Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ETIKA BISNIS

ETIKA DALAM BISNIS

Dosen Pengampu : I Gede Nyoman Carlos Wiswanatha Mada, S.E., M.M

OLEH :

NI PUTU VIRA DIAH NATHANIA (1832121603)


KADEK WINDA PARDANA PUTRI (1832121595)
GUS MADE SUDARTA (1832121007)
PUTU AYU ARIESTA PRADNYA PARAMITHA (1832121008)
MADE MAYRA SUKMA DEWI (1832121555)
I GUSTI NGURAH YOGA PRAJADINATA (1832121557)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Etika bisnis adalah perwujudan dari nilai-nilai moral. Hal ini disadari oleh sebagian
besar pelaku usaha, karena mereka akan berhasil dalam usaha bisnisnya jika menjalankan
prinsip-prinsip etika bisnis. Jadi penegakan etika bisnis penting artinya dalam menegakkan
persaingan usaha sehat yang kondusif. Di Indonesia, penegakan etika bisnis dalam persaingan
bisnis semakin berat. Kondisi ini terjadi karena banyaknya pelanggaran terhadap etika bisnis
oleh para pelaku bisnis itu sendiri, sedangkan pelanggaran etika bisnis tersebut tidak dapat
diselesaikan melalui hukum karena sifatnya yang tidak terikat menurut hukum.

Persaingan usaha yang sehat akan menjamin keseimbangan antara hak produsen dan
konsumen. Indikator dari persaingan yang sehat adalah tersedianya banyak produsen, harga
pasar yang terbentuk antara permintaan dan penawaran pasar, dan peluang yang sama rari
setiap usaha dalam bidang industry dan perdagangan. Adanya persaingan yang sehat akan
menguntungkan semua pihak termasuk konsumen dan pengusaha kecil, dan produsan sendiri,
karena akan menghindari terjadinya konsentrasi kekuatan pada satu atau beberapa usaha
tertentu. Terdapat hubungan yang erat antara etika bisnis dan persaingan usaha.Terdapatnya
aspek hukum dan aspek etika bisnis sangat menentukan terwujudnya persaingan yang sehat.
Dalam bisnis, terdapat bersaingan yang ketat, yang kadang – kadang menyebabkan pelaku
bisnis menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan usaha dan memenangkan
persaingan.

Etika bisnis merupakan suatu bidang ilmu ekonomi yang dapat memahami suatu
bisnis persaingan, bagaimana bersikap ataupun berprilaku.Bagaimana era global ini dituntut
untuk menciptakan suatu persaingan yang kompetitif sehingga dapat terselesaikan tujuannya
dengan baik, kolusi, korupsi, mengandalkan koneksi, menjadi suatu hal yang biasa dalam
tatanan kehidupan bisnis, yang mana prinsip menguasai dan menghalalkan segala cara untuk
memenangkan persaingan menjadi suatu hal yang lumrah, padahal etikanya tidak begitu.
Globalisasi adalah proses yang meliputi seluruh dunia dan menyebabkan system ekonomi
serta sosial negara-negara menjadi terhubung bersama, termasuk didalamnya barangbarang,
jasa, modal, pengetahuan, dan peninggalan budaya yang diperdagangkan dan saling
berpindah dari satu negara ke negara lain. Proses ini mempunyai beberapa komponen,
termasuk didalamnya penurunan rintangan perdagangan dan munculnya pasar terbuka dunia,
dan lain sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas yaitu :
1. Bagaimana relevansi etika dan bisnis ?
2. Apa itu keuntungan dan etika ?
3. Apa pengertian etika bisnis ?
4. Bagaimana sasaran dan ruang lingkup etika bisnis ?
5. Bagaimana tingkatan etika bisnis ?
6. Apa saja prinsip-prinsip etika bisnis ?
7. Bagaimana relativitas moral dalam bisnis ?
8. Bagaimana tanggung jawab moral bisnis ?
9. Bagaimana tanggung jawab sosial bisnis ?
10. Apa kode etik perusahaan ?
11. Apa alasan meningkatnya perhatian dunia bisnis terhadap etika ?
12. Apa kendala-kendala pelaksanaan etika bisnis ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui relevansi etika dan bisnis.
2. Untuk mengetahui keuntungan dan etika.
3. Untuk mengetahui pengertian etika bisnis.
4. Untuk mengetahui sasaran dan ruang lingkup etika bisnis.
5. Untuk mengetahui tingkatan etika bisnis.
6. Untuk mengetahui prinsip-prinsip etika bisnis.
7. Untuk mengetahui relativitas moral dalam bisnis.
8. Untuk mengetahui tanggung jawab moral bisnis.
9. Untuk mengetahui tanggung jawab sosial bisnis.
10. Untuk mengetahui kode etik perusahaan.
11. Untuk mengetahui alasan meningkatnya perhatian dunia bisnis terhadap etika.
12. Untuk mengetahui kendala-kendala pelaksanaan etika bisnis.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Relevansi Etika dan bisnis

