Disusun Oleh :
Tamsil Mujakir – 07241911028
Kelas B
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2022
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmad dan hidayah Nya
penulis telah dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun judul dari makalah ini adalah ‘Etika
dan Tanggung Jawab Sosial dalam Bisnis Internasioanal’ yang membahas unsur kunci dalam
mengelola perilaku etis dari manager dan tanggung jawab sosial yang harus dijalankan
perusahaan dalam konteks lintas budaya dan bisnis internasional.
Penulisan makalah ini dilakukan adalah sebagai reaksi dari penulis karena semakin
beratnya tantangan yang dihadapi oleh perusahaan yang memasuki bisnis internasional dan
bersaing di pasar global pada masa ini.
Mengetahui bagaimana organisasi mengelola tanggung jawab social lintas batas dan
mengetahui peraturan peraturan yang mengatur perilaku etis merupakan kunci keberhasilan
suatu organisasi dalam menjalankan bisnis internasional.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis
menerima saran dan kritik yang dapat menjadikan makalah ini menjadi lebih baik.. Akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian
makalah ini, dan penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………................................………I
DAFTAR ISI………………………………………………..................II
PENDAHULUAN …………………………………………….………1
II. PEMBAHASAN ………………………………………………….. 4
III. KESIMPULAN …………………………………………………. 13
IV.DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………..14
I. PENDAHULUAN
Macam Etika dan Tanggung Jawab Sosial dalam Bisnis Internasional Alasan dasar
keberadaan suatu bisnis adalah untuk menciptakan nilai (dalam bentuk keuntungan) bagi
pemiliknya. Selain itu, sebagian besar orang bekerja untuk memperoleh penghasilan untuk
kehidupan mereka atau keluarga mereka. Sebagai akibatnya, tujuan dari setiap keputusan
yang dibuat untuk kepentingan bisnis atau individu dalam sebuah bisnis adalah untuk
meningkatkan penghasilan (bagi bisnis dan individu) dan mengurangi biaya.
Dalam banyak kasus, manager membuat keputusan dan bertingkah laku untuk pribadi
dan untuk perusahaan mereka dengan perilaku yang diterima masyarakat. Tetapi dalam
pelaksanaannya kadang mereka menyimpang terlalu banyak. Kejadian perilaku yang tidak
diterima yang dilakukan oleh bisnis atau orangorang dalam bisnis telah meningkat. Karena
itu, seperti halnya dunia bisnis yang semakin internasional semakin meningkat pula perhatian
terhadap etika dan tanggung jawab sosial yang dijalankan oleh manager dan bisnisnya.
Etika didefenisikan sebagai kepercayaan individu tentang apakah keputusan, perilaku,
atau tindakan tertentu benar atau salah. Karena itu apa yang menentukan perilaku etis
berbeda bagi satu orang dengan yang lainnya. Contohnya seseorang yang menemukan uang
di lantai ruang kosong mungkin percaya bahwa sah-sah saja untuk mengambilnya, sedangkan
yang lain mungkin merasa wajib mengembalikan ke bagian barang hilang.
Konsep perilaku etis biasanya merujuk ke perilaku yang diterima oleh norma sosial
umum. Perilaku tidak etis, adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma sosial umum.
Etika seorang individu ditentukan oleh kombinasi berbagai faktor.
Orang mulai membentuk kerangka etis sejak anak-anak untuk merespon persepsi mereka
terhadap perilaku orang tua mereka dan orang dewasa lain yang berhubungan dengan mereka.
Saat anak-anak tumbuh dan masuk sekolah, mereka dipengaruhi teman-teman yang berinteraksi
dengan mereka di kelas dan tempat bermain. Kejadian setiap hari mendorong mereka untuk
melakukan pilihan moral dengan melihat perilaku dan sikap masyarakat lingkungannya, dan hal
ini akan membentuk kepercayaan dan perilaku etis saat mereka beranjak dewasa. Demikian juga
dengan pengajaran agama, memberi kontribusi pada etikanya.
