NIM : 06040123093
PRODI : PAI
Resume Buku
BAB I
Dalam konteks Islam, pandangan hidup Islam mengacu pada cara unik
Islam dalam melihat dunia, realitas, dan makna eksistensi. Beberapa pemikir
Islam menggunakan istilah seperti "Islami nazariat," "al-Mabda' al-Islami," atau
"ru'yat al-Islam lil wujud" untuk menggambarkan pandangan hidup Islam. Mereka
sepakat bahwa Islam memiliki perspektif unik tentang segala sesuatu. Pandangan
hidup Islam mencakup keyakinan dalam kesatuan Tuhan, akal, aqidah, dan
pandangan tentang realitas dan kebenaran. Pemikir-pemikir ini memiliki fokus
yang berbeda, misalnya, Maulana al-Mawdudi lebih berfokus pada aspek politik,
Sayyid Qutb lebih cenderung pada aspek ideologi, dan S.M. Naquib al-Attas lebih
menggali makna metafisis dan epistemologis dalam pandangan hidup Islam.
Pandangan hidup Islam adalah pandangan unik yang membedakan Islam dari
pandangan hidup lainnya, dan elemen dan karakteristiknya dapat beragam
tergantung pada pendekatan dan fokus pemikir yang mengembangkannya.
BAB II
Cara Mencari Kebenaran adalah bahwa manusia mencari kebenaran melalui tiga
cara, yaitu ilmu pengetahuan, filsafat, dan agama.
1.Ilmu Pengetahuan
2. Filsafat
3. Agama
Kebenaran dalam Islam dapat dibagi menjadi tiga kategori: i'tiqadi (imani),
syar'iy, dan waqi'iy.
a. Akidah: Akidah atau keyakinan adalah sikap jiwa yang diwujudkan dalam
perkataan dan perbuatan. Ini mencakup iman (penerimaan) dan kufur (penolakan)
terhadap sesuatu yang dirasakan, dilihat, atau didengar.
b. Ibadah: Ibadah adalah aktivitas yang dilakukan demi sesuatu Dzat yang berhak
menerima ibadah. Ini berkaitan dengan keyakinan seseorang pada sesuatu yang
lebih tinggi daripada dirinya.
c. Syariah: Syariah adalah aturan yang diciptakan oleh Allah untuk mengatur
hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia, dan alam. Syariah harus benar,
adil, luwes, konsisten, dan mencakup berbagai aspek kehidupan.
d. Nabi: Nabi adalah utusan Allah yang menerima wahyu untuk disampaikan
kepada manusia. Mereka harus laki-laki, berakhlak mulia, terpelihara dari
perbuatan tercela, diutus untuk manusia secara umum, dan dibantu dengan
mukjizat.
e. Kitab Suci: Kitab suci adalah kodifikasi firman Allah yang diturunkan melalui
Rasul-Nya. Kitab suci harus bersih dari pendapat manusia, ditulis oleh Nabi atau
atas perintahnya, mengandung ajaran kebaikan, tidak bertentangan dalam
ajarannya, dan tidak mengalami perubahan oleh tangan manusia.
1. Sinkretisme: Teori ini berusaha untuk melebur berbagai agama menjadi satu
totalitas, dengan menganggap bahwa agama-agama memiliki dasar yang sama.
Namun, hal ini lemah karena hakikat dan kebenaran agama bersifat subjektif, dan
setiap agama memiliki dasar keyakinan yang berbeda.
3. Conversion: Teori ini mengusulkan saling tukar agama antara pemeluk agama
yang berbeda, karena setiap agama dianggap benar oleh pemeluknya.
4. Pluralisme Agama: Ini adalah paham yang menganggap semua agama sama dan
relatif. Setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim kebenaran mutlak.
Pluralisme agama mempromosikan kerukunan antar agama.
- Orang yang mendengar ajaran agama dan mengikuti yang terbaik adalah orang-
orang berakal.
- Islam mendorong saling mencintai dan menghormati antar umat beragama untuk
menciptakan harmoni dalam pergaulan dan kemanusiaan.
BAB IV
Islam, dalam bahasa Arab, memiliki akar kata "aslama," yang berarti
"menyerah, tunduk, patuh, dan taat." Orang yang masuk Islam disebut Muslim,
yang berarti mereka telah menyerahkan diri kepada Allah. Nama Islam tidak
berkaitan dengan individu, kelompok, atau wilayah tertentu. Ini adalah agama
yang namanya mengacu pada esensi ajarannya, bukan pada pendirinya.
Islam, istilah 'din' memiliki makna yang lebih mendalam daripada sekadar
agama. 'Din' berhubungan dengan konsep manusia yang memiliki utang kepada
Tuhan atas penciptaan dan pemeliharaan eksistensinya. Manusia tidak pernah bisa
melunasi utang ini sepenuhnya, tetapi melalui pengembalian diri kepada Tuhan,
yang mencakup taat pada perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, manusia
dapat mendapatkan balasan berlipat ganda yang tidak hanya menutupi
kerugiannya, tetapi juga memberikan keuntungan besar dari eksistensinya. Oleh
karena itu, dalam Islam, 'din' dapat dipahami sebagai jalan pengembalian diri
kepada Tuhan yang memiliki makna yang lebih dalam daripada sekadar konsep
agama.
Islam sebagai tamaddun atau peradaban mengacu pada pengaruh luas yang
dimiliki Islam dalam perkembangan peradaban dunia. Istilah "tamaddun"
digunakan untuk merujuk pada peradaban dalam banyak budaya dan bahasa di
dunia Islam.
B. Karakteristik Islam
1. Karakteristik Umum:
Islam adalah agama yang dinyatakan melalui wahyu kepada para Nabi,
bersifat eksternal, universal, dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia,
mengakui pluralitas keyakinan dan agama, namun menolak pluralisme yang
menganggap semua agama setara, terbuka untuk berbagai pendekatan ilmiah
dalam pemahaman agama, terutama melalui Al-Qur'an.
2. Karakteristik Khusus:
Bidang Akidah:
Ibadah mencakup semua aspek kehidupan manusia, baik yang telah diatur
oleh Allah maupun yang tidak, ibadah adalah konsekuensi dari tauhid, yang
dibagi menjadi tauhid teoretis dan praktis, konsep ibadah bersifat teosentris,
dengan manfaat yang juga bagi manusia.
Bidang Akhlak:
Akhlak Islam didasarkan pada ajaran Tuhan (Al-Qur'an dan Hadis) untuk
menentukan baik dan buruk, akhlak sejalan dengan fitrah manusia dan bersifat
universal, Mempromosikan keseimbangan, realisme, dan menjadikan iman
sebagai motivasi utama dalam perbuatan baik.
BAB V
Dalam bahasa Indonesia, terdapat satu kata, yaitu Tuhan, yang dijelaskan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 1216) sebagai "Sesuatu yang
diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sebagai Yang Maha Kuasa, Maha
perkasa, dan sebagainya." Bahasa Arab memiliki kata-kata rabbun dan ilahun
yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai Tuhan. Namun, keduanya
memiliki perbedaan mendasar dalam pengertian etimologis. Kata rabbun mengacu
pada pemilik atau pencipta, sementara kata ilahun lebih berkaitan dengan
sembahan. Ini menunjukkan perbedaan dalam pengertian Tuhan.
Kata tertua yang menunjukkan makna Tuhan adalah "deva" yang berasal
dari India dan merambah ke berbagai bahasa seperti Latin, Yunani, dan beberapa
bahasa Eropa modern. Meskipun ada berbagai nama Tuhan dalam berbagai
budaya, dalam bahasa Arab, Allah Swt. dianggap sebagai satu-satunya yang
benar-benar menyandang predikat sebagai rabbun dan ilahun.
Al-Qur'an adalah kitab suci yang paling banyak memuat ayat-ayat yang
berhubungan dengan bukti eksistensi dan keesaan Tuhan. Kitab-kitab suci
lainnya, seperti Taurat dan Injil, tidak memiliki jumlah bukti eksistensi Tuhan
sebanyak Al-Qur'an. Hal ini bisa dijelaskan oleh konteks sosio-kultural yang
berbeda yang dihadapi oleh para nabi, seperti Nabi Musa dan Nabi Isa,
dibandingkan dengan Muhammad Saw.
Masyarakat yang dihadapi oleh Nabi Musa dan Nabi Isa sudah memiliki
keyakinan akan eksistensi Tuhan. Oleh karena itu, kitab Taurat dan Injil tidak
perlu memuat banyak bukti eksistensi Tuhan. Al-Qur'an, di sisi lain, memberikan
banyak ayat yang menguatkan bukti eksistensi Tuhan, yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat yang dihadapi oleh Muhammad Saw. Ini menjadikan Al-
Qur'an sebagai sumber utama bukti eksistensi dan keesaan Tuhan dalam Islam.
Dalil naqli atau bukti berdasarkan akal yang diuraikan adalah sebagai berikut:
Bukti ini menyatakan bahwa alam semesta menunjukkan eksistensi Allah karena
segala yang ada saling tergantung satu sama lain dan akhirnya harus ada sesuatu
yang menggerakkan tanpa perlu digerakkan oleh yang lain. Ini mencapai titik satu
penggerak yang tidak tergantung pada yang lain, yaitu Allah.
Bukti ini menunjukkan bahwa alam semesta memiliki maksud dan sasaran dalam
penciptaannya. Contohnya, struktur tubuh manusia yang sangat teratur dan
berfungsi dengan baik menunjukkan adanya rancangan atau tujuan dalam
penciptaannya.
Bukti ini mengatakan bahwa setiap kali kita membayangkan sesuatu yang
besar, kita akan selalu membayangkan sesuatu yang lebih besar. Akhirnya, kita
mencapai gambaran kesempurnaan mutlak yang hanya dapat dicapai oleh Allah.
Selain itu, konsep Tauhid dalam Islam mengacu pada keyakinan bahwa
Allah adalah Maha Esa dalam dzat dan sifat-Nya, dan tidak ada sekutu bagi-Nya
dalam kekuasaan dan ketuhanan. Syahadah tauhid (ه إال هللاHHهد أن ال إلHH )أشadalah
pernyataan kesaksian tentang keesaan Allah, sementara Syahadah risalah (أشهد أن
)محمدا رسول هللاmengacu pada keyakinan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah
dan mengikuti ajarannya adalah kewajiban bagi setiap Mukmin.
Terdapat dua pandangan mengenai Teori Tauhid, yang dijelaskan oleh Haedar
Nashir dkk (1994:25):
1. Teori Kemestian (dalil talazum) menyatakan bahwa tauhid uluhiyah dan tauhid
al-asma' dan al-sifat adalah konsekuensi logis dari tauhid rububiyah. Artinya, jika
seseorang percaya bahwa Allah adalah Rabb, maka secara otomatis ia harus
percaya bahwa Allah juga adalah Tuhan yang harus disembah, diagungkan,
dipatuhi, dipuji, dan dihormati.
Pengertian syirik
Etimologi syirik berasal dari kata "syaraka," yang artinya sekutu atau syerikat.
Dalam terminologi agama, syirik merujuk pada tindakan menjadikan sesuatu
sebagai sekutu bagi Allah dalam aspek rububiyah dan uluhiyah (Al-Fauzan, tt:
74). Syirik bisa mengambil berbagai bentuk, tetapi umumnya terjadi dalam aspek
uluhiyah. Ini terjadi ketika seseorang mengimani Allah sebagai Tuhan, namun
juga mengagungkan sesuatu dengan kadar yang setara dengan pengagungan
kepada Allah, seperti menjadikan objek lain sebagai tuhan selain Allah. Selain itu,
syirik juga melibatkan tindakan memohon kepada selain Allah, mencintai sesuatu
melebihi cinta kepada Allah, atau meminta pertolongan kepada selain Allah, dan
semua tindakan ini dianggap sebagai syirik.
Menurut Al-Fauzan (tt.: 74-75), dalam Islam, syirik dianggap sebagai dosa
besar. Hal ini disebabkan karena syirik menyamakan Pencipta (Allah) dengan
makhluk, terutama dalam aspek ibadah. Dengan menyekutukan Allah, seseorang
sebenarnya menyerupakan-Nya dengan yang lain, yang merupakan salah satu
bentuk kezaliman yang paling besar, sebagaimana dinyatakan dalam QS Luqman
[31]: 13: " ( "ِإَّن الِّش ْر َك َلُظْلٌم َع ِظ يٌمSesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar).
BAB VI
Pertanyaan mendasar yang harus kita tanamkan dalam hati kita adalah,
"Apa tujuan penciptaan manusia?" Semua tahu bahwa manusia diciptakan oleh
Allah untuk beribadah kepada-Nya, yang tidak terbatas pada ritual seperti shalat
dan puasa, tetapi juga mencakup pengabdian dan ketaatan kepada-Nya dalam
seluruh aspek kehidupan.
