Anda di halaman 1dari 18

Etika dan Tanggung Jawab Sosial

dalam Bisnis Internasional

Oleh:

Dra. MARHAYANIE, MSi

NIP: 19580427 198503 2 002

DEPARTEMEN MANAJEMEN ‐ FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2011

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmad dan hidayah Nya penulis
telah dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun judul dari makalah ini adalah ‘Etika dan
Tanggung Jawab Sosial dalam Bisnis Internasioanal’ yang membahas unsur kunci dalam
mengelola perilaku etis dari manager dan tanggung jawab sosial yang harus dijalankan
perusahaan dalam konteks lintas budaya dan bisnis internasional.

Penulisan makalah ini dilakukan adalah sebagai reaksi dari penulis karena semakin
beratnya tantangan yang dihadapi oleh perusahaan yang memasuki bisnis internasional dan
bersaing di pasar global pada masa ini. Mengetahui bagaimana organisasi mengelola tanggung
jawab social lintas batas dan mengetahui peraturan peraturan yang mengatur perilaku etis
merupakan kunci keberhasilan suatu organisasi dalam menjalankan bisnis internasional.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis
menerima saran dan kritik yang dapat menjadikan makalah ini menjadi lebih baik.. Akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian
makalah ini, dan penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak

Medan, Februari 2011

Penulis

Dra. Marhayanie , MSi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ……………………………………………

I. PENDAHULUAN ……………………………………………. 1

II. PEMBAHASAN ……………………………………………. 4

III. KESIMPULAN ……………………………………………. 13

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………. 14

Universitas Sumatera Utara


I. PENDAHULUAN

Sudah umum bagi perusahaan-perusahaan untuk memindahkan produksi dan pekerjaan tingkat
bawah dari negara asalnya ke negara lain, terutama untuk mendapatkan biaya tenaga kerja yang
lebih murah. Tetapi tindakan ini kadang-kadang menimbulkan publikasi yang tidak
menguntungkan dan bahkan membeberkan isu-isu dasar yang berkaitan dengan pelanggaran hak
asasi. Contohnya seperti distributor jus buah Minute Maid, Tropicana dan Nestle yang selama ini
membeli jus buah dari pemasok di Amerika Selatan. Tetapi beberapa tahun lalu telah diketahui
bahwa banyak pemasok ini mengandalkan tenaga anak-anak untuk memanen jeruk orange, jeruk
lemon dan buah-buahan lainnya. Anak-anak usia sembilan tahun diambil dari sekolah oleh
orang tua mereka yang miskin dan diperkerjakan di kebun buah. Orang tua ini tidak melihat
sesuatu yang salah dalam praktek ini karena mereka sendiri juga memetik buah waktu kecil.
Meskipun beberapa langkah diambil untuk mengatasi masalah ini, praktek ini tetap berlangsung.

Ini dan banyak contoh lain telah menjadi perdebatan dan diskusi dalam waktu lama, terdapat isu
mendasar yang nyata. Perusahaan menurunkan biaya produksi dengan sourcing ke luar negeri.
Pertentangan berpusat pada bagaimana menyeimbangkan pencarian laba melalui biaya tenaga
kerja yang murah terhadap potensi eksploitasi anak-anak dan penerima upah rendah lain dan
pelanggaran hak asasi.

Kasus produksi di luar negeri itu menggambarkan satu dari tantangan terbesar yang dihadapi
bisnis internasional sekarang, menentukan standar etika yang tepat dan beroperasi dengan
tanggung jawab sosial. Meskipun secara ekstrim, isu itu tidak jelas saat mereka lihat pertama
kali. Contohnya, banyak orang dari negara maju akan setuju bahwa tidak etis bagi sebuah bisnis
untuk meng-outsource produksi ke pabrik di luar negeri yang mengandalkan tenaga anak-anak
atau yang menyelenggarakan kondisi kerja yang tidak aman. Tetapi masyarakat di negara itu
mungkin berargumen bahwa meskipun tidak menarik bagi orang luar, pekerjaan ini lebih baik
daripada tidak bekerja.

