Anda di halaman 1dari 33

PENGANTAR STUDI

ISLAM
(DR. H. DIDIEK AHMAD SUPADIE, M.M)

Oleh :
Prima Soheti
(11160960000048)
Kimia 3B
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KONSEP ISLAM TENTANG WORLDVIEW
A. Pengertian Worldview
Secara awam worldview atau pandangan hidup sering
diartikan filsafat atau prinsip hidup.
Worldview adalah tolak ukur untuk membedakan antara
satu peradaban dengan yang lain. Worldview melibatkan
aktivitas epistomologis manusia, sebab ia merupakan faktor
penting dalam aktivitas penalaran manusia.
Worldview islam berarti pandangan hidup yang dimulai dari
konsep keesaan Tuhan yang berimplikasi pada keseluruhan
kegiatan kehidupan manusia di dunia. (al-Mawdudi,
1967:14, 41)
Worldview islam adalah pandangan islam tentang realitas
dan kebenaran yang menjelaskan tentang hakikat wujud
yang berakumulasi dalam akal pikiran dan memancar
dalam keseluruhan kegiatan kehidupan umat islam di
dunia.
B. Elemen dan Karakteristik Worldview
Lima elemen penting worldview antara lain: konsep
Tuhan, konsep realitas, konsep ilmu, konsep etika
atau nilai dan kebajikan, dan konsep tentang diri
manusia.
Perbedaan worldview Islam dan Barat (Al-
attas,1996)
Worldview Islam Worldview Barat
Prinsip : Tawhidi Prinsip : Dichotomic
Asas : Wahyu, hadis, akal, Asas : Rasio, spekulasi,
pengalaman, dan intuisi filosofis
Sifat : Otentisitas dan Sifat : Rasionalitas,
finalitas terbuka, dan selalu
berubah
Makna realitas : Makna realitas :
Berdasarkan kajian Pandangan sosial,
metafisis kultural, empiris
Objek kajian : Objek kajian :
Visible dan invisible Tata nilai masyarakat
C. Proses Munculnya Worldview
Worldview terbentuk dari adanya akumulasi pengetahuan
dalam pikiran seseorang, baik a priori maupun a posteriori,
konsep-konsep serta sikap mental yang dikembangkan oleh
seseorang sepanjang hidupnya.
Berdasarkan proses pembentukan dan pengembangan
worldview, maka worldview dibagi menjadi natural worldview
dan transparent worldview.
Dalam Natural worldview diseminasi ilmu pengetahuan
biasanya terjadi dengan cara-cara ilmiah dalam kerangka
konsep-konsep keilmuan (scientific conceptual scheme), yaitu
suatu mekanisme canggih yang mampu melahirkan
pengetahuan ilmiah dan melahirkan pandangan hidup ilmiah
(scientific worldview).
Transparent worldview lahir tidak melalui kerangka konsep
keilmuan yang terbentuk dalam masyarakat, meskipun
substansinya tetap bersifat ilmiah.
Transparent worldview lebih sesuai untuk sebutan bagi
pandangan hidup Islam. Sebab pandangan hidup Islam tidak
bermula dari adanya suatu masyarakat ilmiah yang
mempunyai mekanisme canggih bagi menghasilkan
pengetahuan ilmiah.
D. Urgensi Worldview dalam Kehidupan
Islam sebagai worldview ataupun pandangan dunia
merupakan pandangan hidup manusia yang dijadikan dasar
setiap tindakan dan tingkah lakunya dalam kehidupan
sehari-hari.
Islam sebagai pandangan hidup juga dipahami sebagai sarana
untuk menyelesaikan persoalan-persoalan hidup manusia,
yang semua tercermin dalam sikap dan cara hidup.
Pandangan hidup yang telah meningkat menjadi tujuan hidup
kemudian berubah menjadi pendirian hidup dan akhirnya
menjadi pedoman hidup.
Jika Islam sudah menjadi pedoman hidup seseorang, maka
setiap persoalan hidup, baik yang berkaitan dengan nilai
benar atau salah, baik dan buruk, semuanya akan dilihat
dengan menggunakan perspektif Islam.
