Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ETIKA BISNIS SYARIAH

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

RENDRA SATRIA (200304228)

HASANAH MAULIDYA (200304235)

TENNIA RAMADHINA (200304234)

ARIZKA FADHILLA (200304256)

DIMAS MAHENDRA PUTRA (200304259)

DIDI RIO SAPUTRA (200304268)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH RIAU

T.A 2021/2022

1
ABSTRAK

Bisnis merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tidak heran Islam
berakar pada Al-Qur'an dan Sunnah memberikan bimbingan di lapangan bisnis. Bisnis selama
bertahun-tahun, disarankan sebagai bisnis untuk keuntungan sebagai sebisa mungkin, bahkan
sampai ke trik kotor dan tidak etis. Etika bisnis adalah sangat penting untuk dikedepankan di era
globalisasi yang sering mengabaikan moral nilai dan etika. Dengan demikian, Islam menekankan
bahwa aktivitas bisnis manusia makhluk tidak hanya dimaksudkan sebagai cara untuk
memuaskan keinginan, tetapi lebih pada menemukan kehidupan yang seimbang dengan sikap
positif daripada destruktif. Ini Makalah ini bertujuan untuk mengkaji etika bisnis dari perspektif
Al-Qur'an secara upaya membangun bisnis syariah menghadapi tantangan bisnis di masa depan.

Bisnis dalam kesimpulan Al-Qur'an disebut kegiatan serta materi. A bisnis yang layak, jika
memenuhi kebutuhan material dan spiritual secara seimbang, tidak mengandung kepalsuan,
kehancuran dan ketidakadilan. Tetapi mengandung nilai kesatuan, keseimbangan, kehendak
bebas, akuntabilitas, kebenaran, kebajikan dan kejujuran

Kata Kunci: Ehtics, Bisnis, Bisnis Islam

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Manajemen Bisnis
syariah Semester ke-4 tahun ajaran 2021. Berkat rahmat dan karunianya, serta di dorong
kemauan yang keras disertai kemampuan yang ada, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah
ini yang membahas tentang ”Etika dalam Bisnis Syariah” dalam mata kuliah Manajemen Bisnis
syariah. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena keterbatasan
ilmu dan pengetahuan penulis, maka kritik dan saran yang membangun, sangat kami harapkan
demi kebaikan dimasa mendatang dan semoga bermanfaat bagi pembaca yang budiman dan
khususnya pembaca.

3
DAFTAR ISI

ABSTRAK.............................................................................................................................2

KATA PENGANTAR...........................................................................................................3

DAFTAR ISI..........................................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................5

A. Latar Belakang..............................................................................................................5

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................5

C. Tujuan............................................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................7

A. Pengertian Etika dan Bisnis...........................................................................................7


..............................................................................................................................................

B. Peranan Etika dalam Bisnis...........................................................................................8


..............................................................................................................................................

C. Fungsi Etika dalam Bisnis.............................................................................................9

D. Etika Bisnis Syariah......................................................................................................9

E. Prinsip Etika Bisnis Syariah........................................................................................12

F. Langkah-langkah dalam Menciptakan Etika Bisnis....................................................13

G. Parameter Etika Bisnis Islam......................................................................................15

BAB III PENUTUP.............................................................................................................20

A. Kesimpulan..................................................................................................................20

B. Saran............................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................21

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan munculnya masalah pelanggaran etika dalam bisnis menyebabkan dunia
perdagangan menuntut etika dalam berbisnis segera dibenahi agar tatanan ekonomi dunia
semakin membaik. Sebuah bisnis yang baik harus memiliki etika dan tanggung jawab sosial
sesuai dengan fungsinya baik secara mikro maupun makro. Dalam bisnis tidak jarang berlaku
konsep tujuan menghalalkan segala cara, bahkan tindakan yang identik dengan kriminalpun
ditempuh demi pencapaian suatu tujuan. Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia bisnis
tampaknya tidak menampakkan kecendrungan tetapi sebaliknya, semakin hari semakin
meningkat.

Sebagai bagian dalam masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada
masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak dapat dipisahkan tersebut
membawa serta etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnis, baik etika itu antara sesama pelaku
bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak
langsung. Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa
prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam sutu pola hubungan yang bersifat interaktif.
Hubungan ini tidak hanya berlaku dalam satu Negara, tetapi meliputi berbagai Negara yang
terintegrasi dalam hubungan perdagangan dunia yang nuansanya kini telah berubah. Perubahan
nuansa perkembangan dunia ini menuntut segera dibenahinya etika bisnis. Pasalnya, kondisi
hukum yang melingkupi dunia usaha sangat jauh tertinggal dari pertumbuhan dan
perkembangan dibidang ekonomi.

B. Rumusan Masalah

1) Apa pengertian etika dan bisnis?


