Anda di halaman 1dari 9

PENERAPAN ETIKA BISNIS

DALAM PERUSAHAAN

Dosen Pengampu:
Ahmad Mansur

Kelas:
Manajemen keuangan 7

Disusun oleh:
WIWI SARTIWI (21510170)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PARIWISATA


INDONESIA (STIEPARI) SEMARANG
Jl. Lamongan Tengah No.2 Bendan Ngisor, Kota Semarang, JawaTengah
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Masalah etika bisnis atau etika usaha akhir-akhir ini semakin banyak dibicarakan
bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain termasuk di negara-negara
maju. Perhatian mengenai masalah ini tidak terlepas dari semakin berkembangnya dunia
usaha sebagai hasil pembangunan selama ini. Peran dunia usaha dalam perekonomian
begitu cepat. Kegiatan bisnis yang makin banyak baik di dalam maupun di luar negeri,
telah menimbulkan tantangan baru, yaitu adanya tuntutan praktek bisnis yang baik, etis,
dan menjadi tuntutan kehidupan bisnis di banyak negara di dunia.

Penulis berharap dengan membaca makalah tentang penerapan etika bisnis dalam
perusahaan ini dapat membantu pembaca untuk mengetahui betapa pentingnya etika yang
harus dilakukan dalam dunia bisnis agar hal-hal seperti pelanggaran etika bisnis di dalam
perusahaan dapat dihindari.

Semarang, Maret 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhir-akhir ini makin banyak dibicarakan perlunya pengaturan tentang perilaku


bisnis terutama menjelang mekanisme pasar bebas. Dalam mekanisme pasar bebas
diberi kebebasan luas kepada pelaku bisnis untuk melakukan kegiatan dan
mengembangkan diri dalam pembangunan ekonomi. Disini pula pelaku bisnis
dibiarkan bersaing untuk berkembang mengikuti mekanisme pasar. Tumbuhnya
perusahaan-perusahaan besar berupa grup-grup bisnis raksasa yang memproduksi
barang dan jasa melalui anak-anak perusahaannya yang menguasai pangsa pasar
yang secara luas menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat banyak, khususnya
pengusaha menengah ke bawah. Kekhawatiran tersebut menimbulkan kecurigaan
telah terjadinya suatu perbuatan tidak wajar dalam pengelolaan bisnis mereka dan
berdampak sangat merugikan perusahaan lain.
Dalam persaingan antar perusahaan terutama perusahaan besar dalam
memperoleh keuntungan sering kali terjadi pelanggaran etika berbisnis, bahkan
melanggar peraturan yang berlaku. Demikian pula sering terjadi perbuatan
penyalahgunaan wewenang yang dilakukan pihak birokrat dalam mendukung usaha
bisnis pengusaha besar atau pengusaha keluarga pejabat. Peluang-peluang yang
diberikan pemerintah pada masa orde baru telah memberi kesempatan pada usaha-
usaha tertentu untuk melakukan penguasaan pangsa pasar secara tidak wajar.
Keadaan tersebut didukung oleh orientasi bisnis yang tidak hanya pada produk dan
kosumen tetapi lebih menekankan pada persaingan sehingga etika bisnis tidak lagi
diperhatikan dan akhirnya telah menjadi praktek monopoli, persengkongkolan dan
sebagainya.
Akhir-akhir ini pelanggaran etika bisnis dan persaingan tidak sehat dalam upaya
penguasaan pangsa pasar terasa semakin memberatkan para pengusaha menengah
kebawah yang kurang memiliki kemampuan bersaing karena perusahaan besar telah
mulai merambah untuk menguasai bisnis dari hulu ke hilir.
Dengan lahirnya UU No.5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat diharapkan dapat mengurangi terjadinya pelanggaran
etika bisnis.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari bisnis?


2. Apa pengertian dari etika?
3. Apa saja prinsip-prinsip pelaku bisnis?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bisnis

Menurut kamus besar bahasa indonesia bisnis adalah usaha dagang,usaha komersial
dalam dunia perdagangan sedangkan menurut Richard Burton Simatupang, bisnis
adalah keseluruhan kegiatan usaha yang dijalankan oleh orang atau badan secara
teratur dan terus menerus dengan tujuan mendapatkan keuntungan.

B. Pengertian Etika

Dalam bahasa indonesia etika dikenal dengan nama susila atau kesusilaan, susila
berasal dari bahasa sansekerta yaitu”su”berarti bagus dan “sila”berarti adab.
Menurut” wis pordarminta”etika adalah filsapat tentang nilai kesusilaan, tentang baik
dan buruk,kecuali etika mempelajari nilai nilai,ia juga merupakan pebgetahuan atas
nilai itu sendiri. Menurut”verkuyl”etika berasal dari kata ethos yang artinya
kecenderungan hati seseorang untuk berbuat kebaikan.