Beberapa keyakinan agama, contohnya, mendorong aturan perilaku dan standar
bertindak yang keras, sedangkan yang lain lebih fleksibel. Nilai-nilai seseorang juga
mempengaruhi standar etika. Orang yang menempatkan perolehan keuangan dan kemajuan
pribadi di atas semua prioritasnya, sebagai contoh, akan menyerap nilai etika yang
mendorong percepatan kesejahteraan.
Jadi mereka mungkin kejam dalam usaha mendapatkan hasil ini, tanpa melihat kerugian
pada orang lain. Sebaliknya, orang yang membangun keluarga dan teman-teman sebagai
prioritas utama akan mengadopsi standar etika yang berbeda. Masyarakat umumnya
mengadopsi hukum formal yang menunjukkan standar etika yang ada, contohnya tindakan
mencuri, hukum telah memberikan hampir di semua negara bahwa tindakan mencuri itu
illegal dan memberikan cara untuk menghukum mereka yang mencuri.
Tetapi meskipun hukum berusaha untuk jelas dan tidak membingungkan, penerapan dan
interpretasinya dapat jadi membingungkan secara etika. Contohnya kebanyakan orang akan
setuju bahwa memaksakan karyawan bekerja melebihi jam tanpa kompensasi adalah tidak etis,
maka dibuatlah hukum untuk mengatur standar kerja dan upah. Akan tetapi pada
pelaksanaannya akan berbeda. Contohnya di Jepang, kebiasaan sering menganjurkan para
pekerja junior untuk tidak meninggalkan kantor sampai mereka yang lebih senior pergi,
sedangkan di Amerika Serikat bos biasanya pulang terakhir.
Hal tersebut diatas memberikan generalisasi sebagai berikut:
a. Setiap individu mempunyai system kepercayaan mereka sendiri tentang apa yang
membentuk perilaku etis dan tidak etis
b. Masyarakat dari konteks budaya yang sama cenderung mempunyai kesamaan dan
kepercayaan tetapi tidak harus identik dalam hal pembentukan perilaku etis dan tidak etis
c. Setiap individu dapat merasionalisasi perilaku berdasarkan keadaan
d. Setiap individu dapat menyimpang dari system kepercayaan mereka berdasarkan
kondisi keadaan.
e. Nilai etika sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dan adat nasional.
f. Anggota dari suatu budaya dapat melihat perilaku tertentu adalah tidak etis,
sedangkan anggota yang lain dapat melihatnya sebagai hal yang masuk akal.
Etika Dalam Konteks Lintas Budaya dan Internasional Untuk menggambarkan perilaku
etika dalam konteks lintas budaya dan internasional adalah berdasarkan:
Bagaimana organisasi memperlakukan karyawan, Satu hal yang penting dalam etika lintas
budaya dan internasional adalah perlakuan terhadap karyawan oleh organisasinya. Pada sisi yang
ekstrim, organisasi dapat berusaha memperkerjakan orang-orang yang terbaik, memperluas
kesempatan dan pengembangan karir, memberikan kompensasi dan lain sebagainya. Pada sisi
ektrim lainnya, perusahaan dapat memperkerjakan berdasarkan criteria yang merugikan dan
dengan sengaja membatasi kesempatan berkembang, kompensasi minim dan lain sebagainya.
Manajer yang membayar karyawan lebih kecil dari yang sewajarnya, karena manajer itu tahu
bahwa karyawan tersebut tidak akan mengeluh karena takut keluar atau kehilangan pekerjaan,
dapat digolongkan berperilaku tidak etis. Begitu juga sama halnya, di beberapa Negara
masyarakatnya menyetujui bahwa oganisasi wajib memproteksi privasi karyawannya. Manajer
yang menyebarkan kabar bahwa karyawan tertentu terkena AIDS atau mempunyai hubungan
antara dengan rekan kerjanya dapat dipandang melanggar etika privasi. Para manajer di
organisasi internasional menghadapi sejumlah tantangan mengenai masalah-masalah tersebut.