Dari sudut pandang ekonomi, bisnis adalah kegiatan yang dilakukan dengan maksud
memperoleh keuntungan. Keuntungan pada umumnya diekspresikan dalam bentuk uang.
Harus diakui, kepentingan utama bisnis adalah menghasilkan keuntungan maksimal bagi
shareholders.Bisnis bukanlah karya amal. Dipandang dari sudut ekonomis, bisnis yang baik
adalah bisnis yang mendatangkan banyak keuntungan. Focus itu membuat perusahaan
mengambil jalan pintas dengan menghalalkan segala cara agar bisa meraih keuntungan.
Tidaklah mengherankan bila pandangan lama menyatakan bahwa bisnis itu immoral (tidak
bermoral).

Pandangan bahwa bisnis immoral kemudian mengalami perubahan menjadi lebih


lunak, yaitu bahwa bisnis itu amoral, artinya moral dan bisnis merupakan dua dunia yang
sangat berbeda, dan keduanya tidak dapat dicampuradukkan. Bisnis jangan dicampuradukkan
dengan etika. Bisnis tidak punya sangku pautannya dengan etika dan moralitas. Keduanya
adalah dua bidang yang terpisah satu sama lain. Karena, itu, bisnis tidak boleh dinilai dengan
menggunakan norma dan nilai-nilai etika. Bisnis dan etika sangatlah berbeda dan tidak dapat
dicampuradukkan. Apabila dicampur adukkan, maka akan terjadi sebuah kesalahan kategoris.
Bisnis hanya bisa dinilai dengan kataegori dan norma-norma etika. Menurut mitos bisnis
amoral, Kegiatan bisnis adalah melakukan bisnis sebaik mungkin, sasaran dan tujuan satu
satunya dari bisnis adalah mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya. Jadi menurut mitos
amoral, etika tidak relevan bila dikaitkan dengan bisnis.

Mengemukakan alasan-alasan tentang keberadaan etika bisnis sebagai berikut :

1. Bisnis tidak dapat disematkan dengan permainan judi. Dalam bisnis memang dituntut
keberanian mengambil resiko dan spekulasi, namun yang dipertaruhkan bukan hanya
uang, melainkan juga dimensi kemanusiaan. Seperti martabat atau nama baik
pengusaha dengan keluarga, nasib semua pegawai dengan keluarganya.
2. Bisnis adalah bagian yang sangat penting dari masyarakat dan menyangkut
kepentingan semua orang. Praktek bisnis mensyaratkan etika di samping hukum
positif sebagai standar acuan dalam pengambilan keputusan dan kegiatan bisnis.
3. Dilihat dari sudut pandang bisnis itu sendiri, praktek bisnis yang berhasil adalah yang
memperhatikan norma-norma moral masyarakat, sehingga dapat memperoleh
kepercayaan dari masyarakat atas produk atau jasa yang dijual.
4. Asas legalitas harus dibedakan dari asas moralitas.
5. Etika bukanlah ilmu pengetahuan empiris. Tindakan yang dilakukan oleh banyak
orang tidak otomatis berarti yang lebih baik. Sekalipun korupsi dan kolusi merajalela
dimana-mana, hal itu tidak dengan sendiri dapat dibenarkan secara etis.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa etika sesungguhnya sangat relevan diterapkan
dalam bisnis. Kendati bisnis adalah sebuah pertaruhan dalam bisnis menyangkut nilai-nilai
yang sangat hakiki seperti kehidupan manusia dan nasib begitu banyak orang yang taerkait.

