manusia yang dalam
psikologi kepribadian dinamakan pribadi (self) ataupun hati nurani (conscience of
man) atau fitrah . Menurut pendapat Freud (tokoh psikoanalisa), kesadaran beragama
muncul karena rasa ketidakberdayaan manusia menghadapi bencana atau berbagai
kesulitan dalam hidup. Sedangkan menurut behaviorisme, munculnya kesadaran
beragama pada manusia karena didorong oleh rangsangan hukuman (adanya siksa;
neraka) dan hadiah (adanya pahala; surga). Dan menurut Abaraham Maslow (tokoh
humanistik), kesadaran beragama terjadi karena adanya dorongan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang tersusun secara hirarkis dimana puncak dari kebutuhan
tersebut adalah aktualisasi diri yang menyebabkan manusia menyatu dengan kekuatan
transedental.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas dapat dirumuskan
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana teori tentang sumber jiwa agama?
2. Bagaimana Gejala Kejiwaan pada manusia?
3. Bagaimana sumber kejiwaan Agama menurut para ahli psikolog?

3
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui teori tentang sumber jiwa agama?
2. Mengetahui Gejala Kejiwaan pada manusia?
3. Mengetahui sumber kejiwaan Agama menurut para ahli psikolog?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. TEORI TENTANG SUMBER JIWA AGAMA


Dalam diri manusia terdapat kebutuhan yang bersifat universal. Kebutuhan ini
melebihi kebutuhan-kebutuhan lainnya, ia merupakan kebutuhan yang bersifat
kodrati, yakni kebutuhan yang ingin mencintai dan dicintai Tuhan atau mengabdi
kepada-Nya.
Hampir seluruh ahli ilmu jiwa sependapat, bahwa sesungguhnya apa yang
menjadi keinginan dan kebutuhan manusia itu bukan hanya terbatas pada
kebutuhan makan, minum, pakaian, ataupun kenikmayan-kenikmatan lainnya.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat di ketahui manusia ingin mengabdikan
dirinya kepada Tuhan atau sesuatu yang dianggapnya sebagai zat yang
mempunyai kekuasaan tinggi sebagaimana fitrahnya. Keinginan itu terdapat pada
setiap kelompok, golongan atau masyarakat manusia dari yang paling primitif
hingga yang paling modern.
Maka dalam memahami kebutuhan akan agama tersebut, para ahli
memandangnya dalam beberapa teori. Apa sebenarnya yang menjadi sumber jiwa
agama pada manusia? Dalam pembahasan Sumber jiwa agama menurut para ahli
dapat digolongkan menjadi 2 golongan yaitu yang berpandangan monistik dan
yang berpandangan fakulty.
1. Teori Monistik
Menurut teori monistik, yang menjadi sumber kejiwaan agama itu adalah
berasal dari satu sumber kejiwaan. Sumber tunggal manakah yang paling
dominan sebagai sumber jiwa kejiwaan itu? Terhadap sumber kejiwaan yang
dominan itu, dikalangan ahli terjadi perbedaan pendapat:
a) Menurut Thomas van Aquiono
Yang menjadi dasar kejiwaan agama ialah: Berfikir. Manusia bertuhan
karena manusia menggunakan kemampuan berfikirnya. Kehidupan
beragama merupakan refleksi dari kehidupan berfikir manusia itu sendiri.

