Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH BISNIS INTERNASIONAL

“ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL”

Dosen Pengampu : Dr. Hendarsita Amartiwi, S.P.,M.P

Disusun :
Rifki Mauludin
Rizal Ramdani
Faturahman
Aal

MANAJEMEN BISNIS SYARI’AH


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DAN BISNIS SYARIAH
NAHDLATUL ULAMA GARUT
2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmad dan


hidayah Nya penulis telah dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun judul dari
makalah ini adalah ‘Etika dan Tanggung Jawab Sosial dalam Bisnis
Internasioanal’ yang membahas unsur kunci dalam mengelola perilaku etis dari
manager dan tanggung jawab sosial yang harus dijalankan perusahaan dalam
konteks lintas budaya dan bisnis internasional.

Penulisan makalah ini dilakukan adalah sebagai reaksi dari penulis karena
semakin beratnya tantangan yang dihadapi oleh perusahaan yang memasuki
bisnis internasional dan bersaing di pasar global pada masa ini. Mengetahui
bagaimana organisasi mengelola tanggung jawab social lintas batas dan
mengetahui peraturan peraturan yang mengatur perilaku etis merupakan kunci
keberhasilan suatu organisasi dalam menjalankan bisnis internasional.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena itu
penulis menerima saran dan kritik yang dapat menjadikan makalah ini menjadi
lebih baik.. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penyelesaian makalah ini, dan penulis berharap makalah
ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak

Garut, Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ……………………………………………

I. PENDAHULUAN ……………………………………………. 1

II. PEMBAHASAN ……………………………………………. 4

III. KESIMPULAN ……………………………………………. 13

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………. 14


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sudah umum bagi perusahaan-perusahaan untuk memindahkan produksi dan
pekerjaan tingkat bawah dari negara asalnya ke negara lain, terutama untuk mendapatkan
biaya tenaga kerja yang lebih murah. Tetapi tindakan ini kadang-kadang menimbulkan
publikasi yang tidak menguntungkan dan bahkan membeberkan isu-isu dasar yang
berkaitan dengan pelanggaran hak asasi. Contohnya seperti distributor jus buah Minute
Maid, Tropicana dan Nestle yang selama ini membeli jus buah dari pemasok di Amerika
Selatan. Tetapi beberapa tahun lalu telah diketahui bahwa banyak pemasok ini
mengandalkan tenaga anak-anak untuk memanen jeruk orange, jeruk lemon dan buah-
buahan lainnya. Anak-anak usia sembilan tahun diambil dari sekolah oleh orang tua
mereka yang miskin dan diperkerjakan di kebun buah. Orang tua ini tidak melihat sesuatu
yang salah dalam praktek ini karena mereka sendiri juga memetik buah waktu kecil.
Meskipun beberapa langkah diambil untuk mengatasi masalah ini, praktek ini tetap
berlangsung.

Ini dan banyak contoh lain telah menjadi perdebatan dan diskusi dalam waktu
lama, terdapat isu mendasar yang nyata. Perusahaan menurunkan biaya produksi dengan
sourcing ke luar negeri. Pertentangan berpusat pada bagaimana menyeimbangkan
pencarian laba melalui biaya tenaga kerja yang murah terhadap potensi eksploitasi anak-
anak dan penerima upah rendah lain dan pelanggaran hak asasi.

Kasus produksi di luar negeri itu menggambarkan satu dari tantangan terbesar
yang dihadapi bisnis internasional sekarang, menentukan standar etika yang tepat dan
beroperasi dengan tanggung jawab sosial. Meskipun secara ekstrim, isu itu tidak jelas saat
mereka lihat pertama kali. Contohnya, banyak orang dari negara maju akan setuju bahwa
tidak etis bagi sebuah bisnis untuk meng-outsource produksi ke pabrik di luar negeri yang
mengandalkan tenaga anak-anak atau yang menyelenggarakan kondisi kerja yang tidak
aman. Tetapi masyarakat di negara itu mungkin berargumen bahwa meskipun tidak
menarik bagi orang luar, pekerjaan ini lebih baik daripada tidak bekerja.