2.2 Keuntungan dan Etika

Sebagaimana dianut pandangan bisnis yang ideal bahwa keuntungan adalah hal yang
pokok bagi kelangsungan bisnis, walaupun bukan merupakan tujuan satu-satunya. Dari sudut
pandang etika, keuntungan bukanlah hal yang buruk. Bahkan secara moral, keuntungan
merupakan hal yang baik dan diterima, karena :

1. Keuntungan memungkinkan suatu perusahaan betahan dalam bisnis.


2. Tanpa memperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia menanamkan
modalnya, karena itu berarti tidak akan terjadi kativitas ekonomi yang produktif demi
memacu pertumbuhan ekonomi yang menjamin kemakmuran nsional.
3. Keuntungan memungkinkan perusahan tidak hanya bertahan, melainkan juga dapat
menghindari pegawai-pegawainya, bahkan pada tingkat dan taraf keuntungan yang
terus diperoleh.

Disamping itu, ada argument yang dapat diajukan untuk menunjukan bahwa justru demi
memperoleh keuntungan, etika sangat dibutuhkan dalam bisnis dewasa ini :

1. Dalam bisnis modern dewasa ini hanya orang professional yang akan menang dan
berhasil dalam bisnis yang penuh persaingan ketat. Kaum professional ini dituntut
untuk memperlihatkan kinerja yang berada diatas rata-rata kinerja pelaku bisnis
amatir.
2. Dalam persaingan bisnis yang ketat para pelaku bisnis modern sangat sadar bahwa
konsumen adalah benar-benar raja. Hal yang paling pokok untuk bisa untung dan
bertahan dalam pasar penuh persaingan adalah sejauhmana suatu perusahaan bisa
merebut dan mempertahankan kepercayaan konsumen.
3. Dalam bisnis sistesystemr terbuka dengan peran pemerintahan yang bersifat netral,
parapelaku bisnis berusaha sebida mungkin menghindari campur tangan pemerintah,
yang baginya akan sangat merugikan kelangsungan bisnisnya. Salah satu cara yang
yang paling efektif aadalah dengan menjalankan bisnis secara baik dan etis.
4. Perusahaan-perusahaan modern menyadari bahwa pegawai bukanlah tenaga yang siap
untuk diekspolitasi demi mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Justru sebaliknya,
pegawai semakin dianggap subjek utama dari bisnis yang sangat menenukan berhasil
tidaknya, bertahan tidaknya perusahaan.

2.3 Pengertian Etika Bisnis

Etika bisnis merupakan etika terapan yang pada awalnya berkembang di Amerika
Serikat,kemudian meluas ke Negara-neraga Eropa. Menurut Weiss dalam Keraf (1993:66),
etika bisnis adalah seni dan disiplin dalam menerapkan prinsip-prinsip etika untuk mengkaji
dan memecahkan masalah moral yang kompleks. Etika bisnis menyangkut tiga bidang dasar
pembuatan keputusan manajerial, yaitu :

1. Pilihan-pilihan tentang bagaimana seharusnya aturan hukum itu dan apakah akan
mengikuti aturan hukum itu
2. Pilihan-pilihan tentang masalah ekonomi dan sosial di luar ranah hukum
3. Pilihan-pilihan tentang prioritas kepentingan orang taetentu di atas kepentingan
perusahaan

Etika bisnis dapat dilihat sebagai usaha untuk merumuskan dan menerapkan prinsip-
prinsip etika di bidang hubungan ekonomi antar manusia.

2.4 Sasaran dan Ruang Lingkup Etika Bisnis

Terdapat 3 sasaran dan ruang lingkup pokok etika bisnis, yaitu :

1. Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi, dan masalah
yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Dengan kata lain, etika bisnis
pertama-tama bertujuan menghimbau para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya
secara baik dan etis.
2. Untuk menyadari masyarakat, khususnya konsumen, buruh atau pegawai, dan
masyarakat luas, pemakai asset umum semacam lingkungan hidup, akan hak dan
kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapa pun juga
.pada tingkatan ini etika bisnis berfungsi menggugah masyarakat agar menuntut para
pelaku bisnis agar berbisnis secara baik demi terjaminnya hak dan kepentingan
masyarakat tersebut.
3. Etika bisnis juga membahas mengenai system ekonomi yang sangat menentukan etis
tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini, etika bisnis lebih bersifat makro
sehingga disebut etika ekonomi.

