Anda di halaman 1dari 23

RANGKUMAN

ETIKA BISNIS DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL


PERUSAHAAN
MATA KULIAH PENGANTAR BISNIS

Disusun oleh :

Nama : Rizqi Muhyi Alfi Alhasbi

Npm : 10090318013

Jurusan : Manajemen

Kelas : A

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

FAKULTAS EKONOMI

2018
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu ethos yg berarti : kebiasaan/adat,
akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir.

 Menurut Kamus Bahasa Indonesia (Poerwadarminta) etika adalah “ilmu pengetahuan


tentang asas-asas akhlak (moral)”
 Menurut Drs. O.P. SIMORANGKIR  "etika atau etik sebagai pandangan manusia
dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. "
 Menurut Magnis Suseno, "Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran.Yang
memberi kita norma tentang bagaimana kita harus hidup adalah moralitas".

Etika bisnis adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan cara melakukan kegiatan
bisnis yang mencakup seluruh aspek yang masih berkaitan dengan personal, perusahaan
ataupun masyarakat. atau bisa juga diartikan pengetahuan tentang tata cara ideal dalam
pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku
secara universal secara ekonomi maupun sosial.
Dalam menerapkan etika dalam berbisnis kamu harus memperhatikan norma dan
moralitas yang berlaku di dalam masyarakat. Disamping itu etika bisnis juga bisa diterapakan
dan dimunculkan dalam perusahaan sendiri karena memiliki keterkaitan dengan profesional
bisnis. Perusahaan menyakini prinsip bisnis yang baik adalah yang memperhatikan etika-
etika yang berlaku, seperti menaati hukun dan peraturan yang berlaku.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain
adalah:
1. Pengendalian diri
2. Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility)
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi
4. Menciptakan persaingan yang sehat
5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan
pengusaha ke bawah
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati
11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang
berupa peraturan perundang-undangan

Prinsip-prinsip Etika Bisnis

Berdasarkan teori ekonomi, bisnis memang mempunyai etika. Kalau bisnis mempunyai
etika, maka pertanyaan yang muncul adalah prinsip etika yang mana yang berlaku dalam
kegiatan bisnis? Apakah prinsip-prinsip itu berlaku umum?

Beberapa prinsip etika bisnis dapat disampaikan sebagai berikut:

Prinsip Otonomi

Otonomi merupakan sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan
bertindak berdasarkan kesadaran sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
Seseorang dikatakan memiliki prinsip otonomi dalam berbisnis jika ia sadar sepenuhnya akan
kewajibannya dalam dunia bisnis. Ia tahu mengenai bidang kegiatannya, situasi yang
dihadapinya, tuntutan dan aturan yang berlaku bagi bidang kegiatannya. Ia sadar dan tahu
akan keputusan dan tindakan yang akan diambilnya serta risiko atau akibat yang akan timbul
baik bagi dirinya dan perusahaannya maupun bagi pihak lain.

Disamping itu ia juga tahu bahwa keputusan dan tindakan yang akan diambilnya akan
sesuai atau sebaliknya bertentangan dengan nilai atau norma moral tertentu. Oleh karena itu
orang yang otonom bukanlah orang yang sekedar mengikuti begitu saja norma dan nilai
moral yang ada, melainkan ia tahu dan sadar bahwa apa yang dilakukan itu adalah sesuatu
yang baik.

Prinsip Kejujuran

Kejujuran ini sangat penting artinya bagi kepentingan masingmasing pihak dan
selanjutnya sangat menentukan hubungan dan kelangsungan bisnis masing-masing pihak.
Apabila salah satu pihak berlaku curang, maka pihak yang dirugikan untuk waktu yang akan
datang tidak akan lagi bersedia menjalin hubungan bisnis dengan pihak yang berbuat curang
tersebut.

Oleh karena itu sekali pengusaha menipu konsumen, entah melalui iklan atau pelayanan
yang tidak sesuai dengan yang diinformasikan, konsumen akan dengan mudah lari dan
pindah ke produsen yang lain. Cara-cara promosi yang berlebihan, tipu-menipu bukan lagi
cara bisnis yang baik dan berhasil. Kenyataan bahwa banyak konsumen Indonesia lebih suka
membeli produk dari luar negeri, menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia kurang begitu
percaya dengan produk buatan bangsanya sendiri.

Prinsip Keadilan

Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan
aturan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional, obyektif dan dapat dipertanggung
jawabkan. Demikian pula prinsip keadilan menuntut agar setiap orang dalam kegiatan bisnis
entah dalam relasi eksternal perusahaan maupun relasi internal perusahaan perlu diperlakukan
secara sama sesuai dengan haknya masing-masing. Keadilan menuntut agar tidak ada pihak
yang dirugikan hak dan kepentingannya.

Prinsip Saling Menguntungkan

Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan
semua pihak. Jadi kalau prinsip keadilan menuntut agar tidak boleh ada pihak yang dirugikan
hak dan kepentingannya, prinsip saling menguntungkan menuntut hak yang sama yaitu agar
semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan satu sama lain. Prinsip ini terutama
mengakomodasi hakikat dan tujuan bisnis.

Prinsip Integritas Moral

Prinsip ini menganjurkan agar orang-orang yang menjalankan bisnis tetap dapat
menjaga nama baik perusahaan. Perusahaan harus megelola bisnisnya sedemikian rupa agar
tetap dipercaya, tetap paling unggul dan tetap yang terbaik. Dengan kata lain prinsip ini
merupakan tuntutan dan dorongan dari dalam diri pelaku bisnis dan perusahaan untuk
menjadi yang terbaik dan dibanggakan. Hal ini tercermin dalam seluruh perilaku bisnisnya
dengan siapa saja, baik keluar maupun ke dalam perusahaan.
Ada 3 jenis masalah yang dihadapi dalam Etika yaitu
1. Sistematik
Masalah-masalah sistematik dalam etika bisnis pertanyaan-pertanyaan etis yang muncul
mengenai sistem ekonomi, politik, hukum, dan sistem sosial lainnya dimana bisnis
beroperasi.
2. Korporasi
Permasalahan korporasi dalam perusahaan bisnis adalah pertanyaan-pertanyaan yang
dalam perusahaan-perusahaan tertentu. Permasalahan ini mencakup pertanyaan tentang
moralitas aktivitas, kebijakan, praktik dan struktur organisasional perusahaan individual
sebagai keseluruhan.
3. Individu
Permasalahan individual dalam etika bisnis adalah pertanyaan yang muncul seputar
individu tertentu dalam perusahaan. Masalah ini termasuk pertanyaan tentang moralitas
keputusan, tindakan dan karakter individual.