Dalam pandangan Islam, alam semesta adalah ciptaan Allah, dan segala
sesuatu dalam alam ini patuh pada ketentuan Allah. Manusia memiliki peran unik
sebagai khalifah yang diberikan kebebasan berkehendak, sehingga ia dapat tunduk
atau tidak kepada aturan Allah. Alam semesta, meskipun memiliki kelebihan
dalam ketundukan pada aturan Allah, juga memiliki kelemahan dalam hal
ketidakberdayaan untuk menentukan sikapnya jika manusia merusak
ekosistemnya.
Hubungan manusia dengan alam semesta sangat tergantung pada ideal dan
keyakinan religiusnya. Tanpa ideal dan agama, manusia cenderung egois dan
kebingungan dalam mengenali tugas moral dan sosialnya. Keyakinan religius
mengubah manusia menjadi mukmin sejati, memengaruhi cara pandangnya
terhadap dunia, dan mendorong pengorbanan yang ikhlas. Keyakinan non-religius
cenderung menciptakan dunia imajiner yang bertentangan dengan realitas kasat
mata. Manusia memiliki kecenderungan spiritual yang perlu ditumbuhkan dengan
baik. Kecenderungan ini merupakan bagian fitri dari manusia. Psikolog
menekankan bahwa manusia selalu membutuhkan sesuatu yang dianggap absolut,
baik itu Allah atau sesuatu yang lain, sehingga meningkatkan keyakinan religius
adalah kunci untuk memengaruhi manusia secara positif. Al-Qur'an Suci
menggambarkan keyakinan religius sebagai harmoni antara manusia dan alam
semesta.
BAB VII
Nabi adalah seorang yang ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT. Dengan
memberinya berita (wahyu). Sedangkan, kenabian itu artinya penunjukan atau
pemilihan Allah SWT, terhadap salah seorang daei hamba-Nya dengan
memberikannya sebuah wahyu. Secara etimologis Nabi berasal dari kata na-ba
artinya ditinggalkan, atau berasal dari kata na-ba-a artinya berita. Sedangkan,
menurut terminologis Nabi adalah manusia biasa yang mendapatkan
keistimewaan menerima sebuah wahyu dari Allah SWT. Kemudian setelah itu
diamanatkan untuk disampaikan kepada umat manusia. Nabi yang demikian
disebut dengan Rasul.
BAB VII
Hidup adalah pertalian antara roh dan badan serta hubungan interaksi
antara keduanya. Hidup juga dapat diartikan suatu sifat yang dengan sifat itu
sesuatu menjadi berpengetahuan dan memiliki kekuatan (Rohiman, 1996: 221).
Jadi, hidup merupakan kenikmatan dari Allah, sebab dengan adanya hidup, maka
seseorang dapat merasakan kenikmatan dan tanpa kehidupan maka tidak seorang
pun dapat menikmati arti kehidupan di dunia serta merasakan pembalasan baik
dan buruk di akhirat nanti. Allah menciptakan kehidupan dunia selain sebagai
tempat kehidupan juga sebagai tempat kematian, sedangkan dalam akhirat
dijadikan Allah sebagai tempat pembalasan yang kekal bagi setiap amal perbuatan
yang telah manusia lakukan semasa didunia.
Allah menciptakan manusia dengan tujuan yang mulia, dan sama sekali
bukan untuk main-main sebagaimana yang telah disebutkan dalam sebuah firman
Allah, dalam Q.S Ali Imran : 191 dan Q.S Sad : 27. Yang pada dasarnya tujuan
hidup manusia adalah memperoleh kebahagiaan baik di dalam dunia maupun di
dalam akhirat kelak. Sementara kewajiban dan tugas manusia menurut A l-Quran
adalah mengabdi dan beribadah kepada Allah. Manusia diciptakan Allah, tidak
lain adalah agar mengabdikan dirinya kepada-Nya.
Hari akhir adalah berakhirnya alam kita sekarang, di mana segala sesuatu
yang ada di alam menjadi binasa dan mati kecuali Dzat Allah Kemudian Allah
membangkitkan manusia dari kematiannya (alam kubur) ke alam lain, yaitu alam
akhirat untuk diperlihatkan atau untuk mempertanggungjawabkan semua amal
perbuatan dan kemudian perhitungan amal baik dan buruknya yang pada akhirnya
akan diberikan balasan yang sesuai dengan perbuatan amalannya tersebut, yaitu
amal baik akan memperoleh sebuah kenikmatan atau surga, sedangkan amal
perbuatan yang buruk akan memperoleh siksaan atau memperoleh neraka.
Urgensi iman kepada hari akhir iman kepada Allah sangat berkaitan erat
dengan iman kepada hari akhir. Bahkan sering di dalam Al-Quran dan hadist
disebutkan kedua hal tersebut mewakili rukun-rukun yang lainnya. Dan kesadaran
tentang adanya hari akhir banyak mempengaruhi perilaku manusia di dalam dunia.
Dengan menyadari sepenuhnya tentang adanya keberadaan kehidupan akhirat,
seseorang akan selalu bertindak baik. Karena apa yang dilakukan seseorang di
dalam kehidupannya didunia akan memiliki konsekuensi jangka panjang, yakni
balasan yang akan diterimanya di akhirat kelak.
Menurut bahasa atau secara etimologi qada berasal dari kata qada yang
berarti perintah, sebagaimana tertera dalam ayat 23 surah Al-Isra’. Sedangkan
Qadar, disebut dalam Al-Qur'an dalam bentuk yang bermacam- macam dan
banyak pula artinya. Namun pada umumnya qadar mengandung pengertian,
kekuasaan Allah untuk menentukan ukuran, susunan, dan aturan terhadap sesuatu,
sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an surah Al-Ra'd [13] ayat 8, surah Al-Hijr
[15] ayat 21, dan surah Al-Qamar [54] ayat 49. Dengan demikian, bila kita
katakan bahwa segala sesuatu terjadi dengan qada’ dan qadar Allah, berarti segala
sesuatu terjadi dengan kehendak Allah dan ketetapan hukum Allah yang telah
ditentukan sebelumnya dan berjalan sesuai dengan aturan yang dibuat oleh Allah.
a. Qada keputusan Allah Swt., tentang segala sesuatu atau rencana yang telah
diputuskan (Umar Hasyim, 1985).
b. Qada adalah hukum Allah yang telah Dia tentukan untuk alam semesta ini,
dan Dia jalankan alam ini sesuai dengan konsekuensi hukum-Nya dari sunah-
sunah yang Dia kaitkan antara akibat dengan sebab-sebabnya, semenjak Dia
menghendakinya sampai selama-lamanya. Maka setiap apa yang terjadi di
alam ini adalah berdasarkan takdir yang mendahuluinya.
Beriman kepada qada’ dan qadar Allah adalah rukun keenam dari rukun
iman. Segala sesuatu yang terjadi pada alam semesta dan jiwa manusia, yang baik
maupun yang buruk, semua sudah ditakdirkan oleh Allah dan ditulis sebelum
diciptakannya makhluk. Dan tidak ada seorangpun yang dapat lari dari takdir yang
telah ditetapkan Allah. Maka segala perbuatan adalah terjadi atas kemampuan dan
kemauannya.
Allah telah menetapkan segala sesuatu dalam hidup dan sejarah manusia,
tetapi di samping itu manusia tetap dimintai pertanggung jawaban atas apa yang
telah dilakukannya selama hidup didunia. Di samping itu manusia juga harus
berikhtiar tidak hanya berpasrah diri terhadap apa yang telah ditetapkan oleh
Allah. Dan kesalahan dalam memahami sebuah takdir dapat berakibat buruk bagi
diri dan terhadap kehidupan manusia.
BAB X
Kata "akhlak" (akhlaq) berasal dari bahasa Arab, merupakan bentuk jamak
dari "khulud yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku,
atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi persesuaian dengan kata "khald yang
berarti kejadian. Ibnu 'Athir menjelaskan bahwa khuluq itu adalah gambaran batin
manusia yang sebenarnya (yaitu jiwa dan sifat-sifat batiniah), sedang khalq
merupakan gambaran bentuk jasmaninya (raut muka, warna kulit, tinggi rendah
badan, dan lain sebagainya). Kata khuluq sebagai bentuk tunggal dari akhlak,
tercantum dalam Al-Qur'an surah Al-Qalam [68]: 4, yang artinya: "Sesungguhnya
engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang agung".
Dapat disimpulkan akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang yakni keadaan
jiwa yang telah terlatih, sehingga dalam tersebut benar-benar telah melekat sifat-
sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan, tanpa
pikiran dan diangan-angankan terlebih dahulu. Hubungan akhlak dalam
kehidupan akhlak merupakan amal sholih yang tidak lain adalah akhlak islamiyah.
Oleh karena itu, akhlak menjadi sesuatu hal yang sangat penting dan tidak dapat
terpisahkan dari kehidupan manusia. Urgensi akhlak tidak saja dirasakan oleh
manusia itu sendiri dalam kehidupan individual, tetapi juga dalam kehidupan
berkeluarga dan bermasyarakat, bahkan dalam kehidupan bernegara.
BAB XI
Istilah “ilmu” ekuivalen dengan science, dalam Bahasa Ingg dan Prancis,
wissenschaft (Jerman) dan wetenschap (Belanda) berarti “tahu”. Istilah “ilmu”
sendiri berasal dan Bahasa Arab alima yang juga berarti “tahu”. Jadi, secara
etimologi adalah berpengetahuan. Namun secara terminologis terdapat perbedaan
antar definisi yang dikemukakan oleh para tokoh ilmuwan pada umumnya dengan
definisi yang dikemukakan oleh ilmuwan Islam.
Proses Pencapaian Ilmu dalam Islam memiliki dua aspek: pasif, yang
mengacu pada manusia sebagai penerima ilmu, dan aktif, yang mengacu pada
manusia sebagai pencari ilmu. Ada ilmu pengenalan (ilmu makrifat) yang lebih
pasif dan ilmu pengetahuan yang lebih aktif. Ilmu pengenalan adalah fard 'ayn,
yang wajib bagi setiap Muslim.
NIM : 06040123093
PRODI : PAI
Resume Buku
BAB I
Studi Islam, juga dikenal sebagai Islamic Studies, adalah upaya untuk
mempelajari segala hal yang terkait dengan agama Islam. Ini melibatkan
pemahaman mendalam tentang ajaran, sejarah, dan praktik-praktik Islam, baik
dalam konteks umat Islam maupun dari sudut pandang ilmiah (Islamologi) oleh
non-Muslim. Studi Islam dapat membantu pemahaman dan pengembangan agama
Islam, tetapi juga telah menjadi objek kritik oleh orientalis Barat. Pada akhirnya,
pendekatan yang objektif dan rasional semakin relevan dalam menghadapi
tantangan modern.
Setiap usaha pasti memiliki tujuan, dan setiap individu yang terlibat dalam
suatu usaha harus mengarahkan upayanya untuk mencapai tujuan tersebut secara
efisien. Studi Islam, yang merupakan upaya mendalam untuk memahami Islam
dan aspek-aspek yang terkait dengannya, juga memiliki tujuan yang jelas. Dengan
tujuan ini, studi Islam menjadi suatu usaha yang sadar dan sistematis.
2. Mendalami Isi Ajaran Islam: Tujuan studi ini adalah memahami dengan
mendalam isi ajaran agama Islam dan bagaimana ajaran ini berkembang dalam
budaya dan peradaban Islam sepanjang sejarah.
4. Mempelajari Prinsip dan Nilai Agama Islam: Tujuan terakhir adalah memahami
prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar agama Islam, serta bagaimana ajaran ini
membimbing dan mengarahkan perkembangan budaya dan peradaban manusia
pada zaman modern.
BAB II
7. Metode Deduktif: Dalam metode ini, kaidah-kaidah logis dan filosofis disusun
dan diterapkan pada masalah furu', menjadi penentu dalam masalah furu' tanpa
mempertimbangkan paham mazhab.
8. Metode Induktif: Metode ini menyusun kaidah hukum yang diterapkan pada
masalah furu' setelah disesuaikan dengan paham mazhabnya. Ini memungkinkan
fleksibilitas dalam menghadapi masalah furu'.
BAB III
Penamaan Islam dan Implikasinya Dalam Kehidupan Manusia
Semua tradisi keagamaan di dunia, kata islam sendiri terdapat dalam Al-
Quran, dan orang-orang Islam teguh menggunakan istilah itu untuk mengenal
sistem keimanan mereka. Nama islam itu khusus pemberian dari Allah dan telah
menjadi nama Rasul terakhir. Agama islam dibawa oleh nabi Muhammad bukian
agama baru, karena semu8a agama yang diturunkan oleh Allah, memiliki nama
islam, yang intinya adalah ‘ menyerahkan diri kepada -Nya. Para nabi dan Rasul
sebelumnya juga beragama islam sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an.