2.5 Tingkatan Etika Bisnis

Etika bisnis tidak hanya menyangkut persoalan-persoalan individual dalam bisnis,


tetapi juga menyangkut kepentingan semua pihak yang berkepntingan. Hal ini terdapat 5
tingkatan etika bisnis, yaitu :

1. Individual
Pad tingkatan ini tanggung jawab suatu tindakan etis berada pada individu pelaku.
Untuk mengatasi masalah etis pada tingkatan ini, perlu ditelusuri motif dan standar
etika pelaku
2. Organisasional
Masalah etis pada tingkatan organisaional muncul bila seseorang atau sekelompok
orang ditekan untuk mengabaikan atau memaklumi kesalahan seseorang demi
kepentingan seluruh organisasi.Untuk mengatasi masalah etis pada tingkatan ini,
dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengkaji prosedur kerja, kebijakan, dank ode
etik perusahaan.
3. Asosiasi
Seorang anggota asosiasi profesi, harus berpedoman pada kode etik profesinya
sebelum memberikan saran kepada klien.
4. Masyarakat
Pada tingkatan masyarakat, hukum, peraturan, norma, kebiasaan, dan tradisi sangaat
menentukan perbuatan-perbuatan yang dapat diterima secara sah.
5. Internasional
Masalah etika bisnis pada tingkat internasional lebih rumit karena nilai-nilai budaya,
politik, agama ikut berperan. Tuntutan masyarakat internasional agar etika bisnis
dilaksanankan semakin kuat terutama menyangkut mutu agar konsumen terjamin
kepuasannya

2.6 Prinsip-Prinsip Etika Bisnis

Prinsip-prinsip etika bisnis sangat dipengaruhi oleh system nilai masyarakat setempat.
Prinsip-prinsip etika yang berlaku dalam bisnis :

1. Prinsip Otonomi
Otonomi dalam hal ini adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil
keputusan berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggapnya baik
untuk dilakukan. Untuk dapat bergerak otonom diperlukan kebebasan untuk
mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan keputusan yang menurutnya
terbaik. Kebebasan adalah unsur hakiki dalam prinsip otonomi dan menjadi
persyaratan utama untuk bertindak secara etis. Namun kebebasan tidak menjamin
bahwa seseorang bertindak otonomi dan etis. Jadi orang otonom adalah orang yang
tahu akan tindakannya, bebas dalam melakukan tindakannya, tetapi sekaligus
bertanggung jawab atas tindakannya.
2. Prinsip Kejujuran
Prinsip ini paling problematic, karena sekilas tampak aneh bila kejujuran menjadi
prinsip sebuah bisnis yang dikenal dengan tipu-menipu demi meraup keuntungan.
Kejujuran relevan dalam bisnis berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut :
 Pemenuhan syarat-syarat kontrak atau perjanjian
 Penawaran barang dan jasa yang meliputi mutu dan harga yang sebanding
 Hubungan kerja internal
3. Prinsip Keadilan
Prinsip ini menuntut agar setiap orang diperlakukan secara adil sesuai dengan kriteria
yang rasional objektif dan dapat dipertanggungjawabkan.Keadilan menuntut agar
setiap orang/pihak dalam bisnis diperlakukan secara adil dan tidak boleh dirugikan
hak dan kepentingannya.
4. Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga mengntungkan
semua pihak.
5. Prinsip Intergritas Moral
Prinsip ini dihayati sebagai tuntutan moral dalam dari prilaku bisnis atau perusahaan,
agar dalam menjalankan bisnisnya senantiasa menjaga nama baik dirinya dan
perusahaannya.

2.7 Relativitas Moral Dalam Bisnis

Berdasarkan prinsip-prinsip etika bisnis, dapat dikatakan bahwa dalam bisnis modern
dewasa ini pelaku bisnis dituntut bersaing secara etis.Dalam persaingan global yang tidak
mengenal adanya perlindungan dan dukungan politik tertentu, semua perusahaan harus
bersaing berdasarkan prinsip-prinsip etika. Berikut beberapa pandangan yang ada di
masyarakat :

1. Norma etis berbeda di satu tempat dengan tempat lain. Tidak ada norma yang
universal. Oleh karena itu, bila berada disuatu Negara, maka norma yang berlaku di
Negara itulah yang harus diikuti.
2. Norma pada Negara sendirilah yang paling tepat. Menurut norma ini, prinsip yang
harus dipegang ketika berada di mana pun adalah norma yang berlaku dinegara
sendiri.
3. Tidak ada norma moral yang perlu diikuti sama sekali. Norma ini oleh De George
sebagai immoralis naïf. Pandangan ini tidk benar sama sekali.

Menurut pandangan pertama , norma dan nilai moral bersifat relative dan tidak ada
norma moral yang universal. Hal ini tidak sepenuhnya benar.Tindakan mencuri, berbohongg,
dan menipu yang terjadi dimanapun pasti dikecam karena tidak etis.Pandangan ini tidak
membedakan antara moralitas dan hukum.

