Anda di halaman 1dari 12

Sumber kejiwaan Agama dan Keberagamaan Manusia

Dosen Pengampu: Agus Salim, S.Ag., M.Pd.


FAKULTAS TARBIYAH

Disusun oleh Kelompok 4 :


1. Nurul Huda

212246

2. Solekul

212230

3. Turaekhan

212186

4. Mustangin

212225

5. Rianawati

212213

6. Sriyanti

212258

7. Firda Ayu Triani

212064

8. Risoniatun

212224

9. Mustolihul Azifah

212138

10. Abdul Ghofur

212271

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA


UNISNU JEPARA
2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami dari kelompok 4 panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan kasih sayang dan keridhoan-Nya sehingga kami mendapatkan kekuatan
dalam menyusun makalah ini, juga berkat segala rahmat dan karunia-Nya akhirnya
tersusun jualah makalah yang berjudul, Sumber kejiwaan Agama dan Keberagmaan pada
manusia. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas ILMU PSIKOLOGI
AGAMA di Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara.
Kami dari kelompok 4 menyadari dalam penulisan Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi isi maupun penyajiannya. Yang dari beberapa referensi saja
pastinya maklah kami banyak kekurangan, Untuk itu dengan segala kerendahan hati
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Semoga Allah memberikan kemanfaatan atas Makalah ini, khususnya bagi penulis
dan bagi pembaca umumnya. Amiin.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakikatnya manusia mempunyai hubungan dan mempunyai sejarah panjang
terhadap tuhan. Hal ini dapat diketahui dan dapat dilihat dari pendapat para ahli
agama, baik melalui penelitian, dokumen kuno maupun kitab suci.
Dalam masyarakat kuno telah dikenal berbagai kepercayaan, seperti dinamisme,
animisme, politheisme, dan berpuncak pada monotheisme. Hal ini dapat dibuktikan
melalui situs-situs kuno peninggalan peradapan Yunani Kuno, peradaban Mesir Kuno,
peradaban China Kuno, tak terkecuali di indonesia banyak peninggalan yang
berhubungan dengan kepercayaan dan banyak lagi. Satu hal yang pasti, manusia sejak
zaman dahulu telah mengenal adanya Yang Maha. Dalam kitab suci, hubungan ini
dikenal sebagai hubungan Pencipta dengan ciptaan-Nya. Dan hubungan ini ada mulai
manusia pertama kali ada, yaitu Nabi Adam as.
Hingga sekarang, manusia tetap memiliki keyakinan pada Tuhan. Besar kecilnya
keyakinan itu tergantung dari berbagai hal. Misalnya sedikit banyaknya informasi
keagamaan yang diterima, kebiasaan sejak usia dini, lingkungan keluarga, masyarakat
di sekolah, pengalaman agama dan lainnya. Walaupun keyakinan terhadap Tuhan
dipengaruhi berbagai faktor, tetap saja ada (walaupun sedikit) keyakinan manusia
pada Tuhan.

B. Rumusan Masalah
Secara umum tulisan ini berusaha untuk menguraikan kembali tentang Teori
Sumber Kejiwaan Agama (Potensi Agama), kemudian diturunkan pada rumusan masalah
yang lebih kecil, yaitu :

1. Bagaimana menurut pendapat para ahli tentang jiwa agama ?


2. Bagaimana sumber jiwa agama menurut konsep islam ?
3. Bagaimana fitrah dalam agama islam ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Tentang Sumber Kejiwaan Agama


Tidak bisa di pungkiri bahwa kata kunci pada pembahasan psikologi adalah
tentang jiwa. Hampir seluruh ahli ilmu jiwa sependapat, bahwa sesungguhnya apa
yang menjadi keinginan dan kebutuhan manusia itu bukan hanya terbatas pada
kebutuhan makan, minum, pakaian, ataupun kenikmatan-kenikmatan lainnya.
Berdasarkan hasil riset dan observasi, bahwa pada diri manusia terdapat semacam
keinginan dan kebutuhan yang bersifat universal. Kebutuhan ini melebihi kebutuhankebutuhan lainnya, bahkan mengatasi kebutuhan akan kekuasaan. Keinginan akan
kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan kodrati, berupa keinginan untuk mencinta
dan dicintai Tuhan.[1]
Berdasarkan pengertian diatas, dapat di ketahui manusia ingin mengabdikan
dirinya kepada Tuhan atau sesuatu yang dianggapnya sebagai zat yang mempunyai
kekuasaan tinggi sebagaimana fitrahnya. Keinginan itu terdapat pada setiap kelompok,
golongan atau masyarakat manusia dari yang paling primitif hingga yang paling
modern.
Dalam pembahasan Sumber jiwa agama menurut para ahli dapat digolongkan
menjadi 2 golongan yaitu yang berpandangan monistik dan yang berpandangan
fakulty.
a. Menurut Teori Monistik
Menurut teori monistik, yang menjadi sumber kejiwaan agama itu adalah
berasal dari satu sumber kejiwaan. Sumber tunggal manakah yang paling dominan
sebagai sumber jiwa kejiwaan itu? Terhadap sumber kejiwaan yang dominan itu,
dikalangan ahli terjadi perbedaan pendapat:
a) Menurut Thomas van Aquiono

