Anda di halaman 1dari 17

Implementasi etika bisnis dalam perbankan syariah

Oleh : Muhammad Arinalhaq 19108030098

Prodi Manajemen Keuangan Syariah, UIN Sunan Kalijaga

Abstrak
Tujuan dalam penulisan ini adalah untuk menganalisis dan membahas
nilai-nilai etika apa sajakah yang selama ini diterapkan sebagai standar
dalam praktik bisnis perbankan syariah di Indonesia, terutama dalam
mengatasi permasalahan operasional teknis dilapangan berbasis pada
studi ekplorasi. Obyek dan setting lokasi penelitiannya pada
Perbankan Syari’ah di Kabupaten Kudus, Pati dan Jepara dengan
sampel penelitian sebanyak 27 orang nasabah dan 7 manajer Bank
Syari’ah. Berdasarkan kajian teori etika bisnis, hasil analisis penulis
pada praktik perbankan syari’ah sebagaimana yang di tunjukkan oleh
sampel ditemukan hasil: pertama, para bankir syariah telah mampu
bersikap friendship dengan para konsumen maupun stakeholder.
Kedua, para bankir telah memiliki personal morality yang bagus tetapi
kurang bertanggung jawab pada masalahmasalah yang rumit, terlebih
ketika ada perubahan regulasi dari bank induknya. Ketiga, para bankir
kurang memiliki ketertarikan individual (self interest) dalam dirinya.
Penulis berharap agar tulisan ini dapat menjadi sumber dan rujukan
baik secara filosofis maupun praktik baik bagi regulator maupun
praktisi perbankan syari’ah agar operasional perbankan syari’ah di
Indonesia menjadi lebih baik dan profesional. Keterbatasan dalam
penelitian ini adalah keterbatasan sampel dan wilayah populasi yang
telalu sempit sehingga kurang men-generalisasi temuan dan masih
harus di uji Kembali.
Kata kunci: Perbankan Syari’ah, Etika, Penerapan, Etika Bisnis

Pendahuluan

Penerapan etika dalam berbagai aspek kehidupan saat ini, sangat mengkhawatirkan

dan miris dibuatnya, kondisi saat ini manusia hampir melupakan tatanan moral, etika maupun

pada tahap spiritual dalam kehidupan sehari-harinya dalam berinteraksi dengan alam semesta,

baik pada kerabat, social masyarakat, lingkungan, bahkan ketiadaan adab kepada Rasulullah
dan penciptanya sendiri, Allah swt. Penomena krisis adab ini sangat mudah kita jumpai di

setiap harinya dalam pergaulan kehidupan bermasyarakat, baik dalam kehudipam social

media, social masyarakat, pada transaksi ekonomi dan bisnis, dan interaksi langsung mapun

tidak langsung lainnya. Sedangkan Indonesia khususnya memiliki mayoritas muslim

terbanyak di dunia, sudah seharusnya bercermin pada ajaran Islam yang kaffah, murni dan

sesungguhnya. Dalam Islam sudah banyak sekali Al-Qur’an maupun Al-Hadits menerangkan

tentang pentingnya adab atau etika, diantaranya adalah : “Sesungguhnya orang yang terbaik

dari kalian adalah orang yang terbaik akhlaknya”

Dalam perkembangan ekonomi pada saat ini, semakin marak dengan penerapan sistem

perekonomian yang berbeda pada setiap negara. Pada pelaksanaan dan penerapan

perekonomian ini hendaknya memberikan tanggung jawab dan kewajiban yang seimbang

pada kelestarian dan kesetaraan seluruh manusia. Dengan demikian penerapan etika dalam

pelaksanaan perekonomian pun dirasakan perlu lebih ditingkatkan. Bisnis tidak hanya

dipengaruhi oleh situasi ataupun kondisi ekonomi saja, namun juga oleh perubahan-perubahan

sosial, politik, ekonomi dan teknologi serta pergeseran sikap dan cara pandang stakeholder-

nya.