2) Apa peran etika dalam bisnis?
3) Apa fungsi etika dalam bisnis?
4) Apa pengertian etika dalam bisnis syariah?
5) Apa saja prinsip dasar etika bisnis dalam islam?

5
6) Apa saja langkah-langkah menciptkan etika dalam bisnis syariah?
7) Apa parameter etika bisnis islam?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian etika dan bisnis?


2. Mengetahui peran etika dalam bisnis?
3. Mengetahui fungsi etika dalam bisnis?
4. Mengetahui pengertian etika dalam bisnis syariah?
5. Mengetahui saja prinsip dasar etika bisnis dalam islam?
6. Mengetahui saja langkah-langkah menciptkan etika dalam bisnis syariah?
7. Mengetahui parameter etika bisnis islam?

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika Dan Bisnis

Etika adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana berperilaku jujur, benar dan adil.
Etika merupakan cabang ilmu filsafat, mempelajari perilaku moral dan immoral, membuat
pertimbangan matang yang patut dilakukan oleh seseorang kepada orang lain atau kelompok
tertentu. Etika dikategorikan sebagai filsafat moral atau etika normatif. Etika adalah suatu
perilaku normatif. Etika normatif mengajarkan segala sesuatu yang sebenarnya benar menurut
hokum dan moralitas. Etika mengajarkan sesuatu yang salah adalah salah yang benar adalah
benar. Sesuatu yang benar tidak dapat dikatakan salah dan sebaliknya.

Sedangkan bisnis sendiri yaitu sebuah aktivitas yang mengarah pada peningkatan nilai tambah
melalui proses penyerahan jasa, perdagangan atau pengolahan barang (produksi). Menurut
Richard De George etika bisnis merupakan alat bagi para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnis
mereka dengan lebih bertanggung jawab secara moral. Para pemilik perusahaan mengharapkan
bahkan menuntut para karyawannya bekerja dengan baik sesuai dengan perjanjian kerja yang
telah disepakati, agar tidak merugikan perusahaan. Para pemilik perusahaan juga mengharapkan
agar relasi bisnis mereka tidak menipu dan bekerja sesuai dengan perjanjian kerjasama yang
telah disepakati.

Dengan demikian etika bisnis adalah segala sesuatu tentang pedoman norma bagi sebuah
perusahaan dalam mengambil keputusan. Dengan terjaganya hubungan baik antara perusahaan
dan stakeholder melalui implementasi prinsip etika, potensi usaha untuk berkembang juga
semakin terjamin. Etika bisnis merupakan etika terapan, etika bisnis juga merupakan aplikasi
pemahaman kita tentang apa yang baik dan benar yang beragam institusi, teknologi, transaksi,
aktivitas dan usaha yang kita sebut bisnis. Bisnis dalam islammemposisikan pengertian bisnis
yang pada hakikatnya merupakan usaha manusia untuk mencari keridhaan Allah SWT. Bisnis
tidak bertujuan jangka pendek, sekaligus jangka panjang, yaitu tanggung jawab pribadi dan
social di hadap masyarakat, Negara dan Allah SWT.

7
B. Peran Etika Dalam Bisnis

Etika bisnis dalam perusahaan mempunyai peran penting, yaitu untuk membentuk suatu
perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan
menciptakan nilai ( value-creation ) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh. Peranan
Etika dalam Bisnis menurut Richard De George, bila perusahaan ingin sukses atau berhasil
memerlukan 3 hal pokok yaitu :

a) Produk yang baik


b) Managemen yang baik
c) Memiliki Etika

Biasanya dimulai dari perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang
transparan didukung oleh budaya perusahaan yang handal serta etika perusahaan yang
dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen. Etika bisnis memang memiliki peranan penting
dalam keberhasilan ataupun kegagalan sebuah usaha. Etika bisnis sangat berpengaruh besar
dalam hasil suatu usaha tingkah wirausaha yang baik akan menentukan suatu usahanya tersebut
dapat kearah yang berhasil atau gagal.

Biasanya dimulai dari perencanaan strategis, organisasi yang baik, system prosedur yang
transparan didukung oleh budaya perusahaan yang handal serta etika perusahaan yang
dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen. Karena itu, tindakan perusahaan berasal dari
pilihan dan tindakan individu manusia, individu-individulah yang harus dipandang sebagai
penjaga utama kewajiban moral dan tanggung jawab moral. Individu manusia bertanggung jawab
atas apa yang dilakukan perusahaan karena tindakan perusahaan secara keseluruhan mengalir
dari pilihan dan perilaku mereka.

Jika perusahaan bertindak keliru, kekeliruan itu disebabkan oleh pilihan tindakan yang
dilakukan oleh individu dalam perusahaan itu, jika perusahaan bertindak secara moral, hal itu
disebabkan oleh pilihan individu dalam perusahaan bertindak secara bermoral. Etika bisnis
mempunyai prinsip dalam kaitan ini berhubungan dengan berbagai upaya untuk menggabungkan
berbagai nilai-nilai dasar (basicvalues) dalam perusahaan, agar berbagai aktivitas yang
dilaksanakan dapat mencapai tujuan.