1 [1] Jalaludin, PSIKOLOGI AGAMA, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012) hal:53

Yang menjadi dasar kejiwaan agama ialah: Berfikir. Manusia bertuhan karena
manusia menggunakan kemampuan berfikirnya. Kehidupan beragama merupakan
refleksi dari kehidupan berfikir manusia itu sendiri.
b) Menurut Frederick Hegel
Agama adalah suatu pengalaman yang sungguh-sungguh benar dan tepat
kebenaran abadi. Berdasarkan konsep itu maka agama semata-mata merupakan
hal-hal atau persoalan yang berhubungan dengan pikiran.
c) Menurut Rudolf Otto
Sumber jiwa agama adalah rasa kagum yang berasal dari The Whaly Other
(yang sama sekali lain), jika seseorang dipengaruhi oleh rasa kagum terhadap
sesuatu yang dianggapnya lain dari yang lain, maka keadaan mental seperti itu
oleh Otto disebut Numinous. Perasaan itulah menurut R. Otto sebagai sumber
dari kejiwaan agama manusia.
d) Menurut Sigmund Freud
Unsur kejiwaan yang menjadi sumber keiwaan agama adalah lidido sexual
(naluri seksual). Berdasarkan lidibo ini timbulah ide tentang Tuhan dan upacara
keagamaan, melalui proses:
1. Oedipus Complex, yaitu mitos Yunani kuno yang menceritakan bahwa
karena perasaan cinta kepada ibunya, maka Oedipus membunuh ayahnya.
Setelah ayahnya mati timbullah rasa bersalah pada diri sendiri.
2. Father Image (cinta bapak): setelah membunuh bapaknya Oedipus dihantui
rasa bersalah, lalu timbul rasa penyesalan. Perasaan itu menerbitkan ide
untuk membuat suatu cara sebagai penebus kesalahan manusia yang mereka
lakukan, mereka memuja alasannya karena dari pemujaan itulah menurut
Freud sebagai asal dari upacara keagamaan. Jadi agama muncul dari ilusi
manusia.

b. Menurut Teori Fakulti / Faculty Theori


Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu tidak bersumber pada suatu
faktor yang tunggal tetapi terdiri atas beberapa unsur, antara lain yang dianggap
memegang peran penting adalah: fungsi cipta (reason), rasa (emotion), dan karsa
(will).2[2]
a. Fungsi Cipta, yaitu fungsi intelektual manusia. Melalui cipta orang dapat
menilai dan membandingkan serta selanjutnya memutuskan sesuatu tindakan
terhadap stimulus tertentu, termasuk dalam aspek agama.
b. Fungsi Rasa, yaitu suatu tenaga dalam jiwa manusia yang banyak berperan
dalam membentuk motivasi dalam corak tingkah laku seseorang.melalui fungsi
rasa dapat menimbulkan penghayatan dalam kehidupan beragama yang
selanjutnya akan memberi makna pada kehidupan beragama.
c. Karsa itu merupakan fungsi ekslusif dalam jiwa manusia. Karsa berfungsi
mendorong timbulnya pelaksanaan doktrin serta ajaran agama berdasarkan
fungsi kejiwaan.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan dan dipahami dengan lebih
sederhana yaitu :
a. Cipta, berperan untuk menentukan benar atau tidaknya ajaran suatu agama
berdasarkan pertimbangan intelektual seseorang.
b. Rasa, menimbulkan sikap batin yang seimbang dan positif dalam menghayati
kebenaran ajaran agama.
c. Karsa, menimbulkan amalan-amalan atau doktrin keagamaan yang benar dan
logis.
Diantara ahli yang tergolong kepada teori Fakulti:
1. G.M. Straton