Jika tenaga anak-anak dan kondisi kerja tidak problematis, perhatian tidak begitu
ekstrim, tetapi masih ada isu upah yang wajar dan pengurangan pekerjaan di negara asal.
Sebagai seorang investor, seseorang mungkin bangga dengan perusahaan yang
menghapuskan 500 tenaga kerja mahal di negaranya dan menggantikan mereka dengan
upah yang lebih murah di luar negeri. Tetapi orang-orang yang digantikan itu mungkin
dengan suara keras berargumen bahwa tidak etis bagi mereka kehilangan pekerjaan hanya
karena digantikan oleh orang lain dari negara lain yang mau bekerja untuk uang yang
lebih sedikit.

Kita juga melihat bagaimana perusahaan internasional harus bekerja untuk


mengatasi berbagai macam rintangan dan hambatan dalam menghadapi system politik
yang tidak lazim dan tidak dikenal dengan baik oleh mereka bila berada di Negara lain.
Begitu juga, perusahaan harus beradaptasi dengan ketidaksamaan system hukum yang
berlaku dalam pasar global. Amerika dan Negara Eropa cenderung memiliki peraturan dan
hukum yang relative keras sehubungan dengan kualitas produk, polusi lingkungan dan
perlakuan terhadap karyawan. Tetapi beberapa hukum secara khas sangat lemah di banyak
Negara seberang Afrika, Asia dan Amerika Latin. Oleh karena itu perbedaaan undang
undang dan hukum ysng terdapat dalam lingkungan bisnis internasional dapat menjadi
ethical issues bagi manager.

Meskipun semua Negara memiliki system hukum yang menetapkan batasan


batasan terhadap perilaku yang mematuhi hukum untuk individu dan aktivitas perusahaan,
tetapi tidak ada system hukum yang dapat mengantisipasi situasi dimana seorang individu
atau perusahaan melakukan perilaku yang menyimpang. Sangat menyedihkan, bahkan
beberapa perusahaan internasional dan managernya memanfaatkan dan mengeksploitasi
adanya perbedaan standard hukum nasional sebuah Negara. Sebagai contoh, sebuah
perusahaan bisa menjual produk ke luar negri karena produk tersebut di larang di
negaranya sendiri, ataupun menjalankan aktivitas bisnis internasioanal untuk mengambil
keuntungan karena adanya kelemahan dalam peraturan Negara tersebut. Sehingga
perbedaaan hukum dapat mengembangkan ethical issues bagi para pelaku bisnis
internasional.

Ketika perusahaan bergabung kedalam lingkungan bisnis global, maka manager


akan membuka dirinya untuk perbedaan budaya. Ini berarti bahwa manager harus bisa
menyikapi konsep yang berbeda dari perilaku etis dan pedoman yang berbeda dalam
perilaku tanggung jawab social. Konfrontasi praktek bisnis yang tidak begitu familiar
menghadapkan perusahaan pada kesempatan luar biasa dan peluang yang sangat
menakjubkan dan kemungkinan potensial jatuh dalam lubang. Issue tenaga kerja anak
anak, hak asasi , polusi lingkungan, dan penutupan pabrik-pabrik menjadi topic debat
utama dalam kegiatan bisnis internasional. Saat ini, manager harus benar benar
mengawasi perilaku mereka sendiri, perilaku semua karyawan perusahaannya, dan bahkan
perilaku dari seluruh pelaku bisnis yang terlibat dalam bisnis perusahaannya di luar negri.

