PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebenarnya, sulit sekali untuk membuat suatu definisi yang pasti tentang ilmu filsafat
dan agama. Hal ini terjadi karena perbedaan sudut pandang, jenis bangsa dan agama
yang di anut, dari orang yang mendefinisikannya itu.
Pengaruh Immanuel Kant dalam ilmu filsafat sangatlah besar. Abad ke-18 di Jerman
biasa di sebut Aufklarung atau zaman pencerahan yang di Inggris dikenal dengan
enlightenment. Pemberian nama ini dikarenakan pada zaman itu manusia mencari
cahaya baru dalam rasionya. Immanuel Kant mendefinisikan zaman itu dengan
mengatakan, dengan aufklarung dimaksudkan bahwa manusia keluar dari keadaan tidak
balig (dalam bahasa jerman disebut unmundigkeit), yang dengannya ia sendiri bersalah.
Apa sebabnya manusia itu sendiri yang bersalah? Karena manusia itu sendiri tidak
menggunakan kemungkinan yang ada padanya, yaitu rasio. Oleh karenanya semboyan
aufklarung menjadi sapere aude! Hendaklah anda berani berpikir sendiri! Dengan
demikian zaman pencerahan merupakan tahap baru dalam proses emansipasi manusia
barat yang sudah dimulai sejak renaissance dan reformasi.
Di Inggris pada zaman itu muncul deisme, yaitu suatu pendirian pemikir-pemikir yang
sunguh pun menerima adanya Allah, akan tetapi beranggapan bahwa Allah tidak
menghiraukan penyelenggaraan dunia. Tokoh zaman pencerahan di sini antara lain hume
yang telah di singgung di atas.
Di Prancis muncul para ensiklopedis, materialis serta tokoh-tokoh seperti, Voltaire
(1641-1778), Charles De Montesque (1689-1775) dan Jean Jaqcues Rousseau (17121778) yang amat terkenal dengan teori kontrak sosialnya (buku-bukunya terbit tahun
1762). Di Jerman seorang filsuf besar yang melebihi zaman aufklarung telah lahir , itulah
Immanuel Kant yang akan kita bicarakan secara khusus mengenai pemikirannya
kritisismenya.
[1]
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kritisisme?
2. Apa ciri ciri dari kitisme?
3. Apa saja metode metode dalam kritisme itu?
4. Apa tujuan filsafat Immanuel Kant?
5. Apa saja macam-macam kritik menurut Immanuel Kant?
C. TUJUAN
1. Untuk tahu lebih jelas mengenai kritisisme
2. Untuk mengetahui ciri ciri kritisme
3. Untuk mengetahui metode metode dalam kritisme
4. Untuk mengetahui tujuan filsafat Immanuel Kant
5. Untuk mengetahui macam-macam kritik menurut Immanuel Kant
BAB II
PEMBAHASAN
[2]
A. PENGERTIAN KRITISME
Filasafat yang di kenal dengan kritisisme adalah filsafat yang di introdusir oleh
Immanuel Kant. Filsafat ini memulai pelajarannya dengan menyelidiki batas-batas
kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. Oleh karena itu, kritisisme
sangat berbeda dengan corak filsafat modern sebelumnya yang mempercayai
kemampuan rasio secara mutlak.
Kant mengadakan penelitian yang kritis terhadap rasio murni dan memugar sifat
objektivitas dunia ilmu pengetahuan dengan menghindarkan diri dari sifat sepihak
rasionalisme dan sifat sepihak empirisme. Gagasan ini muncul karena pertanyaan
mendasar dalam dirinya, yaitu Apa yang dapat saya ketahui? Apa yang harus saya
lakukan? Dan Apa yang boleh saya harapkan?