5
b) Menurut Frederick Hegel
Agama adalah suatu pengalaman yang sungguh-sungguh benar dan tepat
kebenaran abadi. Berdasarkan konsep itu maka agama semata-mata
merupakan hal-hal atau persoalan yang berhubungan dengan pikiran.
c) Menurut Rudolf Otto
Sumber jiwa agama adalah rasa kagum yang berasal dari The Whaly Other
(yang sama sekali lain), jika seseorang dipengaruhi oleh rasa kagum
terhadap sesuatu yang dianggapnya lain dari yang lain, maka keadaan
mental seperti itu oleh Otto disebut “Numinous”. Perasaan itulah menurut
R. Otto sebagai sumber dari kejiwaan agama manusia.
d) Menurut Sigmund Freud
Unsur kejiwaan yang menjadi sumber keiwaan agama adalah lidido sexual
(naluri seksual). Berdasarkan lidibo ini timbulah ide tentang Tuhan dan
upacara keagamaan, melalui proses:
1) Oedipus Complex, yaitu mitos Yunani kuno yang menceritakan bahwa
karena perasaan cinta kepada ibunya, maka Oedipus membunuh
ayahnya. Setelah ayahnya mati timbullah rasa bersalah pada diri
sendiri.
2) Father Image (cinta bapak): setelah membunuh bapaknya Oedipus
dihantui rasa bersalah, lalu timbul rasa penyesalan. Perasaan itu
menerbitkan ide untuk membuat suatu cara sebagai penebus kesalahan
manusia yang mereka lakukan, mereka memuja alasannya karena dari
pemujaan itulah menurut Freud sebagai asal dari upacara keagamaan.
Jadi agama muncul dari ilusi manusia.
2. Menurut Teori Fakulti / Faculty Theori
Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu tidak bersumber pada
suatu faktor yang tunggal tetapi terdiri atas beberapa unsur, antara lain yang
dianggap memegang peran penting adalah: fungsi cipta (reason), rasa
(emotion), dan karsa (will).1
a. Fungsi Cipta, yaitu fungsi intelektual manusia. Melalui cipta orang dapat
menilai dan membandingkan serta selanjutnya memutuskan sesuatu
tindakan terhadap stimulus tertentu, termasuk dalam aspek agama.

1
Dr. Yuminah Rohmatulloh, PSIKOLOGI AGAMA, (Yogyakarta: Deepublish, 2017) hal:38

6
b. Fungsi Rasa, yaitu suatu tenaga dalam jiwa manusia yang banyak
berperan dalam membentuk motivasi dalam corak tingkah laku
seseorang.melalui fungsi rasa dapat menimbulkan penghayatan dalam
kehidupan beragama yang selanjutnya akan memberi makna pada
kehidupan beragama.
c. Karsa itu merupakan fungsi ekslusif dalam jiwa manusia. Karsa berfungsi
mendorong timbulnya pelaksanaan doktrin serta ajaran agama berdasarkan
fungsi kejiwaan.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan dan dipahami


dengan lebih sederhana yaitu :
1. Cipta, berperan untuk menentukan benar atau tidaknya ajaran suatu agama
berdasarkan pertimbangan intelektual seseorang.
2. Rasa, menimbulkan sikap batin yang seimbang dan positif dalam
menghayati kebenaran ajaran agama.
3. Karsa, menimbulkan amalan-amalan atau doktrin keagamaan yang benar
dan logis.
Diantara ahli yang tergolong kepada teori Fakulti:
1. G.M. Straton
G.M. Straton mengemukakan teori “konflik”. Ia mengatakan, bahwa
yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah adanya konflik bdalam
kejiwaan manusia. Keadaan yang berlawanan seperti: baik-buruk, moral-
im moral, kepasifan-keaktifan, rasa rendah diri dan rasa harga diri
menimbulkan pertentangan (konflik) dalam diri manusia.2
Jika konflik itu sudah demikian mencekam manusia dan
mempengaruhi kehidupan kejiwaannya, makas manusia itu mencari
pertolongan kepada suatu kekuasaan yang tertinggi (Tuhan). Seperti
Sigmund Freud berpendapat, bahwa dalam setiap organis terdapat dua
konflik kejiwaan seseorang yang mendasar, yaitu:
1) Life-urge: ialah ke inginan mempertahankan ke langsungan hidup dari
ke adaan yang terdahulu agar terus berlanjut.
2) Death-urge: ialah keinginan untuk kembali ke dalam keadaan semula
sebagai benda mati ( anorganis).