Jika tenaga anak-anak dan kondisi kerja tidak problematis, perhatian tidak begitu ekstrim, tetapi
masih ada isu upah yang wajar dan pengurangan pekerjaan di negara asal.

Universitas Sumatera Utara


Sebagai seorang investor, seseorang mungkin bangga dengan perusahaan yang menghapuskan
500 tenaga kerja mahal di negaranya dan menggantikan mereka dengan upah yang lebih murah
di luar negeri. Tetapi orang-orang yang digantikan itu mungkin dengan suara keras berargumen
bahwa tidak etis bagi mereka kehilangan pekerjaan hanya karena digantikan oleh orang lain dari
negara lain yang mau bekerja untuk uang yang lebih sedikit.

Kita juga melihat bagaimana perusahaan internasional harus bekerja untuk mengatasi berbagai
macam rintangan dan hambatan dalam menghadapi system politik yang tidak lazim dan tidak
dikenal dengan baik oleh mereka bila berada di Negara lain. Begitu juga, perusahaan harus
beradaptasi dengan ketidaksamaan system hukum yang berlaku dalam pasar global. Amerika dan
Negara Eropa cenderung memiliki peraturan dan hukum yang relative keras sehubungan dengan
kualitas produk, polusi lingkungan dan perlakuan terhadap karyawan. Tetapi beberapa hukum
secara khas sangat lemah di banyak Negara seberang Afrika, Asia dan Amerika Latin. Oleh
karena itu perbedaaan undang undang dan hukum ysng terdapat dalam lingkungan bisnis
internasional dapat menjadi ethical issues bagi manager.

Meskipun semua Negara memiliki system hukum yang menetapkan batasan batasan terhadap
perilaku yang mematuhi hukum untuk individu dan aktivitas perusahaan, tetapi tidak ada system
hukum yang dapat mengantisipasi situasi dimana seorang individu atau perusahaan melakukan
perilaku yang menyimpang. Sangat menyedihkan, bahkan beberapa perusahaan internasional dan
managernya memanfaatkan dan mengeksploitasi adanya perbedaan standard hukum nasional
sebuah Negara. Sebagai contoh, sebuah perusahaan bisa menjual produk ke luar negri karena
produk tersebut di larang di negaranya sendiri, ataupun menjalankan aktivitas bisnis
internasioanal untuk mengambil keuntungan karena adanya kelemahan dalam peraturan Negara
tersebut. Sehingga perbedaaan hukum dapat mengembangkan ethical issues bagi para pelaku
bisnis internasional.

Ketika perusahaan bergabung kedalam lingkungan bisnis global, maka manager akan membuka
dirinya untuk perbedaan budaya. Ini berarti bahwa manager harus bisa menyikapi konsep yang
berbeda dari perilaku etis dan pedoman yang berbeda dalam perilaku tanggung jawab social.
Konfrontasi praktek bisnis yang tidak begitu familiar menghadapkan perusahaan pada
kesempatan luar biasa dan peluang yang sangat menakjubkan dan kemungkinan potensial jatuh
dalam lubang. Issue tenaga kerja anak anak, hak asasi , polusi lingkungan, dan penutupan

Universitas Sumatera Utara


pabrik2 menjadi topic debat utama dalam kegiatan bisnis internasional. Saat ini, manager harus
benar benar mengawasi perilaku mereka sendiri, perilaku semua karyawan perusahaannya, dan
bahkan perilaku dari seluruh pelaku bisnis yang terlibat dalam bisnis perusahaannya di luar
negri.

