Anda di halaman 1dari 7

PENGERTIAN NUZULUL QURAN

Nuzulul Qur’an adalah waktu turunya Al-Qur’an yang bertepatan dengan malam yang
disebut Lailatul Qadar. Allah SWT menurunkan Al-Qur’an pada Lailatul Qadar.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Qadr ayat 1-5.
Namun begitu, Nuzulul Qu’an sering diperingati pada malam 17 Ramadhan, sementara
umum diketahui bahwa malam Lailatul Qadar jatuh pada sepertiga malam yang
terakhir bulan Ramadhan. Mengapa bisa berbeda?
<>
Allah SWT berfirman,

َ َ‫ا ْلقَد ِْرُ لَ ْيلَ ِةُ فِي أ‬. ‫ا ْلقَد ُِْر لَ ْيلَةُ َما أَد َْراكَُ َو َما‬. ُ‫ن َخيْرُ ا ْلقَد ُِْر لَ ْيلَة‬
‫نز ْل َناهُ ِإنَّا‬ ِ ‫شهْرُ أ َ ْل‬
ُْ ‫فُ ِم‬ َ . ُ‫الروحُ ا ْل َم ََل ِئكَةُ تَنَ َّزل‬
ُّ ‫ن فِيهَا َو‬ ُِ ‫أ َ ْمرُ ك ُِل ِمن َر ِب ِهم ِب ِإ ْذ‬.
ُ‫س ََلم‬
َ ‫ي‬ َُ ‫ا ْلفَجْ ُِر َم ْطلَعُِ َحتَّى ِه‬
Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan.
Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari
seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin
Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai
terbit fajar. (QS. Al-Qadr 1-5).
Para ulama berbeda pendapat tentang dlamir “hu” atau kata ganti yang merujuk
kepada Al-Qur’an dalam ayat pertama. Apakah Al-Qur’an yang dimaksud dalam ayat
itu adalah keseluruhannya, artinya Allah SWT menurunkan Al-Qur’an sekaligus dari
Lauhil Mahfudz ke Baitul Izzah (langit dunia) pada malam Lailatul Qadar, ataukah
sebagiannya, yaitu bahwa Allah SWT menurunkan pertama kali Al-Qur’an kepada Nabi
Muhammad SAW, yaitu surat Al-‘Alaq Ayat 1-5 pada malam Lailatul Qadar?
Dalam sebuah riwayat disebutkan, Ibnu Abbas RA menjelaskan bahwa Al-Qur’an yang
diturunkan pada Lailatul Qadar keseluruhnya; baru kemudian secara berangsur
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. (HR. Ath-Thabrani).
Sementara itu Nuzulul Qur’an sering diperingati pada tanggal 17 Ramadhan, dengan
mengadakan pengajian atau tabligh akbar, dan bukan pada malam Lailatul Qadar. Hal
ini didasarkan pada pendapat yang menyatakan bahwa pada tanggal tersebut
Rasulullah SAW pada umur 41 tahun mendapatkan wahyu pertama kali. Yaitu surat
Al-‘alaq ayat 1-5 ketika beliau berkonteplasi (berkhalwat) di gua Hira, Jabal Nur,
kurang lebih 6 km dari Mekkah.
Nuzulul Qur’an yang diperingati oleh umat Islam dimaksudkan itu adalah sebagai
peringatan turunnya ayat Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW yakni ayat 1-5 Surat
Al-Alaq.
ْ‫س ِمُ ا ْق َرُأ‬
ْ ‫ق الَّذِي َر ِبكَُ ِبا‬
َُ ‫ َخ َل‬. َُ‫سانَُ َخلَق‬ ِْ ‫ن‬
َ ‫اْلن‬ َ . ْ‫اْلَك َْر ُم َو َربُّكَُ ا ْق َرُأ‬.
ُْ ‫علَقُ ِم‬ َ ‫ ِبا ْلقَلَ ُِم‬. ‫علَّ َُم‬
ْ ‫علَّ َُم الَّذِي‬ َ َُ‫سان‬ ِ ْ ‫يَ ْعلَ ُْم لَ ْمُ َما‬
َ ‫اْلن‬
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.
Adapun Lailatul Qadar merujuk kepada malam diturunkannya Al-Qur’an dari Lauhil
Mahfudz ke Baitul Izzah atau langit dunia. Dikisahkan bahwa pada malam itu langit
menjadi bersih, tidak nampak awan sedikitpun, suasana tenang dan sunyi, tidak dingin
dan tidak panas.
PengertianُNuzululُQur’an
Lafadz ‘Nuzul’ secara etimologi (bahasa) berarti ”menetap di satu tempat” atau “turun dari tempat
yang tinggi”. Kata kerjanya ialah “nazala” yang artinya “dia telah turun” atau “dia menjadi tetamu”.
Pengertian Nuzulul Qur’an secara terminology (istilah) yaitu Peristiwa diturunkannya wahyu Allah
SWT (AL-Qur’an) kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril as secara
berangsur-angsur.