Indikator Etika Bisnis


Dari berbagai pandangan tentang etika bisnis, beberapa indikator yang dapat dipakai
untuk menyatakan apakah seseorang dan suatu perusahaan telah melaksanakan etika
bisnis dalam kegiatan usahanya antara lain adalah: Indikator ekonomi; indikator peraturan
khusus yang berlaku; indikator hukum; indikator ajaran agama; indikator budaya dan
indikator etik dari masing-masing pelaku bisnis.
1. Indikator Etika bisnis menurut ekonomi adalah apabila perusahaan atau pebisnis telah
melakukan pengelolaan sumber daya bisnis dan sumber daya alam secara efisien tanpa
merugikan masyarakat lain.
2. Indikator etika bisnis menurut peraturan khusus yang berlaku. Berdasarkan  indikator
ini  seseorang pelaku bisnis dikatakan  beretika dalam bisnisnya apabila masing-
masing pelaku bisnis mematuhi aturan-aturan khusus yang telah disepakati sebelumnya.
3. Indikator etika bisnis menurut hukum. Berdasarkan indikator hokum seseorang atau
suatu perusahaan dikatakan telah melaksanakan etika bisnis  apabila  seseorang
pelaku  bisnis  atau  suatu perusahaan telah mematuhi   segala   norma  hukum   yang  
berlaku   dalam   menjalankan kegiatan bisnisnya.
4. Indikator  etika   berdasarkan   ajaran   agama.   Pelaku  bisnis   dianggap beretika 
bilamana  dalam  pelaksanaan  bisnisnya  senantiasa  merujuk kepada nilai- nilai
ajaran agama yang dianutnya.
5. Indikator etika berdasarkan nilai budaya.  Setiap pelaku  bisnis baik secara individu
maupun kelembagaan telah menyelenggarakan bisnisnya dengan mengakomodasi nilai-
nilai budaya dan adat istiadat yang ada disekitar operasi suatu perusahaan, daerah dan
suatu bangsa.
6. Indikator etika bisnis menurut masing-masing individu adalah apabila masing-
masing pelaku bisnis bertindak jujur dan tidak mengorbankan integritas pribadinya.

Tanggung jawab perusahaan

Etika bisnis merupakan merupakan suatu kode etik perusahaan dalam melakukan aneka
ragam kegiatan bisnis, mulai dari perusahaan, industri, masyarakat , dan individu itu sendiri.
Etika bisnis ini sangat penting dalam suatu perusahaan. 
Etika bisnis merupakan merupakan suatu kode etik perusahaan dalam melakukan aneka
ragam kegiatan bisnis, mulai dari perusahaan, industri, masyarakat , dan individu itu sendiri.
Etika bisnis ini sangat penting dalam suatu perusahaan, mengapa??. Karena untuk
membentuk perusahaan yang memiliki kekukuhan yang kuat dan dapat menciptakan nilai
yang tinggi.
Dalam etika bisnis pasti suatu perusahaan memiliki tanggung jawab sosial terhadap
semua hal yang terkait dengan perusahaan yang bersangkutan. Tanggung jawab sosial itu
sendiri merupakan suatu kewajiban perusahaan dalam berbisnis di luar aturan yang
ditentukan hukum dengan tujuan untuk mendapatkan sasaran dalam jangka panjang dan baik
untuk masyarakat.

Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Pertama, yaitu tanggung jawab sosial terhadap customer yang mana tanggung jawab ini
lebih luas dan tidak hanya menyediakan jasa atau barang saja. Perusahaan memiliki tanggung
jawab produksi dan penjualan kepada customer (pelanggan). Dimana dalam menghasilkan
produk bisa menjamin keselamatan pelanggan. Sedangkan untuk penjualan, perusahaan
melakukan strategi bisnis sesuai dengan kenyataan tidak melebih-lebihkan dalam periklanan.
Tanggung jawab sosial perusahaan yang kedua yaitu kepada karyawan. Tanggung
jawab perusahaan kepada karyawan ini yaitu meliputi memberikan rasa aman kepada semua
karyawan, mendapat perlakuan yang layak dari satu karyawan ke karyawan yang lain,
mendapatkan perlindungan terhadap segala macam pelecehan, dan mempunyai kesempatan
yang sama dalam suatu perusahaan.
Selain kepada karyawan, perusahaanjuga memiliki tanggung jawab terhadap kreditor.
Ketika perusahaan mengalami suatu masalah yang berkaitan dengan keuangan dan belum
bisa memenuhi kewajibannya, maka perusahaan harus menginformasikan kepada kreditor.

Perusahaan memiliki tanggung jawab penuh untuk memberikan kepuasan pemegang


saham. Adapun cara perusahaan untuk meyakinkan pemegang saham yaitu dengan cara sang
manager perusahaan memantau seluruh keputusan perusahaan dengan memberikan keyakinan
bahwa yang dilakukan adalah untuk kepentingan pemegang saham.

Selain itu, bisa dengan gaji karyawan dihubungkan dengan kinerja suatu perusahaan
yang mana karyawan hanya memaksimalkan nilai suatu perusahaan dan fokus di dalamnya.
Cara yang lain, yaitu pemegang saham berperan aktif dalam memberikan pengaruh kebijakan
managemen suatu perusahaan,terlebih lagi jika mereka kurang puas dengan upah atau gaji
yang diberikan perusahaan.