B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Macam Etika dan Tanggung Jawab Sosial dalam Bisnis Internasional

Alasan dasar keberadaan suatu bisnis adalah untuk menciptakan nilai (dalam
bentuk keuntungan) bagi pemiliknya. Selain itu, sebagian besar orang bekerja untuk
memperoleh penghasilan untuk kehidupan mereka atau keluarga mereka. Sebagai
akibatnya, tujuan dari setiap keputusan yang dibuat untuk kepentingan bisnis atau individu
dalam sebuah bisnis adalah untuk meningkatkan penghasilan (bagi bisnis dan individu)
dan mengurangi biaya. Dalam banyak kasus, manager membuat keputusan dan bertingkah
laku untuk pribadi dan untuk perusahaan mereka dengan perilaku yang diterima
masyarakat. Tetapi dalam pelaksanaannya kadang mereka menyimpang terlalu banyak.
Kejadian perilaku yang tidak diterima yang dilakukan oleh bisnis atau orang- orang dalam
bisnis telah meningkat. Karena itu, seperti halnya dunia bisnis yang semakin internasional
semakin meningkat pula perhatian terhadap etika dan tanggung jawab sosial yang
dijalankan oleh manager dan bisnisnya.

Etika didefenisikan sebagai kepercayaan individu tentang apakah keputusan,


perilaku, atau tindakan tertentu benar atau salah. Karena itu apa yang menentukan perilaku
etis berbeda bagi satu orang dengan yang lainnya. Contohnya seseorang yang menemukan
uang di lantai ruang kosong mungkin percaya bahwa sah-sah saja untuk mengambilnya,
sedangkan yang lain mungkin merasa wajib mengembalikan ke bagian barang hilang.
Konsep perilaku etis biasanya merujuk ke perilaku yang diterima oleh norma sosial
umum. Perilaku tidak etis, adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma sosial umum.

Etika seorang individu ditentukan oleh kombinasi berbagai faktor. Orang mulai
membentuk kerangka etis sejak anak-anak untuk merespon persepsi mereka terhadap
perilaku orang tua mereka dan orang dewasa lain yang berhubungan dengan mereka. Saat
anak-anak tumbuh dan masuk sekolah, mereka dipengaruhi teman-teman yang
berinteraksi dengan mereka di kelas dan tempat bermain. Kejadian setiap hari mendorong
mereka untuk melakukan pilihan moral dengan melihat perilaku dan sikap masyarakat
lingkungannya, dan hal ini akan membentuk kepercayaan dan perilaku etis saat mereka
beranjak dewasa. Demikian juga dengan pengajaran agama, memberi kontribusi pada
etikanya. Beberapa keyakinan agama, contohnya, mendorong aturan perilaku dan standar
bertindak yang keras, sedangkan yang lain lebih fleksibel.

Nilai-nilai seseorang juga mempengaruhi standar etika. Orang yang menempatkan


perolehan keuangan dan kemajuan pribadi di atas semua prioritasnya, sebagai contoh,
akan menyerap nilai etika yang mendorong percepatan kesejahteraan. Jadi mereka
mungkin kejam dalam usaha mendapatkan hasil ini, tanpa melihat kerugian pada orang
lain. Sebaliknya, orang yang membangun keluarga dan teman-teman sebagai prioritas
utama akan mengadopsi standar etika yang berbeda.

Masyarakat umumnya mengadopsi hukum formal yang menunjukkan standar etika


yang ada, contohnya tindakan mencuri, hukum telah memberikan hampir di semua negara
bahwa tindakan mencuri itu illegal dan memberikan cara untuk menghukum mereka yang
mencuri. Tetapi meskipun hukum berusaha untuk jelas dan tidak membingungkan,
penerapan dan interpretasinya dapat jadi membingungkan secara etika. Contohnya
kebanyakan orang akan setuju bahwa memaksakan karyawan bekerja melebihi jam tanpa
kompensasi adalah tidak etis, maka dibuatlah hukum untuk mengatur standar kerja dan
upah. Akan tetapi pada pelaksanaannya akan berbeda. Contohnya di Jepang, kebiasaan
sering menganjurkan para pekerja junior untuk tidak meninggalkan kantor sampai mereka
yang lebih senior pergi, sedangkan di Amerika Serikat bos biasanya pulang terakhir.
Hal tersebut diatas memberikan generalisasi sebagai berikut:
1. Setiap individu mempunyai system kepercayaan mereka sendiri tentang apa yang
membentuk perilaku etis dan tidak etis

2. Masyarakat dari konteks budaya yang sama cenderung mempunyai kesamaan


dan kepercayaan tetapi tidak harus identik dalam hal pembentukan perilaku etis
dan tidak etis

3. Setiap individu dapat merasionalisasi perilaku berdasarkan keadaan

4. Setiap individu dapat menyimpang dari system kepercayaan mereka berdasarkan


kondisi keadaan.