Sejarah terjadinya peristiwa Nuzul al-Qur’an terjadi pada malam Jum’at, 17 Ramadhan, di Gua Hira
tahun ke-41 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Peristiwa itu dikisahkan dalam sebuah firman
Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat: 185, yang artinya: “Ramadhan yang padanya diturunkan Al-
Qur’an, menjadi petunjuk bagi sekalian manusia, dan menjadi keterangan yang menjelaskan
petunjuk serta menjelaskan perbedaan antara yang benar dan yang salah” (QS. Al-Baqarah: 185).

Tahap – TahapُTurunnyaُAlُQur’an
Yang dimaksud dengan Tahap-tahap diturunkannya Al-Qur’an adalah tertib dari fase-fase
disampaikannya kitab Suci Al-Qur’an, mulai dari sisi allah SWT sampai kepada nabi Muhammad
SAW. Kitab Suci ini tidak seperti kitab-kitab Suci sebelumnya. Karena, Kitab Suci ini kebanyakan
diturunkan secara bertahap, sehingga betu-betul menunjukkan kemu’jizatannya. Selain itu,
penyampaian Kitab Suci tersebut sangat luar biasa, yang tidak dipunyai oleh kitab-kitab
sebelumnya. Proses-proses diturunkannya Al-Qur’an ada tiga fase atau tahapan, seperti yang akan
dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Pertama

Tahapan Pertama, Al-qur’an diturunkan/ditempatkan ke Lauh Mahfudh. Lauh Mahfudh adalah suatu
tempat dimana manusia tidak bisa mengetahuinya secara pasti. Dalil yang mengisyaratkan bahwa
Al-qur’an itu diletakkan di Lauh mahfudh itu ialah terdapat dalam firman Allah swt: “Bahkan (Yang
didustakan mereka) itu yaitu Al-Qur’an yang mulia yang tersimpan di lauh mahfudh.” (QS. Al Buruj:
21 – 22). Tetapi berkaitan sejak kapan Al-quran ditempatkan di Lauh mahfudh, dan bagaimana
caranya merupakan hal-hal ghaib tidak ada yang mampu mengetahuinya selain Allah SWT.

2. Tahapan Kedua

Tahapan kedua, Al-Qur’an singgah dari Lauh Mahfudh ke Baitul izzah di Langit dunia. Sehinggai,
setelah berada di Lauh Mahfudh, Kitab Al-Qur’an itu letakkan ke Baitul Izzah di Langit dunia atau
langit terdekat dengan bumi ini. Banyak dalil yang menjelaskan penurunan Al-Qur’an tahapan
keduanya ini, baik dari ayat Al-Qur’an ataupun dari Hadits Nabi Muhammad saw, diantaranya
adalah seperti dibawah ini:

1. Sesungguhnya Kami menurunkan-Nya (Al-qur’an) pada suatu malam yang diberkahi. (QS.
Ad-Dukhon: 3).
2. Sesungguhnya Kami telah menurunkan-Nya (Al-qur’an) pada malam kemuliaan. (QS. Al-
Qadri: 1).
3. ” (Beberapa hari itu) ialah Bulan Ramadlan, bulan yang didalamnya diturunkan permulaan)
Al-Qur’an”. (QS. Al-Baqarah: 185).

