Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan Agama dimaksudkan untuk membentuk mahasiswa menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa dan berakhlak mulia serta
peningkatan potensi spiritualnya. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral
sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup
pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan
individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada
akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang
aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.

Dari pengalaman dapat dilihat bahwa apa yang diketahui (pengetahuan, ilmu) tidak
selalu membuat hidup seseorang sukses dan bermutu. Tetapi kemampuan, keuletan dan
kecekatan seseorang untuk mencernakan dan mengaplikasikan apa yang diketahui dalam
hidup nyata, akan membuat hidup seseorang sukses dan bermutu. Demikian pula dalam
kehidupan beragama. Orang tidak akan beriman dan diselamatkan oleh apa yang ia ketahui
tentang imannya, tetapi terlebih oleh pergumulannya bagaimana ia menginterpretasikan
dan mengaplikasikan pengetahuan imannya dalam hidup nyata sehari-hari. Seorang
beriman yang sejati seorang yang senantiasa berusaha untuk melihat, menyadari dan
menghayati kehadiran Tuhan dalam hidup nyatanya, dan berusaha untuk melaksanakan
kehendak Tuha bagi dirinya dalam konteks hidup nyatanya. Oleh karena itu Pendidikan
Agama di Perguruan Tinggi merupakan salah satu usaha untuk memampukan mahasiswa
menjalani proses pemahaman, pergumulan dan penghayatan iman dalam konteks hidup
nyatanya di berbagai bidang seperti politik, moral, kesenian, ilmu pengetahuan, budaya,
berbagai keprihatinan di masyarakat, termasuk kerukunan umat beragama terlebih dengan
banyaknya agama yang ada dalam negara ini maka sudah sepatutnya untuk belajar ruang
lingkup agama supaya lebih mengenal lagi makna dari perbedaan agama itu sendiri.

1
1.2 Rumusan Masalah
Untuk mengkaji dan mengulas tentang Ruang lingkup agama maka diperlukan
subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga penyusun membuat rumusan
masalah sebagai berikut:
a. Pengertian dan ruang lingkup agama
b. Unsur-unsur pokok agama
c. Istilah-istilah agama

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Pendidikan Agama
I dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah. Manfaat dari penulisan
makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan penyusun dan pembaca tentang
Ruang lingkup Agama.

1.4 Metode Penulisan


Penyusun memakai metode kepustakaan dalam penulisan makalah ini.
Referensimakalah ini bersumber tidak hanya dari buku, tetapi juga dari media media lain
seperti e- book, web, blog, dan perangkat media massa yang diambil dari internet.

1.5 Sistematika Penulisan


Makalah ini disusun menjadi tiga bab, yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan,
dan bab penutup. Adapun bab pendahuluan terbagi atas : latar belakang, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Sedangkan bab
pembahasan dibagi berdasarkan subbab yang berkaitan dengan Ruang lingkup agama.
Terakhir, bab penutup terdiri atas kesimpulan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Agama

Agama adalah sebuah realitas yang senantiasa melingkupi manusia. Agama


muncul dalam kehidupan manusia dalam berbagai dimensi dan sejarahnya. Maka memang
tidak mudah mendefinisikan agama. Termasuk mengelompokkan seseorang apakah ia
terlibat dalam suatu agama atau tidak. Mungkin seseorang dianggap termasuk pengikut
suatu agama tetapi ia mengingkarinya, atau malah sebaliknya seseorang mengaku memeluk
sebuah agama, padahal sesungguhnya sebagian besar pemeluk agama tersebut
mengingkarinya.

Sebelum membahas apa itu ruang lingkup agama, alangkah lebih baiknya kita
mengetahui terlebih dahulu pengertian dari kata agama itu sendiri. Agama (religion) di
dalam Oxford Student Dictionary (1978) didefinisikan sebagai “the belief in the existence
of supranatural ruling power, the creator and controller of universe”, yaitu suatu
kepercayaan akan keberadaan suatu kekuatan pengatur supranatural yang menciptakan dan
mengendalikan alam semesta.

Agama pada umumnya memiliki pengertian sebagai system orientasi dan obyek
pengabdian. Dalam pengertian ini semua orang adalah makhluk religius, karena tak
seorangpun dapat hidup tanpa suatu system yang mengaturnya dan tetap dalam kondisi
sehat.