Pandangan yang kedua beranggapan bahwa moralitas bersifat universal yang


menyangkut baik buruknya perilaku manusia sebagai manusia. Oleh karena itu, dimanapun
berada, prinsip, nilai, dan norma moral akan tetap berlaku. Pandangan ini tidak sepenuhnya
benar, karena kemajuan kondisi ekonomi, sosial, politik tidak sama disemua Negara,
sehingga hukum yang berlaku dunegara perusahaan asal belum tentu berlaku di Negara lain.

Menurut De George, prinsip pokok yang dapat berlaku universal adalah prinsip
integritas moral yang berarti bersaing dengan penuh integritas moral. Ia tidak setuju kalau
prinsip no harm dikatakan sebagai prinsip pokok dalam bisnis. Alasannya, prinsip ini
dituangkan ke dalam aturan dan terlalu bersifat legalistis, karena itu berkonotasi heteronom.
Prinsip no harm tidak hanya dituangkan ke dalam hukum saja, tetapi juga dalam hati setiap
pelaku bisnis sebagai prinsip dimana dalam berbisnis tidak boleh dirugikan dan merugikan
hak dan kepentingan pihak lain. Dengan demikian, prinsip no harm dan integritas moral
sesungguhnya bersifat universal, yakni dapat diakui dan berlaku dimana saja.

2.8 Tanggung Jawab Moral Bisnis

Menurut pandangan ini bisnis adalah institusi yang tidak berkaitan dengan moalitas
yang bertujuan meningkatkan pemenuhan kepentingan pihak-pihak yang terlibat, dan melalui
“tangan ajaib” atau kekuatan pasar, kesejahteraan masyarakatpun akan meningkat.

Yang bertentangan dengan pandangan di atas adalah pandangan Kenneth Goodpastern


dan John Metthews yang mengatakan bahwa bisnis adalah analog dengan individu, yang
mempunyai kehendak, nurani, tujuan dan strategi.Pengertian individu disini bukanlah secara
harfiah, melainkan sebagai kumpulan orang yang mendukung nilai-nilai moral mewakili
bisnis.Oleh karena itu, binis bukan saja secara hukum dan moral bertanggung jawab terhadap
tindakannya, tetapi juga tanggungjawab sosial, yaitu untuk menjai “warga Negara yang baik”.

Pandangan lain melihat bisnis sebagai korporasi sosial ekonomi pihak


berkepentingan. Korporasi (dalam arti perusahaan danpimpinannya) mempunyai kewajiban
utama kepada pemilik dan pemegang saham, karena mereka telah memberikan mandate
ekonomi kepada korporasi.Disamping itu, korporasi juga harus tetap peduli dan responsive
terhadap tuntutan hukum, sosial, polititk, dan lingkungan pihak berkepentingan, baik yang
berasal dari dalam maupun dari luar.Dengan demikian, korporasi bertanggung jawab secara
sosial dan moral kepada konstituennya, artinya memelihara hubungan yang bertanggung
jawab dengan pihak berkepentingan serta peduli dan responsive terhadap tuntutan-
tuntutannya berdasarkan standar etika mengenai kejujuran dan keadilan.

Prinsip pragmatis tentang hubungan korporasi dengan pihak berkepentingan


dikemukakan oleh Norma Bowie dan Ronald Duska sebagaimana dikutip di Weiss(1994:94).
Mereka berpendapat bahwa korporasi secara nyata harus bermoral berdasarkan kriteria “harus
berarti bisa”dan “standar minimum moral”.Jadi, korporasi harus melakukan sesuatu dalam
batas-batas yang bisa dilakukan. Sementara standar minimum moral menuntut korporasi tidak
memproduksi barang dan jasa atau terlibat dalam kegiatan yang mengakibatkan kerugian atau
bahaya pada pihak lain.
Ada tiga tanggung jawab utama korporasi, yaitu :

1. Menghasilkan barang-barang, kepuasan konsumen dan keamanan pemakaian.


2. Peduli terhadap lingkungan, baik dilihat dari sudut masukan maupun keluaran,
pembuangan limbah yang aman, serta mengurangi pengusutan sumber daya.
3. Memenuhi standar minimal kondisi kerja dan system pengupahan serta jaminan
sosial.