3. Tahapan Ketiga

Tahapan Ketiga, Al-Qur’an diturunkan dari Baitul Izzah dilangit dunia langsung kepada Nabi
Muhammad saw. Artinya, baik melalui perantaraan Malaikat Jibril, atau pun secara langsung ke
dalam hati sanubari Nabi Muhammad saw, ataupun dari balik tabir.

Firman Allah swt. Al-Qur’an dan Hadits-hadits Nabi, di antaranya sebagai berikut:

1. ”Dan sesungguhnya Kami telah menyinggahkan kepadamu ayat-ayat yang jelas.” (QS. Al-
Baqarah: 99).
2. ”Dia-lah yang menyinggahkan urunkan Al-Qur’an kepadamu. Di antara (isi) nya ada ayat-
ayat yang muhkamat, itulah point-point isi Al-Qur’an, dan yang lain (ada ayat-ayat) yang
mutasyabbihat.” (QS. Ali Imran: 7).
3. ”Ia (Al-quran) itu dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibrl) ke dalam hatimu (Muhammad)
supaya kamu menjadi salah seorang diantara orang–orang yang mengirim peringatan.” (QS.
Asy – Syu’ara: 193 – 194).
4. ”Sesungguhnya Al-Harits bin Hisyam bertanya kepada Rasulullah SAW seraya berkata:”
Wahai Rasulullah, bagaimanakah wahyu itu turun kepadamu? Maka Rasulullah SAW
bersabda:” kadang-kadang datang kepadaku seperti gemurunnya bunyi lonceng, dan itu
paling berat bagiku. Maka begitu berhenti bunyi itu dariku, aku telah merajai apa yang sudah
diucapkannya. Dan kadang-kadang malaikat menyamar kepadaku sebagai laki-laki, lalu
mengajak berbicara denganku. Maka aku kuasai apa yang diucapkannya.” Aisyah lalu
berkata:” Saya pernah menyaksikan beliau wahyu pada hari yang sangat dingin, tetapi begitu
selesai wahyu itu dari beliau, maka bercucurlah keringat dipelipis beliau.” (H.R. Al-Bukhari).

Pengertian al-Qur’anُditurunkanُdalam 7 huruf


Orang-orang Arab pada masa jahiliyah memiliki beberapa bahasa, mempunyai beberapa macam
ejaan, mempunyai perlainan istilah dan cara walaupun bahasa yang digunakan mereka adalah
bahasa golongan Quraisy. Al-Qur’an diturunkan menggunakan bahasa Quraisy yang dikagumi
segenap bangsa Arab yang bermacam-macam qabilahnya. Dan Al-Qur’an juga diturunkan dengan
memakai kalimat-kalimat bahasa yang selain dari bahasa Quraisy dan juga masyhur dalam
masysarakat Arab agar mudah bagi kabilah-kabilah itu membaca Al-Qur’an dan mengucapkannya.
Bahasa Arab yang masyhur pada waktu itu ada tujuh macam.

Al-Qur’an diturunkan dalam tujuh dialek bahasa Arab. Akan tetapi yang selain dari lughot quraisy.
Setelah Islam berdiri teguh, bahasa Quraisylah yang mendominasi bangsa Arab dan menjadi
bahasa resmi bangsa arab. Sehingga di waktu khalifah Utsman menyuruh menyalin shuhuf al-
Qur’an ke dalam mushaf, beliaupun menyuruh menyalin dan menulisnya dengan memakai bahasa
Quraisy saja. Beliau bertindak demikian, melainkan karena bahasa Quraisy itu telah mempengaruhi
segala dialek-dialek kabilah-kabilah Arab, juga karena untuk menghilangkan perselisihan-
perselisihan yang akan terjadi lantaran menyebut dan membaca itu.

