Anda di halaman 1dari 14

Etika dan Tanggung Jawab Sosial Dalam Bisnis Internasional

Mata Kuliah Manajemen Kewirausahaan

Disusun Oleh :
Tamsil Mujakir – 07241911028
Kelas B

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmad dan hidayah Nya
penulis telah dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun judul dari makalah ini adalah ‘Etika
dan Tanggung Jawab Sosial dalam Bisnis Internasioanal’ yang membahas unsur kunci dalam
mengelola perilaku etis dari manager dan tanggung jawab sosial yang harus dijalankan
perusahaan dalam konteks lintas budaya dan bisnis internasional.

Penulisan makalah ini dilakukan adalah sebagai reaksi dari penulis karena semakin
beratnya tantangan yang dihadapi oleh perusahaan yang memasuki bisnis internasional dan
bersaing di pasar global pada masa ini.
Mengetahui bagaimana organisasi mengelola tanggung jawab social lintas batas dan
mengetahui peraturan peraturan yang mengatur perilaku etis merupakan kunci keberhasilan
suatu organisasi dalam menjalankan bisnis internasional.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis
menerima saran dan kritik yang dapat menjadikan makalah ini menjadi lebih baik.. Akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian
makalah ini, dan penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………................................………I
DAFTAR ISI………………………………………………..................II
PENDAHULUAN …………………………………………….………1
II. PEMBAHASAN ………………………………………………….. 4
III. KESIMPULAN …………………………………………………. 13
IV.DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………..14
I. PENDAHULUAN

Sudah umum bagi perusahaan-perusahaan untuk memindahkan produksi dan


pekerjaan tingkat bawah dari negara asalnya ke negara lain, terutama untuk mendapatkan
biaya tenaga kerja yang lebih murah. Tetapi tindakan ini kadang-kadang menimbulkan
publikasi yang tidak menguntungkan dan bahkan membeberkan isu-isu dasar yang berkaitan
dengan pelanggaran hak asasi. Contohnya seperti distributor jus buah Minute Maid, Tropicana
dan Nestle yang selama ini membeli jus buah dari pemasok di Amerika Selatan. Tetapi
beberapa tahun lalu telah diketahui bahwa banyak pemasok ini mengandalkan tenaga anak-
anak untuk memanen jeruk orange, jeruk lemon dan buah-buahan lainnya.
Anak-anak usia sembilan tahun diambil dari sekolah oleh orang tua mereka yang miskin
dan diperkerjakan di kebun buah. Orang tua ini tidak melihat sesuatu yang salah dalam praktek ini
karena mereka sendiri juga memetik buah waktu kecil. Meskipun beberapa langkah diambil untuk
mengatasi masalah ini, praktek ini tetap berlangsung. Ini dan banyak contoh lain telah menjadi
perdebatan dan diskusi dalam waktu lama, terdapat isu mendasar yang nyata.
Perusahaan menurunkan biaya produksi dengan sourcing ke luar negeri. Pertentangan
berpusat pada bagaimana menyeimbangkan pencarian laba melalui biaya tenaga kerja yang
murah terhadap potensi eksploitasi anak-anak dan penerima upah rendah lain dan pelanggaran
hak asasi.
Kasus produksi di luar negeri itu menggambarkan satu dari tantangan terbesar yang
dihadapi bisnis internasional sekarang, menentukan standar etika yang tepat dan beroperasi
dengan tanggung jawab sosial. Meskipun secara ekstrim, isu itu tidak jelas saat mereka lihat
pertama kali. Contohnya, banyak orang dari negara maju akan setuju bahwa tidak etis bagi
sebuah bisnis untuk meng-outsource produksi ke pabrik di luar negeri yang mengandalkan
tenaga anak-anak atau yang menyelenggarakan kondisi kerja yang tidak aman.
Tetapi masyarakat di negara itu mungkin berargumen bahwa meskipun tidak menarik
bagi orang luar, pekerjaan ini lebih baik daripada tidak bekerja. Jika tenaga anak-anak dan
kondisi kerja tidak problematis, perhatian tidak begitu ekstrim, tetapi masih ada isu upah yang
wajar dan pengurangan pekerjaan di negara asal.
Sebagai seorang investor, seseorang mungkin bangga dengan perusahaan yang
menghapuskan 500 tenaga kerja mahal di negaranya dan menggantikan mereka dengan upah
yang lebih murah di luar negeri. Tetapi orang-orang yang digantikan itu mungkin dengan suara
keras berargumen bahwa tidak etis bagi mereka kehilangan pekerjaan hanya karena digantikan
oleh orang lain dari negara lain yang mau bekerja untuk uang yang lebih sedikit.
Kita juga melihat bagaimana perusahaan internasional harus bekerja untuk mengatasi
berbagai macam rintangan dan hambatan dalam menghadapi system politik yang tidak lazim dan
tidak dikenal dengan baik oleh mereka bila berada di Negara lain. Begitu juga, perusahaan harus
beradaptasi dengan ketidaksamaan system hukum yang berlaku dalam pasar global. Amerika dan
Negara Eropa cenderung memiliki peraturan dan hukum yang relative keras sehubungan dengan
kualitas produk, polusi lingkungan dan perlakuan terhadap karyawan. Tetapi beberapa hukum
secara khas sangat lemah di banyak Negara seberang Afrika, Asia dan Amerika Latin.
Oleh karena itu perbedaaan undang undang dan hukum ysng terdapat dalam lingkungan
bisnis internasional dapat menjadi ethical issues bagi manager. Meskipun semua Negara memiliki
system hukum yang menetapkan batasan batasan terhadap perilaku yang mematuhi hukum untuk
individu dan aktivitas perusahaan, tetapi tidak ada system hukum yang dapat mengantisipasi situasi
dimana seorang individu atau perusahaan melakukan perilaku yang menyimpang.

