Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah
ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya penulis tidak akan sanggup
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui apa sejatinya makna dari agama dan
khususnya dilihat dari sudut pandang agama Islam yang disajikan berdasarkan
pengamatan dari sumber Buku Daras Pendidikan Agama Islam Di Universitas Brawijaya
BAB 1.
Makalah ini memuat tentang makna agama dan tentang memahaminya dan sengaja
dipilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan
dari semua pihak.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak
membantu penulis agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Meskipun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penulis mohon untuk saran
dan kritiknya. Terimakasih.

Malang, September 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG ....................................................................................................... 1
1.2. RUMUSAN MASALAH .......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1. AGAMA DAN RUANG LINGKUPNYA 2
2.2. PENTINGNYA AGAMA BAGI MANUSIA ... 3
2.3. AGAMA ISLAM DAN RUANG LINGKUPNYA ... 7

BAB III PENUTUP


3.1. KESIMPULAN ................................................................................................................. 11

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk hidup yang sangat istimewa, karena manusia berbeda
dengan makhluk yang lainnya. Manusia diberi akal dan pikiran untuk bertindak sesuai dengan
etika dan nilai nilai moral yang berlaku sesuai dengan kehendaknya, lingkungan, dan ajaran
agama yang di anutnya. Nilai nilai dan norma norma yang memberikan arah dan makna bagi
manusia dalam bertindak ialah agama.
Seorang sosiolog agama bernama Elizabeth K. Nottingham berpendapat bahwa agama
bukan sesuatu yang dapat dipahami melalui definisi melainkan melalui deskripsi
(penggambaran). Tak ada satu pun definisi tentang agama yang benar benar memuaskan.
Menurut gambara Elizabeth K. Nottingham, agama adalah gejala yang begitu sering
terdapat dimana mana, dan agama berkaitan dengan usaha usaha manusia untuk mengukur
dalamnya makna dari keberadaan diri sendiri dan keberadaan alam semesta. Selain itu agama
dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna, dan juga perasaan takut dan
ngeri. Meskipun perhatian tertuju keada adanya suatu dunia yang tak dapat dilihat (akhirat),
namun agama melibatkan dirinya dalam masalah masalah kehidupan sehari hari di dunia
Agama sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap sesuatu yang bersifat Adikordrati
(Supernatural) ternyata seakan menyertai manusia dalam ruang lingkup kehidupan yang luas.
Agama memiliki nilai nilai bagi kehidupan manusia sebagai orang per orang maupun dalam
hubungannya dengan kehidupan bermasyarakat. Selain itu agama juga memberi dampak bagi
kehidupan sehari hari. Dengan demikian secara psikologis, agama dapat berfungsi sebagai
motif intrinsik (dalam diri) dan motif ekstrinsik (luar diri). Agama memang unik, sehingga sulit
didefinisikan secara tepat dan memuaskan.
Dari uraian di atas, kami mencoba menguraikannya lebih jelas lagi dalam judul makalah
Agama dan Pengaruhnya Dalam Kehidupan Individu dan Masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian agama?
2. Apa pentingnya agaman bagi manusia?
3. Seperti apa agama islam dan ruang lingkupnya?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Agama dan Ruang Lingkupnya
Agama merupakan suatu hal yang harus di ketahui makna yang terkandung di dalamnya.
Sebab dengan mengetahui makna yang terkandung di dalamnya kita dapat merasakan
kelembutan dan ketenangan yang dapat kita ambil dari ajaran agama. Dalam mengemukakan
definisi dari agama di perlukan suatu pemikiran yang cermat. Sebab perkara ini bukan perkara
yang mudah.
Beberapa acuan yang berkaitan dengan kata Agama pada umumnya berdasarkan
bahasa Sansekerta yang menunjukkan adanya keyakinan manusia berdasarkan Wahyu Illahi dari
kata a-gam-a. Awalan a berarti tidak dan gam berarti pergi atau berjalan sedangkan akhiran a
bersifat menguatkan yang kekal, dengan demikian agama berarti pedoman hidup yang kekal.
Religio dari religere berasal dari bahasa latin yang artinya mengembalikan ikatan,
memperhatikan dengan saksama. Jadi agama adalah tindakan manusia untuk mengembalikan
ikatan atau memulihkan hubungannya dengan Ilahi.
Orang barat lebih melihat agama sebagai suatu fenomena yang tampak pada para
pemeluk agama. Karena sejak dulu mereka telah mengembangkan suatu metode yang hanya
melihat sesuatu secara realistis saja atau yang nampak saja.
Berbagai pendekatan-pendekatan telah dilakukan oleh para ahli. Para ahli psikologi
misalnya, memandang agama sebagai hubungan antara lingkungan yang ada di luar diri manusia
dengan sesuatu yang ada di dalam diri manusia itu sendiri. Salah satu tokoh psikologi, Sigmund
Freud memandang agama sebagai ketidak mampuan seorang manusia menghadapi suatu
kekuatan dimana kekuatan itu adalah kekuatan dari dalam dirinya dan kekuatan alam yang ada di
luar dirinya. Freud memandang agama sebagai sebuah fantasi atau mimpi-mimpi belaka .
Pandangan Freud ini membuat Ia dijuluki sebagai anti agama. Karena secara gamblang Ia
memandang agama bukan sebagai sesuatu yang harus di anut, tetapi Ia lebih memandang agama
sebagai suatu fantasi belaka. Lain lagi dengan pendekatan yang di utarakan oleh sosiolog.
Mereka menganggap bahwa agama merupakan suatu fenomena sosial yang dapat dilihat dari
tingkah laku para pemeluk agama dan kelembagaan dalam agama. Pakar sosisolog Emile
Durkheim, agama merupakan suatu pengalaman yang didapat dari hal-hal yang sakral yang
dipercayai dan dihormati. Selanjutnya pemikiran ini disebut dengan pemikiran yang mengarah ke
greja. Dalam hal ini Emile Durkheim hanya memihak agama dari dua sisi saja yaitu pengalaman
dan kepercayaan, oleh karena itu definisi yang dikemukakan oleh Durkheim tidak mewakili
definisi dari agama secara keseluruhan.

