Anda di halaman 1dari 19

MACAM DAN PRINSIP ETIKA BISNIS SYARIAH

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


“Etika Bisnis Syariah”

Dosen Pengampu: YOGI DWI LESTARI, S.E, M.M.

Disusun oleh;
Kelompok 4/Kelas 5G:

1. RISMA YUNITA SARI (12401183265)


2. DILLA EVRY WIARNINGSIH (12401183270)
3. NUR’AIDA FEBRI SEFTALINA (12401183271)

PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

SEPTEMBER 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Macam dan Prinsip Etika Bisnis Syariah”. Pada kesempatan ini penyusun
menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
Tulungagung.
2. Ibu Yogi Dwi Lestari, SE., MM. selaku Dosen pengampu mata kuliah Etika Bisnis
Syariah yang telah mendukung terselesaikannya makalah ini.
3. Kedua orangtua yang senantiasa selalu mendukung, memfasilitasi serta mendoakan
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
4. Dan semua teman-teman yang telah memberikan dukungan serta bantuannya hingga
terselesaikannya makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna, maka
saran dan kritik pembaca yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan. Semoga
makalah ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang
membutuhkan.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca dan menjadi bekal pengetahuan pembaca dikemudian hari.

Tulungagung, 28 September 2020

Penulis

Macam dan Prinsip Etika Bisnis Islam | ii


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ..................................................................................................ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG .........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH .....................................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN .......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. MACAM-MACAM ETIKA BISNIS ISLAM .....................................................3
B. PRINSIP KESATUAN ........................................................................................7
C. PRINSIP KEHENDAK.........................................................................................11
D. PRINSIP TANGGUNGJAWAB ..........................................................................13
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN.....................................................................................................15
B. SARAN ................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

Macam dan Prinsip Etika Bisnis Islam | iii


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam dunia bisnis tidak lepas dari yang namanya etika. Etika dalam bisnis
islam saat ini menjadi salah satu akhlak untuk menjalankan bisnis sesuai dengan
nilai-nilai islam,sehingga dalam melaksankan bisnisnya tidak perlu ada
kekhawatiran, sebab sudah diyakini sebagai sesuatu yang baik dan benar. Nilai etik,
moral, susila atau akhlak adalah nilai-nilai yang mendorong manusia menjadi
pribadi yang utuh. Seperti kejujuran, kebenaran, keadilan, kemerdekaan,
kebahagiaan dan cinta kasih. Apabila nilai etik ini dilaksanakan akan
menyempurnakan hakikat manusia seutuhnya. Etika atau ahlak mempunyai
kedudukan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, baik sebagai individu
anggota masyarakat maupun anggota suatu bangsa. Kejayaan, kemuliaan umat
dimuka bumi tergantung akhlak mereka, dan kerusakan di muka bumi tidak lain
disebabkan oleh kebejatan akhlak manusia itu sendiri.
Didunia modern, etika dan tanggung jawab sosial bisnis merupakan pokok
bahasan yang serius dalam diskusi-diskusi bisnis kontemporer tentang perencanaan-
perencanaa kebijakan, manajemen proses, bahkan dilaukan pula oleh pemerintah.
Secara umum dipahami, bahwa etika bisnis merupakan penerapan nilai-nilai atau
standar moral dalam kebijakan, kelembagaan, dan perilaku bisnis yang
penerapannya akan dapat meningkatkan profibilitas jangka panjang dan good will
yang diperoleh dari citra positif dari bisnis yang dijalankan. Etika bisnis
menawarkan seperangkat nilai-nilai bisnis, agar dapat menjembatani persoalan
bisnis dengan perubahan-perubahannya tanpa menyimpang dari makna hakikat
kehidupan. Makna hakikat hidup bukan semata-mata melakukan pemenuhan atas
kebutuhan-kebutuhan hidup melainkan pencarian makna dan pengabdian bagi
keberlangsungan dan kesejahteraan kehidupan individual dan sosial baik di dunia
maupun di kehidupan setelah kematian. Di dalam makalah ini akan menjelaskan
mengenai hal tersebut, dan diharapkan mampu menjadi edukasi terhadap
pembacanya dan juga penulisnya.

Macam dan Prinsip Etika Bisnis Islam | 1


B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja macam-macam etika bisnis Islam?
2. Apa yang dimaksud dengan prinsip kesatuan?
3. Apa yang dimaksud dengan prinsip kehendak bebas?
4. Apa yang dimaksud dengan prinsip tanggung jawab?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa saja macam etika bisnis Islam.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan prinsip kesatuan.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan prinsip kesatuan.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan prinsip kehendak bebas.
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan prinsip tanggung jawab.