2.9 Tanggung Jawab Sosial Bisnis

Tanggung jawab sosial bisnis (Corporate Social Responsibillity atau disingkat CSR)
adalah memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai laba dengan cara-cara yang
sesuai dengan aturan permainan dalam persaingan bebas tanpa penipuan dan
kecurangan.Menaati aturan permainan, dan kesopanan, serta tidak melakukan kecurangan dan
tipu muslihat sebenarnya sudah mengandung arti bahwa bisnis sampai batas tertentu
mempunyai tanggung jawab moral.

CSR dewasa ini mengalami perkembangan yang cukup dramatic.Salah satu


pendorongnya adalah perubahan dan pergeseran paraddigma dunia usaha, untuk tidak
semata-mata mencari keuntungan, tetapi turut pula bersikap etis dan berperan dalam
penciptaan invesrasi sosial. Ketika disahkannya Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007
tentang Perseroan terbatas (UU PT) terutama pasal 74 yang mewajibkan perseroan untuk
menyisihkan sebagian laba bersih dalam menganggarkan dana pelaksanaan tanggung jawab
sosial terutama bagi perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan
sumber daya alam. CSR adalah suatu konsep yang bermaterikan tanggung jawab sosial dan
lingkungan oleh peusahaan kepada masyarakatluas, khususnya di wilayah perusahaan
tersebut beroperasi.

Implementasi CSR di perusahaan pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor


sebagai berikut :

1. Komitmen pemimpin
Perusahaan yang pemimpinnya tidak tanggap dengan masalah-masalah sosial dan
lingungan, kecil kemungkinan akan mempedulikan aktivitas sosial.
2. Ukuran dan kematangan perusahaaan
Perusahaan besar dan mapan lebih mempunyai potensi memberikan kontribusi
ketimbang perusahaan kecil dan belum mapan.
3. Regulasi dan system perpajakan yang diatur pemerintah
Semakin overlap-nya regulasi dan penataan pajak akan membuat semakin kecil
ketertarikan perusahaan untuk memberikan donasi dan sumbangan sosial kepada
masyarakat. Begitu juga sebaliknya.

Argumen yang menentang perlunya tanggung jawab sosial

Ada beberapa argument yang berusaha menentang anggapan bahwa bisnis


mempunyai tanggung jawab sosial-moral yaitu :

a) Tujuan bisnis adalah mengejar keuntungan sebesar-besarnya


b) Tujuan yang terbagi dan harapan yang membingungkan
c) Biaya keterlibatan soial
d) Bisnis mempunyai kekuasaaan yang sudah memadai
e) Kurangnya tenaga terampil

Argument yang mendukung perlunya tanggung jawab sosial

Beberapa argumenyang mendukung perlunya tanggung jawab sosial bisnis, yaitu :

a) Kewajiban moral
b) Terbatasnya sumber daya alam
c) Lingkungan sosial yang lebih baik
d) Bisnis mempunyai sumber-sumber daya
e) Keuntungan jangka panjang
f) Perimbangan tanggung jawab dan kekuasaan

Ada tiga alasan penting dan manfaat yang diperoleh suatu perusahaan dalam merespon
dan menerapkan CSR yang sejalan dengan operasi usahanya :

1. Perusahaan adalah bagian dari masyarakat dank arena itu wajar bila perusahaan juga
turut memperhatikan kepentingan masyarakat.
2. Kalangan bisnis dan masyarakat memiliki hubungan yang bersifat simbiosis
mutualisme (saling mengisi dan emnguntungkan )
3. Kegiatan CSR merupakan salah satu cara untuk mengeliminasi sebagai potensi
mobilisasi massa untuk melakukan hal-hal yang tidak diinginkan sebagai akses
ekslusifme dan monopoli sumber daya alam yang diekspoitasikan oleh perusahaan
tanpa mengedepankan adanya perluasan kesempatan bagi terciptanya kesejahteraan
dan pengembangan sumber daya manusia yang berdomisili disekitar wilayah
pembangunan.

Isi tanggung jawab sosial

Ada dua jalur tanggung jawab sosial perusahaan sesuai dengan dua jalur relasi
perusahaan dengan masyarakat, yaitu relasi primer dan relasi sekunder, sebagai berikut :

1. Relasi primer, misalnya memenuhi kontrak yang sudah dilakukan dengan perusahaan
lain, memebayar hutang, memberikan pelayanan kepada konsumen dan pelanggan
dengan baik
2. Relasi sekunder, bertanggung jawab atas operasi dan dampak bisnis terhadap
masyarakat pada ummumnya.