C. Prinsip-Prinsip Pelaku Bisnis

Dalam etika bisnis berlaku prinsip-prinsip yang seharusnya dipatuhi oleh para
pelaku bisnis. Prinsip dimaksud adalah :
1. Prinsip Otonomi, yaitu kemampuan mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan kesadaran tentang apa yang baik untuk dilakukan dan bertanggung
jawab secara moral atas keputusan yang diambil.
2. Prinsip Kejujuran, bisnis tidak akan bertahan lama apabila tidak berlandaskan
kejujuran karena kejujuran merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis (missal,
kejujuran dalam pelaksanaan kontrak, kejujuran terhadap konsumen, kejujuran
dalam hubungan kerja dan lain-lain).
3. Prinsip Keadilan, bahwa tiap orang dalam berbisnis harus mendapat perlakuan
yang sesuai dengan haknya masing-masing, artinya tidak ada yang boleh
dirugikan haknya.
4. Prinsip Saling Mengutungkan, agar semua pihak berusaha untuk saling
menguntungkan, demikian pula untuk berbisnis yang kompetitif.
5. Prinsip Integritas Moral, prinsip ini merupakan dasar dalam berbisnis dimana
para pelaku bisnis dalam menjalankan usaha bisnis mereka harus menjaga nama
baik perusahaan agar tetap dipercaya dan merupakan perusahaan terbaik.

Penerapan etika bisnis sangat penting terutama dalam menghadapi era pasar
bebas dimana perusahaan-perusahaan harus dapat bersaing berhadapan dengan
kekuatan perusahaan asing. Perusahaan asing ini biasanya memiliki kekuatan yang
lebih terutama mengenai bidang SDM, Manajemen, Modal dan Teknologi.
Ada mitos bahwa bisnis dan moral tidak ada hubungan. Bisnis tidak dapat
dinilai dengan nilai etika karena kegiatan pelaku bisnis, adalah melakukan sebaik
mungkin kegiatan untuk memperoleh keuntungan. Sehingga yang menjadi pusat
pemikiran mereka adalah bagaimana memproduksi, memasarkan atau membeli
barang dengan memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Perilaku bisnis sebagai
suatu bentuk persaingan akan berusaha dengan berbagai bentuk cara dan pemanfaatan
peluang untuk memperoleh keuntungan.
Apa yang diungkapkan diatas adalah tidak benar karena dalam bisnis yang
dipertaruhkan bukan hanya uang dan barang saja melainkan juga diri dan nama baik
perusahaan serta nasib masyarakat sebagai konsumen. Perilaku bisnis berdasarkan
etika perlu diterapkan meskipun tidak menjamin berjalan sesuai dengan apa yang
diharapkan, akan tetapi setidaknya akan menjadi rambu-rambu pengaman apabila
terjadi pelanggaran etika yang menyebabkan timbulnya kerugian bagi pihak lain.
Masalah pelanggaran etika sering muncul antara lain seperti, dalam hal
mendapatkan ide usaha, memperoleh modal, melaksanakan proses produksi,
pemasaran produk, pembayaran pajak, pembagian keuntungan, penetapan
mutu, penentuan harga, pembajakan tenaga professional, blow-up proposal proyek,
penguasaan pangsa pasar dalam satu tangan, persengkokolan, mengumumkan
propektis yang tidak benar, penekanan upah buruh dibawah standar, insider traiding
dan sebagainya. Ketidaketisan perilaku berbisnis dapat dilihat hasilnya, apabila
merusak atau merugikan pihak lain. Biasanya factor keuntungan merupakan hal yang
mendorong terjadinya perilaku tidak etis dalam berbisnis.
Suatu perusahaan akan berhasil bukan hanya berlandaskan moral dan
manajemen yang baik saja, tetapi juga harus memiliki etika bisnis yang baik.
Perusahaan harus mampu melayani kepentingan berbagai pihak yang terkait. Ia harus
dapat mempertahankan mutu serta dapat memenuhi permintaan pasar yang sesuai
dengan apa yang dianggap baik dan diterima masyarakat. Dalam proses bebas dimana
terdapat barang dan jasa yang ditawarkan secara kompetitif akan banyak pilihan bagi
konsumen, sehingga apabila perusahaan kurang berhati-hati akan kehilangan
konsumennya.
Perilaku tidak etis dalam kegiatan bisnis sering juga terjadi karena peluang-
peluang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang kemudian disahkan
dan disalah gunakan dalam penerapannya dan kemudian dipakai sebagai dasar untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar etika bisnis.