2
Dr. Yuminah Rohmatulloh, PSIKOLOGI AGAMA, (Yogyakarta: Deepublish, 2017) hal:40

7
Selanjutnya, G.M. Straton berpendapat, konflik yang positif yang
tergantung atas adanya dorongan pokok yang merupakan dorongan dasar
(basic-urge) sebagai keadaan yang menyababkan timbulnya konflik
tersebut.
Dalam pernerapannya W.H. Clark berpendapat berdasarkan keinginaan
dasar yang di kemukakan oleh Sigmund Freud, bahwa expresi dari
pertentengan antara Death-urge dan Life-urge merupakan sumber
kejiwaan agama dalam diri manusia. Dalam kenyataan kehidupan
keagamaan kita dapat melihat adanya dorongan Life-urge secara positif
hingga para pemeluk agama mengamalkan agamanya dengan penuh
keikhlasan dalam hidupnya di dorong oleh ketakutannya Death-urge (hari
kiamat).3
2. Zakiah Daradjat
Dr. Zakiah Dradjat brpendapat, pada diri manusia itu terdapat
kebutuhan pokok. Beliau mengemukakan, selain dari kebutuhan jasmani
dan kebutuhan rohani manusia mempunyai suatu kebutuhan akan adanya
kebutuhan akan keseimbangan dalam kehidupan jiwanya agar tidak
mengalami tekanan. Unsur-unsur kebutuhannya antara lain:
1. Kebutuhan akan rasa kasih sayang
2. Kebutuhan akan rasa aman
3. Kebutuhan akan rasa harga diri
4. Kebutuhan akan rasa bebas
5. Kebutuhan akan rasa sukses
6. Kebutuhan akan rasa ingin tahu (mengenal)
3. W.H Thomas
Melalui teori The Four Wishes-nya mengemukakan, bahwa yang
menjaddi sumber kejiwaan agama adalah empat macam keinginan dasar
yang ada dalam jiwa manusia, yaitu:
a. Keinginan untu keselamatan (security)
b. Keinginan untuk mendapatkan penghargaan (recognations)
c. Keinginan untuk di tanggapi (response)
d. Keinginan akan pengetahuan atau pengalaman baru ( new experiennce)

3
Dr. Yuminah Rohmatulloh, PSIKOLOGI AGAMA, (Yogyakarta: Deepublish, 2017) hal:41

8
Atas keempat keinginan dasar itulah pada umumnya manusia
menganut agama menurut W.H. Thomas. Dengan mengabdi dan
menyembah diri kepada Tuhan, keinginan untuk keselamatan terpenuhi.
Demikian pula keinginan untuk mendapatkan penghargaan maka ajaran
agama mengindoktrinasikan konsep akan adanya balasan baik setiap amal
baik dan buruk. Agama memberi penghargaan kepada umatnya yang setia
dan ikhlas melebihi kebaikan yang ia amalkan.4

B. GEJALA KEJIWAAN PADA MANUSIA


Menurut ilmu jiwa, gejala ilmu jiwa itu dapat dibagi atas:
1. Gejala jiwa yang normal (yang terdapat pada orang yang normal
 Gejala pengenalan (kognisi), meliputi, tanggapan, reproduksi dan asosiasi,
ingatan (memory), fantasi (khayalan), berfikir (thinking), intelegensi
(kecerdasan), dan instuisi.
 Gejala perasaan (emosi), meliputi, perasaan, efek, dan stemming (suasana
hati), simpati dan emati.
 Gejala kemauan (konasi), meliputi kemauan, hasrat, dan motif.
 Gejala campuran, meliputi perhatian, kelelahan dan sugesti.
2. Gejala yang abnormal terdiri dari :
 Gejala jiwa supranormal: yang terdapat pada tokoh-tokoh pemimpin yang
terkenal dan genius.
 Gejala jiwa paranormal: gejala jiwa yang terdapat pada manusia normal
dengan beberapa kelebihan yang menyebabkan beberapa kemampuan
lainnya gejala-gejala yang terjadi tanpa melalui sebab akibat panca indera.
 Gejala jiwa ubnormal: gejala jiwa yang menyimpang dari gejala-gejala
biasa karena beberapa gangguan (sakit jiwa).
1. Sumber Kejiwaan Agama menurut Islam
Di dalam Al-qur’an sumber jiwa agama dapat ditemukan dalam surat Ar-Rum
ayat 30 :
‫ق هّٰللا ِ ٰۗذلِكَ ال ِّديْنُ ا ْلقَيِّ ۙ ُم َو ٰل ِكنَّ اَ ْكثَ َر‬
ِ ‫اس َعلَ ْي َه ۗا اَل تَ ْب ِد ْي َل لِ َخ ْل‬
‫هّٰللا‬
َ َّ‫فَاَقِ ْم َو ْج َه َك لِل ِّد ْي ِن َحنِ ْيفً ۗا فِ ْط َرتَ ِ الَّتِ ْي فَطَ َر الن‬
َ‫س اَل يَ ْعلَ ُم ْو ۙن‬
ِ ‫النَّا‬

4
Dr. Yuminah Rohmatulloh, PSIKOLOGI AGAMA, (Yogyakarta: Deepublish, 2017) hal:42

9
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas
fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. Itulah agama yang
lurus, tapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ar-Rum:30).