Islam tidak akan membiarkan begitu saja seseorang bekerja sesuka hati untuk

mencapai tujuan dan keinginannya dengan menghalalkan segala cara seperti melakukan

penipian, lecurangan, sumpah palsu, riba dan perbuatan batil lainnya. Tetapi dalam islam

diberikan suatu batasan atau garis pemisah antara yanga boleh atau yang tidak boleh, yang
benar atau yang salah, serta yang halal atau yang haram. Batasan atau garis pemisah inilah

yang dikenal dengan istilah etika.

Menurut Mustaq Ahmad perilaku bisnis yang benar adalah yang sesuai dengan ajaran

Al- Qur‟an dan implementasinya tidak hanya baik terhadap sesama manusia, tetapi juga harus

selalu dekat dengan Allah SWT. Sedangkan menurut Puspo Wardoyo didalam bukunya yang

berjudul “Membentuk Entrepreneur Muslim”, bisnis yang menguntungkan harus mengandung

tiga elemen dasar, yaitu: (1). Menanam investasi yang terbaik; (2). Membuat keputusan yang

logis, sehat dan masuk akal; (3). Menerapkan prilaku yang baik. Pera pelaku bisnis sangat

peting untuk menyadari bahwa praktik bisnisnya tidak lah berarti bebas nilai. Dengan

peringatan tersebut para pelaku bisnis akan secara langsung menerapkan bisnisnya secara

halal dan sah, melalui keputusan yang tepat yang di imbangi dengan perilaku yang sesuai

syariah. Namun praktek-praktek bisnis yang dilakukan pada saat ini masih diragukan ke

syariahan nya. Banyak yang telah meninggalkan nilai-nilai atau etika islam hanya untuk

mencari laba sebesar-besarnya. Demikian pula dalam melaksanakan aktivitas ekonomi, nilai-

nilai islam senantiasa menjadi landasan utamanya. Semua praktek bermuamalah

diperbolehkan, kecuali yang dilarang dalam Al-Qur‟an. Hal tersebut memberikan ruang gerak

yang luas bagi umat islam untuk melakukan aktivitas ekonominya sehingga dapat

meningkatkan taraf hidupnya.

Masalah etika merupakan salah satu fondasi yang harus diciptakan dan dimiliki oleh

setiap pelaku bisnis etika pada dasarnya adalah standar atau moral yang menyangkut benar
dan salah. Etika dalam ajaran islam menuntun seluruh aspek perilaku kehidupan manusia,baik

permasalahn bisnis maupun aktivitas sehari-hari. Bisnis yang baik adalah bisnis yang

berlandaskan etika, pelaku bisnis muslim hendaknya memiliki kerangka etika bisnis yang kuat

sehingga dapat menciptakan aktivitas bisnis yang baik dan berkah.

Bankir, seperti yang dikemukakan oleh Institut Bankir Indonesia, adalah seseorang

yang bekerja di bank dan sedang atau pernah berkecimpung dalam bidang teknis operasional

perbankan. Bankir yang profesional adalah bankir yang memiliki integritas pribadi, keahlian

dan tanggung jawab sosial yang tinggi serta wawasan yang luas agar mampu melaksanakan

pola manajemen bank yang professional pula. Bankir yang professional juga dituntut

melaksanakan dua hal penting yaitu dapat menciptakan laba dan menciptakan iklim bisnis

perbankan yang sehat. Namun dalam menciptakan laba tersebut, bankir harus tetap terkendali

(prudent). Dalam menjalankan pekerjaan seorang bankir tidak terlepas dari adanya aturan

etika profesional, yang di dalam prakteknya digunakan pedoman kode etik Bankir Indonesia.

Kode etik bankir adalah norma perilaku yang mengatur hubungan antara seroang bankir

dengan para kliennya, dengan sesama anggota profesi dan juga masyarakat. Selain itu kode

etik bankir juga merupakan alat atau saranana untuk memberikan keyakinan kepada para

klien, pemakai laporan keuangan atau masyarakat pada umumnya tentang kualitas atau mutu

jasa yang diberikanya.