Macam dan Prinsip Etika Bisnis Islam | 2


BAB II
PEMBAHASAN

A. MACAM-MACAM ETIKA BISNIS SYARIAH


Dalam konteks bisnis perusahaan, penerapannya etika bisnis dihadapkan
dengan masalah-masalah yang meliputi; proses, people, dan teknologi. Pada tataran
prosesnya, etika bisnis berhadapan dengan masalah-masalah klasik seperti cash
flow, personal network, quality, competition, dan endurance. Pada people etika
bisnis dihadapkan dengan persoalan kualitas SDM yang belum memadai, motivasi
entrepreneur dan keinginan untuk “cepat sukses”. Demikian pula dalam teknologi
etika bisnis berhadapan dengan tuntutan teknologi, yang mensyaratkan ke serba
cepatan dan efisiensi total dalam system kerja untuk mencapai suatu maksud dalam
bisnis. Bisnis tidak terpisah dari etika dikarenakan pertama, bisnis tidak bebas nilai.
Kedua, bisnis merupakan bagian dari sistem sosial. Ketiga, aplikasi etika bisnis
identik dengan pengelolaan bisnis secara professional. Perkembangan bisnis atau
perusahaan, baik sebagai akibat maupun sebagai salah satu sebab perkembangan
politik, ekonomi sosial maupun teknologi serta aspek lingkungan di sekitarnya, jika
selama berinteraksi dan menghasilkan barang atau jasa bagi masyarakat yang
membutuhkannya, maka bisnis atau perusahaan tersebut harus menyadari tanggung
jawab terhadap lingkungannya, khususnya tanggung jawab sosial dengan segala
aspeknya
Pada hakikatnya etika merupakan bagian integral dalam bisnis yang dijalankan
secara professional. Dalam jangka panjang, suatu bisnis akan tetap
berkesinambungan dan secara terus-menerus benar-benar menghasilkan
keuntungan, jika dilakukan atas dasar kepercayaan dan kejujuran. Demikian pula
suatu bisnis dalam perusahaan akan berlangsung bila bisnis itu dilakukan dengan
memberi perhatian kepada semua pihak dalam perusahaan (stake holder approach).
Inilah sebagian dari tujuan etika bisnis syariah yaitu, agar semua orang yang terlibat
dalam bisnis mempunyai kesadaran tentang adanya dimensi etis dalam bisnis itu
sendiri dan agar belajar bagaimana mengadakan pertimbangan yang baik secara etis
maupun ekonomis.1

1
Muhammad, Pengantar Bisnis Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2019), hlm. 350.

Macam dan Prinsip Etika Bisnis Islam | 3


Dilihat dari perspektif ajaran etika dalam islam, pada prinsipnya manusia
dituntut untuk berbuat baik pada dirinya sendiri, disamping kepada sesama
manusia, alam lingkungannya dan kepada Tuhan selaku pencipta-Nya. Oleh karena
itu, untuk bisa berbuat baik pada semuanya itu, manusia disamping diberi
kebebasan (free will), hendaknya ia memperhatikan keesaan Tuhan (tauhid), prinsip
keseimbangan (tawazun = balance) dan keadilan (qist). Di samping tanggung
jawab (responsibility) yang akan dihadapkan kepada Tuhan. Lima konsep inilah
yang disebut dasar etika bisnis islam, yang terdiri atas prinsip-prinsip umum yang
terhimpun menjadi satu kesatuan yang terdiri atas konsep-konsep keesaan (tauhid),
keseimbangan (equilibrium), kehendak bebas (free will), tanggung jawab
(responsibility), dan kebajikan (ihsan).
Macam-macam dasar etika bisnis islam berikut sudah jelas kebenarannya, serta
sudah dikembangkan dan dirumuskan oleh para sarjana muslim:
a. Kesatuan (Tauhid/Unity)
Konsep ini dimaksudkan bahwa sumber utama etika islam adalah
kepercayaan total dan murni terhadap kesatuan (keesaan) Tuhan. 2 Konsep tauhid
merupakan dimensi vertical Islam yang berarti Allah sebagai Tuhan Yang Maha
Esa menetapkan batas-batas tertentu atas perilaku manusia sebagai khalifah,
untuk memberikan manfaat pada individu tanpa mengorbankan hak-hak individu
lainnya.3 Oleh karena itu tauhid merupakan dasar sekaligus motivasi untuk
menjamin kelangsungan hidup, kecukupan, kekuasaan, dan kehormatan manusia
yang telah di desain Allah menjadi makhluk yang dimuliakan.4
Dengan mengintegrasikan aspek religius dengan aspek-aspek kehidupan
yang lain, seperti ekonomi, akan menimbulkan perasaan dalam diri manusia
bahwa ia akan selalu merasa direkam segala aktivitas kehidupannya, termasuk
dalam aktivitas berekonomi sehingga dalam melakukan aktivitas bisnis tidak
akan mudah menyimpang dari segala ketentuannya. Perhatian terus menerus
untuk kebutuhan etik dan dimotivasi oleh ketauhidan kepada Tuhan Yang Maha
Esa akan meningkatkan kesadaran individu mengenai insting altruistiknya, baik
terhadap sesame manusia maupun alam lingkungannya. Ini berarti, konsep