8
C. Fungsi Etika Dalam Bisnis

1. Dapat mengurangi dana yang diakibatkan dari pencegahan yang kemungkinan terjadi friksi
atau perpecahan, baik dari intern perusahaan itu sendiri maupun ekstern.

2. Membangkitkan motivasi pekerja agar terus meningkat, melindungi prinsip dalam kebebasan
berdagang atau berniaga, serta dapat menciptakan keunggulan dalam bersaing.

3. Melakukan perubahan kesadaran masyarakat tentang bisnis dengan memberikan suatu


pemahaman atau cara pandang baru, yakni bahwa bisnis tidak terpisah dari etika.

Sedangkan Fungsi Etika Bisnis Islam

Dijelaskan sebagai berikut :

1. Etika bisnis berupaya mencari cara untuk menyelaraskan dan menyerasikan berbagai
kepentingan dalam dunia bisnis.

2. Etika bisnis juga mempunyai peran untuk senantiasa melakukan perubahan kesadaran bagi
masyarakat tentang bisnis, terutama bisnis Islami.

D. Pengertian Etika Dalam Bisnis Syariah

Etika bisnis Islam adalah akhlak dalam menjalankan bisnis sesuai dengan nilai-nilai Islam,
sehingga dalam melaksanakan bisnisnya tidak perlu ada kekhawatiran, sebab sudah diyakini
sebagai sesuatu yang baik dan benar. Artinya, bahwa etika bisnis menurut hukum Islam harus
dibangun dan dilandasi oleh prinsip-prinsip kesatuan (unity), keseimbangan/keadilan
(equilibrium), kehendak bebas/ikhtiar (free will), pertanggungjawaban (responsibility) dan
kebenaran (truth), kebajikan (wisdom) dan kejujuran (fair).

Berikut ini akan diungkapkan nilai-nilai etika syariah yang dapat mendorong bertumbuhnya dan
suksesnya bisnis, yaitu:

1. Konsep Ihsan.

Ihsan adalah usaha individu untuk bersungguh-sungguh dalam bekerja, tanpa kenal menyerah,
memiliki dedikasi penuh menuju optimalisasi. Ihsan ini tidak sama dengan perfeksionisme. Ihsan

9
adalah optimalisasi. Profesionalisme tidak dianjurkan, karena ini tidak mungkin dicapai oleh
manusia. Kesempurnaan itu adalah sifat Allah Swt. kita hanya mungkin mendekatinya, tidak
mungkin sampai sempurna Jadi kaum Muslimin harus mengerjakan setiap pekerjaannya sebaik
mungkin, semaksimal mungkin, seperti misalnya kita beribadah, lakukanlah sebaik mungkin.
Jika kita shalat maka salatlah seakan-akan kita melihat Allah Swt. Jika kita tidak bisa melihat
Allah Swt., maka pasti Allah Swt. melihat kita. Inilah contoh bagaimana seorang muslim harus
mengerjakan segala sesuatu sebaik mungkin tidak ada alasan lain. Jepang juga memiliki konsep
yang mirip, yang mereka sebut dengan istilah "KAIZEN" artinya yang sama dengan "Unending
Improvement". Orang Jepang tidak pernah lupa melaksanakan konsep KAIZEN dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam perusahaan, industri maupun dalam kegiatan pekerjaan sehari
hari, sehingga produk buatan Jepang, selalu mengalami perbaikan, ada inovasi, sehingga makin
lama makin baik. Islam juga mengajarkan konsep Ihsan, yang menyatakan hari ini harus Lebih
dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Jika tidak demikian, berarti kita
mengalami kemunduran.

2. Itqan.

Itqan artinya membuat sesuatu dengan teliti dan teratur. Jadi harus bisa menjaga kualitas
produk yang dihasilkan, adalah dan pengawasan kualitas sehingga hasilnya maksimal. Allah Swt.
telah menjanjikan bahwa siapa saja yang bersungguh-sungguh maka Dia akan menunjukkan
jalan kepadanya dalam mencapai nilai yang setinggi-tingginya. Bangsa Barat dan Jepang
menerapkan konsep Itqan ini dengan apa yang diramakan sebagai Total Quality Control (TQC).
Jadi ada pengawasan mutu produksi, yang dilakukan oleh semua lapisan pegawai. Masing-
masing pegawai meneliti sendiri, apakah pekerjaan yang telah ia selesaikan sudah baik atau
sudah maksimal atau belum. Dan jika belum, maka bagaimana caranya agar lebih baik lagi.

