Anda di halaman 1dari 11

PROBLEMATIKA BISNIS DAN PERENCANAAN SOLUSI MENURUT

ETIKA BISNIS ISLAM

Oleh
Suryawiastarani
Ghina Syifa Azzahra

A. PENDAHULUAN

Dalam perekonomian islam, pasar memiliki tingkatan yang penting. Oleh


karena itu, dalam islam nilai-nilai moralitas sangat diperlukan dan menjadi salah
satu tanggung jawab bagi setiap pelaku ekonomi. Nilai-nilai moralitas menjadi
cerminan dari keimanan seorang muslim kepada Allah SWT. Implementasi nilai-
nilai moralitas dalam kehidupan yaitu tentang sifat-sifat manusia dalam
menentukan apa yang akan dilakukan dan tidak dilakukan, serta sebagai motif
untuk mendorong hal yang benar dan salah.1

Aktivitas berbisnis pada saat ini sudah harus mulai menerapkan unsur
etika dan moral dalam aktivitas bisnisnya, bukan hanya untuk mencapai tujuan
bisnis itu sendiri, melainkan ingin menumbuhkan kedisiplinan dan integritas yang
baik pada praktisi bisnis. Etika bisnis merupakan akhlak dalam melaksanakan
bisnis sesuai dengan nilai-nilai Islam, sehingga dalam penerapannya tidak terjadi
kekhawatiran sebab telah di yakini sebagai suatu yang baik dan benar.

Etika bisnis bagi seorang muslim sudah dibentuk oleh Iman serta taqwa
yang jadi pemikiran hidupnya dalam membagikan norma-norma dasar untuk
membangun serta membina seluruh aktifitasnya, oleh karena itu dalam islam, ilmu
akhlak merupakan pengetahuan yang mengajarkan tentang kebaikan dan
keburukan yang sudah di ajarkan dalam islam yang bersumber kepada akal dan
wahyu.

Maka dari itu etika dalam ekonomi islam merupakan perilaku sosial
ekonomi yang harus sesuai dengan apa sudah ditentukan dalam islam, serta fitrah
dan akal pikiran yang lurus.2 Karena umat muslim yang beriman dituntut untuk

1 Nanda Yunia, Implementasi Etika Bisnis Islam Dalam Menjalankan Usaha Kecil.
Aksioma Al-Musaqoh: Journal Of Islamic Economics And Business Studies, 1(1), hlm. 82
2 Ahmad Baidowi, Etika Bisnis Perspektif Islam. Jurnal Hukum Islam, hlm. 242.
jadi orang yang bertaqwa, bermoral amanah, berilmu, pintar, cakap, cermat, rajin,
jujur, hemat, bersahaja, tekun serta memiliki etos kerja yang besar dalam
berkegiatan demi untuk mencapai keberhasilan serta kebahagiaan dunia serta
akhirat.

Dimasa modern seperti saat ini seakan nilai-nilai kemanusian semakin


merendah, kecenderungan pada masyarakat untuk berprilaku bebas dan semakin
meningkat disetiap kehidupannya. Sudah jarang lagi nilai moral, etika, norma,
aturan dan sebagainnya yang bertujuan untuk memperbaiki tingkah laku manusia
seakan tidak berguna lagi.

Maka dari itu penerapan etika bisnis islam pada pemasaran produk harus
lebih di tingkatkan lagi. Bahkan jika tujuan bisnis dipandang secara sebelah mata,
ialah sebagai memaksimalkan nilai ekonomis bagi pemiliknya, maka bisnis
tersebut harus tetap mempertimbangkan terhadap segala sesuatunya yang
mempengaruhi pencapaian tujuan tersebut.

Dengan melihat masyarakat yang mayoritas sebagian besar beragama


islam, maka harus dipastikan penerapan etika dalam kegiatan ekonomi terutama
dalam pemasaran produk yang harus berpegang teguh dengan apa sudah di
tentukan dalam ajaran islam.