2 [2] Ramayulis, Op Cit, hal:29

G.M. Straton mengemukakan teori konflik. Ia mengatakan, bahwa yang


menjadi sumber kejiwaan agama adalah adanya konflik bdalam kejiwaan
manusia. Keadaan yang berlawanan seperti: baik-buruk, moral-im moral,
kepasifan-keaktifan, rasa rendah diri dan rasa harga diri menimbulkan
pertentangan (konflik) dalam diri manusia.3 [3]
Jika konflik itu sudah demikian mencekam manusia dan mempengaruhi
kehidupan kejiwaannya, makas manusia itu mencari pertolongan kepada
suatu kekuasaan yang tertinggi (Tuhan). Seperti Sigmund Freud berpendapat,
bahwa dalam setiap organis terdapat dua konflik kejiwaan seseorang yang
mendasar, yaitu:
1) Life-urge: ialah ke inginan mempertahankan ke langsungan hidup dari ke
adaan yang terdahulu agar terus berlanjut.
2) Death-urge: ialah keinginan untuk kembali ke dalam keadaan semula
sebagai benda mati ( anorganis).
Selanjutnya, G.M. Straton berpendapat, konflik yang positif yang
tergantung atas adanya dorongan pokok yang merupakan dorongan dasar
(basic-urge) sebagai keadaan yang menyababkan timbulnya konflik tersebut.
Dalam pernerapannya W.H. Clark berpendapat berdasarkan keinginaan dasar
yang di kemukakan oleh Sigmund Freud, bahwa expresi dari pertentengan
antara Death-urge dan Life-urge merupakan sumber kejiwaan agama dalam
diri manusia. Dalam kenyataan kehidupan keagamaan kita dapat melihat
adanya dorongan Life-urge secara positif hingga para pemeluk agama
mengamalkan agamanya dengan penuh keikhlasan dalam hidupnya di dorong
oleh ketakutannya Death-urge (hari kiamat).4[4]

2. Zakiah Daradjat
Dr. Zakiah Dradjat brpendapat, pada diri manusia itu terdapat
kebutuhan pokok. Beliau mengemukakan, selain dari kebutuhan jasmani dan
kebutuhan rohani manusia mempunyai suatu kebutuhan akan adanya
kebutuhan akan keseimbangan dalam kehidupan jiwanya agar tidak
3. W.H Thomas

3[3] Jalaludin, hal:59


4[4] Ramayulis, Op Cit, hal: 30-33

Melalui teori The Four Wishes-nya mengemukakan, bahwa yang


menjaddi sumber kejiwaan agama adalah empat macam keinginan dasar yang
ada dalam jiwa manusia, yaitu:
1) Keinginan untu keselamatan (security)
2) Keinginan untuk mendapatkan penghargaan (recognations)
3) Keinginan untuk di tanggapi (response)
4) Keinginan akan pengetahuan atau pengalaman baru ( new experiennce)
Di dasarkan atas keempat keinginan dasar itulah pada umumnya manusia
menganut agama menurut W.H. Thomas. Dengan mengabdi dan menyembah
diri kepada Tuhan, keinginan untuk keselamatan terpenuhi. Demikian pula
keinginan

untuk

mendapatkan

penghargaan

maka

ajaran

agama

mengindoktrinasikan konsep akan adanya balasan baik setiap amal baik dan
buruk. Agama memberi penghargaan kepada umatnya yang setia dan ikhlas
melebihi kaum awam lainnya.5[5]

B. Sumber Kejiwaan Agama Menurut Islam


Di dalam Al-quran sumber jiwa agama dapat ditemukan dalam surat Ar-Rum
ayat 30 yang berarti: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. Itulah
agama yang lurus, tapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS. Ar-Rum:30).
Ayat tersebut menyatakan bahwa secara fitrah, manusia adalah makhluk
beragama. Secara naluri manusia pada hakikatnya selalu meyakini adanya Tuhan
Yang Maha Kuasa. Walaupun secara dhohir ada beberapa golongan yang tidak
mengakui adanya Tuhan (atheis), tetapi itu hanya pernyataan lisan. Secara hakiki ia
tetap meyakini adanya kekuatan di luar kekuatannya yang tidak mungkin dilampaui
dan memiliki kekuatan Yang Maha.
Menurut Nurcholis Majid, agama merupakan fitrah munazal yang diturunkan
Allah untuk menguatkan fitrah yang telah ada secara alami. Dengan fitrah ini
manusia tergerak untuk melakukan kegiatan atau ritual yang diperintahkan oleh
Yang Maha Kuasa, yang berbentuk upacara ritual, kegiatan kemanusiaan, kegiatan
berfikir dan lain lain.
Dalam manusia juga terdapat naluri untuk mencintai dan dicintai Tuhan.
Keinginan ini tidak mungkin dapat terpenuhi kecuali melalui kegiatan beragama.
5[5] Jalaludin,hal:62-63

