Disusun Oleh:
Ethics: Etika bisnis dapat didefinisikan sebagai prinsip perilaku (codes of conduct) yang
memandu pengambilan keputusan dan perilaku organisasional. Etika bisnis yang baik
merupakan prasyarat untuk manajemen strategik yang baik. Etika yang baik adalah
bisnis yang baik.
Social Responsibility: Tanggung jawab sosial mengacu pada tindakan yang dilakukan
organisasi melampaui sekadar kebutuhan pemenuhan hukum untuk meningkatkan
kesejahteraan makhluk hidup.
Sustainability: Mengacu pada sejauh mana operasi dan tindakan organisasi melindungi,
memperbaiki, dan melestarikan daripada merusak atau membahayakan lingkungan
alam.
Page | 1
jatuh. Jangan sampai keputusan bisnis jangka pendek, yang didasari oleh oportunitas
(questionable ethics) dan keserakahan, justru menghancurkan reputasi sebagai aset
jangka panjang perusahaan. Dengan demikian, dari segi pertimbangan biaya, peranan
dimensi etika masih relevan dalam manajemen strategik perusahaan (being unethical
can be expensive).
Page | 2
2.1.2 Whistle-Blowing, Bribery, and Workplace Romance
A. Whistle-Blowing
Whistle-blowing mengacu pada tindakan pelaporan pelanggaran etika yang ditemukan
atau dilihat karyawan terjadi di dalam perusahaan. Karyawan harus melatih keberanian
melakukan whistle-blowing dan organisasi harus memiliki kebijakan yang mendorong
whistle-blowing, melalui program penguatan nilai-nilai budaya etika internal. Para
stakeholders juga harus bertanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan dan
keselamatan para whistle-blower.
B. Avoid Bribery
Penyuapan (bribery) didefinisikan oleh Black’s Law Dictionary sebagai penawaran,
pemberian, penerimaan, atau permintaan setiap item yang bernilai untuk mempengaruhi
tindakan pejabat atau orang lain dalam melaksanakan tugas publik atau hukum. Suap
adalah hadiah yang diberikan untuk mempengaruhi perilaku penerima. Penyuapan
dikategorikan sebagai tindak kriminal karena dapat berimplikasi pada kepentingan
umum.
C. Workplace Romance
Asmara di tempat kerja (workplace romance) adalah hubungan intim antara dua
karyawan yang saling menyetujui. Equity Employment Opportunity Commission (EEOC)
mendefinisikan workplace romance secara lebih luas sebagai kemajuan hubungan yang
tidak diinginkan, permintaan untuk bantuan seksual, dan perilaku verbal atau fisik lainnya
yang bersifat seksual. Suatu organisasi hendaknya tidak mengatur urusan romance ini
terlalu ketat, namun tetap memperhatikan batas-batas kewajaran sehingga tidak
menganggu kinerja personil dan mengganggu kepentingan organisasi dalam pencapaian
visi dan misinya.
Beberapa alasan pendukung workplace romance dapat berdampak negatif bagi
moral dan produktivitas perusahaan:
1. Komplain ketika ada favoritisme (orang yang difavoritkan, seperti anak emas).
2. Kerahasiaan catatan bisa dilanggar.
3. Masalah akibat berkurangnya kualitas dan kuantitas pekerjaan.
4. Argumen pribadi dapat menyebabkan argumen kerja.
5. Membocorkan rahasia menimbulkan ketegangan dan permusuhan antara
karyawan.
6. Pelecehan seksual atau diskriminasi yang mungkin dapat terjadi.
7. Konflik kepentingan dapat muncul, terutama terkait kesejahteraan pasangan.
Page | 3
1. Panduan dapat memungkinkan perusahaan untuk mempertahankan dan
mencegah pelecehan seksual atau diskriminasi dengan baik.
2. Pedoman dapat menentukan alasan (seperti ketujuh yang tercantum sebelumnya)
mengapa asmara di tempat kerja mungkin bukan ide bagus.
3. Panduan dapat menentukan hukuman yang dihasilkan untuk pasangan jika timbul
masalah.
4. Panduan dapat membuat suasana kerja yang profesional dan adil.
5. Panduan dapat membantu memastikan kepatuhan terhadap undang-undang
federal, negara bagian, dan lokal dan kasus pengadilan baru-baru ini.
