Anda di halaman 1dari 16

Strategic Management

Chapter 9
Ethics, Corporate Social Responsibility,
Environmental Sustainability and Strategy

Disusun oleh:

Beny
Dicky Witama Suryadiredja
Fransiska Christina Berty
Roni Toga Perdana
Yunita Dwi Astuti
Ramadiany Fitrianina

Dosen Pengampu:
Dr. Herris Simandjuntak, MM

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
JAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN

Persaingan industri kerap melahirkan pelanggaran dalam etika bisnis. Padahal, etika
bisnis harus menjadi way of life, bukan sekadar way of thinking. Perusahaan yang peduli
terhadap lingkungan pasti memberikan value yang lebih positif dibandingkan dengan yang
tidak peduli dengan lingkungannya. Sebuah bisnis apabila dijalankan dengan etika bisnis yang
baik akan memberikan kebaikan kepada pelaku bisnis dan masyarakat pada umumnya. Bukan
rahasia lagi bahwa integritas dan kejujuran akanmembuahkan sebuah kepercayaan. Dengan
kepercayaan bisnis ini diharapkan bisa berjalan secara berkesinambungan dalam jangka
panjang. Namun, dalam praktiknya, masalah kepercayaan dalam bisnis bagaikan dua sisi mata
uang yang berkaitan dengan sebuah pilihan antara mempraktikkannya atau sebaliknya.
Kepercayaan tersebut dapat berupa menjaga kerahasiaan perusahaan.
Tanggung Jawab Sosial Korporasi/Corporate Social Responsibility (CSR) telah
menjadi pemikiran para pembuat kebijakan sejak lama.Secara umum, perhatian para pembuat
kebijakan terhadap CSR saat ini telah menunjukkan adanya kesadaran bahwa terdapat potensi
timbulnya dampak buruk dari suatu kegiatan usaha. Dampak buruk tersebut tentunya harus
direduksi sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan kemaslahatan masyarakat sekaligus
tetap bersifat kondusif terhadap iklim usaha. Konsep dan praktik CSR sudah menunjukkan
gejala baru sebagai keharusan yang realistis diterapkan. Para pemilik modal tidak lagi
menganggap CSR sebagai pemborosan. Masyarakat pun menilai hal tersebut sebagai suatu
yang perlu, ini terkait dengan meningkatnya kesadaran sosial kemanusiaan dan lingkungan.
Wujud penerapan etika bisnis dan melakukan CSR oleh perusahaan yaitu untuk
menciptakan sustainability perusahaan terhadap lingkungan sekitar. Sustainability merupakan
issue yang menarik yang sekarang sedang gencardikembangkan dan diperbincangkan di Indonesia
maupun di luar negeri. Konsepsustainability ini bukan hanya berkembang pada level makro saja
namun sekarangsudah merambah ke level mikro perusahaan. Sekarang perusahaan dan
organisasisudah mulai sadar akan pentingnya prinsip berkelanjutan ini, mereka mulai menerapkan
konsep ini di perusahaannya.

Page | 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

What Do We Mean By Business Ethics?


Etika adalah suatu prinsip tingkah laku yang membedakan baik/salah. Etika Bisnis
adalah aplikasi dari standar dan prinsip etika pada action dan pengambilan keputusan dalam
suatu bisnis organisasi beserta tingkahlaku para personelnya. Etika bisnis pada prinsipnya
tidak berbeda jauh dengan etika pada umumnya, mengapa? Hal ini dikarenakan aksi dalam
bisnis harus dinilai sesuai dengan standar masyarakat baik benar atau salah, bukan hanya
berlaku terhadap situasi dan kondisi bisnis aja.