2
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis, (Jakarta: Penebar Plus, 2012), hlm. 22.
3
Faisal Badroen, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 89.
4
Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syariah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 107.

Macam dan Prinsip Etika Bisnis Islam | 4


tauhid akan memiliki pengaruh yang paling mendalam terhadap diri seorang
muslim.5
b. Keseimbangan Keadilan/Equilibrium)
Prinsip keseimbangan bermakna terciptanya suatu situasi dimana tidak ada
satu pihak pun yang merasa dirugikan, atau kondisi saling ridho (‘an taradhin).6
Perilaku keseimbangan dan keadilan dalam bisnis secara tegas dijelaskan dalam
konteks perbendaharaan bisnis agar pengusaha muslim menyempurnakan
takaran bila menakar dan menimbang dengan neraca yang benar, karena hal itu
merupakan perilaku yang terbaik dan membawa akibat yang baik pula. Dalam
beraktivitas di dunia kerja dan bisnis , islam mengharuskan untuk berbuat adil,
tak terkecuali kepada pihak yang tidak disukai. Islam mengharuskan
penganutnya untuk berlaku adil dan berbuat kebajikan. Dan bahkan berlaku adil
harus didahulukan dari kebajikan dalam perniagaan, persyaratan adil yang paling
mendasar adalah agar pengusaha muslim menyempurnakan takaran bila
menakar dan menimbang dengan alat timbangan yang benar, karena hal itu
merupakan perilaku terbaik yang akan mendekatkan pada ketakwaan.7
c. Kehendak Bebas (Ikhtiyar/Free Will)
Dalam pandangan islam, manusia memiliki kebebasan untuk mengambil
semua tindakan yang diperlukan untuk memperoleh kemashlahah-an yang
tertinggi dari sumber daya yang ada pada kekuasaannya untuk dikelola dan
dimanfaatkan untuk mencapai kesejahteraan hidup, namun kebebasan dalam
islam dibatasi oleh nilai-nilai islam.8 Dengan tanpa mengabaikan kenyataan
bahwa ia sepenuhnya dituntun oleh hukum yang diciptakan Allah SWT, ia
diberikan kemampuan untuk berfikir dan membuat keputusan, untuk memilih
jalan hidup yang ia inginkan, dan yang paling penting, untuk bertindak
berdasarkan aturan apapun yang ia pilih. Konsep islam memahami bahwa
institusi ekonomi seperti pasar dapat berperan efektif dalam kehidupan

5
ibid., hlm. 23.
6
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta Atas Kerja Sama dengan Bank Indonesia, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada, 2014), hlm. 69.
7
ibid., Faisal Badroen, dkk , Etika Bisnis dalam Islam, hlm. 91.
8
ibid., Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta Atas Kerja Sama dengan Bank Indonesia, Ekonomi Islam, hlm.68.