6. Kurangnya pedoman apapun menimbulkan pesan yang tidak senonoh ke seluruh
perusahaan.
Flirting merupakan derivasi turunan dari workplace romance. Flirting didefinisikan
sebagai perilaku romantis yang ambigu dan berorientasi pada tujuan. Beberapa aturan
terkait flirting:
1. Jangan flirting dengan seseorang yang sedang mencari hubungan jika Anda tidak
tertarik dengan hubungan baru.
2. Lakukan flirting dalam hubungan yang tujuannya ingin serius.
3. Jangan flirting sebagai tindakan manipulatif hanya untuk membuat orang cemburu.
4. Flirting antara pribadi yang berbeda jenjang biasanya menimbulkan masalah.
5. Jangan melakukan kontak fisik dengan orang yang Anda flirt.
Page | 4
A. Design and Articulate a Social Policy
Kebijakan sosial (social policy) menyangkut apa tanggung jawab perusahaan terhadap
karyawan, konsumen, pemerhati lingkungan, minoritas, masyarakat, pemegang saham
dan kelompok lainnya. Kebijakan sosial harus menjadi bagian dari setiap tahapan
manajemen strategik.
B. Social Policies on Retirement
Jepang memberikan insentif bagi orang lanjut usia untuk bekerja sampai usia 65 sampai
75 tahun. Negara-negara Eropa Barat melakukan hal yang sebaliknya, memberikan
insentif bagi orang lanjut usia untuk pensiun pada usia 55 sampai 60 tahun.
Seringkali, keutamaan antara kedua tujuan bersifat pilihan (trade-off). Hal ini
disebabkan karena periodisasi pengukuran kinerja keuangan dan arus kas tergolong
jangka pendek (kuartalan, semesteran, tahunan) sedangkan manajemen tujuan strategis
umumnya berlangsung dalam jangka panjang. Demi tujuan keuangan jangka pendek,
seringkali perusahaan dihadapkan pada situasi harus mengorbankan sementara tujuan
strategis jangka panjang (contoh: perbaikan cash flow dgn menaikkan harga jual akan
menekan ekspansi pangsa pasar dimana pilihan ini bisa menjadi pukulan telak dari
Page | 7
kompetitor yang konsisten mengejar pasar dan mengorbankan keuntungan jangka
pndek). Idealnya, kedua tujuan harus berdampingan dalam merumuskan strategi jangka
panjang maupun jangka pendek. Jika perusahaan tetap fokus pada tujuan strategis untuk
mendatangkan sustainable competitive advantage, maka tujuan keuangan akan tercapai
dengan sendirinya.
C. Avoid Not Managing by Objectives
a. Memimpin Berdasarkan Ekstrapolasi (Managing by Extrapolation)
Didasarkan pada prinsip keteraturan dan konsistensi. Gagasannya adalah terus
melakukan berbagai hal yang sama sebab semua berjalan baik.
b. Memimpin Berdasarkan Krisis (Managing by Crisis)
Didasarkan pada perspektif masalah sebagai krisis dan kualitas para strategis
ditentukan dari kemampuannya dalam menyelesaikan masalah.
c. Memimpin Berdasarkan Subjektivitas(Managing by Subjectives)
Didasarkan pada pengabaian terhadap rencana bersama dan lebih mengedepankan
sentralisasi karena pemimpin yg paling mengetahui hal terbaik yg harus dilakukan.
d. Memimpin Berdasarkan Harapan (Managing by Hope)
Didasarkan pada optimisme akan masa depan yang penuhi ketidakpastian. Kalau
sekarang belum berhasil, mungkin usaha kedua atau ketiga akan berhasil.
Page | 8
6 Product Development Meningkatkan penjualan melalui perbaikan produkkini
atau mengem-bangkan produk baru
7 Related Diversification Menambahkan produk baru yang masih berkaitan dengan
produk lama
8 Unrelated Diversification Menambahkan produkbaru yang tidak berkaitan dengan
produk lama
9 Retrenchment Mengelompokkan ulang melalui pengurangan biaya dan
aset terhadap penurunan penjualan dan laba
10 Divestiture Menjual satu divisi atau bagian perusahaan
11 Liquidation Menjual seluruh aset perusahaan, sepotong-sepotong
untuk nilai riilnya
Levels of Strategies
Seluruh manajemen perusahaan harus berpartisipasi dalam proses formulasi strategi
sesuai dengan tingkatannya masing-masing, baik pada tingkatan puncak (CEO atau
pemilik bisnis di tingkat perusahaan; presiden atau wakil presiden eksekutif di tingkat
divisi; Chief Finance Officer (CFO), Chief Information Officer (CIO), manajer sumber daya
manusia (SDM), Chief Marketing Officer (CMO), dan seterusnya di tingkat fungsional;
dan manajer pabrik, manajer penjualan regional, dan seterusnya di tingkat operasional.