3. Konsep Hemat

Apa yang diunggulkan oleh Etika Protestan Weber, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
konsep etika bisnis syariah, yang sejak 14 abad yang lalu telah diajarkan oleh Rasulullah Saw.
Kepada umatnya. Kita harus hemat, jangan boros, pekerjaan pemboros boroskan harta adalah
teman syaitan. Umat muslim harus hemat dengan harta, tapi tidak kikir dan tidak
menggunakannya kecuali untuk sesuatu yang benar-benar bermanfaat. Dengan berhemat ini,

10
maka kita dapat menghemat sumber-sumber alam, kita menyimpan dan menabung. Dana
tabungan ini akan dapat digunakan sebagai sumber investasi lebih lanjut, yang pada gilirannya
digunakan untuk produksi. Lingkaran ini akan menghasilkan tambahan harta bagi seseorang.
Dan harta ini sangat berguna sebagai dukungan ketaqwaan kepada Allah Swt. dan mengarahkan
kita ke kehidupan beragama yang lebih bermakna.

4. Kejujuran dan Keadilan.

Ini adalah konsep yang membuat ketenar.gan hati bagi orang yang melaksanakannya.
Kejujuran yang ada pada diri seseorang membuat orang lain senang berteman dan berhubungan
dengannya. Dalam bisnis, pemupukan relasi sangat mutlak diperlukan, sebab relasi ini akan
sangat membantu kemajuan bisnis dalam jangka panjang. Sedangkan keadilan perlu diterapkan,
misalnya terhadap pegawai, ada aturan yang jelas dalam pemberian upah, dengan prinsip
keadilan itu, tidak membeda-bedakan manusia yang satu dengan yang lainnya.

5. Kerja Keras.

Rasulullah Saw, sangat terkenal dengan pelaksanaan konsep ini. Kita mengetahui bagaimana
Rasulullah Saw. masa kecilnya telah mulai bekerja keras menggembalakan domba orang-orang
Mekah, dan beliau menerima upah dari gembalaan itu. Setelah umur 12 tahun beliau mulai
berdagang bersama kafilahnya dari satu kota ke kota lainnya. Sangat dianjurkan kerja keras itu
dilakukan sejak pagi hari. Setelah shalat subuh, janganlah tidur kembali, namun carilah rizki dari
Rabb-mu. Simbol "tali dan kampak" adalah lambang kerja keras, yang dicontohkan oleh
Rasulullah Saw. dalam menyuruh umatnya bekerja keras, jangan hanya berpangku tangan, dan
minta belas kasihan orang lain. Jika Demikianlah beberapa konsep etika bisnis syariah yang jika
kita mampu melaksanakannya secara istiqamah, maka Insya Allah kemajuan dalam bisnis dapat
dicapai dengan lebih optimal.

11
E. Prinsip Dasar Etika Bisnis Dalam Islam

Menurut Imaddudin (2007 : 156), ada lima dasar prinsip dalam etika Islam, yaitu : kesatuan
(unity), keseimbangan (equilibrium), kehendak bebas (free will), taggung jawab (responsibility),
kebenaran, kebajikan, dan kejujuran (truth, goodness, honesty).

a. Kesatuan (Tauhid/Unity) Dalam hal ini adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam
konsep tauhid yang memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim baik dalam bidang
ekonomi, politik, sosial menjadi keseluruhan yang homogen, serta mementingkan konsep
konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh. Dari konsep ini maka Islam menawarkan
keterpaduan agama, ekonomi, dan sosial demi membentuk kesatuan. Atas dasar pandangan ini
pula maka etika dan bisnis menjadi terpadu, vertikal maupun horisontal, membentuk suatu
persamaan yang sangat penting dalam sistem Islam.30

b. Keseimbangan (Equilibrium/Adil) Islam sangat mengajurkan untuk berbuat adil dalam


berbisnis, dan melarang berbuat curang atau berlaku dzalim. Rasulullah diutus Allah untuk
membangun keadilan. Kecelakaan besar bagi orang yang berbuat curang, yaitu orang-orang yang
apabila menerima takaran dari orang lain meminta untuk dipenuhi, sementara kalau menakar
atau menimbang untuk orang selalu dikurangi. Kecurangan dalam berbisnis pertanda kehancuran
bisnis tersebut, karena kunci keberhasilan bisnis adalah kepercayaan. Adan mengukur dengan
cara yang benar dan jangan sampai melakukan kecurangan dalam bentuk pengurangan takaran
dan timbangan.31 Dalam surah al Isra ayat 35 Allah SWT berfirman yang artinya : Dan
sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar.
Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya Dalam beraktivitas di dunia kerja dan
bisnis, Islam mengharuskan untuk berbuat adil,tak terkecuali pada pihak yang tidak disukai. Hal
ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Al-Maidah ayat 8 yang artinya : 32 ³Hai orang-
orang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena
Allah SWT, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-sekali kebencianmu terhadap suatu
kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.Berlaku adillah karena adil lebih dekat dengan
tawakal

c. Kehendak Bebas (Free Will) Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis
islam, tetapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka

12
lebar. Tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya
dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya. Kecenderungan manusia untuk terus
menerus memenuhi kebutuhan pribadinya yang tak terbatas dikendalikan dengan adanya
kewajiban setiap individu terhadap masyarakatnya melalui zakat, infak dan sedekah.

d. Tanggungjawab (Responsibility) Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil
dilakukan oleh manusia karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas.
untuk memenuhi tuntunan keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertaggungjawabkan
tindakanya secara logis prinsip ini berhubungan erat dengan kehendak bebas. Ia menetapkan
batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan bertanggungjawab atas semua
yang dilakukannya.

e. Kebenaran: kebajikan dan kejujuran (truth, goodness, honesty) Kebenaran dalam konteks ini
selain mengandung makna kebenaran lawan dari kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu
kebajikan dan kejujuran. Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagia niat, sikap dan
perilaku benar yang meliputi proses akad (transaksi) proses mencari atau memperoleh komoditas
pengembangan maupun dalam proses upaya meraih atau menetapkan keuntungan. Dengan
prinsip kebenaran ini maka etika bisnis Islam sangat menjaga dan berlaku preventif terhadap
kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan transaksi, kerjasama atau
perjanjian dalam bisnis.

F. Langkah-Langkah Menciptkan Etika Dalam Bisnis Syariah

1. Pengendalian Diri artinya, pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka


masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun.
Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang
atau memakan pihak lain dengan menggunakan keuntungan tersebut. Walau keuntungan yang
diperoleh merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi penggunaannya juga harus memerhatikan
kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah etika bisnis yang "etik".

2. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (SocialResponsibility) pelaku bisnis disini dituntut


untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk "uang" dengan jalan
memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan
yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu

13
terjadinya excessdemand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan
tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi,
dalam keadaan excessdemand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan
memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Tanggungjawab
sosial bisa dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat di sekitarnya, terutama dalam hal
pendidikan, kesehatan, pemberian latihan keterampilan dan lain-lain.

3. Menciptakan Persaingan yang Sehat. Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk
meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah,
dan sebaliknya harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan
menengah kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu
memberikan spreadeffect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan
persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut.

4. Menerapkan Konsep “Pembangunan Berkelanjutan”

5. Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetap
perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa datang. Berdasarkan ini jelas pelaku
bisnis dituntut tidak meng-“ekspoitasi” lingkungan dan keadaan saat sekarang semaksimal
mungkin tanpa mempertimbangkan lingkungan dan keadaan dimasa datang walaupun saat
sekarang merupakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar.

6. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak
wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan
menggunakan “katabelece” dari “koneksi” serta melakukan “kongkalikong” dengan data yang
salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi”
kepada pihak yang terkait.

7. Menumbuhkan Sikap Saling Percaya antar Golongan Pengusaha. Untuk menciptakan


kondisi bisnis yang “kondusif” harus ada sikap saling percaya (trust) antara golongan
pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah, sehingga pengusaha lemah mampu
berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan. Yang selama
ini kepercayaan itu hanya ada antara pihak golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya

14
memberikan kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam
dunia bisnis.

G. Parameter Etika Bisnis Islam.

Ajaran etika perspektif Islam pada prinsipnya menusia dituntut untuk berbuat baik, baik
pada dirinya sendiri, berbuat baik terhadap lingkungan (alam) maupun lingkungan sosial,
berbuat baik kepada sesama manusia, dan beriman kepada Allah SWT. Menurut Syed Nawab
Haider Naqvi beberapa prinsip diatas merupakan aksioma-aksioma10 etik yang meliputi
tauhid, keseimbangan, kehendak bebas, ihsan, dan tanggung jawab.11 Di dalam tataran
kehidupan manusia secara global etika bisnis Islam bukanlah satu-satunya dijadikan sebagai
parameter, karena masih banyak parameter-parameter lain yang diciptakan oleh manusia di
muka bumi ini.12 Untuk lebih jelasnya pandangan kelima perangkat aksioma sebagai penguat
prinsip dasar etika bisnis Islam adalah sebagai berikut:

1. Keesaan (Tauhid)

Keesaan, seperti yang telah direfleksikan kedalam konsep tauhid, merupakan dimensi vertikal
didalam agama Islam. Hal ini dimaksudkan bahwa sumber utama etika bisnis Islam adalah
keimanan kepada Allah SWT. Dengan mengintegrasikan aspek religius dengan beberapa aspek
di dalam kehidupan manusia, maka akan dapat mendorong manusia kedalam suatu keutuhan
yang selaras, konsisten, dan merasa selalu diawasi oleh Allah SWT (Ihsan). Konsep Ihsan inilah
yang dapat mengintegrasikan manusia dan menimbulkan perasaan selalu diawasi dan direkan
segala aktivitas kehidupannya. Dengan demikian kesadaran akan muncul dari dalam diri manusia
sendiri yang menjadi sumber kekuatan dan ketulusan dalam setiap aktivitas khususnya dalam
kegiatan bisnis. hal ini akan semakin kuat dan mantap apabila dibarengi dengan keimanan
kepada Allah SWT. Sehingga dalam melakukan aktivitas bisnis, tidak akan mudah menyimpang
dari prinsipprinsip dan nilai-nilai syariah yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

