Abstrak
Tujuan dalam penulisan ini adalah untuk menganalisis dan membahas
nilai-nilai etika apa sajakah yang selama ini diterapkan sebagai standar
dalam praktik bisnis perbankan syariah di Indonesia, terutama dalam
mengatasi permasalahan operasional teknis dilapangan berbasis pada
studi ekplorasi. Obyek dan setting lokasi penelitiannya pada
Perbankan Syari’ah di Kabupaten Kudus, Pati dan Jepara dengan
sampel penelitian sebanyak 27 orang nasabah dan 7 manajer Bank
Syari’ah. Berdasarkan kajian teori etika bisnis, hasil analisis penulis
pada praktik perbankan syari’ah sebagaimana yang di tunjukkan oleh
sampel ditemukan hasil: pertama, para bankir syariah telah mampu
bersikap friendship dengan para konsumen maupun stakeholder.
Kedua, para bankir telah memiliki personal morality yang bagus tetapi
kurang bertanggung jawab pada masalahmasalah yang rumit, terlebih
ketika ada perubahan regulasi dari bank induknya. Ketiga, para bankir
kurang memiliki ketertarikan individual (self interest) dalam dirinya.
Penulis berharap agar tulisan ini dapat menjadi sumber dan rujukan
baik secara filosofis maupun praktik baik bagi regulator maupun
praktisi perbankan syari’ah agar operasional perbankan syari’ah di
Indonesia menjadi lebih baik dan profesional. Keterbatasan dalam
penelitian ini adalah keterbatasan sampel dan wilayah populasi yang
telalu sempit sehingga kurang men-generalisasi temuan dan masih
harus di uji Kembali.
Kata kunci: Perbankan Syari’ah, Etika, Penerapan, Etika Bisnis
Pendahuluan
Penerapan etika dalam berbagai aspek kehidupan saat ini, sangat mengkhawatirkan
dan miris dibuatnya, kondisi saat ini manusia hampir melupakan tatanan moral, etika maupun
pada tahap spiritual dalam kehidupan sehari-harinya dalam berinteraksi dengan alam semesta,
baik pada kerabat, social masyarakat, lingkungan, bahkan ketiadaan adab kepada Rasulullah
dan penciptanya sendiri, Allah swt. Penomena krisis adab ini sangat mudah kita jumpai di
setiap harinya dalam pergaulan kehidupan bermasyarakat, baik dalam kehudipam social
media, social masyarakat, pada transaksi ekonomi dan bisnis, dan interaksi langsung mapun
terbanyak di dunia, sudah seharusnya bercermin pada ajaran Islam yang kaffah, murni dan
sesungguhnya. Dalam Islam sudah banyak sekali Al-Qur’an maupun Al-Hadits menerangkan
tentang pentingnya adab atau etika, diantaranya adalah : “Sesungguhnya orang yang terbaik
Dalam perkembangan ekonomi pada saat ini, semakin marak dengan penerapan sistem
perekonomian yang berbeda pada setiap negara. Pada pelaksanaan dan penerapan
perekonomian ini hendaknya memberikan tanggung jawab dan kewajiban yang seimbang
pada kelestarian dan kesetaraan seluruh manusia. Dengan demikian penerapan etika dalam
pelaksanaan perekonomian pun dirasakan perlu lebih ditingkatkan. Bisnis tidak hanya
dipengaruhi oleh situasi ataupun kondisi ekonomi saja, namun juga oleh perubahan-perubahan
sosial, politik, ekonomi dan teknologi serta pergeseran sikap dan cara pandang stakeholder-
nya.