Sedangkan, pada perusahaan kecil biasanya hanya terdapat 3 tingkatan strategi yaitu
level perusahaan, fungsional dan operasional. Hal terpenting bahwa semua manajer di
semua tingkatan berpartisipasi dan memahami rencana strategis perusahaan untuk
membantu memastikan koordinasi, fasilitasi, dan komitmen, sambil menghindari
ketidakkonsistenan, ketidakefisienan, dan miskomunikasi.
Page | 9
b. Ketersediaan distributor berkualitas sangat terbatas sehingga memberikan
keunggulan kompetitif kepada perusahaan yang berintegrasi ke depan.
c. Organisasi sedang bersaing dalam industri yang bertumbuh dan diharapkan akan
terus bertumbuh pesat karena menurunkan kemampuan organisasi untuk
berdiversifikasi jika industri dasarnya tidak stabil.
d. Organisasi memiliki SDM dan modal untuk mendistribusikan produknya sendiri.
e. Keuntungan dari produksi yang stabil sangat tinggi.
f. Distributor atau pengecer saat ini memiliki margin laba yang tinggi.
B. Vertical – Backward Integration
Integrasi ke belakang (backward integration) melibatkan akuisisi kepemilikan atau
pengendalian atas pemasok perusahaan. Strategi ini diterapkan ketika pemasok tidak
dapat diandalkan, terlalu mahal atau tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan.
Panduan yang mengindikasikan integrasi ke belakang bisa menjadi strategi yang efektif:
a. Pemasok perusahaan saat ini sangat mahal, tidak bisa diandalkan atau tidak
mampu memenuhi kebutuhan perusahaan.
b. Jumlah pemasok sedikit dan jumlah pesaing banyak.
c. Suatu organisasi bersaing dalam industri yang tumbuh dengan cepat.
d. Organisasi memiliki SDM dan modal untuk memasok bahan bakunya sendiri.
e. Manfaat dari kestabilan harga bahan baku sangat penting.
f. Pemasok saat ini memiliki margin laba yang tinggi.
g. Organisasi memerlukan sumber daya yang dibutuhkan dengan cepat.
C. Horizontal Integration
Integrasi horizontal melibatkan akuisisi kepemilikan atau pengendalian atas kompetitor
(merger, akuisisi atau konsolidasi) dalam rangka mengejar pertumbuhan, meningkatkan
skala ekonomi dan mendorong transfer sumber daya dan kompetensi. Panduan yang
mengindikasikan integrasi horizontal bisa menjadi strategi yang efektif:
a. Perusahaan bisa mendapatkan karakteristik monopolistik dalam area tertentu tanpa
ditentang pemerintah atas upaya besar-besaran untuk mengurangi persaingan.
b. Perusahaan bersaing dalam industri yang berkembang.
c. Meningkatnya skala ekonomi memberikan keunggulan kompetitif yang besar.
d. Perusahaan memiliki SDM dan modal untuk mengelola organisasi berkembang.
e. Kompetitor kekurangan keahlian manajerial atau sumber daya tertentu.
Page | 10
A. Market Penetration
Strategi ini dijalankan untuk meningkatkan market share dari produk yang ada saat ini
pada pasar yang ada saat ini melalui usaha-usaha pemasaran yang lebih gencar,
meliputi menaikkan jumlah tenaga penjualan, meningkatkan anggaran iklan,
menawarkan berbagai item promosi secara gencar, meningkatkan aktivitas publisitas, dll.
Panduan yang mengindikasikan penetrasi pasar bisa menjadi strategi yang efektif:
a. Pasar belum jenuh.
b. Tingkat pemakaian pelanggan saat ini dapat ditingkatkan secara signifikan.
c. Market share pesaing turun, tetapi penjualan industri naik.
d. Kenaikan skala ekonomi berdampak pada keunggulan kompetitif.
e. Korelasi positif signifikan antara kenaikan penjualan dgn kenaikan biaya
pemasaran.