Macam dan Prinsip Etika Bisnis Islam | 5


perekonomian. Hal ini berlaku manakala tidak ada intervensi bagi pasar dari
pihak manapun, tak terkecuali oleh pemerintah.9`
Dalam islam kehendak bebas mempunyai tempat tersendiri, karena potensi
kebebasan itu sudah ada sejak manusia dilahirkan. Namun sekali lagi perlu
ditekankan bahwa kebebasan yang ada dalam diri manusia bersifat terbatas,
sedangkan kebebasan yang terbatas hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu
perlu disadari setiap muslim, bahwa dalam situasi apapun, ia dibimbing oleh
aturan-aturan dan prosedur-prosedur yang didasarkan pada ketentuan-ketentuan
Tuhan dalam syariat-Nya yang dicontohkan melalui Rasul-Nya.10
d. Pertanggung Jawaban (Responsibility)
Islam sangat menekankan pada konsep tanggung jawab, walaupun tidaklah
berarti mengabaikan kebebasan individu. Ini berarti bahwa yang dikehendaki
ajaran islam adalah kehendak yang bertanggung jawab. Manusia harus berani
mempertanggung jawabkan segala pilihannya tidak saja dihadapan manusia
melainkan dihadapan Allah SWT juga.11 Tanggung jawab seorang muslim yang
sempurna tentu juga didasarkan atas cakupan kebebasan yang luas, yang dimulai
dari kebiasaan untuk memilih keyakinan dan berakhir dengan keputusan yang
paling tegas yang perlu diambilnya.12
Dalam dunia bisnis hal seperti itu juga sangat berlaku. Setelah
melaksanakan segala aktifitas bisnis dengan berbagai bentuk kebebasan, bukan
berarti semuanya selesai saat tujuan yang dikehendaki tercapai, atau ketika
sudah mendapatkan keuntungan. Semua itu butuh pertanggung jawaban atas apa
yang dilakukan oleh pebisnis, baik itu pertanggung jawaban ketika ia
bertransaksi, memproduksi barang, menjual barang, melakukan jual beli,
melakukan perjanjian dan lain sebagainya.
e. Ihsan
Ihsan (benevolence), yaitu melaksanakan perbuatan baik yang dapat
memberikan kemanfaatan kepada orang lain, tanpa adanya kewajiban tertentu
yang mengharuskan perbuatan tersebut atau dengan kata lain beribadah, dan

9
ibid., Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam, hlm. 94.
10
ibid., Muhammad Djakfar, Etika Bisnis, hlm. 25.
11
ibid., hlm. 16.
12
ibid., Faisal Badroen, Etika Bisnis dalam Islam, hlm. 101.

Macam dan Prinsip Etika Bisnis Islam | 6


berbuat baik seakan-akan melihat Allah, jika tidak mampu, maka yakinlah
bahwa Allah melihat apa yang kita perbuat.13 Dalam bisnis Ahmad menggaris
bawahi sejumlah perbuatan yang mampu men support pelaksanaan etika dalam
bisnis islam, yaitu:
1) Kemurahan hati (leniency)
2) Motif pelayanan (Service motive)
3) Kesadaran akan adanya Allah dan aturan yang berkaitan dengan pelaksaan
yang menjadi prioritas.
Selain hal yang disebutkan diatas, manusia juga diwajibkan untuk mengenal
dan mengobservasi skala prioritas Al-Qur’an, seperti
1) Lebih memilih penghargaan diakhirat daripada duniawi
2) Lebih memilih kepada tindakan yang bermoral ketimbang yang tidak
bermoral
3) Lebih memilih halal ketimbang yang haram14

B. PRINSIP KESATUAN (UNITY)


Yang dimaksud kesatuan adalah kesatuan sebagaimana terefleksi dalam konsep
tauhid yang memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim baik dalam
bidang ekonomi, politik, sosial, menjadi suatu keseluruhan homogen, serta
mementingkan konsep konsensistensi dan keteraturan yang menyeluruh.15
Prinsip kesatuan ialah suatu integritas vertikal interaksi sistem sosial yang
bermuara pada keesaan Tuhan atau tauhid. Artinya segala upaya yang dilakukan
umat manusia berpulang kepada fungsi tugas ibadah dan tanggung jawab yang akan
diberikan kepada Allah sebagai pemberi amanah dan sebagai pemilik sumber daya
yang sesungguhnya. Manusia hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelola
dan pemimpin dan akan diminta pertanggungjawabannya atas kepengelolaan dan
kepemimpinan atas sumber daya di muka bumi ini ke hadapan Allah sebagai
pemilik sumber daya dimuka bumi ini.16

13
ibid., hlm. 102.
14
ibid., hlm. 103.
15
Nurul Fatma Hasan, Konsep Dan Implementasi Etika Islam Dalam Dunia Bisnis, (ISTITHMAR:
Vol. 1, No.1, 2017), hlm. 73.
16
ibid., Muhamad, Pengantar Bisnis Syariah, hlm. 56.