Study Kasus

Penerapan Etika Bisnis di PT SUMBIRI ( Sumber Bintang Rezeki )

Disetiap perusahaan pasti terdapat tata tertib dan aturan kedisiplinan, dalam hal
tersebut bila karyawan tidak mengikuti aturan dalam perusahaan maka karyawan
tersebut bisa diberhentikan oleh perusahaan.
Di PT SUMBIRI ( Sumber Bintang Rezeki ) terdapat buku peratutran perusahaan
atau yang biasa disebut dengan buku biru. Di dalam buku tersebut termuat tata tertib,
hak, kewajiban, aturan kedisiplinan dan ancaman bagi karyawan yang melanggar
aturan etika dalam perusahaan.
Salah satu hal yang penting bagi karyawan adalah mengetahui ketentuan umum
perusahaan dan akibat dari pelanggaran etika yang dilakukan. Dalam buku biru
tersebut karyawan harus menumbuhkan kesadaran moral kerja. Oleh karena itu setiap
karyawan wajib melaksanakan tata tertib dan aturan kedisiplinan yang telah ditetapkan
oleh perusahaan.

Berikut beberapa aturan perusahaan yang harus karyawan taati:


1. Melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan penuh rasa tanggung jawab.
2. Bersikap serta berlaku sopan dan wajar terhadap sesama karyawan.
3. Mengetahui kewajibannya di perusahaan dan melaksanakannya dengan sebaik-
baiknya serta berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja.
4. Melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan perusahaan serta
berlaku profesional, sopan, dan wajar.
5. Menjaga nama baik, tidak melakukan perbuatan asusila atau perbuatan lain yang
merugikan perusahaan.
6. Setiap karyawan SUMBIRI harus menjiwai dan mengamalkan nilai-nilai Catur
Dharma dalam menjalankan aktivitas kerja sehari-hari. Catur Dharma ada empat
yaitu:
a) Menjadi milik yang bermanfaat bagi Bangsa dan Negara.
b) Saling menghargai dan membina kerjasama.
c) Berusaha mencapai yang terbaik.

Perusahaan dan karyawan menyadari bahwa disiplin kerja perlu ditegakkan, maka
pelanggaran terhadap tata tertib kerja dan aturan kedisiplinan dapat dikenakan sanksi.
Dalam menentukan sanksi akan dipertimbangkan berat ringannya kesalahan/
pelanggaran serta hal-hal yang mempengaruhi terjadinya kesalahan/ pelanggaran
terebut. Sanksi didasarkan pada:
1. Macam pelanggaran.
2. Frekuensi (seringnya/ pengulangan) pelanggaran.
3. Berat ringannya pelanggaran.
4. Tata tertib peraturan perusahaan.
5. Unsur kesengajaan.

Jenis sanksi pelanggaran tata tertib kerja dan aturan kedisiplinan adalah sebagai
berikut:

1. Surat teguran
Surat teguran dibuat/ ditandatangani dan diberikan oleh division head/
departement head/ branch head, tembusannya disampaikan kepada bagian HRD
dan karyawan berhak menyampaikan tembusannya kepada ikatan karyawan, masa
berlakunya 3 (tiga) bulan. Pelanggaran yang dikenakan sanksi surat teguran
adalah:
a) Terlambat masuk kerja 5 (lima) kali dalam sebulan tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan dan/ atau tanpa izin.
b) Mangkir 1 (satu) hari kerja dalam sebulan.
c) Tidak mematuhi pengarahan atasannya tanpa alasan yang dapat diterima.
d) Melalaikan kewajibannya untuk memberitahukan dan menyerahkan surat
keterangan perubahan alamat (tempat tiggal) dan status keluarga (perkawinan,
kelahiran, kematian).

2. Surat peringatan pertama ( SP-I)


Surat peringatan pertama dibuat, ditandatangani dan diberikan oleh division head/
departement head/ branch head, tembusannya disampaikan kepada bagian HRD
dan karyawan berhak menyampaikan tembusannya kepada ikatan karyawan, masa
berlakunya 3 (tiga) bulan. Pelanggaran yang dikenakan sanksi surat peringatan
pertama adalah:
a) Terlambat masuk kerja atau pulang sebelum waktunya 10 (sepuluh) kali
dalam sebulan tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan dan atau
tanpa izin pimpinan kerja.
b) Mangkir 2 (dua) hari dalam sebulan.
c) Menyuruh atau meminta orang lain untuk mencatatkan “waktu hadirnya” atau
mencatatkan “waktu hadir” orang lain.
d) Melakukan perbuata-perbuatan yang dapat digolongkan sebagai perbuatan
tidak patut.
e) Tidur pada waktu jam kerja.

