Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

GEJALA-GEJALA SUMBER KEJIWAAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Agama

Dosen Pengampu:

Fatimah K , S.Pd, M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Mahda NIM. 180101060211

Zainudin Noor NIM. 180101060488

Nadia Maudyna Ikrimah NIM. 180101060326

M. Zainuddin NIM. 180101060317

Dhianie Aprihaningrum NIM. 180101060491

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

BANJARMASIN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada tuhan yang Maha Esa, karna berkat rahmat Hidayah-
Nya kami dapat meyelesaikan makalah yang berjudul “Gejala-gejala” makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Agama.

Ucapan terima kasih kami tujukan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini, khususnya kepada dosen mata kuliah
Psikologi Agama atas segala bimbingan yang diberikan.

Akhir kalimat, kami ucapatkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
memberi manfaat kepada pembaca.Dan kami menyadari bahwa dalam makalah ini
terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, perlu adanya kritik
serta saran untuk perbaikan makalah ini di masa yang akan datang.

Banjarmasin, September 2020

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

1. Teori monistik ................................................................................ 3


2. Teori Fakulti ................................................................................... 5
3. Teori Fitrah .................................................................................... 8

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 10

Simpulan .......................................................................................................... 10

Daftar Pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbagai pandangan muncul tentang sumber keagamaan. Ada yang
menyatakan bahwa sumber jiwa keberagamaan merupakan proses interaksi
antara kebutuhan dalam kehidupan dengan potensi bawaan manusia. Ada
yang menyatakan agama merupakan naluri yang timbul sebagai upaya
penyelamatan diri manusia dari berbagai ketakutan. Ada juga yang
menyatakan bahwa agama merupakan kebutuhan yang timbul sesuai dengan
pertumbuhan kebutuhan lainnya.
Sebenarnya semuanya itu tidak berangkat berdasarkan hanya pada
aspek sosial tapi juga dari aspek - aspek yang lain. Salah satunya
keagamaan, yang di mana agama seringkali bersinggungan langsung dengan
jiwa manusia. Perlu kita kaji mengenai hal ini melihat kenyataan manusia
satu dengan tidak sama yang menimbulkan kebudayaan pada tatanan
masyarakat. Untuk memudahkan pemahaman kita mengenai hal itu perlu
juga bagi kita mengetahui teori sumber keagamaan yang sebagai
pembentuk kejiwaan manusia. Dengan pengetahuan dari masing – masing
teori diharapkan kita bisa memposikan keagamaan kita dalam ranah
pendidikan.
Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem
nilai yang memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma
tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar
sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya.
Agama menyangkut kehidupan manusia. Oleh karena itu, kesadaran
agama dan pengalaman agama seseorang lebih menggambarkan sisi-sisi
bathin dalam kehidupan yang ada kaitannya dengan sesuatu yang sakral dan
dunia ghaib. Dari kesadaran agama dan pengalaman agama ini pula
kemudian muncul sikap keagamaan yang ditampilkan seseorang.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori monistik?
2. Apa yang dimaksud dengan teori fakulty?
3. Apa yang dimaksud dengan teori fitrah?

C. Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Teori Monistik.
2. Untuk Mengetahui apa yang dimaksud dengan Teori Fakulti.
3. Untuk Mengetahui apa yang dimaksud dengan Teori Fitrah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Teori-Teori Sumber Agama dalam Psikologi