Para pakar memiliki beragama pengertian tentang agama. Secara etimologi, kata “agama”
bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan diambil dari istilah bahasa Sansekerta yang
menunjuk pada sistem kepercayaan dalam Hinduisme dan Budhisme di India.

Agama terdiri dari kata “a” yang berarti “tidak”, dan “gama” berarti kacau.

Dengan demikian, agama adalah sejenis peraturan yang menghindarkan manusia dari
kekacauan, serta mengantarkan menusia menuju keteraturan dan ketertiban.

Agama juga dapat berarti suatu aturan terorganisir yang terdiri dari kepercayaan, sistem
budaya, serta pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah
dari kehidupan.

3
Beragam agama memiliki catatan, simbol, dan kesucian yang mana digunakan untuk
menjelaskan makna dari hidup itu sendiri dan menjelaskan asal usul kehidupan, manusia
dimasa yang lalu ataupun terciptanya alam semesta. Dari keyakinan mereka tentang
kosmos dan sifat manusia, setiap orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau
gaya hidup yang disukai.

Kebudayaan yang berkembang di tengah manusia adalah produk dan tingkah laku
keberagamaan manusia.

Agama dalam bahasa Al-Quran disebut dengan “din”. Kata “din” yang berasal dari akar
bahasa Arab dayn memiliki banyak arti pokok, yaitu:

(1) Keberhutangan,

(2) Kepatuhan,

(3) Kekuasaan bijaksana,

(4) Kecenderungan alami atau tendensi.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat ditarik benang merah bahwa disaat
seseorang mendapati dirinya dalam keadaan berhutang kepada orang lain, maka ia akan
menyerah atau menundukkan dirinya kepada peraturan atau ketentuan orang yang
memberikan hutang.

Dalam UUD 1945dinyatakan bahwa “tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan untuk


memilih dan mempraktikkan kepercayaannya” dan “menjamin semuanya akan kebebasan
untuk menyembah, menurut agama atau kepercayaannya”. Pemerintah, bagaimanapun,
secara resmi hanya mengakui enam agama, yakni Islam, Protestan,Katolik, Hindu, Buddha
dan Konghucu.

Para ahli mengelompokkan beberapa agama seperti agama Kong Hu Cu, agama Budha dan
agama Hindu sebagai agama budaya, karena agama tersebut lahir dari pemikiran
pendirinya. Sedangkan yang tergolong agama wahyu adalah Narsani, Yahudi, dan Islam.
Namun beberapa pakar berbeda pendapat tentang golongan agama wahyu tersebut. Jikalau
tolok ukur diatas diterapkan kepada tiga agama wahyu, maka menurut para ahli pula, tidak
semua tolok ukur tersebut dapat diterapkan kepada agama Yahudi dan Nasrani. Sebagai
salah satu contoh adalah mengenai kitab suci, banyak para ahli yang dapat membuktikan

4
bahwa Taurat dan Injil telah mengalami perubahan, tidak asli lagi memuat wahyu yang
disampaikan oleh Malaikat Jibril dahulu kepada Musa dan Isa sebagai Rosul-Nya. Selain
daripada itu, sifat ajaran agama Yahudi adalah local, khusus bagi orang Yahudi dan tidak
untuk manusia lainnya. Tentang agama Nasrani dapat dikemukakan bahwa konsep
ketuhanannya bukanlah monoteisme murni tapi monoteisme nisbi. Menurut ajaran akidah
agama Nasrani, Tuhan memang satu tetapi terdiri dari tiga oknum yakni Tuhan Bapak,
Tuhan Anak, dan Rohul Qudus. Ketiganya disebut trinitas atau tritunggal, kesatuan tiga
pribadi

Perlu diketahui bahwa sebagai agama wahyu, semua agama langit yang disebutkan diatas
semua ajarannya berasal dari wahyu Ilahi yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada
Rosul-Nya yang pertama sampai kepada Nabi dan Rosul-Nya yang terakhir adalah sama
yakni mengenai ke-Esaan Allah, tidak ada Tuhan selain Allah. Ajaran tauhid ke-Esaan
Allah tidak akan pernah berubah, yang berubah adalah jalan yang ditempuh atau syariat
yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, antar manusia dalam masyarakat dan
dirinya sendiri serta lingkungan hidupnya.

2.2. Ruang Lingkup Agama

Ruang lingkup agama adalah sebuah batasan-batasan dalam sebuah masalah. Di dalam hal
ini yang dimaksud adalah batasan-batasan di dalam sebuah agama.