Where Do Ethical Standards Come From-Are They Universal Or Dependent On Local


Norms?
The School of Ethical Universalism
Berdasarkan the school ofethical universalism, benar atau salahnya konsep
fundamental dasar adalah sifatnya universal dan melaluikultur, masyarakat, dan agama.
Sebagai contohnya adalah dapat dipercaya (tidak berbohong) merupakan hal yang baik di
seluruh dunia. Umumnya banyaknya moral tentang baik atau buruknya suatu aksi dan perilaku
di seluruh dunia membuat suatu standar etika bagaimana penerapannya dalam kegiatan sehari
hari. Prinsip etika yang universal ini kemudian membentuk perilaku dan sifat yang dipandang
mulia dan yang seharusnya ditampilkan oleh orang.
Contoh - contoh penerapan dari Ethical Universalism yaitu:
1. Berbicara jujur dan mengatakan yang sebenarnya
2. Dapat dipercaya
3. Menghormati hak-hak orang lain
4. Menerapkan The Golden Rule
 Memperlakukan orang dengan respect dan sesuai martabat
5. Melakukan uji keamanan produk
6. Tidak bertindak dengan cara yang:
 Merugikan orang lain atau menempatkan mereka pada keadaan yang beresiko
 Merusak Lingkungan

Page | 3
The School Of Ethical Relativism
Beberapa moral universal persepsi (seperti kejujuran/kerpecayaan) merupakan variasi
dari satu masyarakat dengan yang lainnya yang menggambarkan baik atau tidak etika.
Kepercayaan, adat masyarakat, tradisi, core values, dan norma tingkah laku yang berbeda
membuat standar berbeda mengenai adil atau tidak adil, moral atau tidak moral, benar secara
etika atau salah. Sebagai contoh, seorang Manager di negara Eropa dan Amerika menjunjung
tinggi hak asasi manusia seperti kebebasan beropini atau berpenapat. Di negara China, hak
asasi manusia tidak kuat dan dianggap hak asasi manusia ini berperan kecil dalam menentukan
aktivitas bisnis yang benar atau salah secara etika. Oleh karena itu, ethical relativism
memberikan pola universal untuk menilai etika atas aksi bisnis dan perilaku perusahaan.
Untuk bisnis, implikasinya jika terdapat perbedaan standar etika lintas budaya atau
lintas negara, etika standar lokal di negara tersebut didahulukan. Dalam hal ethical relativism,
terdapat sedikit hal mutlak jika dikaitkan dengan etika bisnis, sehingga muncul beragam
standar etika, tetapi juga akanmemunculkan tantangan dilema etika, yaitu:
Menggunakan tenaga kerja di bawah umur.
Di dalam industri penggunaan tenaga kerja di bawah umur sangat tabu di negara maju,
tetapi akan berbeda jika di negara negara seperti Ethiopia, Zimbabwe, Somalia, dan negara
lain yang memandang pekerja di bawah umur itu hal yang biasa. Hal ini sendiri terjadi karena
tuntutan atau desakan ekonomi di keluarga pekerja di bawah umur sehingga mempekerjakan
anaknya merupakan pilihan yang lebih baik daripada sekolah (dikarenakan keterbatasan
biaya).
Contoh yang menggunakan tenaga kerja dibawah umur yaitu:
1. India, Bangladesh, Botswana, Sri Lanka, Ghana, Somalia, Turkey, dll yang melihat
anak umur 5-17 sebagai pekerja yang potensial
2. Kasus Cadbury di Pantai Gading
Sogokan atau Penyuapan.
Pada beberapa negara seperti di negara Eropa, Afrika, Amerika Latin dan Asia,
sogokan atau penyuapan itu merupakan hal yang sudah biasa, contohnya yaitu melakukan
penyogokan untuk mendapatkan kontrak pemerintah atauhal lainnya. Perusahaan yang
menentang praktik sogok atau suap di negara yang memandang praktik ini hal yang biasa akan
menghadapi masalah dan dapat berakibat kalah bersaingdalam bisnis. Pada sisi lain, praktik

Page | 4
sogok atau suap ini tidak hanya merusak kode etik perusahaan, tetapi juga berisiko melawan
hukum.Beberapa negara menganggap menyuap itu biasa dilakukan di bisnis seperti di negara
Meksiko, Turki, Italia.
Menggunkan Prinsip Ethical Relativism untuk membuat standar etika merupakan
masalah untuk Perusahaan Multinasional.
Ketergantungan pada prinsip ethical relativism untuk menentukan standard etika yang
baik atau tidak di seluruh lini perusahaan sangat susah bagi perusahaan multinasional,
dikarenakan adanya keragaman etika di dalam perusahaan multinasional itu sendiri.Wal-mart
US, Wal-Mart Jerman, Walmex (Mexico), Wal-Mart Jepang merupakan perusahaan
multinasional yang menerapkan standar etika di setiap gerainya. Selain itu juga terdapat moral
lokal yang dijadikan perilaku etika yaitu INHUTANI Makassar yang menggunakan tenaga
kerja asal Jawa daripada orang masyarakat lokal karena dianggap etos kerjanya yang malas.