Universitas Sumatera Utara


II. PEMBAHASAN

Macam Etika dan Tanggung Jawab Sosial dalam Bisnis Internasional

Alasan dasar keberadaan suatu bisnis adalah untuk menciptakan nilai (dalam bentuk keuntungan)
bagi pemiliknya. Selain itu, sebagian besar orang bekerja untuk memperoleh penghasilan untuk
kehidupan mereka atau keluarga mereka. Sebagai akibatnya, tujuan dari setiap keputusan yang
dibuat untuk kepentingan bisnis atau individu dalam sebuah bisnis adalah untuk meningkatkan
penghasilan (bagi bisnis dan individu) dan mengurangi biaya. Dalam banyak kasus, manager
membuat keputusan dan bertingkah laku untuk pribadi dan untuk perusahaan mereka dengan
perilaku yang diterima masyarakat. Tetapi dalam pelaksanaannya kadang mereka menyimpang
terlalu banyak. Kejadian perilaku yang tidak diterima yang dilakukan oleh bisnis atau orang-
orang dalam bisnis telah meningkat. Karena itu, seperti halnya dunia bisnis yang semakin
internasional semakin meningkat pula perhatian terhadap etika dan tanggung jawab sosial yang
dijalankan oleh manager dan bisnisnya.

Etika didefenisikan sebagai kepercayaan individu tentang apakah keputusan, perilaku, atau
tindakan tertentu benar atau salah. Karena itu apa yang menentukan perilaku etis berbeda bagi
satu orang dengan yang lainnya. Contohnya seseorang yang menemukan uang di lantai ruang
kosong mungkin percaya bahwa sah-sah saja untuk mengambilnya, sedangkan yang lain
mungkin merasa wajib mengembalikan ke bagian barang hilang. Konsep perilaku etis biasanya
merujuk ke perilaku yang diterima oleh norma sosial umum. Perilaku tidak etis, adalah perilaku
yang tidak sesuai dengan norma sosial umum.

Etika seorang individu ditentukan oleh kombinasi berbagai faktor. Orang mulai membentuk
kerangka etis sejak anak-anak untuk merespon persepsi mereka terhadap perilaku orang tua
mereka dan orang dewasa lain yang berhubungan dengan mereka. Saat anak-anak tumbuh dan
masuk sekolah, mereka dipengaruhi teman-teman yang berinteraksi dengan mereka di kelas dan
tempat bermain. Kejadian setiap hari mendorong mereka untuk melakukan pilihan moral dengan

Universitas Sumatera Utara


melihat perilaku dan sikap masyarakat lingkungannya, dan hal ini akan membentuk kepercayaan
dan perilaku etis saat mereka beranjak dewasa. Demikian juga dengan pengajaran agama,
memberi kontribusi pada etikanya. Beberapa keyakinan agama, contohnya, mendorong aturan
perilaku dan standar bertindak yang keras, sedangkan yang lain lebih fleksibel.

Nilai-nilai seseorang juga mempengaruhi standar etika. Orang yang menempatkan perolehan
keuangan dan kemajuan pribadi di atas semua prioritasnya, sebagai contoh, akan menyerap nilai
etika yang mendorong percepatan kesejahteraan. Jadi mereka mungkin kejam dalam usaha
mendapatkan hasil ini, tanpa melihat kerugian pada orang lain. Sebaliknya, orang yang
membangun keluarga dan teman-teman sebagai prioritas utama akan mengadopsi standar etika
yang berbeda.

Masyarakat umumnya mengadopsi hukum formal yang menunjukkan standar etika yang ada,
contohnya tindakan mencuri, hukum telah memberikan hampir di semua negara bahwa tindakan
mencuri itu illegal dan memberikan cara untuk menghukum mereka yang mencuri. Tetapi
meskipun hukum berusaha untuk jelas dan tidak membingungkan, penerapan dan interpretasinya
dapat jadi membingungkan secara etika. Contohnya kebanyakan orang akan setuju bahwa
memaksakan karyawan bekerja melebihi jam tanpa kompensasi adalah tidak etis, maka dibuatlah
hukum untuk mengatur standar kerja dan upah. Akan tetapi pada pelaksanaannya akan berbeda.
Contohnya di Jepang, kebiasaan sering menganjurkan para pekerja junior untuk tidak
meninggalkan kantor sampai mereka yang lebih senior pergi, sedangkan di Amerika Serikat bos
biasanya pulang terakhir.