Pada umumnya pemegang saham yang sangat berperan aktif adalah investor
perusahaan yang mempunyai saham dengan jumlah yang besar, sehingga pemegang saham
akan meminta eksekutif perusahaan untuk bertanggung jawab atas ketidak puasan yang
didapatkan, terlebih lagi jika mereka kurang puas dengan upah atau gaji yang diberikan
perusahaan.Pada umumnya pemegang saham yang sangat berperan aktif adalah investor
perusahaan yang mempunyai saham dengan jumlah yang besar, sehingga pemegang saham
akan meminta eksekutif perusahaan untuk bertanggung jawab atas ketidak puasan yang
didapatkan.
Tanggung jawab sosial perusahaan yang terakhir yaitu kepada komunitas. Caranya
dengan membuat sponsor acara yang dibuat masyarakat setempat disekitar lingkungan
perusahaan, kemudian bisa memberikan sebagian dana sebagai tujuan pendidikan, dan
memberikan sumbangan untuk masyarakat yang kurang mampu.Ketika etika bisnis dan
tanggung jawab sosial ini diperhatikan betul-betul pada setiap perusahaan maka perusahaan
yang bersangkutan akan lebih mudah dalam menjalankan visi misi perusahaan.
Etika terapan

Secara umum kita dapat membagi etika menjadi etika umum dan etiika terapan,Etika
umum berbicara mengenai norma dan nilai moral, kondisi dasar manusia untuk bertindak
secara etis, bagaimana manusia mengambil adalah teori etika, lembaga-lembaga normatif
(yang terpenting di antaranya etu. hati), dan semacamnya. Etika umum sebagai ilmu atau
filsafat moral da sebagai etika teoretis, kendati istilah ini sesungguhnya tidak tepat karena b
dari etika selalu berkaitan dengan perilaku dan kondisi praktis dan aktual dalam
kehidupannya sehari-hari dan tidak hanya semata-mata bersifat teore Etika khusus adalah
penerapan prinsip-prinsip atau norma norma mora dalam bidang kehidupan yang khusus.

Dalam hal ini, norma dan prinsip moral di pongi dalam konteks kekhususan bidang
kehidupan manusia yang khusus Dengan kata lain, etika sebagai refleksi kritis rasional m dan
mer kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada norma dan nilai mora yang ada satu
pihak dan situasi khusus dari bidang kehidupan dan kegiatan khusus y kan setiap orang atau
kelompok orang dalam suatu masyarakat. Dalam hal tidak sekadar perilaku dan kehidupan ia
sebagai manusia saja, melainkan meneropong perilaku dan kehidupan manusia sebagai
manusia bidang kehidupan dan kegiatan khusus tertentu.

Maka, di satu pihak etika memberi aturan sebagai pegangan, pedoman, dan orientasi
praktis bagi setiap orang dalam kehidupan dan kegiatan khusus tertentu yang dijalani dan
dijalankannya di pihak lain, etika khusus sebagai refleksi kritis atas kehidupan dan kegiatan
tertentu mempersoalkan praktek, kebiasaan, dan perilaku tertentu dalam kehidae dengan
norma umum tertentu

Etika profesi

a. Pengertian profesi

Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti,
karakter, watak, kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Sebagai suatu subyek, etika akan
berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai
apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.

Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discipline which can act as the
performanceindex or reference for our control system” yang artinya disiplin yang dapat
bertindak sebagai acuan atau indeks capaian untuk sistem kendali kita/kami. Etika disebut
juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara tentang praxis (tindakan) manusia.
Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia
harus bertindak.

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian etika adalah: Ilmu tentang apa
yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang
berkenaan dengan akhlak, nilai mengenai benar dan salah yang dianut masyarakat.

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika


memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan
sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara
tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu masyarakat untuk
mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu, etika ini dapat diterapkan dalam
segala aspek atau sisi kehidupan masyarakat.

Belum ada kata sepakat mengenai pengertian profesi karena tidak ada standar
pekerjaan/tugas yang bagaimanakah yang bisa dikatakan sebagai profesi. Ada yang
mengatakan bahwa profesi adalah “jabatan seseorang walau profesi tersebut tidak bersifat
komersial”.

Menurut Mahmoeddin (1994: 53), profesi adalah suatu kegiatan atau pekerjaan yang


dimiliki seseorang dan dia memiliki ikatan batin dengan pekerjaannya. Jika terjadi
pelanggaran sumpah atau janji terhadap profess isama dengan pelanggaran sumpah jabatan
yang dianggap telah menodai ’kesucian’ profesi tersebut. Artinya, kesucian profesi tersebut
perlu dipertahankan dan yang bersangkutan tidak akan mengkhianati profesinya.

Menurut A. Sonny Keraf menyatakan bahwa profesi adalah pekerjaan yang dilakukan


sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan mengandalkan suatu keahlian.
Seorang penyandang profesi dalam pengertian ini adalah orang yang me-lakukan suatu
pekerjaan purnawaktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian tinggi.

Definisi profesi menurut kedua tokoh tersebut men-jelaskan bahwa profesi adalah suatu
pekerjaan yang terdapat di dalamya sumpah/janji dan ikatan batin bagi penyandangnya, dan
dilakukan sebagai kegi-ataan utama atau purnawaktu untuk menghasilkan nafkah hidup
dengan mengandalkan keahlian ter-tentu. Pelanggaran terhadap sumpah atau janji berarti
menodai dan mengkhianati kesucian profesi.

b. Ciri Ciri Profesi


1. Memiliki Keahlian dan Ketrampilan Khusus
2. Adanya komitmen moral yang tinggi.
3. Seorang Profesional adalah orang yang hidup dari profesinya.
4. Mempunyai tujuan mengabdi untuk masyarakat.
5. Memiliki sertifikasi maupun izin atas profesi yang dimilikinya.
c. Prinsip Prinsip Etika Profesi
1. Prinsip Tanggung Jawab yaitu salah satu prinsip pokok bagi kaum profesional.
Karena orang yang professional sudah dengan sendirinya berarti bertanggung jawab
atas profesi yang dimilikinya. Dalam melaksanakan tugasnya dia akan bertanggung
jawab dan akan melakukan pekerjaan dengan sebaik mungkin, dan dengan standar
diatas rata-rata, dengan hasil maksimal serta mutu yang terbaik.
2. .Prinsip Keadilan yaitu prinsip yang menuntut orang yang professional agar dalam
melaksanakan profesinya tidak akan merugikan hak dan kepentingan pihak tertentu,
khususnya orang-orang yang dilayani dalam  kaitannya dengan profesi yang
dimilikinya.
3. Prinsip Otonomi yaitu prinsip yang dituntut oleh kalangan professional terhadap
dunia luar agar mereka diberikan kebebasan sepenuhnya dalam menjalankan
profesinya. Sebenarnya hal ini merupakan konsekuensi dari hakekat profesi itu
sendiri. Karena hanya mereka yang professional ahli dan terampil dalam bidang
profesinya, tidak boleh ada pihak luar yang ikut campur tangan dalam pelaksanaan
profesi tersebut.
4. Prinsip Integritas Moral yaitu prinsip yang berdasarkan pada hakekat dan ciri-ciri
profesi di atas, terlihat jelas bahwa orang yang professional adalah juga orang yang
mempunyai integritas pribadi atau moral yang tinggi. Oleh karena itu mereka
mempunyai komitmen pribadi untuk menjaga keluhuran profesinya, nama baiknya,
dan juga kepentingan orang lain maupun masyarakat luas.
Bisnis Sebagai Profesi