5. Nilai etika sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dan adat nasional.

6. Anggota dari suatu budaya dapat melihat perilaku tertentu adalah tidak etis,
sedangkan anggota yang lain dapat melihatnya sebagai hal yang masuk akal.

B. Etika Dalam Konteks Lintas Budaya dan Internasional

Untuk menggambarkan perilaku etika dalam konteks lintas budaya dan internasional
adalah berdasarkan:

1. Bagaimana organisasi memperlakukan karyawan

Satu hal yang penting dalam etika lintas budaya dan internasional adalah perlakuan
terhadap karyawan oleh organisasinya. Pada sisi yang ekstrim, organisasi dapat berusaha
memperkerjakan orang-orang yang terbaik, memperluas kesempatan dan pengembangan
karir, memberikan kompensasi dan lain sebagainya. Pada sisi ektrim lainnya, perusahaan
dapat memperkerjakan berdasarkan criteria yang merugikan dan dengan sengaja
membatasi kesempatan berkembang, kompensasi minim dan lain sebagainya.
Manajer yang membayar karyawan lebih kecil dari yang sewajarnya, karena
manajer itu tahu bahwa karyawan tersebut tidak akan mengeluh karena takut keluar atau
kehilangan pekerjaan, dapat digolongkan berperilaku tidak etis. Begitu juga sama halnya,
di beberapa Negara masyarakatnya menyetujui bahwa oganisasi wajib memproteksi
privasi karyawannya. Manajer yang menyebarkan kabar bahwa karyawan tertentu
terkena AIDS atau mempunyai hubungan antara dengan rekan kerjanya dapat dipandang
melanggar etika privasi.
Para manajer di organisasi internasional menghadapi sejumlah tantangan mengenai
masalah- masalah tersebut. Perusahaan harus menyelesaikan isu etika khusus negara itu
dalam hal perlakuan perusahaan terhadap karyawan, tetapi juga harus siap memberikan
penjelasan jika dihadapkan dengan perbandingan internasional.

2. Bagaimana karyawan memperlakukan organisasi

Isu penting yang terkait masalah ini meliputi konflik kepentingan, kerahasiaan dan
kejujuran. Konflik kepentingan terjadi jika sebuah keputusan mempunyai potensi
menguntungkan dan mungkin merugikan organisasi. Persepsi etis mengenai pentingnya
konflik kepentingan berbeda bagi masing-masing budaya. Contoh sederhana pemasok
yang menawarkan hadiah untuk karyawan perusahaan tertentu. Beberapa perusahaan
percaya bahwa hadiah macam ini dapat menimbulkan konflik kepentingan, mereka takut
bahwa karyawan akan mulai mengutamakan pemasok yang memberi bingkisan terbaik,
bukannya pemasok yang menawarkan produk terbaik untuk perusahaan.
Untuk isu pentingnya kerahasiaan, membuka rahasia perusahaan dipandang tidak
etis di beberapa negara, tetapi tidak di lainnya. Karyawan yang bekerja untuk bisnis
dalam industri yang ketat bersaing seperti elektronik, software dan baju contohnya, dapat
tergoda menjual informasi tentang rencana penjualan ke competitor.
Sedangkan isu kejujuran, problem yang umumnya terjadi dibidang ini meliputi hal
– hal seperti penggunaan telepon kantor untuk telepon jarak jauh dalam kepentingan
pribadi, mengambil barang-barang kantor dan menggelembungkan biaya-biaya. Dalam
beberapa budaya bisnis, tindakan – tindakan seperti ini dipandang tidak etis.