Bankir dalam menjalankan tugasnya sering terjadi menghadapi situasi yang dilematis,

yaitu disamping harus patuh pada pimpinan tempat bekerja juga harus menghadapi tuntutan
masyarkat untuk memberikan laporan yang jujur (fairness) sehingga sering terjadi

pelanggaran-pelanggaran etika. Bankir secara terus menerus berhadapan dengan dilema etika

yang melibatkan antara nilai-nilai yang bertentangan. Dilema etika profesi pada bankir,

misalnya dapat terjadi pimpinanbisa saja menekan karyawannya untuk mengambil tindakan

yang bertentangan dengan standart pemeriksaan etika profesi.(Fahmi 2020)

Nilai kerja dalam etika kerja Islam, diungakpkan Ali lebih bersumber dari niat (accompanying

intentions) dari hasil kerja (result of work). Dia menegaskan bahwa keadilan dan kebijakan di

tempat kerja merupakan keharusan guna kesejahteraan masyarakat dan tidak seorang pun

tertunda upah mereka. Di samping kerja keras serta konsisten sesuai dengan tanggung

jawabnya. Singkatnya etika kerja islam menyatakan bahwa hidup tanpa kerja adalah tidak

berarti dan melaksanakan aktifitas ekonomi adalah sebuah kewajiban. Nars menegaskan

bahwa etika kerja islam patut mendapatkan penyelidikan yang serius karena merupakan hal

yang ideal dimana seorang muslim mencoba untuk mewujudkan.

Moral sebagai suatu acuan yang amat penting juga perlu menjadi pedoman utama bagi para

bankir perbankan syari’ah. Tanpa kekuatan moral, para bankir syariah akan terjebak ke dalam

suatu bisnis islami yang tidak beretika. Akibatnya tidak hanya institusi perbankan syariah saja

yang dianggap tidak punya integritas di mata masyarakat, tetapi bisa jadi Islam sebagai agama

yang terbaik juga dianggap tidak punya sistem yang benar. Atau sistem ekonomi syariah akan

dianggap sebagai suatu utopia dan hayalan bagi orangorang tertentu. Berbisnis dengan
beretika Islami, seharusnya tidak hanya menjadi wacana dan slogan yang dipajang di sudut-

sudut ruang kantor bank syari’ah, tetapi sebaiknya bisa diterapkan dalam kehidupan nyata.

Penerapan etika bisnis syariah juga terkait dengan tujuan merealisasikan prinsip Good

Corporate Governance (GCG) bagi perbankan syariah. Namun, penerapan GCG bagi

perbankan syariah berbeda dengan perbankan konvensional karena GCG pada perbankan

syariah disesuaikan dengan prinsp syariah. Oleh karena itu, penerapan etika bisnis syariah

penting dan harus didukung oleh semua pihak baik pemerintah, regulator moneter, maupun

pelaku bisnis perbankan syariah. Dengan demikian, kegiatan operasi bisnis lembaga keuangan

dan perbankan syariah dapat dijalankan sesuai dengan etika bisnis syariah.

PEMBAHASAN

1. Etika dalam Perspektif Islam

Istilah etika secara teoritis dapat dibedakan menjadi dua pengertian. Pertama, etika secara

bahasa berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang artinya kebiasaan (custom) atau karakter

(character). Etika adalah bagian dari filsafat yang membahas secara rasional dan kritis

tentang nilai, norma atau moralitas. Dengan demikian, moral berbeda dengan etika. Norma

adalah suatu pranata dan nilai mengenai baik dan buruk, sedangkan etika adalah refleksi kritis

dan penjelasan rasional mengapa sesuatu itu baik dan buruk. Menipu orang lain adalah buruk.

Ini berada pada tataran moral, sedangkan kajian kritis dan rasional mengapa menipu itu buruk
apa alasan pikirannya, merupakan wilayah pembahasan etika. Salah satu kajian etika yang

amat populer memasuki abad 21 di mellinium ketiga ini adalah etika bisnis.

Etika merupakan pedoman moral bagi suatu tindakan manusia dan menjadi sumber

pemikiran baik dan buruk tindakan itu. Sedangkan agama merupakan kepercayaan akan

sesuatu kekuatan supranatural yang mengatur dan mengendalikan kehidupan manusia. Praktik

ekonomi bisnis, wirausaha dan lainnya yang bertujuan meningkatkan kemakmuran dan

kesejahteraan masyarakat diperintahkan dan dipandu baik oleh aturan-aturan ekonomi yang

bersifat rasional maupun yang di tuntun oleh nilai-nilai agama (Ahmad Hasan, 2012) Pada

dasarnya etika berfungsi untuk menolong pebisnis untuk memecahkan problem-problem dan

praktik bisnis mereka. Oleh karena itu dalam rangka mengembangkan sistem ekonomi Islam

khususnya dalam upaya revitalisasi perdagangan Islam sebagai jawaban (Wibowo, 2012).