Filsafat Kant disebut sebagai filsafat kritis, karena pemikirannya mengkritik
pandangan empirisme dan rasionalisme sebagai dua pandangan yang bertentangan dalam
filsafat, terutama sejak renaisans dan pencerahan. Kant kemudian menyatakan bahwa
kedua pandangan ini berat sebelah. Kant berusaha menganalisis syarat-syarat serta batasbatas kemampuan rasional manusia serta dimensinya yang murni teoritis dan praktis-etis
dengan menggunakan rasio itu sendiri. Titik tolak analisis kant bertolak dari analisis
terhadap kegiatan akal-budi, lalu mencoba memahami kemampuan serta batas-batas akal
budi itu. Analisi itu bersifat kritis dan bukan psikologi dengan mencari daya/potensi yang
berperan dalam proses ilmiah. Analisisnya lebih bersifat kritis logis yang meneliti
hubungan antar unsur-unsur isi pengertian satu sama lain.
B. CIRI CIRI KRITISME
Setiap pemikiran atau gerakan pasti mempunyai ciri-ciri yang mendasar yang melekat
pada sebuah pemikiran, begitu juga kritisisme yang mempunyai cirri-ciri yang dapat
disimpulkan kedalam tiga hal :
Menganggap bahwa obyek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan pada
objek.
Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas atau
hakikat sesuatu; karena rasio hanyalah mampu menjangkau gejalanya atau
fenomenanya saja.
Menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas semua sesuatu itu diperoleh atas
perpaduan antara peranan unsure anaximenes priori yang berasal dari rasio serta
[3]
berupa uang dan waktu dan peranan unsure aposteriori yang berasal dari pengalamn
yang berupa materi.
C. METODE - METODE DALAM KRITISME
Pada periode kritis, Kant menerima sebagai titik tolak bahwa ada pengertian tertentu
yang obyektif. Metodenya merupakan analisa kriteriologis mengenai titik pangkal itu.
Analisa itu dibedakan kedalam beberapa macam yaitu :
Analisa psikologis : yaitu penelitian proses atau jalan yang faktual. Yang didapat
dari daya-daya dan potensi-potensi
c.
Kant menerima nilai obyektif dari ilmu-ilmu positif, sebab mereka menghasilkan
kemajuan hidup sehari-hari selain itu ia juga menerima nilai obyektif dari agama dan
moral, sebab mereka memberikan kemajuan dan kebahagiaan. Pengertian itu semua
sintetis apriori. Maka timbulah pertanyaan : dasar obyektifitas pengertian semacam itu
apa? Sudah jelas bahwa dasarnya bukan empiris itulah yang akan diteliti oleh
Immanuel kant.
D. TUJUAN FILSAFAT IMMANUEL KANT
Melalui filsafatnya Kant bermaksud memugar sifat objektivitas dunia ilmu pengetahuan.
Agar supaya maksud itu terlaksana, orang harus menghindarkan diri dari sifat sepihak
rasionalisme dan sifat sepihak empirisme. Rasionalisme mengira telah memperoleh
pengetahuan dari pengalaman saja. Ternyata bahwa empirisme, sekalipun dimulai dengan
ajaran yang murni tentang pengalaman, tetap melalui idealisme subjektif bermuara pada
suatu skeptisisme yang radikal. Kant bermaksud mengadakan penelitian yang kritis
terhadap rasio murni.
Menurut Hume, ada jurang yang lebar antara kebenaran-kebenaran rasio murni dengan
realita dalam dirinya sendiri. Menurut Kant, syarat dasar bagi segala ilmu pengetahuan
adalah :
a. Bersifat umum dan mutlak, dan
b. Memberi pengetahuan yang baru.
Menurut Kant, Hume lah yang menjadikan dia bangun dari tidurnya dalam dogmatism,
walaupun semulanya kant dipengaruhi rasionalisme Leibniz dan wolff, kemudian juga
dipengaruhi empirisme Hume, sedang Rousseaun juga menampakkan pengaruhnya.
