Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat mengerjakan tugas pembuatan makalah ini.
Makalah ini disusun berdasarkan hasil penelusuran infomasi yang telah penulis lakukan
melalui berbagai media seperti buku dan website.
Sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulis menyadari bahwa
makalah ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnnaan. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI .. 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .. 3
B. Rumusan Masalah . 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ... 14
B. Komentar .. 14
DAFTAR PUSTAKA 15
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai warga negara yang baik, setia kepada nusa dan bangsa, seharusnyalah
mempelajari dan menghayati pandangan hidup bangsa yang sekaligus sebagai dasar filsafat
negara, seterusnya untuk diamalkan dan dipertahankan. Pancasila selalu menjadi pegangan
bersama bangsa Indonesia, baik ketika negara dalam kondisi yang aman maupun dalam
kondisi negara yang terancam. Hal itu tebukti dalam sejarah dimana pancasila selalu menjadi
pegangan ketika terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap eksistensi bangsa indonesia.
Pancasila merupakan cerminan dari karakter bangsa dan negara Indonesia yang
beragam. Semua itu dapat diterlihat dari fungsi dan kedudukan pancasila, yakni sebagai; jiwa
bangsa indonesia, kepribadian bangsa, pandangan hidup bangsa, sarana tujuan hidup bangsa
indonesia, dan pedoman hidup bangsa indonesia.
Oleh karena itu, penerapan pancasila dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara sangat penting dan mendasar oleh setiap warga negara, dalam segala aspek
kenegaraan dan hukum di Indonesia. Pengamalan pancasila yang baik akan mempermudah
terwujudnya tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pancasila
sejarah pancasila
4
B. Pengertian Pancasila
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari
dua kata dari Sanskerta: paca berarti lima dan la berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule
(Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.
C. Sejarah Perumusan Pancasila
1. Sejarah Pembentukan Pancasila
a. Pembahasan dalam Sidang BPUPK.
1) Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan (BPUPK) atau Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai
dibentuk pada 28 Mei 1945 yang terdiri dari seorang Ketua (Kaico), dua orang Ketua
Muda (Fuku Kaico) dan dengan 59 orang anggota biasa (Iin) ditambah 7 (tujuh) orang
Jepang sebagai anggota istimewa (Tokubetu Iin).
2) Persidangan BPUPK dilaksanakan dalam dua masa persidangan. Masa Sidang
Pertama pada 28 Mei 1 Juni 1945 dan Masa Sidang Kedua pada 10 17 Juli 1945.
5
c) K.R.M.T.H. Woerjaningrat dalam pidatonya pada 29 Mei 1945 antara lain
menyatakan bahwa kemerdekaan harus bersendi kekeluargaan bangsa Indonesia.
d) Mr. Soesanto Tirtoprodjo dalam pidatonya pada 29 Mei 1945 antara lain
menyatakan bahwa dasar fundamennya ialah :
i. Semangat kebangsaan
ii. Hasrat persatuan
iii. Rasa kekeluargaan
e) A.M. Dasaad dalam pidatonya pada 29 Mei 1945 antara lain menyatakan bahwa
Indonesia Merdeka haruslah berdasar kepada iman dan tawakal kepada Tuhan
Allah Yang Mengendalikan langit dan Bumi.
f) Drs. Moh. Hatta dalam pidatonya pada 30 Mei 1945 antara lain menyatakan
bahwa dasar Ketuhanan harus diwujudkan dengan memisahkan urusan agama dari
urusan negara.
g) R. Abdoelrahim Pratalykrama dalam pidatonya pada 30 Mei 1945 antara lain
menyatakan bahwa dasar negara adalah :
i. Persatuan rakyat.
ii. Agama Islam dengan kemerdekaan seluas-luasnya bagi pemeluk agama
yang bukan Islam.