Sangat menyedihkan, bahkan beberapa perusahaan internasional dan managernya


memanfaatkan dan mengeksploitasi adanya perbedaan standard hukum nasional sebuah Negara.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan bisa menjual produk ke luar negri karena produk tersebut di
larang di negaranya sendiri, ataupun menjalankan aktivitas bisnis internasioanal untuk
mengambil keuntungan karena adanya kelemahan dalam peraturan Negara tersebut.
Sehingga perbedaaan hukum dapat mengembangkan ethical issues bagi para pelaku
bisnis internasional. Ketika perusahaan bergabung kedalam lingkungan bisnis global, maka
manager akan membuka dirinya untuk perbedaan budaya. Ini berarti bahwa manager harus bisa
menyikapi konsep yang berbeda dari perilaku etis dan pedoman yang berbeda dalam perilaku
tanggung jawab social.
Konfrontasi praktek bisnis yang tidak begitu familiar menghadapkan perusahaan pada
kesempatan luar biasa dan peluang yang sangat menakjubkan dan kemungkinan potensial jatuh
dalam lubang. Issue tenaga kerja anak anak, hak asasi , polusi lingkungan, dan penutupan pabrik2
menjadi topic debat utama dalam kegiatan bisnis internasional. Saat ini, manager harus benar benar
mengawasi perilaku mereka sendiri, perilaku semua karyawan perusahaannya, dan bahkan perilaku
dari seluruh pelaku bisnis yang terlibat dalam bisnis perusahaannya di luar negri.
II. PEMBAHASAN