2.2 Pentingnya Agama bagi Manusia


1. Agama Sebagai Sumber Nilai dalam Menjaga Kesusilaan
Menurut Mc. Guire, diri manusia memiliki bentuk sistem nilai tertentu. Sistem nilai ini
merupakan sesuatu yang dianggap bermakna bagi dirinya. Sistem nilai ini dibentuk melalui
belajar dan proses sosialisasi. Perangkat sistem nilai ini dipengaruhi oleh keluarga, teman,
institusi, pendidikan, dan masyarakat.
Selanjutnya, tulis Mc. Guire, berdasarkan perangkat informasi yang diperoleh seorang
dari hasil belajar dan sosialisasi tadi meresap dalam dirinya. Sejak itu perangkat nilai itu menjadi
sistem yang menyatu dalam membentuk identitas seseorang. Ciri khas ini terlihat dalam
kehidupan sehari hari, bagaimana sikap, penampilan maupun untuk tujuan apa yang turut
berpartisipasi dalam suatu kegiatan tertentu. Menurut pandangan Mc. Guire, dalam membentuk
sistem nilai dalam diri individu adalah agama.
Menurut Mc. Quire system nilai yang berdasarkan agama dapat memberi pedoman bagi
individu dan masyarakat. Sistem nilai tersebut dalam bentuk keabsahan dan pembenaran dalam
kehidupan individu dan masyarakat.
Elizabeth K. Nottingham, mengatakan bahwa setiap individu tumbuh menjadi dewasa
memerlukan suatu system nilai sebagai tuntunan umum untuk mengarahkan aktivitas dalam
masyarakat yang berfungsi sebagai tujuan akhir pengembagan kepribadianya. Dengan
mempedomani system nilai maka kesusilaan akan terjaga namun nilai tersebut tidak akan
berfungsi tanpa melalui pendidikan. Dalam pendidikan Islam ada tiga bentuk proses pedidikan
yaitu:
a. Transfer of knowledge; ilmu pengetahuan agama dimiliki pendidik dipindahkan ( transfer )
kepada peserta didik.
b. Transformation of knowledge; ilmu pengetahuan agama yang diberikan oleh pendidik
dikembangkan ( Transformatio )noleh peserta didik, dan
c. Internalisation of values, nilai nilai yang terkandung / terdapat pada pengetahuan agama
ditanamkan ( internalitation ) oleh pendidik kepada peserta didik. St. Hafi Anshori mengatakan
bahwa manusia memang membutuhkan suatu stuasi yang menjaga atau menjamin
berlangsungnya ketertiban dalam kehidupan moral dan social, dan agama dapat berfungsi
sebagai institusi semacam itu. Motivasi keagamaan yang mereka lahirkan lewat tingkah laku
keagamaannya kesusilaan dan tata tertib dalam masyarakat.