Pada zaman klasik bahkan juga di era modern, masalah etika bisnis kurang begitu

mendapatkan tempat. Maka tidak heran bila masih banyak ekonom kontemporer yang

menggunakan cara pandang Ekonomi Klasik dari Adam Smith. Mereka berkeyakinan bahwa

bisnis adalah murni kegiatan untuk mendapatkan keuntungan maksimal (maximum profit) dan

tidak terkait dengan etika bisnis dan tanggung jawab social. Theodore Levitt mengatakan

bahwa, tanggung jawab perusahaan hanyalah mencari keuntungan ekonomis belaka.

Agar pendidikan etika dan moral mempunya arti, harus ada kesepakatan mengenai

nilai nilai yang dianggap “benar”. Hal ini dijelaskan menurut James W. Brankner, penulis

“Ethics column” dalam mangemement Accounting. Sepuluh dari nilai ini didentifikasi dan
dijelaskan oleh Michael Josephson dalam Ethical Decision Making and Princple Rasioning.

Kesepuluh nilai itu menghasilkan prinsip perinsip yang mejelaskan benar dan salah dalam

kerangka umum, ke sepuluh nilai tersebut adalah : (1) Kejujuran (honesty), (2) Integritas

(integrity), (3) Memegang janji (Promise keeping), (4) Kesetiaan (Fidelity), (5) keadilan

(fairnes), (6) Kepedulian terhadap sesamanya (carring for others), (7) penghargaan terhadap

orang lain (respect for others), (8) Kewarga negaraan yang bertanggung jawab (responsible

cilizenship), (9) pencapaian kesempurnaan (10) Akuntabilitas (accountability). Dengan

demiian mereka menyediakan suatu tingka acuan tingkah laku.

Etika dalam bahasa arab adalah adab atau Akhlak Islamiyah adalah etika dan moral

yang dianjurkan di dalam ajaran Islam yang tercantum di dalam Al-Quran dan Sunnah,

dengan mengikuti contoh dari teladan Nabi Muhammad, yang di dalam akidah Islamiyah

dinyatakan sebagai manusia yang paling sempurna akhlaknya. Akhlak tersebut terbagi

menjadi dua yaitu akhlak yang terpuji (akhlaq mahmudah) dan akhlak yang tercela ("akhlaq

madzmumah").

Pengertian akhlak menurut Imam Al-Qurthubi adalah: sifat-sifat seseorang, sehingga

dia dapat berhubungan dengan orang lain. Akhlak ada yang terpuji dan ada yang tercela.

Secara umum makna akhlak yang terpuji adalah engkau berhias dengan aklak yang terpuji

ketika berhubungabn dengan sesama, dimana engkau bersikap adil dengan sifat-sifat terpuji

dan tidak lalim karenanya. Sedangkan secara rinci adalah memaafkan, berlapang dada,

dermawan, sabar, menahan penderitaan, berkasih sayang, memenuhi kebutuhan hidup orang
lain, mencintai, bersikap lemah lembut dan sejenis itu. Sedangkan Akhlak yang tercela adalah

sifat-sifat yang berlawanan dengan itu.

Maka etika bisnis Islam merupakan salah satu bentuk implementasi niali-nilai

keislaman didalam aktivitas bisnis. Etika bisnis Islam bersumber langsung pada firman

Allah diantaranya adalah:

"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang

maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan

(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS.Ali-

Imran: 134).

Kemudian banyak kita jumpai juga pembahasan akhlak tersebut pada hadist Nabi diantaranya

adalah:

"Sesungguhnya orang yang terbaik dari kalian adalah orang yang terbaik akhlaknya” ,

"Kaum Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya

(di antara mereka).”, "Pergaulilah manusia dengan akhlak yang mulia “.