Ayat tersebut menyatakan bahwa secara fitrah, manusia adalah makhluk


beragama. Secara naluri manusia pada hakikatnya selalu meyakini adanya Tuhan
Yang Maha Kuasa. Walaupun secara dhohir ada beberapa golongan yang tidak
mengakui adanya Tuhan (atheis), tetapi itu hanya pernyataan lisan. Secara hakiki
ia tetap meyakini adanya kekuatan di luar kekuatannya yang tidak mungkin
dilampaui dan memiliki kekuatan Yang Maha.
Menurut Nurcholis Majid, agama merupakan fitrah munazal yang diturunkan
Allah untuk menguatkan fitrah yang telah ada secara alami. Dengan fitrah ini
manusia tergerak untuk melakukan kegiatan atau ritual yang diperintahkan oleh
Yang Maha Kuasa, yang berbentuk upacara ritual, kegiatan kemanusiaan, kegiatan
berfikir dan lain – lain.
Dalam manusia juga terdapat naluri untuk mencintai dan dicintai Tuhan.
Keinginan ini tidak mungkin dapat terpenuhi kecuali melalui kegiatan beragama.
Bahkan naluri ini memiliki porsi yang cukup besar dalam jajaran naluri yang
dimiliki manusia.5
2. Fitrah dalam Psikologi Islam
Definisi fitrah sering dimaknai suci dan potensi. Secara etimologis, asal kata
fitrah/fitroh/pitrah berasal dari bahasa Arab, yaitu fitrah (‫) فِ ْط َرة‬.
Firah manusia berbeda dengan watak atau tabiat. Juga berbeda dengan
naluri/garizah. Watak atau tabiat adalah sifat dasar, seperti kalimat watak oksigen
adalah mudah terbakar. Jadi watak adalah karakteristik yang terdiri dari pada
bentuk, dan materi (maddah).
Dalam Al-Qur’an kata fitrah disebutkan sebanyak 20 kali, terdapat dalam 17
surat dan dalam 19 ayat, muncul dengan berbagai bentuknya. Dari 20 kali
penyebutan kata fitrah ini hanya satu ayat yang menunjukkan bentuk fitrah secara
jelas yaitu dalam surat ar-rum ayat 30. Kata fitrah dalam ayat ini mempunyai
beberapa arti. Dalam kamus al munawwir, kata fitrah diartikan dengan naluri
(pembawaan).
Kemudian Mahmud Yunus mengatakan, kata fitrah diartikan sebagai agama,
ciptaan, perangai, kejadian asli.

5
Dr. Yuminah Rohmatulloh, PSIKOLOGI AGAMA, (Yogyakarta: Deepublish, 2017) hal:43

10
Dalam islam, manusia sejak di alam ruh telah mempunyai komitmen bahwa
Allah adalah Tuhannya. Adanya kebutuhan terhadap agama disebabkan manusia
selaku makhluk Tuhan dibekali dengan berbagai potensi (fitrah), dan fitrah
merupakan potensi dasar manusia yang bersifat suci, namun kesuciannya tersebut
perlu dijaga dan dikembangkan melalui pola pengasuhan, pembinaan, pendidikan
dan pergaulan yang baik.
Para ahli memiliki beberapa pengertian fitrah, antara lain:
a. Fitrah berarti suci
Artinya, ketika seorang bayi lahir ke dunia, ia dalam keadaan suci, tanpa dosa.
Tidak ada dosa warisan dari orang tuanya. Baru kemudian dalam mengarungi
kehidupan orang tersebut terkena kotoran noda dosa.
b. Fitrah berarti bertauhid
Artinya, sejak lahir manusia telah membawa sifat-sifat percaya kepada Tuhan.
Jadi sudah naluri bila manusia menolak adanya atheism atau politheisme.
c. Fitrah dalam arti ikhlas
Ketika lahir, manusia dibekali sifat-sifat oleh Tuhan. Salah satu sifat tersebut
adalah ikhlas. Jadi ikhlas tersebut merupakan fitrah manusia.
d. Fitrah dalam arti insting
Menurut Ibn Taimiyah sesuai dengan hadist:
“Seseorang tidak dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah, maka kedua orang
tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusi”