2. Agama Sebagai Sarana untuk Mengatasi Frustasi


3

Manusia mempunyai kebutuhan dalam kehidupan ini, mulai dari Kebutuhan fisik seperti
makanan, pakaian, istirahat, dan seksual, sampai kebutuhan psikis, seperti keamanan,,
ketentraman, per-sahabatan, penghargaan, dan kasih sayang. Menurut Sarlito Wiraman Sarwono,
apabila kebutuhannya itu tidak terpenuhi, terjadi ketidak-seimbangan, yakni antara kebutuhan
dan pemenuhan, maka akan menumbuhkan kekecewaan yang tidak menyenangkan, kondisi atau
keadaan inilah yang disebut frustasi.
Menurut pengamatan psikolog bahwa keadaan frustasi itu dapat menimbulkan tingkah
laku kagamaan. Orang yang mengalami frustasi tidak jarang bertingkah laku religius atau
keagamaan, untuk mengatasi frustasinya. Kebutuhan kebutuhan manusia pada hakikatnya
diarahkan kepada kebutuhan duniawi, seperti kebutuhan fisik ( pangan, sandang, papan, seks,
dan sebagainya ) kebutuhan psikis ( kehormatan, penghargaan, perlindungan dan sebagainya ).
Untuk itu ia melakukan pendekatan kepada Tuhan melalui ibadah hal tersebut yang melahirkan
tingkah laku keagamaan.
3. Agama sebagai sarana untuk mengatasi ketakutan
Ketakutan yang dimaksud dalam kaitannya dengan agama sebagai sarana untuk
mengatasinya, adalah ketakutan yang tidak ada obyeknya. Untuk mengatasi ketakutan sepert
diatas, psikologi sebagai ilmu empiris, terbentur masalah kesulitan. Soalnya bentuk ketakutan
tanpa obyek hampir tidak bisa diteliti secara positif-empiris, karena ketakutan tersebut biasanya
tersembunyi dalam gejala gejala lain yang merupakan manifestasi terselubung dari ketakutan,
misalnya dalam bentuk gejala malu, rasa bersalah, takut kecelakaan, rasa bingung, dan takut
mati. Timbulnya motivasi agama salah satunya karena adanya rasa takut. Lihatlah misalnya
disaat terjadi musibah gempa bumi, tsunami, dan sebagainya orang berduyun duyun pergi ke
rumah ibadah minta pertolongan dan perlindungan kepada Yang Mahakuasa.
4. Agama sebagai sarana untuk memuaskan keingintahuan
Agama mampun memberi jawaban atas kesukaran intelektual kognitif, sejauh kesukaran
itu diresapi oleh keinginan eksistensial dan psikologis, yaitu oleh keinginan dan kebutuhan
manusia akan orientasi dalam kehidupan, agar dapat menempatkan diri secara berarti dan
bermakna di tengah tengah alam semesta ini. Tanpa agama, manusia tidak mampu menjawab
pertanyaan yang sangat mendasar dalam kehidupannya, yaitu dari mana manusia datang, apa
tujuan manusia hidup, dan mengapa manusia ada, dan kemana manusia kembalinya setelah mati.
Dipandang dari segi psikologis dapat dikatakan bahwa agama memberi sumbangan
istimewa kepada manusia dengan mengarahkannya kepada Tuhan. Dengan demikian, agama
dapat menjadikan manusai merasa aman dalam hidupnya. Kesadaran akan keadaan itu jelas
melahirkan adanya tingkah laku keagamaan.
5. Agama sebagai pembentuk kata hati (conscienci)

Kata hati menurut Erich Fromm adalah panggilan kembali manusia kepada Shaftesbury
mengasumsikan kata hati sebagai suatu rasa moral di dalam diri manusia berupa rasa benar dan
salah, suatu reaksi emosional yang didasarkan atas fakta bahwa pikiran manusia pada dirinya
sendiri dalam mengatur keharmonisan dirinya dengan tatanan kosmik .Boleh dikatakan, filsafat
skolastik (agama) lebih tegas mengatakan kata hati sebgai kesadaran akan prinsip prinsip
moral.
Erich Fromm membagi kata hati menjadi menjadi dua, diantaranya:
a.