2. Keseimbangan

Keseimbangan atau disebut juga `adl, menggambarkan suatu dimensi horizontal di dalam
ajaran Islam dan berkaitan erat dengan harmoni tentang segala sesuatu yang ada di alam semesta
ini.15 Sesuai dengan QS. Al-Furqan ayat 2:

15
‫ق ُك َّل َش ْي ٍء فَقَ َّد َر ٗه تَ ْق ِد ْيرًا‬ ِ ‫ك فِى ْال ُم ْل‬
َ َ‫ك َو َخل‬ ٌ ‫ض َولَ ْم يَتَّ ِخ ْذ َولَدًا َّولَ ْم يَ ُك ْن لَّهٗ َش ِر ْي‬
ِ ْ‫ت َوااْل َر‬ ُ ‫الَّ ِذيْ لَهٗ ُم ْل‬
ِ ‫ك السَّمٰ ٰو‬

Artinya : Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tidak mempunyai anak, tidak ada sekutu bagi-
Nya dalam kekuasaan(-Nya), dan Dia menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan ukuran-
ukurannya dengan tepat.

Di dalam ruang lingkup ekonomi, konsep keseimbangan ini sangat menentukan konfigurasi
aktivitas distribusi, konsumsi, serta produksi dengan kualitas yang terbaik. Dengan demikian
agama Islam menuntut keseimbangan atau keadilan antara kepentingan diri sendiri dan
kepentingan orang lain.18 Dengan adanya hal tersebut maka konsep tauhid akan mengintegrasi
perilaku keseimbangan dan keadilan. Apabila hal tersebut terjadi maka perilaku penyimpangan
oleh oknum-oknum pelaku bisnis akan dapat terhindarkan.

Dalam hal ini juga terdapat sistem etika bisnis yang berlandaskan dengan konsep
kontemporer. Konsep etika bisnis kontermporer yang berkaitan dengan konsep keseimbangan
adalah konsep keadilan distributif. Di dalam keadilan distributif ini, lebih ditekankan kepada
nilai tunggal yaitu keadilan. Pandangan keadilan distributif disebut etis apabila keputusan-
keputusan dan tindakan yang dilakukan harus menjamin pembagian kekayaan, keuntungan, dan
kerugian secara merata dan adil. Terdapat lima prinsip yang dipergunakan untuk menjamin
pembagian keuntungan dan kerugian ini secara adil.19 Kelima prinsip tersebut antara lain:

a. Setiap orang berhak mendapatkan pembagian keuntungan yang sama.

b. Setiap orang mendapatkan bagian sesuai dengan kebutuhan masing masing.

c. Setiap orang mendapat bagian sesuai dengan usaha masing-masing.

d. Setiap orang mendapat bagian sesuai dengan kontribusi sosial masing-masing.

e. Setiap orang mendapat bagian sesuai jasanya masing-masing.

3. Kehendak Bebas

Pada suatu level tertentu, seorang manusia diberikan kehendak bebas untuk mengendalikan
hidupnya sendiri pada saat Allah SWT menurunkannya ke bumi.20 Manusia diberikan
kemampuan untuk berfikir, membuat keputusan untuk memilih jalan hidup yang diinginkan, dan
yang paling penting adalah manusia diberi kesempatan untuk bertindak berdasarkan aturan
apapun yang dia mau pilih. Di dalam pandangan Islam, kebebasan tersebut tetap memiliki suatu
batasan. Namun di dalam Islam telah ditetapkan bahwa anugrah Allah SWT bergantung kepada
pilihan awal manusia terhadap yang “benar”. Hal ini merupakan dasar etika yang sangat
dijunjung tinggi di dalam agama Islam.

Perlu disadari bahwa di dalam situasi apapun manusia tanpa sadar sesungguhnya telah
dibimbing oleh aturan-aturan yang didasarkan kepada ketentuan Allah SWT di dalam syari`at-

16
Nya yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Kaitannya dengan bisnis, manusia
sepenuhnya memiliki kebebasan dalam memilih bisnis. namun tetap harus sesuai dengan prinsip
dan nilai syari`at yang telah ditetapkan.21 Di dalam konsep kontemporer, etika bisnis yang
berkaitan dengan konsep kehendak bebas disebut dengan relativisme. Di dalam sistem ini
ditekankan kepada tidak ada kriteria tunggal, universal yang dapat digunakan untuk menemukan
apakah suatu tindakan disebut etis atau tidak. Setiap manusia dapat mempergunakan kriterianya
masing-masing, dan di dalam kriteria ini sangatlah mungkin timbul perbedaan diantara satu
kebudayaan dengan kebudayaan lain. Lebih jelasnya pada etika relativisme dalam kriteria
pengambilan keputusannya dibuat berdasarkan kepentingan dan kebutuhan pribadi.