3. Bagaimana organisasi dan karyawan memperlakukan agen ekonomi lainnya

Etika yang terlibat dalam hubungan antara perusahan dan karyawannya dengan
agen ekonomi yang lain meliputi konsumen, competitor, pemegang saham, pemasok,
dealer dan serikat pekerja. Jenis interaksi antara organisasi dengan agen-agen ini rentan
terhadap ambigu etis yang meliputi iklan dan promosi, pembukaan rahasia keuangan,
pemesanan dan pembelian, dan lain sebagainya. Perbedaan praktek bisnis antar negara
menimbulkan kerumitan secara etis bagi perusahaan dan karyawan mereka.
C. Mengelola Perilaku Etis Lintas Batas

Meskipun tiap individu mempunyai etika, banyak bisnis berusaha untu mengatur
perilaku manajer dan karyawan dengan secara jelas menegakkan fakta bahwa mereka
berharap para manajer dan karyawan melaksanakan perilaku yang etis. Cara-cara yang
paling umum dilakukan adalah dengan menggunakan penuntun atau standar etika,
pelatihan etika, dan melalui praktek organisasi dan budaya perusahaan.
Banyak perusahaan multinasional besar termasuk Toyota, Siemens, General Mills
dan Johnson & Johnson telah menulis penuntun yang terperinci bagaimana karyawan
memperlakukan pemasok, konsumen, competitor dan pihak lain. Adakalanya perusahaan
memiliki standar global yang menyeluruh dan kemudian menyesuaikan masing-masing
dengan konteks local. Ada juga perusahaan multinasional yang memberikan pelatihan
untuk mengatasi dilemma etika yang konsisten secara global dan apakah harus
disesuaikan dengan konteks local. Selain itu praktek organisasi dan budaya perusahaan
juga menyumbang ke pengelolaan perilaku etika. Jika pimpinan suatu perusahaan
bersikap etis dan pelanggaran etika diatasi secara langsung dengan benar, maka setiap
orang di organisasi akan memahami bahwa perusahaan mengharapkan mereka untuk
bersikap etis, membuat keputusan etis dan melakukan hal yang benar.
D. Tanggung Jawab Sosial dalam Konteks Lintas Budaya dan Internasional

Tanggung jawab social adalah kumpulan kewajiban organisasi untuk melindungi


dan memajukan masyarakat dimana organisasi bekerja. Kompleksitas bagi manajer
bisnis internasional adalah jelas yaitu kesinambungan yang ideal anara tanggung jawab
social secara global terhadap kondisi lokal yang mungkin memaksa perbedaan
pendekatan dengan di neagra- negara yang berbeda – beda dimana perusahaan tersebut
melakukan bisnis.
Contoh klasik keseimbangan tersebut berkaitan dengan industry tembakau. Di
beberapa negara seperti Amerika Serikat, Afrika Selatan dan Inggris, perusahaan
tembakau dibatasi dalam mengiklankan rokok. Tetapi di banyak negara lain lebih
longgar pembatasannya atau bahkan tidak ada pembatasan apa pun. Isunya kemudian
adalah, sampai sejauh mana perusahaan temabakau harus menerapkan pendekatan paling
ketat ke semua pasar atau mengambil keuntungan dari fleksibilitas yang ditawarkan di
beberapa pasar untuk secara aktif mempromosikan penjualan dan penggunaan produk
tembakau.
E. Bidang – Bidang Tanggung Jawab Sosial

Organisasi dapat menerapkan tanggung jawab social terhadap pihak-pihak yang


berkepentingan, terhadap lingkungan alam dan kesejahteraan social. Beberapa organisasi
mengetahui tanggung jawab mereka di ketiga bidang itu dan berusahan sungguh –
sungguh untuk mencapainya, yang lainnya menekankan hanya satu atau dua bidang
tanggung jawab sosial. Dan sedikit sekali yang tidak mengetahui tanggung jawab sosial
sama sekali.