Macam dan Prinsip Etika Bisnis Islam | 7


Konsep ini dimaksudkan bahwa sumber utama etika Islam adalah kepercayaan
total dan murni terhadap kesatuan (keesaan) Tuhan.Konsep tauhid merupakan
dimensi vertical Islam yang berarti Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa
menetapkan batas-batas tertentu atas perilaku manusia, untuk memberikan manfaat
pada individu tanpa mengorbankan hak-hak individu lainnya. Hubungan vertical ini
merupakan wujud penyerahan diri manusia secara penuh tanpa syarat di hadapan
Tuhan, dengan menjadikan keinginan, ambisi, serta perbuatannya tunduk pada
titah-Nya. Oleh karena itu tauhid merupakan dasar dan sekaligus motivasi untuk
menjamin kelangsungan hidup, kecukupan, kekuasaan, dan kehormatan manusia
yang telah didesain Allah menjadi makhluk yang dimuliakan.17
Masudul Alam Choudhury dalam pemaparannya mengenai endogeneity of
ethics in islamic socio-scientific order menyatakan bahwa Ibnu Arabi dan para
filsuf atomism dari asharites ( Qadri: 1988) meyakini bahwa mencermati
keberaturan segala sesuatu di alam semesta ini berarti dapat menembus esensi dari
keesaan Tuhan (the essence of the Oneness of God).
Hal ini berarti pranata sosial, politik, agama, moral, dan hukum yang mengikat
masyarakat berikut perangkat institusionalnya disusun sedemikian rupa dalam
sebuah unit bersistem terpadu untuk mengarahkan setiap individu manusia,
sehingga mereka dapat secara baik melaksanakan, mengontrol, serta mengawasi
aturan-aturan ini selanjutnya akan membentuk ethical organizational climate
tersendiri pada ekosistem individu dalam melakukan aktivitas ekonomi. Aturan-
aturan ini sendiri bersumber pada kerangka konseptual masyarakat dalam hubungan
vertikal dengan kekuatan tertinggi (Allah SWT0, dan hubungan horizontal dengan
kehidupan sesama manusia dan alam semesta secara keseluruhan untuk menuju
tujuan akhir yang sama. Semua manusia tergantung pada Allah, semakin ketat
ketergantungan manusia kepada Allah, maka akan semakin dicintai-Nya.
Individu-individu memiliki kesamaan dalam harga dirinya sebagai manusia.
Diskriminasi tidak bisa di terapkan atau dituntut hanya berdasarkan warna kulit,
ras, kebangsaan, agama, jenis kelamin, atau umur. Hak-hak dan kewajiban-
kewajiban ekonomik setiap individu disesuaikan dengan kapabilitas dan kapasitas

17
Erly Juliyani, Etika Bisnis Dalam Persepektif Islam, (Ummul Qura: Vol, VII, No.1, 2016), hlm.
67.

Macam dan Prinsip Etika Bisnis Islam | 8


yang dimiliki dan singkronisasi pada setiap peranan normatif masing-masing dalam
struktur sosial. Berdasarkan hal inilah, beberapa perbedaan perananan muncul
antara orang-orang dewasa, di satu pihak, dan orang jompo atau remaja, di pihak
lain atau antara laki-laki dan perempuan.
Kapan saja ada perbedaan-perbedaan seperti ini, maka hak]hak dan kewajiban-
kewajiban mereka harus diatur sedemikian rupa srhingga tercipta keseimbangan
Islam tidak mengakui adanya kelas-kelas sosioekonomis sebagai sesuatu yang
bertentangan dengan prinsip persamaan maupun dengan prinsip persaudaraan.
Karena mematuhi ajaran-ajaran Islam dalam semua aspeknya, dianggap sebagai
sarana untuk mendapatkan ridha Allah.18 Pengaruh konsep keesaan yang paling
mendalam terhadap diri seorang Muslim yaitu:
a. Karena seorang Muslim memandang apa pun yang ada di dunia sebagai milik
Allah SWT, Tuhan yang juga memilikinya, pemikiran dan perilakunya tidak
dapat dibiasakan oleh apapun juga. Padangannya menjadi lebih luas dan
pengabdiannya tidak lagi terbatas kepada kelompok atau lingkungan tertentu.
Segala bentuk pandangan rasisme ataupun sistem kasta menjadi tidak sejalan
dengan pemikirannya.
b. Karena hanya Allah yang Maha Kuasa dan Maha Esa, maka kaum Muslim
berbeda dengan, terbebas dari dan tidak takut akan, semua bentuk kekuasaan lain
kecuali Allah SWT. Ia tidak pernah disilaukan oleh kebesaran orang lain, dan
tidak etis oleh siapa pun. Karena Allah SWT dapat mengambil dengan mudah
apa pun yang telah ia berikan, maka kaum Muslim akan bersikap rendah hati dan
hidup sederhana.
c. Karena ia percaya bahwa hanya Allah SWT yang dapat menolongnya, ia tidak
pernah merasa putus asa akan datangnya Pertolongan dan Kemurahan Allah
SWT. tidak ada manusia atau binatang apa pun yang memiliki kekuasaan untuk
mengambil nyawanya sebelum waktu yang digariskann-Nya; hanya Allah SWT
yang memiliki kekuasaan untuk mengambil nyawanya. Ia akan bertindak penuh
keyakinan dan keberanian untuk apa yang ia anggap etis dan Islami.
d. Pengaruh paling besar dari ucapan la ilaha illa Allah adalah bahwa kaum
Muslim akan menataati dan melaksanakan hukum-hukum Allah SWT. Ia

18
ibid., Faisal Badroen, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm.89-90.

