Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Hakikat merupakan Upaya pencari kebenaran melalui cara berfikir dengan kkonsep
konsep yang dimiliki sehingga jika menanyakan hakikat sesuatu maka sama saja dengan
menanyakan asal muasal atau asal terjadinya sesuatu itu, sementara agama dapat diartikan
sebagai ajaran-ajaran yang mengantarkan kita kepada keyakinan akan adanya tuhan.
Hakikat Agama merupakan hal yang sangat penting untuk kita pelajari Bersama karena
dari hal ini kitab isa mempelajari mengenai hal dasar ajaran atau pemahaman spiritual yang kita
anaut. Yang mana jika kita telah mengetahui hal tersebut akan menjadikan kita lebih dekat
dengan tuhan. Banyaknya perbedaan ajaran-ajaran yang ada di muka bumi ini yang menjadikan
kita akan berfikir kritis mengenai kebenaran ajaran tersebut sehingga dengan menggunakan akal
pikiran dan dalil-dalil dari ajaran tersebut mengantarkan kita untuk menjadi lebih yakin lagi
dengan ajaran yang kita ikuti.
Pada pembahasan kali ini penulis membahas agama secara umum berdasarkan naskah naskah
yang penulis temui melalui buku-buku yang ada.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut
1. Apa dan bagaimana itu hakikat ?
2. Ap itu agama?
3. Apa itu hakikat agama dan keberagamaan ?
HAKIKAT AGAMA DAN KEBERAGAMAAN

1. Pengertian Hakikat
Setiap orang, baik secara individu, maupun kolektif selalu mencari dan
menginginkan kebenaran, dan kebaikan dalam kehidupannya. Namun dalam menakar
kebenaran dan kebaikan itu kadang kala relatif bagi setiap orang, atau bagi kolektif.
Maka dari itu upaya untuk mencari kebenaran dan kebaikan tersebut setiap orang
memiliki dasar patokan kebenaran yang dianut oleh individu atau kolektif. Upaya
mencari kebenaran demikian dapat dikatakan mencari hakikat.1
Dengan demikian memikirkan hakikat sesuatu secara mendalam dan terperinci
sama halnya kita melakukan berfilsafat. Yang dimana arti filsafat sendiri adalah berfikiri
secara mendalam.
2. Pengertian Agama
Agama dalam tinjauan filsafat adalah suatu gejala yang luas dan rumit dan ada
banyak teori antropologis, sosiologis, psikologis, naturalitstik dan keagamaan tentang
sifat dasar agama sehingga akibatnya tidak ada definisi yang diterima secara universal
benar. Tetapi para filosuf telah mencatat cirriciri yang menentukan dari.2
Emile Durkheim berpendapat bahwa Agama merupakan sistem sosial yang
memperkuat perikatan sosial antar individu dan kelompok, solidaritas sosial semacam ini
tumbuh berdasarkan pada perasaan kesamaan moralitas dan kepercayaan yang dianut
bersama, solidaritas ini juga diikat oleh pengalaman emosional penganut agama. Menurut
Durkheim “nilai-nilai dan ajaran agama 37 menjadi perekat antar masyarakat” sementara
tuhan dianggap sebagai idealism dari masyarakat sebagai “sesuatu yang paling sempurna
dibandingkan dengan makhluk”. Dengan demikian, pemikiran Durkheim mengenai
sosiologi agama tergolong fungsional, karena ia merekatkan masyarakat pada nilai-nilai
yang harus dijaga. Dalam perpektif ini, kesamaan praktik-praktik agama atau fungsi-
fungsi yang wajib dijalankan dalam sistem sosial menjadi sesuatu yang menarik perhatian
Durkheim, bukan perbedaan pada karakteristik keyakinan dan ritual dari agama-agama
yang ada.3