Etika, adab, akhlak tersebut kemudian diadopsi menjadi tata nilai dan norma. Tata nilai dan

norma itu yang mengatur etika, adab, akhlak atau tingkahlaku seorang muslim yang harus di

jaga, dipelihara, dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari- hari di masyarakat, disemua

aspek kehidupan, termasuk pada tata nilai dan norma dalam bisnis dan ekonomi.

2. Implementasi Etika terhadap Perbankan Syariah


Implementasi atau penerapan terhadap prinsip etika bisnis Islam dalam praktik perbankan

syariah merupakan persyaratan mutlak yang harus dipenuhi menurut tuntunan syariat agama

Islam dan sebagai identitas pembeda antara bank syariah dengan bank konvensional sehingga

apabila perbankan syariah tidak menerapkan prinsip etika bisnis Islam secara memadai maka

akan kehilangan nilai lebih yang dimilikinya bila dibandingkan dengan bank konvensional,

dan pada akhirnya dapat mengancam kelangsungan hidup perbankan syariah di masa depan.

Mengingat urgensi penerapan prinsip etika bisnis Islam pada industri perbankan syariah.

Bank syariah merupakan bank modern yang melakukan kegiatan operasi sepenuhnya

sesuai dengan syariah hukum islam berdasarkan pada Al-Qur‟an dan sunnah Rasulullah SAW

yang menekankan pentingnya implementasi prilaku etis dalam segala aspek kehidupan

manusia, termasuk bisnis.

Yaya, Martawireja, dan Abdurahim, dalam tulisannya dalam dunia perbankan syariah

terdapat beberapa lembaga-lembaga pendukung syariah di tingkat internasioanal Accounting

and Auditing antara lain: accounting and auditing organization of islamic financial institution

(AAOIFI), islamic development bank (IDB), international islamic financial market, islamic

financial services board (IFSB), general council of islamic bank and financial institution,

islamic international rating agency (IIRA), liquiditi managemen center (LMC) and

international islamic center for reconciliation and kommercial arbitration (IICRCA). Diantar

berbagai lembaga tersebut, yang memberikan pengaruh terbesar terhadap penerapan etika

bisnis islam dalam perbankan syariah adalah AAOIFI yang hingga tahun 2009 telah
menerbitkan tiga standar akutansi, lima standar audit, enam standar tata kelola, dua standar

kode etik, dan tiga puluh standar syariah dengan tujuan mengharmonisasikan konsep dan

penerapan fatwa-fatwa diantara dewan pengawas syriah di berbagai bank syariah untuk

menghindari kontradiksi dan inkonsistensi mengingat ada banyak mazhab yang berkembang.

Standar AAOIFI telah menjadi acuan yang bersifat wajib di beberapa negara, termaksut

indonesia. AAOIFI juga mewujudkan terselenggaranya program sertifikasi akuntan publik

syariah (certified islamic public acountant atau CIPA) dalam rangka peningkatan audit syariah

bagi perbankan syariah.

Lembaga kedua yang tidak kalah penting dalam mendukung penerapan prinsip etika

bisnis islam bagi perbankan syariah adalah IDB. IDB adalah lembaga keuangan internasional

yang didirikan berdasarkan hasil deklarasi konferensi para mentri keuangan negara- negra

muslim di Jeddah pada tahun 1973 yang bertujuan untuk mendorong kemajuan pembangunan

ekonomi dan sosial negara-negara anggota dan komunitas muslim berdasar prinsip syriah

islam. dukungan terbesar IDB terhadap penerapan prinsip etika bisnis islam dalam industri

perbangkan syariah adalah dalam bentuk fasilitas berbagai penelitian dalam bidang ekonomi,

keuangan, dam perbankan syariah melalui lembaga islamic research and training institute

(IRTI) dan pemyertaan modal maupun kepemilikan saham pada bank syariah pada berbagai

negara.(Annisa, Sylvia, and Zahra 2018)

Selain lembaga-lembaga tingkat internasional, ada pula lembaga tingkat nasional yang

mendukung lembaga keuangan syariah, antara lain : Dewan Syariah Nasional (DSN). DSN
didirikan oleh Majelis Ulama Indonesia melalui SKMUI no.kep754/II/99. DSN memiliki

badan terafiliasi dalam setiap lembaga keuangan syariah yang terdiri dari atas pakar di bidang

perbankan syariah yang bertugas benerbitkan laporan untuk menjamin bahwa bank syariah

tersebut telah mematuhi semua prinsip etika bisnis syariah. Berdasarkan surat edaran bank

indonesia nomor 8/19/DPBs tahun 2006 tentang pedoman pengawas syariah dan tatakelola

pelaporan hasil pengawasan bagi dewan pengawas syariah.