h) Mr. Soepomo dalam pidatonya pada 31 Mei 1945 menyatakan antara lain bahwa
dasar persatuan, semangat kekeluargaan dan semangat gotongroyong sangat sesuai
dengan corak masyarakat Indonesia. Lain dari itu juga dinyatakan pentingnya
dasar moral yang luhur agar negara memelihara budi pekerti kemanusiaan yang
luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
i) Ki Bagoes Hadikoesoemo dalam pidatonya pada 31 Mei 1945 antara lain
menyatakan agar Islam dijadikan asas dan sendi negara.
j) Ir. Soekarno dalam pidatonya pada 1 Juni 1945 mengemukakan 5 prinsip yang
merupakan philosofische grondslag (pandangan hidup) dan dasar negara, yaitu :
i. Kebangsaan Indonesia
ii. Internasionalisme, atau peri-kemanusiaan
iii. Mufakat, atau demokrasi
iv. Kesejahteraan sosial
v. Ketuhanan yang berkebudayaan
Ir. Soekarno juga menawarkan bahwa bila dikehendaki hanya tiga maka
menjadi socio-nationalism, socio-democratie, dan Ketuhanan. Apabila dikehendaki
hanya satu saja maka menjadi gotong-royong. Dengan demikian Ir. Soekarno menjadi
satu-satunya pembicara yang secara utuh, jelas dan tegas menyatakan tentang dasar
negara sebagai philosofische grondslag.
a) Sidang BPUPK mengalami reses pada 2 Juni hingga 9 Juli 1945. Sebelum
masa reses Dr. Radjiman membentuk Panitia Kecil yang beranggotakan 8
6
(delapan) orang dipimpin oleh Ir. Soekarno. Panitia Kecil bertugas
menghimpun masukan atau usul dari segenap anggota BPUPK tentang
Indonesia Merdeka. Setelah Panitia Kecil melaksanakan tugasnya, di luar
tugas yang dibebankan pada Panitia Kecil, Ir. Soekarno mengundang para
anggota BPUPK untuk rapat di Kantor Besar Djawa Hookookai. Rapat
tersebut dihadiri oleh 38 orang anggota BPUPK. Dalam rapat tersebut
dibentuk Panitia Kecil yang beranggotakan 9 (sembilan) orang, yaitu Ir.
Soekarno selaku Ketua, dan anggota-anggota, Drs. Moh. Hatta, Mr. A.A.
Maramis, Abikoesno Tjokrosoeyoso, Abdoel Kahar Moezakir, H. Agoes
Salim, Mr. Achmad Soebardjo, K.H. Wachid Hasjim, dan Mr. Muh. Yamin.
Panitia ini kemudian disebut sebagai Panitia Sembilan.
b) Pada 22 Juni 1945 Panitia Sembilan tersebut berhasil menyepakati suatu
Naskah Preambule atau Mukaddimah Undang-Undang Dasar yang kemudian
oleh Mr. Muh. Yamin disebut sebagai Piagam Jakarta. Hasil Panitia Sembilan
tersebut dilaporkan dalam Rapat Besar BPUPK pada 10 Juli 1945. Dalam
rapat tersebut hasil Panitia Sembilan diterima sebagai bahan rancangan
Pembukaan Undang-Undang Dasar.
c) Rumusan Pancasila dalam naskah Piagam Jakarta ialah Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
b. Penetapan dalam Sidang PPKI
1) Panitia Persiapan Kemerdekaan atau Dokuritsu Zyunbi Iinkai dibentuk
oleh Jepang dengan Ketua ialah Ir. Soekarno dan Wakil Ketua ialah
Drs. Moh. Hatta. Panitia Persiapan Kemerdekaan tersebut, menjelang
Rapat Besar pada 18 Agustus 1945, diubah menjadi badan nasional
dengan menambahkan 6 (enam) anggota yang berasal dari daerah-
daerah, sehingga secara keseluruhan berjumlah 27 orang, dan disebut
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
2) Mengawali Rapat Besar PPKI pada 18 Agustus 1945, Drs. Moh. Hatta
selaku Wakil Ketua PPKI, mengusulkan penyempurnaan rumusan
Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 dan beberapa
pasal lainnya. Penyempurnaan dimaksud menyangkut Sila I dan sila II
7
sehingga menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab. Seluruh usulan Drs. Moh. Hatta
tersebut diterima secara aklamasi, akan tetapi atas usul Ki Bagoes
Hadikoesoemo rumusan sila I dan sila II disempurnakan lagi dengan
menghapuskan kata-kata menurut dasar sehingga menjadi
Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila I dan Kemanusiaan Yang Adil
dan Beradab sebagai sila II. Naskah rancangan Pembukaan tersebut
berasal dari naskah yang dihasilkan oleh Panitia Sembilan pada 22 Juni
1945 yang oleh Muh. Yamin disebut Piagam Jakarta.