1
Hisarma Saragih dkk, Filsafat Pendidikan ( Medan, Yayasan Kita Menulis, 2021) Hal. 1
2
Hisarma Saragih dkk, Filsafat Pendidikan ( Medan, Yayasan Kita Menulis, 2021) Hal. 49
3
Gunawan Adnan, Sosiologi Agama(Banda Aceh, Arraniry Pres, 2020) Hal. 36-37
Karl Marx mengasumsikan bahwa agama tidak lebih dari suatu ideologi. Dengan
konsep “materialisme historis” Marx memandang agama diguankan sebagai alat untuk
melanggengkan kekuasaan dan menjaga status. Marx mengatakan “agama itu candu”.4
Sementara itu menurut K.H.Thaib Thahir Abd. Mu’in, agama adalah peraturan
Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal dan memegang peraturan
Tuhan itu dengan kehendaknya sendiri, untuk mencapai kebaikan dan kebahagaiaan.
Sementara itu menurut KH, Azhar Basyir, agama itu mempunyai unsur terpenting yakni
keyakinan adanya kenyataan lain dari kenyataan sekarang ini. Adanya unsur keyakinan
bahwa dibalik kenyataan duniawi ini ada kenyataan lain yang lebih agung, lebih suci
tempat manusia bergantung dan berdasar untuk mendekatinya.5
Dengan demikian dari beberapa pengertian agama diatas penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa agama sebagai suatu ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia
melalui perantara Rasul sebagai UtusanNya untuk diyakini kebenarannya serta
didayagunakan untuk mencapai keselamatan, bagi diri mereka dan masyarakat luas pada
umumnya yang jika dijalani dengan baik akan memperkuat ikatan sosial sehingga akan
menjadi candu bagi pengikut-pengikutnya dalam menjalankan ibadah.
Selanjutnya berkaitan dengan Hakikat Agama seperti pembahasan ini maka dapat
disimpulkan bahwa berpikir secara mendalam mengenai ajaran yang diwahyukan oleh
tuhan untuk mengetahui hal yang benar. Maka dengan membahas mengenai pemikiran-
pemikiran yang mendasar pada agama akan mengantarkan kita lebih dekat dengan tuhan.
Sebagai contoh di dalam agama Islam yang merupakan agama rahmatan lilalamin
yang mana Pelajaran tauhid yang menjadi dasar atau landasan kita untuk menegenal
Allah SWT. Semakin kita mengenal Allah SWT maka akan menjadikan kita semakin
dekat dengannya.
3. Keberagamaan
Salah satu kenyataan yang terjadi dalam sepanjang perjalanan sejarah umat manusia
adalah fenomena keberagamaan (Religiosity). Untuk menerangkan fenomena ini secara
ilmiah, bermunculan beberapa konsep religiusitas.6