Macam dan Prinsip Etika Bisnis Islam | 9


percaya bahwa Allah mengetahui segalanya yang terlihat ataupun yang
tersembunyi, bahwa ia tidak dapat menyembunyikan apa pun, niat ataupun
tindakan dari Allah SWT. sebagai konsekuensinya, ia akan menghindarkan diri
dari apa yang dilarang, berbuat hanya dalam kebaikan.
Penerapan konsep keesaan dalam etika bisnis, seseorang pengusaha Muslim
tidak akan:
a) Berbuat diskriminatif terhadap pekerja, pemasok, pembeli atau siapapun
pemegang saham perusahaan atas dasar ras, warna kulit, jenis kelamin, ataupun
agama. Hal ini sesuai dengan tujuan Allah SWT untuk menciptakan manusia:
“Hai manusia! Sesengguhnya telah kami ciptakan kalian sebagai laki-laki dan
perempuan, dan membuat kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar
kalian saling mengenal satu sama lain”.
b) Dapat di paksa untuk berbuat tidak etis, karena dia hanya takut dan cinta kepada
Allah SWT. Ia selalu mengikuti aturan prilaku yang sama dan satu, dimanapun
apakah itu di mesjid, di dunia kerja atau aspek apapun dalam kehidupannya. Ia
akan selalu merasa bahagia.
Katakanlah: Sesungguhnya, ibadahku, pengorbananku, hidup dan matiku semua
demi Allah SWT, Penguasa Alam Semesta”.
c) Menimbun kekayaan dengan penuh keserakahan. Konsep amanah atau
kepercayaan memiliki makna yang sangat penting baginya karena ia sadar
bahwa semua harta dunia bersifat sementara, dan harus di pergunakan secara
bijaksana. Tindakan seorang muslim tidak semata-mata di tuntun oleh
keuntungan, dan tidak demi mencari kekayaan dengan cara apapun. Ia
menyadari bahwa:
“Harta dan anak adalah perhiasan kehidupan di dunia. Namun amalan-amalan
yang kekal dan saleh adalah lebih baik pahalanya di mata Allah SWT, dan lebih
baik sebagai landasan harapan-harapan. 19

19
Yaksan Hamzah dan Hamzah Hafid, Etika Bisnis Islam (Makassar: KRETAKUPA Print
Makassar, 2014), hlm. 86-88.

Macam dan Prinsip Etika Bisnis Islam | 10


C. PRINSIP KEHENDAK BEBAS (FREE WILL)
Pada tingkat tertentu, manusia diberikan kehendak bebas untuk mengendalikan
kehidupannya sendiri. Berdasarkan konsep kehendak bebas, manusia memiliki
kebebasan untuk membuat kesatuan dan keseimbangan.20 Konsep Islam memahami
bahwa institusi ekonomi seperti pasar dapat berperan efektif dalam kehidupan
ekonomi. Hal ini dapat berlaku bila prinsip persaingan bebas dapat berlaku secara
efektif, dimana pasar tidak mengharapkan adanya intervensi dari pihak manapun,
tak terkecuali Negara dengan otoritas penentuan harga atau private sektor dengan
kegiatan monopilistik.
Manusia memiliki kecenderungan untuk berkompetisi dalam segala hal, tak
terkecuali kebebasan dalam melakukan kontrak di pasar. Oleh sebab itu, pasar
seharusnya menjadi cerminan dari berlakunya hukum permintaan dan penawaran
yang direpresentasikan oleh harga, pasar tidak terdistorsi oleh tangan-tangan yang
sengaja mempermainkannya. Bagi Smith bila setiap individu diperbolehkan
mengejar kepentingannya sendiri tanpa adanya campur tangan pihak pemerintah,
maka ia seakan-akan dibimbing oleh tangan yang tak tampak, untuk mencapai yang
terbaik pada masyarakat.21
Harga sebuah barang dan jasa ditentukan oleh penawaran dan permintaan,
perubahan yang terjadi pada harga berlaku juga ditentukan oleh terjadinya
perubahan permintaan dan perubahan penawaran. Harus diyakini nilai konsep Islam
tidak memberikan ruang kepada intervensi dari pihak manapun untuk menentukan
harga, kecuali dan hanya jika ada kondisi darurat yang kemudian menuntut pihak-
pihak tertentu untuk ambil bagian menentukan harga.
Konsep ini juga kemudian menentukan bahwa pasar islami harus bisa
menjamin adanya kebebasan pada masuk atau keluarnya sebuah komoditas di pasar
beserta faktor-faktor produksinya. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin adanya
pendistribusian kekuatan ekonomi dalam sebuah mekanisme yang proporsional.
Otoritas pasar tidak bisa membatasi elemen pasar pada peran industri tertentu atau
sejumlah industri tertentu, karena hal ini hanya akan membawa kepada adanya