3. Dasar-dasar Etika Bisnis Perbankan Syariah

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa, bank merupakan lembaga keuangan yang

usaha pokoknya memberikan kredit jasajasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran

uang. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menarik uang dari

masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat. Jadi tugas utama bank sebagai lembaga

keuangan ialah, operasi perkreditan aktif (penciptaan atau pemberian kredit yang dilakukan

oleh bank) dan pasif (menerima simpanan berbentuk giro, deposit, tabungan ataupun bentuk

titipan lainnya yang dipercayakan oleh masyarakat) serta sebagai perantara dibidang

perkreditan, contohnya memberikan jasa-jasa yang lainnya misalnya, inkaso, transfer,

informasi dan lainlain. Dengan adanya beberapa tugas utama bank seperti diatas, maka faktor

kepercayaan dari pihak lain dan nasabah merupakan penunjang utama bagi lancarnya

operasional bank. Selain itu hal ini juga merupakan etika perbankan dalam hubungannya

dengan pihak lain.


Dalam ini hal bankir yang mempunyai peran dalam hal memiliki akhlak, moral dan

keahlian dibidang perbankan / keuangan. Karna, para bankir ini mempunyai misi untuk

memberikan nasihat yang objektif bagi nasabahnya dan harus mampu mendidk nasabahnya

dalama arti dapay memberikan penjelasan dibidang administrasi, pembukuan, pemasaran dan

lain-lain. Nasihat yang objektif adalah seorang bankir harus dapat bersikap objektif, tidak

memihak, jujur terhadap nasabah dan dapat memilih produk atau jasa yang paling tepat bagi

nasabahnya, artinya tidak memaksakan nasabah untuk membeli apa saja yang ditawarkan oleh

bankir tanpa mempertimbangkan kondisi dan status nasabah.

Bankir juga harus menjaga agar mekanisme arus surat-surat berharga (flow of documents)

dapat berjalan lancar dan menindak jika,terjadi permainan yang curang dalam pengelolaan

arus dokumen berharga tersebut di dalam bank. Dalam hal demikian, pimpinan bank

berkewajiban dan bertanggungjawab :

a. Mengembalikan seluruh atau sebagian simpanan pada waktu diminta oleh

nasabah secara pribadi maupun dengan surat kuasa.

b. Menjaga kerahasiaan keuangan bank menurut kelaziman dalam dunia

perbankan.

c. Memberi informasi yang akurat dan obyek jika diminta oleh nasabah.

d. Turut menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

e. Menjaga dan memlihara organisasi, tata kerja dan administrasi dengan

baik.
Menyalurkan kredit secara lebih selektif kepada calon debitur.

Bisnis perbankan adalah bisnis yang terikat dalam suatu system moneter dalam

Negara tertentu dan tinggi tingkat keterikatannya dengan lembaga perbankan atau

lembaga keuangan secara keseluruhan maupun dengan kehidupan perekonomian

Negara tersebut. Dengan demikian, bila salah satu bisnis perbankan tidak patuh

terhadap standar etika perbankan, maka seluruh lembaga perbankan atau lembaga

keuangan lainnya juga terkena dampaknya.