Islam tidak akan membiarkan begitu saja seseorang bekerja sesuka hati untuk
mencapai tujuan dan keinginannya dengan menghalalkan segala cara seperti melakukan
penipian, lecurangan, sumpah palsu, riba dan perbuatan batil lainnya. Tetapi dalam islam
diberikan suatu batasan atau garis pemisah antara yanga boleh atau yang tidak boleh, yang
benar atau yang salah, serta yang halal atau yang haram. Batasan atau garis pemisah inilah
Menurut Mustaq Ahmad perilaku bisnis yang benar adalah yang sesuai dengan ajaran
Al- Qur‟an dan implementasinya tidak hanya baik terhadap sesama manusia, tetapi juga harus
selalu dekat dengan Allah SWT. Sedangkan menurut Puspo Wardoyo didalam bukunya yang
tiga elemen dasar, yaitu: (1). Menanam investasi yang terbaik; (2). Membuat keputusan yang
logis, sehat dan masuk akal; (3). Menerapkan prilaku yang baik. Pera pelaku bisnis sangat
peting untuk menyadari bahwa praktik bisnisnya tidak lah berarti bebas nilai. Dengan
peringatan tersebut para pelaku bisnis akan secara langsung menerapkan bisnisnya secara
halal dan sah, melalui keputusan yang tepat yang di imbangi dengan perilaku yang sesuai
syariah. Namun praktek-praktek bisnis yang dilakukan pada saat ini masih diragukan ke
syariahan nya. Banyak yang telah meninggalkan nilai-nilai atau etika islam hanya untuk
mencari laba sebesar-besarnya. Demikian pula dalam melaksanakan aktivitas ekonomi, nilai-
diperbolehkan, kecuali yang dilarang dalam Al-Qur‟an. Hal tersebut memberikan ruang gerak
yang luas bagi umat islam untuk melakukan aktivitas ekonominya sehingga dapat
Masalah etika merupakan salah satu fondasi yang harus diciptakan dan dimiliki oleh
setiap pelaku bisnis etika pada dasarnya adalah standar atau moral yang menyangkut benar
dan salah. Etika dalam ajaran islam menuntun seluruh aspek perilaku kehidupan manusia,baik
permasalahn bisnis maupun aktivitas sehari-hari. Bisnis yang baik adalah bisnis yang
berlandaskan etika, pelaku bisnis muslim hendaknya memiliki kerangka etika bisnis yang kuat
Bankir, seperti yang dikemukakan oleh Institut Bankir Indonesia, adalah seseorang
yang bekerja di bank dan sedang atau pernah berkecimpung dalam bidang teknis operasional
perbankan. Bankir yang profesional adalah bankir yang memiliki integritas pribadi, keahlian
dan tanggung jawab sosial yang tinggi serta wawasan yang luas agar mampu melaksanakan
pola manajemen bank yang professional pula. Bankir yang professional juga dituntut
melaksanakan dua hal penting yaitu dapat menciptakan laba dan menciptakan iklim bisnis
perbankan yang sehat. Namun dalam menciptakan laba tersebut, bankir harus tetap terkendali
(prudent). Dalam menjalankan pekerjaan seorang bankir tidak terlepas dari adanya aturan
etika profesional, yang di dalam prakteknya digunakan pedoman kode etik Bankir Indonesia.