3. Surat peringatan kedua ( SP-II)


Surat peringatan kedua dibuat, ditandatangani dan diberikan oleh division head/
departement head/ branch head, tembusannya disampaikan kepada bagian HRD
dan karyawan berhak menyampaikan tembusannya kepada ikatan karyawan, masa
berlakunya 6 (enam) bulan. Pelanggaran yang dikenakan sanksi surat peringatan
ketiga adalah:
a) Terlambat masuk kerja atau pulang sebelum waktunya 15 (lima belas) kali
dalam sebulan tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan dan atau
tanpa izin pimpinan kerja.
b) Mangkir 3 (tiga) hari kerja atau 5 (lima) hari kerja tidak berturut-turut dalam
sebulan.
c) Bekerja tidak sesuai dengan tugas dan standar operasi yang ditentukan
baginya termasuk standar pelayanan terhadap rekan kerja dan pelanggan
perusahaan.
d) Lalai dalam menjalankan kewajibannya yang dapat menimbulkan kerugian
pada perusahaan.

SP-II yang diterima oleh karyawan dapat berdampak pada penundaan kenaikan
gaji/ pangkat/ jabatan/ sub golongan pada tahun berjalan.

4. Surat peringatan ketiga ( SP-III)


Surat peringatan ketiga dibuat, ditandatangani dan diberikan oleh division head/
departement head/ branch head, tembusannya disampaikan kepada bagian HRD
dan karyawan berhak menyampaikan tembusannya kepada ikatan karyawan, masa
berlakunya 6 (enam) bulan. Pelanggaran yang dikenakan sanksi surat peringatan
ketiga adalah:
a) Terlambat masuk kerja setiap hari kerja dalam sebulan.
b) Mangkir 4 (empat) hari berturut-turut atau 7 (tujuh) hari tidak berturut-turut
dalam sebulan.
c) Menolak untuk mentaati perintah atau penugasan yang layak dari atasan.
d) Mengabaikan kewajibannya secara sengaja dan dapat menimbulkan kerugian
pada perusahaan.
e) Tidak mencapai target minimal dalam jangka waktu yang sudah ditentukan.

SP-III yang diterima oleh karyawan dapat berdampak pada demosi atau
penundaan kenaikan gaji/ pangkat/ jabatan/ sub golongan pada tahun berjalan.
Karyawan yang melakukan peningkatan sanksi pelanggaran dari surat peringatan
ketiga (SP-III) yang jenis dan atau berat pelanggarannya yang sama dan atau
lebih rendah dapat diputuskan hubungan kerjanya.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan uraian bahasan “Pengertian Etika Bisnis” dapat disimpulkan bahwa:
kemampuan mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadaran tentang apa
yang baik untuk dilakukan dan bertanggung jawab secara moral atas keputusan yang
diambil. Bisnis tidak akan bertahan lama apabila tidak berlandaskan kejujuran karena
kejujuran merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis (misal, kejujuran dalam
pelaksanaan kontrak, kejujuran terhadap konsumen, kejujuran dalam hubungan kerja
dan lain-lain). Setiap orang dalam berbisnis harus mendapat perlakuan yang sesuai
dengan haknya masing-masing, artinya tidak ada yang boleh dirugikan haknya. Dalam
berbisnis dimana para pelaku bisnis dalam menjalankan usaha bisnis karyawan harus
menjaga nama baik perusahaan agar tetap dipercaya dan merupakan perusahaan
terbaik.

B. Saran
Sebagai pelaku bisnis yang baik, maka wajib mempertahankan etika ketika
berbisnis, tidak mudah untuk melakukan tindakan-tindakan yang merugikan
perusahaan maupun diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Baron, (2003, 34) Etika Bisnis. Balai pustaka Jakarta.


N.Nuryesrnan M, Moral dan Etika Dalam Dunia Bisnis, Bank dan Manajemen, Mei/Juni
1996.
Purba Victor, Hukum Bisnis Dalam Kegiatan Bisnis Para Manajer, Manajemen, 1993.
Dunia Bisnis, Warta Ekonomi, No. 29, Desember 1994.
Watu Yohanes Vianey. (2010). Etika Bisnis.Program Magister Manajemen UNIKA
Kupang.
Buku peraturan perusahaan 2016-2017

Anda mungkin juga menyukai