Kata hati otoritarian; dibentuk oleh pengaruh luar

b.

Kata hati humanistik; bersumber dari dalam diri sendiri

pada diri manusia telah ada sejumlah potensi untuk memberi arah dalam kehidupan manusia.
Potensi tersebut adalah: hidayat al-Ghariziyyat (naluriah), hidayat al-Hissiyyat (inderawi),
hidayat al-Aqliyat (nalar), dan hidayat al-Diniyyat (agama). Melalui pendekatan ini, maka agama
sudah menjadi potensi fitrah yang dibawa sejak lahir. Pengaruh lingkungan terhadap seseorang
adalah memberi bimbingan kepada potensi yang dimilikinya itu. Dengan demikian, jika potensi
fitrah itu dapat dikembangkan sejalan dengan pengaruh lingkungan maka akan terjadi
keselarasan. Sebaliknya jika potensi itu dikembangkan dalam kondisi yang dipertentangkan oleh
kondisi lingkungan, maka akan terjadi ketidakseimbangan pada diri seseorang. Berdasarkan
pendekatan ini, maka pengaruh agama dalam kehidupan individu adalah memberi kemantapan
batin, rasa bahagia, rasa terlindung, rasa sukses dan rasa puas.
Masyarakat adalah gabungan dari kelompok individu yang terbentuk berdasarkan tatanan
sosial tertentu. Dalam kepustakaan ilmu ilmu sosial dikenal tiga bentuk masyarakat, yaitu:
masyarakat homogen, masyarakat majemuk, dan masyarakat heterogen.
Terlepas dari penggolongan masyarakat tersebut, pada dasarnya masyarakat terbentuk
dari adanya solidaritas dan konsensus. Solidaritas menjadi dasar terbentuknya organisasi dalam
masyarakat, sedangkan konsensus merupakan persetujuan bersama terhadap nilai nilai dan
norma norma yang memberikan arah dan makna bagi kehidupan kelompok
Nilai nilai dan norma norma yang memberikan arah dan makna bagi kehidupan
masyarakat ialah agama. Masalah agama tak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan
masyarakat, karena agama itu sendiri ternyata diperlukan dalam kehidupan masyarakat. Dalam
prakteknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain:

1.

Berfungsi Edukatif
5

Ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang. Kedua unsur suruhan
dan larangan ini mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan pribadi penganutnya
menjadi baik dan terbiasa dengan yang baik menurut ajaran agama masing masing.
2.

Berfungsi Penyelamat

Keselamatan yang meliputi bidang yang luas adalah keselamatan yang diajarkan leh
agama. Keselamatan yang diberikan oleh agama kepada pengautnya adalah keselamatan yang
meliputi dua alam yaitu: dunia dan akhirat. Dalam mencapai keselamatan itu agama mengajarkan
para penganutnya untuk mengenal terhadap sesuatu yang sacral yang disebut supernatural.
Berkomunikasi dengan supernatural dlaksanakan dengan berbagai cara sesuai dengan ajaran
agama itu sendiri, diantaranya:
a.

Mempersatukan diri dengan Tuhan ( pantheisnae )

b.

Pembebasan dan pensucian diri ( penebusan dosa )

c.

Kelahiran kembali ( reinkarnasi )

Untuk kehadiran Tuhan bisa dalam bentuk penghayatan batin yaitu melalui meditasi
sedangkan kehadiran dalam menggunakan benda benda lambang melalui:
a. Theophania spontanea: Kepercayaan bahwa Tuhan dapat dihadirkan dalam benda benda
tertentu, seperti tempat angker. Gunung, danau, arca, dan lainnya.
b. Theohania Incativa:Kepercayaan bahwa Tuhan hadir dalam lambang melalui permohonan,
baik melalui Invocativa magis (mantera, dukun) maupun invocative religious (permohonan, doa,
kebaktian dan sebagainya).
3.