Bahkan naluri ini memiliki porsi yang cukup besar dalam jajaran naluri yang
dimiliki manusia.
Menurut Quraish Shihab , sumber jiwa agama seseorang bersumber dari
penemuan rasa kebenaran, keindahan d kebaikan. Hal ini dapat dijabarkan sebagai
berikut. Ketika manusia memperhatikan keindahan alam, maka akan timbul
kekaguman. Kemudian menemukan kebaikan pada alam semesta yang diciptakan
untuk manusia. Kemudian manusia mencari apa yang paling indah, paling benar dan
paling baik yang pada akhirnya jawaban dari pertanyaan tersebut adalah Tuhan.

C. Fitrah Dalam Islam


Pada manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Fitrah adalah potensi dasar manusia
yang bersifat suci, namun kesuciannya tersebut perlu dijaga dan dikembangkan
melalui pola pengasuhan, pembinaan, pendidikan dan pergaulan yang baik.

Para ahli memiliki beberapa pengertian fitrah, antara lain:


1. Fitrah berarti suci
Artinya, ketika seorang bayi lahir ke dunia, ia dalam keadaan suci, tanpa dosa.
Tidak ada dosa warisan dari orang tuanya. Baru kemudian dalam mengarungi
kehidupan orang tersebut terkena kotoran noda dosa.
2. Fitrah berarti bertauhid
Artinya, sejak lahir manusia telah membawa sifat-sifat percaya kepada Tuhan.
Jadi sudah naluri bila manusia menolak adanya atheism atau politheisme.
3. Fitrah dalam arti ikhlas
Ketika lahir, manusia dibekali sifat-sifat oleh Tuhan. Salah satu sifat tersebut
adalah ikhlas. Jadi ikhlas tersebut merupakan fitrah manusia.
4. Fitrah dalam arti insting
Ibn Taimiyah membagi fitrah dalam dua bagian:
a. Fitrah al-Munazalah
Yaitu fitrah luar yang masuk ke dalam manusia. Fitrah ini berupa al-quran
dan sunah.
b. Fitrah al-Gharizah
Yaitu fitrah dari dalam diri manusia untuk mengembangkan potensi manusia.
5. Fitrah dalam arti tabiat
Menurut al-Ghazaly fitrah sebagai sifat dasar yang diperoleh manusia sejak lahir
yang terdiri dari:

a. Beriman pada Allah


b. Menerima pendidikan dan pengajaran
c. Mencari kebenaran
d. Dorongan syahwat, ghodob dan insting
Banyak pengertian tentang fitrah, dilihat dari bernagai sudut dan pandangan akan
mempunyai makna dan pengeritan yang berbeda, tap pada dasarnya dapat kita simpulkan
tentag makna fitrah adalah potensi dasar manusia yang bersifat suci, namun kesuciannya
tersebut perlu dijaga dan dikembangkan melalui pola pengasuhan, pembinaan,
pendidikan dan pergaulan yang baik.6[6]

6 [6] Baharudin, Dr, M.Pd.I, Mulyono, PSIKOLOGI AGAMA DALAM PERSPEKTIF ISLAM (UINMalang:2008)hal:98-102

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sumber jiwa agama menurut ahli dibagi dua:
a. Teori monistik: bahwa sumber jiwa agama berasal dari sesuatu yang tunggal
yang dapat berupa rasa ketergantungan, akal, libido sexuli dll.
b. Teori fakulty: bahwa sumber jiwa agama berasal dari beberapa unsur terutama
cipta, rasa, karsa.
2. Sumber jiwa agama menurut Islam berasal dari fitrah manusia yang berasal dari
Allah
3. Fitrah diartikan sebagai suci, bertauhid, ikhlas, insting, atau tabiat.

10

DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin, Psikologi Agama,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2004


Robert W.Crapps, An Introduction to Psycologi of Religion, bagian iii, alih bahasa Agus
M.Harjana,

Perkembangan

kepribadian

dan

Keagamaan,Yogyakarta:Kanisius,

cet.I,1994
Nurcholish Majid, Islam, Dokrin, Peradaban, Jakarta: Yayasan Paramadina, cet II, 1992

11

Anda mungkin juga menyukai