4. Tanggung Jawab

Apabila seorang melakukan kebebasan yang tidak terbatas adalah sebuah absurditas23. Untuk
memenuhi konsep keadilan dan kesatuan seperti yang sama-sama dapat dilihat pada semua
ciptaan Allah SWT, seorang manusia dituntut untuk mempunyai tanggung jawab terhadap segala
sesuatu yang telah dilakukan. Islam adalah agama yang adil. Di dalam konsep tanggung jawab
Islam membedakan antara tanggung jawab yang bersifat fardhu`ain dan tanggung jawab yang
bersifat fardhu kifayah.24 Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT pada QS. Al-Mu`min ayat
40:
ٓ
َ ‫َر َأوْ ُأنثَ ٰى َوه َُو ُمْؤ ِم ٌن فَُأ ۟و ٰلَِئ‬
َ‫ك يَ ْد ُخلُونَ ْٱل َجنَّة‬ ٓ ٰ ‫َم ْن َع ِم َل َسيَِّئةً فَاَل يُجْ ز‬
َ ٰ ‫َى ِإاَّل ِم ْثلَهَا ۖ َو َم ْن َع ِم َل‬
ٍ ‫صلِحًا ِّمن َذك‬

ٍ ‫يُرْ زَ قُونَ فِيهَا بِ َغي ِْر ِح َسا‬


‫ب‬

Artinya : Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalasi melainkan
sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki
maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka
diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab.

Didalam konsep kontemporer, konsep yang berkaitan dengan sistem etika tanggung jawab
adalah konsep hak.26 Di dalam pandangan ini, pendekatan hak terhadap etika lebih ditekankan
kepada sebuah nilai yaitu suatu kebebasan. Pandangan ini disebut etis apabila keputusan-
keputusan dan tindakan harus didasarkan pada hak-hak individu yang menjamin tentang suatu
hak pribadi seseorang. Pada pendekatan hak ini, berkeyakinan bahwa seorang individu memiliki
hak moral yang bersifat tidak dapat diganggu gugat. Hak-hak ini kemudian membawa kepada
kewajiban yang saling menguntungkan diantara para pemengang hak tersebut. Namun sayangnya
pendekatan hak terhadap etika ini sering kali disalah gunakan. Sejumlah individu mungkin tetap
bersikeras mengatakan bahwa mereka memiliki prioritas yang tinggi dibandingkan dengan hak
milik orang lain dan akhirnya terjadilah ketidak adilan pada sistem tatanan masyarakat. Ternyata
hak juga membutuhkan suatu batasan-batasan agar dapat berjalan sesuai pada tempatnya dan
tidak saling menimbulkan kerugian antar pemilik hak. Islam datang dengan keseimbangan dan
keadilan dan menolak gagasan kebebasan tanpa tanggung jawab. Tentunya seorang manusia
harus bertanggung jawab terhadap tindakan yang telah dilakukan.

17
5. Kebajikan (Ihsan)

Di dalam konsep ini kebajikan (Ihsan) mempunyai pengertian suatu tindakan memberi
manfaat lebih terhadap orang lain, tidak mengecewakan dan menimbulkan mudharat bagi orang
lain tersebut. Dalam pengertian lain Ihsan yaitu melaksanakan perbuatan baik dan memberikan
manfaat kepada orang lain tanpa adanya kewajiban tertentu yang mengharuskan perbuatan
tersebut atau dengan kata lain beribadah dan berbuat baik seakan-akan Allah SWT melihat. Hal
ini didasarkan kepada firman Allah SWT pada QS. Al Ma`idah ayat 2:
ۤ ‫هّٰللا‬
‫ي َواَل ْالقَاَل ۤ ِٕى َد َوٓاَل ٰا ِّم ْينَ ْالبَيْتَ ْال َح َرا َم يَ ْبتَ ُغوْ نَ فَضْ اًل ِّم ْن َّربِّ ِه ْم َو ِرضْ َوانًا‬ َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تُ ِحلُّوْ ا َش َع ۤا ِٕى َر ِ َواَل ال َّشه َْر ْال َح َرا َم َواَل ْالهَ ْد‬
‫اونُوْ ا َعلَى ْالبِ ِّر َوالتَّ ْق ٰو ۖى َواَل تَ َعا َونُوْ ا َعلَى ااْل ِ ْث ِم‬ َ ‫َۗواِ َذا َحلَ ْلتُ ْم فَاصْ طَا ُدوْ ا ۗ َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشن َٰانُ قَوْ ٍم اَ ْن‬
َ ‫ص ُّدوْ ُك ْم ع َِن ْال َم ْس ِج ِد ْال َح َر ِام اَ ْن تَ ْعتَ ُد ۘوْ ا َوتَ َع‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫ان َۖواتَّقُوا َ ۗاِ َّن َ َش ِد ْي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬ ِ ‫َو ْال ُع ْد َو‬

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syiar-syiar kesucian
Allah, dan jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) hadyu
(hewan-hewan kurban) dan qala'id (hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan jangan (pula)
mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitulharam; mereka mencari karunia dan keridaan
Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka bolehlah kamu berburu.
Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangimu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat
siksaan-Nya.