Kode etik bankir adalah norma perilaku yang mengatur hubungan antara seroang bankir
dengan para kliennya, dengan sesama anggota profesi dan juga masyarakat. Selain itu kode
etik bankir juga merupakan alat atau saranana untuk memberikan keyakinan kepada para
klien, pemakai laporan keuangan atau masyarakat pada umumnya tentang kualitas atau mutu
Bankir dalam menjalankan tugasnya sering terjadi menghadapi situasi yang dilematis,
yaitu disamping harus patuh pada pimpinan tempat bekerja juga harus menghadapi tuntutan
masyarkat untuk memberikan laporan yang jujur (fairness) sehingga sering terjadi
pelanggaran-pelanggaran etika. Bankir secara terus menerus berhadapan dengan dilema etika
yang melibatkan antara nilai-nilai yang bertentangan. Dilema etika profesi pada bankir,
misalnya dapat terjadi pimpinanbisa saja menekan karyawannya untuk mengambil tindakan
Nilai kerja dalam etika kerja Islam, diungakpkan Ali lebih bersumber dari niat (accompanying
intentions) dari hasil kerja (result of work). Dia menegaskan bahwa keadilan dan kebijakan di
tempat kerja merupakan keharusan guna kesejahteraan masyarakat dan tidak seorang pun
tertunda upah mereka. Di samping kerja keras serta konsisten sesuai dengan tanggung
jawabnya. Singkatnya etika kerja islam menyatakan bahwa hidup tanpa kerja adalah tidak
berarti dan melaksanakan aktifitas ekonomi adalah sebuah kewajiban. Nars menegaskan
bahwa etika kerja islam patut mendapatkan penyelidikan yang serius karena merupakan hal
Moral sebagai suatu acuan yang amat penting juga perlu menjadi pedoman utama bagi para
bankir perbankan syari’ah. Tanpa kekuatan moral, para bankir syariah akan terjebak ke dalam
suatu bisnis islami yang tidak beretika. Akibatnya tidak hanya institusi perbankan syariah saja
yang dianggap tidak punya integritas di mata masyarakat, tetapi bisa jadi Islam sebagai agama
yang terbaik juga dianggap tidak punya sistem yang benar. Atau sistem ekonomi syariah akan
dianggap sebagai suatu utopia dan hayalan bagi orangorang tertentu. Berbisnis dengan
beretika Islami, seharusnya tidak hanya menjadi wacana dan slogan yang dipajang di sudut-
sudut ruang kantor bank syari’ah, tetapi sebaiknya bisa diterapkan dalam kehidupan nyata.
Penerapan etika bisnis syariah juga terkait dengan tujuan merealisasikan prinsip Good
Corporate Governance (GCG) bagi perbankan syariah. Namun, penerapan GCG bagi
perbankan syariah berbeda dengan perbankan konvensional karena GCG pada perbankan
syariah disesuaikan dengan prinsp syariah. Oleh karena itu, penerapan etika bisnis syariah
penting dan harus didukung oleh semua pihak baik pemerintah, regulator moneter, maupun
pelaku bisnis perbankan syariah. Dengan demikian, kegiatan operasi bisnis lembaga keuangan
dan perbankan syariah dapat dijalankan sesuai dengan etika bisnis syariah.
PEMBAHASAN
Istilah etika secara teoritis dapat dibedakan menjadi dua pengertian. Pertama, etika secara
bahasa berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang artinya kebiasaan (custom) atau karakter
(character). Etika adalah bagian dari filsafat yang membahas secara rasional dan kritis
tentang nilai, norma atau moralitas. Dengan demikian, moral berbeda dengan etika. Norma
adalah suatu pranata dan nilai mengenai baik dan buruk, sedangkan etika adalah refleksi kritis
dan penjelasan rasional mengapa sesuatu itu baik dan buruk. Menipu orang lain adalah buruk.
Ini berada pada tataran moral, sedangkan kajian kritis dan rasional mengapa menipu itu buruk
apa alasan pikirannya, merupakan wilayah pembahasan etika. Salah satu kajian etika yang
amat populer memasuki abad 21 di mellinium ketiga ini adalah etika bisnis.
Etika merupakan pedoman moral bagi suatu tindakan manusia dan menjadi sumber
pemikiran baik dan buruk tindakan itu. Sedangkan agama merupakan kepercayaan akan
sesuatu kekuatan supranatural yang mengatur dan mengendalikan kehidupan manusia. Praktik
ekonomi bisnis, wirausaha dan lainnya yang bertujuan meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat diperintahkan dan dipandu baik oleh aturan-aturan ekonomi yang
bersifat rasional maupun yang di tuntun oleh nilai-nilai agama (Ahmad Hasan, 2012) Pada
dasarnya etika berfungsi untuk menolong pebisnis untuk memecahkan problem-problem dan
praktik bisnis mereka. Oleh karena itu dalam rangka mengembangkan sistem ekonomi Islam
khususnya dalam upaya revitalisasi perdagangan Islam sebagai jawaban (Wibowo, 2012).