1. Stakeholder Organisasi

Stakeholder organisasi adalah orang dan organisasi yang dipengaruhi langsung


oleh praktek organisasi tertentu dan mempunyai kepentingan terhadap kinerja organisasi
itu. Kebanyakan perusahaan berkonsentrasi terhadap konsumen, karyawan dan investor.
Organisasi yang bertanggung jawab terhadap konsumen berusaha untuk memperlakukan
mereka dengan adil dan jujur, dengan menjanjikan untuk memberikan harga yang sesuai,
menganggap penting jaminan produk, menepati komitmen pengiriman dan menjaga
kualitas produk yang mereka jual. Contoh perusahaan multinasional yang menerapkan
ini adalah Toyota, Dell Computer, Daimler-Chrysler dan Volkswagen.
Organisasi yang bertanggung jawab secara social dalam menghadapi karyawan,
akan memperlakukan pekerja secara adil, membuat mereka sebagai tim dan menghargai
kebebasan dan kebutuhan dasar mereka sebagai manusia. Organisasi yang telah
membangun reputasi kuat dibidang ini adalah HONDA.
Organisasi yang bertanggung jawab terhadap investor, manajer akan mengikuti
prosedur akuntansi yang benar, memberikan informasi yang cukup pada pemegang
saham tentang kondisi keuangan perusahaan, dan mengelola organisasi untuk
melindungi hak pemegang saham dan investasi.

2. Lingkungan Alam

Belum terlalu lama, banyak organisasi tanpa terkecuali membuang kotoran, limbah
produksi dan sampah ke sungai, ke udara dan tanah kosong. Ketika Royal Dutch/Shell
pertama kali mengeksplorasi sungai Amazon untuk potensi lokasi pengeboran di akhir
1980-an, krunya menebangi hutan dan meninggalkan sampah di sungai tersebut.
Sekarang banyak undang-undang yang mengatur pembuangan limbah material. Dalam
banyak hal, perusahaan-perusahaan telah semakin bertanggung jawab secara social
terhadap pembuangan bahan polusi dan perlakuan secara umum terhadap lingkungannya.
Kembali ke Shell, ketika meluncurkan ekspedidi eksplorasi yang terakhir ke daerah
bagian sungai Amazon, kelompok ini melibatkan ahli biologi untuk mengawasi
perlindungan lingkungan dan ahli antropologi untuk membantu tim lebih efektif
berinteraksi dengan suku asli.
Perusahaan juga telah mengembangkan cara-cara yang layak dan ekonomis untuk
menghindari hujan asam dan pemanasan global, menghindari penipisan ozon, dan
mengembangkan metode alternative menangani kotoran, limbah produksi dan sampah
biasa.Contohnya adalah Procter and Gamble yang menggunakan bahan daur ulang untuk
wadah-wadahnya dan Starbuck meneluarkan rencana membayar supplier kopi bonus
tambahan 10 sen per pound jika mereka menunjukkan komitmen untuk melindungi
lingkungan. Dalam hal ini internet juga memainkan peranan penting dalam konservasi
sumber daya dengan mengurangi biaya energy dan polusi dalam transaksi bisnis.

3. Kesejahteraan Sosial Umum

Contoh-contohnya adalah mencakup memberi sumbangan untuk kegiatan sosial,


organisasi amal, dan yayasan nirlaba, asosiasi , museum, serta mengambil peranan dalam
meningkatkan kesehatan dan pendidikan masyarakat. Bahkan beberapa orang percaya
bahwa perusahaan harus turut bertindak lebih luas untuk memperbaiki ketidakmerataan
politik dan sosial yang ada di dunia. Dan akhirnya dipercaya bahwa untuk
memperlakukan stakeholder dan lingkungan dengan penuh tanggung jawab, maka
organisasi bisnis internasional juga harus bisa mendorong kesejahteraan social umum
masyarakat Negara tersebut.
F. Mengelola Tanggung Jawab Sosial Lintas Batas

Dalam hal pengelolaan tanggung jawab, bisnis biasanya membuat beberapa usaha
aktif untuk mengatasi tanggung jawab sosial. Perusahaan akan mengadopsi satu dari
empat pendekatan berbeda terhadap tanggung jawab social.