Berfungsi sebagai Pendamaian

Melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaia batin
melalui tuntunan agama. Rasa berdosa dan bersalah akan segera menjadi hilang dari batinnya
apabila sesorang yang bersalah telah menebus dosanya melalui: tobat, pensucian jiwa, ataupun
penebusan dosa
4.

Berfungsi sebagai Social control

Dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai pengawas baik secara individu maupun
secara kelompok, karena:

a.

Secara instansi agama, merupakan norma yang harus dipatuhi oleh para pengikutnya.

b.

Secara dogmatis (ajaran) mempunyai fungsi kitis yang bersifat profetis (kenabiaan).

5.

Berfungsi sebagai Pemupuk Rasa Solidaritas

Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan
dalam satu kesatuan dalam iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan menimbulkan rasa
solidaritas dalam kelompok maupun perorangan, bahka kadang kadang dapat membina rasa
persaudaraan yang kokoh. Bahkan rasa persaudaraan (solidaritas) itu bahkan dapat mengalahkan
rasa kebangsaan.
6.

Berungsi Transformatif

Ajaran agama dapat merubah kehidupan sesorang atau kelompok menjadi kehidupan baru
sesuai denga ajaran agama yang dianutnya.
7.

Berfungsi Kreatif

Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya untuk bekerja produktif bukan
saja untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga untuk kepentingan orang lain. Penganut agama
buka saja disuruh bekerja secara rutin dalam pola hidup yag sama, akan tetapi juga dituntut untuk
melakukan inovasi dan penemuan baru dalam pekerjaan yang dilakukannya.
8.

Berfungsi Sublimatif

Ajaran agama mengkuduskan segala usaha manusia bukan saja yag bersifat ukhrawi
melainkan juga bersifat duniawi. Segala usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma
norma agama, bila dilakukan dengan ikhlas karena Allah merupakan ibadah.

2.3 Agama Islam dan Ruang Lingkupnya


Sistem dan ruang lingkup ajaran Islam sangat berbeda dengan agama Hindu dan Budha.
Demikian juga dengan agama Nasrani. Jika pada agama Hindu dan Budha, agama merupakan
warisan tradisi atau kebiasaan hidup yang turun temurun. Sementara pada agama Nasrani, sistem
dan ruang lingkup agama hanya menunjukkan hubungan tetap secara vertikal antara manusia dan
Tuhan semata.
Dalam Islam, agama merupakan sistem ajaran yang berasal dari Tuhan (Allah) melalui
wahyu-Nya yang disampaikan kepada para Nabi dan Rasul. Sistem ajaran yang mengatur tata
hubungan antara manusia damn Tuhan, antara manusia dan manusia lain dalam hidup
bermasyarakat, antara manusia dan dirinya sendiri, serta antara manusia dan lingkungan hidup.
Semua hal tersebut diatur dalam sistem ajaran Islam. Oleh sebab itulah, sering kita dengar istilah
bahwa agama Islam adalah agama yang syumul, agama yang mengatur tata kehidupan manusia
secara menyeluruh.
7