Pada zaman klasik bahkan juga di era modern, masalah etika bisnis kurang begitu
mendapatkan tempat. Maka tidak heran bila masih banyak ekonom kontemporer yang
menggunakan cara pandang Ekonomi Klasik dari Adam Smith. Mereka berkeyakinan bahwa
bisnis adalah murni kegiatan untuk mendapatkan keuntungan maksimal (maximum profit) dan
tidak terkait dengan etika bisnis dan tanggung jawab social. Theodore Levitt mengatakan
Agar pendidikan etika dan moral mempunya arti, harus ada kesepakatan mengenai
nilai nilai yang dianggap “benar”. Hal ini dijelaskan menurut James W. Brankner, penulis
“Ethics column” dalam mangemement Accounting. Sepuluh dari nilai ini didentifikasi dan
dijelaskan oleh Michael Josephson dalam Ethical Decision Making and Princple Rasioning.
Kesepuluh nilai itu menghasilkan prinsip perinsip yang mejelaskan benar dan salah dalam
kerangka umum, ke sepuluh nilai tersebut adalah : (1) Kejujuran (honesty), (2) Integritas
(integrity), (3) Memegang janji (Promise keeping), (4) Kesetiaan (Fidelity), (5) keadilan
(fairnes), (6) Kepedulian terhadap sesamanya (carring for others), (7) penghargaan terhadap
orang lain (respect for others), (8) Kewarga negaraan yang bertanggung jawab (responsible
Etika dalam bahasa arab adalah adab atau Akhlak Islamiyah adalah etika dan moral
yang dianjurkan di dalam ajaran Islam yang tercantum di dalam Al-Quran dan Sunnah,
dengan mengikuti contoh dari teladan Nabi Muhammad, yang di dalam akidah Islamiyah
dinyatakan sebagai manusia yang paling sempurna akhlaknya. Akhlak tersebut terbagi
menjadi dua yaitu akhlak yang terpuji (akhlaq mahmudah) dan akhlak yang tercela ("akhlaq
madzmumah").
dia dapat berhubungan dengan orang lain. Akhlak ada yang terpuji dan ada yang tercela.
Secara umum makna akhlak yang terpuji adalah engkau berhias dengan aklak yang terpuji
ketika berhubungabn dengan sesama, dimana engkau bersikap adil dengan sifat-sifat terpuji
dan tidak lalim karenanya. Sedangkan secara rinci adalah memaafkan, berlapang dada,
dermawan, sabar, menahan penderitaan, berkasih sayang, memenuhi kebutuhan hidup orang
lain, mencintai, bersikap lemah lembut dan sejenis itu. Sedangkan Akhlak yang tercela adalah
Maka etika bisnis Islam merupakan salah satu bentuk implementasi niali-nilai
keislaman didalam aktivitas bisnis. Etika bisnis Islam bersumber langsung pada firman
Imran: 134).
Kemudian banyak kita jumpai juga pembahasan akhlak tersebut pada hadist Nabi diantaranya
adalah:
"Sesungguhnya orang yang terbaik dari kalian adalah orang yang terbaik akhlaknya” ,
"Kaum Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya
Etika, adab, akhlak tersebut kemudian diadopsi menjadi tata nilai dan norma. Tata nilai dan
norma itu yang mengatur etika, adab, akhlak atau tingkahlaku seorang muslim yang harus di
jaga, dipelihara, dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari- hari di masyarakat, disemua
aspek kehidupan, termasuk pada tata nilai dan norma dalam bisnis dan ekonomi.
syariah merupakan persyaratan mutlak yang harus dipenuhi menurut tuntunan syariat agama
Islam dan sebagai identitas pembeda antara bank syariah dengan bank konvensional sehingga
apabila perbankan syariah tidak menerapkan prinsip etika bisnis Islam secara memadai maka
akan kehilangan nilai lebih yang dimilikinya bila dibandingkan dengan bank konvensional,
dan pada akhirnya dapat mengancam kelangsungan hidup perbankan syariah di masa depan.