[5]
a. Putusan analitis apriori; dimana predikat tidak menambah sesuatu yang baru
pada subjek, karena sudah termuat di dalamnya (msialnya, setiap benda
menempati ruang).
b. Putusan sintesis aposteriori, misalnya pernyataan meja itu bagus di sini
predikat dihubungkan dengan subjek berdasarkan pengalaman indrawi, karena
dinyatakan setelah (=post, bhs latin) mempunyai pengalaman dengan aneka
ragam meja yang pernah diketahui.
c. Putusan sintesis apriori; disini dipakai sebagai suatu sumber pengetahuan yang
kendati bersifat sintetis, namun bersifat apriori juga.
Manusia mempunyai tiga tingkatan pengetahuan, yaitu:
Taraf indra
Pendirian tentang pengenalan inderawi ini mempunyai implikasi yang penting.
Memang ada suatu realitas, terlepas dari subjek, Kant berkata: memang ada das ding
an sich (benda dalam dirinya; the thing itself). Tetapi das ding an sich selalu tinggal
suatu X yang tidak dikenal. Kita hanya mengenal gejala-gejala (Erscheinungen),
yang selalu merupakan sintesa antara hal-hal yang datang dari luar dengan bentuk
ruang dan waktu.
Taraf akal budi
Kant membedakan akal budi Vesrtand dengan Vernunft. Tugas akal budi ialah
menciptakan orde antara data-data inderawi. Dengan lain perkataan, akal budi
menciptakan putusan-putusan. Pengenalan akal budi juga merupakan sintesa antara
bentuk dengan materi. Materi adalah data-data inderawi dan bentuk adalah apriori,
yang terdapat pada akal budi. Bentuk apriori ini dinamakan Kant dengan istilah
Kategori. Akal budi memiliki struktur sedemikian rupa, sehingga terpaksa saya
mesti memikirkan data-data inderawi sebagai subtansi atau menurut ikatan sebab
akibat atau menurut kategori lainnya. Dengan demikian, Kant sudah menjelaskan
Shahihnya ilmu pengetahuan alam. Sekarang kita mengerti juga bahwa Kant betulbetul mengadakan suatu revolusi Kopernikan.
Taraf Rasio
[6]
Tugas rasio ialah menarik kesimpulan dari keputusan-keputusan. Dengan kata lain,
rasio mengadakan argumentasi-argumentasi. Seperti akal budi menggabungkan datadata inderawi dengan mengadakan putusan-putusan. Kant memperlihatkan bahwa
rasio membentuk argumentasi-argumentasi itu dipimpin oleh tiga ide : jiwa, dunia,
dan Allah. Karena kategori akal budi hanya berlaku untuk pengalaman, kategorikategori itu tidak dapat diterapkan pada ide-ide. Tetapi justru itulah yang di
usahakan oleh metafisika. Uraian yang panjang lebar dikemukakan oleh kant untuk
memperlihatkan kepada kita bahwa bukti-bukti untuk adanya Allah yang diberikan
dalam filsafat bersifat kontradiktoris.
Walaupun Kant sangat menagumi empirisme Hume, empirisme yang bersifat radikal
dan yang konsekuen, ia tidak dapat menyetujui skeptisime yang dianut Hume
dengan kesimpulannya bahwa dalam ilmu pengetahuan, kita tidak mampu mencapai
kepastian. Pada waktu Kant hidup, sudah jelas bahwa ilmu pengetahuan
dirumuskan Newton memperoleh sukses. Hukum-hukum ilmu pengetahuan berlaku
selalu dan dimana-mana. Misalnya air mendidih pada 100 C selalu begitu dan begitu
dan begitulah dimana-mana. Yang menjadi soal adalah, bagaimana hal itu mungkin
terjadi? Syarat-syarat manakah yang harus terpenuhi untuk menjadikan ilmu
pengetahuan alam dapat menghasilkan pengetahuan yang begitu mutlak dan perlu
pasti? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, kant mengadakan suatu revolusi
filsafat. Ia berkata bahwa ia mau mengusahakan suatu Revolusi Kopernikan,
berarti suatu revolusi yang dapat dibandingkan dengan perubahan revolusioner yang
dijadikan Copernicus dalam bidang astronomi.