1. Pendekatan terhadap tanggung jawab social

Dasar dari pendekatan ini adalah berupa kewajiban organisasi terhadap masyarakat
yang terdapat dalam rentang dari tingkat terendah sampai tertinggi di bidang praktek
tanggung jawab socsal. Ada 4 pendirian yang dapat diambil oleh organisasi dalam
pendekatan kewajiban terhadap masyarakat, yaitu:
Sikap pandang menghalangi, yaitu biasanya organisasi melakukan sedikit mungkin
untuk mengatasi masalah social dan lingkungan, umumnya berupa penolakan atau
penghindaran tanggung jawab atas tindakan mereka. Contohnya ketika perusahaan
Nestle dan Danone yang dituduh telah melanggar perjanjian internasional dengan
mengendalikan pemasaran susu formula yang menggantikan air susu ibu, padahal Nestle
telah menandatangani perjanjian untuk menekankan pentingnya peranan ibu menyususi.
Sikap pandang bertahan, dimana organisasi melakukan segala sesuatu yang
dipersyaratkan secara hukum tetapi tidak lebih. Pendekatan ini sering dilakukan oleh
perusahaan yang tidak simpati pada konsep tanggung jawab sosial. Contohnya adalah
perusahaan Philip Morris, perusahaan ini mengikuti peraturan di Amerika Serikat dengan
memasukkan peringatan pada perokok tentang produk mereka dan membatasi iklan di
media, akan tetapi mereka mempromosikan besar-besaran produknya serta sedikit sekali
memakai label peringatan kesehatan di beberapa negara di Afrika. Sikap pandang
akomodatif, dimana perusahaan yang memenuhi persyaratan hukum dan persyaratan
etika tetapi juga akan melakukan lebih dari persyaratan ini dalam kasus tertentu.
Sikap pandang proaktif, dimana perusahaan sungguh-sungguh mendukung
tanggung jawab social, mereka melihat diri mereka sebagai warga masyarakat dan secara
proaktif mencari kesempatan untuk menyumbang.

2. Mengelola kesesuaian terhadap peraturan

Seperti yang dilihat bahwa ada celah bagi manajer yang gagal untuk mengadopsi
standar etika tinggi dan bagi perusahaan untuk mengelak dari tanggung jawab
hukumnya. Seharusnya mereka bisa memandang tanggung jawab social sama seperti
mereka memandang strategi bisnis yang lain. Dengan memandang bahwa tanggung
jawab social juga memerlukan perencanaan, pengambilan keputusan, pertimbangan dan
evaluasi yang cermat. Dimana dalam pengelolaannya, tanggung jawab social harus
sesuai dengan peraturan atau kesesuaian dengan hukum yang berlaku. Misalnya
pimpinan eksekutif sumber daya manusia bertanggung jawab untuk menyesuaikan
dengan hokum yang terkait dalam hal perekrutan, pembayaran, keselamatan dan
kesehatan kerja.

Pengelolaan tanggung jawab harus memiliki kesesuaian dengan etika, yaitu dengan
memberikan pelatihan mengenai etika dan menyusun panduan serta peraturan etika.
Selain itu pengelolaan tanggung jawab tidak luput dari hal pemberian bantuan
kemanusiaan. Seperti membangun pengolahan limbah sehingga masyarakat yang tinggal
di daerah aliran sungai dapat terhindar dari bahayanya limbah beracun. Contoh paling
nyata adalah ketika perusahaan Merck, mengembangkan obat untuk cacing hati pada
anjing. Disaat yang sama mereka mengetahui bahwa obat ini juga dapat menyembuhkan
penyakit yang umum dikenal dengan buta sungai akibat penyakit menular yang
disebabkan oleh gigitan lalat hitam pada penduduk yang tinggal di sub sahara yang
tergolong warga termiskin di dunia. Merck memutuskan untuk memberikan obat ini
secara gratis bagi mereka, dan sejak tahun 1987 telah menyumbangkan lebih dari 250
juta dos obat kepada kira-kira 30 juta orang Afrika di sub sahara.