B. Market Development
Strategi ini dijalankan untuk memperkenalkan produk yang ada saat ini pada pasar baru
(new market) dengan memperluas area geografi baru, menambah segmen baru,
mengubah dari bukan pemakai menjadi pemakai, dll. Panduan yang mengindikasikan
pengembangan pasar bisa menjadi strategi yang efektif:
a. Saluran distribusi baru lebih andal, murah, berkualitas bagus.
b. Organisasi selalu berhasil menjalankan seluruh aktivitasnya.
c. Pasar belum jenuh.
d. Perusahaan memiliki SDM dan modal untuk mengelola pengembangan operasi.
e. Ada kelebihan kapasitas produksi.
f. Industri dasar menjadi global secara cepat.
C. Product Development
Strategi ini dijalankan untuk menaikkan penjualan dengan memperbaiki atau
memodifikasi produk yang ada saat ini. Implementasi strategi ini memerlukan anggaran
biaya penelitian dan pengembangan yang besar. Panduan yang mengindikasikan
pengembangan produk bisa menjadi strategi yang efektif:
a. Produk berada pada tahap kedewasaan dari daur hidup produk.
b. Industri dicirikan oleh pengembangan teknologi yang cepat.
c. Pesaing menawarkan kualitas produk yang lebih baik pada harga yang bersaing.
d. Persaingan yang tajam dalam industri yang sedang tumbuh pesat.
e. Kemampuan yang kuat dibidang penelitian dan pengembangan.
Page | 12
a. Pendapatan dari produk kini perusahaan akan melambung naik dengan
penambahan produk yang tidak berkaitan.
b. Profitabilitas rendah karena industrinya sangat kompetitif dan/atau tidak tumbuh.
c. Saluran distribusi organisasi dapat digunakan juga untuk memasarkan produk baru.
d. Produk baru memiliki pola penjualan dengan produk perusahaan saat ini.
e. Industri dasar perusahaan mengalami penurunan penjualan dan laba.
f. Perusahaan memiliki modal dan SDM yang dibutuhkan di industri baru.
g. Perusahaan memiliki peluang untuk membeli bisnis yang tidak berkaitan yang
merupakan peluang investasi yang menarik.
h. Ada sinergi keuangan antara perusahaan pembeli dan yang dibeli.
i. Pasar produk perusahaan saat ini sudah jenuh.
j. Tuduhan tindakan monopoli dapat dikenakan terhadap perusahaan yang secara
historis berfokus pada satu industri.
Page | 13
B. Divestiture
Menjual satu divisi atau bagian dari organisasi disebut divestasi (bagian dari
retrenchment). Divestasi ditujukan untuk menyingkirkan bisnis perusahaan yang tidak
menguntungkan, membutuhkan modal terlalu banyak atau tidak cocok dengan aktivitas
organisasi lainnya. Panduan yang mengindikasikan divestasi bisa menjadi strategi yang
efektif:
a. Perusahaan telah melakukan retrechement dan tetap gagal melakukan perbaikan.
b. Sebuah divisi menjadi penyebab poor performance organisasi secara umum.
c. Sebuah divisi tidak cocok dengan keseluruhan organisasi.
d. Perusahaan sedang ingin berfokus pada bisnis inti dan less diversified.
e. Perusahaan sedang memerlukan sumber daya untuk dipusatkan pada satu bagian.
f. Tindakan antimonopoli pemerintah mengancam perusahaan.
C. Liquidation
Menjual seluruh aset perusahaan, secara terpisah-pisah atau sepotong-sepotong pada
nilai rillnya disebut likuidasi. Likuidasi adalah pengakuan atas kekalahan,
konsekuensinya dapat menjadi strategi yang sulit secara emosional. Panduan yang
mengindikasikan likuidasi bisa menjadi strategi yang efektif:
a. Perusahaan melakukan retrechement&divestasi tetapi gagal melakukan perbaikan.
b. Alternatif bagi perusahan hanya pengajuan kepailitan.
c. Pemegang saham dapat meminimalkan kerugian dengan menjual aset
perusahaan.
Page | 15
d. Sebagian besar pembeli menggunakan produk dengan cara yang sama.
e. Pembeli bisa mudah mengalihkan pembelian ke penjual lain.
f. Pembeli besar dan memiliki kekuatan signifikan untuk menawar harga.
g. Industri pendatang menggunakan harga rendah untuk membangun basis
pelanggan.