Islam merupakan agama universal, karena berasal dari zat yang mengatur,
menguasai, dan memelihara alam semesta.
1. Membukukan secara autentik sumber dasar pokok dan prinsip ajaran islam
sebagai wahyu dari Allah yang tertuang dalam Al-Qur,an.
2. Memberikan penjelasan contoh dan teladan pelaksanaan ajaran islam secara
operasional, dalam kehidupan sosial budaya umatnya.
3. Memberikan metode atau cara untuk mengembangkan ajaran agama islam
secara terpadu dalam kehidupan sosial budaya umatnya.
BAB IV
Al-Qur’an
a. Menurut Al-Syafi’i bahwa Al-Qur’an ditulis dan dibaca tanpa hamzah {Al-
Qur’an} dan tidak diambil dari kata lain. Nama yang khusu diberikan kepada
nabi Muhammad untuki kitab suci yang diberikan, sebagaimana kitab Zabur,
Injil, Taurat dipakai khusu kepada nabi Zabur, Musa dan Isa.
b. Al-Fara’ berpendapat bahwa lafal Al-Qur’an tidak memakai hamzah dan
diambil dari kata qara’in jama’ dari qarinah, yang berarti indikator {petunjuk).
Hal ini disebabkan karena surat-surat dan ayat-ayat Al-Qur’an serupa satu sama
lain.
c. Al-Asy’ari berpendapat bahwa Al-Qur’an tidak memakai hamzah dan diambil
dari kata qarana, yang artinya menggabungkan. Hal ini disebabkan karena
surat-surat dan ayat-ayat Al-Qur’an dihimpun dalam satu mushaf.
d. Al-Zajjaj berpendapat bahwa lafad Al-Qur’an itu berhamzah mengikuti wazan
fu’lan yang diambil dari lafad al-qar’u yang berarti menghimpun. Hal ini
disebabkan karena surat-surat dan ayat-ayat Al-Qur’an merupakan kitab suci
yang menghimpun intisari ajaran dari kitab-kitab sebelumnya.
e. Al-Lihyani berpendapat bahwa lafad AlQur’an itu berhamzah diambil dari kata
qara’ah yang berarti membaca, Namun berbentuk masdar menurut beliau
dengan makna isim maf’ul, jadi Al-Qur’an artinya maq’ru yang dibaca.
f. Subhi al-Shahih menyamakan kata Al-Qur’an dengan al-qara’ah.
a. Dilihat dari ciri-ciri dan sifat Al-Qur’an itu sendiri, autentisitasnya bisa dilihat
dari aspek-aspek berikut, yaitu:
1. Keunikan redaksi Al-Qur’an
2. Kemukjizatan Al-Qur’an
b. Autensitas Al-Qur’an dilihat dari sejarahnya, bisa dilihat dari aspek-aspek
berikut, yaitu:
1. Hafalan para sahabat
2. Kepingan naskah-naskah yang diperintah oleh nabi
3. Kepingan naskah-naskah yang ditulis oleh mereka yang pandai menulis
dalam bentuk mushaf pada masa pemerintahan khalifah Abu Bakar.
c. Bukti-bukti autentisitas Al-Qur’an juga bisa dilihat dari segi-segi pengakuan-
pengakuan pihak cendekiawan non muslim atas kebenaran Al-Qur’an, bisa
dilihat dari aspek-aspek berikut, yaitu:
1. George Sale
2. G Margoliouth
3. Goethe
4. Josep Charles Mardus
5. Laura Vaccaia Vaglieri
Tafsir berasal dari kata fassara, menerangkan arti etimologi tafsir dengan
al-idhah yang berarti penjelasan dan al-bayan yang artimya keterangan, makna
tersebut berarti menjelaskan atau membuka yang tertutup. Sedangkan secara
terminologis tafsir, berarti penjelasan tentang kallamullah (Al-Qur’an) karena itu
yang dimaksud dalam ilmu tafsir.
Fungsi dari ilmu tafsir mengacu pada asumsi bahwa dalam Al-Qur’an
banyak menggunakan ungkapan yang sesuain dengan tingkat kepandaian
manusia, Dan Al-Qur’an tidak dapat dipahami maksudnya hanya dengan
mendengarkan, karena itu dibutuhkan tafsir Al-Qur’an untuk mengeluarkan
hukum-hukum dan ilmu pengetahuan yang tergantung di dalamnya .Dengan
begitu, maka tafsir berfungsi untuk mengetahui apa saja yang disyariatkan oleh
Allah kepada hambanya, baik berkaitan dengan perintah dan larangan sebatas
kepada manusia, juga mengenai aqidah, ibadah dan lain-lain.
BAB V
1. Al-Qur’an tiada lain wahyu yang jelas, yakni Al-Qur’an itu diturunkan
kepada malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad yang berada dalam kondisi
sadar, sedangkan Hadist Qudsi bisa jadi diwahyukan melalui ilham dan
impian.
2. Al-Qur’an merupakan mukjizat, sehingga tidak ada satu orang pun yang dapat
menandinginya, ia terjaga dari perubahan dan penggantian atau terjaga
kemurniannya, sedangkan Hadist Qudsi tidak demikian.
3. Membaca Al-Qur’an merupakan ibadah, sedangkan Hadist Qudsi tidak
demikian.
4. Al-Qur’an tidak boleh diriwayatkan hanya dengan makna saja, namun Hadist
Qudsi diperbolehkan.
5. Lafad Al-Qur’an berasal dari Allah, sedangkan Hadist Qudsi berasal dari
Nabi Muhammad.
Oleh karena itu, as-Sunnah Nabawi dapat dibagi ke dalam dua macam:
a. Tawqify, yaitu yang kandungannya diterima oleh Rasulullah dari wahyu, lalu
beliau menjelaskan dengan kata-katanya sendiri.
b. Taufiqy, yaitu yang disimpulkan oleh Rasulullah menurut pemahamannya
terhadap Al-Qur’an, karena beliau memiliki tugas untuk menjelaskan Al-
Qur’an atau menyimpulkannya dalam bentuk ijtihad.
BAB VI
Para ulama membagi hukum melakukan ijtihad dengan tiga bagian, yaitu:
1. Wajib ain, yaitu mereka dimintai fatwa hukum mengenai suatu peristiwa iyu
lenyap tanpa ada kepastian hukumnya, dan dia sendiri yang mengalami
peristiwa dan ingin mengetahui hukumnya.
2. Wajib kifayah, yaitu bagi orang yang dimintai fatwa hukum mengenai suatu
peristiwa yang tidak dikhawatirkan lenyap peristiwa itu.
3. Sunnah, yaitu apabila melakukan ijtihad mengenai masalah-masalah yang
belum terjadi atau akan terjadi.
1. Al-Waqi’.
2. Mujtahid.
3. Mujtahid Fih.
4. Dalil Syara.
a. Masalah Qath’iyah.
b. Masalah Amaliyah.
c. Kaidah-kaidah yang pasti.
d. Masalah Zhanniyah.
BAB VII
Sejarah adalah suatu penalaran kritis dan usaha yang cermat untuk
mengetahui suatu kebenaran; suatu penjelasan yang cerdas tentang sebab-sebab
dan asal usul sesuatu; sesuatu pengetahuan yang mendalam tentang bagaimana
dan mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, oleh karena itu sejarah berakar dalam
filsafat, dan ia pantas dipandang menjadi bagian dari filsafat. Ibnu Khaldun,
sejarah mempunyai tujuan praktis, yaitu untuk menangkap isyarat-isyarat yang
dipantulkan oleh 'ibar (contoh moral) dalam kejadian sejarah. Tetapi untuk
menangkap isyarat-isyarat itu tidak akan berhasil tanpa bantuan ilmu lain. yaitu
'ilm al-'umran (Ilmu Kultur). Ilmu ini bertugas mencari pengertian tentang sebab-
sebab yang mendorong manusia bertindak, di samping melacak pemahaman
tentang akibat-akibat dari tindakan itu, yaitu seperti yang tercermin pada
peristiwa-peristiwa.
Akidah adalah bentuk masdar dari kata "aqada, ya'qidu 'aqdan- aqidatan"
yang berarti simpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian, dan kokoh. Sedang secara
teknis akidah berarti iman, kepercayaan, dan keyakinan. Dan tumbuhnya
kepercayaan tentunya di dalam hati, sehingga yang dimak- sud akidah adalah
kepercayaan yang menghujam atau simpul di dalam hati.
Pengertian akhlak secara etimologis berasal dari kata khulng dan jamaknya
akhlak yang berarti budi pekerti, etika, moral. Secara etimo logis, akhlak berarti
character, disposition, dan moral constitution. Al- Ghazali berpendapat bahwa
manusia memiliki citra lahiriah yang disebut dengan khalq, dan citra batiniah
yang disebut dengan khulq Khalq merupa kan citra fisik manusia, sedang khulq
merupakan citra psikis manusia. Berdasarkan kategori ini, maka khulq secara
etimologi memiliki arti gambaran atau kondisi kejiwaan seseorang tanpa
melibatkan unsur lahirnya.
Ilmu akhlak adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku yang boleh atau
tidak boleh dilakukan seseorang, namun psikologi adalah ilmu yang hanya
mempelajari tingkah laku. Berdasarkan definisi tersebut, ilmu moral dan psikologi
mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah keduanya
mempelajari perilaku psikologis manusia. Bedanya, ilmu akhlak mempelajari
tingkah laku yang dinilai baik dan buruknya, sehingga ada akhlak yang terpuji
(mahmudah) dan hina (mazmumah), sedangkan ilmu psikologi mempelajari
tingkah laku tanpa berusaha menilai baik dan buruknya (devaluasi).
BAB IX
1. Syari' atau pembuat hukum adalah Allah sedang peran manusia adalah hanya
menginterpretasikan syariah itu melalui berbagai metode istinbath.
2. Adanya syariah tidak terlepas dari pembawanya yaitu Rasul, karena itu fungsi
Rasul hanya pembawa syariah dan menyampaikan kepada umatnya.
3. Isi syariah mencakup semua dimensi asasi kehidupan, baik berkaitan dengan
kepercayaan (i'tiqod, aqidah, atau ashliyah), tingkah perbuata Camali, ibadah,
far'iyah), maupun kode etik, kepercayaan, dan perbuatan (akhlak).
BAB X
Kata filsafat dapat diambil dari bahasa Arab falsafah atan filsafat. Orang
Arab sendiri mengambilnya dari bahasa Yunani philosophia, yang merupakan
kata majemuk dari philos dan shophia. Philos artinya cinta dalam arti seluas-
luasnya, yaitu ingin dan karena ingin itu selalu berusaha mencapai yang
diingininya itu. Sedangkan shophia berarti "kebijaksanaan". Bijaksana berarti
"pandai", yakni mengerti dengan mendalam. Dengan demikian dari segi bahasa
dapat diambil pengertian bahwa filsafat berarti ingin mengerti dengan mendalam,
atau cinta kepada kebijaksanaan.
Dalam bahasa Arab dikenal kata hikmah dan hakim, kata ini bisa
diterjemahkan dengan arti filsafat dan filosof. Kata hukkam al-Islam bisa berarti
falasifat al-Islam. Hikmah adalah perkara tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia
dengan melalui alat-alat tertentu, yaitu akal dan metode- metode berpikirnya.
NIM : 06040123093
PRODI : PAI
Resume Buku
BAB I
Sejarah penafsiran tidak terlepas dari corak penafsiran yang telah dihasilkan
oleh setiap generasi dalam sejarah tertentu, terdapat macam-macam ekspresi dan
karakter. Jangan kan pada zaman ini pada zaman Nabi pun sudah ada terjadinya
perbedaan dalam memahami isi Al-Qur’an.
Munasabah Al-Qur’an diuraikan oleh Lois Ma’lum, secara harfiyah kata
munasabah diambil dari kata nasaba-yunasibu-munasabatan yang berarti dekat,
menyerupai atau mendekatkan. Lahirnya pengetahuan tentang korelasi
(munasabah) berawal dari kenyataan bahwa sistematika Al-Qur’an terdapat
dalam Mushaf Ustmani sekarang tidak berdasarkan pada kronologis turunnya.
Dari uraian yang saya baca munasabah itu digunakan sebagai alat bantu untuk
memahami kitab-kitab Allah. Upaya-upaya itu, terlihat begitu besar akan
pentingnya kajian munasabah terhadap kajian Al-Qur’an, terlepas ada beberapa
kalangan yang berusaha kerja ingin merekonstruksi Al-Qur’an, dari kajian Al-
Qur’an .
BAB II
Kajian masalah hadist misoginis menjadi topik yang masih hangat, seiring
dengan pembahasan hak-hak asasi manusia tidak hanya berimplikasi pada
permasalahan wanita itu sendiri, tetapi masuk pada permasalahan ekonomi,
politik, ekonomi, hukum bahkan berimbasan pada pembahasan agama, termasuk
islam, hingga pada relung-relung keyakinan pribadi pada setiap orang, yang tak
ayal menimbulkan perdebatan.