3. Dimensi informal tanggung jawab social


Selain perlunya peraturan formal dalam pengelolaan tanggung jawab social,
diperlukan juga adanya dimensi informal dari perusahaan Yaitu pada prakteknya hal ini
ditunjukkan oleh kepemimpinan dan budaya organisasi didalam perusahaan. Serta
bagaimana organisasi merespon praktek Wistle Blowing yg terjadi dalam oganisasi nya
sering menjadi indikasi sikap pandang organisasi terhadap tanggung jawab sosial.

4. Mengevaluasi tanggung jawab sosial

Untuk melihat keefektifitasan dari pelaksanaan tanggung jawab sosial, perushaan


perlu melakukan evaluasi, dan umumnya dilakukan secara formal. Yaitu dengan rutin
melakukan audit sosial perusahaan, yang merupakan analisa formal dan teliti mengenai
efektifitas kinerja sosial perusahaan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Etika didefenisikan sebagai kepercayaan individu tentang apakah keputusan,


perilaku, atau tindakan tertentu benar atau salah. Karena itu apa yang
menentukan perilaku etis berbeda bagi satu orang dengan yang lainnya. Etika
seorang individu ditentukan oleh kombinasi berbagai faktor. Orang mulai
membentuk kerangka etis sejak anak-anak untuk merespon persepsi mereka
terhadap perilaku orang tua mereka dan orang dewasa lain yang berhubungan
dengan mereka. Saat anak-anak tumbuh dan masuk sekolah, mereka dipengaruhi
teman-teman yang berinteraksi dengan mereka di kelas dan tempat bermain.
Kejadian setiap hari mendorong mereka untuk melakukan pilihan moral

2. Etika Dalam Konteks Lintas Budaya dan Internasional, digambarkan dengan;


bagaimana organisasi memperlakukan karyawan, bagaimana karyawan
memperlakukan organisasi dan bagaimana organisasi dan karyawan
memperlakukan agen ekonomi lainnya

3. Tanggung jawab sosial adalah kumpulan kewajiban organisasi untuk melindungi


dan memajukan masyarakat dimana organisasi bekerja. Kompleksitas bagi
manajer bisnis internasional adalah jelas yaitu kesinambungan yang ideal anara
tanggung jawab social secara global terhadap kondisi local yang mungkin
memaksa perbedaan pendekatan dengan di neagra- negara yang berbeda – beda
dimana perusahaan tersebut melakukan bisnis.
4. Mengelola Tanggung Jawab Sosial Lintas Batas, dalam hal pengelolaan
tanggung jawab, bisnis biasanya membuat beberapa usaha aktif untuk mengatasi
tanggung jawab social. Perusahaan akan mengadopsi satu dari empat pendekatan
berbeda terhadap tanggung jawab social, antara lain: Pendekatan terhadap
tanggung jawab social, Mengelola kesesuaian terhadap peraturan, Dimensi
informal tanggung jawab social dan Mengevaluasi tanggung jawab social
DAFTAR PUSTAKA

Hellriegel.D., Jackson.S.E., Slocum.J.W., 2002, Management A Competency-Based


Approach, SouthWestern, 9th Edition, Ohio

McShane.S.L and Von Glinow.M.A., 2003, Organizational Behavior; Emerging


Realities for the Workplace Revolution, McGraw-Hill Irwin, New York

Wild, John J, Wild, Kenneth L, Han, Jerry C, 2006, Third Edition, International
Business; The Challenges Of Globalization, Pearson Education Inc. Upper Saddle
River, New Jersey,07458.

Griffin, Ricky W, and Pustay, Michael W, 2005, Internasional Bussines ; Fourth


edition,
Pearson Education Inc. Upper Saddle River, New Jersey,07458.

Ball, Donal A, McCulloch Jr, Wendell H, 2004, The Challenge Of Global


Competition, 9th ed, The McGraw-Hill Companies, Inc.

Anda mungkin juga menyukai