Anda di halaman 1dari 4

Manajemen Strategik

Analisis Bisnis PT Pabrik Rokok Kretek Cap Jembatan


Dosen Pengampu : Drs. L. Suryanto, M.M

Disusun oleh:

Benna Andriyani (12030113120104)

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Diponegoro
Analisis Bisnis PT Pabrik Rokok Kretek Cap Jembatan

Profil Perusahaan

Pabrik Rokok Kretek Cap Jembatan berdiri sekitar tahun 1958 atas inisiatif seorang
bernama Tuan Jutun. Beliau berkeras hati ingin mendirikan sebuah pabrik rokok kretek dimana
pada masa tersebut banyak sekali penjual rokok kretek di pinggiran jalan Jembatan. Mula-mula,
pabrik ini merupakan perusahaan kecil yang hanya memperkerjakan lima puluh karyawan.
Hingga berbagai macam strategi yang diterapkan oleh Tuan Jutun berhasil memberikan dampak
positif yang ditandai dengan meningkatnya jumlah karyawan secara pesat mencapai 9.000 orang.

Analisis Perkembangan Bisnis

Peningkatan jumlah karyawan lebih dari seratus kali lipatnya selama tahun 1958,
mengindikasikan bahwa bisnis yang dijalankan Tuan Jutun ini mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Selain itu, terdapat pula pencapaian-pencapaian sebagai berikut ini:

1. Produk rokok Cap Jembatan menguasai pasar dan tergolong menjadi rokok yang
paling digemari di masyarakat.
2. Penjualan merambah pasar di luar Pulau Jawa sehingga tidak menyisakan produksi
barang jadi di gudang di Jawa.
3. Memiliki struktur organisasi yang sudah jelas seiring transformasi bentuk perusahaan
dari Perseorangan menjadi Firma hingga PT (Perseroan Terbatas).

Terkait dengan pencapaian-pencapaian di atas, strategi bisnis yang diterapkan Tuan Jutun
nyatanya sangat berpengaruh terhadap perkembangan PT Pabrik Rokok Kretek Cap Jembatan
ini. Pada dasarnya, Tuan Jutun memang merupakan sosok pemimpin yang berjiwa wirausaha
yang menerapkan strategi berikut:

1. Memperluas pasar hingga keluar Pulau Jawa dengan diiringi pengelolaan manajemen
yang baik.
2. Mendukung proses bisnis dengan membangun sebuah kantor administrasi dan dua
pabrik untuk meningkatkan jumlah produksi rokok agar mencapai pasar yang
ditargetkan.
3. Orang-orang yang duduk di jajaran kepengurusan organisasi dipilih berdasarkan
kompetensi yang disesuaikan dengan jabatan tertentu.
4. Merubah bentuk perusahaan yang mulanya Perseorangan menjadi Perseroan Terbatas
disesuaikan dengan bisnis yang semakin kompleks dari waktu ke waktu.
Kritik dan Saran

Di bawah pencapaian PT Pabrik Rokok Kretek Cap Jembatan yang gemilang dalam hal
penjualan produk maupun pengelolaan manajemen, strategi bisnis yang diterapkan Tuan Jutun
bukan tanpa celah. Terdapat beberapa keputusan Tuan Jutun yang sangat disayangkan dan perlu
dikritisi, adalah sebagai berikut:

Bagian penjualan tidak memiliki persediaan barang jadi.

Ketiadaan persediaan barang jadi akan meminimalisir biaya perawatan persediaan.


Meskipun demikian, persediaan adalah komponen yang penting dan tidak dapat diabaikan
khususnya untuk perusahaan manufaktur. Dari ketersediaan persediaan, dapat dilihat
sampai mana kemampuan perusahaan dalam melayani permintaan pelanggan. Bisa
dibayangkan, berapa laba yang hilang apabila permintaan sedang sangat tinggi-tingginya
tetapi tidak mampu terpenuhi hanya karena persediaan tidak ada. Perusahaan tidak bisa
hanya mengandalkan produksi saat ini untuk memenuhi permintaan pasar.

Perusahaan tidak memiliki laboratorium uji tembakau.

Disini, PT Pabrik Rokok Kretek Cap Jembatan mengandalkan penciuman Tuan Jutun
dalam menguji tembakau yang pas dan layak produksi. Meskipun hal tersebut dirasa sangat
efektif, tetapi kemampuan alamiah manusia tidak akan selalu sama dari masa ke masa.
Pabrik ini perlu laboratorium untuk pengujian tembakau yang lebih akurat untuk
kepengurusan generasi selanjutnya untuk menjamin keberlangsungan usaha.

Pimpinan divisi adalah seorang pensiunan pada bidangnya masing-masing.

Tuan Jutun sangat memperhatikan faktor-faktor seperti keahlian dan pengalaman karyawan
untuk duduk di jabatan pemimpin divisi sekalipun mereka seorang pensiunan dan tidak lagi
muda. Demi keberlangsungan usaha (going concern), keputusan Tuan Jutun ini tidaklah
baik dan akan berakibat pada kemerosotan perusahaan pada generasi selanjutnya jika tidak
ada pembaruan terhadap pemimpin-pemimpin yang sudah memasuki usia matang tersebut.

Ketimpangan perlakuan antara karyawan yang duduk dalam organisasi dan karyawan
pabrik.

Baik pemimpin-pemimpin divisi yang menduduki jabatan dalam organisasi maupun buruh
pabrik, keduanya adalah sama-sama seorang karyawan PT Pabrik Rokok Kretek Cap
Jembatan. Pemimpin divisi diberikan gaji dan jaminan sosial yang tinggi bahkan untuk
keluarganya, sedangkan buruh pabrik hanya dilimpahkan gaji kurang dari Rp 30,00 tanpa
makan untuk seribu batang rokok setiap harinya. Kondisi tersebut sangat timpang
mengingat perkembangan bisnis rokok ini juga didukung oleh adanya kinerja buruh pabrik
yang baik. Perusahaan seharusnya dapat menetapkan upah yang lebih layak bagi buruh
pabrik.

Kesimpulan

Terdapat tiga tujuan didirikannya sebuah bisnis. Ketiganya adalah tumbuh berkembang,
keberlangsungan (survive atau going concern), dan terakhir laba. Dari strategi yang dijalankan
Tuan Jutun, dua dari ketiga tujuan tersebut dapat dicapai dalam kurun waktu empatbelas tahun,
yaitu tumbuh berkembang dan pemaksimalan laba dengan meningkatkan penjualan produk. Satu
yang tidak kalah penting adalah keberlangsungan usaha untuk dapat dikelola generasi berikutnya
ang secara tidak langsung akan berpengaruh pada kedua tujuan lainnya. Perusahaan akan terus
menghasilkan laba, tumbuh, dan berkembang jika perusahaan tersebut tetap ada (survive).

Dengan tidak tersedianya laboratorium uji tembakau dan pemimpin divisi yang merupakan
seorang pensiunan, strategi Tuan Jutun mengindikasikan manajemen perusahaan yang bersifat
jangka pendek dengan mengabaikan bagaimana dampaknya di masa depan terhadap
keberlangsungan perusahaan untuk tetap terus beroperasi.

Anda mungkin juga menyukai