Etika bisnis sebenarnya bukan fenomena dan kajian yang baru. Sejak abad
ke-18 hingga kini, hubungan etika dan bisnis telah banyak diperdebatkan. Di AS,
kasus bisnis yang berhubungan dengan etika bahkan telah terjadi sebelum
kemerdekaan AS. Bermula pada tahun 1870, John D. Rockfeller, pemilik
Standard Oil Company Ohio, melakukan kesepakatan rahasia potongan harga
dengan perusahaan kereta api yang akan mengangkut minyaknya. Akibatnya
pesaing kalah sehingga memutuskan untuk keluar dari bisnis perminyakan.

Bisnis yang melibatkan praktek-praktek kecurangan, penipuan dan lain-


lain adalah alasan etika bisnis mendapat perhatian yang intensif hingga menjadi
kajian tersendiri. Masalah etika bisnis muncul bila terjadi suatu konflik tanggung
jawab kepentingan atau dilema memilih antara yang benar dan yang salah, yang
salah dengan yang lebih salah atau mempertimbangkan sesuatu yang lebih
kompleks yang diakibatkan oleh aktivitas bisnis.

Perilaku bisnis yang tidak beretika terjadi pada hampir semua negara,
misalnya Mitsubishi Electric, perusahaan Jepang yang terlambat menarik produk
TV-nya yang ternyata menyebabkan terlalu panas dan kebakaran. Perusahaan
Nike membayar upah pekerja yang rendah di berbagai negara berkembang untuk
membuat sepatu yang berharga tinggi.

Di Indonesia, praktek bisnis yang tidak beretika semakin terkuak setelah


Orde Baru runtuh di awal 1998. Banyak kasus dan skandal mewarnai praktek
bisnis baik itu KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme), menyuap, memalsukan,
menipu, ataupun menyelewengkan milik perusahaan atau negara. Dari kasus Edi
Tanzil, BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia), PT Newmont, Freeport dan
yang sekarang lagi hangat adalah kasus Gayus dengan skandal pajaknya. Di
Eropa, seperti perusahaan Enron, Merck, Xerox, Global Crossing, Rite-Aid,
Oracle, ParMor, AOL Time Warner, Citigroup dan lain-lain.

Di samping itu, ada juga perusahaan yang melaksanakan etika bisnis


dalam praktek bisnisnya. Misalnya, Nestle di India yang membantu para peternak
sapi sehingga produksi susu per peternak meningkat 50 kali lipat dan taraf hidup
para peternak juga meningkat.

Selain itu, Arnotts, perusahaan biskuit Australia yang berani menarik


seluruh produknya sekalipun ada orang yang mau memberitahu produk mana
yang beracun asal diberi sejumlah uang. Arnotts lebih suka menarik seluruh
produknya demi keselamatan konsumen dan dampaknya luar biasa, enam bulan
kemudian pendapatan perusahaan naik tiga kali lipat. Sekarang yang menjadi
pertanyaan adalah etika bisnis yang Islami itu seperti apa ?

B. PEMBAHASAN

1. Problematika Bisnis
Etika mengarahkan manusia menuju aktualisasi kapasitas
terbaiknya. Penerapan etika dan kejujuran dalam bisnis akan
meningkatkan nilai entitas bisnis itu sendiri. Dengan tingkat
persaingan yang semakin tinggi ditambah dengan konsumen yang
semakin kritis, maka kalau kepusan konsumen tetap dijaga akan
menyebabkan perusahaan sustainable dan dapat dipercaya dalam
jangka panjang.

Perusahaan yang menerapkan etika akan meningkatkan motivasi


para pekerja, karena bekerja selain dituntut menghasilkan yang terbaik,
juga diperoleh dengan cara yang baik pula. Penerapan etika bisnis juga
melindungi prinsip kebebasan berusaha dan meningkatkan keunggulan
bersaing, selain itu juga mencegah terkena sanksi-sanksi pemerintah
karena melanggar etika yang dapat digolongkan sebagai perbuatan
melawan hukum. Tanpa etika bisnis maka, perusahaan akan lepas
kendali, menggunakan berbagai cara, mengorbankan apa saja demi
mencapai tujuan.