Dengan demikian, pandangan hidup memiliki peranan yang
sangat penting, dalam menentukan perilaku sehari-hari, dan
akan membentuk serta mewarnai seluruh aspek hidup
manusia.
D. Struktur Bangunan Konsep Worldview Islam
Elemen pandangan hidup Islam adalah seluruh konsep yang
terdapat dalam Islam.
Diantara yang paling utama adalah Konsep tentang Hakikat
Tuhan, Konsep tentang Wahyu (Al-Quran), Konsep tentang
penciptaan, Konsep tentang hakikat kewajiban manusia,
Konsep tentang Ilmu, Konsep tentang kebebasan, Konsep
tentang nilai dan kebajikan, Konsep tentang kebahagiaan,
dan sebagainya (Al-attas,1996).
Konsep-konsep ini semua saling berkaitan antara satu sama
lain membentuk sebuah struktur konsep yang sistemik yang
dapat berguna bagi makna kebenaran (truth) dan realitas
(reality).
Konsep-konsep itu merupakan sistem metafisika yang dapat
berguna untuk melihat realitas dan kebenaran. Karena,
sistem metafisika yang terbentuk oleh worldview itulah yang
berfungsi menentukan apakah sesuatu itu benar dan riil
dalam setiap kebudayaan.
Dengan konsep seperti ini dapat dikatakan bahwa pandangan
hidup merupakan framework untuk mengkaji sesuatu.
MANUSIA MAKHLUK PENCARI
KEBENARAN
A. Manusia Makhluk Bertanya
Manusia adalah hewan berkata al-insan
hayawanun natiq.
Berkata sebenarnya ialah mengeluarkan pendapat
berdasar pikiran. Sedangkan berpikir itu sendiri
hakikatnya bertanya.
Berpikir tentang sesuatu berarti bertanya tentang
sesuatu. Bertanya tentang sesuatu artinya mencari
jawaban tentang sesuatu yang dipertanyakan.
Mencari jawaban sama saja dengan mencari
kebenaran. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa manusia adalah makhluk pencari
kebenaran.
B. Masalah Manusia
Untuk memudahkan memahamami masalah
manusia itu diadakan pembagian atas dua
kategori yaitu Masalah segera (Immediate
Problems) dan Masalah Asasi (Ultimate
Problems).
Masalah segera (Immediate Problems),
masalah praktis keseharian yaitu masalah-
masalah yang kembali kepada keperluan
pribadi manusia di mana setiap orang
memilikinya. Contohnya: Kebutuhan primer
seperti sandang, pangan, dan papan.
Masalah Asasi (Ultimate Problems), masalah
yang sangat fundamental manusia, yaitu
manusia, alam, dan Tuhan. Jawaban yang
salah terhadap ketiga masalah ini akan
berakibat fatal dalam kehidupan manusia.
C. Teori Kebenaran
Teori Korespondensi, menyatakan bahwa kebenaran
adalah kesesuaian antara pernyataan dan kenyataan
atau dengan kata lain pernyataan yang sesuai
dengan kenyataan.
Teori Konsistensi/Koherensi, menjelaskan bahwa
kebenaran ialah kesesuaian antara suatu
pernyataan dengan pernyataan lainnya yang sudah
lebih dahulu kita ketahui, terima dan akui sebagai
kebenaran.
Teori Pragmatis, ialah suatu ucapan, dalil atau teori
itu dianggap benar tergantung berfaedah atau
tidaknya ucapan, dalil atau teori tersebut bagi
manusia untuk bertindak dalam penghidupannya.
Jadi kriteria kebenaran Pragmatis adalah adakah
kegunaannya, dapatkan dikerjakan, apakah
pengaruhnya memuaskan atau tidak.
D. Cara Mencari Kebenaran
Cara mencari kebenaran yang pertama adalah dengan
ilmu pengetahuan atau disingkat ilmu. Ilmu berasal
dari kata Arab ilm masdar dan kata alima yang
artinya pengetahuan.
Dengan ilmu pengetahuan, pada dasarnya ilmu
mempunyai tujuan untuk mencapai kebenaran. Untuk
mencapai kebenaran yang dimaksud dipakailah metode
yang dikenal sebagai metode ilmiah.