Salah satu implikasi yang tidak terelakkan adalah isu ini berusaha
membongkar dogma-dogma agama, menentang sebagian ayat-ayat Al- Qur'an,
menghujat hadis-hadis dan melawan setiap ide penerapan hukum Islam dengan
alasan ketidaklayakan hukum itu dalam membentengi hak- hak wanita, bahkan
jelas-jelas dianggap meminggirkan wanita.
Oleh karena itu, untuk menjembatani adanya yang pro dan kontra maka
penulisan istilah misoginis di sini ditulis dalam tanda kutip. Secara luas, kajian
atas hadis-hadis "misoginis" perlu dikembangkan untuk memperlihatkan wajah
Islam yang sesungguhnya.
Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan, bahwa wanita boleh uki ber
menjadi kepala negara harus memenuhi syarat-syarat yang disebut di atas.
menjadi kepala negara yang penting adalah bahwa wanita yang diusung Dalam hal
ini tentu saja selama masih ada kaum pria yang lebih mampu, mampu, maka
sebaiknya jabatan itu diserahkan kepada pria. Persoalannya adalah, mimpi siapa
antara pria dan wanita yang lebih layak dan pantas untuk menjadi terben top
leader.
BAB III
Jika ayat tentang waris itu dilihat sepintas dalam konteks saat ini, maka
terkesan Allah Swt. membeda-bedakan laki-laki dan perempuan. "Padahal kalau
kita lihat konteks historis masa lalunya, itu dalam rangka mengangkat martabat
perempuan. Pertanyaannya, apakah saat ini ayat itu juga harus dipahami satu
banding dua? Ini masih debat. Ada yang bilang ayat ini tidak bisa ditafsirkan lain.
Ada juga yang bilang ayat ini sudah tidak relevan lagi.Meskipun kebenaran dan
kebaikan yang disampaikan oleh Al-Qur'an bersifat universal dan abadi akan
tetapi proses verbalisasinya berkaitan erat dengan kondisi masyarakat Arab pada
masa turunnya. Dalam nada yang lebih berani Ibnu Khaldun mengatakan bahwa
Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab dan disesuaikan dengan gaya retorika
mereka agar dapat dipahami." Rekaman dialog antara ayat-ayat Al-Qur'an dengan
masyarakat Arab terutama yang berkaitan erat dengan persoalan personal mereka
adalah indikasi kuat bagi adanya relevansi proses pembahasaan kebenaran mutlak
Al-Qur'an dengan kondisi lokal bangsa Arab pada masa turunnya.
Selain itu juga, laki-laki dan perempuan diciptakan oleh Allah Swt. dengan
pembagian tugas yang sama, yaitu untuk mengabdi kepada Allah Swt,
sebagaimana firman-Nya dalam QS Al-Dzâriyât (51): 56, "Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku".
Laki-laki dan perempuan memiliki potensi dan peluang yang sama untuk
menjadi hamba yang terbaik. Dan dalam kapasitas sebagai hamba Allah Swt, laki-
laki dan perempuan akan mendapat penghargaan sesuai kadar pengabdiannya.
BAB IV
Manusia secara fisik tak ubahnya seperti belalang kecil yang hinggap di
pohon-pohon. Tetapi dalam diri yang kecil itu terdapat arsy Tuhan, yang luasnya
lebih luas dari bumi dan langit, begitu ungkapan Jalaludin Rumi. Manusia juga
bisa diibaratkan bayang-bayang Tuhan, karena manusia adalah makhluk yang
paling sanggup menyerupai Tuhan, punya roh, memiliki arsy Tuhan. Dalam Al-
Qur'an disebutkan, setelah secara fisik alam raya dan manusia dermadian) وَنَفْح ُت
ِفيِه ِم ن ُروحى:tercipta, kemudian Allah berfirman Aku tiupkan roh-Ku dalam diri
manusia)" (QS Al-Hijr [15]: 29).
M. Quraish Shihab memaparkan bahwa, kata basyar terambil dai alar kata
yang bermakna penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dar akar kata yang
sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Fu'ad 'Abdul Bagi menyebutkan
bahwa, Al-Qur'an menggunakan kata basyar sebanyak 36 kali dalam bentuk
tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna untuk menunjuk manusia dari sudut
lahiriahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Dengan demikian,
kata basyar dalam Al-Qur'an menunjak pada dimensi material manusia yang suka
makan, minum, tidur dan jalan-jalan." Dari makna ini lantas lahir makna-makna
lain yang lebih memperkaya definisi manusia. Dari akar kata basyar lahir makna
bahwa proses penciptaan manusia terjadi secara bertahap sehingga mencapai
tahap kedewasaan.
Pada fase ini, embrio sudah berubah menjadi bayi dan mulai bergerak.
Kedelapan, setelah sempurna kejadiannya, akhirnya lahirlah bayi
tersebut ke atas dunia.
Jadi, roh bersifat Ilahiyah dan senantiasa tunduk kepada kesucian. Puncak
kesucian itu sendiri ialah Tuhan yang maha suci. Dengan demikian, puncak
kerinduan roh ialah bertemu dengan zat yang maha suci. Dari itu, kaum sufi
mengatakan bahwa roh adalah lokus cinta Ilahi, sedangkan kalbu lokus ma'rifat
dan sirr (lapisan hati terdalam) lokus musyahadah (penyaksian akan Tuhan),
Imam Ghazali mengurai bahwa manusia memiliki dua dimensi khalq dan
khulg, bentuk lahir dan bentuk batin. Bentuk lahir manusia terlihat ada yang
cantik, ganteng, ada juga sebagian yang kurang menarik. Di balik bentuk lahir
(khalq) tersebut tersimpan bentuk batin manusia. Itulah bentuk roh (khulq).
Menurut ayat tadi bentuk roh tersebut dapat berupa babi, kera, anjing dan lain
sebagainya, tergantung kualitas akhlaknya. Karena itu, pada hari akhirat nanti
manusia dibangkitkan dalam bentuk nuhnya, dalam perwujudan amal dan
akhlaknya.
Ruh juga seperti tubuh juga berada dalam berbagai keadaan. Ada
ungkapan yang menarik dari Sayyidina Ali mengatakan: "Sesungguhnya tubuh
mengalami enam keadaan: sehat, sakit, mati, hidup, tidur dan bangun. Demikian
pula roh. Hidupnya adalah ilmunya, matinya adalah kebodohannya, sakitnya
adalah keraguannya, dan sehatnya adalah keyakinannya, tidurnya adalah
kelalaiannya dan bangunnya adalah penjagaannya".
Sehubungan dengan itu didasarkan kepada kitab suci, kaum sufi. Dari
uraian di atas, bisa dikatakan bahwa manusia tidak terlepas dari empat dimensi di
atas. Kemudian, hati, oh, nafsu, dan akal akan membawa kepada manusia yang
sesungguhnya. Dalam artian bahwa dengan empat dimensi itu, manusia akan
menjadi posisi/kedudukan yang terhormat, juga sebaliknya, bisa dalam posisi
tersungkur atau hina. Al-Qur'an menggambarkan mengenai penciptaan manusia
sebaik-baik ciptaan ( ahsani taqwim). Akan tetapi, posisi yang Allah berikan yang
dalam posisi terbaik itu, bisa juga berbalik 180 derajat karena ulah manusia, yang
kemudian digambarkan oleh Al-Qur'an sebagai sehina-hinanya manusia. Bahkan,
manusia akan terlempar ke dasar kerak neraka. Tepatlah kiranya, dua potensi yang
Allah gambarkan dalam QS Al-Syams yakni Allah mengilhamkan kejelekan atau
ketakwaan. Maka pertanyaannya tinggal pilih yang mana? Maka, dalam hal ini
keempat dimensi di atas yang akan membawa manusia ke lembah
ketakwaan atau kejelekan.
BAB V
Ekonomi Syahriah
Krisis keuangan yang dewasa ini menimpa sejumlah besar negara- negara
yang dulu diasumsikan kuat dan kebal (immune) telah memberikan bukti nyata
akan perlunya memandang dan mengkaji ulang praktik bisnis dan perbankan dari
aspek yang lebih. Baik dari sisi transaksi komersial, maupun yang lainnya. Maka
dipandang perlu untuk merumuskan perbankan yang bernuansa syariah. Indonesia
salah satu negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, merupakan negara
lahan subur dan pesat untuk perkembangan dan pembumian perbankan syariah.
Jadi, kita harus bisa memegang kedua-duanya. yang universal dan yang
lokal. Hal ini pun bisa diterapkan dalam rangka membumikan perbankan syariah
di bumi nusantara tercinta. Produsen harus bisa memanusiakan konsumen karena
mereka mempunyai hak dan peran penting dalam memenangkan persaingan pasar.
Melalui gerakan humanisasi konsumen, maka sisi gelap modernisme seperti yang
dikatakan oleh Anthony Giddens dalam bukunya The Consequences of Modernity
(1990) perihal kapitalisme liberal yang mensyaratkan kompetisi tiada akhir akan
pertarungan pasar dan industrialisme yang mensyaratkan inovasi tiada henti untuk
memenangkan persaingan pasar bebas" bisa terobati oleh konsep humanisasi
konsumen pada perbankan syariah.
Namun mesti diingat satu hal, sekalipun masyarakat tahu bahwa kata
syariah itu biasanya merujuk pada Islam, namun mereka sekarang mulai kritis
tentang politisasi atau komersialisasi simbol-simbol agama melalui sebuah merek
Tantangan berikutnya adalah masalah wawasan yang mereka miliki perihal
perbankan syariah itu sendiri, hal ini disebabkan karena selama puluhan tahun
masyarakat dijejali dan dininabobokan oleh sistem perekonomian yang non-
syariah, sehingga dengan sendirinya mereka sudah merasa nyaman dengan sistem
perbankan konvensional dan ragu untuk pindah ke sistem perbankan syariah.
Kedua, melibatkan tokoh agama lokal dan organisasi-organisasi massa
Langkah ini penting untuk memberdayakan para tokoh agama di daerah agar
melek terhadap permasalahan ekonomi dan keuangan. Apabila ada anggota
masyarakat atau konsumen yang masih ragu dan belum tahu tentang sistem
perbankan ini, maka biasanya dalam masalah Fiqhiyyah sering bertanya kepada
tokoh agama setempat.
Kedua: selain penerapan kurikulum bagi anak didik Muslim, maka sistem
perbankan syariah pun sangat perlu diperkenalkan kepada anak didik non-Muslim.
Hal ini bisa memberikan khazanah keilmuan dan secara ekonomis akan merekrut
pangsa pasar di masa depan.
Ketiga; konsep Islam sebagai rahmatan lil al-diamin bisa diciptakan di sini
melalui kerja sama dengan warga non-Muslim untuk bersinergi melalui
pemberdayaan ekonominya. Secara politis melalui visi dan misinya. perbankan
syariah tidak hanya terfokus kepada pemberdayaan umat Islam saja, tapi perlu
masuk ke ranah non-Muslim sehingga keuniversalan nilai- nilai perbankan syariah
bisa diterima oleh semua pihak. Bila kondisi ini bisa tercipta, maka hal ini akan
ikut membantu menciptakan suasana harmonis antar agama dan keyakinan.
Sehingga tidak ada lagi konflik antar agama dan keyakinan.
Ajaran agama Islam dalam perilaku ekonomi manusia dan bisnis Indonesia
makin mendesak penerapannya bukan saja karena mayoritas bangsa Indonesia
beragama Islam, tetapi karena makin jelas ajaran moral ini sangat sering tidak
dipatuhi. Dengan perkataan lain penyimpangan demi penyimpangan dalam Islam
jelas merupakan sumber berbagai permasalahan ekonomi nasional
Dari ulasan di atas, ada setidaknya tiga hal strategis yang dapat dilakukan
guna menyusun langkah selanjutnya bagi pengembangan ilmu ekonomi Islam di
masa mendatang.
Pertama, revitalisasi tradisi lama yang meliputi Al-Qur'an dan Hadis
beserta pemikiran ekonom Muslim klasik. Al-Qur'an dan Hadis merupakan
sumber utama yang tidak bisa diragukan lagi bagi ilmu ekonomi Islam. Begitu
juga tidak dapat dipungkiri bahwa jauh sebelum ada Adam Smith, Keynes,
Friedman, dan ekonom Barat lainnya, telah banyak pemikiran ilmu ekonomi Islam
yang dilahirkan oleh ulama klasik semacam Abu Ubaid, Abu Yusuf Al-Ghazali.