Jika merujuk pada bahasa aslinya, dalam bahasa Arab, agama Islam disebut
dengan din atau din al islam (baca: dinul islam). Dinul Islam memiliki sistem ajaran dan ruang
lingkup yang luas dibandingkan agama-agama yang berasal dari tradisi dan kebiasaan hidup.
Istilah din ini bisa kita temukan dalam Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 3.
Ayat tersebut merupakan ayat terakhir yang diturunkan pada Nabi Muhammad Saw pada
haji wada. Dalam ayat ini, Allah berfirman bahwa Dia (Allah) telah menyempurnakan agama ini
untuk ummat manusia. Allah telah mencukupkan nikmatnya dan telah meridai Islam sebagai
agama.
Dari penjelasan di atas, bisa kita pahami bahwa ruang lingkup ajaran Islam sangat luas, yaitu
sebagai berikut.
1. Mengatur Hubungan Manusia dengan Tuhan
Hubungan manusia dengan Tuhan dalam Islam dikenal dengan istilah hablumminallah.
Ini merupakan hubungan penghambaan dan pengabdian. Bentuk penghambaan ini tercermin
dalam bentuk ritual ibadah dan ketaatan dalam menjalankan syariat-syariat agama yang
ditetapkan dalam ajaran Islam.
Di sini, ajaran Islam mengatur bagaimana tata cara beribadah kepada Allah. Ibadahibadah ritual apa yang diwajibkan dan bagaimana cara menjalankannya. Semua telah diatur dan
diajarkan dalam ajaran Islam melalui petunjuk Rasulullah Saw yang diutus oleh Allah Swt
sebagai pembawa risalah Islam yang mulia ini.
2. Mengatur Hubungan Manusia dalam Masyarakat dan Lingkungan
Ruang lingkup agama Islam yang kedua adalah mengatur hubungan manusia dalam
masyarakat dan lingkungan. Selain itu, termasuk juga di dalamnya hubungan manusia dengan
manusia lain, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan
lingkungan (horizontal).
Islam tidak hanya mengatur tata hubungan manusia secara vertikal, tetapi juga mengatur
tata hubungan manusia secara horizontal. Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk
lingkungan ternyata mendapat perhatian yang cukup luas dalam ajaran Islam. Dalam kaitannya
dengan tata hubungan manusia dengan sesama manusia (hablumminannas), manusia dengan
dirinya dan manusia dengan lingkungan, dalam beberapa hal ajaran Islam cenderung lebih lentur.
Semuanya menyesuaikan dengan kondisi kekinian. Ini sangat berbeda dengan tata hubungan
manusia secara vertikal.
Kedua tata hubungan ini (hubungan vertikal dan horizontal) merupakan bukti luasnya
ruang lingkup ajaran atau risalah yang dibawa oleh agama Islam. Ini juga yang menjadi pembeda
antara ajaran agama Islam dan agama-agama lain di atas muka bumi. Lengkapnya, risalah yang
8

diwahyukan oleh Allah Swt., kepada Rasulullah Saw., juga menjadi bukti bahwa agama ini
bukan agamaa buatan manusia. Agama ini merupakan agama yang bersumber langsung dari
Sang Maha Pencipta yang Maha Tahu apa dan bagaimana tata aturan yang dibutuhkan oleh
manusia di atas bumi ini.
Oleh karena itu agama islam mengandung tiga komponen pokok yang terstruktur dan tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga komponen tersebut adalah:
a. Aqidah
Aqidah arti bahasanya ikatan atau sangkutan. Bentuk jamaknya ialah aqaid. Arti aqidah
menurut istilah ialah keyakinan hidup atau lebih khas lagi iman. Sesuai dengan maknanya ini
yang disebut aqidah ialah bidang keimanan dalam islam dengan meliputi semua hal yang harus
diyakini oleh seorang muslim/mukmin. Terutama sekali yang termasuk bidang aqidah ialah
rukun iman yang enam, yaitu iman kepada Allah, kepada malaikat-malaikat-Nya, kepada kitabkitab-Nya, kepada Rasul-rasul-Nya, kepada hari Akhir dan kepada qadadan qadar.
b.

Syariah

Syariah arti bahasanya jalan, sedang arti istilahnya ialah peraturan Allah yang mengatur
hubungan manusia dengan tiga pihak Tuhan, sesama manusia dan alam seluruhnya, peraturan
Allah yang mengatur hubungan manusia dengan tuhan disebut ibadah, dan yang mengatur
hubungan manusia dengan sesama manusia dan alam seluruhnya disebut Muamalah. Rukun
Islam yang lima yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji termasuk ibadah, yaitu ibadah
dalam artinya yang khusus yang materi dan tata caranya telah ditentukan secara parmanen dan
rinci dalam al-Quran dan sunnah Rasululah Saw.
Selanjutnya muamalah dapat dirinci lagi, sehingga terdiri dari

Munakahat (perkawinan), termasuk di dalamnya soal harta waris (faraidh) dan wasiat

Tijarah (hukum niaga) termasuk di dalamnya soal sewa-menyewa, utang-piutang, wakaf.