Perumusan metode ilmiah pada umumnya melalui
proses sebagai berikut : (1) pengumpulan koleksi data
dan fakta, (2) pengamatan observasi data dan fakta, (3)
pemilihan seleksi data dan fakta, (4) penggolongan
klasifikasi data dan fakta, (5) penafsiran (interpretasi)
data dan fakta, (6) penarikan kesimpulan umum
(generalisasi), (7) perumusan hipotesis, (8) pengujian
hipotesis melalui riset dan eksperimen, (9) penilaian,
penerimaan, penolakan, penyempurnaan hipotesis, (10)
perumusan teori ilmu pengetahuan, (11) perumusan
dalil atau hukum ilmu pengetahuan.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa ilmu memiliki ciri-ciri
rasional, komulatif, objektif, universal. Dengan ciri-ciri
tersebut, ilmu tidak dapat menjawab semua masalah manusia
khususnya Ultimate Problems karena menggunakan akal
sebagai tumpuannya, sehingga kebenaran ilmu tidaklah
absolut, melainkan nisbi.
Cara mencari kebenaran yang kedua adalah dengan filsafat.
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia yang
secara etimologi berarti cinta pengetahuan atau cinta
kebijaksanaan.
Filsafat tidak menghasilkan keyakinan karena alat yang
digunakan filsafat hanya akal saja. Sedangkan akal hanya
satu bagian dari rohani manusia dan tidak mungkin
mengetahui sesuatu dengan menyeluruh hanya dengan satu
bagian saja. Maka keseluruhan kebenaran dapat diketahui
dengan seluruh rohani manusia (perasaannya, akalnya,
intuisinya, nalurinya). Dengan kata lain, kebenaran yang
dicapai filsafat adalah tidak mutlak atau nisbi.
Cara mencari kebenaran selajutnya adalah dengan Agama.
Kebenaran agama bersifat mutlak karena ia berasal dari
Allah Swt. Manusia memperoleh kebenaran agama dengan
melihat kitab suci-nya. Mencari kebenaran dilakukan melalui
Agama Samawi yaitu Islam karena tidak bersumber dari akal
atau filsafat manusia, tetapi dari Wahyu Allah (Al-Quran).
KONSEP AGAMA DAN TOLERANSI
BERAGAMA
A. Agama
Agama, din, religion adalah satu sistem credo (tata
keimanan atau tata keyakinan) atas adanya Yang
Maha Mutlak di luar diri manusia.
Agama juga adalah satu sistem ritus (tata
peribadatan) manusia kepada yang diaggapnya
Maha Mutlak tersebut. Selain itu agama juga adalah
satu sistem norma (tata kaidah atau tata aturan)
yang mengatur hubungan manusia dengan
lingkungan sekitarnya yang sesuai dengan tata
keimanan dan tata peribadatan.
Unsur-unsur agama antara lain : kekuatan gaib,
keyakinan manusia, respon yang bersifat emosional,
dan paham adanya yang kudus.
Ciri-ciri agama antara lain : kepercayaan kepada
wujud supranatural (Tuhan), pembedaan antara
yang sakrat dan yang profan, melakukan ritual yang
berpusat pada objek sakral, tuntunan moral yang
diyakini ditetapkan oleh Tuhan, perasaan-perasaan
yang dihubungkan dengan Tuhan, Sembahyang atau
berkomunikasi dengan Tuhan, memiliki konsep
hidup di dunia yang dihubungkan dengan Tuhan,
serta membentuk kelompok sosial seagama atau
seiman.
Elemen-elemen agama antara lain : Scripture
(naskah-naskah sumber ajaran dan simbol-simbol
agama), para penganut atau pemimpin dan pemuka
agama, Ritus atau ibadat-ibadat dan lembaga, alat-
alat agama, dan organisasi keagamaan.
Komponen-komponen agama antara lain : Emosi
keagamaan, sistem keyakinan, sistem ritus dan
upacara, serta umat dan kesatuan sosial yang
menganut sistem keyakinan dan melaksanakan
sistem ritus tersebut.
Syarat-syarat suatu agama dapat dikatakan sebagai agama
antara lain : adanya akidah, adanya ibadah, ada syariah,
adanya nabi, serta adanya kitab suci.
Agama dikelompokkan menjadi dua yaitu Agama Alamiah
(Natural Religion) dan Agama Samawi (Revealed Religion).