Fitrah manusia adalah menyembah dan mengabdikan dirinya kepada Tuhan
Yang Maha Esa sebagai dzat yang memiliki kekuasaan tertinggi. Ada beberapa
pendapat dari para ahli mengenai teori ini, antara lain:
1. Teori Monistik
Teori monistik berpendapat, bahwa yang menjadi sumber kejiwaan
agama itu adalah satu sumber kejiwaan. ada beberapa pendapat yang
dikemukakan oleh para ahli, diantaranya:
a. Thomas Van Aquino
Sebagai penganut faham rasionalisme dia berpendapat bahwa,
sumber kejiwaan agama adalah rasa berpikir. Manusia bertuhan karena
menggunakan kemampuan berpikirnya, kehidupan beragama merupakan
refleksi dari kehidupan berpikir manusia itu sendiri.
b. Frederick Hegel
Filusuf Jerman ini berpendapat bahwa agama adalah suatu
pengetahuan yang sungguh-sungguh benar dan tempat kebenaran abadi.
Maka dari itu agama semata-mata merupakan hal atau persoalan yang
berhubungan dengan akal dan pikiran.
c. Frederich Schleir Macher
Berpendapat bahwa yang menjadi sumber jiwa keagamaan itu
adalah rasa ketergantungan yang mutlak (sense and depend). Dengan rasa
ketergantungan yang mutlak ini manusia akan merasa lemah akan dirinya.
Kelemahan ini menyebabkan manusia selalu tergantung hidupnya dengan
suatu kekuasaan yang mereka anggap mutlak adanya yang berada diluar
dirinya. Manusia tidak berdaya menghadapi tantangan alam, lalu mereka
memohon perlindungan kepada kekuasaan yang dapat melindungi mereka.
Rasa ketergantungan yang mutlak ini dapat dibuktikan dalam realita upacara

3
keagamaan dan penganut agama kepada suatu kekuasaan yang mereka
namakan Tuhan.
d. Rudolf Otto
Menurutnya sumber kejiwaan agama adalah rasa kagum yang
berasal dari The Wholly Others (yang sama sekali lain). Jika seseorang
dipengaruhi rasa kagum terhadap sesuatu yang dianggapnya lain dari yang
lain, maka keadaan mental seperti diistilahkan oleh Otto sebagai numinous
yang menjadi sumber paling esensial. Perasaan yang semacam itulah yang
menurut pendapatnya sebagai sumber dari kejiwaan agama pada manusia.
e. Sigmund Freud
Menurut pendapat Freud, unsur kejiwaan yang menjadi sumber
kejiwaan agama adalah Libido Sexuil (naluri seksual). Berdasarkan libido
ini tumbuhlah ide tentang ketuhanan dan upacara kegamaan setelah melalui
proses:
1) Oedipoes Complex, yaitu mitos Yunani kuno yang
menceritakan bahwa karena perasaan cinta kepada ibunya,
maka Oedipus (nama seorang pria) membunuh ayahnya
sendiri karena cemburu. Setelah membunuh ayahnya, maka
timbullah rasa bersalah yang teramat dalam pada anak itu.
2) Father Image (citra Bapak): Setelah membunuh ayahnya,
pemuda itu dihantui rasa bersalah yang teramat dalam. Persaan
itu menimbulkan ide untuk membuat suatu cara sebagai
penebus kesalahannya. Kemudian muncullah ide untuk
menyembah arwah ayahnya karena khawatir akan terjadi
pembalasan. Realisasi dari pemujaan itu sebagai asal dari
upacara keagamaan. Jadi menurut Freud, agama muncul dari
ilusi (khayalan) manusia. Freud semakin yakin akan kebenaran
pendapatnya berdasarkan kebencian setiap agama terhadap
dosa. Dan dilingkungannya yang beragama Nasrani, Freud
menyaksikan kata “Bapak” dalam unataian do’a mereka.
f. William Mac Dougall

4
Menurut pendapat Dougall, sumber kejiwaan agama merupakan
kumpulan dari beberapa instink. Menurutnya, pada diri manusia terdapat 14
macam instink, maka agama timbul dari dorongan instink secara
terintegrasi. Namun demikian teori instink ini ditentang oleh para ilmuwan
Psikologi Agama. Alasannya, jika agama merupakan instink, maka setiap
orang tanpa harus belajar agama pasti akan terdorong secara spontan ke
tempat ibadah masing-masing tanpa menunggu panggilan dari tempat
ibadahnya. Namun kenyataannya tidak demikian.