Pada konsep kontemporer etika bisnis yang berkaitan dengan konsep kebajikan (ihsan) adalah
konsep utilitarianisme. Pada sistem etika ini, dinyatakan bahwa utilitarianisme memiliki arti
penting moralitas yang menuntun seseorang dapat ditentukan hanya berdasarkan konsekuensi
perilakunya. Sesuaitu dianggap etis apabila dapat memberikan manfaat yang baik dan
menguntungkan kepada orang lain. Pandangan utilitarian ini berorientasi kepada hasil yang
diperoleh. Di dalam kriteria pengambilan keputusan pandangan utilitarianisme dibuat
berdasarkan hasil yang diberikan oleh keputusan-keputusan dan sesuatu dianggap etis apabila
dapat memberikan keuntungan terbesar bagi sejumlah orang.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Di dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika bisnis merupakan sebuah harga
mati, yang tidak dapat ditawar lagi. Dalam zaman keterbukaan dan luasnya informasi saat ini,
baik-buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan cepat dan luas. Memposisikan
karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat umum secara etis dan jujur adalah
satu-satunya cara supaya dapat bertahan di dalam dunia bisnis saat ini. Ketatnya persaingan
bisnis menyebabkan beberapa pelaku bisnisnya kurang memperhatikan etika dalam bisnis.

Etika bisnis mempengaruhi tingkat kepercayaan atau trust dari masing-masing elemen dalam
lingkaran bisnis. Pemasok (supplier),perusahaan, dan konsumen, adalah elemen yang saling
mempengaruhi. Masing-masing elemen tersebut harus menjaga etika, sehingga kepercayaan
yang menjadi prinsip kerja dapat terjaga dengan baik. Etika berbisnis ini bisa dilakukan dalam
segala aspek. Saling menjaga kepercayaan dalam kerjasama akan berpengaruh besar terhadap
reputasi perusahaan tersebut, baik dalam lingkup mikro maupun makro.

B. Saran

Perlu adanya sadar diri didalam hati para pegawai didalam perusahaan yang ingin menerapkan
etika didalam bisnis agar tidak adanya kecurangan atau kebohongan yang terjadi pada
perusahaan itu nantinya dan perlu diterapkannya sanksi atau hukuman yang berat apabila ada
salah satu pegawai yang melanggarnya, sehingga etika di dalam bisnis pun dapat berjalan dengan
baik dan lancer di perusahaan tersebut.

19
DAFTAR PUSTAKA

A. Sonni Keraf, “Bisakah Bisnis Berjalan Tanpa Moralitas”, Basis, No 05-06, Tahun ke 46 Mei-
Juni 1997, hlm. 49.

Absurditas adalah kemustahilan atau hal yang bukan-bukan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
hlm. 5.

Buchari Alma, Pengantar Bisnis, Bandung: CV.Alfabeta, 1997

Hafiz Juliansyah, Skripsi, hlm. 30.

http://www.scribd.com/doc/182499179/Etika-Bisnis-dalam-Islam-pdf#scribd

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/2144/05.2%20bab%202.pdf?
sequence=8&isAllowed=y

Ibid., hlm. 42.

Konfigurasi adalah bentuk, wujud, dan susunan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 746.

M. QuraishShihab, “Etika Bisnis dalam wawasan al-Qur’an , jurnal UlumulQur’an


No.3/VII/1997, hlm. 4.

Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Menangkap Spirit Ajaran Langit dan Pesan Moral Ajaran
Bumi, (Jakarta: Penebar Plus*, 2012), hlm. 22.

Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Menangkap Spirit Ajaran Langit dan Pesan Moral Ajaran
Bumi, (Jakarta: Penebar Plus*, 2012), hlm. 23.

Muhammad Djakfar, hlm. 24.

Muhammad Djakfar, hlm. 25.

Muhammad, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi
Manajemen Perusahaan YKPN), hlm. 53.

Muhammad, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi
Manajemen Perusahaan YKPN), hlm. 55.

20
Muhammad, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi
Manajemen Perusahaan YKPN), hlm. 47.

Muhammad, Etika Bisnis Islam, hlm. 42.

Muhammad, Etika Bisnis Islam, hlm. 46.

Muhammad, Etika Bisnis Islam, hlm. 56.

QS. Al-Furqan ayat 2

QS. Al-Maidah: 2.

QS. Al-Mu`min: 40.

21

Anda mungkin juga menyukai