Agama Alamiah (Natural Religion), atau disebut juga Agama
Budaya adalah bukan agama wahyu tetapi merupakan hasil
renungan dan pemikiran yang mendalam tentang hidup dan
kehidupan yang semulanya hanya pemikiran filosofis yang
berkembang sehingga banyak pengikutnya kemudian
dipopulerkan sebagai agama.
Agama Samawi (Revealed Religion), atau sering disebut juga
sebagai agama langit, agama prophetis, yaitu agama yang
berasal dari wahyu Allah kepada Rasul-Nya untuk
disampaikan kepada umat manusia. Ciri-cirinya antara lain :
berkembang secara revolusi (Diwahyukan Tuhan),
Disampaikan melalui utusan Tuhan, Ajaran ketuhanannya
Monoteisme Mutlak (tauhid), Memiliki Kitab Suci (berupa
wahyu) yang bersih dari campur tangan manusia. Serta
ajaran prinsipnya tetap (ajaran tauhid bersifat tetap dari
waktu ke waktu). Satu-satunya Agama Samawi adalah Islam.
B. Fungsi dan Urgensi Agama dalam Kehidupan
Agama sebagai Sumber Moral. Agama tidak hanya
mengajarkan keimanan kepada Tuhan dan kehidupan
Akhirat melainkan juga Agama memerintahkan hal-hal yang
baik dan melarang hal-hal yang buruk. Dari sinilah kemudian
sumber munculnya moral manusia.
Agama sebagai Petunjuk Kebenaran, karena tidak semua
kebenaran yang dicari manusia dapat dijawab oleh ilmu dan
filsafat dimana pijakannya adalah akal yang memiliki
kemampuan terbatas dengan hasil kebenaran yang relatif
atau nisbi, maka manusia masih memerlukan sumber
kebenaran lain yaitu Agama yang berupa informasi dari
Tuhan Yang Maha Mutlak.
Agama sebagai Sumber Informasi Metafisika, banyak hal-hal
yang belum terungkap oleh akal manusia, lebih-lebih hal-hal
metafisika, misalnya kehidupan setelah mati, surga, neraka.
Untuk menyingkap persoalan metafisika tersebut tentu harus
dicari sumber lain selain aka yaitu Agama.
Agama sebagai Pembimbing Manusia. Agama turun untuk
membimbing manusia ke arah jalan yang benar dalam
hidupnya.
Dengan demikian, Agama masih dan selalu diperlukan dalam
kehidupan manusia.
C. Kerukunan dan Toleransi Beragama
Kerukunan merupakan suatu kesatuan yang terdiri atas
berbagai unsur yang berlainan dan setiap unsur tersebut
saling menguatkan. Toleransi diartikan sebagai kelapagan
dada, dalam arti suka rukun dengan siapapun, membiarkan
orang berpendapat atau berpendirian lain, tidak mengganggu
kebebasan berpikir dan berkeyakinan orang lain.
Dalam Islam, sikap seorang muslim terhadap pemeluk agama
lain diatur dengan prinsip-prinsip, diantaranya : Keutamaan
disisi Allah bagi orang yang mampu melaksanakan sesuatu
yang bermanfaat bagi manusia lainnya, Perbedaan agama
dan keyakinan bukan alasan untuk tidak berbuat baik, Bila
mengemukakan pendapat tentang agama lain harus
dilakukan secara baik dan objektif atau tidak boleh mencela,
Walaupun dalam keadaan terancam tidak boleh menyerang
umat lain ataupun bila terpaksa dan menang tidak boleh
memaksakan agama kepada yang dikalahkan, Islam
disampaikan secara damai dengan pendekatan yang
bijaksana dan tidak memaksakan kehendak, Islam juga
diwajibkan membantu umat agama lain yang membutuhkan,
dan lain-lain.
ISLAM SEBAGAI DIN DAN
TAMADDUN
Din al-Islam, sering diterjemahkan sebagai agama
Islam.
Secara generik kata Islam berasal dari Bahasa
Arab yaitu salima yang berarti selama sentosa.
Dari kata ini dibentuk kata aslama yang berarti
menyerah, tunduk, patuh, dan taat.