Etika dan kewajibannya sehubungan dengan tugas di lingkungan perbankan untuk

setiap petugas bank, bankir maupun pimpinan sebagai berikut:

a. Bank wajib memberikan laporan pada Bank Indonesia untuk mengetahui

posisi perbankan dan moneter serta kegiatan perekonomian dan pemerintah

dapat menentukan kebijakn ekonomi dan moneter

b. Setiap bank wajib mengumumkan Neraca dan Laporan rugi-laba yang

sebenarnya tiap tahun dengan diterbitkan pada surat kabar, agar masyarakat

dapat mengetahuinya.

c. Bank wajib menjaga kerahasian keuangan para nasabah dari siapapun,

kecuali jika ada syrat resmi dari Mentri Keuangan secara tertulis untuk

keperluan perpajakan dan peradilan.

d. Petugas bank mempunyai kewajiban untuk tidak membicarakan tentang

keuangan nasabahnya di luar kepentingan dinas dan berkewajiban untuk


menjaga dan memelihara arsi atau surat-surat antara bank dengan

nasabahnya.

e. Dalam hal pembayaran pajak, para bankir harus melaksanakan pemotongan

pajak pendapatan atas gaji, upah atau honorarium para karyawannya dan

berkewajiban membayar pajak perusahaan.

f. Bank harus mengupayakan untuk selalu dapat memenuhi janji atau

persetujuan yang telah disepakati dengan para nasabahnya.

g. Bank juga harus memberikan nasihat yang obyektif, tidak memihak dan

tidak mengikat bagi para nasabahnya. Sebab, nasabah yang dating ke bank

adakalanya penuh suasana serba tidak pasti, jenis jasa apa yang sebaiknya

akan dipilihnya. Oleh karenanya, bank harus dapat menampilkan beberapa

pilihan produk / jasa bank bagi para nasabahnya.

Salah satu hal yang harus dihindari antara bankir dan nasabah adalah menghindari

adanya hubungan pribadi sehingga dapat menjurus ke arah hubungan yang kurang sehat

misalkan, bankir memberikan kemudahan-kemudahan bagi seseorang nasabah dikarenakan

adanya upeti atau gift dan sejenisnya. Karena hal ini akan merugikan nasabah lain yang

berperilaku wajar dalam hubungan kerjanya dengan bank.(Ningsih 2017)

KESIMPULAN

Perbankan syariah merupakan bagian dari sistem perbankan yang juga memiliki

peranan penting di Indonesia yaitu sebagai lembaga perantara keuangan (financial


intermediary). Karena pentingnya hal tersebut, maka pengelolaan perbankan syari’ah harus

professional berbasis pada ketentuan-ketentuan syariah dan nilai-nilai etika bisnis yang telah

disepakati. Tidak hanya dalam hal produknya saja yang syariah, tetapi praktek bisnis, system

maupun pengelolaan sumber daya manusianya juga harus syariah.

Perbankan syariah hendaknya segara menerapkan etika bisnis syariah secara konsisten

pada setiap sistem dan aplikasi transaksi baik dalam kontrak, akad, dan objek pembiayaan.

Sebab, bila lembaga tersebut menerapkan etika yang bertolak belakang dengan prinsip-prinsip

syariah, maka akan memperburuk citra lembaga, keuangan dan sistem yang di kelola dan

menimbulkan krisis kepercayaan dan satispaction atau pernyataan apresiasi dari para

pengguna yang mayoritas muslim. Membutuhkan komitmen dan konsistensi dalam

melaksanakan kegiatan operasi yang sesuai prinsip etika bisnis Islam, agar dapat memberikan

timbal balik yang signifikan dalam perkembangan ekonomi syariah di lingkungan masyarakat

untuk menghadapi setiap tantangan masa kini dan masa mendatang dalam memnuhi

kebutuhan umat Islam.

Daftar Pustaka

Annisa, Rizki, Husnul Khotimah Sylvia, and Nurafifah Zahra. 2018.


“IMPLEMENTASI ETIKA BISNIS ISLAM DALAM PERBANKAN SYARIAH.”
El-Arbah: Jurnal Ekonomi, Bisnis Dan Perbankan Syariah 2 (02): 83–101.
https://doi.org/10.34005/elarbah.v2i02.700.
Fahmi, Khairul. 2020. “ANALISIS PENGARUH ETIKA KERJA ISLAMI TERHADAP
KOMITMEN PROFESI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING.” AT-TAWASSUTH: Jurnal Ekonomi Islam 5 (1): 48.
https://doi.org/10.30829/ajei.v5i1.7780.
Ningsih, Ekawati Rahayu. 2017. “STUDI EKSPLORASI PENERAPAN ETIKA BISNIS
PADA PERBANKAN SYARI’AH DI INDONESIA” 10: 22.

Anda mungkin juga menyukai