Ethics and Integrative Social Contracts Theory


Teori mengenai integrative social contracts menengahi posisi yang berlawanan dari
ethical universalism dan ethical relativism. Berdasarkan teori ini, standar etika yang harus
dijunjung oleh setiap perusahaan ditentukan oleh dua hal, yaitu:
(1) beberapa prinsip etika universal yang berlaku untuk semua situasi dan
(2) konsisi-kondisi budaya lokal, tradisi, nilai-nilai.
Prinsip etika universal ini terbentuk melalui pandangan kolektif dari beragam budaya,
lingkungan dan dikombinasikan olehEthics and Integrative Social Contracts Teori ini
membentuk suatu “social contract” yang berlaku pada setiap individu, grup, organisasi dan
bisnis pada setiap situasi. Untuk membatasi “social contract” tersebut, budaya lokal dapat
menentukan aksi apa yang etis dan tidak etis. Jika ada hal yang berlawanan dengan prinsip
universal dengan budaya lokal, maka prinsip etika universal didahulukan selalu.
Contoh, jika penyuapan sudah dianggap biasa pada suatu negara, secara umum, mayoritas
agama di dunia akam menolak praktik sogok atau suap. Sehingga nantinyaPerusahaan
Multinasional dapat menganut prinsip etika universal yang menolak praktik sogok atau suap.
Kebanyakan isu etika social contract theory ini muncul untuk iklan produk tembakau
atau rokok. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tembakau terbesar di dunia,
tanpa mengesampingkan isu bahaya dari akibat merokok maka iklan rokok ditayangkan di

Page | 5
media lewat tengah malam dan tidak memunculkan gambar orang merokok serta
menampilkan resiko dari merokok itu sendiri.

How and Why Ethical Standards Impact The Tasks Of Crafting and Executing Strategy.
Beberapa perusahaan menyatakan kewajiban etika mereka yaitu dalam bentuk kode
etik yang diterapkan. Namun terdapat juga perbedaan besar antara membuat kode etik karena
aturan atau kewajiban dengan memiliki standard etika yang benar-benar memberikan arahan
untuk strategi perusahaan dan tingkah laku perusahaan.
Kepatuhan perusahaan dengan kode etik perusahaan tergantung dari bagaimana cara
memimpin perusahaan. Hal ini dapat diwujudkan dengan mengajukan tiga pertanyaan setiap
strategic initiative untuk peninjauan, yaitu:
1. Apakah yang akan kita usulkan telah tunduk dengan kode etika? Apaterdapat area
yang ambigu untuk diperhatikan?
2. Apakah nyata bahwa aksi yang diusulkan ini sejalan dengan kode kita? Apakah ada
konflik atau potensi masalah yang jelas
3. Apakah ada dari aksi yang diusulkan dapat menjadi penolakan secara etika?
Walaupun banyakpepimpin perusahaan berhati-hati untuk memastikan bahwa strategi
perusahaan tetap dalam batas legal, tetapi banyak bukti yang memperlihatkan strategi dan
aktivitas operasi tidak dalam batas ethical.