Meskipun Islam secara bahasa adalah aktivitas
penyerahan diri kepada Tuhan, tetapi Islam disini
juga adalah nama Agama. Maka pada Din al-Islam
inilah terdapat titik pertemuan antara musamma
(hakikat) penyerahan diri, dan ism (nama) yang
diberikan. Oleh karena itu, Allah Swt, berfirman
Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah
hanyalah islam (QS Ali Imran [3]: 19)
Salah satu makna din atau agama yang paling mendasar
adalah jalan pengembalian diri kepada Tuhan
Islam sebagai din yaitu penyerahan (aslama), wajah atau diri
sepenuhnya kepada Allah yang menciptakannya, sambil ia
mengikuti millah (bentuk agama) Ibrahim yang lurus. (QS
An-Nisa [4]: 125)
Tamaddun berakar dari kata madana yang secara literal
berarti peradaban (civilization).
Ketika Islam menjadi peradaban dunia, segalanya yang
muncul dari peradaban ini bisa disifati dengan sifat Islam.
Ada ilmu Islam, hukum Islam, etika Islam, seni Islam,
kebudayaan Islam, dan lain-lain.
Bukti bahwa Tamaddun Islam tidak pernah mati di era
modern ini adalah dengan kemunculan institusi-institusi
ekonomi Islam yang penting, seperti Bank islam, asuransi
Islam dan lain-lain.
Islam adalah din dan tamaddun, agama dan peradaban,
akhirat dan dunia. Tammadun Islam walaupun berdasarkan
din al-Islam, memberikan kebebasan beragama, karena
landasannya adalah la ikraha fiddin (tidak ada paksaan
dalam beragama) (QS Al-Baqarah [2]: 256) dan lakum
dinukum waliyadin (QS Al-Kafirun [109]: 6).
KONSEP ISLAM TENTANG TUHAN
A. Pengertian Tuhan
Tuhan menurut KBBI didefinisikan Sesuatu yang
diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia
sebagai Yang Maha Kuasa, Maha Perkasa.
Tuhan dalam Bahasa Arab digunakan kata ilahun
untuk pengertian sembahan. Sedang kata rabbun
untuk pengetian pemilik.
Nama Tuhan dalam Islam yaitu Allah. Allah
menamai dirinya sendiri dengan fardu al-jalalah
Dimana menurut para ahli,
ini, Yaitu Allah ().
kata tersebut tidak berasal dari kata kerja yang
dapat dipecah atau diketahui asal-usul katanya.
Tidak ada satu agama pun di dunia ini yang
memiliki Nama Tuhan dengan jelas. Hanya Islam
yang secara tegas dan jelas menyebut Allah sebagai
nama tuhan.
B. Argumentasi tentang Eksistensi Tuhan
Dalil naqli (Bukti berdasarkan Al-Quran), dimana
Al-Quran merupakan satu-satunya kitab suci yang
paling banyak memuat ayat-ayat yang berkaitan
dengan bukti eksistensi dan Keesaan tuhan.
QS Al-Qasas [28]: 70

Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak


disembah) melainkan Dia, bagi-Nya-lah segala puji
di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nya-lah segala
penentuan dan hanya kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan.
QS Ar-Rum [30]: 22, QS Saba [34]: 22, QS Al-Anam
[6]: 14, QS Al-Anam [6]: 46, QS Al-Anbiya [21]: 21-
22, QS Yusuf [12]: 39, QS Al-Muminun [23]: 91, dan
lain-lain.
Dalil Aqli (Bukti yang Berdasarkan Akal), yang
pertama adalah The Cosmological Argument (Alam
Semesta), kedua adalah Teleological Argument
(Maksud, Sasaran), ketiga adalah The Oniological
Argument (Kesempurnaan, Ideal).
Bukti alam semesta dikonklusikan dengan bahwa
segala sesuatu yang bergerak pasti ada yang
menggerakkan. Penggerak itu harus mengandalkan
pada gerakan dari lainnya. Demikianlah seterusnya
sampai akal pikiran berhenti pada satu titik, yaitu
bahwa hanya ada satu penggerak yang tidak
bergantung pada lainnya. Allah Swt.