Macam Etika dan Tanggung Jawab Sosial dalam Bisnis Internasional Alasan dasar
keberadaan suatu bisnis adalah untuk menciptakan nilai (dalam bentuk keuntungan) bagi
pemiliknya. Selain itu, sebagian besar orang bekerja untuk memperoleh penghasilan untuk
kehidupan mereka atau keluarga mereka. Sebagai akibatnya, tujuan dari setiap keputusan
yang dibuat untuk kepentingan bisnis atau individu dalam sebuah bisnis adalah untuk
meningkatkan penghasilan (bagi bisnis dan individu) dan mengurangi biaya.
Dalam banyak kasus, manager membuat keputusan dan bertingkah laku untuk pribadi
dan untuk perusahaan mereka dengan perilaku yang diterima masyarakat. Tetapi dalam
pelaksanaannya kadang mereka menyimpang terlalu banyak. Kejadian perilaku yang tidak
diterima yang dilakukan oleh bisnis atau orangorang dalam bisnis telah meningkat. Karena
itu, seperti halnya dunia bisnis yang semakin internasional semakin meningkat pula perhatian
terhadap etika dan tanggung jawab sosial yang dijalankan oleh manager dan bisnisnya.
Etika didefenisikan sebagai kepercayaan individu tentang apakah keputusan, perilaku,
atau tindakan tertentu benar atau salah. Karena itu apa yang menentukan perilaku etis
berbeda bagi satu orang dengan yang lainnya. Contohnya seseorang yang menemukan uang
di lantai ruang kosong mungkin percaya bahwa sah-sah saja untuk mengambilnya, sedangkan
yang lain mungkin merasa wajib mengembalikan ke bagian barang hilang.
Konsep perilaku etis biasanya merujuk ke perilaku yang diterima oleh norma sosial
umum. Perilaku tidak etis, adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma sosial umum.
Etika seorang individu ditentukan oleh kombinasi berbagai faktor.
Orang mulai membentuk kerangka etis sejak anak-anak untuk merespon persepsi mereka
terhadap perilaku orang tua mereka dan orang dewasa lain yang berhubungan dengan mereka.
Saat anak-anak tumbuh dan masuk sekolah, mereka dipengaruhi teman-teman yang berinteraksi
dengan mereka di kelas dan tempat bermain. Kejadian setiap hari mendorong mereka untuk
melakukan pilihan moral dengan melihat perilaku dan sikap masyarakat lingkungannya, dan hal
ini akan membentuk kepercayaan dan perilaku etis saat mereka beranjak dewasa. Demikian juga
dengan pengajaran agama, memberi kontribusi pada etikanya.
Beberapa keyakinan agama, contohnya, mendorong aturan perilaku dan standar
bertindak yang keras, sedangkan yang lain lebih fleksibel. Nilai-nilai seseorang juga
mempengaruhi standar etika. Orang yang menempatkan perolehan keuangan dan kemajuan
pribadi di atas semua prioritasnya, sebagai contoh, akan menyerap nilai etika yang
mendorong percepatan kesejahteraan.
Jadi mereka mungkin kejam dalam usaha mendapatkan hasil ini, tanpa melihat kerugian
pada orang lain. Sebaliknya, orang yang membangun keluarga dan teman-teman sebagai
prioritas utama akan mengadopsi standar etika yang berbeda. Masyarakat umumnya
mengadopsi hukum formal yang menunjukkan standar etika yang ada, contohnya tindakan
mencuri, hukum telah memberikan hampir di semua negara bahwa tindakan mencuri itu
illegal dan memberikan cara untuk menghukum mereka yang mencuri.
Tetapi meskipun hukum berusaha untuk jelas dan tidak membingungkan, penerapan dan
interpretasinya dapat jadi membingungkan secara etika. Contohnya kebanyakan orang akan
setuju bahwa memaksakan karyawan bekerja melebihi jam tanpa kompensasi adalah tidak etis,
maka dibuatlah hukum untuk mengatur standar kerja dan upah. Akan tetapi pada
pelaksanaannya akan berbeda. Contohnya di Jepang, kebiasaan sering menganjurkan para
pekerja junior untuk tidak meninggalkan kantor sampai mereka yang lebih senior pergi,
sedangkan di Amerika Serikat bos biasanya pulang terakhir.
Hal tersebut diatas memberikan generalisasi sebagai berikut:

a. Setiap individu mempunyai system kepercayaan mereka sendiri tentang apa yang
membentuk perilaku etis dan tidak etis
b. Masyarakat dari konteks budaya yang sama cenderung mempunyai kesamaan dan
kepercayaan tetapi tidak harus identik dalam hal pembentukan perilaku etis dan tidak etis
c. Setiap individu dapat merasionalisasi perilaku berdasarkan keadaan
d. Setiap individu dapat menyimpang dari system kepercayaan mereka berdasarkan
kondisi keadaan.
e. Nilai etika sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dan adat nasional.
f. Anggota dari suatu budaya dapat melihat perilaku tertentu adalah tidak etis,
sedangkan anggota yang lain dapat melihatnya sebagai hal yang masuk akal.
Etika Dalam Konteks Lintas Budaya dan Internasional Untuk menggambarkan perilaku
etika dalam konteks lintas budaya dan internasional adalah berdasarkan:

Bagaimana organisasi memperlakukan karyawan, Satu hal yang penting dalam etika lintas
budaya dan internasional adalah perlakuan terhadap karyawan oleh organisasinya. Pada sisi yang
ekstrim, organisasi dapat berusaha memperkerjakan orang-orang yang terbaik, memperluas
kesempatan dan pengembangan karir, memberikan kompensasi dan lain sebagainya. Pada sisi
ektrim lainnya, perusahaan dapat memperkerjakan berdasarkan criteria yang merugikan dan
dengan sengaja membatasi kesempatan berkembang, kompensasi minim dan lain sebagainya.
Manajer yang membayar karyawan lebih kecil dari yang sewajarnya, karena manajer itu tahu
bahwa karyawan tersebut tidak akan mengeluh karena takut keluar atau kehilangan pekerjaan,
dapat digolongkan berperilaku tidak etis. Begitu juga sama halnya, di beberapa Negara
masyarakatnya menyetujui bahwa oganisasi wajib memproteksi privasi karyawannya. Manajer
yang menyebarkan kabar bahwa karyawan tertentu terkena AIDS atau mempunyai hubungan
antara dengan rekan kerjanya dapat dipandang melanggar etika privasi. Para manajer di
organisasi internasional menghadapi sejumlah tantangan mengenai masalah-masalah tersebut.
Perusahaan harus menyelesaikan isu etika khusus negara itu
dalam hal perlakuan perusahaan terhadap karyawan, tetapi juga harus siap memberikan
penjelasan jika dihadapkan dengan perbandingan internasional.

Bagaimana karyawan memperlakukan organisasi Isu penting yang terkait masalah ini
meliputi konflik kepentingan, kerahasiaan dan kejujuran. Konflik kepentingan terjadi jika
sebuah keputusan mempunyai potensi menguntungkan dan mungkin merugikan organisasi.
Persepsi etis mengenai pentingnya konflik kepentingan berbeda bagi masing-masing
budaya. Contoh sederhana pemasok yang menawarkan hadiah untuk karyawan perusahaan
tertentu. Beberapa perusahaan percaya bahwa hadiah macam ini dapat menimbulkan konflik
kepentingan, mereka takut bahwa karyawan akan mulai mengutamakan pemasok yang
memberi bingkisan terbaik, bukannya pemasok yang menawarkan produk terbaik untuk
perusahaan. Untuk isu pentingnya kerahasiaan, membuka rahasia perusahaan dipandang
tidak etis di beberapa negara, tetapi tidak di lainnya.
Karyawan yang bekerja untuk bisnis dalam industri yang ketat bersaing seperti elektronik,
software dan baju contohnya, dapat tergoda menjual informasi tentang rencana penjualan ke
competitor. Sedangkan isu kejujuran, problem yang umumnya terjadi dibidang ini meliputi hal
– hal seperti penggunaan telepon kantor untuk telepon jarak jauh dalam kepentingan pribadi,
mengambil barang-barang kantor dan menggelembungkan biaya-biaya. Dalam beberapa
budaya bisnis, tindakan – tindakan seperti ini dipandang tidak etis.

Bagaimana organisasi dan karyawan memperlakukan agen ekonomi lainnya Etika yang
terlibat dalam hubungan antara perusahan dan karyawannya dengan agen ekonomi yang lain
meliputi konsumen, competitor, pemegang saham, pemasok, dealer dan serikat pekerja. Jenis
interaksi antara organisasi dengan agen-agen ini rentan terhadap ambigu etis yang meliputi
iklan dan promosi, pembukaan rahasia keuangan, pemesanan
dan pembelian, dan lain sebagainya. Perbedaan praktek bisnis antar negara menimbulkan
kerumitan secara etis bagi perusahaan dan karyawan mereka.
Mengelola Perilaku Etis Lintas Batas Meskipun tiap individu mempunyai etika, banyak
bisnis berusaha untu mengatur perilaku manajer dan karyawan dengan secara jelas
menegakkan fakta bahwa mereka berharap para manajer dan karyawan melaksanakan
perilaku yang etis. Cara-cara yang paling umum dilakukan adalah dengan menggunakan
penuntun atau standar etika, pelatihan etika, dan melalui praktek organisasi dan budaya
perusahaan. Banyak perusahaan multinasional besar termasuk Toyota, Siemens, General
Mills dan Johnson & Johnson telah menulis penuntun yang terperinci bagaimana karyawan
memperlakukan pemasok, konsumen, competitor dan pihak lain.
Adakalanya perusahaan memiliki standar global yang menyeluruh dan kemudian
menyesuaikan masing-masing dengan konteks local. Ada juga perusahaan multinasional
yang memberikan pelatihan untuk mengatasi dilemma etika yang konsisten secara global dan
apakah harus disesuaikan dengan konteks local. Selain itu praktek organisasi dan budaya
perusahaan juga menyumbang ke pengelolaan perilaku etika.
Jika pimpinan suatu perusahaan bersikap etis dan pelanggaran etika diatasi secara
langsung dengan benar, maka setiap orang di organisasi akan memahami bahwa perusahaan
mengharapkan mereka untuk bersikap etis, membuat keputusan etis dan melakukan hal yang
benar.
Tanggung Jawab Sosial dalam Konteks Lintas Budaya dan Internasional Tanggung
jawab social adalah kumpulan kewajiban organisasi untuk melindungi dan memajukan
masyarakat dimana organisasi bekerja. Kompleksitas bagi manajer bisnis internasional
adalah jelas yaitu kesinambungan yang ideal anara tanggung jawab social secara global
terhadap kondisi lokal yang mungkin memaksa perbedaan pendekatan dengan di neagra-
negara yang berbeda – beda dimana perusahaan tersebut melakukan bisnis.

Contoh klasik keseimbangan tersebut berkaitan dengan industry tembakau. Di beberapa


negara seperti Amerika Serikat, Afrika Selatan dan Inggris, perusahaan tembakau dibatasi dalam
mengiklankan rokok. Tetapi di banyak negara lain lebih longgar pembatasannya atau bahkan
tidak ada pembatasan apa pun. Isunya kemudian adalah, sampai sejauh mana perusahaan
temabakau harus menerapkan pendekatan paling ketat ke semua pasar atau mengambil
keuntungan dari fleksibilitas yang ditawarkan di beberapa pasar untuk secara aktif
mempromosikan penjualan dan penggunaan produk tembakau.
Bidang – Bidang Tanggung Jawab Sosial Organisasi dapat menerapkan tanggung jawab social
terhadap pihak-pihak yang berkepentingan, terhadap lingkungan alam dan kesejahteraan social.

Beberapa organisasi mengetahui tanggung jawab mereka di ketiga bidang itu dan berusahan
sungguh – sungguh untuk mencapainya, yang lainnya menekankan hanya satu atau dua bidang
tanggung jawab sosial. Dan sedikit sekali yang tidak mengetahui tanggung jawab sosial sama
sekali.
a. Stakeholder Organisasi Stakeholder organisasi adalah orang dan organisasi yang
dipengaruhi langsung oleh praktek organisasi tertentu dan mempunyai kepentingan terhadap
kinerja organisasi itu. Kebanyakan perusahaan berkonsentrasi terhadap konsumen, karyawan dan
investor. Organisasi yang bertanggung jawab terhadap konsumen berusaha untuk memperlakukan
mereka dengan adil dan jujur, dengan menjanjikan untuk memberikan harga yang sesuai,
menganggap penting jaminan produk, menepati komitmen pengiriman dan menjaga kualitas produk
yang mereka jual. Contoh perusahaan multinasional yang menerapkan ini adalah Toyota,

Dell Computer, Daimler-Chrysler dan Volkswagen. Organisasi yang bertanggung jawab


secara social dalam menghadapi karyawan, akan memperlakukan pekerja secara adil, membuat
mereka sebagai tim dan menghargai kebebasan dan kebutuhan dasar mereka sebagai manusia.
Organisasi yang telah membangun reputasi kuat dibidang ini adalah HONDA.Organisasi
yang bertanggung jawab terhadap investor, manajer akan mengikuti prosedur akuntansi yang
benar, memberikan informasi yang cukup pada pemegang saham tentang kondisi keuangan
perusahaan, dan mengelola organisasi untuk melindungi hak pemegang saham dan investasi.
b. Lingkungan Alam Belum terlalu lama, banyak organisasi tanpa terkecuali membuang
kotoran, limbah produksi dan sampah ke sungai, ke udara dan tanah kosong. Ketika Royal
Dutch/Shell pertama kali mengeksplorasi sungai Amazon untuk potensi lokasi pengeboran di
akhir 1980-an, krunya menebangi hutan dan meninggalkan sampah di sungai tersebut. Sekarang
banyak undang-undang yang mengatur pembuangan limbah material. Dalam banyak hal,
perusahaan-perusahaan telah semakin bertanggung jawab secara social terhadap pembuangan
bahan polusi dan perlakuan secara umum terhadap lingkungannya.
Kembali ke Shell, ketika meluncurkan ekspedidi eksplorasi yang terakhir ke daerah bagian
sungai Amazon, kelompok ini melibatkan ahli biologi untuk mengawasi perlindungan lingkungan
dan ahli antropologi untuk membantu tim lebih efektif berinteraksi dengan suku asli. Perusahaan juga
telah mengembangkan cara-cara yang layak dan ekonomis untuk menghindari hujan asam dan
pemanasan global, menghindari penipisan ozon, dan mengembangkan metode alternative menangani
kotoran, limbah produksi dan sampah biasa.Contohnya adalah Procter and Gamble yang
menggunakan bahan daur ulang untuk wadah-wadahnya dan Starbuck meneluarkan rencana
membayar supplier kopi bonus tambahan 10 sen per pound jika mereka menunjukkan komitmen
untuk melindungi lingkungan. Dalam hal ini internet juga memainkan peranan penting dalam
konservasi sumber daya dengan mengurangi biaya energy dan polusi dalam transaksi bisnis.

c. Kesejahteraan Sosial Umum Contoh-contohnya adalah mencakup memberi sumbangan


untuk kegiatan sosial, organisasi amal, dan yayasan nirlaba, asosiasi , museum, serta mengambil
peranan dalam meningkatkan kesehatan dan pendidikan masyarakat. Bahkan beberapa orang
percaya bahwa perusahaan harus turut bertindak lebih luas untuk memperbaiki ketidakmerataan
politik dan sosial yang ada di dunia. Dan akhirnya dipercaya bahwa untuk memperlakukan
stakeholder dan lingkungan dengan penuh tanggung jawab, maka organisasi bisnis
internasional juga harus bisa mendorong kesejahteraan social umum masyarakat Negara
tersebut. Mengelola Tanggung Jawab Sosial Lintas Batas Dalam hal pengelolaan tanggung
jawab, bisnis biasanya membuat beberapa usaha aktif untuk mengatasi tanggung jawab
sosial. Perusahaan akan mengadopsi satu dari empat pendekatan berbeda terhadap tanggung
jawab social.
a. Pendekatan terhadap tanggung jawab social Dasar dari pendekatan ini adalah berupa
kewajiban organisasi terhadap masyarakat yang terdapat dalam rentang dari tingkat terendah
sampai tertinggi di bidang praktek tanggung jawab socsal.
Ada 4 pendirian yang dapat diambil oleh organisasi dalam pendekatan kewajiban
terhadap masyarakat, yaitu:
Sikap pandang menghalangi, yaitu biasanya organisasi melakukan sedikit mungkin
untuk mengatasi masalah social dan lingkungan, umumnya berupa penolakan atau
penghindaran tanggung jawab atas tindakan mereka.
Contohnya ketika perusahaan Nestle dan Danone yang dituduh telah melanggar
perjanjian internasional dengan mengendalikan pemasaran susu formula yang menggantikan
air susu ibu, padahal Nestle telah menandatangani perjanjian untuk menekankan pentingnya
peranan ibu menyususi. Sikap pandang bertahan, dimana organisasi melakukan segala
sesuatu yang dipersyaratkan secara hukum tetapi tidak lebih. Pendekatan ini sering dilakukan
oleh perusahaan yang tidak simpati pada konsep tanggung jawab sosial.
Contohnya adalah perusahaan Philip Morris, perusahaan ini mengikuti peraturan di
Amerika Serikat dengan memasukkan peringatan pada perokok tentang produk mereka dan
membatasi iklan di media, akan tetapi mereka mempromosikan besar-besaran produknya
serta sedikit sekali memakai label peringatan kesehatan di beberapa negara di Afrika.
Sikap pandang akomodatif, dimana perusahaan yang memenuhi persyaratan hukum
dan persyaratan etika tetapi juga akan melakukan lebih dari persyaratan ini dalam kasus
tertentu. Sikap pandang proaktif, dimana perusahaan sungguh-sungguh mendukung tanggung
jawab social, mereka melihat diri mereka sebagai warga masyarakat dan secara proaktif
mencari kesempatan untuk menyumbang.

b. Mengelola kesesuaian terhadap peraturan Seperti yang dilihat bahwa ada celah bagi
manajer yang gagal untuk mengadopsi standar etika tinggi dan bagi perusahaan untuk
mengelak dari tanggung jawab hukumnya.
Seharusnya mereka bisa memandang tanggung jawab social sama seperti mereka
memandang strategi bisnis yang lain. Dengan memandang bahwa tanggung jawab social juga
memerlukan perencanaan, pengambilan keputusan, pertimbangan dan evaluasi yang cermat.

Dimana dalam pengelolaannya, tanggung jawab social harus sesuai dengan peraturan
atau kesesuaian dengan hukum yang berlaku. Misalnya pimpinan eksekutif sumber daya
manusia bertanggung jawab untuk menyesuaikan dengan hokum yang terkait dalam hal
perekrutan, pembayaran, keselamatan dan kesehatan kerja. Pengelolaan tanggung jawab
harus memiliki kesesuaian dengan etika, yaitu dengan memberikan pelatihan mengenai etika
dan menyusun panduan serta peraturan etika.
Selain itu pengelolaan tanggung jawab tidak luput dari hal pemberian bantuan
kemanusiaan. Seperti membangun pengolahan limbah sehingga masyarakat yang tinggal di
daerah aliran sungai dapat terhindar dari bahayanya limbah beracun. Contoh paling nyata
adalah ketika perusahaan Merck, mengembangkan obat untuk cacing hati pada anjing. Disaat
yang sama mereka mengetahui bahwa obat ini juga dapat menyembuhkan penyakit yang
umum dikenal dengan buta sungai akibat penyakit menular yang disebabkan oleh gigitan
lalat hitam pada penduduk yang tinggal di sub sahara yang tergolong warga termiskin di
dunia. Merck memutuskan untuk memberikan obat ini secara gratis bagi mereka, dan sejak
tahun 1987 telah menyumbangkan lebih dari 250 juta dos obat kepada kira-kira 30 juta orang
Afrika di sub sahara.