Bukti Sejarah Tentang Turunnya Al-Qur’anُSecaraُBertahap


Al-Qur’an merupakan sumber tujuan paling utama dalam ajaran Islam. Allah swt menurunkannya
kepada nabi muhammad saw. Agar disampaikan kepada umat manusia. Hakikat diturunkannya al-
qur’an yaitu menjadi acuan moral secara universal bagi umat manusia untuk memecahkan masalah
sosial yang timbul ditengah-tengah masyarakat. Maka dari itu, al-qur’an secara kategoris dan
tematik, dihadirkan untuk menjwab berbagai masalah aktual yang dihadapi masyarakat sesuai
dengan konteks dan dinamika sejarahnya. Karena itu, masuk akal jika para mufasir setutu bahwa
prosesi penurunan al-qur’an kemuka bumi dilakukan oleh Allah swt. Secara berangsur-angsur
(gradual), tidak sekaligus, disesuaikan berdasarkan kapasitas intelektual serta konteks masalah
yang dihadapi manusia. Graduasi penurunan Al-qur’an menjukkan tingkat kearifan serta kebesaran
Allah swt., sekaligus membuktikan bahwa pewahyuan total pada satu waktu ialah sesuatu yang
dikatakan mustahil, karena bertentangan dengan fitrah manusia sebagai makhluk yang dho’if
(lemah).

Hikmah Diturunkannya Al-Qur’anُSecaraُBertahap


Al-Qur’an tidak diturunkan kepada Rasulullah saw. sekaligus satu kitab. Tapi secara berangsur-
angsur, surat-persurat dan ayat-perayat. Sebagaimana yang kita ketahui segala sesuatu yang Allah
kehendaki itu memiliki hikmah dan memiliki tujuan. Nah, begitu juga dengan proses turunnya Al-
Qur’an secara bertahap. Diantara hikmah atau tujuannya dijelaskan sebagai berikut:

1. Untuk menguatkan hati Nabi Muhammad SAW.

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Furqon ayat 32 yang artinya: “Berkatalah orang-orang yang
kafir: “Mengapa Al-Qur’an itu tidak disinggahkan kepadanya sekali singgah saja?” demikianlah agar
kami perkuat hatimu dengannya dan kami melafaskannya dengan tartil (teratur dan benar)”.

Ayat diatas menerangkan bahwa Allah memang sengaja menyinggahkan Al-Qur’an secara
berangsur-angsur. Tidak singgah langsung berbentuk satu kitab dengan tujuan untuk meneguhkan
hati Nabi Saw. Sebab dengan turunnya wahyu secara bertahap berdasarkan peristiwa, kondisi,
serta situasi yang mengiringinya, tentu hal itu lebih sangat kuat menancap dan sangat terkesan di
hati sang penerima wahyu tersebut, ialah Nabi Muhammad. Dengan itu turunnya malaikat kepada
beliau juga lebih sering, yang tentunya dapat membawa dampak psikologis kepada beliau;
terbaharui semangatnya dalam mengemban risalah dari sisi Allah. Beliau tentunya juga sangat
senang dengan kegembiraan yang susah diungkapkan dengan kata-kata.

2. Untuk menantang orang-orang kafir yang mengingkari al-Qur’an

Allah menantang orang-orang kafir agar membuat satu surat saja yang sebanding dengannya. Dan
ternyata mereka tidak bisa membuat satu surat saja yang seperti al-Qur’an, apalagi membuat
langsung satu kitab.