Bukti maksud atau sasaran dalam penciptaannya
menunjukkan adanya sasaran dan hikmah dalam
penciptaan segala sesuatu.
Bukti kesempurnaan eksistensi Allah adalah bahwa
setiap akal manusia menggambarkan sesuatu yang
besar pasti akan memunculkan gambaran sesuatu
yang lebih besar daripadanya. Allah menetapkan
yang ada, karena Dia adalah batas kesempurnaan.
C. Konsep Ketuhanan dalam Islam
Konsep Tauhid. Tauhid berasal dari kata kerja
wahhada, yuwahhidu, tauhidan (infinitifnya), yang
menurut etimologi berarti pengesaan. Sedang
menurut terminologi, tauhid berarti pembenaran
total bahwa Allah adalah Maha Esa, esa pada dzat
dan sifat-Nya; Allah-lah penyandang atribut
ketuhanan dan kekuasaan mutlak atas seluruh
makhluk.
Macam-macam tauhid ada 3, antara lain: Tauhid
Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid al-Asma
dan Al-sifat.
Syarat bertauhid antara lain: Mengetahui dan
memahami makna syahadah tauhid dan syahadah
risalah, meyakini bahwa yang diikrarkan adalah
benar, tunduk patuh yang ditandai dengan
pengamalan seluruh isi perjanjian yang dituntut
tauhid, pengikrarkan tauhid dilakukan dengan jujur
dan benar, ikhlas, dan cinta Allah dan Rasul-Nya.
KONSEP ISLAM TENTANG MANUSIA DAN
ALAM
Hakikat manusia adalah makhluk biologis, psikologis, dan sosial yang
memilki dua predikat statusnya dihadapan Allah, pertama sebagai
Hamba Allah (QS. Adz-Dzariyat: 56) dan kedua fungsinya di dunia ini
sebagai khalifah Allah (QS. Al-Baqarah: 30), mengatur alam dan
mengelolanya untuk mencapai kesejahteraan kehidupan manusia itu
sendiri dalam masyarakat dengan tetap tunduk dan patuh terhadap
sunnatullah.
Hakikat alam adalah termasuk masalah yang prinsip (ultimate
problems). Islam sebagai agama tauhid memberikan petunjuk yang
konkret bahwa alam harus dipandang apa adanya secara objektif dan
tidak ada peluang sama sekali untuk mensakralkan alam, karena
mensyakralkan alam akan berakibat fatal yaitu tersungkur di lembah
syirik.
Manusia memilki ideal dan agama dalam mengarungi hidup, ideal
sikap seimbang bertindak sesuai dengan kodrati tanpa merusak
alam. Hubungan manusia dengan alam haruslah balance, satu sama
lain saling memberi manfaat dan melestarikan. Dan di sini
kedudukan manusia lebih tinggi dibanding alam.
KONSEP ISLAM TENTANG WAHYU DAN
KENABIAN
Wahyu berasal dari kata arab al-wahy, dan al-wahy adalah
kata asli Arab dan bukan kata pinjaman dari bahasa asing.
Kata itu berarti suara, api dan kecepatan. Di samping itu ia
juga mengandung arti bisikan, isyarat, tulisan dan kitab. Al-
wahy selanjutnya mengandung arti pemberitahuan secara
tersembunyi dan dengan cepat. Tetapi kata itu lebih di kenal
dalam arti, apa yang di sampaikan Tuhan kepada nabi-nabi.
Secara etimologi nabi berasal dari kata na-ba artinya di
tinggikan, atau dari kata na-ba artinya berita. Dalam hal ini
seorang Nabi adalah seorang yang ditinggikan derajatnya
oleh Allah swt, dengan memberinya berita (wahyu).
Sedangkan kenabian itu artinya penunjukan atau pemilihan
Allah, terhadap salah seorang dari hambanya-Nya dengan
memberinya wahyu. sedangkan arti temologis Nabi adalah
manusia biasa yang mendapatkan keistimewaan menerima
wahyu dari Allah Swt
KONSEP ISLAM TENTANG KEHIDUPAN
Hidup adalah pertalian antara roh dan badan serta hubungan
interaksi antara keduanya. Hidup juga dapat diartikan suatu
sifat yang dengan sifat itu sesuatu menjadi berpengetahuan
dan memiliki kekuatan (Rohiman, 1996: 221). Tujuan
manusia hidup adalah untuk mencapai kebahagiaan
(kebaikan) di dunia dan kebahagiaan di akhirat kelak (QS. Al-
Baqarah [2]: 201).