2. Teori Fakulti
Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu tidak bersumber
pada suatu faktor yang tunggal tetapi terdiri atas beberapa unsur, antara lain
yang dianggap memegang peranan penting adalah: fungsi cipta (reason), rasa
(emotion), dan karsa (will). Demikian pula, perbuatan manusia yang bersifat
keagamaan dipegaruhi dan ditentukan oleh tiga fungsi tersebut.
a. Cipta (Reason), merupakan fungsi intelektual jiwa manusia. Ilmi kalam
(Theologi) adalah cerminan adanya pengaruh fungsi intelek ini, melalui
cipta, orang dapat menilai, membandingkan, dan memutuskan suatu
tindakan terhadap stimulun tertentu dalam lembaga-lembaga
keagamaan yang menggunakan ajaran berdasarkan jalan pikiran yang
sehat dalam mewujudkan ajaran-ajaran yang masuk akal, fungsi
berpikir sangat diutamakan. Malahan ada yang beranggapan bahwa
agama yang tidak sesuai dengan akal merupakan agama yang kaku dan
mati.
b. Rasa (Emotion), fungsi reason hanya pantas berperan dalam pemikiran
mengenai supranatural saja, sedangkan untuk memberi makna dalam
kehidupan beragama diperlukan penghayatan yang seksama dan
mendalam sehingga ajaran itu tampak hidup. Jadi, yang menjadi objek
penyelidikan pada dasarnya adalah bukan anggapan bahwa pengalaman
keagamaan seseorang itu dipengaruhi emosi , melainkan sampai berapa
jauhkah peranan emosi itu dalam agama. Sebab, jika secara mutlak

5
emosi yang berperan tunggal dalam agama, maka akan mengurangi
nilai agama itu sndiri. Sebagaimana dikemukakan oleh W.H.Clark :
upacara keagamaan yang hanya menimbulkan keributan bukan lah
agama.
c. Karsa (Will), karsa merupak fungsi eksekutif dalam jiwa manusia. Will
berfungsi mendorong timbulnya pelaksanaan doktrin serta ajaran
agama berdasarkan fungsi kejiwaan. Mungkin saja pengalaman agama
seseorang bersifat intelek ataupun emosi, namun jika tanpa adanya
peranan will maka agama tersebut belum tentu terwujudsesuai dengan
kehendak reason dan emosi. Masih diperlukan tenaga pendorong agar
ajaran keagamaan itu menjadi suatu tindak keagamaan.
Dari paparan di atas, dapat dipahami bahwa ketiga unsur tersebut
berfungsi antara lain :
a. Cipta (reason) berperan untuk menentukan benar atau tidaknya
ajaran suatu agama berdasarkan pertimbangan intelek seseorang.
b. Rasa (emotion) menimbulkan sikap batin yang seimbang dan
positif dalam menghayati kebenaran ajaran agama.
c. Karsa (will) menimbulkan amalan-amalan atau doktrin keagamaan
yang benar dan logis.
Diantara Pemuka Teori Fakulti antara lain G.M. Straton
mengemukakan teori “konflik”. Ia mengatakan bahwa yang menjadi sumber
kejiwaan agama adalah adanya konflik dalam kejiwaan manusia. Keadaan
yang berlawanan seperti baik-buruk, moral-immoral, kefasipan-keaktifan,
rasa rendah diri dan rasa harga diri menimbulkan pertentangan (konflik)
dalam diri manusia. Dikotomi (serba dua) termasuk menimbulkan rasa agama
dalam diri manusia.konflik selain dapat membawa kemunduran (kerugian)
tetapi ada juga yang dapat membawa kearah kemajuan, seperti konflik dalam
ukuran moral dan ide-ide keagamaan dapat menimbulkan pandangan baru.
Jika konflik sudah mencekam manusia dan mempengaruhi kehidupan
kejiwaannya, maka manusia itu mencari pertolongan kepada suatu
kekuasaaan yang tertinggi (Tuhan). Sigmund Freud berpendapat, bahwa