Ibnu Tai’miyah membagi fitrah dalam dua bagian:


1) Fitrah al-Munazalah
Yaitu fitrah luar yang masuk ke dalam manusia. Fitrah ini berupa al-
qur’an dan sunah.
2) Fitrah al-Gharizah
Yaitu fitrah dari dalam diri manusia untuk mengembangkan potensi
manusia.
e. Fitrah dalam arti tabiat
Menurut al-Ghazaly fitrah sebagai sifat dasar yang diperoleh manusia sejak
lahir yang terdiri dari:
1) Beriman pada Allah
2) Menerima pendidikan dan pengajaran

11
3) Mencari kebenaran
4) Dorongan syahwat, ghodob dan insting
Banyak pengertian tentang fitrah, dilihat dari bernagai sudut dan pandangan
akan mempunyai makna dan pengeritan yang berbeda, tap pada dasarnya dapat
kita simpulkan tentag makna fitrah adalah potensi dasar manusia yang bersifat
suci, namun kesuciannya tersebut perlu dijaga dan dikembangkan melalui pola
pengasuhan, pembinaan, pendidikan baik melalui semua jalur dan jenjang
pendidikan formal maupun nonformal.6

C. SUMBER KEJIWAAN PADA MANUSIA


Sumber kejiwaan agama ini, hampir seluruh ahli psikologi sependapat, bahwa
yang menjadi keinginan dan kebutuhan manusia bukan saja terbatas pada
kebutuhan makan, minum, pakaian ataupun kenikmatan-kenikmatan lainnya.
Tetapi juga ada kebutuhan manusia yang bersifat universal yang merupakan
kebutuhan kodrati, beruapa kebutuhan beragama.
jalaluddin dan ramayulis mengemukakan bahwa ada beberapa teori mengenai
timbulnya jiwa keagamaan pada individu yaitu:
1. Menurut Thomas melalui teori four wishes-nya mengatakan bahwa, manusia
memiliki rasa ketergantungan (sense of depend) sejak dilahirkan ke dunia
sudah memiliki empat keinginan yaitu : keinginan untuk perlindungan,
keinginan untuk pengalaman baru, kwinginan untuk mendapatkan tanggapan,
dan keinginan untuk dikenal.
2. Menurut woddwort, bayi yang dilahirkan sudah membawa insting keagamaan.
Walaupun belum terlihat tindakan keagamaan pada diri anak tersebut, hal itu
karena fungsi kejiwaan yang menunjang kematangan berfungsinya insting
tersebut belum sempurna. Contoh insting sosial akan berkembang setelah anak
dapat bergaul dan berkemampuan untuk bersosialisasi dalam masyarakat.

Jadi, dari kedua teori di atas dapat disimpulkan bahwa sumber kejiwaan agama
pada individu ada dua sumber. Pertama, rasa ketergantungan. Kedua, insting
beragama, keduanya dapat dikembangkan dari pengalaman-pengalaman yang
diterima dan diperoleh dari lingkungan keluarga, pendidikan dan lingkungan

6
Dr. Yuminah Rohmatulloh, PSIKOLOGI AGAMA, (Yogyakarta: Deepublish, 2017) hal:43

12
masyarakat, sehingga dari pengalaman tersebut terbentuklah rasa keagamaan pada
individu.7
1. Kebutuhan dasar manusia
Menurut Abraham H. Maslow dalam teori hierarki kebutuhan bahwa
kebutuhan manusia pada dasarnya bertingkat-tingkat, mulai dari tingkat yang
paling bawah sampai ke tingkat yang paling tinggi.
Kebutuhan dasar manusia itu, meliputi:
Pertama, kebutuhan fisiologis adalah kebuthan dasar yang harus
dipenuhi manusia untuk bisa hidup seperti: makan, minum, seks dan
sebagainya. Kedua, kebutuhan rasa aman (safety), yaitu kebutuhan manusia
untuk memperoleh rasa aman, orang ingin bebas dari rasa ketakutan dan
kecemasan dalam hidup. Ketiga, kebutuhan akan rasa kasih sayang, perasaan
ingin memiliki dan dimiliki oleh orang lain, kelompok, atau masyarakat adalah
merupakan sesuatu yang dibutuhkan olehsetiap manusia. Keempat, kebutuhan
akan adanya rasa harga diri. Agar dirinya dihargai sebagai manusia maka
sebagai warga negara seseorang akan berbuat sesuatu yang berguna bagi
dirinya, kelompok atau bangsanya. Kelima, kebutuhan akan aktualisasi diri.
Pada tingkatan ini manusia ingin berbuat sesuatu semata-mata karena
dorongan dari dalam diri manusia itu sendiri. Dia tidak lagi menuntut dan
mengharapkan penghargaan orang lain atas apa yang diperbuatnya.