20
ibid., hlm. 91.
21
Faisal Badroen, dkk , Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2018)
hlm. 94.

Macam dan Prinsip Etika Bisnis Islam | 11


perilaku monopolistik, dimana produktivitas sebuah industri dapat dibatasi untuk
kepentingan kenaikan harga ataupun lainnya.22
Aktivitas ekonomi dalam konsep ini diarahkan kepada kebaikan setiap
kepentingan untuk seluruh komunitas Islam, baik sector pertanian, perindustrian,
perdagangan maupun yang lainnya. Larangan adanya bentuk monopoli, kecurangan
dan praktik riba adalah jaminan terhadap terciptanya suatu mekanisme pasar yang
sehat dan persamaan peluang untuk berusaha tanpa adanya keistimewaan-
keistimewaan pada pihak-pihak tertentu.
Salah satu kekhasan dan keunggulan sistem etika ekonomi Islam adalah
kebersatuannya dengan nilai-nilai moral dan spiritual. Tanpa filter moral, maka
kegiatan ekonomi rawan kepada perilaku destruktur yang dapat merugikan
masyarakat luas. Tanpa kendali moral, kecenderungan terjadinya penguatan
konsumtivisme seperti munculnya praktik riba, monopoli dan kecurangan akan
menjadi tradisi. Inilah kebebasan ekonomi bermoral terkendali yang menjadi ciri
dan prinsip sistem Islam, seperti kebebasan memiliki unsur produksi dalam
menjalankan roda perekonomian.
Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis Islam, tetapi
kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka
lebar. Tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk
aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya. Kecenderungan
manusia untuk terus-menerus memenuhi pribadinya yang tak terbatas dikendalikan
dengan adanya kewajiban setiap individu terhadap masyarakatnya melalui zakat,
Infaq, dan sedekah. Keseimbangan antara kepentingan individu dan kolektif inilah
menjadi pendorong bagi bergeraknya roda perekonomian tanpa merusak sistem
sosial yang ada.23
Namun demikian, harus dipahami dengan cermat dan digarisbawahi bilasaja
pembatasan tersebut ditujukan untuk kepentingan umum, maka hal ini dapat
ditolerir, karena kaidah yang dianut kemudian dikembalikan kepada kaidah umum
dalam Islam.24 Dapat diasumsikan sebagai sebuah kesulitan bila membatasi
transaksi jual beli dan menutup pasar untuk pihak-pihak tertentu atau yudifikasi

22
ibid., hlm. 95.
23
ibid., hlm 96.
24
ibid., hlm 98.

Macam dan Prinsip Etika Bisnis Islam | 12


yang melarang sebuah industri, barang maupun jasa, untuk masuk pasar atau
adanya tindakan penimbunan komoditas industri tertentu, barang maupun jasa, pada
sebuah pasar.25
Sangat berbahaya bagi pemerintah jika memonopoli pasar dengan
mempersempit ruang industri dan perniagaan rakyatnya, prinsip kesempatan yang
sama bagi siapa pun untuk berproduksi haruslah dianut, artinya proses inputasi
antarsektor atau antara produsen ke konsumen dalam kesempatan yang sama. Jika
pasar dapat mengakomodir bentuk-bentuk kebebasan di atas, ini berarti pasar sudah
berperan sebagai instrumen terstruktur untuk pendistribusian barang dan jasa,
efisiensi produksi dan distribusi income.