6
dalam setiap organis terdapat dua konflik kejiwaan yang mendasar, yaitu:
life-urge dan Death urge.
Life urge membawa penganut agama kearah pandangan yang positif
dan liberal, sedangkan death urge membawa kearah sikap pasif dan
konservativisme (jumud). Meurut penelitian W.H.Clark, 58% dari himne
gerejani mencerminkan keinginan dan harapan bagi kesenangan hidup dihari
ahirat. Irama yang demikian menyebabkan kecendrungan ajaran agama
nasrani kearah konservatif. Ini merupakan salah satu penyebab timbulnya
reformasi dalam agama nasrani. misalnya, timbulnya protestan, pantekosta
dan lain-lain.
Dr.Zakiah Darajat berpendapat, bahwa pada diri manusia itu terdapat
kebutuhan pokok. Beliau mengemukakan, selain dari kebutuhan jasmani dan
kebutuhan rohani, manusia pun mempunyai suatu kebutuhan akan adanya
kebutuhan akan keseimbangan dalam kehidupan jiwanya agar tidak
mengalami tekanan. Unsur-unsur kebutuhan yang dikemukakan yaitu:
1) Kebutuhan akan rasa kasih sayang
2) Kebutuhan akan rasa aman
3) Kebutuhan akan rasa harga diri
4) Kebutuhan akan rasa bebas
5) Kebutuhan akan rasa sukses
6) Kebutuhan akan rasa ingin tahu (mengenal)
Menurut Dr. Zakiah daradjat, gabungan dari keenam macam
kebutuhan tersebut menyebabkan orang memerlukan agama. Melalui agama
kebutuhan tersebut dapat tersalurkan. Denagan melaksanakan ajaran agama
secara baik maka kebutuhan diatas akan terpenuhi.
W.H. Thomas melalui teori The Four Wishes nya ia
mengemukakan, bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah empat
macam keinginan dasar yang ada dalam jiwa manusia, yaitu:
1) Keinginan untuk keselamatan (Security)
2) Keinginginan untuk mendapat penghargaan (recognition)
3) Keinginan untuk ditanggapi (response)

7
4) Keinginan akan pengetahuan atau pengalaman baru (new experience)
Didasarkan atas keempat keinginan dasar itulah pada umumnya
manusia menganut agama menurut W.H.Thomas. Melalui ajaran agama
yang teratur, maka keempat keinginan dasar itu akan tersalurkan. Dengan
menyembah dan mengabdikan diri kepada Tuhan, keinginan untuk
keselamatan akan terpenuhi.

3. Teori fitrah
Islam mempercayai bahwa manusia diciptakan dalam keadaan fitrah.
Fitrah adalah sesuatu yang telah menjadi bawaannya sejak lahir atau
keadaan mula-mula. Para Ulama’ berpendapat Allah SWT telah
menciptakan kecenderungan alamiah dalam diri manusia untuk condong
kepada Tuhan, cenderung kepada kesucian, kebenaran, dan kebaikan, hal-
hal yang positif dan konstruktif.
Para mufasir mengartikan fitrah berbeda-beda. Ada yang
mengartikannya secara literal dengan kata penciptaan, atau ada pula yang
mengartikannya sebagai dîn, dîn Islâm, atau agama yang hanif. Selain itu,
dalam Tafsîr al-Tahrîr wa al-Tanwîr, Ibnu Asyur mengartikan fitrah dengan
sistem yang Allah adakan pada setiap makhluk atau dalam bahasa al-Attas
disebut pola kealamiahan sebagai pembeda dengan ciptaan Allah lainnya.
Sehingga dengan fitrah, manusia mengenal Tuhan, mengetahui syariat, dan
beriman kepadanya. Berbeda dengan yang lainnya, al-Thabari dan Hamka
mengartikan fitrah dengan murni atau ikhlas; yaitu ikhlas dalam
menjalankan kehidupan atau sebuah rasa asli murni dalam jiwa yang belum
dimasuki pengaruh dari yang lainnya, atau kesucian jiwa dan ruhani dalam
bahasa al-Faruqi. Maka secara umum, selain diartikan dengan penciptaan
secara makna bahasanya, dalam tafsir, fitrah diartikan sebagai suatu
kealamian atau kesucian yang diberikan Allah pada manusia sejak awal
penciptaan.
Adapun fitrah dalam arti “penanaman agama ke dalam diri manusia”
memiliki dua fase, sebelum kelahiran dan ketika manusia lahir. Fase