Tanggung jawab sosial dapat dirumuskan dalam dua wujud :

1. Postitif : melakukan kegiatan yang bukan didasarkan pada perhitungan untung


rugi, melainkan didasarkan pada pertimbangan demi kesejahteraan sosial
2. Negstif : tifsk melakukan kegiatan-kegiatan yang dari segi ekonomis
menguntungkan, tetapi dari sosial merugikan kepentingan dan kesejahteraan
Sosial.

Lima kewajiban yang harus dilakukan oleh bisnis professional agar dapat bertanggung
jawab secara sosial, yaitu sebagai berikut :

1. Bisnis mempunyai peran sosial sebagai pemelihara sumber daya masyarakat


2. Bisnis harus bekrja sebagai sebuah system terbuka dua arah dengan penerimaan
masukan secara terbuka dari masyarakat dan penyampaian yang terbuka tentang
operasinya kepada public
3. Biaya sosial maupun manfaat dari suatu aktivitas, produk, atau jasa harus dilakukan
dan dipertimbangkan scara cermat agar dapat mengambil keputusan apakah kegiatan
itu pelu dilanjutkan atau tidak
4. Biaya sosial dari setiap aktivitas, produk, atau jasa harus diperhitungkan ke dalam
harga, sehingga konsumen membayar atas dampak konsumsinya terhadap masyarakat
5. Lembaga bisnis ibarat warga Negara yang mempunyai tanggung jawab atas
keterlibatan sosial sesuai dengan kompetensinya di mana terdapat kebutuhan sosial
yang penting.
2.10 Kode Etik Perusahaan

Kode etik menyangkut apa yang boleh dilakukan dalam pelaksanaan suatu profesi.
Kode eik nberisi tuntutan keahlian, komitmen , moral dan perilaku yang diinginkan dari
orang yang melakukan profesi tersebut. Kode etik pada umumnya disusun untuk
mengungkapkan cita-cita dan jiwa profesi yang bersngkutan dan menjadi norma moral yang
berlaku bagi mereka yang melakukan profesi tersebut.

Kode etik perusahaan atau oleh Patrict Murphy disebut ethic statements dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu :

1. Value statement (pernyataan nilai)


Pernyataan nilai dibuat singkat saja dan melukiskan apa yang dilihat oleh perusahaan
sebagai misinya dan mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi perusahaan.
2. Corporate credo (kredo perusahaan)
Kredo perusahaan biasanya merumuskan tanggung jawab perusahaan terhadap para
stakeholder.
3. Code of conduct/code of ethicalnconduct (kode etik)
Kode etik menyangkut kebijakan etis perusahaan berhubungan dengan kesulitan yang
bisa timbul seperti konflik kepentingan, sumbangan kepada pihak lain dan
sebagainya.

Setiap perusahaan berusaha memiliki kode etik. Manfaat kode etik bagi perusahaan
dapat disebutkaan sebagaiberikut :

1. Kode etik dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika telah
dijadikan sebagian corporate culture. Reputasi dibidang etika merupakan asset yang
sangat berharga bagi suatu perusahaan.
2. Kode eik dapat membantu menghilangkan kawasan abu-abu dibidang etika.
3. Kode etik dapat menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab
sosialnya. Melalui kode etik, perusahaan dapat menunjukan itikad baik terhadap
lingkungan sosial.
4. Kode etik menyediakan regulasi sendiridan dalam batas tertentu tiak perlu campur
tangan pihak pemerintah dalam mengatasi berbagai persoalan bisnis
Kritik yang disampaikan terkait kode etik perusahaan adalah :

1. Kode etika sering hanya menjadi slogan belaka


2. Kode etik dirumuskan terlalu umum dan tetap memerlukan keputusan pimpinan
3. Jarang ada penegakan kode etik dengan memberi sanksi untuk pelanggaran.

Untuk mengatasi kekurangan tersebut, suatu kode etik hendaknya :

1. Dirumuskan berdasarkan kesepakatan semua pihak dalam organisasi, sehingga dapat


berfungsi dengan baik
2. Tidak memuat hal-hal yang kurang berguna dan tidak mempunyai dampak nyata
3. Direvisi sewaktu-waktu agar sesuai dengan perkembangan jaman
4. Di tegakkan dengan seperangkat sanksi agar setiap permasalahan terselesaikan
dengan baik.