Hal tersebut diatas memberikan generalisasi sebagai berikut:

a. Setiap individu mempunyai system kepercayaan mereka sendiri tentang apa yang
membentuk perilaku etis dan tidak etis

b. Masyarakat dari konteks budaya yang sama cenderung mempunyai kesamaan dan
kepercayaan tetapi tidak harus identik dalam hal pembentukan perilaku etis dan tidak etis

c. Setiap individu dapat merasionalisasi perilaku berdasarkan keadaan

d. Setiap individu dapat menyimpang dari system kepercayaan mereka berdasarkan kondisi
keadaan.

Universitas Sumatera Utara


e. Nilai etika sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dan adat nasional.

f. Anggota dari suatu budaya dapat melihat perilaku tertentu adalah tidak etis, sedangkan
anggota yang lain dapat melihatnya sebagai hal yang masuk akal.

Etika Dalam Konteks Lintas Budaya dan Internasional

Untuk menggambarkan perilaku etika dalam konteks lintas budaya dan internasional adalah
berdasarkan:

1. Bagaimana organisasi memperlakukan karyawan,

Satu hal yang penting dalam etika lintas budaya dan internasional adalah perlakuan
terhadap karyawan oleh organisasinya. Pada sisi yang ekstrim, organisasi dapat berusaha
memperkerjakan orang-orang yang terbaik, memperluas kesempatan dan pengembangan
karir, memberikan kompensasi dan lain sebagainya. Pada sisi ektrim lainnya, perusahaan
dapat memperkerjakan berdasarkan criteria yang merugikan dan dengan sengaja
membatasi kesempatan berkembang, kompensasi minim dan lain sebagainya.

Manajer yang membayar karyawan lebih kecil dari yang sewajarnya, karena manajer itu
tahu bahwa karyawan tersebut tidak akan mengeluh karena takut keluar atau kehilangan
pekerjaan, dapat digolongkan berperilaku tidak etis. Begitu juga sama halnya, di beberapa
Negara masyarakatnya menyetujui bahwa oganisasi wajib memproteksi privasi
karyawannya. Manajer yang menyebarkan kabar bahwa karyawan tertentu terkena AIDS
atau mempunyai hubungan antara dengan rekan kerjanya dapat dipandang melanggar
etika privasi.

Para manajer di organisasi internasional menghadapi sejumlah tantangan mengenai


masalah- masalah tersebut. Perusahaan harus menyelesaikan isu etika khusus negara itu

Universitas Sumatera Utara


dalam hal perlakuan perusahaan terhadap karyawan, tetapi juga harus siap memberikan
penjelasan jika dihadapkan dengan perbandingan internasional.

2. Bagaimana karyawan memperlakukan organisasi

Isu penting yang terkait masalah ini meliputi konflik kepentingan, kerahasiaan dan
kejujuran. Konflik kepentingan terjadi jika sebuah keputusan mempunyai potensi
menguntungkan dan mungkin merugikan organisasi. Persepsi etis mengenai pentingnya
konflik kepentingan berbeda bagi masing-masing budaya. Contoh sederhana pemasok
yang menawarkan hadiah untuk karyawan perusahaan tertentu. Beberapa perusahaan
percaya bahwa hadiah macam ini dapat menimbulkan konflik kepentingan, mereka takut
bahwa karyawan akan mulai mengutamakan pemasok yang memberi bingkisan terbaik,
bukannya pemasok yang menawarkan produk terbaik untuk perusahaan.

Untuk isu pentingnya kerahasiaan, membuka rahasia perusahaan dipandang tidak etis di
beberapa negara, tetapi tidak di lainnya. Karyawan yang bekerja untuk bisnis dalam
industri yang ketat bersaing seperti elektronik, software dan baju contohnya, dapat
tergoda menjual informasi tentang rencana penjualan ke competitor.

Sedangkan isu kejujuran, problem yang umumnya terjadi dibidang ini meliputi hal – hal
seperti penggunaan telepon kantor untuk telepon jarak jauh dalam kepentingan pribadi,
mengambil barang-barang kantor dan menggelembungkan biaya-biaya. Dalam beberapa
budaya bisnis, tindakan – tindakan seperti ini dipandang tidak etis.