Sebuah agama biasanya melingkupi tiga persoalan pokok,yakni:

1. Keyakinan (credial), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan supranatural


yang diyakini mengatur dan mencipta alam.
2. Peribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan
kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau pengakuan dan
ketundukannya.
3. System nilai yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya atau alam
semesta yang dikaitkan dengan keyakinannya tersebut.

5
2.3 Unsur-unsur Pokok Agama

Menjelaskan definisi agama merupakan sesuatu yang sangat kompleks. Penjelasan


yang dikemukakan oleh para ahli tidak dapat menjawab secara tuntas mengenai realitas
agama dalam kehidupan manusia.

Untuk memudahkan kita memahami arti agama, maka kita perlu mengetahui
unsur-unsur pokok yang terkandung dalam agama itu sendiri. Berikut ini adalah tiga unsur
pokok agama:

1. Manusia

Manusia merupakan mahluk yang memiliki akal budi, dapat berpikir dan
berusaha dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam hal ini, manusia
adalah umat atau penganut suatu agama yang berpikir dan percaya bahwa ada
sesuatu di luar dirinya yang memiliki kuasa dan kekuatan yang tidak bisa
dijelaskan dengan hukum alam.

2. Penghambaan

Dalam konteks agama, penghambaan bukan berarti perbudakan. Tapi lebih


kepada adanya kebutuhan manusia akan kedudukannya dihadapan sang
penciptanya. Dalam hal ini, penghambaan manusia kepada Tuhan akan melibatkan
banyak hal, seperti; simbol-simbol agama, praktik agama, serta pengalaman
keagamaan manusia itu sendiri.

3. Tuhan

Pada dasarnya tidak ada kesepakatan bersama mengenai konsep


ketuhanan, sehingga ada banyak konsep ketuhanan, seperti teisme, deisme,
panteisme, dan lain-lain. Namun, secara umum Tuhan dipahami sebagai Roh
Mahakuasa dan asas dari suatu kepercayaan. Dalam ajaran teisme, Tuhan adalah
pencipta sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta (Wikipedia).

6
Adapun Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa unsur pokok:

 Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada
keraguan lagi
 Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.
 Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan-Nya,
dan hubungan horizontal atau hubungan antarumat beragama sesuai dengan
ajaran agama
 Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang
dialami oleh penganut-penganut secara pribadi.
 Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama

2.4 Istilah-Istilah Agama

Iman

Secara etimologi, iman berasal dari bahasa Arab ‫ إِ ْي َما ٌن‬īmān yang berarti ‘kepercayaan;
keyakinan; kejujuran’. Dalam KBBI kata iman memiliki tiga pengertian, yakni ‘1. n
kepercayaan (yang berkenaandengan agama) 2. n keyakinan dan kepercayaankepada Allah,
nabi, kitab, dan sebagainya: — tidakakan bertentangan dengan ilmu 3. n ketetapan hati;
keteguhan batin; keseimbangan batin’.

Percaya

Kata percaya merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta, yakni य pratyaya yang
berarti ‘sumpah, gambaran atau konsep, pendirian, gagasan, asumsi, kepercayaan,
kesadaran, bukti’. Dalam KBBI kata percaya memiiki empat pengertian, yakni ‘1.
mengakui atau yakin bahwa sesuatu memang benar atau nyata 2. menganggap atau yakin
bahwa sesuatu itu benar-benar ada 3. menganggap atau yakin bahwa seseorang itu jujur
(tidak jahat dan sebagainya) 4. yakin benar atau memastikan akan kemampuan atau
kelebihan seseorang atau sesuatu (bahwa akan dapat memenuhi harapannya dan
sebagainya). Bentuk turunan dari kata percaya adalah kepercayaan, ketepercayaan,
memercayai, memercayakan, dan tepercaya.

7
Tuhan

Menurut beberapa sumber, kata Tuhan berasal dari bahasa Melayu, Tuan, yang berarti
‘atasan; penguasa; pemilik; pengatur; pembina dan pemberi nikmat. Setiap agama memiliki
sebutan khusus untuk Tuhan. Dalam agama samawi, kata Tuhan hampir selalu mengacu
kepada Allah. Dalam KBBI kata Tuhan berarti ‘sesuatu yang diyakini, dipuja, dan
disembah oleh manusia sebagai yang Mahakuasa, Mahaperkasa, dan sebaginya’. Bentuk
turunan dari kata Tuhan adalah berketuhanan, bertuhan, bertuhankan, ketuhanan,
mempertuhan, mempertuhankan, dan menuhankan.