Mengingat urgensi penerapan prinsip etika bisnis Islam pada industri perbankan syariah.
Bank syariah merupakan bank modern yang melakukan kegiatan operasi sepenuhnya
sesuai dengan syariah hukum islam berdasarkan pada Al-Qur‟an dan sunnah Rasulullah SAW
yang menekankan pentingnya implementasi prilaku etis dalam segala aspek kehidupan
Yaya, Martawireja, dan Abdurahim, dalam tulisannya dalam dunia perbankan syariah
and Auditing antara lain: accounting and auditing organization of islamic financial institution
(AAOIFI), islamic development bank (IDB), international islamic financial market, islamic
financial services board (IFSB), general council of islamic bank and financial institution,
islamic international rating agency (IIRA), liquiditi managemen center (LMC) and
international islamic center for reconciliation and kommercial arbitration (IICRCA). Diantar
berbagai lembaga tersebut, yang memberikan pengaruh terbesar terhadap penerapan etika
bisnis islam dalam perbankan syariah adalah AAOIFI yang hingga tahun 2009 telah
menerbitkan tiga standar akutansi, lima standar audit, enam standar tata kelola, dua standar
kode etik, dan tiga puluh standar syariah dengan tujuan mengharmonisasikan konsep dan
penerapan fatwa-fatwa diantara dewan pengawas syriah di berbagai bank syariah untuk
menghindari kontradiksi dan inkonsistensi mengingat ada banyak mazhab yang berkembang.
Standar AAOIFI telah menjadi acuan yang bersifat wajib di beberapa negara, termaksut
syariah (certified islamic public acountant atau CIPA) dalam rangka peningkatan audit syariah
Lembaga kedua yang tidak kalah penting dalam mendukung penerapan prinsip etika
bisnis islam bagi perbankan syariah adalah IDB. IDB adalah lembaga keuangan internasional
yang didirikan berdasarkan hasil deklarasi konferensi para mentri keuangan negara- negra
muslim di Jeddah pada tahun 1973 yang bertujuan untuk mendorong kemajuan pembangunan
ekonomi dan sosial negara-negara anggota dan komunitas muslim berdasar prinsip syriah
islam. dukungan terbesar IDB terhadap penerapan prinsip etika bisnis islam dalam industri
perbangkan syariah adalah dalam bentuk fasilitas berbagai penelitian dalam bidang ekonomi,
keuangan, dam perbankan syariah melalui lembaga islamic research and training institute
(IRTI) dan pemyertaan modal maupun kepemilikan saham pada bank syariah pada berbagai
Selain lembaga-lembaga tingkat internasional, ada pula lembaga tingkat nasional yang
mendukung lembaga keuangan syariah, antara lain : Dewan Syariah Nasional (DSN). DSN
didirikan oleh Majelis Ulama Indonesia melalui SKMUI no.kep754/II/99. DSN memiliki
badan terafiliasi dalam setiap lembaga keuangan syariah yang terdiri dari atas pakar di bidang
perbankan syariah yang bertugas benerbitkan laporan untuk menjamin bahwa bank syariah
tersebut telah mematuhi semua prinsip etika bisnis syariah. Berdasarkan surat edaran bank
indonesia nomor 8/19/DPBs tahun 2006 tentang pedoman pengawas syariah dan tatakelola
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa, bank merupakan lembaga keuangan yang
usaha pokoknya memberikan kredit jasajasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran
uang. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menarik uang dari
masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat. Jadi tugas utama bank sebagai lembaga
keuangan ialah, operasi perkreditan aktif (penciptaan atau pemberian kredit yang dilakukan