3. Bagaimana organisasi dan karyawan memperlakukan agen ekonomi lainnya

Etika yang terlibat dalam hubungan antara perusahan dan karyawannya dengan agen
ekonomi yang lain meliputi konsumen, competitor, pemegang saham, pemasok, dealer
dan serikat pekerja. Jenis interaksi antara organisasi dengan agen-agen ini rentan terhadap
ambigu etis yang meliputi iklan dan promosi, pembukaan rahasia keuangan, pemesanan

Universitas Sumatera Utara


dan pembelian, dan lain sebagainya. Perbedaan praktek bisnis antar negara menimbulkan
kerumitan secara etis bagi perusahaan dan karyawan mereka.

Mengelola Perilaku Etis Lintas Batas

Meskipun tiap individu mempunyai etika, banyak bisnis berusaha untu mengatur perilaku
manajer dan karyawan dengan secara jelas menegakkan fakta bahwa mereka berharap para
manajer dan karyawan melaksanakan perilaku yang etis. Cara-cara yang paling umum dilakukan
adalah dengan menggunakan penuntun atau standar etika, pelatihan etika, dan melalui praktek
organisasi dan budaya perusahaan.

Banyak perusahaan multinasional besar termasuk Toyota, Siemens, General Mills dan Johnson
& Johnson telah menulis penuntun yang terperinci bagaimana karyawan memperlakukan
pemasok, konsumen, competitor dan pihak lain. Adakalanya perusahaan memiliki standar global
yang menyeluruh dan kemudian menyesuaikan masing-masing dengan konteks local. Ada juga
perusahaan multinasional yang memberikan pelatihan untuk mengatasi dilemma etika yang
konsisten secara global dan apakah harus disesuaikan dengan konteks local. Selain itu praktek
organisasi dan budaya perusahaan juga menyumbang ke pengelolaan perilaku etika. Jika
pimpinan suatu perusahaan bersikap etis dan pelanggaran etika diatasi secara langsung dengan
benar, maka setiap orang di organisasi akan memahami bahwa perusahaan mengharapkan
mereka untuk bersikap etis, membuat keputusan etis dan melakukan hal yang benar.

Tanggung Jawab Sosial dalam Konteks Lintas Budaya dan Internasional

Tanggung jawab social adalah kumpulan kewajiban organisasi untuk melindungi dan memajukan
masyarakat dimana organisasi bekerja. Kompleksitas bagi manajer bisnis internasional adalah
jelas yaitu kesinambungan yang ideal anara tanggung jawab social secara global terhadap kondisi
lokal yang mungkin memaksa perbedaan pendekatan dengan di neagra- negara yang berbeda –
beda dimana perusahaan tersebut melakukan bisnis.

Universitas Sumatera Utara


Contoh klasik keseimbangan tersebut berkaitan dengan industry tembakau. Di beberapa negara
seperti Amerika Serikat, Afrika Selatan dan Inggris, perusahaan tembakau dibatasi dalam
mengiklankan rokok. Tetapi di banyak negara lain lebih longgar pembatasannya atau bahkan
tidak ada pembatasan apa pun. Isunya kemudian adalah, sampai sejauh mana perusahaan
temabakau harus menerapkan pendekatan paling ketat ke semua pasar atau mengambil
keuntungan dari fleksibilitas yang ditawarkan di beberapa pasar untuk secara aktif
mempromosikan penjualan dan penggunaan produk tembakau.

Bidang – Bidang Tanggung Jawab Sosial

Organisasi dapat menerapkan tanggung jawab social terhadap pihak-pihak yang berkepentingan,
terhadap lingkungan alam dan kesejahteraan social. Beberapa organisasi mengetahui tanggung
jawab mereka di ketiga bidang itu dan berusahan sungguh – sungguh untuk mencapainya, yang
lainnya menekankan hanya satu atau dua bidang tanggung jawab sosial. Dan sedikit sekali yang
tidak mengetahui tanggung jawab sosial sama sekali.