Ibnu Khaldun, Ibnu Taimiyah, dan sebagainya. Tradisi lama ini tidak boleh serta-
merta ditinggalkan dalam pengembangan ilmu ekonomi Islam
BAB VI
Dalam studi filsafat, ada satu kajian yang dikenal dengan filsafat
ketuhanan. Filsafat ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan
akal budi, maka dipakai pendekatan yang disebut filosofis. Bagi orang yang
menganut agama tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi), akan
menambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha memikirkannya. Jadi, filsafat
ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan pendekatan akal budi tentang
Tuhan.
Hubungan antara ilmu dengan moral oleh Jujun S. dikaji secara hati- hati dengan
mempertimbangkan tiga dimensi filosofis ilmu. Pandangan Jujun S. mengenai hal
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan pengertian yang benar mengenai kaitan antara ilmu dan
moral maka pembahasan masalah ini harus didekati dari segi-segi yang lebih
terperinci yaitu segi ontologi, epistemologi, dan aksiologi
2. Menafsirkan hakikat ilmu dan moral sebaiknya memperhitungkan faktor
sejarah, baik sejarah perkembangan ilmu itu sendiri, maupun penggunaan ilmu
dalam lingkup perjalanan sejarah kemanusiaan
3. Secara ontologis dalam pemilihan wujud yang akan dijadikan objek . kaidah
moral yang berasaskan tidak mengubah kodrat manusia, tidak merendahkan
martabat manusia, dan tidak mencampuri masalah kehidupan
BAB VII
1. Metode Al-Hikmah
Dalam bahasa Arab Al-hikmah artinya ilmu, keadilan, falsafah,
kebijaksanaan, dan uraian yang benar. Al-hikmah berarti mengajak
kepada jalan , Allah dengan cara keadilan dan kebijaksanaan, selalu
mempertimbangkan berbagai faktor dalam proses belajar baik
mengajar, faktor subjek, objek, sarana, media dan lingkungan
pengajaran. Pertimbangan pemilihan metode dengan memerhatikan
audiens atau peserta didik diperlukan kearifan agar tujuan
pembelajaran tercapai dengan maksimal.
2. Metode Mauizhah Hasanah
Terdiri dari dua kata "al-Mauizhah dan Hasanah". Al-mauizhah
dalam tinjauan etimologi berarti "wejangan, pengajaran, pendidikan,
sedangkan hasanah berarti baik. Bila dua kata ini digabungkan
bermakna pengajaran yang baik. Mauizhah adalah uraian yang
menyentuh hati yang mengantar kepada kebaikan.
3. Metode Mujadalah
Metode ini lebih menekankan kepada pemberian dalil, argumentasi
dan alasan yang kuat. Para siswa berusaha untuk menggali potensi
yang dimilikinya untuk mencari alasan-alasan yang mendasar dan
ilmiah dalam setiap argumen diskusinya. Para guru hanya bertindak
sebagai motivator, stimulator, fasilitator atau sebagai instruktur. Sistem
ini lebih cenderung ke "Student Centre" yang menekankan aspek
penghargaan terhadap perbedaan individu para peserta didik
(individual differencies) bukan "Teacher Centre". Metode ini biasanya
digunakan dalam diskusi- diskusi ilmiah untuk mencari kebenaran dari
beberapa pendapat yang berbeda, seperti dalam dunia perkuliahan.
Oleh karena itu pendidikan merupakan salah satu sendi dalam beragama.
Ajaran Islam bisa bertahan sampai saat ini salah satunya karena ada proses
pendidikan di samping dakwah tentunya. Para da'i yang menyebar ke seluruh
penjuru dunia tersebut menggunakan Al-Qur'an sebagai pedoman baik dari segi
orientasi, tujuan, cara atau metode penyampaian, media dan alat bahkan materi
yang terkandung dalam penyampaiannya pun diambil dari Al- Qur'an.
Al-Qur'an sebagai sumber segala sumber pedoman menjadikannya inspirator
yang sangat kental dalam setiap gerak pemikiran umat Islam. Dalam berbagai
bidang masyarakat Muslim yang religius akan selalu merujuk kepada wahyu
sebagai firman Tuhan yang disampaikan melaluinya nabi-Nya. Dalam hal ini
salah satu unsur penting di dalamnya adalah dengan pendidikan.
BAB VIII
BAB IX
Studi Islam dan Tafsir Kontemporer Atas Pemikiran Nasr Hamid Abu Zayd
dan Muhammad Arkoun
Dalam pada itu—dan ini juga berlaku terhadap interpretasi teks Al-Qur'an-
perlu dibedakan, bahwa teks-teks yang memiliki otoritas tertentu adalah
disusupkan oleh pemikiran manusia, otoritas tersebut tidak muncul dari dalam
teks itu sendiri. Sehingga "pembebasan dari kekuasaan teks" (at-tuharrir min
sulthah an-nash) sebenarnya berarti pembebasan dari otoritas mutlak dan
hegemoni yang mempraktikkan pemaksaan dan penguasaan dengan menyelipkan
indikasi-indikasi dan makna-makna di luar masa, ruang, dan kondisi ke dalam
teks. Paparan ini sesungguhnya merupakan ajakan untuk memahami, menganalisis
dan melakukan interpretasi berdasarkan analisis bahasa terhadap teks tersebut
dalam kompleksitas konteksnya," yang pada gilirannya akan melahirkan
kontekstualisasi makna teks.
BAB X
Dunia pesantren selalu menjadi bidang yang menarik untuk dikaji, baik
dari konteks kelembagaan, perilaku santri, maupun kehidupan tokohnya. Banyak
orang terkenal dan hebat yang lahir di pesantren, dan ini bukanlah suatu
kebetulan. Fokus yang ada pada pesantren akhir-akhir ini nampaknya merupakan
penyimpangan dari tradisi fundamental pesantren yang sangat ahli dalam
pengembangan tradisi akademik dan pengembangan masyarakat. Hal ini mungkin
menunjukkan bahwa fenomena yang patut diungkap memang ada di pesantren.
Ditambah lagi dengan munculnya perubahan sosial dan modernisasi di segala
bidang, termasuk modernisasi di bidang pendidikan, hal ini tentunya berdampak
pada eksistensi lembaga pendidikan Islam tradisional seperti pesantren. Dalam
keadaan seperti ini, keberadaan, dinamika dan peran pesantren tradisional, dan
pada saat yang sama tradisi pesantren, akan terkena dampak langsung atau tidak
langsung.
Islam dapat berkembang pesat dan diterima oleh banyak masyarakat salah
satu faktornya karena adanya pesantren. Pesantren merupakan salah satu bentuk
kebudayaan asli yang berada di Indonesia. Namun tentang kehadiran pesantren
seacra pasti di Indonesia pertama kalinya, dimana, dan siapa pendirinya tidak
diperoleh keterangan secara pasti. Ada pendapat yang mengatakan, pesantren
pertama kali didirikan oleh Syeikh Maulana Ibrahim. Beliau adalah seorang
ulama’ yang berasaldari Gujarat, India agaknya sulit bagi beliau untuk mendirikan
peantren karena sebelumnya di Indonesia telah berkembang perguruan Hindu-
Budha dengan sistem biara asrama sebagai tempat belajar mengajar. Dan
mempunyai persamaan pendidikan yang ada di India.
BAB XI
Secara terminologis, tafsir adalah ilmu yang membahas tentang apa yang
dimaksud oleh Allah dalam Al-Qur'an sepanjang kemampuan manusia. Pengertian
senada diberikan Muhammad Badruddin al-Zarkasyi (745-749 H/1344-1391 M)
yang mendefinisikan ilmu tafsir adalah ilmu untuk memahami kitabullah (Al-
Qur'an yang diturunkan kepada Nabi-Nya Muhammad Saw. serta menerangkan
makna hukum dan hikmah (yang terkandung di dalamnya). Kata tafsîr dalam Al-
Qur'an disebut satu kali, yaitu dalam QS Al-Furqân (25): 33, sedang kata yang
sering disepadankan dan disejajarkan dengan tafsîr ialah ta'wîl disebut dalam Al-
Qur'an sebanyak 17 kali.
Pokok permasalahan yang akan ditelisik melalui rangkaian studi ini adalah
mengenai tafsir ahkam sebagai salah satu corak penafsiran Al-Qur'an atau dengan
kata lain alat corak penafsiran hukum dikaitkan dengan permasalahan dan upaya
kontekstualisasi studi hukum Islam dalam penafsiran kontemporer yang
berkembang di masyarakat saat ini.
Dan Istilah ayat al-ahkam terdiri atas dua kata yaitu "ayat" dan "ahkam",
ayat adalah bentuk jamak dari ayat yang secara harfiyah berarti tanda. Kata ayat
kadang juga diartikan dengan pengajaran, urusan yang mengherankan dan
sekelompok manusia. Adapun yang dimaksud "ayat" dalam hal ini adalah ayat-
ayat Al-Qur'an yaitu bagian tertentu dari Al-Qur'an yang tersusun atas satu atau
beberapa jumlah (kalimat) walau dalam bentuk takdir (prakiraan) sekalipun, yang
memiliki tempat permulaan dan tempat berhenti yang bersifat mandiri dalam
sebuah surat.13 Sementara istilah kata hukum dalam bahasa Arab adalah bentuk
tunggal, adapun bentuk jamaknya adalah al-ahkâm.
Juga dapat disimpulkan bahwa ayat hukum (ayat al-ahkam) adalah ayat-
ayat Al- Qur'an yang berisikan khitab (titah/doktrin) Allah yang berkenaan dengan
thalab (tuntutan untuk melakukan dan/atau meninggalkan sesuatu). Secara lebih
sederhana dipahami bahwa ayat-ayat hukum adalah ayat-ayat Al-Qur'an yang
mengandung masalah-masalah hukum. Dari sini dapat dipahami bahwa tafsir
ahkam atau tafsir ayat al-ahkam (tafsir ayat-ayat hukum) adalah tafsir Al-Qur'an
yang berorientasi kepada pembahasan ayat-ayat hukum. Pembatasan ayat-ayat
hukum yang terdapat di dalam Al-Qur'an sebagai ciri khas dari tafsir ahkam
dengan metode tafsir lainnya.
BAB XII
Dari salah satu al-i`jaz yang terdapat dalam Al-Qur'an adalah pengulangan
yang terjadi pada ayat-ayatnya atau yang lebih dikenal dalam al-tikrâr. Hikmah
dari pengulagan ini antara lain keindahan dalam berbahasa dan cabang ilmu Al-
Qur'an al-tikrar. Hikmah dari pengulangan antara lain adalah penugasan
perkataan, keindahan dalam bebahasa dan kecakapan dalam retorika. Al-tikrar
dalam Al-Qur'an juga masuk dalam pembahasan mutasyabih Al-Qur'an, karena
ilmu Mutasyabih Al-Qur'an terbagi menjadi dua: pertama, mutasyabih yang
khusus pada tata letak dan susunan kalimat, contohnya: Taqdim wa Ta'khir, dzikr
wa al-hazdf dan masih banyak lagi yang semisal dengannya. Kedua, adalah
mutasyabih dengan jenis pengulangan kata yang sering kita jumpai dalam Al-
Qur'an.
NIM : 06040123093
PRODI : PAI
Resume Buku
BAB I
Konsep Dasar Studi Islam
Studi Islam secara etimologi adalah terjemah dari Bahasa Arab Dirasah
Islamiyah. Sedangkan studi Islam di barat dikenal dengan istilah Islamic Studies.
Maka Studi Islam secara harfiah adalah suatu ilmu atau kajian mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan Islam. Makna ini sangat umum sehingga dibutuhkan
spesifikasi yang lebih mendalam tentang studi Islam dalam kajian yang sistematis
dan terpadu.
Studi Islam secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk
memahami dan mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam secara
mendalam, baik ajaran, sejarah maupun praktik-praktik dalam pengamalannya
secara nyata di dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan studi Islam bagi umat Islam adalah untuk mempelajari ajaran islam
sedangkan bagi non muslim hanya sekedar kursus ilmiah, bahkan mungkin hanya
untuk mencari kelemahan umat Islam.
Adapun pengertian Islam secara terminologi sebagaimana yang
dirumuskan para ahli, ulama dan cendekiawan bersifat sangat beragam tergantung
dari sudut pandang yang digunakan, Salah satu rumusan definisi Islam adalah
wahyu Allah yang disampaikan kepada nabi Muhammad SAW sebagaimana
terdapat dalam al-qur'an dan sunnah, berupa undang-undang serta aturan-aturan
hidup, sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia, untuk mencapai kesejahteraan
kedamaian hidup didunia dan akhirat."
Secara harfiyah Atho Mudzhar mengatakan bahwa objek kajian agama
Islam adalah substansi ajaran-ajaran Islam, seperti kalam, fiqih, dan tasawuf.