3. Supaya mudah dihafal dan dipahami

Dengan singgahnya al-Qur’an secara berangsur-angsur, sangatlah gampang bagi manusia


untuk menghafal serta memahami maknanya. Lebih-lebih untuk orang-orang yang buta aksara
(huruf) seperti orang-orang arab pada saat itu, Al-Qur’an turun secara bertahap tentu sangat
menolong mereka dalam menghafal serta memahami ayat-ayatnya. Memang ayat-ayat al-Qur’an
begitu suratnya turun oleh para sahabat langsung dihafalkan dengan baik, dipahami artinya, lantas
dipraktekkan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Itulah sebabnya Umar bin Khattab pernah
berbicara: “Pelajarilah Al-Qur’an lima ayat-lima ayat. Sebab Jibril biasa singgah membawa Qur’an
kepada Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam lima ayat-lima ayat”. (Hadist Riwayat Baihaqi)

4. Supaya orang-orang mukmin bersemangat dalam menerima Qur’an dan giat


mengamalkannya

Kaum muslimin pada masa itu memang senantiasa menginginkan serta merindukan turunnya
ayat-ayat al-Qur’an. Apalagi pada saat ada kejadian yang sangat menuntut penyelesaian wahyu
seperti ayat-ayat berkaitan kabar bohong yang disebarkan oleh kaum munafik untuk memfitnah
ummul mukminin Aisyah radiyallahu’anha, dan ayat-ayat tentang li’an.

5. Mengiringi peristiwa-peristiwa di masyarakat dan bertahap dalam menetapkan suatu hukum.

Al-Qur’an singgah secara berangsur-angsur, yaitu dimulai dari masalah-masalah yang sangat
penting kemudian menyusul masalah-masalah yang penting. Karena masalah yang sangat pokok
dalam Islam ialah masalah Iman, maka pertama kali yang diprioritaskan oleh Al-Qur’an adalah
tentang keimanan kepada Allah, malaikat, iman kepada kitab, iman kepada rasul, iman kepada hari
akhir, kebangkitan dari kubur, surga dan neraka. Setelah akidah Islamiyah itu tumbuh serta
mengakar di hati, baru Allah menyinggahkan ayat-ayat yang memerintah berakhlak mulia dan
mencegah perbuatan keji dan mungkar untuk membasmi kejahatan serta kerusakan sampai pada
akarnya. Juga ayat-ayat yang menerangkan halal haram pada makanan, minuman, harta benda,
kehormatan serta hukum syari’ah lainnya. Begitulah peristiwa al-Qur’an diturunkan sesuai dengan
peristiwa-peristiwa yang mengiringi perjalanan jihad panjang kaum muslimin untuk
memperjuangkan agama Allah di muka bumi. Dan ayat-ayat itu tak henti-henti memotivasi mereka
dalam perjuangan ini.

Pemeliharaan Al-Qur’an
Sejarah penulisan dan pemeliharaan Al-Qur’an secara umum pada dasarnya dibagi menjadi empat
masa. Pencatatan Al-Qur’an pada masa nabi, penghimpunannya di zaman Abu Bakar as-syidiq,
penulisan Al-Qur’an pada masa Utsman bin Affan dan pencetakan Al-Qur’an pada abad ke-17 M.

1. Pada Masa Nabi

Pada masa Nabi muhammad, Al-Qur’an sebenarnya telah ditulis, karena setiap nabi
mendapatkan Al-Qur’an dari malaikat jibril beliau menyuruh para sahabatnya agar menulisakan
wahyu tersebut pada benda-benda yang bisa ditulis seperti kulit binatang, tulang belulang, pelepah
kurma, batu-batu putih yang tipis dan lain sebagainya. Nabi memiliki sekitar empat penulis wahyu.
Pada saat itu tulisan Al-Qur’an masih belum bertitik dan berharokat. Bentuk tulisannya (khot) kufi
yang masih kaku sebagaimana (khot) yang ada pada waktu itu. Al-Qur’an juga belum berurutan
ayat-ayat dan surat-suratnya, mengingat belum adanya kertas pada saat itu dan masih sedikitnya
benda-benda untuk menulis. Dengan demikian, urutan surat dan ayat sudah banyak diketahui oleh
para sahabat. Tidak berurutannya ayat-ayat dan surat Al-Qur’an pada masa itu juga dikarenakan
nabi masih menanti bentuk terakhir dari Al-Qur’an. Nabi sendiri tidak mengetahui kapan terakhir Al-
Qur’an diturunkan kepada beliau. Yang jelas, sebelum nabi wafat seluruh Al-Qur’an telah ditulis.