Tugas hidup adalah beribadah, yaitu mengabdi,
melaksanakan pengabdian, dan menghambakan, diri kepada
Allah (adz-Adzaariyaat: 56; al-Baqarah: 21; al-Fatihah: 4; al-
Kahfi: 110; al-Anaam: 102). Sedangkan mengenai Hari akhir
adalah berakhirnya alam kita sekarang, dimana segala
sesuatu yang ada didalam menjadi binasa dan mati kecuali
Dzat Allah.
Perjalanan hidup di akhirat melalui fase-fase berikut: Jagad
raya dengan seluruh mahkluk yang ada didalamnya hancur
lebur dan binasa, Yaum al-Bas wa al-Hasyr (hari
kebangkitan dan pengumpulan), Yaum al-Ard (hari
pertunjukan), Yaum al-Hisab (hari perhitungan), dan Yaum
al-Jaza (hari pembalasan).
KONSEP ISLAM TENTANG QADA DAN
QADAR
Qada yaitu ketetapan Allah swt sejak zaman azali sesuai
dengan kehendakNya (Iradah ) tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan mahluknya. Qadar yaitu
Perwujudan dari qada atau ketetapan Allah swtdalam
kadar tertentu sesuai dengan kehendakNya (takdir).
Hubungan antara qada dan qadar yaitu hubungan yang
tidak dapat dipisahkan dan merupakan satu kesatuan
karena qada diibaratkan rencana, sedangkan qadar
sebagai perwujudan atau kenyataan yang terjadi. Allah
swt dalam melakukan qadarNya sesuai dengan
kehendakNya. Hal ini dijelaskan dalam QS.Al- Hijr ayat
21:
Iman terhadap qadha dan qadar merupakan salah satu
pondasi dasar keimanan; yakni mengimani bahwa Allah
itu mengetahui segala sesuatu, menciptakan segala
sesuatu, tak ada sesuatu apapun yang keluar dari
keinginan dan takdir-Nya. Allah telah menuliskan
segala sesuatu di Al-Lauh Al-Mahfuuzh, yakni lima
puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit
dan bumi. Serta mengimani bahwa di dunia ini
semuanya selain Allah makhluk, mereka dengan
seluruh perbuatan mereka.
Segala yang Allah kehendaki pasti terjadi, dan yang
tidak Allah kehendaki pasti tidak akan terjadi. Segala
yang menimpa seorang hamba, tidak akan mungkin
meleset, dan segala yang meleset tidak akan mungkin
menimpanya. Seorang hamba itu tidaklah dipaksa
untuk melakukan ketaatan atau perbuatan maksiat,
akan tetapi ia memiliki kehendak sendiri yang sesuai
dengan substansi dirinya, namun kehendak itu tetap di
bawah kehendak Allah. Wallahu A'lam.
KONSEP ISLAM TENTANG AKHLAK
Akhlak merupakan bekal diri yang membawa kebaikan dan
keberuntungan bagi mereka yang mengerjakannya. Akhlak yang
ditawarkan Islam berdasar pada nilai-nilai Al-Quran dan Al-Hadis.
Dalam pelaksanaannya, Akhlak Islam perlu dijabarkan oleh
pemikiran-pemikiran manusia melalui usaha ijtihad.
Dengan akhlak Islam, manusia diharapkan dapat menempuh jalan
yang baik. Jalan yang sesuai ajaran-ajaran Islam, pandangan akal
tentang kebaikan dan keburukan. Memiliki akhlak islam, manusia
akan dapat kebersihan batin yang membawanya melakukan perilaku
terpuji. Dengan perilaku terpuji akan melahirkan keadaan antar
umat menjadi harmonis, damai serta sejahtera lahir dan batin.
Sehingga setiap aktivitas akan dilakukan karena untuk mendapatkan
kerahmatan Allah yang akan membawa insan mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat.