Dalam aspek ini, agama lebih bersifat penelitian budaya. Hal mi mengingat bahwa
ilmu-ilmu ke lslaman semacam ini merupakan salah satu bentuk doktrin yang
dirumuskan oleh penganutnya yang bersumber dari wahyu Allah melalui proses
penalaran dan perenungan. Ketika seseorang mempelajari bagaimana ajaran Islam
tentang sholat, zakat, haji, tentang konsep keesaan Allah, tentang argumen adanya
Tuhan, tentang aturan etika dan nilai moral dalam Islam, berarti ia sedang
mempelajari lslam sebagai gejala budaya.
Menurut Muhammad Nurhakim, memang Islam dipahami dari sisi ajaran,
doktrin dan pemahaman masyarakat dengan asumsi dapat diketahui tradisi dan
kekuatan masyarakat setempat. Setelah itu, pemahaman yang telah menjadi input
bagi kaum orientalis diambil sebagai dasar kebijakan oleh para penguasa kolonial
yang tentunya lebih menguntungkan mereka dibanding rakyat banyak di wilayah
jajahannya. Hasil studi ini sesungguhnya lebih menguntungkan kaum penjajah.
Atas dasar masukan ini para penguasa kolonial dapat mengambil kebijakan daerah
koloni dengan mempertimbangkan budaya lokal. Atas masukan ini, para penjajah
mampu me membuat peta kekuatan sosial masyarakat terjajah sesuai dengan
kepentingan dan keuntungannya
Menurut Muhammad Nur hakım, memang tidak semua aspek agama.
khususnya Islam dapat menjadi objek studi. Dalam konteks khusus studi Islam,
ada beberapa aspek tertentu dari Islam yang dapat menjadi objek studi, yaitu:
1. Islam sebagai doktrin dari Tuhan yang kebenarannya bagi para pemeluknya
sudah final, dalam arti absolut, dan diterima secara apa adanya.
2. Sebagai gejala budaya yang berarti seluruh apa yang menjadi kreasi manusia
dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin
agamanya.
3. Interaksi sosial yaitu realitas umat Islam.
Metode ilmu pengetahuan atau metode ilmiah yaitu cara yang harus dilalui
oleh proses ilmu sehingga dapat mencapai kebenaran. Oleh karenanya maka
dalam sans-sains spekulatif mengindikasikan sebagai jalan menuju proposist-
proposisi mengenai yang ada atau harus ada, sementara dalam sams-sains
normative mengindikasikan sebagai jalan menuju norma-norma yang mengatur
perbuatan atau pembuatan sesuatu.
1. Metode Diakronis
Suatu metode mempelajari Islam menonjolkan aspek sejarah. Metode ini
memberi kemungkinan adanya studi komparasi tentang berbagai penemuan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dalam Islam, sehingga umat Islam memiliki
pengetahuan yang relevan, hubungan sebab akibat dan kesatuan integral Metode
diakronis disebut juga metode sosio historis, yakni suatu metode pemahaman
terhadap suatu kepercayaan, sejarah atau kejadian dengan melihat suatu kenyataan
yang mempunyai kesatuan yang mutlak dengan waktu, tempat, kebudayaan,
golongan, dan lingkungan di mana kepercayaan, sejarah atau kejadian itu muncul.
2. Metode Sinkronis-Analistis
Suatu metode mempelajari Islam yang memberikan kemampuan analisis
teontis yang sangat berguna bagi perkembangan keimanan dan mental intelek
umat Islam. Metode ini tidak semata-mata mengutamakan segi aplikatif praktis,
tetapi juga mengutamakan telaah teoritis.
4. Metode Empiris
Suatu metode mempelajari Islam yang memungkinkan umat Islam
mempelajari ajarannya melalui proses realisasi, dan internalisasi norma dan
kaidah Islam dengan satu proses aplikasi yang menimbulkan suatu interaksi
sosial, kemudian secara deskriptif proses interaksi dapat dirumuskan dan suatu
norma baru.
5. Metode Deduktif (al-Manhaj al-Istinbatsyyah)
Suatu metode memahami Islam dengan cara menyusun kaidah secar logis
dan filosofis dan selanjutnya kaidah itu diaplikasikan untuk menuntukan masalah
yang dihadapi Metode ini dipakai untuk sarana meng-istinbatkan hukum-hukum
syara', dan kaidah-kaidah itu benar bersifat penentu dalam masalah-masalah furu
tanpa menghiraukan sesuai tidaknya dengan paham mazhabnya.
6. Metode Induktif (al-Manhaj al-Istiqraryvalıy)
Suatu metode memahami Islam dengan cara menyusun kaidah hukum
untuk diterapkan kepada masalah-masalah furu yang disesuaikan dengan
madzhabnya terlebih dahulu Metode pengkajiannya dimulai dari masalah-masalah
khusus, perlu dianalisis, kemudian disusun kaidah hukum dengan catatan setelah
terlebih dahulu disesuaikan dengan paham mazhabnya.
Bab II
Al-Qur’an dan Hadist
Secara etimologis Qur’an berasal dari bahasa Arab yaitu qara’a. Yang
artinya bacaan. Dari segi bahasa dapat diartikan suatu pendapat yang paling
mendekati kebenaran.
Secara terminologi Al-Qur’an adalah lafal bahasa Arab yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad, yang di nukil secara mutawattir, termaktub di antara
dua sisi awal dan akhir, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat
An-Nas.
Bab III
Ijtihad
Pada umumnya, para ulama mendefinisikan al-hadist dengan al-sunnah.
Sunnah secara etimologi berarti cara atau jalan hidup yang biasa dipraktekkan,
baik ataupun buruk. Sedangkan secara terminologi, sunnah adalah segala sesuatu
yang dinisbatkan (disandarkan) kepada Nabi saw., baik perkataan (qauli),
perbuatan (fi'i), sikap/ketetapan (taqriri) maupun sifat fisik dan psikis Rasulullah
saw., baik beliau sebelum menjadi nabi maupun sesudahnya.
Sunnah adalah sumber hukum Islam (pedoman hidup kaum Muslimin)
yang kedua setelah Al-Qur'an. Bagi mereka yang telah beriman terhadap Al-
Qur'an sebagai sumber hukum Islam, maka secara otomatis harus percaya bahwa
Sunnah juga merupakan sumber hukum Islam setelah al-Qur'an.
Secara etimologis, ijtihad berarti bekerja-keras, bersungguh-sungguh atau
mencurahkan segala kemampuan sampai pada batas yang maksimal Secara teknis,
ijtihad meliputi tiga dimensi pengertian Pengertian menurut kata kerja, menurut
kata benda, dan menurut kata sifat, Pertama, pengertian menurut kata kerja, ijtihad
adalah "mencurahkan kemampuan maksimal oleh seorang ahli hukum (faqih)
untuk meng-istinbath-kan ketentuan-ketentua hukum syara yang rincı dari dalil-
dalilnya, yakni menyangkut perbuatan manusia dengan manusia lain dan alam
(muamalat). Kedua, pengertian menurut kata benda, jtihad adalah hasil kerja
intelektual seorang ahl hukum dalam menyimpulkan ketentuan-ketentuan hukum.
Pengertian menurut kata sifat, jtihad adalah kata yang menunjukkan sifat seorang
mujtahid, yaitu "kecakapan yang dengannya seorang ahli hukum mampu
menyimpulkan suatu ketentuan hukum syara' darı dalil-dalilnya."
Dilihat dari asal katanya, ijtihad berasal dari kata "al jahdu" dan "al juhdu
yang berarti "daya upaya" dan "usaha keras", adapun definisi Ijtihad menurut
istilah mempunyai dua pengertian arti luas dan arti sempit, ijtihad dalam arti luas
tidak hanya mencakup pada bidang fiqh saja, akan tetapi juga masuk ke aspek-
aspek kajian islam yang lain, seperti tasawuf dan aqidah.
Sementara itu Dasar Ijtihad sebagai salah satu sumber hukum dari sumber-
sumber hukum syari'ah merupakan sebuah pernyataan yang didasarkan pada dalil-
dalil yang menunjukkan kevalidannya, baik dalil yang bersifat isyarat ataupun
jelas eksplisit. Di antara dalil-dalil yang menunjukan hal tersebut. didasarkan
pada dalil naqlı al-Qur'an, di antaranya Allah berfirman. "Apabila mereka
menyerahkannya kepada Rasul dan ulil amri di antara mereka, tentulah orang-
orang yang ingin mengetahui kebenarannya akan dapat mengetahuinya (secara
resmi) dari mereka (Rasul dan ulil amri)," Kemudian firman-Nya, "Sesungguhnya
Kami telah menurunkan al-Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya
kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan
kepadamu." Ayat ini menjustifikasi eksistensi ijtihad dengan cara qiyas.
Kemudian firman-Nya, "Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-
tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan Al-Qur'an dan al sunnah).
Kedua, thad Qiyasi, yang atin fitibad yang dilakukan untuk menggali dan
menemukan huk terhadap permasalahan atau suatu kejadian yang tidak ditem
dalilnya secara tersurat dalam nash-baik garhi juga tidak ada ijma yang telah
menetapkan hukumnya. Ketiga ijtihad Istishlali, yaitu ijtihad yang dilakukan
untuk menggunakan, menemukan, dan merumuskan hukum syar'i dengan ca
menetapkan kaidah kulli untuk kejadian yang ketent hukumnya tidak terdapat
dalam nash-baik qath 'imaupun zam dan tidak memungkinkan mencari kaitannya
dengan nash yay ada, juga belum diputuskan dalam ijma. Berijtihad merupakan
penggalian hukum yang dilakukan pad masa Rasulullah SAW, dan oleh para
sahabat dan genera setelahnya, sebagai ciri khas yang selaras dalam
menyimpulkan suatu hukum syar'ı yang ditetapkan di dalam Islam. Ada dua syarat
saja bagi seorang mujtahid untuk bisa berijtihad Pertama menguasai pengetahuan-
pengetahuan ilmu syara (agama), yang memungkinkan seorang mujtahid bertindal
proporsional dalam meneliti suatu persoalan, yaitu ia be mendahulukan apa yang
mesti didahulukan, dan mengakhirka apa yang mesti diakhirkan, Kedaa, seorang
mujtahid mestila seorang yang adil dan menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan yang
tercela. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa syarat yang (adit) adalah merupakan
syarat diterimanya fatwa, bukan syarat sahnya ijtihad. Oleh karena itu, jika
seseorang mendalam ibnya, tetapi ia tidak menggambarkan keadilan dirinya, maka
ia berijtihad untuk dirinya saja, tidak untuk yang lainnya dalam Ijtihad memiliki
pengertian mengerahkan segala kemampuan untuk mencapai tujuan Ijtihad
merupakan sumber hukum ketiga setelah Al-qur'an dan Al-hadits yang
mendapatkan legitimasi dari keduanya.
Ijtihad mempunyai dua pengertian, yakni (1) umum (tidak terbatas) dan
(2) khusus dan terbatas. Dalam pengertian umum. ijtihad mengacu kepada
penalaran (upaya pemikiran) untuk menentukan pilihan ketika seseorang tidak
memiliki pegangan yang meyakinkan sehubungan dengan pelaksanaan ibadah
ataupun muamalah tertentu, sehingga ia harus mempunyai sangkaan kuat yang
dapat dijadikannya pegangan dalam kegiatan tersebut. Ijtihad dalam perspektif
pemikiran merupakan keharusan individual (fardu ain) yang menyangkut
kepentingan diri-sendiri.
Ijtihad terbagi menjadi 3 bagian dilihat dari segi dalil yang dijadikan
pedoman. Yang pertama, Ijtihadbayani, yaitu ijtihad untuk menjelaskan hukum-
hukum syara' darı nash-nash syari.
BAB IV
Akidah dan Syari’ah
Secara etimologi aqidah berasal dari kata al-Aqd yaitu ikatan, pengesahan,
menjadi kokoh,, kuat, penguatan dengan kuat dan penetapan. Aqidah artinya
ketetapan yang tidak ada keraguan bagi seseorang yang mengambil keputusan.
Sedangkan pengertian aqidah dalam agama adalah berkaitan dengan keyakinan
bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan Allah dan kepada Rasul.
Aqidah Islamiyah merupakan keimanan yang teguh dan pasti bersifat
kepada Allah dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepada-
Nya , beriman kepada malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-Nya, hari
akhir, Qadha dan Qadar. Sebagaimana seperti yang telah shahih dalam prinsip
agama (Ushuluddin, perkara-perkara ghaib, , beriman kepada yang menjadi
konsesus, dan Salafus sahih, serta seluruh berita-berita qat’i (pasti), baik secara
ilmiah maupun secara amaliyah yang ditetapkan menurut Al-Qur’an dan As-
Sunnah yang sahih dan ijma’.
Aqidah adalah dasar, fondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi
bangunan yang didirikan harus semakin kokoh pula fondasi yang dibuat. Klau
fondasinya lemah bangunan itu cepat ambruk. Tiada bangunan tanpa fondasi.