Dahulu para filsuf telah mencoba memahami pengenalan dengan mengandaikan
bahwa si subjek mengarahkan diri kepada objek. Kant mengerti pengenalan dengan
berpangkal
Akal praktis adalah berkuasa dan lebih tinggi dari pada akal teoritis.
c. Agama dalam ikatan akal terdiri dari moralitas. Kristianitas adalah moralitas yang
abadi
b. Kritik Atas Rasio Praktis
Rasio praktis adalah rasio yang mengatakan apa yang harus kita lakukan, atau
dengan kata lain, rasio yang memberi perintah kepada kehendak kita. Kant
memperlihatkan bahwa rasio praktis memberi perintah yang mutlak yang disebutnya
sebagai imperatif kategori.
Kant beranggapan bahwa ada tiga hal yang harus disadari sebaik-baiknya bahwa
ketiga hal itu dibuktikan, hanya dituntut. Itulah sebabnya Kant menyebutnya ketiga
postulat dari rasio praktis. Ketga postulat dimaksud itu ialah:
1.
Kebebasan kehendak
2.
3.
Adanya Allah
Yang tidak dapat ditemui atas dasar rasio teoritis harus diandaikan atas dasar rasio
praktis. Akan tetapi tentang kebebasan kehendak, immoralitas jiwa, dan adanya
Allah, kita semua tidak mempunyai pengetahuan teoritas. Menerima ketiga postulat
tersebut dinamakan Kant sebagai Glaube alias kepercayaan. Dengan demikian, Kant
berusaha untuk memperteguh keyakinannya atas Yesus Kristus dengan penemuan
filsafatnya.
Serupa dengan filsuf islam seperti ibn Rusyd yang berupaya menjadikan
filsafat sebagai alat penguat keimanan sebagaimana yang tampak dalam kitabnya
Fasl al-maqal fi masyarakat bayn al-hikmat wa al-shariat min al-ittisal.
[8]
c.
b.
pemahaman.
c.
Pertimbangan yang terlibat terletak diantara yang benar dan yang baik
d.
Estetika adalah cirinya tidak teoritis maupun praktis, ini adalah gejala yang ada
Teologi adalah teori tentang fenomena, ini adalah bertujuan: (a) subjektif
[9]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kritisisme Immanuel Kant merupakan perpaduan antara dua pemikiran, yakni,
Rasionalisme yang dipelopori oleh Rene Descartes dan empirisme yang dipelopori
oleh David Hume. seolah-olah mempertegas bahwa rasio tidak mutlak dapat
menemukan kebenaran, karena rasio tidak membuktikan, demikian pula pengalaman,
tidak dapat dijadikan melulu tolak ukur, karena tidak semua pengalaman benar-benar
nyata, tapi tidak-real, yang demikian sukar untuk dinyatakan sebagai kebenaran.
Ciri-ciri kritisisme ada 3 , yaitu :
a) Menganggap bahwa obyek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan pada
objek.
b) Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas
atau hakikat sesuatu; karena rasio hanyalah mampu menjangkau gejalanya atau
fenomenanya saja.
c) Menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas semua sesuatu itu diperoleh atas
perpaduan antara peranan unsure anaximenes priori yang berasal dari rasio serta
[10]
berupa uang dan waktu dan peranan unsure aposteriori yang berasal dari pengalamn
DAFTAR PUSTAKA
http://anasafi14.blogspot.co.id/2015/11/makalah-kritisisme-immanuel-kant.html
http://guntursatriajati.blogspot.co.id/2015/01/makalah-filsafat-umumkritisisme.html
[11]