Dapat dikatakan bahwa Akhlak Islam bertujuan memberikan
pedoman atau penerangan bagi manusia untuk mengetetahui
perbuatan yang baik dan buruk. Terhadap perbuatan yang baik ia
berusaha melakukannya dan terhadap perbuatan yang buruk ia
berusaha menghindarinya.
KONSEP ISLAM TENTANG ILMU
A. Pengertian Ilmu
Istilah ilmu ekuivalen dengan science, dalam Bahasa
Inggris dan Prancis, wissenschaft (Jerman) dan
wetenschap (Belanda), yang berarti tahu. Istilah
ilmu sendiri berasal dari Bahasa Arab alima yang
juga berarti tahu.
Ilmu pengetahuan adalah semacam pengetahuan yang
mempunyai ciri, tanda, dan syarat tertentu, yaitu:
sistematik, rasional, empiris, umum, dan kumulatif
(bersusun timbun).
Ilmu pengetahuan merupakan pemahaman manusia
yang disusun dalam suatu sistem mengenai kenyataan,
struktur, pembagian, bagian-bagian, hukum-hukum
tentang hal-ihwal yang diselidiki, yang diuji secara
empiris, riset dan eksperimental. Ia merupakan
pengetahuan sistematis dan taat asas tentang suatu
objek berupa gejala alam, sosial dan budaya yang dapat
diamati (observable) dan diukur (measurable).
B. Kewajiban Menuntut Ilmu
Dalam salah satu hadis masyhur, Rasulullah
SAW diriwayatkan telah bersabda menuntut
ilmu adalah fardu atas tiap-tiap orang Islam.
Allah mengeluarkan para hamba-Nya dari
perut ibu mereka dengan sifat tidak
mengetahui mengenai sesuatu apapun [al-
Nahl, [16]: 78]. Karena itu menuntut ilmu
adalah fardu atas tiap-tiap muslim.
Seorang muslim perlu senantiasa paham
bahwa sahnya suatu amal hanyalah dengan
ilmu, karena sesungguhnya sesuatu amal itu
harus berawal dengan ilmu tentang amal
tersebut.
C. Klasifikasi Ilmu dalam Islam
Menurut imam Al-Ghazali, ilmu dapat diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu: farduain atau fardu kifayah.
1. Ilmu Fardu Ain
a. Dimensi Pertama Ilmu Fardu Ain adalah mengenali
itiqad/keyakinan, yaitu, membenarkan segala sesuatu yang
benar, yang disampaikan Allah kepada Rasullullah dengan
itiqad yang kuat tanpa keraguan. Dimensi pertama ilmu fardu
ain ini juga disebut dengan ilmu al-tauhid, karena ruang
lingkupnya adalah berupa pengenalan tentang Allah.
b. Dimensi Kedua Ilmu Fardu Ain adalah berkaitan dengan
perbuatan yang wajib dilaksanakan. Kewajiban menuntut ilmu
ini berkembang mengikuti waktu, semakin lama seorang
mukallaf itu hidup, semakin berkembanglah ruang lingkup
urusan-urusan fardu ainnya yang memerlukan ilmu yang
berkaitan.
c. Dimensi Ketiga Ilmu Fardu Ain, adalah berkenaan dengan
masalah yang wajib ditinggalkan. Kewajiban ilmu ini
berkembang menurut keadaan seseorang yang berbeda antar
satu sama lain. Apa yang terbebas dari seorang mukallaf,
tidaklah wajib mempelajarinya.
2. Ilmu Fardu Kifayah
a. Ilmu-ilmu syariah yang wajib dipelajari karena ia menjadi
prasyarat dalam menegakkan urusan keagamaan, seperti
disiplin bahasa Arab Al-Quran, usul fiqh, fiqh jual beli dan
perdagangan, pengurusan jenazah dan harta pewarisan,
munakahat (pernikahan dan perceraian), jinayah dan
ketatanegaraan, dan lain sebagainya (Abdul al-Qadir, t.t.:160)
b. Ilmu bukan syariah karena ia tidak dapat dikesampingkan
dalam menegakkan urusan duniawi masyarakat Islam.
Kedokteran, pertanian, pembangunan, dan siyasah masuk
dalam kategori ini.
THANK YOU FOR PAY ATENTION

Keep Your Spirit To Learn More !

Anda mungkin juga menyukai