Zakiah daradjat dalam bukunya “Peranan Agama dalam Kesehatan


Mental” membagi kebutuhan manusia menjadi dua kebutuhan pokok:
a) Kebutuhan primer yaitu kebutuhan jasmani, rohani: makan, minum, seks
dan sebagainya ( kebutuhan ini didapat manusia secara fitrah tanpa
dipelajari).
b) Kebutuhan sekunder atau kebutuhan rohaniah: jiwa dan sosial
(kebutuhan ini hanya terdapat pada manusia dan sudah dirasakan sejak
manusia kecil).
Dalam kehidupan masyarakat, diantara mereka lebih mengutamakan
kehidupan jasmaniah (kebutuhan dunia) daripada kebutuhan rohaniah
(kebutuhan akhirat). Selain itu kehidupan mereka hanya diukur dengan
kemewahan dan kekayaan yang dimilikinya, mereka lupa bahwa
7
Dr. Yuminah Rohmatulloh, PSIKOLOGI AGAMA, (Yogyakarta: Deepublish, 2017) hal:47

13
kehidupan akhirat merupakan tempat kembalinya semua manusia,
seyogyanya mereka harus juga mempersiapkan diri untuk kepentingan
akhirat. Padahal kedua bentuk kehidupan itu harus balance atau selaras
dalam kehidupan manusia.8
2. Motivasi manusia beragama
Motivasi dalam bahasa Inggris disebut dengan motive yang berasal dari
kata motion yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak, karena itu terma
motif erat hubungannya dengan gerak, yaitu gerakan yang dilakukan manusia
yang disebut dengan perbuatan atau tingkah laku.
Motivasi merupakan duatu kekuatan yang mendorong manusia untuk
melakukan suatu pekerjaan atau tindakan. Dalam psikologi, motivasi berarti
rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga manusia bagi terjadinya suatu
tingkah laku. Maka motivasi manusia beragama merupakan dorongan atau
kekuatan jiwa keagamaan yang memberikan arahan terhadap aktivitas manusia
untuk melaksanakan ajaran-ajaran agamanya.
Faktor pendorong manusia menganut dam menjalankan agama:
a) Mengatasi frustrasi
Frustrasi merupakan kondisi kejiwaan manusia tatkala menemui kesulitan
atau hambatan atau kegagalan dalam mencapai tujuannya, sehingga
harapannya menjadi sirna dan menimbulkan kekecewaan dalam hidupnya.
Frustrasi yang dialami manusia dapat dilihat dari dua sisi:
Pertama, frustrasi yang dialami manusia dapat menimbulkan perasaan yang
bersifat negatif, karena frustrasi yang dialaminya itu akan menimbulkan
perasaan sedih dan putus asa bagi dirinya, sehingga mereka tidak bergairah
untuk melakukan pekerjaan dan hanyut dalam kesedihan.
Kedua, frustrasi dapat bersifat positif, karena frustrasi yang dialaminya itu
mendorong manusa mencari metode baru untuk mengatasi frustrasi yang
sedang dihadapinya, dengan kata lain frustrasi yang meinmpa seseorang
dapat membentuk adaptasi baru yang menguntungkan kehidupan batinnya.
Justru itu dalam hidupnya ia selalu mengarahkan keinginannya untuk
mendekatkan dirinya kepada sang Khalik agar segala keinginannya
dikabulkan oleh Tuhan.
b) Mengatasi Perasaan Takut
8
Dr. Yuminah Rohmatulloh, PSIKOLOGI AGAMA, (Yogyakarta: Deepublish, 2017) hal:49