a. Stakeholder Organisasi

Stakeholder organisasi adalah orang dan organisasi yang dipengaruhi langsung oleh
praktek organisasi tertentu dan mempunyai kepentingan terhadap kinerja organisasi itu.
Kebanyakan perusahaan berkonsentrasi terhadap konsumen, karyawan dan investor.
Organisasi yang bertanggung jawab terhadap konsumen berusaha untuk memperlakukan
mereka dengan adil dan jujur, dengan menjanjikan untuk memberikan harga yang sesuai,
menganggap penting jaminan produk, menepati komitmen pengiriman dan menjaga
kualitas produk yang mereka jual. Contoh perusahaan multinasional yang menerapkan ini
adalah Toyota, Dell Computer, Daimler-Chrysler dan Volkswagen.

Organisasi yang bertanggung jawab secara social dalam menghadapi karyawan, akan
memperlakukan pekerja secara adil, membuat mereka sebagai tim dan menghargai
kebebasan dan kebutuhan dasar mereka sebagai manusia. Organisasi yang telah
membangun reputasi kuat dibidang ini adalah HONDA.

Universitas Sumatera Utara


Organisasi yang bertanggung jawab terhadap investor, manajer akan mengikuti prosedur
akuntansi yang benar, memberikan informasi yang cukup pada pemegang saham tentang
kondisi keuangan perusahaan, dan mengelola organisasi untuk melindungi hak
pemegang saham dan investasi.

b. Lingkungan Alam

Belum terlalu lama, banyak organisasi tanpa terkecuali membuang kotoran, limbah
produksi dan sampah ke sungai, ke udara dan tanah kosong. Ketika Royal Dutch/Shell
pertama kali mengeksplorasi sungai Amazon untuk potensi lokasi pengeboran di akhir
1980-an, krunya menebangi hutan dan meninggalkan sampah di sungai tersebut.
Sekarang banyak undang-undang yang mengatur pembuangan limbah material. Dalam
banyak hal, perusahaan-perusahaan telah semakin bertanggung jawab secara social
terhadap pembuangan bahan polusi dan perlakuan secara umum terhadap lingkungannya.
Kembali ke Shell, ketika meluncurkan ekspedidi eksplorasi yang terakhir ke daerah
bagian sungai Amazon, kelompok ini melibatkan ahli biologi untuk mengawasi
perlindungan lingkungan dan ahli antropologi untuk membantu tim lebih efektif
berinteraksi dengan suku asli.

Perusahaan juga telah mengembangkan cara-cara yang layak dan ekonomis untuk
menghindari hujan asam dan pemanasan global, menghindari penipisan ozon, dan
mengembangkan metode alternative menangani kotoran, limbah produksi dan sampah
biasa.Contohnya adalah Procter and Gamble yang menggunakan bahan daur ulang untuk
wadah-wadahnya dan Starbuck meneluarkan rencana membayar supplier kopi bonus
tambahan 10 sen per pound jika mereka menunjukkan komitmen untuk melindungi
lingkungan. Dalam hal ini internet juga memainkan peranan penting dalam konservasi
sumber daya dengan mengurangi biaya energy dan polusi dalam transaksi bisnis.

c. Kesejahteraan Sosial Umum

Contoh-contohnya adalah mencakup memberi sumbangan untuk kegiatan sosial,


organisasi amal, dan yayasan nirlaba, asosiasi , museum, serta mengambil peranan dalam
meningkatkan kesehatan dan pendidikan masyarakat. Bahkan beberapa orang percaya
bahwa perusahaan harus turut bertindak lebih luas untuk memperbaiki ketidakmerataan

Universitas Sumatera Utara


politik dan sosial yang ada di dunia. Dan akhirnya dipercaya bahwa untuk
memperlakukan stakeholder dan lingkungan dengan penuh tanggung jawab, maka
organisasi bisnis internasional juga harus bisa mendorong kesejahteraan social umum
masyarakat Negara tersebut.