Drivers of Unethical Business Strategies and Behavior


Terdapat 3 pemicu utama dari perilaku bisnis yang tidak etis yaitu:
1. Pengawasan yang salah, sehingga memungkinkan terjadinya pengejaran keuntungan
pribadi.Banyak orang yang terobsesi dengan akumulasi kekayaan, status, kekuasaan,
dan self-interest mereka sendiri dan hal tersebut seringkali mengesampingkan prinsip
etika untuk pengejaran keuntungan-keuntungan pribadi yang menjadi obsesi
mereka.Pengawasan internal perusahaan yang buruk dapat memungkinkan terjadinya
self-dealing dalam mengejar keuntungan pribadi, kekayaan, dan kepentingan. Self
dealing sendiri adalah suatu tindakan oleh manager dalam melihat keuntungan pribadi
dari posisi perusahaan dibandingkan untuk keuntungan perusahaan.

Page | 6
Contoh: Kasus investasi bodong mantan manager JP Morgan, Kasus pembobolan dana
nasabah Citibank oleh Melinda Dee
2. Tekanan yang kuat kepada pemimpin perusahaan untuk memenuhi target performa
jangka pendek.Permasalahan fundamental utama yaitu Short Termism, dikarenakan
dikejar target performa jangka pendek, contohnya target penjualan kuartal atau
tahunan, para pimpinan seringkali melakukan apapun untuk menjaga reputasi mereka
dengan menyajikan hasil yang baik.
Contoh : Kasus pencemaran lingkungan oleh PT. Newmont Minahasa Raya
3. Budaya perusahaan yang mengedepankan keuntungan dibandingkan perilaku etis.Pada
saat budaya perusahaan memunculkan iklim kerja yang amoral atau buruk secara etika,
anggota perusahaan akan melakukan perilaku atau strategi yang mereka dapat lakukan
dan tidak memperhatikan apakah itu benar atau salah dan Perusahaan menjadikan
budaya dalam menempatkan profitabilitas dan kinerja bisnis berdasarkan perilaku
etis.Contoh: Kasus Delay dan Kehilangan Bagasi Maskapai Penerbangan Lion air

Why Should Company Strategies Be Ethical?


Terdapat 2 alasan mengapa strategi perusahaan harus etis, yaitu:
1. Strategi yang tidak etis itu salah secara moral dan menggambarkan karakter buruk dari
perusahaan dan karyawannya.
2. Strategi etis dapat menjadi suatu bisnis yang baik dan dapat memberikan interest para
pemegang saham

The Moral Case for an Ethical Strategy


Ethical strategysecara umum dihasilkan oleh seorang Manager dengan karakter moral
yang kuat (seperti dapat dipercayai, memiliki integritas, dan lainnya). Manager yang memiliki
prinsip etis kuat biasanya menjunjung tinggi kode etik perusahaan dan kepatuhan dengan etika
yang kuat, dan benar-benar berkomitmen untuk menegakkan nilai perusahaan dan prinsip
etika bisnis. Dengan demikian, manager yang secara etika kuat akan memilih aksi strategik
yang mampu melewati pengawasan moral yang paling ketat sekalipun.

Contoh :Kasus Podomoro Agung Group (PAG) yang menyuap DPRD DKI untuk proyek
reklamasi.

Page | 7
The Business Case for Ethical Strategies
Strategi tidak etis dan membiarkan perilaku tidak etis dalam perusahaan tidak hanya
merusak reputasi perusahaan tetapi juga dapat memberikan konsekuensi yang dapat
merugikan lainnya.
Contoh :Kasus Ajinomoto yang mengandung enzim babi.

Gambar di bawah ini menyajikan biaya-biaya yang dapat ditimbulkan terkait perilaku tidak
etis suatu perusahaan.

Contoh : Kasus pada Smartphone Samsung Galaxy Note 7


1. Visible cost
Adanya tuntutan dari konsumen yang menuntut ganti rugi dan kompensasi serta biaya
pengobatan akibat Note 7 yang meledak.
2. Internal Administrative Cost
Biaya penarikan kembali produk note 7, penelitian ulang terhadap produknya.

Page | 8
3. Intangible or Less Visible Cost
Brand image Samsung yang tercoreng yang berakibat berkurangnya loyalitas
konsumen dan menimbulkan ketakutan untuk memakai produk Samsung

Berdasarkan gambar diatas dapat disimpulkan, perilaku tidak etis perusahaan berisiko
dan berdampak buruk kepada para pemegang saham dalam bentuk kehilangan pendapatan,
biaya lebih tinggi, keuntungan yang lebih rendah, harga saham yang lebih rendah, dan reputasi
perusahaan yang memburuk. Oleh Karenanya, perusahaan berusaha untuk selalu
mengedepankan etika bisnis yang baik agar bisnisnya menjadi semakin baik.