c. Dimensi informal tanggung jawab social


Selain perlunya peraturan formal dalam pengelolaan tanggung jawab social, diperlukan juga
adanya dimensi informal dari perusahaan Yaitu pada prakteknya hal ini ditunjukkan oleh
kepemimpinan dan budaya organisasi didalam perusahaan. Serta bagaimana organisasi
merespon praktek Wistle Blowing yg terjadi dalam oganisasi nya sering menjadi indikasi
sikap pandang organisasi terhadap tanggung jawab sosial. d. Mengevaluasi tanggung jawab
sosial Untuk melihat keefektifitasan dari pelaksanaan tanggung jawab sosial, perushaan perlu
melakukan evaluasi, dan umumnya dilakukan secara formal. Yaitu dengan rutin melakukan
audit sosial perusahaan, yang merupakan analisa formal dan teliti mengenai efektifitas
kinerja sosial perusahaan
KESIMPULAN

Etika didefenisikan sebagai kepercayaan individu tentang apakah keputusan, perilaku,


atau tindakan tertentu benar atau salah. Karena itu apa yang menentukan perilaku etis
berbeda bagi satu orang dengan yang lainnya. Etika seorang individu ditentukan oleh
kombinasi berbagai faktor. Orang mulai membentuk kerangka etis sejak anak-anak untuk
merespon persepsi mereka terhadap perilaku orang tua mereka dan orang dewasa lain yang
berhubungan dengan mereka. Saat anak-anak tumbuh dan masuk sekolah, mereka
dipengaruhi teman-teman yang berinteraksi dengan mereka di kelas dan tempat bermain.
Kejadian setiap hari mendorong mereka untuk melakukan pilihan moral
Etika Dalam Konteks Lintas Budaya dan Internasional, digambarkan dengan;
bagaimana organisasi memperlakukan karyawan, bagaimana karyawan memperlakukan
organisasi dan bagaimana organisasi dan karyawan memperlakukan agen ekonomi lainnya
Tanggung jawab sosial adalah kumpulan kewajiban organisasi untuk melindungi dan
memajukan masyarakat dimana organisasi bekerja. Kompleksitas bagi manajer bisnis
internasional adalah jelas yaitu kesinambungan yang ideal anara tanggung jawab social
secara global terhadap kondisi local yang mungkin memaksa perbedaan pendekatan dengan
di neagra-negara yang berbeda – beda dimana perusahaan tersebut melakukan bisnis.
Mengelola Tanggung Jawab Sosial Lintas Batas, dalam hal pengelolaan tanggung jawab,
bisnis biasanya membuat beberapa usaha aktif untuk mengatasi tanggung jawab social.
Perusahaan akan mengadopsi satu dari empat pendekatan berbeda terhadap tanggung jawab
social, antara lain: Pendekatan terhadap tanggung jawab social, Mengelola kesesuaian terhadap
peraturan, Dimensi informal tanggung jawab social dan Mengevaluasi tanggung jawab social
DAFTAR PUSTAKA

Hellriegel.D., Jackson.S.E., Slocum.J.W., 2002, Management A Competency-Based


Approach, SouthWestern, 9th Edition, Ohio McShane.S.L and Von Glinow.M.A., 2003,
Organizational Behavior; Emerging Realities for the Workplace Revolution, McGraw-Hill
Irwin, New York Wild, John J, Wild, Kenneth L, Han, Jerry C, 2006,
Third Edition, International Business; The Challenges Of Globalization, Pearson Education
Inc. Upper Saddle River, New Jersey,07458. Griffin, Ricky W, and Pustay, Michael W, 2005,
Internasional Bussines ; Fourth edition, Pearson Education Inc. Upper Saddle River, New
Jersey,07458. Ball, Donal A, McCulloch Jr, Wendell H, 2004,
The Challenge Of Global Competition, 9th ed, The McGraw-Hill Companies, Inc.

Anda mungkin juga menyukai