Perusahaan harus menyelesaikan isu etika khusus negara itu
dalam hal perlakuan perusahaan terhadap karyawan, tetapi juga harus siap memberikan
penjelasan jika dihadapkan dengan perbandingan internasional.
Bagaimana karyawan memperlakukan organisasi Isu penting yang terkait masalah ini
meliputi konflik kepentingan, kerahasiaan dan kejujuran. Konflik kepentingan terjadi jika
sebuah keputusan mempunyai potensi menguntungkan dan mungkin merugikan organisasi.
Persepsi etis mengenai pentingnya konflik kepentingan berbeda bagi masing-masing
budaya. Contoh sederhana pemasok yang menawarkan hadiah untuk karyawan perusahaan
tertentu. Beberapa perusahaan percaya bahwa hadiah macam ini dapat menimbulkan konflik
kepentingan, mereka takut bahwa karyawan akan mulai mengutamakan pemasok yang
memberi bingkisan terbaik, bukannya pemasok yang menawarkan produk terbaik untuk
perusahaan. Untuk isu pentingnya kerahasiaan, membuka rahasia perusahaan dipandang
tidak etis di beberapa negara, tetapi tidak di lainnya.
Karyawan yang bekerja untuk bisnis dalam industri yang ketat bersaing seperti elektronik,
software dan baju contohnya, dapat tergoda menjual informasi tentang rencana penjualan ke
competitor. Sedangkan isu kejujuran, problem yang umumnya terjadi dibidang ini meliputi hal
– hal seperti penggunaan telepon kantor untuk telepon jarak jauh dalam kepentingan pribadi,
mengambil barang-barang kantor dan menggelembungkan biaya-biaya. Dalam beberapa
budaya bisnis, tindakan – tindakan seperti ini dipandang tidak etis.
Bagaimana organisasi dan karyawan memperlakukan agen ekonomi lainnya Etika yang
terlibat dalam hubungan antara perusahan dan karyawannya dengan agen ekonomi yang lain
meliputi konsumen, competitor, pemegang saham, pemasok, dealer dan serikat pekerja. Jenis
interaksi antara organisasi dengan agen-agen ini rentan terhadap ambigu etis yang meliputi
iklan dan promosi, pembukaan rahasia keuangan, pemesanan
dan pembelian, dan lain sebagainya. Perbedaan praktek bisnis antar negara menimbulkan
kerumitan secara etis bagi perusahaan dan karyawan mereka.
Mengelola Perilaku Etis Lintas Batas Meskipun tiap individu mempunyai etika, banyak
bisnis berusaha untu mengatur perilaku manajer dan karyawan dengan secara jelas
menegakkan fakta bahwa mereka berharap para manajer dan karyawan melaksanakan
perilaku yang etis. Cara-cara yang paling umum dilakukan adalah dengan menggunakan
penuntun atau standar etika, pelatihan etika, dan melalui praktek organisasi dan budaya
perusahaan. Banyak perusahaan multinasional besar termasuk Toyota, Siemens, General
Mills dan Johnson & Johnson telah menulis penuntun yang terperinci bagaimana karyawan
memperlakukan pemasok, konsumen, competitor dan pihak lain.
Adakalanya perusahaan memiliki standar global yang menyeluruh dan kemudian
menyesuaikan masing-masing dengan konteks local. Ada juga perusahaan multinasional
yang memberikan pelatihan untuk mengatasi dilemma etika yang konsisten secara global dan
apakah harus disesuaikan dengan konteks local. Selain itu praktek organisasi dan budaya
perusahaan juga menyumbang ke pengelolaan perilaku etika.