3) Dengan demikian rumusan Pancasila secara resmi dan sah ditetapkan
pada 18 Agustus 1945 sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD
1945 sebagai berikut:
i. Ketuhanan Yang Maha Esa
ii. Kemanusiaan yang adil dan beradab
iii. Persatuan Indonesia
iv. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
permusyawaratan/perwakilan
v. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Atas dasar uraian di atas dapat ditegaskan bahwa Pancasila adalah
seperangkat nilai yang terangkai secara holistik menjadi gagasan dasar tentang
konsep dan prinsip yang menjadi pandangan hidup masyarakat, bangsa, dan negara
Indonesia.
8
hubungan bangsa dengan bangsa-bangsa lain, dalam hubungan manusia dengan
Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohaniah.
Dengan keyakinan akan kebenaran Pancasila, maka manusia ditempatkan pada
keluhuran harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan
kesadaran untuk mengemban kodratnya sebagai makhluk pribadi dan sekaligus
makhluk sosial.
Dengan berpangkal tolak dari kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa, yang merupakan makhluk pribadi dan sekaligus makhluk sosial, maka
penghayatan dan pengamalan Pancasila akan ditentukan oleh kemauan dan
kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri dan kepentiangannya agar dapat
melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara dan warga masyarakat.
9
Dengan Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, manusia diakui dan
diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa, yang sama derajatnya, yang sama hak dan kewajiban-kewajiban asasinya,
tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama dan kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit, dan sebagainya. Karena itu dikembangkanlah sikap
saling mencintai sesama manusia, sikap tenggang rasa dan "tepa salira", serta sikap
tidak semena-mena terhadap orang lain.
Kemanusiaan yang adil dan beradab berarti menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, gemar melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan, dan berani membela
kebenaran dan keadilan. Sadar bahwa manusia adalah sederajat, maka bangsa
Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu
dikembangkanlah sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa-bangsa
lain.
3. SILA PERSATUAN INDONESIA
Dengan Sila Persatuan Indonesia, manusia Indonesia menempatkan persatuan,
kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan Bangsa dan Negara di atas kepentingan
pribadi atau golongan.
Menempatkan kepentingan Negara dan Bangsa di atas kepentingan pribadi,
berarti bahwa manusia Indonesia sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan
Negara dan Bangsa apabila diperlukan. Oleh karena sikap rela berkorban untuk
kepentingan Negara dan Bangsa itu dilandasi oleh rasa cinta kepada Tanah Air dan
Bangsanya, maka dikembangkanlah rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia, dalam rangka memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Persatuan dikembangkan atas dasar Bhinneka Tunggal Ika, dengan
memajukan pergaulan demi kesatuan dan persatuan Bangsa.
1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
10
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia.
8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena
itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
Persatuan Indonesia
11
Pengamalan Pancasila Berdasarkan ketetapan MPR no.
I/MPR/2003 yaitu pada:
Sila pertama
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.
Sila kedua
12
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10.Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain
Sila ketiga
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Komentar-Komentar
14
15
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penulis, 2015, Modul Pancasila Pendidikan dan Pelatihan Peningkatan
Pemahaman Hak Konstitusional Warga Negara, Jakarta; Pusat Pendidikan Pancasila
dan Konstitusi Mahkamah Konstitusi Indonesia
http://www.tatanusa.co.id/tapmpr/78TAPMPR-II.pdf
16