B. Differentiation Strategies (Type 3)
Strategi pembedaan produk (differentiation) mendorong perusahaan untuk menemukan
keunikan tersendiri dalam pasar yang jadi sasarannya. Umumnya, target pasar
mengedepankan nilai produk dan kurang sensitif terhadap perbedaan harga. Berbagai
kemudahan pemeliharaan, pelayanan yang sangat baik, fitur tambahan, fleksibilitas,
kenyamanan, ketahanan produk dll yang sulit ditiru lawan merupakan keunikan dan nilai
tambah yang bisa dielaborasi dengan strategi diferensiasi. Dengan demikian, kunci
utama dari keberhasilan strategi diferensiasi adalah kemampuan dalam menemukan dan
menggali needs dan wants lain dari target pasar serta keunggulan kompetitif (melalui
keunikan yang efektif) yang tidak mudah ditiru oleh competitor (durable).
- Riset pasar (marketing research) menggali needs dan wants target pasar.
- Riset produk (research and development) menggali keunikan lain dari produk.
Page | 16
a. Type 4: Low-Cost Focus Strategy
Dengan strategi fokus biaya terendah, perusahaan menawarkan produk kepada
sekelompok kecil konsumen pada harga terendah yang tersedia di pasar.
b. Type 5: Best-Value Focus Strategy
Dengan strategi fokus nilai terbaik, perusahaan menawarkan produk atau jasa
kepada sejumlah kecil konsumen dengan nilai harga terbaik yang tersedia di pasar.
Kondisi berikut harus berlaku untuk dapat menciptakan efektivitas strategi fokus
yang tinggi:
a. Ceruk pasar target besar, menguntungkan, dan berkembang.
b. Para pemimpin industri tidak menganggap niche itu penting untuk kesuksesan
mereka sendiri.
c. Para pemimpin industri menganggap terlalu mahal atau sulit untuk memenuhi
kebutuhan khusus targetceruk pasar sambil merawat pelanggan utama mereka.
d. Industri ini memiliki banyak ceruk dan segmen yang berbeda, sehingga
memungkinkan seorang pemfokus untuk memilih aniche yang menarik secara
kompetitif cocok dengan sumber dayanya sendiri.
e. Beberapa, jika ada, saingan lain berusaha untuk mengkhususkan dalam segmen
target yang sama.
Page | 17
jaringan, menglobalisasikan operasi, dan meminimalkan risiko. Para sekutu harus
berhadapan dengan kondisi peluang usaha yang terlalu kompleks, tidak ekonomis,
keterbatasan akan pengetahuan, keterampilan dan modal serta risiko yang terlalu besar
jika mereka mengejar sendiri sebagai suatu perusahaan tunggal sehingga akan lebih
baik dalam memaksimalkan eksploitasi peluang melalui joint venture. Beberapa risiko
ketidaksuksesan pelaksanaan joint venture.
a. Manajemen yg mengurus joint venture justru tidak terlibat dalam membentuk
usaha.
b. Usaha dapat menguntungkan sekutu tetapi tidak menguntungkan pelanggan.
c. Adanya ketimpangan dukungan dari salah satu sekutu, tidak setara.
d. Usaha mungkin mulai bersaing lebih dengan salah satu mitra daripada yang lain
Berikut adalah beberapa alasan beberapa entitas melakukan merger dan akuisisi:
a. Keinginan perusahaan terdiversifikasi untuk "memisahkan" segmen menjadi suatu
perusahaan terpisah yang kemudian diakuisisi oleh perusahaan lain.
b. Keinginan perusahaan menggeser laba ke negara yang tarif pajak badannya
rendah.
c. Keinginan pemegang saham agar perusahaan terus meningkatkan pendapatan.
Page | 18
Berikut adalah 9 alasan kegagalan merger dan akuisisi:
1. Kesulitan integrasi.
2. Evaluasi target yang tidak memadai.
3. Utang yang besar atau luar biasa.
4. Ketidakmampuan untuk mencapai sinergi.
5. Terlalu banyak diversifikasi.
6. Manajer terlalu fokus pada akuisisi.
7. Akuisisi terlalu besar.
8. Sulit untuk mengintegrasikan budaya organisasi yang berbeda.
9. Mengurangi moral karyawan karena PHK dan relokasi.
Page | 19