Para pebisnis kapitalis beranggapan bahwa hubungan antara bisnis


dan etika adalah kontradiktif karena ada konflik kepentingan di antara
keduanya dalam mengejar keuntungan yang maksimal. Ketika etika
berlawanan arah dengan keuntungan perusahaan, pebisnis kapitalis
akan memilih keuntungan dan meninggalkan etika bisnisnya dengan
menghalalkan segala cara.

Akan tetapi bagi perusahaan yang memperhatikan etika maka,


perusahaan akan terus hidup dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi.
Pelaksanaan etika bisnis dan tata kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance) menjadi salah satu sustainable competitive
advantage. Contoh perusahaan yang menerapkannya adalah Shell, BP,
GE, Johson & Johnson.3

Bagi perusahaan yang beranggapan bahwa keuntungan finansial


adalah segala-galanya maka, mereka akan menganggap bahwa
3 Sri Nawatmi, Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam, Jurnal Fokus Ekonomi, Vol. 9, No.
1, hlm. 52
moralitas atau etika tidak cocok dengan bisnis sehingga perusahaan
tidak akan merasa memiliki tanggung jawab sosial karena bisnis
adalah bisnis, tak ada hubungannya dengan kepentingan masyarakat.

Kalau perusahaan berada dalam persaingan yang ketat, mereka


akan melakukan apapun untuk meningkatkan keuntungannya sekalipun
mengorbankan yang lainnya. Misalnya untuk menekan biaya
operasional, perusahaan memberikan upah di bawah standar, tidak
menjaga keselamatan pekerja, memanipulasi laporan keuangan dan
lain-lain, dimana hal itu pada akhirnya akan merugikan masyarakat
atau negara akan dianggap sebagai sah-sah saja.

Tetapi di era global seperti sekarang ini, dimana informasi mudah


sekali untuk diakses maka, akan sulit bagi perusahaan untuk bertahan
lama kalau dia melanggar etika bisnis karena kekuatan dalam dunia
bisnis sekarang ini bukan lagi menjadi monopoli individu atau
perusahaan tertentu.

Konsumen, masyarakat, LSM dan sebagainya dengan dukungan


akses internet yang ada serta meningkatnya tuntutan akan transparansi,
membuat pelaku bisnis harus hati-hati. Terpaksa atau tidak, mereka
harus menjalankan etika bisnis agar bisnis tidak kolaps akibat
ditinggalkan konsumen dan hilangnya kepercayaan para pemegang
kepentingan (stakeholder).

2. Perencanaan Solusi

a. Etika Bisnis

Dalam hal ini agar dapat memahami pengertian etika maka


perlu dibandingkan dengan moralitas. Etika dan moralitas sering
dianggap memiliki pengertian yang sama. Namun sesungguhnya
antara etika dan moralitas memiliki pengertian yang berbeda, dan
etika bisa mempunyai makna yang sama sekali berbeda dengan
moralitas.4

Adapun istilah etika apabila ditinjau secara teoritis dapat


dibedakan kedalam dua pengertian, pertama, kata etika berasal dari
Yunani yaitu ethos yang dalam bentuk jamaknya (ta etha) yang
berarti adat istiadat atau kebiasaan.5 Di dalam pengertian yang
pertama ini, secara harfiah antara etika dan moralitas sama-sama
memiliki arti suatu sistem nilai tentang bagaimana seorang
manusia harus menjalani hidupnya dengan baik sebagai manusia
yang telah terintegrasi kedalam suatu adat kebiasaan yang
kemudian terwujud kedalam suatu pola perilaku yang terulang
dalam kurun waktu yang lama sebagaumana layaknya suatu
kebiasaan.

Pada prinsipnya, pelanggaran etika dan moral yang dilakukan


oleh seseorang dapat dikembalikan kepada kata hatinya masing-
masing. Apabila di dalam hatinya tersirat suatu niat perbuatan yang
kurang baik, atau bahkan tidak baik, jika seseorang tersebut
melakukan perbuatan tersebut maka seseorang tersebut
sesungguhnya telah melanggar etika dan moral. Di dalam Islam
tentunya dikaitkan dengan akhlak, perilaku sata hati inilah yang
amat ditekankan sebagai indikasi bahwa seseorang benar-benar
mempunyai akhlak sesuai dengan syariat Islam.6

Adapun istilah yang kedua, kata etika juga dipahami dalam


pengertian yang sekaligus berbeda dengan moralitas. Dalam hal ini
etika mempunyai pengertian yang jauh lebih luas dan mendalam
dari moralitas. Di dalam pengertian kedua ini, etika merupakan
sebuah filsafat moral, atau bisa dipahami sebagai ilmu yang
membahas dan mengkaji nilai dan norma yang diberikan oleh

4 Ahmad Sony Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, (Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 1998), hlm. 13.
5 Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Menangkap Spirit Ajaran Langit dan Pesan Moral
Ajaran Bumi, (Jakarta: Penebar Plus, 2012), hlm. 14.
6 Ibid, hlm. 16.
moralitas. Etika sebagai filsafat moral tidak langsung memberikan
perintah konkret sebagai pegangan hidup. Sebagai sebuah cabang
filsafat, etika sangat ditekankan kepada suatu pendekatan kritis
dalam melihat nilai dan norma moral dengan segala permasalahan
yang ada ditengah masyarakat.7

Namun semua hal tersebut juga berlaku di dalam dunia bisnis,


apabila berbisnis dan ingin mendapat ridho dari Allah SWT maka
harus menerapkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Sehingga hasil yang diperoleh
akan menjadi berkah baik didunia maupun di akhirat.

b. Etika Bisnis Perspektif Islam

Islam menempatkan nilai etika di tempat yang paling tinggi.


Pada dasarnya, Islam diturunkan sebagai kode perilaku moral dan
etika bagi kehidupan manusia, seperti yang disebutkan dalam
hadis: “ Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.
Terminologi paling dekat dengan pengertian etika dalam Islam
adalah akhlak. Dalam Islam, etika (akhlak) sebagai cerminan
kepercayaan Islam (iman). Etika Islam memberi sangsi internal
yang kuat serta otoritas pelaksana dalam menjalankan standar
etika. Konsep etika dalam Islam tidak utilitarian dan relatif, akan
tetapi mutlak dan abadi.

Etika bisnis islam merupakan suatu tata cara dalam mengelola


bisnis yang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist serta hukum fiqih.
Dan dalam pelaksanaan etika bisnis ada beberapa prinsip yang
harus diterapkan oleh pelaku etika bisnis. Dapat dirincikan dengan
kategori yang akan dijelaskan sebagai berikut :

a) Prinsip Keesaan

Seperti yang telah direfleksikan kedalam konsep


tauhid, merupakan dimensi vertikal didalam agama

7 Ahmad Sony Keraf, Op. Cit., hlm. 14.


Islam. Hal ini dimaksudkan bahwa sumber utama etika
bisnis Islam adalah keimanan kepada Allah SWT.
Dengan mengintegrasikan aspek religius dengan
beberapa aspek di dalam kehidupan manusia, maka
akan dapat mendorong manusia kedalam suatu
keutuhan yang selaras, konsisten, dan merasa selalu
diawasi oleh Allah SWT. Konsep inilah yang dapat
mengintegrasikan manusia dan menimbulkan perasaan
selalu diawasi dan direkan segala aktivitas
kehidupannya. Dengan demikian kesadaran akan
muncul dari dalam diri manusia sendiri yang menjadi
sumber kekuatan dan ketulusan dalam setiap aktivitas
khususnya dalam kegiatan bisnis.

b) Prinsip Keadilan

Keseimbangan atau disebut juga `adl,


menggambarkan suatu dimensi horizontal di dalam
ajaran Islam dan berkaitan erat dengan harmoni tentang
segala sesuatu yang ada di alam semesta ini.8 Di dalam
ruang lingkup ekonomi, konsep keseimbangan ini
sangat menentukan konfigurasi aktivitas distribusi,
konsumsi, serta produksi dengan kualitas yang terbaik.
Dengan demikian agama Islam menuntut keseimbangan
atau keadilan antara kepentingan diri sendiri dan
kepentingan orang lain.

c) Prinsip Kehendak Bebas

Pada suatu level tertentu, seorang manusia diberikan


kehendak bebas untuk mengendalikan hidupnya sendiri
pada saat Allah SWT menurunkannya ke bumi.
Manusia diberikan kemampuan untuk berfikir,
membuat keputusan untuk memilih jalan hidup yang

8 Muhammad Djakfar, Op. Cit., hlm. 23.


diinginkan, dan yang paling penting adalah manusia
diberi kesempatan untuk bertindak berdasarkan aturan
apapun yang dia mau pilih. Di dalam pandangan Islam,
kebebasan tersebut tetap memiliki suatu batasan.

Kaitannya dengan bisnis, manusia sepenuhnya


memiliki kebebasan dalam memilih bisnis. namun tetap
harus sesuai dengan prinsip dan nilai syari`at yang telah
ditetapkan.

d) Prinsip Tanggungjawab

Untuk memenuhi konsep keadilan dan kesatuan


seperti yang sama-sama dapat dilihat pada semua
ciptaan Allah SWT, seorang manusia dituntut untuk
mempunyai tanggung jawab terhadap segala sesuatu
yang telah dilakukan. Islam adalah agama yang adil. Di
dalam konsep tanggung jawab Islam membedakan
antara tanggung jawab yang bersifat fardhu`ain dan
tanggung jawab yang bersifat fardhu kifayah. Didalam
konsep kontemporer, konsep yang berkaitan dengan
sistem etika tanggung jawab adalah konsep hak. Di
dalam pandangan ini, pendekatan hak terhadap etika
lebih ditekankan kepada sebuah nilai yaitu suatu
kebebasan. Pandangan ini disebut etis apabila
keputusan-keputusan dan tindakan harus didasarkan
pada hak-hak individu yang menjamin tentang suatu
hak pribadi seseorang.

e) Prinsip Kebenaran

Kebenaran selain mengandung makna kebenaran


lawan kesalahan, mengandung juga unsur kebajikan dan
kejujuran. Nilai kebenaran adalah nilai yang dianjurkan
dalam ajaran Islam. Dalam Al-Qur‟an aksioma
kebenaran yang mengandung kebajikan dan kejujuran
dapat ditegaskan atas keharusan memenuhi perjanjian
dalam melaksanakan bisnis.9

C. KESIMPULAN

Islam adalah agama yang paling sempurna, Islam mengatur segala urusan
dunia termasuk dalam berbisnis. Islam memberi rambu-rambu sebagai etika atau
pedoman dalam menjalankan bisnis agar bisnis yang kita jalankan bisa lebih
mudah meraih kesuksesan dunia dan akhirat. Karena aktualnya banyak godaan
dalam kegiatan bisnis, godaan dalam berbisnis biasanya datang untuk tujuan
menjadikan bisnis lebih menguntungkan dengan cara-cara yang tidak sehat
dengan mementingkan keuntungan pribadi dan mengabaikan lingkungan
sosialnya yang mengakibatkan kerugian bagi orang lain. Oleh sebab itu terdapat
banyak ancaman keras bagi mereka yang tidak memperdulikan etika dalam
berbisnis. Maka sangat penting bagi para pelaku bisnis untuk mengetahui prinsip-
prinsip etika bisnis Islam agar dapat mengimplementasikannya dalam
menjalankan usahanya.

D. DAFTAR PUSTAKA

Baidowi, Ahmad. 2016. "Etika Bisnis Perspektif Islam." Jurnal Hukum Islam 242.
Djakfar, Muhammad. 2012. Etika Bisnis Menangkap Spirit Ajaran Langit dan
Pesan Moral Ajaran Bumi. Jakarta: Penebar Plus.
Keraf, Ahmad Sony. 1998. Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta:
Kanisius.
Khoiruddin. 2015. Etika Bisnis Dalam Islam. Bandar Lampung: LP2M.

9 Khoiruddin, Etika Bisnis Dalam Islam, (Bandar Lampung: LP2M, 2015), hlm. 53.
Nawatmi, Sri. 2010. "Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam." Jurnal Fokus
Ekonomi 52.
Yunia, Nanda. 2020. "Implementasi Etika Bisnis Dalam Menjalankan Usaha
Kecil." Aksioma Al-Musaqoh 82.

Anda mungkin juga menyukai