Case No 2
Airbnb in 2016 : A Business Model for The Sharing Economy
1. Identifikasi terhadap bisnis model, ilustrasi dan perbandingan antara Airbnb, hotel besar (Marriot/Hilton) dan
B&B (Bed & Breakfast).
2. Perbandingan antara strengths (kelebihan) dan weaknesses (kekuarangan) antara Airbnb, hotel besar
(Marriot/Hilton) dan B&B (Bed & Breakfast).
3. Customer value Airbnb dalam menyikapi perubahan dalam pemesanan hunian dan kamar tempat tinggal.
Customer value berubah seiring perkembangan teknologi yang cepat. Airbnb menyiapkan platform online untuk
memudahkan orang melakukan penyewaan kamar/hunian dan Airbnb tidak perlu memiliki hotel/hunian sebagai
properti secara fisik. Airbnb tidak hanya memanfaatkan teknologi tetapi juga melakukan perubahan cara
konsumen untuk berinteraksi dengan bisnis penginapan/hunian. Menurut Rimer, ada tiga faktor utama yang
menjadi atribut kesuksesan Airbnb: akomodasi, keuntungan ekonomi, dan motif idealis.
Airbnb menawarkan harga fleksibel dan mengacu pada layanan penginapan peer-to-peer sebagai konsep
"ekonomi berbagi"/sharing economy. Konsumen dapat menyewa properti untuk penawaran jangka pendek atau
jangka panjang dari pemilik properti. Airbnb juga membantu pertumbuhan ekonomi lokal dengan menciptakan
keuntungan bagi pemilik dan komunitas. Airbnb mengenakan biaya komisi layanan sebesar 3% kepada pemilik
property dan handling fee setelah pemesanan selesai dilakukan konsumen. Konsumen diharuskan membayar
sekitar 11% yang tidak dapat dikembalikan untuk setiap pemesanan yang dilakukan. Selain itu, konsumen
Airbnb dapat merasakan pengalaman di hunian tersebut sebelum melakukan transaksi melalui komentar tamu
lainnya yang sudah merekomendasikan hunian tersebut dalam aplikasi Airbnb.(Rimer, 2017).
Terdapat beberapa kompetitif yang dimiliki Airbnb sehingga menjadi sukses yaitu penggunaan smartphone dan
teknologi sebagai diferensiasi brand dan produk. Bisnis model yang dilakukan Airbnb sanget berbeda dengan
mekanisme tradisional yang dilakukan oleh competitor Airbnb. Airbnb mencoba melakukan inovasi dengan
pendekatan teknologi, dimana secara perspektif marketing, teknologi tersebut sudah dimiliki oleh seluruh orang
yaitu smartphone. Melalui smarphone, konsumen disajikan user experience yang berbeda saat melakukan
pemesanan hotel/hunian dengan dengan menggunakan aplikasi antara lain, konsumen dapat melihat review
dari rating yang diinformasikan oleh konsumen sebelumnya, terdapat kolom komentar terkait review
hotel/hunian, & pilihan/jenis hunian yang lebih beragam dengan bundling kegiatan wisata di daerah sekitar.
Konsep sharing economyring economy yang dijalankan sesuai dengan target karena mengakomodir proses dari
hulu sampai ke hilir sehingga semua pihak yaitu pemilik properti/hunian dan komunitas dapat merasakan
keuntungan yang sama.
Airbnb sebagai salah satu leaders di bisnis sharing economy masih memiliki kekurangan. Adapun kekurangan
ini bersifat isu untuk menciptakan peluang yang lebih baik lagi terhadap bisnis Airbnb.
a. Customer services : saat ini Airbnb hanya menyiapkan rating sebagai informasi kepada konsumen untuk
melihat kualitas dari hunian yang akan ditempati. Namun, review tersebut dapat bersumber dari pihak
pemilik properti itu sendiri sehingga informasi yang tertuang dalam review tersebut bersifat terkadang tidak
real dari tamu hunian. Untuk mengantisipasi ini, setidaknya Airbnb memiliki layanan cutomer service yang
dilakukan secara acak/random untuk mengkonfirmasi keterangan review yang disampaikan oleh konsumen.
b. Loyalty Program : Airbnb hanya melakukan penagihan terhadap transaksi yang dilakukan. Kedepan, Airbnb
harus memikirkan konsep loyalty seperti penawaran gratis 1 malam setelah melakukan 10 kali booking
hunian atau diskon terhadap hunian.