14
ketakutan merupakan sinyal bagi manusia atau gejala-gejala sebagai
peringatan kepada manusia bahwa dasar-dasar ekstensinya berada di luar
kekuasaan manusia tang tidak bisa diatasinya sendiri.
Nico syukur menjelaskan bahwa sejauh ketakutan itu menyertai frustrasi
(takut mati, takut kesepian) maka secara tidak langsung ketakutan itu
mempengaruhi timbulnya tindakan keagamaan.
c) Menjaga kesusilaan
Driyarkara menulis bahwa kesusilaan adalah suatu nilai, hal ini adalah
suatu kebenaran yang tidak dapat dibantah. Kesusilaan berarti nilai,
menjalankan kesusilaan berarti melaksanakan nilai. Dalam masyarakat,
manusia senantiasa mengalami perubahan.
Terjadinya perubahan-perubahan itu berpengaruh terhadap nilai-nilai
dan tingkah laku masyarakat. Perubahan itu ada dua bentuk: pertama,
berbentuk positif yaitu perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat
telah diatur atau direncanakan telebih dahulu oleh seseorang atau
sekelompok orang yang menginginkan perubahan itu. Kedua, berbentuk
negatif, yaitu terjadinya perubahan-perubahan dalam masyarakat tidak
direncanakan oleh seseorang, kelompok atau masyarakat. Perubahan itu
hanya terjadi secara kebetulan atau seketika, terjadinya perubahan ini
berada diluar jangkauan, pengawasan kelompok atau masyarakat, akhirnya
perubahan yang terjadi akan menimbulkan kekacauan, tindak kekerasab,
shingga melanggar nilai-nilai agama dan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat.
d) Memuaskan intelek
Agama dapat memuaskan intelek manusia, karena agama mampu
memberikan jawaban terhadap berbagai pertanyaan yang tidak bisa dijawab
oleh rasio atau intelek manusia, misal pertanyaan dengan: siapa saya? Di
mana saya sekarang? Dan kemana saya nantinya? Begitulsh sekelumit
pertanyaan yang selalu mengganggu pikiran atau akal manusia, secara
kejiwaan bila persoalan-persoalan itu tidak bisa dijawab niscaya akan
menimbulkan ketegangan dan kegelisah manusia.
Nico syukur Diester menulis bahwa agama memberikan kerangka
acuan kepada manusia sehingga ia dapa menyesuaikan dirinya dalam
kehidupan. Bila pertanyaan-pertanyaan itu tidak bisa diselesaikan oleh
15
logika manusia, agama akan menyelesaikan dengan solusi yang dapat
diterima oleh manusia sehingga tercipta ketenangan dan ketentraman dalam
dirinya.
Faktor-faktor diatas menjadi penyebab atau mendorong manusia untuk
beragama, karena agama akan memberikan jawaban setiap masalah-
masalah yang terjadi pada diri manusia.9

BAB III

9
Dr. Yuminah Rohmatulloh, PSIKOLOGI AGAMA, (Yogyakarta: Deepublish, 2017) hal:50-54

16
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
A. Teori tentang sumber jiwa menurut ahli dibagi dua:
a. Teori monistik: bahwa sumber jiwa agama berasal dari sesuatu yang tunggal.
yang dapat berupa rasa ketergantungan, akal, libido sexuli dll.
b. Teori fakulty: bahwa sumber jiwa agama berasal dari beberapa unsur terutama
cipta, rasa, karsa.
B. Gejala kejiwaan pada manusia menurut ilmu jiwa dibagi menjadi dua:
1) Gejala jiwa yang normal (yang terdapat pada orang normal) : gejala
pengenalan, gejala perasaan, gejala kemauan.
2) Gejala jiwa yang abnormal : gejala jiwa supranormal, gejala jiwa paranormal,
gejala jiwa abnormal.
1. Sumber jiwa agama menurut Islam berasal dari fitrah manusia yang
berasal dari Allah.
2. Fitrah diartikan sebagai suci, bertauhid, ikhlas, insting, atau tabiat.
C. Sumber Kejiwaan pada manusia
1. Kebutuhan dasar manusia
- Kebutuhan primer (makan, minum, seks dan sebagainya)
- Kebutuhan sekunder atau kebutuhan rohaniah
2. Motivasi manusia beragama
a. Mengatasi frustrasi
b. Mengatasi perasaan takut
c. Mejaga kesusilaan
d. Memuaskan intelek

DAFTAR PUSTAKA

17
Dr. Yuminah Rohmatulloh, MA. Si, Psikologi Agama, Deepublish, Yogyakarta, 2017

18

Anda mungkin juga menyukai