2.11 Alasan Meningkatnya Perhatian Dunia Bisnis Terhadap Etika

Perhatian terhadap etika bisnis semakin meningkat di kalangan dunia


bisnis.Perusahaan-perusahaan besar multinasional telah mempunyai kode etik, memiliki
bagian khusus yang mengawasi pelaksanaan kode etik, dan memasukkan etika sebagai mata
tataran dalam pelatihan pegawainya.Kepedulian public terhadap etika bisnis telah
memunculkan upaya-upaya baru untuk menjadikan kesadaran etis sebagai bagikan integral
dari kebudayaan korporasi.

Menjadi pelaku bisnis yang lebih bermoral berarti memperhatikan dan menilai
hubungan pihak berkepentingan, baik yang ada di dalam maupun diluar perusahaan.Jadi
perubahaan nilai-nilai masyarakat dan tuntutan terhadap dunia bisnis mengakibatkan adanya
kebutuhan yang makin meningkat terhadap standar etika sebagai bagian dari kebijakan bisnis.

Leonard Brooks menyebut 6 alasan mengapa dunia bisnis makin meningkatkan


perhatian terhadap etika bisnis, yaitu :

1. Krisis public tentang kepercyaan


2. Kepedulian terhadap kualitas kehidupan kerja
3. Hukuman terhadap tindakan yang tidak etis
4. Kekuatan kelompok pemerhati khusus
5. Peran media dan publisitas
6. Mengubah format organisasi dan etika perusahaan.
2.12 Kendala-kendala Pelaksanaan Etika Bisnis

Pelaksanaan prinsip-prinsip etika bisnis di Indonesia masih berhadapan dengan


beberapa masalah dan kendala, yaitu :

1. Standar moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah. Banyak yang
menempuh jalan pintas, bahkan mengahalalkan segala cara untuk memperoleh
keuntungan.
2. Banyak perusahaan yang mengalami konflik kepentingan. Konflik ini muncul karena
ketidaksesuaian antar nilai pribadi yang dianut dengan peraturan yang berlaku dan
tujuan yang hendak dicapai.
3. Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil. Ketidakstabilan ini memungkinkan
dilakukannya terobosan dan spekulasi untuk memanfaatkan peluang guna
memperoleh keuntungan tanpa mengiraukan akibatnya.
4. Lemahnya penegak hukum mempersulit upaya-upaya untuk memotivasi pelaku bisnis
menegakkan norma-norma etika
5. Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen yang khusus menangani masalah
penegakan kode etik bisnis dan manajemen.

Sudah seharusnya disadari bahwa pelanggaran etika bisnis dapat meleamhkan daya saing
hasil industry di pasar internasional.Kecenderungan makin banyaknya pelanggaran etika
bisnis membuat keprihatinan banyak pihak. Pengabaian etika bisnis dirasakan akan
membawa kerugian tidak saja buat masyarakat, tetapi juga bagi tatanan ekonomi nasional.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam kehidupan bermasyarakat, dikenal nilai-nilai dan norma-norma etis. Begitu


juga pada dunia bisnis pada umumnya.Bisnis perlu mengenal dan memperhatikan etika.
Dalam dunia persaingan yang ketat, bisnis yang berhasil adalah bisnis yang memprhatikan
nilai-nilai moral.Jadi antara etika dan bisnis ada relevasinya. Adanya persaingan yang ketat
antara pelaku usaha dan adanya prinsip ekonomi untuk memperoleh kaentungan sebesar-
besarnya, membuat para pelaku bisnis bertindak tidak jujur. Etika bisnis menyangkut tiga
bidang dasar pembuatan keputusan manajerial, yaitu :

1. Pilihan-pilihan tentang bagaimana seharusnya aturan hukum itu dan apakah akan
mengikuti aturan hukum itu.
2. Pilihan-pilihan tentang masalah ekonomi dan sosial di luar ranah hokum.
3. Pilihan-pilihan tentang prioritas kepentingan orang taetentu di atas kepentingan
perusahaan.

3.2 Saran
Perlu adanya pendidikan atau penyuluhan tentang etika bisnis kapada para pelaku
bisnis. Demikian pula penyuluhan tentang kehidupan berbisnis yang berlandaskan etika yang
merupakan keadilan ekonomi, serta hasil dari penerapan keadilan, yaitu terwujudnya keadilan
sosial. Pemerintah perlu mengembangkan dan menumbuhkan aparat yang mempunyai
kemampuan, kepekaan, serta kewibawaan untuk melaksanakan pengawasan serta pembinaan
kepada pelaku bisnis, agar praktek-praktek yang meninggalkan etika bisnis tidak dilakukan
lagi.

Anda mungkin juga menyukai