Ibadah dan Ibadat

Secara etimologi, kata ibadah atau berasal dari kata ٌ‫‘ ِع َبادَات‬ibādāt yang berarti ‘ketaatan’.
Dalam KBBI kata ibadah berarti ‘perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah Swt.,
yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Selain kata
ibadah, dalam KBBI juga terdapat kata ibadat yang juga berasal dari kata yang sama dengan
ibadah dan memiliki arti yang sama. Akan tetapi, kata ibadat juga berarti ‘segala usaha
lahir dan batin sesuai dengan perintah Tuhan untuk mendapatkan kebahagiaan dan
keseimbangan hidup, baik untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat maupun terhadap alam
semesta’. Arti lain dari kata ibadat adalah ‘upacara keagamaan’. Berdasarkan definisi yang
tertulis di KBBI dapat kita ketahui bahwa kata ibadah lebih spesifik merujuk kepada agama
Islam dan kata ibadat lebih umum dan tidak merujuk pada salah satu agama. Kata ibadah
membentuk beberapa gabungan kata yang sudah lazim digunakan, yakni ibadah badaniah,
ibadah haji, ibadah puasa, ibadah sunah, dan ibadah wajib.

Yakin

Kata yakin berasal dari bahasa Arab ‫ َي ِق ْي ٌن‬yaqīn yang berarti ‘kemantapan hati’. Kata tersebut
diserap ke dalam bahasa Indonesia yang artinya hampir sama dengan kata dalam bahasa
aslinya. Dalam KBBI dapa dilihat dua makna yang merujuk pada kata yakin, yakni ‘1.
percaya (tahu, mengerti) sungguh-sungguh; (merasa) pasti (tentu, tidak salah lagi) 2.
sungguh; sungguh-sungguh’. Dalam KBBI juga tercatat beberapa bentuk turunan kata
yakin, yakni berkeyakinan, keyakinan, meyakin-yakini, meyakini, meyakinkan, dan
peyakinan

8
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari sinilah kita dapat menyadari bahwasannya Agama adalah sebuah realitas yang
senantiasa melingkupi manusia. Agama juga dapat berarti suatu aturan terorganisir yang
terdiri dari kepercayaan, sistem budaya, serta pandangan dunia yang menghubungkan
manusia dengan tatanan atau perintah dari kehidupan. Agama meliputi 3 persoalan pokok,
yakni keyakinan (credial), Peribadatan (Ritual), dan sistem nilai yang mengatur hubungan
manusia dengan manusia lainnya atau alam semesta.

Maka dari itu setiap manusia dimuka bumi ini pasti memiliki kepercayaannya
masing-masing yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada keraguan lagi. Setiap
manusia harus percaya dengan adanya tuhan dengan unsur sebuah agama yang terdiri dari
3 unsur yaitu manusia,penghambaan dan Tuhan. Di dalam ke agaman terdeapat beberapa
istilah di antaranya : (1) Iman yang berarti kepercayaan,keyakinan dan kkejujuran. (2)
Percaya yang berarti percaya adanya tuhan,Tuhan yang berarti atasan,penguasa,pemilik
pengatur,Pembina dan pemberi nikmat. (3) Ibadah dan ibadat yang berarti perbuatan untuk
menyatakan bakti kepada tuhan. Yakin berarti kemantapan hati yang merujuk pada kata
yakin atau percaya ( tahu, mengerti ).

3.2 SARAN

Setelah pembahasan makalah ini, diharapkan mahasiswa dan mahasiswi dapat


lebih meyakini ajaran kepercayaan agamanya masing masing, dan lebih menghargai antar
sesama agama.

9
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Rohidin, 2018, Pendidikan Agama Islam Sebuah Pengantar,Yogyakarta : FH UII Press

Rusyja Rustam, Rustam and Zainal A. Haris, A. Haris (2018) Buku Ajar Pendidikan
Agama Islam Di Perguruan Tinggi. Deepublish.

Sumber Internet:

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-agama.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Agama

https://majalahkelasa.kemdikbud.go.id/2021/04/26/kata-dan-istilah-keagamaan

10

Anda mungkin juga menyukai