D. PRINSIP TANGGUNGJAWAB (RESPONSIBILITY)


Aksioma tanggung jawab individu begitu mendasar dalam ajaran-ajaran Islam.
Terutama jika dikaitkan dengan kebebasan ekonomi. Penerimaan pada prinsip
tanggung jawab individu ini berarti setiap orang akan diadili secara personal di hari
kiamat kelak. Tidak ada satupun bagi seseorang untuk melenyapkan perbuatan-
perbuatan jahatnya kecuali dengan memohon ampunan Allah dan melakukan
perbuatan-perbuatan yang baik (amal soleh). Islam sama sekali tidak mengenal
konsep Dosa Warisan dan karena itu tidak ada seseorang pun bertanggung jawab
atas kesalahan orang lain.26
Tanggung jawab muslim yang sempurna ini tentu saja didasarkan atas
kecakupan kebebasan yang luas, yang dimulai dari kebebasan untuk memilih
keyakinan dan berakhir dengan keputusan yang paling tegas yang perlu diambilnya.
Karena kebebasan itu merupakan kembaran dan tanggung jawab, maka bila yang
disebut belakangan itu semakin ditekankan berarti pada saat yang sama yang
disebut pertama pun mesti mendapatkan tekanan lebih besar.
Perspektif Islam menekankan bahwa individulah yang penting dan bukan
komunitas, masyarakat, ataupun bangsa. Individu tidak dimaksudkan untuk
melayani masyarakat melainkan masyarakat lah yang benar-benar harus melayani
individu. Tidak ada satu komunitas atau bangsa pun bertanggung jawab di depan
Allah sebagai kelompok; setiap anggota masyarakat bertanggung jawab di depan-
25
ibid., hlm 99.
26
ibid., hlm 100.

Macam dan Prinsip Etika Bisnis Islam | 13


Nya secara individual. Alasan yang bebas dan tertinggi dari adanya sistem sosial
adalah kesejahteraan dan kebahagiaan individu, bukan kesejahteraan dan
kebahagiaan masyarakat. Dari sinilah ukuran yang besar dari suatu sistem sosial
yang baik adalah batas yang membantu para anggota masyarakat untuk
mengembangkan kepribadian mereka dan meningkatkan kemampuan personal
mereka.27

27
ibid., hlm 101.

Macam dan Prinsip Etika Bisnis Islam | 14


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Etika merupakan bagian integral dalam bisnis yang dijalankan secara
professional. Dalam jangka panjang, suatu bisnis akan tetap berkesinambungan dan
secara terus-menerus benar-benar menghasilkan keuntungan, jika dilakukan atas
dasar kepercayaan dan kejujuran. Macam-macam etika bisnis tersebut ialah,
kesatuan (tauhid), keseimbangan (keadilan), kehendak bebas, per-tanggung
jawaban, dan ihsan.
Prinsip kesatuan merupakan sumber utama etika Islam yakni kepercayaan total
dan murni terhadap kesatuan (keesaan) Tuhan. Manusia hanya sebagai pemegang
amanah untuk mengelola dan pemimpin dan akan diminta pertanggungjawabannya
atas kepengelolaan dan kepemimpinan atas sumber daya di muka bumi ini ke
hadapan Allah sebagai pemilik sumber daya dimuka bumi ini
Kehendak bebas merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis Islam,
tetapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu
dibuka lebar, tidak adanya batasan bagi seseorang untuk aktif berkarya dan bekerja
dengan segala potensi yang dimilikinya. Kecenderungan manusia untuk terus
menerus memenuhi kebutuhan pribadinya yang tidak terbatas dikendalikan dengan
adanya kewajiban setiap individu untuk terhadap masyarakat melalui zakat, infak
dan sedekah.
Kebebasan tanpa batas merupakan suatu hal yang mustahil dilakukan oleh
manusia karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas.
Untuk memenuhi tuntutan keadilan dan kesatuan, manusia perlu
mempertanggungjawabkan tindakannya.

B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka
penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dalam menambah
wawasan mengenai macam-macan dan prinsip etika bisnis dalam Islam.

Macam dan Prinsip Etika Bisnis Islam | 15


DAFTAR PUSTAKA

Badroen, Faisal. 2006. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: Kencana.


Badroen, Faisal, dkk. 2018. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: PRENADAMEDIA
GROUP.
Djakfar, Muhammad. 2012. Etika Bisnis. Jakarta: Penebar Plus.
Fatma Hasan ,Nurul. 2017. Konsep Dan Implementasi Etika Islam Dalam Dunia Bisnis.
ISTITHMAR: Vol. 1, No.1.
Hamzah, Yaksan dan Hamzah Hafid. 2014. Etika Bisnis Islam. Makassar:
KRETAKUPA Print.
Hasan, Ali. 2009. Manajemen Bisnis Syariah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Muhamad. 2019. Pengantar Bisnis Syariah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta Atas Kerja Sama dengan Bank Indonesia. 2014. Ekonomi
Islam. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Juliyani, Erly. 2016. Etika Bisnis Dalam Persepektif Islam. Ummul Qura: Vol, VII,
No.1.

Macam dan Prinsip Etika Bisnis Islam | 16

Anda mungkin juga menyukai