Jika ajaran Islam kita di bagi dalam sistematika Aqidah Ibadah Akhlak dan
Muamalat, atau Aqidah Syariah dengan Akhlak atau Iman Islam dan Ihsan, maka
keiga aspek tersebut tidak dapat dipisahkan. Seseorang yang memiliki aqidah
yang kuat, pasti akan melaksanakan aqidah dengan tertib, memiliki akhlak yang
mulia dan bermuamalat dengan baik. Ibadah seseorang tidak akan diterima oleh
Allah kalau tidak di landasi dengan aqidah.
1. Ilahiyat
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilahi
seperti wujud Allah dan sifat-sifat Allah dan lain-lain.
2. Nubuwat
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan nabi
dan rasul, termasuk pembahasan kitab Allah , mukjizat dan lain
sebagainya.
3. Ruhaniyat
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam
metafisik seperti malaikat, jin, iblis, syaiton, ruh dan lain sebagainya.
4. Sam’iyyat
Yaitu segala pembahasan tentang berbagai sesuatu yang hanya dapat
diketahui lewat dali naqli berupa Al-Qur’an dan As-Sunnah . Seperti alam
akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga dan neraka dan lain
sebagainya.
Rukun Iman
Adapun rasa imam, maka Nabi Saw, menjelaskan dengan sabda-Nya “ Yang
merasakan nikmatnya iman adalah orang yang ridha kepa Allah SWT sebagai
Tuhan-Nya, Islam sebagai agama, dan Muhammad Saw sebagai Rasul.”
Adapun manisnya iman, maka Nabi menjelaskan dengan sabdanya “ Ada tiga
perkara jika terdapat pada diri seseorang, niscaya dia merasakan nikmatnya iman
bahwa Allah SWT dan Rasul-Nya Saw lebih dicintainya dari apapun selain
keduanya, dia tidak mencintai seseorang kecuali Allah SWT. Dan dia benci akan:
1. Kembali kepada kekafiran sebagaimana dia benci dilemparkan dalam api
neraka.
2. Hakikat imam bisa didapatkan oleh orang yang memiliki hakikat agama.
Berdiri tegak memperjuangkan agam dalam ibadah, dakwah, berhijrah,
menolong, berjihad, dan berinfak.
Aqidah Islam prinsipnya adalah iman kepada Allah SWT, iman kepada
malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada Rasul-Nya, iman
kepada hari akhir, dan iman kepada Qadha dan Qadar. Dasar-dasar ini telah
ditunjukkan oleh Kitabullah dan sunah Rasul-Nya.
Syari’ah
Istilah Syari’ah berasal dari bahasa Arab yaitu syara’aa yang berarti
sesuatu yang dibuka secara lebar kepadanya. Bisa diartikan jalan menuju mata air,
jalan lurus dan jalan terang untuk diikuti, jalan yang jelas yang membawa kepada
kemenangan.
Dalam pengertian terminologis, syari’at merujuk pada perintah-perintah,
larangan-larangan, tuntunan dan petunjuk yang dialamatkan Allah kepada
manusia agar mendapatkan bimbingan didunia dan kebahagiaan di akhirat. Tujuan
dari syariat adalah supaya manusia mampu mengalahkan dorongan hawa, yaitu
nafsu dan keinginan yang tak terkendali, sehingga tetap berada dalam jalan
kebaikan dan kebenaran.
Ada dua sumber syari’ah dipahami sebagai Hukum Ilahi yaitu Al-Qur’an
dan As-Sunnah. Menurut Muslim, Al-Qur’an adalah firman Allah yang tidak
dapat di ubah, sebagian besa aturan-aturan, nilai-nilai moral dalam Al-Qur’an
mengharuskan umat muslim mengikuti masih Ijmali, hanya 80 ayat Al-Qur’an
yang mengandung konsep hukum. As-Sunnah adalah kehidupan dan contoh dari
Nabi Muhammad, pentingnya As-Sunnah merupakan sumber syariat.
Syari’ah Islam merupakan ketentuan dan hukum yang ditetapkan oleh
Alllah atas hamba-hamba-Nya yang diturunkan melalui Rasul-Nya, Muhammad
SAW untuk mengatur hubungan manusia dengan tuhannya dengan dirinya sendiri
dan dengan sesama.
BAB V
Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa Arab bentuk jama dari
akhlaqa. Bentuk tunggal dari khulqu yang memiliki beberapa artinya perangai,
budi, dan adab. Namun akar kata akhlaq dari akhlaqa bukan akhlaq tetapi ikhlaq.
Dari segi terminologi, terdapat beberapa pengertian akhlaq, yaitu akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pemahaman. Menurut pengertian lain
akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan lahiriah macam-
macam perbuatan, baik atau buruk tanpa memerlukan pertimbangan dan
pemikiran.
Menurut Abudin Nata, ada lima ciri yanng terdapat dalam perbuatan akhlaq, yaitu
1. Akhlaq adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seorang,
sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2. Akhlaq adalah perbuatan yang dilakukan dengan cara yang mudah dan
tanpa pemikiran.
3. Akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri pelakunya tanpa ada
paksaan ataupun tekanan dari luar.
4. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan
main-main atau karena sandiwara.
5. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan ikhlas semata-mata
karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang lain.
1. Menyelidiki sejarah etika dan teori lama dan baru tentang tingkah laku
manusia.
2. Menerangkan mana akhlaq yang baik dan yang buruk
3. Menegaskan arti dari tujuan hidup yang sebenarnya sehingga manusia
akan aktif mengerjakan kebaikan dan menjauhi perbuatan tercela.
Akhlak dan Ihsan adalah dua kesatuan yang beda pada suatu sistem yang
lebih besar yang disebut dengan akhlakul karimah. Dengan arti lain, akhlaq adalah
perilaku yang mencerminkan struktur pada pola perilaku manusia dalam segala
aspek kehidupan.
Pengertian Tasawuf
Kata tasawuf diambil dari kata safa yang artinya bersih, disebut safa
karena kesucian batin seorang sufi memiliki iman yang kuat, jiwa yang bersih dan
seorang sufi senantiasa memilih barisan terdepan dalam shalat berjamaah.
Istilah tasawuf yang sama sekali tidak dikenal di zaman sahabat bahkan
tidak dikenal di zaman tiga generasi yang utama. Ajaran ini baru ada sesudah
zaman tiga generasi. Kemudian Ibnu Timiyah menjelaskan bahwa ajarannya
pertam kali muncul di kota Bashrah, Iraq yang dimulai dengan timbulnya sikap
zuhud dan ibadah yang tidak terdapat di kota-kota islam lainnya.
Pembagian Tasawuf
Dilihat dari pembagiannya tasawuf itu sendiri dibagi menjadi dua yaitu,
tasawuf akhlaqi dan tasawuf filsafati.
Sumber Tasawuf
Adakalanya bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah nabi, bersumber dari
luar islam, bersumber dari ajaran Nasrani, bersumber dari ajaran Yunani,
bersumber dari ajaran Hindu-Budha.
BAB VI
Secara geografis, daratan jazirah Arab didominası padang pasir yang luas,
serta memiliki iklim yang panas dan kering Hampir loma per enam daerahnya
terdiri dari padang pasir dan gunung batu Luas padang pasir ini diklasifikasikan
Ahmad Amun sebagai berikut:
1. Sahara langit, yakni yang memanjang 140 ml dari utara ke selatan dan 180
mil dari timur ke barat Sahara ini disebut juga sahara Nufud Di daerah ini,
jarang sekali ditemukan lembah dan mata ait. Angin disertai debu telah
menjadi ciri khas suasana di tempat ini. Hal itulah yang menyebabkan
daerah ini sulu dilalui.
2. Sahara Selatan, yakni yang membentang dan menyambung Sahara Langit
ke arah timur sampai selatan Persia Hampir seluruhnya merupakan dataran
keras, tandus, dan pasır bergelombang Daerah ini juga disebut dengan
daerah sepi (al-Ruh al-Khali. Sahara Harrat, yakni suatu daerah yang
terdiri dari tanah liat berbatu 3 hitam. Gugusan batu-batu hitam itu
menyebar di seluruh sahara ini.
Bangsa Arab adalah bangsa tertua yang hidup setelah banjir (Nabi Nuh
AS). Mereka berasal dari keturunan Yaqzhan atau Qathan, Bangsa Arab adalah
bangsa yang memiliki kelebihan fisik dan keberanian yang handal. Para ahli
sejarah membagi bangsa Arab menjadi tiga bagian, yaitu: Arab Ba'idah (yang
punah) Arab Aribah ( leluhur asli bangsa Arab) dan Arab Musta ribah
(Campuran).
1. Arab Ba'idah
Arab Ba'idah adalah nenek moyang bangsa Arab yang jejak sejarahnya secara
rinci telah hilang tertekan zaman, karena sudah jauh masanya, sementara tidak
ada alat-alat ilmu pengetahuan yang bisa digunakan untuk menyelidiki bekas-
bekas peninggalan mereka. Mereka antara lain adalah kaum 'Ad, Tsamud,
Thusam, dan Jurium pertama.
2. Arab "aribah
Arab aribah, mereka adalah keturunan Saba'. Nama aslinya "Abdu Syams bin
Yasjub bin Ya'rib bin Qathan, Dinamai Saba' karena dia gemar berperang dan
menawan musuh. Menawan bahasa Arabnya Saba'. Anaknya banyak, antara
lain: Himyar, kahlan, Umar, Asy'ar, dan Amilah, Seluruh kaum Tubba di
Yaman berikut raja-rajanya adalah keturunan Saba. Mereka semua berasal dari
keturunan Hamyar bin Saba', kecuali Imran dan Mauzriqia, Keduanya adalah
anak-anak Amir bin Hartsalı binUmru' Al- Qais bin Tsalah bin Mazin bin Al-
Uzd dan Al-Uzd adalah anak Kahlan binSaba Mereka di sebut "Aribah, karena
tinggal di pedalaman, bekas temp tinggal Arab Ba'idah, dan mewarisi tradisi-
tradisnya.
3. Arab Mustaribah
Arab Mustaribah yaitu menjadi arab atau peranakan di sebut demi karena
waktu jurhum dari suku bangsa Qarhan mendiarni Mekkah, tinggal bersama
nabi Ismail dan ibunya Siti Hajar, Nabi Ismail yang b keturunan Arab,
mengawini wanita suku Jurkum. Arab Musta ribah sen juga disebut Bani
Ismail bin Ibrahim ismail (Adnaniyyun)."
Kondisi Perekonomian
Salah satu corak beragama yang ada sebelum Islam datang selain tiga
agama di atas adalah Hanifiyah, yaitu sekelompok orang yang mencari agama
Ibrahim yang murni yang tidak terkontaminasi oleh nafsu penyembahan berhala-
berhala, juga tidak menganut agama Yahudi ataupun Kristen, tetapi mengakui
keesaan Allah. Mereka berpandangan bahwa agama yang benar di sisi Allah
adalah Hanifiyah, sebagai aktualisasi dari millah Ibrahim, Gerakan ini menyebar
luas ke pelbagai penjuru Jazirah Arab khususnya di tiga wilayah Hijaz, yaitu
Yathrib, Thaif, dan Mekah.
Masa klasik Islam dimulai dengan hijrah Nabi Muhammad saw. dari
Mekkah ke Medinah di tahun 622 M., yaitu masa dimana ketika nabi Muhammad
SAW diutus menjadi Rasul. Diteruskan dengan masa pengganti dari pada Nabi
Muhammad (Khulafaurrosyidin). Masa pergantian ini merupakan sejarah awal
demokrasi dalam Islam. Berkembangnya dinasti Islam yang menjadikan
perkembangan Islam lebih tampak karena pada masa ini banyak ide-ide batu
muncul dalam mengatur pemerintahan apakah dalam bidang administrasi,
pendidikan, sosial, kebudayaan dan penggajian pertama bagi pegawai.
BAB VII
Munculnya tiga kerajaan besar Islam merupakan babak baru sejarah Islam
pada abad pertengahan. Kerajaan Uthmani di Turki, Kerajaan Safawi di Iran dan
Kerajaan Mughal di India. Masa modern Islam abad pertengahan merupakan
Zaman Kebangkitan Islam. Ekspedisi Napoleon di Mesir yang berakhir di tahun
1801 M. membuka mata dunia Islam, terutama Turki dan Mesir, akan
kemunduran dan kelemahan umat Islam di samping kemajuan dan kekuatan Barat.
Pada era Islam Masa Modern atau Islam Pada abad ke-19 dan 20 atau yang
lebih dikenal dengan era modern diwarnai dengan kemerdekaan negara-negara
Islam. Tumbuhnya nasionalisme, munculnya tokoh pembaharuan pemikiran baik
di bidang politik, pembaharuan aqidah dan pendidikan.