4
Ibid hal 38
5
Kasno, Filsafat Agama, (Alpha,Surabaya,2018) Hal. 1.
6
Djamaludin Ancok Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 1994) hal 76.
Keberagamaan (Religiusitas) menurut Ghufron, mengutip Gazalba berasal dari kata religi
dalam bahasa latin “religio” yang akarnya adalah religure yang berarti mengikat. Dengan
demikian, mengandung makna bahwa religi atau agama pada umumnya memiliki aturan-
aturan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh pemeluknya.
Kesemuanya itu berfungsi mengikat seseorang atau sekelompok orang dalam
hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam sekitarnya.7
Berbicara tentang konsep Religiusitas, banyak para ahli yang mengemukakan
konsep religiusitas, seperti:
1. Menurut William James sikap keberagamaan orang yang termasuk ke dalam
sakit jiwa (The sick-soul) ditemui pada mereka yang mengalami latar
belakang kehidupan keagamaan yang terganggu. Mereka meyakini agama
karenaadanya penderitaan batin yang anatara lain mungkin disebabkan oleh
adanya sebuah musibah yang menimpa mereka, konflik batin ataupun sebab
lainnya yang rumit diungkapkan secara ilmiah.8
2. Hurlock sebagaimana dikutip oleh Gufron mengatakan bahwa religi terdiri
dari dua unsur, yaitu unsur keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur
pelaksanaan ajaran agama. Sementara Spink mengatakan bahwa agama
meliputi adanya keyakinan, adat, tradisi, dan juga pengalaman-pengalaman
individual. Religiusitas atau keberagaamaan diwujudkan dalam berbagai sisi
kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang
melakukan perilaku ritual (beribadah), tapi juga ketika melakukan aktivitas
lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya yang berkaitan
dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat mata, tapi juga aktivitas yang
tak tampak dan terjadi dalam hati seseorang. Karena itu keberagamaan
seseorang akan meliputi berbagai macam sisi atau dimensi. Dengan demikian,
agama adalah sebuah sistem yang berdimensi banyak.
Dari kedua konsep keberagaamn diatas penulis mengambil konsep Glock
& Stark yang dianggap sebagai konsep yang paling sesuai dengan Islam. Hal
ini juga sejalan dengan pandangan Suroso yang mengatakan bahwa konsep
religiusitas versi Glock & Stark adalah rumusan brilian. Konsep tersebut
7
M. Nur Ghufron & Rini Risnawinta S, Teori-Teori Psikologi, (Yogyakarta: ARR-RUZZ MEDIA, 2011), hal. 167
8
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), hal 109
mencoba melihat keberagamaan seseorang bukan hanya dari satu atau dua
dimensi, tapi mencoba memperhatikan segala dimensi. Keberagamaan dalam
Islam bukan hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah ritual saja, tapi juga
menyeluruh, Islam mendorong pemeluknya untuk beragama secara
menyeluruh pula. Karena itu, hanya konsep yang mampu memberi penjelasan
tentang kemenyeluruhan yang mampu memahami keberagamaan umat Islam.
Sehingga, untuk memahami Islam dan umat Islam, konsep yang tepat adalah
konsep yang mampu memahami adanya beragam dimensi dalam Islam.9
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dimensi keberagamaan adalah seluruh
aspek atau sisi kehidupan manusia yang dalam menjalani kehidupannya
didasarkan pada aturan-aturan atau nash dalam sebuah agama, yang berfungsi
untuk mengikat dan mengutuhkan diri seseorang atau sekelompok orang
dalam hubungannya terhadap Tuhan, semua manusia serta alam sekitarnya.
Adapun pembagian dimensi-dimensi religiusitas, menurut Glock dan Stark
terdiri dari lima dimensi keberagamaan, yaitu10 :
1. Dimensi Keyakinan, yaitu dimensi yang mengacu pada serangkaian
kepercayaan yang menjelaskan eksistensi manusia atau dimensi akidah
2. Dimensi Pengetahuan , yaitu dimensi yang menunjukan tingkat
pemahaman orang terhadap doktrin agamanya.
3. Dimensi Pengalaman, yaitu berkaitan dengan pengalaman keagamaan
seseorang, perasaan-perasaan tertentu, persepsi-persepsi seseorang,
dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang dalam hubungannya
dengan Tuhan. Misalnya, merasa dekat dengan Tuhan, merasa takut
berbuat dosa atau merasa do’a yang dikabulkan, diselamatkan Tuhan
dan sebagainya.
4. Dimensi peribadatan, yaitu mengenai hal hal spiritual atau ibadah.
5. Dimensi pengamalan, yaitu komitmen untuk menjalankan agamanya
secara kaffah.

9
Djamaludin Ancok Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 1994) hal 76.

10
Ahmad Munir , Teologi Dinamis, (Yogyakarta: STAIN Po Press, 2010), hal 32.
Dengan demikian keberagamaan merupakan hal yang mutlak yang kita harus
jalani sebagai seorang yang beragama dengan menelaah dimensi-dimensi yang telah di
paparkan diatas yang memiliki keterkaitan antara satu dan laiannya yang jika
dilaksanakan dengan tertib maka akan menjadikan umat beragama hidup rukun dan
damai.

KESIMPULAN
1. Hakikat merupakan landasan atau asal usul sesuatu yang berdasarkan pemikiran pemikiran yang
mendalam untuk mencari suatu kebenaran.
2. Agama sebagai suatu ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui perantara
Rasul sebagai UtusanNya untuk diyakini kebenarannya serta didayagunakan untuk
mencapai keselamatan, bagi diri mereka dan masyarakat luas pada umumnya yang jika
dijalani dengan baik akan memperkuat ikatan sosial sehingga akan menjadi candu bagi
pengikut-pengikutnya dalam menjalankan ibadah
3. berpikir secara mendalam mengenai ajaran yang diwahyukan oleh tuhan untuk mengetahui
hal yang benar.
4. Keberagamaan merupakan Religiusitas yang mengandung makna bahwa religi atau agama
pada umumnya memiliki aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi dan
dilaksanakan oleh pemeluknya.

Anda mungkin juga menyukai