Hudud dan jinayat keduanya merupakan hukum pidana islam

Hudud ialah hukum bagi tindak kejahatan zina, tuduhan zina, merampok, mencuri dan
minum-minuman keras. Sedangkan jinayat adalah hukum bagi tindakan kejahatan pembunuhan,
melukai orang, memotong anggota, dan menghilangkan manfaat badan, dalam tinayat berlaku
qishas yaitu hukum balas

Khilafat (pemerintahan/politik islam)


Jihad (perang), termasuk juga soal ghanimah (harta rampasan perang) dan tawanan).
Akhlak/etika

Akhlak adalah berasal dari bahasa Arab jamat dari khuluq yang artinya perangai atau
tabiat. Sesuai dengan arti bahasa ini, maka akhlak adalah bagian ajaran islam yang mengatur
tingkahlaku perangai manusia. Ibnu Maskawaih mendefenisikan akhlak dengan keadaan jiwa
seseorang yang mendorongnya melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan
fikiran.
Akhlak ini meliputi akhlak manusia kepada tuhan, kepada nabi/rasul, kepada diri sendiri,
kepada keluarga, kepada tetangga, kepada sesama muslim, kepada non muslim.
Dalam Islam selain akhlak dikenal juga istilah etika. Etika adalah suatu ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia
kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka
dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.
Jadi, etika adalah perbuatan baik yang timbul dari orang yang melakukannya dengan
sengaja dan berdasarkan kesadarannya sendiri serta dalam melakukan perbuatan itu dia tau
bahwa itu termasuk perbuatan baik atau buruk.
Etika harus dibiasakan sejak dini, seperti anak kecil ketika makan dan minum dibiasakan
bagaimana etika makan atau etika minum, pembiasaan etika makan dan minum sejak kecil akan
berdampak setelah dewasa. Sama halnya dengan etika berpakaian, anak perempuan dibiasakan
menggunakan berpakaian berciri khas perempuan seperti jilbab sedangkan laki-laki memakai
kopya dan sebagainya. Islam sangat memperhatikan etika berpakai sebagaimana yang tercantum
dalam surat al-Ahsab di atas.

10

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan

Agama merupakan suatu hal yang harus di ketahui makna yang terkandung di dalamnya.
Sebab dengan mengetahui makna yang terkandung di dalamnya kita dapat merasakan
kelembutan dan ketenangan yang dapat kita ambil dari ajaran agama. Dalam mengemukakan
definisi dari agama di perlukan suatu pemikiran yang cermat. Sebab perkara ini bukan perkara
yang mudah.
Dari pemaparan diatas dapat kita simpulkan bahwa pencarian suatu definisi dari agama
yang dapat mewakili semua agama merupakan hal yang sulit. Tentu, tiap-tiap ahli agama akan
mengemukakan hal yang berbeda-beda atau bahkan lebih condong dengan agama ataupun
kepercayaan yang di anut oleh masing-masing. Oleh karena itu upaya untuk menemukan suatu
definisi tentang agama yang mencakup keseluruhan agama merupakan hal yang mustahil.
Maka pengertian agama dalam pandangan-pandangan ini akan dirujukkan ke pengertian
agama menurut pandangan agama islam, yaitu ketentuan ketuhanan yang di jadikan panutan bagi
pemeluknya dan dapat mengantarkan pemeluknya pada kebahagiaan di dunia maupun di akhirat

11

DAFTAR ISI

Tim Dosen PAI. 2007. Buku Daras: Pendidikan Agama Islam di Universitas Brawijaya. Malang:
Pusat Pembinaan Agama
Jalaludin.2010. Psikologi Agama (Cet. ke-14). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Maruf, Irham.2013.Agama dan Ruang Lingkupnya.(Online),
(http://irham93.blogspot.com/2013/06/agama-dan-ruang-lingkupnya.html)
Nur, Resa.2012. Agama dan Pengaruhnya Dalam Kehidupan Individu dan Masyarakat.
(Online),
(http://eunchasiluets.wordpress.com/2012/05/08/makalah-agama-dan-pengaruhnyadalam-kehidupan-individu-dan-masyarakat/)
Rizal, Lidya.2013. Pendidikan Agama Islam. (Online),
( http://ilmuduniaakhirat.weebly.com/)

12

MAKALAH AGAMA BAB I


AGAMA ISLAM DAN RUANG LINGKUPNYA

Disusun Oleh :
Bambang
12515030
Raka Kurnia N
135150401111028
Nurma
13515040
SabithaWildani Hadi 135150301111108

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

13

Anda mungkin juga menyukai