BAB VIII
Para ahli sejarah menemukan bukti abad ke-16 dan abad ke-17 dari
sumber-sumber Spanyol tentang keyakinan agama penduduk Asia Tenggara
termasuk Luzon, yang merupakan bagian dari Negara Filipina saat ini. sebelum
kedatangan Islam. Sumber-sumber tersebut memberikan penjelasan bahwa sistem
keyakinan agama yang sangat dominan ketika Islam datang pada abad ke-14 sarat
dengan berbagai upacara pemujaan untuk orang yang sudah meninggal. Hal ini
jelas sekali tidak sejalan dengan ajaran Islam yang menentang keras penyembahan
berhala dan politeisme. Namun tampaknya Islam dapat memperlihatkan kepada
mereka bahwa agama ini memiliki cara tersendiri yang menjamin arwah orang
yang meninggal dunia berada dalam keadaan tenang, yang ternyata dapat mereka
terima.
ISLAM DI PHATTANI
ISLAM DI MALAYSIA
1. Jalur Perdagangan
Suryanegara menjelaskan bahwa kedatangan Islam di Indonesia kembangkan
melalui jalur perdagangan dan daerah yang pertama di datang oleh Islam adalah
Sumatra dan Jawa Hal ini didasarkan pada perdagangan Arab dan dunia timur
yang berlangsung sejak abad ke sebelum Masehi Selain itu adanya berita dan Cina
bahwa di Sunata Barat terdapat seorang pembesar Arab yang menjadi kepala Arah
Kam pada tahun 674 Maschu.
2. Jalan Pendidikan
Wahab menyebutkan bahwa agama Islam selain dikembangkan melaraskan
jalan perdagangan juga melalui jalan pendidikan Ini dibuktikan denga adanya
lembaga pendidikan, lembaga tersebut sekarang masih ada, seperti pondok
pesantren, masjid, surau dan sebagainya Adanya pondok pesantren membuat
agama Islam melakukan pembaharuan dalam masyarakat, kehidupan beragama.
Menurut Anshari "Kedatangan Islam ke Indonesia ini membawa kecenderungan
peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian Indonesia.
3. Pondok Pesantren
Rachidni Wahab, Sarah Menurut Wahab, kehidupan pondok pesantren zaman
sekarang dengan pondok pesantren zaman dahulu telah mengalami perubahan
dalam sistem pendidikannya atau keadaan lainnya. Dalam pendidikan zaman
dahulu para santri diwajibkan tinggal di asrama pondok, hal inilah yang
menyebabkan adanya jalinan kasih sayang yang kuat di antara para murid dan
pendidik." Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa Islam dibawa dan disebarkan
bukan dengan kekerasan, melainkan dengan perdamaian dan hal itu pulalah yang
membawa Islam mudah diterima oleh rakyat Indonesia.
BAB IX
Islam dan Gender
Pengertian Gender
BAB X
Pengertian HAM
HAM dalam Islam telah dibicarakan sejak empat belas tahun yang lalu. Ini
dibuktikan oleh adanya Piagam Madinalı (mitsaq Al-Madinahi) yang terjadi pada
saat Nabi Muhammad berhijrah ke kota Madinah. Dalam Dokumen Madinah atau
Piagam Madinah itu berisi antara lain pengakuan dan penegasan bahwa semua
kelompok di kota Nabi itu, baik umat Yahudi umat Nasrani maupun umat Islam
sendiri, adalah merupakan satu bangsa Dari pengakuan terhadap semua pihak
untuk bekerja sama sebagai satu bangsa, di dalam piagam itu terdapat pengakuan
mengenai HAM bag masing-masing pihak yang bersepakat dalam piagam itu.
Secara langsung dapat kita lihat bahwa dalam piagam Madinah itu HAM sudah
mendapatkan pengakuan oleh Islam. Sejarah HAM dimulai dari magna charta di
inggris pada tahun 1252 yang kemudian kemudian berlanjut pada bill of rights dan
kemudian berpangkal pada DUHAM PBB.
BAB XI
Pengertian Pluralisme
Agama turun untuk menjadi pegangan bagi penganutnya. Dalam bahasa
al-Qur'an pegangan ini disebut petunjuk (huažm). Manusia sebagai penganut
agama tentu syarat dengan konteks waktu, konteks tempat. konteks masalah,
konteks kebutuhan, konteks tuntutan dan sejenisnya. Konsekuensinya, agamapun
penuh dengan konteks, penuh dengan historisitas, sesuai dengan konteks umat
penerima agama, baik dari sisi ajaran maupun sarana atau cara yang digunakan
untuk menyampaikan ajaran. Karena itu, isi maupun cara menyampaikan ajaran
agama sangat tergantung pada konteks penganut agama tersebut. Betapa besar
pengaruh historisitas atau konteks penganut agama terhadap isi agama, dapat
dibuktikan dengan Islam yang turun di Arab. Dapat dibuktikan seluruh isi al-
Qur'an dan sunah Nabi Muhammad SAW merupakan jawaban terhadap
persoalan-persoalan masyarakat Arab di masa itu. Bisa juga, ajaran agama Islam
tidak seperti yang kita kenal sekarang andaikan Nabi Muhammad SAW tidak
hidup di Arab.
Selain merupakan agama kemanusiaan (fitrah) atau dengan kata lain cita-
cita Islam sejalan dengan cita-cita manusia pada tanumanya, Dan misi Nabi
Muhammad adalah untuk mewujudkan rahmat bagi seluruh alam, jadi bukan
semata-mata untuk menguntungkan komunitas Islam saja. Sedangkan pengertian
universalistas Islam dapat dilacak dart term al-Islam yang berarty sikap pasrah
pada Tuhan.
Pemahaman Multikulturalisme
NIM : 06040123093
Kelas : PAI-D
BAB I
BAB II
Para pengkaji Islam di Barat itu adalah sebuah sebutan umum untuk para
pengkaji Islam di dunia Barat, mereka meneliti berbagai hal menyangkut Islam
dari segi sosial, sejarah, mistik, dari Al-Quran dan Hadist. Para peneliti ini
memiliki maksud dan tujuan tersendiri dalam penelitiannya, mereka dalam garis
besar mereka dikelompokkan menjadi 3 para Orientalisme, Islamisme dan
Oksidentalisme. Mereka adalah para peneliti yang mewarnai sejarah dan teknologi
yang bermunculan dari masa ke masa. Bentuk pemikiran para pengkaji barat juga
ada 3, yakni tidak objektif yang dimiliki Orientalisme, Objektif yang dimiliki
Islamisme, dan bersifat netral yang dimiliki Oksidentalisme.
Islam selalu mempunyai cara sendiri untuk menunjukkan jati dirinya pada
dunia, semakin diteliti semakin terbukti kebenarannya, banyak teknologi
teknologi dan hasil penelitian baru yang ide kemunculannya berasal dari al qur'an.
Oleh karena itu, Barat semakin tertarik untuk mengkaji agama Islam dan
mempelajari hal hal yang terkandung dalam agama Islam untuk kepentingan
Negara Negara barat itu sendiri, dan sampai sekarang kajian di dunia barat masih
terus ditingkatkan dari masa-masa. Untuk pencapaian yang di inginkan oleh setiap
kelompok kelompok pengkaji Islam di Barat.
BAB III
Lembaga pendidikan Islam yang pada waktu itu berbentuk daya surau dan
pesantren sengaja dibatasi karna dianggap sebagai lembaga provokasi untuk
melawan Belanda dengan alasan ini belanda membatasi dan meningkatkan
pengawasan yang berlebihan terhadap perkembangan Pendidikan Islam tersebut.
Kemudian digantikan dengan didirikannya lembaga pendidikan ala negara
penjajahan yang mana membuat perubahan pendidikan tradisional menjadi
pendidikan modern sehingga muncul istilah pendidikan modern yang merujuk
pada ilmu pengetahuan umum seperti baca tulis sedangkan ilmu agama dianggap
ilmu tradisional.
BAB IV
Jadi perkembangan Islam pada masa orde lama atau pada masa berlakunya
UUD 1945, Konstitusi RIS 1949 dan UUDS 1950) berada pada tingkat
pengaktualisasian ajaran agama untuk dijadikan sebuah dasar dalam bernegara.
Seperti dalam tujuh kata pada anak kalimat yang tercantum dalam sila pertama
Pancasila yang berbunyi "Ketuhanan yang maha Esa dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Sehingga pergolakan
ideologi antara golongan muslim dan golongan nasionalis tarik ulur untuk
memperjuangkan berlakunya rumusan ideologi masing-masing
BAB V
BAB VI
Menurut pandangan Islam tentang tradisi dan budaya Jawa ini dijelaskan
secara singkat tentang karakteristik Islam yang memiliki ajaran yang sempurna,
komprehensif dan dinamis. Kedinamisan dan fleksibilitas Islam terlihat dalam
ajaran-ajaran yang terkait dengan hukum Islam syariah). Dengan penjelasan
singkat mengenai pandangan Islam terhadap persoalan tradisi dan budaya Jawa
sangat terkait dengan ajaran-ajaran Islam, terutama dalam bidang aqidah dan
syariah. Masyarakat Jawa adalah masyarakat yang religius, yakni masyarakat
yang memiliki kesadaran untuk memeluk suatu agama yang meyakini adanya
tuhan yang maha kuasa yang menciptakan manusia dan alam semesta. Tradisi dan
budaya masyarakat Jawa juga terkait dengan perilaku-perilaku ritual yang tidak
sesuai dengan ajaran Islam.
BAB VII
Filsafat pada intinya adalah upaya atau usaha untuk menjelaskan inti,
hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada dibalik objek formalnya.
Filsafat mencari sesuatu yang mendasar, asas, dan inti yang terdapat dibalik yang
bersifat lahiriah.
BAB VIII
Studi Islam atau kajian Islam membahas Islam, baik sebagai ajaran,
kelembagaan, sejarah maupun kehidupan umatnya. Perbedaan dalam penafsiran
bisa saja terjadi karena ilmu tafsir menginterpretasi umat Islam terhadap Qur'an
dengan berbagai sudut pandang sehingga menciptakan pengertian, penjabaran,
ataupun penjelasan yang berbeda namun serupa.
Menjabarkan bentuk dari pendekatan tafsir pada studi Islam sangat
diperlukan karena tafsir wajib dikuasai seseorang yang berminat menjadi ulama,
karena tafsir dan juga Ulum Al-Qur'an merupakan ilmu- ilmu yang menjadi ciri
keulamaan. Sejatinya pedoman hidup umat Islam adalah Alquran dan Hadis yang
dimana pendekatan tafsir sangat dibutuhkan untuk memahami isi Alquran. Pada
era yang berbalut ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangatlah dibutuhkan
tafsir al-Qur'an sebagai mengembangkan keilmuan teknologi yang Islami agar
perkembangan zaman tetap berpegang teguh pada petunjuk-petunjuk al- Qur'an.
BAB IX
studi hadits dalam pendekatan studi Islam memiliki pengaruh besar dalam
menyebarkan Islam pada kancah dunia karena buktinya banyak para pengkaji dari
penjuru dunia yang mencoba mengkaji hadits dari yang beragama Islam atau yang
beragama lain. Studi badi juga membuat definisi Islam menjadi luas dan tegas
karena hadis kaidah-kaidah dalam berperilaku dan bersikap. Oleh karena itu studi
hadits sangat berpengaruh penting karena jika tidak ada hadis mungkin kita akan
bingung menjalankan perintah-perintah yang terdapat pada Al-Qur'an.
BAB X
Studi Islam meliputi ajaran-ajaran doktrin dari Allah dan menuju Allah
dengan berbagai pendekatan. Melalui salah satu pendekatan studi Islam berupa
tasawuf kita dapat mengerti cara untuk menyucikan ruh kita. Sehingga kita dapat
hubungan yang dekat dengan Allah S.W.T. dengan demikian kita diharapkan
dapat membina aqidah dan ibadah dengan baik dan benar, dan dapat menjadi
muslim yang sejati dan mampu menjawab tantangan serta tuntutan sesuai zaman
dengan keimanan.
BAB XI
BAB XII
BAB XIII
Studi Islam dalam pendekatan sains ini sangat perlu untuk dikaji
dikarenakan antara sains dan studi Islam memiliki hubungan yang sangat crat.
Alam semesta yang dijadikan sumber dari realitas penalaran sains merupakan
sebuah gambaran yang tidak dapat terpisahkan dari wujud Allah swt. Hal ini
dikarenakan dibalik itu semua terdapat suatu dimensi metafisik dan tujuan dari
penciptaannya. Oleh karena itu, studi Islam dalam pendekatan sains ini perlu
dikaji karena sains dalam Islam sendiri ditujukan untuk melakukan suatu
pembuktian terhadap isyarat - isyarat untuk pencarian sebuah ilmu sebagaimana
sudah tertera di dalam Al-Quran.