2. Pada Masa Abu Bakar

Pada zaman Abu Bakar, Al-Qur’an dikumpulkan dan ditulis kembali. Penyebabnya yaitu
kekhawatiran sahabat umar ketika banyak sahabat yang mati syahid pada peperangan yamamah,
apabila hal ini berlangsung, maka akan banyak Al-Qur’an yang hilang dengan meninggalnya para
sahabat. Dan akhirnya, sahabat umar mengusulkan kepada sahabat abu bakar untuk menuliskan
Al-Qur’an. Setelah berdiskusi cukup lama, akhirnya abu bakar menyetujui usul tersebut dan
memerintahkan kepada sahabat Zaid bin Tsabit untuk menulis kembali ayat-ayat Al-Qur’an yang
pernah ia tulis pada masa nabi. Setelah itu dikumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang ditulis di atas
benda-benda pada masa nabi. Dan juga dikumpulkan dari hafalan para sahabat dan tulisan Al-
Qur’an pada mereka. Setelah selesai mengumpilkannya barulah dinamakan “mushaf”. Meskipun
begitu, dalam mushaf tersebut masih belum ada tanda baca, belum ada titik, dan lain sebagainya.
Inilah jasa terbesar dari sahabat Abu bakar untuk islam.

3. Pada zaman Utsman ibnu Affan

Ketika Utsman menjadi kholifah, Islam telah tersebar secara luas sampai Syam (Syiria),
Basyrah (irak), dan lain-lain. Suatu ketika Utsman mengerahkan bala tentara islam dari Wilayah
syam dan irak untuk menaklukan Armenia dan Azerbaijan. Ketika itu Hudzaifah ibn al-Yaman
mengabarkan kepada khalifah bahwa diantara penduduk syam dan irak telah terjadi pertengkaran
diakibatkan perbedaan bacaan Al-Qur’an. Lalu ia pun mengusulkan kepada Utsman untuk menyalin
Al-Qur’an yang telah dihimpu Abu Bakar dan memperbanyak supaya disebarkan kepada kaum
muslimin agar tidak terjadi perselisihan yang dapat merusak persatuan umat Islam. Setelah
mengecek kebenaran berita yang disampaikan Hudzaifah, kemudian Utsman meminta shuhuf yang
ada ditangan Hafsah untuk disalin dan diperbanyak. Kemudian Utsman membentuk panitia penyalin
Mushaf Al-Qur’an yang diketuai Zaid bin tsabit dengan tiga anggaota yaitu: Abdullah bin Zubair,
Sa’id bin al-Ash serta abdurrahman bin al-Harits bin Hisyam. Setelah tugas mereka selesai, maka
khalifah Utsman memerintahkan uhtuk mengirimkan mushaf yang telah digandakan itu ke berbagai
daerah Islam, dan memerintahkan agar membakar selain mushaf tersebut. Pembakaran tersebut
bertujuan untuk mencegah terjadinya pertikaian dikalangan umat Islam. Adapun jumlah
penggandaan mushaf utsman terdapat perbedaan Ulama’. Ada yang mengatakan empat buah, dan
dikirim ke Kuffah, Bashrah, dan Syiria sedang yang satu dipegang oleh Utsam sendiri.