Mengelola Tanggung Jawab Sosial Lintas Batas

Dalam hal pengelolaan tanggung jawab, bisnis biasanya membuat beberapa usaha aktif untuk
mengatasi tanggung jawab sosial. Perusahaan akan mengadopsi satu dari empat pendekatan
berbeda terhadap tanggung jawab social.

a. Pendekatan terhadap tanggung jawab social

Dasar dari pendekatan ini adalah berupa kewajiban organisasi terhadap masyarakat yang
terdapat dalam rentang dari tingkat terendah sampai tertinggi di bidang praktek tanggung
jawab socsal. Ada 4 pendirian yang dapat diambil oleh organisasi dalam pendekatan
kewajiban terhadap masyarakat, yaitu:

Sikap pandang menghalangi, yaitu biasanya organisasi melakukan sedikit mungkin untuk
mengatasi masalah social dan lingkungan, umumnya berupa penolakan atau
penghindaran tanggung jawab atas tindakan mereka. Contohnya ketika perusahaan Nestle
dan Danone yang dituduh telah melanggar perjanjian internasional dengan
mengendalikan pemasaran susu formula yang menggantikan air susu ibu, padahal Nestle
telah menandatangani perjanjian untuk menekankan pentingnya peranan ibu menyususi.

Sikap pandang bertahan, dimana organisasi melakukan segala sesuatu yang


dipersyaratkan secara hukum tetapi tidak lebih. Pendekatan ini sering dilakukan oleh
perusahaan yang tidak simpati pada konsep tanggung jawab sosial. Contohnya adalah
perusahaan Philip Morris, perusahaan ini mengikuti peraturan di Amerika Serikat dengan
memasukkan peringatan pada perokok tentang produk mereka dan membatasi iklan di
media, akan tetapi mereka mempromosikan besar-besaran produknya serta sedikit sekali
memakai label peringatan kesehatan di beberapa negara di Afrika.

Universitas Sumatera Utara


Sikap pandang akomodatif, dimana perusahaan yang memenuhi persyaratan hukum dan
persyaratan etika tetapi juga akan melakukan lebih dari persyaratan ini dalam kasus
tertentu.

Sikap pandang proaktif, dimana perusahaan sungguh-sungguh mendukung tanggung


jawab social, mereka melihat diri mereka sebagai warga masyarakat dan secara proaktif
mencari kesempatan untuk menyumbang.

b. Mengelola kesesuaian terhadap peraturan

Seperti yang dilihat bahwa ada celah bagi manajer yang gagal untuk mengadopsi standar
etika tinggi dan bagi perusahaan untuk mengelak dari tanggung jawab hukumnya.
Seharusnya mereka bisa memandang tanggung jawab social sama seperti mereka
memandang strategi bisnis yang lain. Dengan memandang bahwa tanggung jawab social
juga memerlukan perencanaan, pengambilan keputusan, pertimbangan dan evaluasi yang
cermat. Dimana dalam pengelolaannya, tanggung jawab social harus sesuai dengan
peraturan atau kesesuaian dengan hukum yang berlaku. Misalnya pimpinan eksekutif
sumber daya manusia bertanggung jawab untuk menyesuaikan dengan hokum yang
terkait dalam hal perekrutan, pembayaran, keselamatan dan kesehatan kerja.

Pengelolaan tanggung jawab harus memiliki kesesuaian dengan etika, yaitu dengan
memberikan pelatihan mengenai etika dan menyusun panduan serta peraturan etika.
Selain itu pengelolaan tanggung jawab tidak luput dari hal pemberian bantuan
kemanusiaan. Seperti membangun pengolahan limbah sehingga masyarakat yang tinggal
di daerah aliran sungai dapat terhindar dari bahayanya limbah beracun. Contoh paling
nyata adalah ketika perusahaan Merck, mengembangkan obat untuk cacing hati pada
anjing. Disaat yang sama mereka mengetahui bahwa obat ini juga dapat menyembuhkan
penyakit yang umum dikenal dengan buta sungai akibat penyakit menular yang
disebabkan oleh gigitan lalat hitam pada penduduk yang tinggal di sub sahara yang
tergolong warga termiskin di dunia. Merck memutuskan untuk memberikan obat ini
secara gratis bagi mereka, dan sejak tahun 1987 telah menyumbangkan lebih dari 250 juta
dos obat kepada kira-kira 30 juta orang Afrika di sub sahara.