Jika pimpinan suatu perusahaan bersikap etis dan pelanggaran etika diatasi secara
langsung dengan benar, maka setiap orang di organisasi akan memahami bahwa perusahaan
mengharapkan mereka untuk bersikap etis, membuat keputusan etis dan melakukan hal yang
benar.
Tanggung Jawab Sosial dalam Konteks Lintas Budaya dan Internasional Tanggung
jawab social adalah kumpulan kewajiban organisasi untuk melindungi dan memajukan
masyarakat dimana organisasi bekerja. Kompleksitas bagi manajer bisnis internasional
adalah jelas yaitu kesinambungan yang ideal anara tanggung jawab social secara global
terhadap kondisi lokal yang mungkin memaksa perbedaan pendekatan dengan di neagra-
negara yang berbeda – beda dimana perusahaan tersebut melakukan bisnis.
Beberapa organisasi mengetahui tanggung jawab mereka di ketiga bidang itu dan berusahan
sungguh – sungguh untuk mencapainya, yang lainnya menekankan hanya satu atau dua bidang
tanggung jawab sosial. Dan sedikit sekali yang tidak mengetahui tanggung jawab sosial sama
sekali.
a. Stakeholder Organisasi Stakeholder organisasi adalah orang dan organisasi yang
dipengaruhi langsung oleh praktek organisasi tertentu dan mempunyai kepentingan terhadap
kinerja organisasi itu. Kebanyakan perusahaan berkonsentrasi terhadap konsumen, karyawan dan
investor. Organisasi yang bertanggung jawab terhadap konsumen berusaha untuk memperlakukan
mereka dengan adil dan jujur, dengan menjanjikan untuk memberikan harga yang sesuai,
menganggap penting jaminan produk, menepati komitmen pengiriman dan menjaga kualitas produk
yang mereka jual. Contoh perusahaan multinasional yang menerapkan ini adalah Toyota,
b. Mengelola kesesuaian terhadap peraturan Seperti yang dilihat bahwa ada celah bagi
manajer yang gagal untuk mengadopsi standar etika tinggi dan bagi perusahaan untuk
mengelak dari tanggung jawab hukumnya.
Seharusnya mereka bisa memandang tanggung jawab social sama seperti mereka
memandang strategi bisnis yang lain. Dengan memandang bahwa tanggung jawab social juga
memerlukan perencanaan, pengambilan keputusan, pertimbangan dan evaluasi yang cermat.
Dimana dalam pengelolaannya, tanggung jawab social harus sesuai dengan peraturan
atau kesesuaian dengan hukum yang berlaku. Misalnya pimpinan eksekutif sumber daya
manusia bertanggung jawab untuk menyesuaikan dengan hokum yang terkait dalam hal
perekrutan, pembayaran, keselamatan dan kesehatan kerja. Pengelolaan tanggung jawab
harus memiliki kesesuaian dengan etika, yaitu dengan memberikan pelatihan mengenai etika
dan menyusun panduan serta peraturan etika.
Selain itu pengelolaan tanggung jawab tidak luput dari hal pemberian bantuan
kemanusiaan. Seperti membangun pengolahan limbah sehingga masyarakat yang tinggal di
daerah aliran sungai dapat terhindar dari bahayanya limbah beracun. Contoh paling nyata
adalah ketika perusahaan Merck, mengembangkan obat untuk cacing hati pada anjing. Disaat
yang sama mereka mengetahui bahwa obat ini juga dapat menyembuhkan penyakit yang
umum dikenal dengan buta sungai akibat penyakit menular yang disebabkan oleh gigitan
lalat hitam pada penduduk yang tinggal di sub sahara yang tergolong warga termiskin di
dunia. Merck memutuskan untuk memberikan obat ini secara gratis bagi mereka, dan sejak
tahun 1987 telah menyumbangkan lebih dari 250 juta dos obat kepada kira-kira 30 juta orang
Afrika di sub sahara.