Strategy, Corporate Social Responsibility, and Environmental Sustainability


Corporate Social Responsibility (CSR) adalah bagian dari kewajiban perusahaan untuk
beroperasi dengan cara terhormat, menyediakan kondisi kerja yang baik untuk karyawan,
mendukung keragaman, menjadi pengurus lingkungan yang baik, dan secara aktif bekerja
memperbaiki kualitas hidup komunitas dan lingkungan di mana perusahaan beroperasi.

The Concept of Corporate Social Responsibility and Good Corporate Citizenship


Esensi dari perilaku bisnis yang bertanggung jawab secara sosial adalah perusahaan itu
harus seimbang antara menguntungkan pemegang saham dan juga kewajiban menjadi
corporate citizen yang baik. Terdapat 5 elemen dalam program CSR suatu perusahaan yaitu:

Page | 9
1. Berusaha menggunakan strategi etika danmemperhatikan prinsip-prinsip etika dalam
mengoperasikan bisnis.
Contoh :PT. Freeport Indonesia yang membangun Rumah Sakit dan Sekolah di Banti dan
Timika untuk karyawannya.
2. Membuat kontribusi sosial, mendukung community service endeavors, terlibat dalam
philantropic initiative yang lebih luas, dan membuat perbedaan bagi kehidupan yang
dirugikan.
Contoh :Astra Group melalui Yayasan Toyota Astra memberikan program beasiswa, dana
riset, dll.
3. Melakukan tindakan untuk melindungi lingkungan, dan secara khusus mengurangi atau
menghilangkan dampak yang merugikan lingkungan akibat aktivitas bisnis perusahaan.
Contoh :Pertamina melalui program kali bersih dan penghijauan DAS Ciliwung serta
konservasi orangutan di Sangatta.
4. Membuat lingungan kerja yang dapat meningkatkan kualitas hidup karyawan.
Contoh :PT. MNC Investama, Tbk melalui program K3, pemeriksaan kesehatan gratis
dalam rangka menghormati dan memenuhi hak-hak karyawan.

Page | 10
5. Membangun tenaga kerja yang beragam terkait gender, ras, asal negara, dan aspek lainnya
ke dalam lingkungan kerja.
Contoh :PT. Ecogreen Oleochemichal di Batam yang memberikan perumahan kepada
karyawan, pendidikan, renumerasi, koperasi, dll.

Sekumpulan kombinasi kegiatan sosial yang bermanfaat yang berisikan kegiatan


perusahaan dalam memberikan kontribusinya berupa waktu, uang dan sumber daya disebut
dengan strategi corporate social responsibility.

Corporate Social Responsibility and The Triple Bottom Line


Inisiatif CSR yang dilakukan oleh perusahaan bertujuan untuk meningkatkantriple
bottom line (TBL) perusahaan yang terdiri dari tiga tipe pengukuran perforrma yaitu ekonomi,
sosial, dan lingkungan.Tiga dimensi performa juga sering disebut “three pillars” yang terdiri
atas “people, planet, profit.” Dimana people sendiri mengarah kepada inisiatif sosial yang
membentuk strategi CSR, seperti pemberian perusahaan, keterlibatan komunitas, dan usaha
perusahaan memperbaiki kehidupan stakeholder internal dan eksternal. Planet
mengarahkepada dampak ekologi dan praktek environmental yangdilakukan oleh perusahaan.
Sedangkan profit memiliki arti lebih luas dimana tidak hanya mengejar keuntungan pemegang
saham, tetapi juga memberikan dampak ekonomi kepada lingkungan secara umum. Triple
Bottom Line pada CSR dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Page | 11
What Do We Mean by Sustainability and Sustainable Business Practices?
Sustainability sudah banyak digunakan di beberapa perusahaan, dalam beberapa
perusahaan sustainability memiliki arti yang sama dengan corporate social responsibility,
dalam kata lain CSR merupakan suatu tahapan dalam bisnis. Sustainability ini berfokus
terhadap lingkungan dan sumber daya natural seperti tanah, air, plant, binatang, mineral,
fosil,bensin dan biodiversity.
Sustainable business practicesmemiliki arti ayaitu suatu praktek bisnis yang
memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan potensi untuk pemenuhan kebutuhan di
masa yang akandatang. Environmental sustainability strategies juga berkaitan dengan aksi
melindungi lingkungan, dimana memungkinkan sumber daya alam yang memiliki umur
panjang, mempertahankan ecological support systems untuk generasi masa akan datang dan
melindungi dari dampak yang dapat membahayakan planet.
Salah satu aspek environmental sustainability adalah penggunaan sumber daya alam di
bumi dengan level yang dapat diperbaharui dengan praktik bisnis yang sustainable. Aspek dari