8
sebelum kelahiran terjadi pada saat manusia masih berbentuk roh seperti
yang terdapat dalam surah al-‘Araf ayat 172, yang artinya: “Dan (ingatlah),
ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian
itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan).”
Al-Wahidi menafsirkan ayat ini yang intinya menyatakan bahwa
pada zaman pra-kelahiran, manusia sudah ditanyai dan disumpah mengenai
siapa Tuhan mereka. Hal tersebut menjadi sebuah ikrâr rubûbiyyah yang
disaksikan oleh para malaikat. Hal inilah yang disebut Yasien Mohamed
dengan original purity atau original faith, sebagai kesucian asli dan
kepercayaan asli manusia. Sedangkan fase ketika manusia lahir disebut
berada dalam keadaan fitrah, karena masih terikat oleh janji sebelumnya dan
belum melakukan pengingkaran. Kehidupan dan perilaku manusia tidaklah
bebas. Ia terikat oleh perjanjian prakelahiran yang menjadi bawaan bawah
sadar manusia akan keberadaan Tuhan, dan kecenderungan manusia akan
Islam menjadi kebutuhan pokok bagi manusia. Sehingga perilaku dan
kejiwaan manusia mau tidak mau bergantung kepada Allah.
Jika dilihat dari substansinya, fitrah manusia dapat diklasifikasikan
sebagai dua cara untuk mengenal Tuhan, yaitu: 1) fitrah sebagai naluri, sifat,
dan pembawaan asli manusia untuk mengenal Tuhan dan 2) fitrah sebagai
wahyu dari Tuhan yang diturunkan melalui para nabi-Nya.

9
BAB III

PENUTUP

Simpulan

Fitrah manusia adalah menyembah dan mengabdikan dirinya kepada Tuhan


Yang Maha Esa sebagai dzat yang memiliki kekuasaan tertinggi. Teori ini terdapat
beberapa pendapat dari para ahli mengenai teori ini yaitu:
1. Teori monistik
Teori monistik berpendapat bahwa yang menjadi sumber kejiwaan
agama itu adalah satu sumber kejiwaan.
2. Teori Fakulty
Teori fakulty berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu tidak
bersumber pada suatu faktor yang tunggal tetapi terdiri atas beberapa unsur,
antara lain yang dianggap memegang peranan penting adalah fungsi cipta
(reason), rasa (emotion), dan karsa (will).
3. Teori fitrah
Fitrah adalah sesuatu yang telah menjadi bawaannya sejak lahir atau
keadaan mula-mula. Fitrah dalam arti “penanaman agama ke dalam diri
manusia” memiliki dua fase, sebelum kelahiran dan ketika manusia lahir.

10
11
DAFTAR PUSTAKA

Al Afify, Muhammad Faiz. Konsep Fitrah dalam Psikologi Islam, Vol. 14, No. 2,
November 2018

AZ, Nairazi. Resensi Judul Buku “Psikologi Agama” karangan Prof. Dr. H.
Jalaluddin. Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam. Jurnal
Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam, vol. III. No. 01. Januari –
Juni 2018M/1439H.

Hamali, Syaiful. 2013. Sumber Agama Dalam persepektif Psikologis. Jurnal Studi
Agama dan Pemikiran Islam. Vol 7, No 1, Juni 2013.

Modul, “Teori Sumber Kejiwaan Agama”

Anda mungkin juga menyukai