Pengertian Dan Keistimewaan Malam Lailatul Qadar


A. Pengertian
Secara bahasa , Lailatul Qadar berasal ari bahasa arab yaitu Lailat Al- Qadar yang artinya malam
ketetapan . Malam Lailatul qadar , juga dapat di deskripsikan sebagai suatu malam yang penting
dan terjadi di bulan ramadhan yang di gambarkan sebagai malam yang lebih mulia dari seribu bulan
serta merupakan malam turunnya Al- Qur’an .
B. Waktu Terjadinya
Allah swt merahasiakan waktu terjadinya lailatul qadar .Maka kita manusia tidak dapat memastikan
kapan akan terjadi lailatul qadar . Namun para ulama bersepakat bahwa terjadinya malam lailatul
qadar itu terjadi di malam 10 terakhir di bulan ramadhan di setiap tanggal – tanggal ganjil . Hal ini
bukan semata – mata hanya pendapat karena hal ini ada dasar hukum yang kuat yaitu terdapat
dalam sabda Rasulullah saw yang di riwayatkan oleh Aisyah , Sebagai berikut :
C. Keistimewaan
Jika telah memahami pengertian mengenai malam lailatul qadar seperti yang di jelaskan di atas ,
maka banyak diantara kita yang bertanya – tanya akan apakah yang menjadi istimewa malam
lailatul kodar di banding dengan malam – malam yang lain ? Berikut beberapa keutamaan atau
keistimewaan malam lailatul qadar brdasarkan pada firman ALLAH SWT dan Hadist Nabi
Muhammad Saw .
Keistimewaan malam lailatul qadar diantaranya adalah :
1. Waktu Diturunkannya Al- Qur’an
2. Malam Yang penuh dengan keberkahan
3. Malam Yang lebih utama dibanding dengan 1000 bulan
4. Malam dimana malaikat turun ke bumi , termasuk malaikat jibril
5. Malam keselamatan
6. Malam dicatatnya takdir tahunan Manusia
7. Akan diampuni bagi orang yang mau menghidupkan malam lailatul qadar
Tanda-Tanda Malam Lailatul Qadar

 Udara dan suasana pagi tampak tenang dan damai. Dikisahkan oleh Ibnu Abbas
radiyallahu'anhu. Rasulullah SAW bersabda :"Lailatul qadar adalah malam
tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok
paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah".
 Cahaya matahari bersinar cerah tapi terasa melemah dan tidak terlalu panas
keesokan harinya. Tanda ini dikisahkan Ubay bin Ka'ab radliyallahu'anhu
: "Keesokan hari malam lailatul qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar
bak nampan."
 Malam yang tenang, tidak dingin, tidak berawan, tidak hujan, tidak panas, tidak
ada angin kencang.
 Disaat pada malam tersebut kita beribadah maka ibadahnya akan semakin terasa
nikmat dan lezat dengan mendapatkan ketenangan hati serta kenikmatan
bermunajat kepada Rabb-nya dan mendapatkan kesan yang berbeda tidak
seperti malam-malam lainnya.
‫ْالقَ ْدر‬
Al Qadr: Kemuliaan

١:‫ْالقَ ْد ِر لَ ْيلَ ِة فِى أ َ ْنزَ ْل ٰنه ِإنَّآ ﴿القدر‬


innaa anzalnaahu fii lailatil qodr
1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam qadar, (1)

٢:‫ْالقَ ْد ِر لَ ْيلَة َما ْد َر ٰى َك أ َ َو َمآ ﴿القدر‬


wamaa adrookamaa lailatul qodr
2. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?

٣:‫ف ِ ِّم ْن َخيْر ْالقَ ْد ِر لَ ْيلَة ﴿القدر‬


ِ ‫ش ْهر أ َ ْل‬
َ
lailatu qodri khoirum min alfi syahr
3. Malam kemuliaan itu lebih baik dari pada seribu bulan;

٤:‫الر ْوح ْال َم ٰ ٰٓلئِ َكة تَن ََّزل ﴿القدر‬


ُّ ‫أ َ ْمر ِ ِّم ْن َربِِّ ِه ْم بِإ ِ ْذ ِن فِ ْي َها َو‬
tanazzalul malaa-ikatu war ruuhu fiihaa bi idzni robbihim min kulli amr
4. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan,

ْ ‫س ٰلم َم‬
‫طلَعِ ْالفَ ْج ِر‬ َ ‫﴿ َحت َّ ٰى ِه‬٥:‫القدر‬
َ ‫ى‬
salaamun hiya hattaa mathla’il fajr
5. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.

Anda mungkin juga menyukai