Page | 12
sustainability lainnya seperti penggunaan sumber daya sustainable, penggunaan material yang
dapat didaur ulang, penggunaan metode sustainable growing foods (seperti pengurangan
pestisida, pupuk, atau bahan kimia lainnya yang membahayakan kesehatan dan lingkungan).

Crafting Corporate Social Responsibility and Sustainability Strategies


CSR dan environmental strategies dapat memberikan berkontribusi untuk
meningkatkan competitive advantage perusahaan, contohnya dengan strategi sustainability
langkah Ford untuk mengurangi emisi karbon dapat memberikan competitive advantage bagi
Ford dan juga dapat memberikan keuntungan bagi lingkungan. Strategi CSR dan
environmental sustainability ini akan lebih mungkin berkontribusi untuk competitive
advantage perusahaan jika strategi tersebut berhubungan dengan resources dan capabilites
penting perusahaan atau aktivitas value chain perusahaan. Sehingga, sangat umum jika
perusahaan yang terlibat dalam produksi listrik, manufaktur produk kertas, eksplorasi alam,
produksi kendaraan bermotor, produksi bahan kimia lebih dalam menekankan perhatian akan
lingkungan dibandingkan perusahaan software atau perusahaan produksi pakaian.

The Moral Case for Corporate Social Responsibility and Environmentally Sustainable
Business Practices
Dalam iklim sosial dan politik sekarang ini, kebanyakan para pemimpin bisnis
diharapkandapat memandang aksi-aksi bertanggung jawab secara sosial dimana itu sangat
penting dan perusahaan juga harus memiliki tugas menjadi good corporate citizens.
Lingkungan memberikan hak bagi perusahaan untuk menjalankan bisnisnya dan setuju untuk
tidak mencegah perusahaan mengejar profit dari barang atau jasa yang dijual. Untuk
membalas hak yang diberikan, perusahaan memiliki kewajiban untuk berlaku sebagai warga
yang bertanggung jawab, memajukan kesejahteraan, menghindari hal-hal yang merugikan.

The Business Case for Corporate Social Responsibility and Environmentally Sustainable
Business Practices
Dibawah ini merupakan alasan mengapa perusahaan harus berjiwa publik, mengalokasikan
waktu dan daya untuk social responsibliity, environmental sustainability, dan grood corporate
citizenshipyaitu:

Page | 13
1. Dapat menambah buyer patronage.
Perusahaan yang tampak bertanggung jawab secara sosial dan mempraktikkan strategi
environmental strategy akan mendapatkan preferensi lebih bagi pelanggan yang ingin
melakukan bisnis yang merupakan good corporate citizen.
2. Mengurangi resiko insiden yang merusak reputasi.
Perusahaan yang kurang peduli pada sosial akan cenderung lebih rentan terhadap
skandal, karena pelanggan, lingkungan, aktivis akan cepat mengkritik perusahaan
seperti ini.
3. Mengurangi biaya dan meningkatkan employee recruiting and workforce
retention.
Perusahaan yang memiliki reputasi baik dalam tanggung jawab sosial akan lebih
mudah menarik dan mempertahankan karyawannya karena beberapa karyawan akan
merasa lebih baik bekerja dengan perusahaan yang memperbaiki lingkungan sosial,
pada akhirnya turnover karyawan di perusahaan akan semakin berkurang dan
produktivitas kerja karyawan lebih baik.
4. Melihat adanya peluang tambahan untuk pendapatan.
Dengan menyarsar sustainability dan social responsibility dapat memberikan usaha
inovatif yang menghasilkan produk baru dan peluang tambahan pendapatan.
5. Strategi CSR dan praktik bisnis yang sustainable baik untuk long-term interest
pemegang saham.
Hasil studi membuktikan perusahaan yang memiliki rating tinggi dalam hal sosial dan
lingkungan memiliki performa 35 hingga 45 persen lebih baik dari rata-rata 2.500
perusahaan di index Dow Jones. Lebih jauh lagi, perusahaan yang bertanggung jawab
secara sosial akan terhindar dari aksi preempt legal and regulatory yang memakan
biaya tinggi. Kemudian, strategi CSR juga dapat memberikan kontribusi pada
competitive advantage perusahaan dan pada waktu yang sama memberikam nilai yang
lebih baik bagi sosial. Misalkan, walmart, mengurangi material packaging dan
memotong rute perjalanan truknya berujung penghematan $200 juta.

Page | 14
BAB III
KESIMPULAN

CSR merupakan tanggung jawab sosial dari perusahaan pada dasarnya memiliki
konsep dengan visi yang sama yang untuk pembangunan yang berkelanjutan. Konsep yang
dikembangkan disesuiakan dengan dimensi-dimensi yang ingin diterapakan oleh perusahaan.
Berbicara tentang visi keberlanjutan dari CSR, hal ini berkaitan dengan proses-proses yang
menjadi tahapan yang harus dilewati oleh perusahaan. Misalnya dari segi CSR untuk
pemeberdayaan masyarakat penerapan CSR dimulai dari pengokohan perusahaan untuk
mencapai keberhasilan dari segi finansial, kemudian ekonomi, sehingga dapat berdampak pad
sosial dan lingkungan. Sementara itu, adanya isue-isue yang berkembang dalam penerapan
CSR ini juga menjadi hal yang perlu diantisipasi terlebih jika isue yang dimaksud lebih
kepada pemaksimalan damapak negatif.
CSR merupakan kewajiban mutlak perusahaan sebagai suatu bentuk tanggung jawab
sosial perusahaan berupa kepedulian dan perhatian pada komunitas sekitarnya. Pandangan
perusahaan terhadap kewajiban tersebut berbeda-beda. Mulai dari anggapan sekedar basa- basi
atau suatu keterpaksaan, hanya untuk pemenuhan kewajiban, hingga pelaksanaan berdasarkan
asas kesukarelaan. Bentuk-bentuk CSR yang dapat dilakukan oleh perusahaan dapat
diwujudkan dalam berbagai bidang kehidupan yang penerapannya harus disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat penerima CSR.
CSR memberikan manfaat yang sangat besar dalam mensejahterakan masyarakat dan
melestarikan lingkungan sekitarnya, serta bentuk investasi bagi perusahaan pelakunya.
Investasi bagi perusahaan dapat berupa jaminan keberlanjutan operasi perusahaan dan
pembentukan citra positif perusahaan. Manfaat ini dapat diperoleh apabila perusahaan
menerapkan CSR atas dasar kesukarelaan, sehingga akan timbul hubungan timbal balik antara
pihak perusahaan dengan masyarakat sekitar. Masyarakat akan secara sukarela membela
keberlanjutan perusahaan tersebut dan memberikan persepsi yang baik pada perusahaan.
Dengan begitu citra positif perusahaan akan terbentuk dengan sendirinya.

Page | 15
DAFTAR REFERENSI

Thompson et al. Crafting & Executing Strategy. 20th Edition. (New York: McGraw-Hill,
2016),

Wheelen, Thomas L., Hunger, J. David., Hoffman, Alan N., Bamford, Charles E. Strategy
Management and Business Policy. 14th Edition. 2015. Pearson Education.

Page | 16

Anda mungkin juga menyukai