Ilmu-ilmu alam berkaitan dengan gejala-gejala alam. Ahli ilmu alam berhubungan dengan gejala-
gejala alam yang sifatnya fisik yang teramati dan terukur, Gejala alam memiliki sifat statis atau
tetap dari waktu ke waktu. Karena statis jumlah variable dari gejala alam sebagai objek yang
diamati juga relative lebih sederhana dan sedikit..
Karena sifat gejala alam fisikal-statis, maka objek penelitian dalam ilmu alam adalah tetap atau tidak
mengalami perubahan. Dengan sifat ini objek penelitian ilmu alam bisa diamati secara berulang-ulang.
Orang jaman sekarang bisa meneliti ulang proses penemuan grafitasi oleh Isaac Newton. Dengan gejala
alam yang sama seperti Newton. Hal ini terjadi karena sifat-sifat gejala alam adalah seragam dan bisa
diamati kapanpun.
c. Pengamatan Relatif Lebih Mudah dan Simpel
Pengamatan dalam ilmu alam lebih mudah karena bisa dilakukan secara langsung dan bisa diulang
kapanpun. Kata mengamati dalam ilmu alam tentu lebih luas dari interaksi langsung dengan panca
indera manusia yang lingkup kemampuannya terbatas. Untuk itu, manusia menggunakan alat bantu
seperti mikroskop, teleskop, alat perekam gelombang dan sebagainya. Jika seseorang ingin
mendapatkan suatu gejala alam baru yang belum terdaftar dalam ilmu-ilmu alam maka ia perlu
memberikan informasi tentang lingkungan, peralatan, seta cara pengamatan yang digunakan,
sehingga memungkinkan orang lain mengamati kembali jika ingin mengujinya. Meskipun
pengamatan ilmu alam bersifat reproducible (bisa diulang-ulang), namun juga dimungkinkan akan
memiliki hasil yang berbeda menurut cara pengamatan yang dipakai, meskipun cenderung
seragam atau objektif.
Gejala-gejala yang diamati dalam ilmu sosial-humaniora bersifat hidup dan bergerak secara
dinamis. Objek studi ilmu sosial-humaniora adalah manusia, dan lebih spesifik lagi yaitu dari segi
inner world (dunia dalam) nya, bukan outer world (dunia luar) nya dimana ini (outer world) yang
menjadi ciri ilmu-ilmu alam. Ilmu sosial-humaniora menelaah lebih kepada bagian “dalam” nya
manusia, atau apa yang ada “dibalik” manusia secara fisik, seperti: mental life (kehidupan mental),
mind-affected world (dunia yang terpengaruh pikiran), inner side (sisi dalam), atau geistige welt
(dunia spiritual). Artinya ilmu sosial-humaniora menelaah lebih dalam, bukan hanya sebatas fisik
saja.
b. Objek Penelitian Tidak Dapat Berulang
Gejala-gejala ilmu sosial-humaniora memiliki keunikan-keunikan, kemungkinan bergerak dan
berubahnya sangat besar, karena mereka tidak stagnan dan tidak statis. Kejadian sosial yang
dulu pernah terjadi bisa saja dapat terulang dalam masa sekarang atau mendatang, namun
tidak benar-benar sama meskipun diperoleh dari informan yang sama.
Pengamat ilmu sosial-humaniora bukanlah sekedar sebagai pengamat atas suatu kejadian sosial-
humaniora, melainkan terlibat baik secara emosional maupun rasional dalam dan merupakan
bagian integral dari objek yang diamatinya. Manusia bisa mengamati benda-benda fisik seperti
gerak-gerak angin tanpa terlibat secara pribadi, tetapi manusia tidak mungkin mengamati manusia
lain tanpa melibatkan minatnya, nilai-nilai hidupnya, kegemarannya, motifnya, dan tujuan
pengamatannya. Semua ini akan menjadi serta mempengaruhi pertimbangan-pertimbangan dalam
mempelajari gejala sosial-humaniora.
e. Memiliki Daya Prediktif yang Relatif Lebih Sulit dan Tidak Terkontrol
d. Subjek pengamatan (peneliti) sebagai bagian Integral dari objek yang diamati
Pengamat atau peneliti dalam ilmu keagamaan tidak dapat dilepaskan dan merupakan bagian integral
dari objek yang diamati, yaitu perilaku sosial manusia beragama atau aktivitas keagamaan. Dalam
mengkaji teks-teks suci keagamaan atau teks-teks keagamaan hasil interpretasi atas teks-teks suci,
seorang pengamat pasti terlibat secara emosional dan rasional dalam memahami dan menyimpulkan
makna mereka.
e. Memiliki daya prediktif yang relatif lebih sulit dan tidak terkontrol
Dalam ilmu keagamaan, wajib mempertimbangkan keragaman pemahaman orang yang
beragama terhadap ajaran agama mereka, hal ini menambah daya prediktif ilmu agama
semakin sulit untuk dipastikan. Ilmu ke-Islaman bersumber pada teks-teks suci, yakni
al-Qur’an, Hadist Nabi, dan sumber-sumber penalaran rasional dan pengalaman empiris
ke-Islaman.
Dalam studi Islam terkandung persoalan bagaimana Islam memahami dan memegangi
realitas kehidupan dengan berbagai ragamnya. Maksudnya hubungan antara manusia,
alam, dan Tuhan yang melahirkan berbagai realitas yang semakin beragam, yaitu sosial,
politik, budaya, pendidikan, hukum, hak asasi manusia dan sebagainya.
TERIMA KASIH
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, infographics & images by Freepik