oleh bank) dan pasif (menerima simpanan berbentuk giro, deposit, tabungan ataupun bentuk
titipan lainnya yang dipercayakan oleh masyarakat) serta sebagai perantara dibidang
informasi dan lainlain. Dengan adanya beberapa tugas utama bank seperti diatas, maka faktor
kepercayaan dari pihak lain dan nasabah merupakan penunjang utama bagi lancarnya
operasional bank. Selain itu hal ini juga merupakan etika perbankan dalam hubungannya
keahlian dibidang perbankan / keuangan. Karna, para bankir ini mempunyai misi untuk
memberikan nasihat yang objektif bagi nasabahnya dan harus mampu mendidk nasabahnya
dalama arti dapay memberikan penjelasan dibidang administrasi, pembukuan, pemasaran dan
lain-lain. Nasihat yang objektif adalah seorang bankir harus dapat bersikap objektif, tidak
memihak, jujur terhadap nasabah dan dapat memilih produk atau jasa yang paling tepat bagi
nasabahnya, artinya tidak memaksakan nasabah untuk membeli apa saja yang ditawarkan oleh
Bankir juga harus menjaga agar mekanisme arus surat-surat berharga (flow of documents)
dapat berjalan lancar dan menindak jika,terjadi permainan yang curang dalam pengelolaan
arus dokumen berharga tersebut di dalam bank. Dalam hal demikian, pimpinan bank
perbankan.
c. Memberi informasi yang akurat dan obyek jika diminta oleh nasabah.
baik.
Menyalurkan kredit secara lebih selektif kepada calon debitur.
Bisnis perbankan adalah bisnis yang terikat dalam suatu system moneter dalam
Negara tertentu dan tinggi tingkat keterikatannya dengan lembaga perbankan atau
Negara tersebut. Dengan demikian, bila salah satu bisnis perbankan tidak patuh
terhadap standar etika perbankan, maka seluruh lembaga perbankan atau lembaga
sebenarnya tiap tahun dengan diterbitkan pada surat kabar, agar masyarakat
dapat mengetahuinya.
kecuali jika ada syrat resmi dari Mentri Keuangan secara tertulis untuk
nasabahnya.
pajak pendapatan atas gaji, upah atau honorarium para karyawannya dan
g. Bank juga harus memberikan nasihat yang obyektif, tidak memihak dan
tidak mengikat bagi para nasabahnya. Sebab, nasabah yang dating ke bank
adakalanya penuh suasana serba tidak pasti, jenis jasa apa yang sebaiknya
Salah satu hal yang harus dihindari antara bankir dan nasabah adalah menghindari
adanya hubungan pribadi sehingga dapat menjurus ke arah hubungan yang kurang sehat
adanya upeti atau gift dan sejenisnya. Karena hal ini akan merugikan nasabah lain yang
KESIMPULAN
Perbankan syariah merupakan bagian dari sistem perbankan yang juga memiliki
professional berbasis pada ketentuan-ketentuan syariah dan nilai-nilai etika bisnis yang telah
disepakati. Tidak hanya dalam hal produknya saja yang syariah, tetapi praktek bisnis, system
Perbankan syariah hendaknya segara menerapkan etika bisnis syariah secara konsisten
pada setiap sistem dan aplikasi transaksi baik dalam kontrak, akad, dan objek pembiayaan.
Sebab, bila lembaga tersebut menerapkan etika yang bertolak belakang dengan prinsip-prinsip
syariah, maka akan memperburuk citra lembaga, keuangan dan sistem yang di kelola dan
menimbulkan krisis kepercayaan dan satispaction atau pernyataan apresiasi dari para
melaksanakan kegiatan operasi yang sesuai prinsip etika bisnis Islam, agar dapat memberikan
timbal balik yang signifikan dalam perkembangan ekonomi syariah di lingkungan masyarakat
untuk menghadapi setiap tantangan masa kini dan masa mendatang dalam memnuhi
Daftar Pustaka