c. Dimensi informal tanggung jawab social

Universitas Sumatera Utara


Selain perlunya peraturan formal dalam pengelolaan tanggung jawab social, diperlukan
juga adanya dimensi informal dari perusahaan Yaitu pada prakteknya hal ini ditunjukkan
oleh kepemimpinan dan budaya organisasi didalam perusahaan. Serta bagaimana
organisasi merespon praktek Wistle Blowing yg terjadi dalam oganisasi nya sering
menjadi indikasi sikap pandang organisasi terhadap tanggung jawab sosial.

d. Mengevaluasi tanggung jawab sosial

Untuk melihat keefektifitasan dari pelaksanaan tanggung jawab sosial, perushaan perlu
melakukan evaluasi, dan umumnya dilakukan secara formal. Yaitu dengan rutin
melakukan audit sosial perusahaan, yang merupakan analisa formal dan teliti mengenai
efektifitas kinerja sosial perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


III. KESIMPULAN

1. Etika didefenisikan sebagai kepercayaan individu tentang apakah keputusan, perilaku,


atau tindakan tertentu benar atau salah. Karena itu apa yang menentukan perilaku etis
berbeda bagi satu orang dengan yang lainnya. Etika seorang individu ditentukan oleh
kombinasi berbagai faktor. Orang mulai membentuk kerangka etis sejak anak-anak untuk
merespon persepsi mereka terhadap perilaku orang tua mereka dan orang dewasa lain
yang berhubungan dengan mereka. Saat anak-anak tumbuh dan masuk sekolah, mereka
dipengaruhi teman-teman yang berinteraksi dengan mereka di kelas dan tempat bermain.
Kejadian setiap hari mendorong mereka untuk melakukan pilihan moral

2. Etika Dalam Konteks Lintas Budaya dan Internasional, digambarkan dengan; bagaimana
organisasi memperlakukan karyawan, bagaimana karyawan memperlakukan organisasi
dan bagaimana organisasi dan karyawan memperlakukan agen ekonomi lainnya

3. Tanggung jawab sosial adalah kumpulan kewajiban organisasi untuk melindungi dan
memajukan masyarakat dimana organisasi bekerja. Kompleksitas bagi manajer bisnis
internasional adalah jelas yaitu kesinambungan yang ideal anara tanggung jawab social
secara global terhadap kondisi local yang mungkin memaksa perbedaan pendekatan
dengan di neagra- negara yang berbeda – beda dimana perusahaan tersebut melakukan
bisnis.

4. Mengelola Tanggung Jawab Sosial Lintas Batas, dalam hal pengelolaan tanggung jawab,
bisnis biasanya membuat beberapa usaha aktif untuk mengatasi tanggung jawab social.
Perusahaan akan mengadopsi satu dari empat pendekatan berbeda terhadap tanggung
jawab social, antara lain: Pendekatan terhadap tanggung jawab social, Mengelola
kesesuaian terhadap peraturan, Dimensi informal tanggung jawab social dan
Mengevaluasi tanggung jawab social

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Hellriegel.D., Jackson.S.E., Slocum.J.W., 2002, Management A Competency-Based


Approach, SouthWestern, 9th Edition, Ohio

McShane.S.L and Von Glinow.M.A., 2003, Organizational Behavior; Emerging Realities for
the Workplace Revolution, McGraw-Hill Irwin, New York

Wild, John J, Wild, Kenneth L, Han, Jerry C, 2006, Third Edition, International Business;
The Challenges Of Globalization, Pearson Education Inc. Upper Saddle River, New
Jersey,07458.

Griffin, Ricky W, and Pustay, Michael W, 2005, Internasional Bussines ; Fourth edition,
Pearson Education Inc. Upper Saddle River, New Jersey,07458.

Ball, Donal A, McCulloch Jr, Wendell H, 2004, The Challenge Of Global Competition, 9th ed,
The McGraw-Hill Companies, Inc.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai