Anda di halaman 1dari 5

A.

PENDAHULUAN

Isu-isu etis dapat timbul ketika perusahaan melakukan bisnis di negara-negara yang
berbeda sebagai akibat dari perbedaan-perbedaan dalam perkembangan ekonomi, politik,
sistem hukum, dan budaya dimasing-masing negara. Banyak kasus di dunia bisnis yang
berkaitan dengan etika dalam bisnis internasional.
Seperti yang kita tahu tidak semua manajer sebuah perusahaan dapat menanggapi isuisu etis secara cepat dan tepat waktu. Ada banyak manajer yang mengambil keputusan etis
yang salah. Pada dasarnya ada 3 hal penting yang harus kita pahami dalam mempelajari etika
dalam bisnis internasional. Etika, yaitu prinsip-prinsip yang diterima secara benar atau salah
yang mengatur perilaku seseorang, anggota profesi, atau tindakan dari sebuah organisasi.
Etika-etika bisnis, prinsip-prinsip yang diterima secara benar atau salah yang mengatur
orang-orang bisnis atau pelaku bisnis. Strategi etis yaitu strategi atau tindakan yang tidak
melanggar prinsip-prinsip yang telah diterima. Kesimpulannya etika dalam bisnis
internasional adalah prinsip-prinsip yang diterima secara benar atau salah yang mengatur para
pelaku bisnis internasional.
B.

ISU-ISU ETIS DALAM BISNIS INTERNASIONAL

Banyak isu-isu etis yang timbul dalam dunia bisnis yang berakar pada kenyataan bahwa
sistem politik, hukum, pembangunan ekonomi, dan budaya yang bervariasi dari suatu negara
dengan negara lainnya. Sering kali apa yang dianggap normal di dalam negeri, bisa saja
dianggap tidak normal di negara lain atau bisa dikatakan tidak etis.
1.

Praktik Kerja

Dunia bisnis merupakan hal yang sangat sensitif. Praktek kerja dalam hal ini
berhubungan dengan jam kerja karyawan. Standar jam kerja yang ditetapkan oleh
sebuah negara dengan negara lain pastinya akan berbeda, hal ini menjadi masalah bagi
perusahaan multinasional. Jika negara tujuan mereka memiliki standar jam kerja yang
berbeda dengan negara asal pasti tidak mungkin perusahaan menetapkan standar dari
negara asal di negara tujuan, karena hal ini bisa dianggap tidak etis.
2.

Hak Asasi Manusia

Masalah mengenai hak asasi manusia sering timbul dalam bisnis internasional. Hak
asasi manusia masih belum dihormati di banyak negara terutama negara berkembang.
Di negara maju seringkali kebebasan dengan mudah kita dapat misalnya kebebasan
berserikat, kebebasan berbicara, kebebasan berkumpul dan sebagainya namun
kebebasan tersebut tidak berarti diterima secara universal. Sebuah contoh kasus yang
pernah terjadi di negara Afrika Selatan selama pemerintahan orang kulit putih dan
politik apartheid. Sistem apartheid ditolak oleh hak-hak dasar politik mayoritas
penduduk kulit putih afrika selatan, mandat pemisahan antara kulit putih dan bukan
kulit putih, pekerjaan tertentu disediakan khusus untuk kulit putih, dan kulit hitam
dilarang masuk dalam pekerjaan tersebut.

3.

Pencemaran Lingkungan

Isu-isu etis muncul ketika peraturan lingkungan di negara-negara tujuan lebih rendah
dibanding di negara asal. Banyak negara maju memiliki peraturan substansial yang
mengatur emisi polutan, pembuangan bahan kimia beracun, penggunaan bahan beracun
di tempat kerja, dan sebagainya. Pereaturan seperti ini sering tidak ditemukan atau tidak
begitu kuat di negara-negara berkembang dan hasilnya tingkat pencemaran dari operasi
perusahaan multinasional bisa lebih tinggi dari yang diizinkan di negara asal.
Beberapa bagian dari lingkungan adalah barang publik yang tidak ada yang memiliki
namun siapapun dapat menghancurkannya. Misalnya adalah atmosfer dan lautan
merupakan dua hal yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, tetapi tidak ada
yang bertanggungjawab secara khusus. Dalam dunia bisnis perusahaan dapat saja
berkontribusi dalam tragedi sumber daya dengan memindahkan produksi ke lokasi
dimana mereka bebas untuk menghasilkan polutan ke atmosfer atau sampah mereka
kedalam laut atau sungai. Mungkin tindakan ini legal, tapi tentu saja tindakan ini bisa
dikatakan tidak etis karena telah melanggar gagasan sosial dasar etika dan tanggung
jawab sosial.
4.

Korupsi

Korupsi sudah tak asing lagi di dunia bisnis internasional, hal ini terjadi karena korupsi
dapat memberi keutungan dalam bisnis internasional yang dijalankan. Sebagai contohn
insiden yang dipublikasikan pada tahun 1970 tentang Carl Kotchian, presiden Lockheed
yang melakukan pembayaran senilai $ 12.5 juta kepada agen dan pejabat pemerintah
untuk mengamankan pesaan besar untuk lockheed jet dari Nippon Air. Ketika
pembayaran tersebut ditelusuri, pejabat AS Lockheed dibebankan dengan pemalsuan
catatan dan pelanggaran pajak. Para menteri pemerintah yang bersangkutan dikenakan
pidana dan satu bunuh diri. Kotchian jelas terlibat dalam perilaku yang tidak etis. Kasus
ini kemudian menjadi dasar dibuatnya peraturan pada 1977 yang merupakan bagian
dari Hukum Tindak Korupsi Internasional di Amerika Serikat yang melarang
pembayaran suap kepada pejabat pemerintah asing untuk memperoleh bisnis. Menurut
beberapa ekonom, berpendapat bahwa korupsi dapat mengurangi imbal hasil atas
investasi bisnis dan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi suatu negara, dengan
demikian tindakan korupsi memang tidak etis untuk dilakukan dalam dunia bisnis
internasional.
5.

Kewajiban-Kewajiban Moral

Beberapa filsuf moral berpendapat bahwa dengan memiliki kekuasaan datang tanggung
jawab sosial bagi perusahaan multinasional untuk memberikan sesuatu kepada
masyarakat yang dapat membuat mereka berkembang. Tanggung jawab sosial mengacu
pada gagasan bahwa pengusaha harus mempertimbangkan konsekuensi sosial dari
tindakan ketika membuat keputusan bisnis. Bisnis yang sukses harus memiliki perilaku
dermawan. Perusahaan yang besar dan terhormat memberikan investasi kepada
masyarakat yang dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dimana

perusahaan beroperasi. Namun kekuasaan yang dimiliki sebuah perusahaan


multinasional sering disalahgunakan.
C.

DILEMA-DILEMA ETIS

Dari persepektif bisnis internasional, beberapa ahli berpendapat bahwa apakah sesuatu
dianggap etis bergantung pada perspektif budaya seseorang. Contohnya saja pada seputar
bisnis, mempertimbangkan praktik memberi hadiah antara pihak negoisasi bisnis. Hal ini
dianggap sebagai perilaku yang tepat dan dibenarkan di banyak budaya Asia, sedangkan
beberapa Negara barat melihat praktik tersebut sebagai bentuk penyuapan, dan karena itu
tidak etis, terutama jika hadiah bernilai besar.
Manajer sering menghadapi dilema-dilema etis yang sangat nyata ketika tidak ada
kejelasan mengenai tindakan yang sesuai. Akan muncul banyak pertanyaan terhadap sikap
etis terhadap perilaku manajer yang mana pertanyaan tersebut tidak mudah untuk ditemukan
jawabannya karena jika salah memilih jawaban akan menimbulkan dampak jangka panjang
dari etika bisnis ini. Untuk saat ini, banyak catatan bahwa dilema etis ada karena banyak
keputusan dunia nyata kompleks, sulit untuk disusun, dan melibatkan konsekuensi urutan
pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya misalnya saja permasalahan social ekonomi.
D.

AKAR DARI PERILAKU TIDAK ETIS

Banyak contoh saat ini tentang manajer yang berperilaku dengan cara yang dapat
dianggap tidak etis dalam suasana bisnis internasional. Hal tersebut memiliki akar-akar
penyebab timbulnya ketidak etisan perilaku yaitu :
1.

Etika Pribadi

Merupakan prinsip-prinsip benar dan salah yang diterima secara umum yang mengatur
perilaku individu. Kode etis pribadi yang memandu perilaku kita berasal dari beberapa
sumber, terutama orang tua kita, sekolah-sekolah kita, agama kita, dan media. Kode etis
pribadi kita memberikan pengaruh yang sangat besar pada cara kita berperilaku sebagai
pebisnis. Individu dengan etika pribadi yang kuat cenderung untuk berperilaku dalam
cara yang etis dalam lingkungan bisnis. Langkah pertama untuk membangung etika
bisnis yang kuat adalah menekankan etika pribadi yang kuat bagi masyarakat. Namun
sangat penting untuk mengingat bahwa standar etis tidak hanya berakar dalam
keyakinan tetapi juga dalam praktik. Banyak praktik yang kurang ketat yang
menyebabkan perilaku tidak etis karena kondisi social ekonomi yang buruk.
2.

Proses Pengambilan Keputusan

Beberapa studi perilaku yang tidak etis dalam lingkup usaha telah menyimpulkan
bahwa pebisnis kadang-kadang tidak menyadari mereka berperilaku tidak etis, terutama
karena mereka hanya gagal untuk bertanya apakah ini keputusan atau tindakan yang
etis? Banyak kesalahan yang letaknya pada proses yang tidak memasukan
pertimbangan etis ke dalam membuat keputusan bisnis.

3.

Budaya Organisasi

Iklim di beberapa bisnis tidak mendorong orang untuk memikirkan konsekuensi dari
etika keputusan bisnis. Ini merupakan salah satu yang akan membawa kita ke penyebab
perilaku yang tidak etik dalam bisnis. Maksudnya adalaha budaya organisasi yang
menekankan etika bisnis tapi mengurangi semua keputusan target dalam situasi
tertentu. Sama seperti masyarakat yang memiliki budaya, jadi begitu pula organisasi
bisnis. Nila-nilai dan norma-norma membentuk budaya organisasi bisnis dan budaya
memiliki pengaruh penting terhadap etika pengambilan keputusan.
4.

Harapan Kinerja yang Tidak Realitas

Budaya organisasi dapat melegitimasi perilaku dimana masyarakat akan menilai


sebagai tidak, terutama ketika budaya dikombinasikan dengan focus pada tujuan kinerja
yang realities, seperti memaksimalkan kinerja ekonomi jangka pendek, tidak peduli
berapa pun biayanya. Dalam keadaan seperti ini, ada yang lebih besar daripada rata-rata
probabilitas bahwa manajer akan melanggar etika pribadi mereka sendiri dan terlibat
dalam perilaku yang tidak etis.
5.

Kepemimpinan

Pemimpin membantu untuk membangun budaya organisasi dan mereka menetapkan


contoh yang diikuti orang lain. Karyawan lain dalam bisnis sering mengambil isyarat
dari pemimpin bisnisdan jika pemimpin-pemimpin tersebut tidak berperilaku dalam
cara yang etis, mereka mungkin tidak baik. Yang penting bukanlah yang pemimpin
katakana, tetapi apa yang mereka lakukan.

Harapan
Kinerja yang
Tidak Realistis

Proses
Pengambilan
Keputusan

Etika Pribadi

Perilaku
Etis

Budaya
Organisasi

Kepemimpinan

Anda mungkin juga menyukai