Pada dewasa ini bisnis sudah dianggap sebagai suatu profesi. Bahkan bisnis seakan-
akan menjadi sebutan profesi, tetapi sekaligus juga menyebabkan pengertian profesi menjadi
suatu bahasa yang merancu atau kehilangan pengertian dasarnya. Itu terutama karena bisnis
modern mensyaratkan dan menuntut para pelaku  bisnis untuk menjadi orang yang
profesional.

Pada persaingan di dunia bisnis yang ketat saat ini, menuntut dan menyadarkan para
pelaku bisnis untuk menjadi orang yang profesional. Sehingga profesionalisme menjadi suatu
keharusan dalam melakukan bisnis. Hanya saja sering kali sikap profesional dan
profesionalisme yang dimaksudkan dalam dunia bisnis hanya terbatas pada kemampuan
teknis menyangkut keahlian dan keterampilan yang terkait dengan bisnis : Manajemen,
produksi, pemasaran, keuangan, personalia dan seterusnya. Hal ini terutama dikaitkan dengan
prinsip efisiensi demi mendatangkan keuntungan yang maksimal.

Yang sering diabaikan dan dilupakan banyak mendapat perhatian adalah


profesionalisme dan sikap profesional juga mengandung pengertian komitmen pribadi dan
moral pada profesi tersebut dan pada kepentingan pihak-pihak yang saling terkait. Orang
yang profesional selalu berarti orang yang memiliki komitmen pribadi yang tinggi, yang
serius menjalankan pekerjaannya, yang bertanggung jawab atas pekerjaannya agar tidak
sampai merugikan pihak lainnya. Orang  yang profesional adalah orang yang menjalankan
pekerjaannya secara tuntas dengan hasil dan mutu yang sangat baik karena komitmen dan
tanggung jawab moral pribadinya.

Itu sebabnya mengapa bisnis hampir tidak pernah atau belum dianggap sebagai suatu
profesi yang luhur. Bahkan sebaliknya seakan ada jurang yang memisahkan dunia bisnis
dengan etika. Tentu saja ini terutama disebabkan oleh suatu pekerjaan kotor, tipu menipu,
penuh kecurangan dan etika buruk. Bahkan tidak hanya masyarakat, melainkan sering orang
bisnis menganggap dirinya bahwa memang pekerjaannya adalah tipu menipu, curang,
membohongi orang lain dan sebagainya. Sehingga tidak heran bisnis mendapat predikat jelek,
sebagai kerjanya orang-orang kotor.
Kesan dan sikap masyarakat tentang bisnis serta bisnis sendiri, seperti itu disebabkan
oleh ulah orang-orang atau lebih tepatnya beberapa orang bisnis yang memperlihatkan citra
yang begitu negatif di masyarakat. Beberapa orang bisnis yang hanya ingin mengejar
keuntungan dengan menawarkan barang dan jasa dengan mutu rendah, yang tidak
memperdulikan pelayanan terhadap konsumennya bahkan tidak menghiraukan keluhan
konsumennya yang tidak sesuai dengan iklan ataupun janji terhadap barang atau jasa yang
ditawarkannya. Sehingga hal ini membuat citra negative bagi bisnis tersebut.

Berdasarkan pengertian profesi  yang menekankan keahlian dan keterampilan yang


tinggi serta komitmen moral yang mendalam, maka jelas kiranya bahwa pekerjaan yang kotor
tidak akan disebut sebagai profesi. Oleh karenanya bisnis itu bukanlah merupakan profesi,
jika bisnis dianggap sebagai sebagai pekerjaan kotor, kendati istilah profesi, profesional, dan
profesionalisme sering diucapkan dalam kaitan kegiatan bisnis. Namun di pihak lain tidak
dapat disangkal bahwa ada hanya pembisnis dan juga perusahaan yang sangat menghayati
pekerjaan dan kegiatan bisnisnya sebagai sebuah profesi dalam pengertiannya sebagaimana
kita ketahui bersama. Mereka tidak hanya memiliki keahlian dan keterampilan yang tinggi
tetapi punya komitmen moral yang mendalam. Oleh karena itu bukan tidak mungkin bahwa
bisnis pun dapat menjadi sebuah  profesi dalam pengertiannya yang sebenar-benarnya,
bahkan menjadi sebuah profesi yang luhur.

Untuk melihat tepat tidaknya kata  profesi dipakai juga untuk dunia bisnis dan untuk
melihat apakah bisnis dapat menjadi profesi yang luhur, mari kita tinjau dua pandangan dan
penghayatan yang berbeda mengenai pekerjaan dan kegiatan bisnis yang dianut oleh para
pelaku bisnis.

a. Pandangan Praktis Realistis

Pandangan ini terutama bertumpu pada kenyataan (pada umumnya) yang diamati
berlaku dalam dunia bisnis dewasa ini. Pandangan ini berdasarkan pada apa yang umumnya
dilakukan dalam dunia bisnis dewasa ini. Pandangan ini melihat bisnis sebagai suatu kegiatan
di antara manusia yang menyangkut memproduksi, menjual dan membeli barang dan jasa
untuk mendapatkan keuntungan.
Dalam pandangan ini ditegaskan bahwa secara jelas tujuan utama bisnis adalah mencari
keuntungan. Bisnis adalah suatu kegiatan profit making. Dasar pemikirannya adalah orang
yang terjun ke dalam dunia bisnis tidak punya keinginan dan tujuan lain ingin mendapatkan
keuntungan. Kegiatan bisnis adalah kegiatan ekonomis dan bukan kegaitan sosial. Sehingga
keuntungan tersebut untuk menunjang kegiatan bisnis, tanpa keuntungan bisnis tidak dapat
berjalan.

Pandangan ini dianggap sebagai pandangan ekonomi klasik (Adam Smith) dan
ekonomi neo-klasik (Milton Friedman). Adam Smith berpendapat bahwa pemilik modal baru
dapat keuntungan untuk bisa merangsang menanamkan modalnya dan itu berarti tidak ada
kegiatan ekonomi produktif sama sekali. Pada akhirnya tidak ada pekerja yang dipekerjakan
dan konsumen tidak akan mendapatkan barang kebutuhannya.

b. Pandangan Ideal
Pandangan ideal ini dalam kenyataanya masih merupakan suatu hal yang ideal dalam
dunia bisnis. Harus diakui bahwa sebagian pandangan yang ideal pandangan ini baru dianut
oleh sebagian orang yang dipengaruhi oleh idealisme tertentu nilai tertentu yang dianutnya.

Menurut pandangan ini bisnis tidak lain adalah suatu kegiatan di antara manusia yang
menyangkut produksi, menjual dan membeli barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan 
masyarakat. Pandangan ini tidak menolak bahwa keuntungan adalah tujuan utama bisnis.

Tapi keuntungan bisnis tidak dapat bertahan. Namun keuntungan hanya dilihat sebagai
konsekuensi logis dalam kegiatan bisnis, yaitu bahwa dengan memenuhi kebutuhan
masyarakat secara baik, keuntungan akan datang dengan sendirinya. Masyarakat akan
merasa  terkait membeli barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan yang memenuhi
kebutuhan mereka dengan mutu dan harga yang baik itu.

Dasar pemikirannya adalah pertukaran  timbal balik secara fair diantara pihak-pihak
yang terlibat. Maka yang mau di tegakkan dalam bisnis yang menganut pandangan ini adalah
keadilan komutatif, khususnya keadilan tukar atau pertukaran dagang yang fair.
Sesungguhnya pandangan ini pun bersumber dari ekonomi klasiknya Adam Smith. Menurut
Adam Smith, pertukaran dagang terjadi karena satu orang memproduksi lebih banyak barang
tertentu, sementara ia sendiri membutuhkan barang lain yang tidak dapat memproduksinya
sendiri. Jadi sesungguhnya kegiatan bisnis bisa terjadi karena keinginan untuk saling
memenuhi kebutuhan hidup masing-masing.

Hal itu berarti kegiatan bisnis merupakan perwujudan hakekat sosial manusia saling
membutuhkan satu dengan lainnya. Dengan kata lain keuntungan bukan merupakan tujuan
dalam melakukan kegiatan bisnis. Walaupun menurut Adam Smith pertukaran dagang
didasarkan atas kepentingan pribadi masing-masing yang secara moral baik, pertukaran
dagang atau bisnis merupakan upaya saling memenuhi kebutuhan masing-masing, yang
hanya akan paling mungkin dipenuhi masing-masing orang diperhatikan.

Pandangan ini juga telah dihayati  dan dipraktekkan dalam kegiatan bisnis oleh
beberapa orang pengusaha, bahkan menjadi etos bisnis dari perusahaan yang mereka dirikan.
Sebagai contoh: Matsushita,berpendapat tujuan bisnis sebenarnya  bukanlah mencari
keuntungan melainkan melayani kebutuhan masyarakat, Sedangkan keuntungan tidak lain
hanyalah simbol kepercayaan masyarakat atas kegiatan bisnis suatu perusahaan. Hal itu
berarti bahwa karena masyarakat merasa kebutuhan hidupnya dipenuhi, secara baik mereka
akan menyukai produk perusahaan tersebut yang memang dibutuhkannya, tapi sekaligus juga
puas dengan produk tersebut. Sehingga mereka akan tetap membeli produk tersebut. Dari situ
akan mengalir keuntungan. Dengan demikian yang pertama-tama menjadi fokus perhatian
dalam bisnis bukanlah mencari keuntungan, melainkan apa kebutuhan masyarakat dan
bagaimana melayani kebutuhan masyarakat itu  secara baik dan dari sana akan mendapatkan
keuntungan.

Mitos Bisnis Amoral


Bisnis adalah bisnis,bisnis jangan dicampuradukan dengan etika.Demikian beberapa
ungkapan yang sering kita dengar yang menggambarkan hubungan antara bisnis dan etika
sebagai dua hal ang terpisah satu sama lain.

Mitos bisnis amoral mengungkapkan suatu keyakinan bahwa antara bisnis dan
moralitas atau etika tidak ada hubungan sama sekali.Bisnis tidak punya sangkut paut dengan
etika dan moralitas.Keduanya adalah dua bidang yang terpisah satu sama lain.Karena itu
bisnis tidak boleh dinilai dengan menggunakan norma dan nilai-nilai etika.

Bisnis dan etika adalah dua hal yang sangat bebeda dan tidak boleh
dicampuradukan.Kalau itu dilakukan,telah terjadi sebuah kesalahan kategoris.Bisnis hanya
bisa dinilai dengan kategori dan norma norma bisnis dan bukan dengan kategori norma
norma etika.

Menurut mitos ini,karena kegiatan orang bisnis adalah melakukan bisnis sebaik
mungkin untuk mendapat keuntungan,maka yang menjad pusat perhatian orang bisnis adalah
bagaimana memproduksi,mengedarkan,menjual,dan membeli barang dengan memperoleh
keuntungan

Singkatnya sasaran dan tujuan bahkan tujuan satu satunya dari bisnis adalah
mendatangkan keuntungan sebesar besarnya.

Untuk memperlihatkan kebenaran mitos bisnis amoral tersebut,bisnis diibaratkan


sebagai permainan judi yang dapat menghalalkan segala cara untuk menang,untuk
memperoleh keuntungan .Atas dasar ini muncul beberapa argumen yang pada dasarnya mau
memperlihatkan bahwa antara bisnis dan etika tidak ada hubungan sama sekali.

 Pertama
Seperti hal nya judli atau permainan pada umumnya bisnis adalah sebuah bentuk
persaingan (yang mengutamakan kepentingan pribadi).Sebagai sebuah bentuk
persaingan semua orang yang terlibat didalamnya selalu berusaha dengan segala
macam cara dan upaya untuk bisa menang. Dengan kata lain bisnis sebagaimana
permainan penuh persaingan ketat lainnya,cenderung menghalalkan segala cara demi
memperoleh keuntungan.

Yang utama bagi orang bisnis adalah bagaimana bisa menang dalam persaingan yang
ketat bagaimana bisa untung sebesar besarnya,karena itu segala peluang dan cara dipakai
untuk bisa meraup keuntungan.Maka,norma norma dan nilai nilai etika akan dengan mudah
diabaikan.Itu berarti etika tidak punya tempat dan tidak relevan untuk kegiatan bisnis.

 Kedua
Yang dipakai dalam permainan penuh persaingan itu berbeda dari aturan yang ada dan
dikenal dalam kehidupan sosial pada umumnya.Demikian pula,aturan bisnis jelas
berbeda dari aturan sosial dan moral pada umumnya.Karena itu,bisnis tidak bisa dinilai
dengan aturan moral dan sosial sebagaimana yang kita temukan dalam kehidupan sosial
pada umumnya.
Baik tidaknya bisnis demikian argumen ini,bukan ditentukan oleh sejauh mana kegiatan
bisnis dijalankan secara pantas atau tidak pantas menurut kaidah kaidah moral.Melainkan
berdasarkan aturan dan kebiasaan yang dipraktekan dalam dunia bisnis.

 Ketiga
Orang bisnis yang masih mau mematuhi aturan moral akan berada dalam posisi yang
tidak menguntungkan ditengah persaingan ketat tersebut dengan kata lain ditengah
persaingan bisnis yang ketat,orang yang masih memperhatikan etika dan moralitas akan
kalah,merugi dan tersingkir dengan sendirinya.Bisnis,dengan demikian bukanlah
tempat yang cocok bagi orang seperti itu.

Argumen argumen diatas masih diperkuat oleh dua argumen lain sebagai berikut.

 Pertama
Jika suatu permainan (judi) mempunyai aturan yang diterima dan dibenarkan secara
legal jadi ada aturan mainnya dengan sendirinya praktek permainan tersebutpun
diterima dan dibenarkan secara moral.Maka kalau suatu praktek bisnis dibenarkan
secara legal,karena ada aturan hukumnya yang berlaku,secara moral pun praktek ini
harus diterima dan dibenarkan.

Dengan kata lain yang perlu diperhatikan orang bisnis adalah paling kurang mematuhi aturan
hukum yang ada dan tidak perlu menhiraukan etika dan moralitas.

 Kedua
Jika suatu praktek begitu umum diterima dan dijalankan di mana mana sehingga
menjadi semacam norma semua orang lain tinggal menyesuaikan diri dengan praktek
semcam itu.

Maka, kalau bisnis telah dijlankan dengan kiat kiat tertentu yang telah umum diterima
dimana-mana semua orang bisnsi tinggal menyesuaikan diri dengan praktek itu tanpa perlu
mengindahkan apakah itu bertentangan dengan moralitas atau tidak.

 Kesimpulannya bisnis dan etika adalah dua hal yang bebeda dan terpisah satu sama
lain.Bahkan sebagaimana diungkapkan salah satu argumen diatas,etika justu
bertentangan dengan bisnis dan akan membuat pelaku bisnis kalah dalam persaingan
bisnis yang ketat.Maka,orang bisnis tidak perlu memperhatikan imbauan
imbauan,norma norma dan nilai nilai moral.
Tanpa mengabaikan kenyataan adanya praktek bisnis yang tidak etis dalam kehidupan
kita sehari hari ada beberapa argumen yang dapat diajukan untuk memperlihatkan bahwa
mitos bisnis amoral sesungguhnya tidak sepenuhnya benar.

Bahkan orang bisnis yang yang tulen yang bervisi masa depan dalam jangka panjang
akan sulit nya bertahan lama dan sukses tidak hanya dari segi material tapi dalam arti seluas
uasnya mitos tersebut sulit dipertahankan. Pengalaman bisnis mereka memperlihatkan bahwa
mitos bisnis amoral sama sekali tidak benar.

Bisnis memang sering diibaratkan dengan judi bahkan sudah dianggap sebagai
semacam judi atau permainan penuh saingan yang ketat. Tidak ada orang yang membantah
itu.Namun bisnis tidak sepenuhnya seratus persen sama dengan judi atau permainan.Memang
seperti halnya judi dalam bisnis orang dituntut untuk berani bertaruh berani mengambil resiko
berani berspekulasi dan berani menggambil langkah atau strategi tetentu untuk bisa berhasil.

Namun tidak bisa disangkal pula bahwa bisnis tidak hanya menyangkut uang atau
barang material.Yang dipertaruhkan dalam bisnis lebih dari itu.Dalam bisnis orang
mempertaruhkan dirinya,nama baiknya,seluuh hidupnya,keluarganya,hidup serta nasih
karyawanya beserta kelyarga mereka,serta nasib umatnya manusia pada umumnya (sebagai
konsymen langsung maupun sebagai sisa sisa industri entah yang terbuang ke udara atau
dalam sungai dan laut).

Dimensi yang dipertaruuhkan jauh lebih las dan dalam dan punya bobot serta nilai yang
lebih hakiki.Maka kendati bisnis adalah sebuah pertaruhjan pertaruhan dalam bisnis
menyangkut nilai nilai yang sangat hakiki seperti kehidupan manusia dan nasib begitu banyak
orang yang terkait.Bahkan pertaruhan itu tidak hanya berdimensi jangka pendek melainkan
juga perlu memperhitungkan segala akibat dan risikonya untuk jangka panjang.

Hal ini tidak bisa dielakkan kalau pelaku bisnis tersebut adalah orang bisnis tulen yang
berwawasan jangka panjang,yang menginginkan bisnis yang berhasil dan tahan
lama.Maka,dalam bisnis orang bisnis tidak sekedar main main.Kalaupun itu adalah
permainan ini sebuah permainan penuh perhitungan.

Karena itu orang bisnis memang perlu menerapkan cara dan strategi yang tepat untuk
bisa berhasil karena taruhannya besar tadii.Namun cara dan strategi itu harus diperhitungkan
dengan matang.Sehingga tidak sampai merugikan orang atau pihak lain dan agar pada
akhirnya juga tidak sampai merugikan dirinya sendiri.Karena dalam bisnis ada nilai
manusiawi yang dipertaruhkan maka cara dan strategi untuk menang pun haarus
manusiawi.Dengan kata lain,cara strategi bisnis pun harus etis.

Tidak sepenuhnya benar bahwa sebagai sebuah permainan (juddi) dunia bisnis
mempunyai aturan main sendiri yang beberda sama sekali dari aturan yang berlaku dalam
kehidupan sosial pada umumnya.Alasannya,karena bisnis adalah bagian aktivitas yang
penting dari masyarakat.Bisnis adalah fenomena modern yang tidak bisa dipisahkan dari
masyakat.

Bisnis terjadui dan berlangsung dalam masyakarat bisnis dilakukan antara manusia
yang satu dengan manusia yang lainnya.itu berarti norma atau nulai yang dianggap baik dan
berlaku dalam kehidupan pada umumnya mau tidak mau juga ikut dibawa serta dalam
kegiatan dan kehidupan bisnis seorang pelaku bisnis sebagai manusia.

Karena kegiatan bisnis adalah kegiatan manusia,bisnis dapat dan memang pada
tempatnya untuk dinilai dari sudut pandang moral dari sudut pandang baik buruknya tindakan
manusia bisnis sejauh sebagai manusia,persis sama seperti semua kegiatan manusia lainnya
yang juga dinilai dari sudut pandang moral.

Seperti dikatakan Richard De Geore “Bisnis seperti kebanyakan kegiatan sosal


lainnya,mengadaikan suatu latar belakang moral dan mustahil bisa dijalankan tanpa ada latar
belakang moral seperti itu jikasetiap orang yang terlibat dalam bisnis pembeli penjual
prosuen manajer karyawan dan konsumen bertidndak secara iimmoral atau bahkan amoral
(yakni tanpa memperdulikan apakah tindakannya bermoral atau tidak) maka bisnis akan
segera berhenti.Moralitas adalah minyak yang menghidupkan serta lem yang merekatkan
seluruh masyarakat begitu juga bisnis”

Bagaimana setiap pemilik perusahaan dan para eksekutifnya yang terpercaya itu,mau
tidak mau dalam operasi bisnisnya sudah dengan sendirinya mengharapkan bahkan
mennuntuut agara para karyawannya tidak menipu merka,tidak berbuat curang,dan
memenuhi perjanjian kerja yang telah disepakati.Juga para pemilik modal tidak ingin agar
para manajer kan menipu mereka dan tidak akan menggaji manajer yang setiap saat akan
berbuat curang yang berakibat merugikan dirinya.

Demikian pula setiap relasi bisnis selalu bekerja dengan harapan dan tuntutan agar
lawannya melakukan bisnis secara fair dengannya paling kurang dengan memenuhi
kesepkatan yang telah dibuat.Kalau tidak relasi itu akan putus dan tidak akan
bertaham.Sebaliknya ia sendiri mengikat dirinya untuk tidak menipu karyawannya
sebagaimana yang dituntutnya dari karyawannya.Atau ia sendiri mengikat dirinya untuk
menjalankan bisnisnya secara fair dan baiik dengan pihak lain.

Harus dibedakan antara legalitas dan moralitas suatuu prakttek atau kegiatan mungkin
saja dibenarkan dan diterima secara legal karena ada dasar hukumnya.Praktek monopoli yang
didykung kebijaksanaan pemerintahan adalah contoh tepat disini .Suatu perusahaan mendapat
monopoli berdasarkan aturan pemerintah tertentu.Secara legal praktek tersebut tidak ada
salahnya,karena sesuai dengan aturan yang telah dikantunginya.

Namun tidak dengan sendirinya benar bahwa praktek ini dibenarkan dan diterima
secara moral.Legalitas dan moralitas berkaitan satu sama lain tapi tidak identik.Aturan
hukum memang seharusnya dijiwai oleh nilai nilai moral tapi tidak semua aturan hukum
adalah baik secara moral karena bisa saja aturan hkum tidak baik tidak adil dan tidak etis
sebagai hasil dari permainan politik yang tidak fair dan arogan.

Karena itu anggapan bahwa suatu kegiatan yang diterima secara legal dengan
sendirinya akan diterima secara etis jelas keliru dalam kaitan itu pula anggapan bahwa orang
bisnis hanya perlu memperhatikan antara hukum tidak sepenuhnya benar.

Etika harus dibedakan dari ilmu empiris.Ilmu empiris suatu gejala atau fakta yang
berulang terus dan terjadi di mana mana menjadi alasan yang sah bagi kita untuk menarik
sebuah teori atau hukum ilmiah yang sah dan berlaku universal.Dalam etika tidak demikian
etika tidak mendasarkan norma atau prinsipnya pada kenyataan faktual yang terus berulang.

Dari kenyataan adanya sogok,suap menyuap,kolusi,monopoli,nepotisme yang terjadi


berlang kali dan bisa ditemukan dimana mana dalam praktek bisnis kita tidak dengan
sendirinya lalu disimpulkan secara sah bahwa semua praktek bisnis kitamtidak dengan
sendirinya lalu disimpulkian secara sah bahwa semua praktek ini adalah praktek yang
normatif dan semua pelaku bisnis yang berhsil harus melakukan praktek yang sama.

Pemberitaan,surat pembaca dan berbagai aksi proses yang terjadi di mana mana
khususnya di dunia barat untuk mengecam berbagai pelanggaran dalam kegiatan bisnis atau
mengecam berbagai kegiatan bisnis yang tidak baik.Menunjukan bahwa masih banyak orang
dan kelompok masyarakat menghendaki agar bisnis dijalankan secara baik dan tetaap
mengindahkan norma norma moral.Gerakan dan aksi protesi seperti lingkungan
hidup,konsumen,buruh,wanita,dan semacamnya dengan jelas menunjukan bahwa masyarakat
tetap mengharapkan agar bisnis dijalankan secara baik dan etis dengan memperhatikan
masalah masalah tersebut.

Dan sebagai manusia yang beroral para perilaku bisnis dalam lubuh hatiknya yang
terdalam juga sesungguhnya tidak mau meerugikan masyakarat atau konsumen sebagaimana
dia sendiri sebagai konsumen tidak ingin dirugikan oleh produsen manapun.Akan merupakan
hal yang aneh kalau orang bisnis ketika berapada pada posisi sebagai konsumen senang
dirugikan pihak tertentu.Kenyuataanya bahwa orang bisnis lebih suka menggunakan
maskapai penerbangan yang lebih baik kualitasnya dalam segala aspek dan merasa jengkel
dengan penerbangan yang tidak profesuional sekedar sebuah contoh dari sekian banyak
contohj pola konsumsi orang bisnis telah menunjukan bertapa orang bisnis sendiri sangat
menuntut bisnis yang etis.

Keuntungan dan etika

Dari sudut pandang etika,keuntungan bukanlah hal yang buruk bahkan secara moral
keuntungan merupakan hal yang baik dan diterima.

1. Keuntungan memungkin suatu perusahaan bertahan dalam kegiatan bisnisnya.


2. Tanpa memperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia menanamkan
modalnya dan karena itu berarti tidak akan terjadi aktivitas ekonomi yang produktif
demi memacu pertumbuhan ekonomi yang menjamin kemakmuran nasional.
3. Keuntungan memungkinkan perusahaan tidak hanya bertahan melainkan juga dapat
menghadapi karyawan karyawannya bahkan pada tingkat dan taraf hidup yang semaki
baik.Lebih dari itu dengan keuntungan yang terus diperoleh perusahaan dapat
mengembangkan terus usahanya dan berarti membuka lapangan kerja bagi banyak
orang lainnya dan dengan demikian memajukan ekonomi nasional.

Ada beberapa argumen yang dapat diajukan disini untuk menunjukan bahwa justru
demi memperoleh keuntungan etika sangat dibutuhkan,sangat relevan dan mempunyai tempat
yang sangat strategis dalam bisnis dewasa ini.

 Pertama
Dalam bisnis modern dewasa ini para pelaku bisnis dituntut menjadi orang orang
profesional dalam bidangnya. Mereka dituntu mempunyai keahlian dan keterampilan
bisnis yang melebihi keterampilan dan keahlian bisnis orang kebanyakan
lainnya.Hanya orang profesional yang akan menang dan berhasil dalam bisnis yang
penuh persaingan yang ketat.

Kaum profesional bisnis ini dituntut untuk memperlihatkan kinerja tertentu yang berada
diatas rata rata kinerja pelaku bisnis amatir.Namun yang menarik kinerja ini tidak hanya
menyangkut aspek etis.Kinerja yang menjadi prasyarat keberhasilan bisnis ini juga
menyangkut komitmen moral,integritas moral disiplin,loyalitas kesatuan visi moral,pelayanan
sikap mengutamakan mutu,penghargaan terhadap hak dan kepentingan pihak pihak terkait
yang berkepentingan dan sebagainya yang lama kelamaan akan berkembang menjadi sebuah
etos bisnis dalam perusahaan.

 Kedua
Dalam persaingan bisnis yang ketat para pelaku bisnis modern sangat sadar bahwa
konsumen adalah benar benar raja.Karena itu hal yang paling pokok untuk bisa untung
dan bertahan dalam pasar penuh persaingan adalah ssejauh mana suatu perusahaan bisa
merebut dan mempertahankan kepercayaan konsumen.Ini bukan hakl yang mudah
karena dalam pasar yang bebas dan terbuka dimana ada beragam barang dan jasa
ditawarkan dengan harga dan mutu yang kompetetif sekali konsmen dirugikan mereka
akan berpaling dari perusahaan tersebut.

Dengan kata lain kepercayaan konsumen tidak hanya dipertahakna dengan bonus ,kartu
langganan,hadiah dan seterunya. Yang paling pokok para peklaku bisnis modern sadar betul
bahwa kepercayaan konsumen hanya mungkiin dijaga dengan memperlihatkan citra bisnisnya
sebagai bisnis yang baik dan etis termasuk didalamnya adalah pleyanan tanggapan terhadap
keluhan konsyumen horman terhadap hak dan kepentinganm konsumen menawarkan baarang
dan jasa dnegan mutu yang baik dan haarga sebanding dan tidak menipu konsumen dengan
iklan yang bombastis dan seterusnya.

 Ketiga
Dalam sistem pasar terbuka dengan peran pemerintah yang bersifat netal tak berpihak
tetapi efektif menjaga agar kepentingan dan hak smua pihak dijamiin para pelaku bisnis
berusaha sebisa mungkin untuk menghindari campur tangan pemerintah yang baginya
akan sangat merugikan kelangsungan bisnisnya.
 Keempat
Perusahaan perusahaan modern juga semakin menyadari bahwa karyawan bukanlah
tenaga yang siap untuk dieskpoitasi demi menggeruk keuntungan sebesar
besarnya,justru sebaliknya karyawan semakin dianggap sebagai subjek utama dari
bisnis perusahaan yang sangat menentukan berhasil tidaknya bertahan tidaknya
perusahaan tersebut.

Sasaran dan Lingkup Etika Bisnis

 Pertama
Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip,kondisi,dan masaah yang
terkait dengan praktek bisnis yang baikdan etis.

 Kedua
Untuk menyadarkan masyarakat,khususnya konsumen,buruh atau karyawan dan
masyarakat luas pemilik aset umum semacam lingkungan hidup akan hak dan
kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapapun juga.

 Ketiga
Berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan etis tidaknya suatu
praktek bisnis.
Daftar Pustaka

Madura Jeff, 2001, Pengantar Bisnis, Edisi Pertama, Jakarta 

Basu Swastha, 1993, Pengantar Bisnis Modern, Edisi Ketiga,

Liberti, Yogyakarta. Djarwanto, 1998,

http://www.definisimenurutparaahli.com/

Sonny Keraf. 1998. Etika bisnis tuntutan dan relevannya.Yogyakarta : Pustaka filasfat

Anda mungkin juga menyukai