Anda di halaman 1dari 14

RESUME ETIKA BISNIS DAN PROFESI

LINGKUNGAN ETIKA DAN AKUNTANSI

Dosen Pengampu :
Rika Puspita Sari, SE, MA.

Disusun Oleh :
ELFIRA CINDI NIAS AGUSTINE
202011330017

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS DR SOETOMO SURABAYA
2023
Tujuan utama bisnis adalah memperoleh  keuntungan, walaupun bukan merupakan
tujuan satu-satunya. Dalam bisnis yang modern saat ini,  pelaku bisnis dituntut untuk menjadi
orang-orang yang profesional di bidangnya. Profesionalisme dapat diperlihatkan melalui
kinerja tertentu yang berada diatas rata-rata. Kinerja tidak hanya berfokus padaaspek bisnis,
manajerial, dan organisasi teknis murni, melainkan juga menyangkut aspek etis. Kinerja yang
menjadi prasyarat keberhasilan bisnis ini juga menyangkut komitmen moral, integritas moral,
disiplin, loyalitas, kesatuan visi moral, pelayanan, dan sikap mengutamakan mutu,
penghargaan terhadap hak dan kepentingan pihak-pihak terkait yang berkepentingan
(stakeholder), yang lama kelamaan akan berkembang menjadi sebuah etos bisnis dalam
sebuah perusahaan.

Pentingnya Etika dalam Praktik Bisnis


Praktik bisnis merupakan aktivitas utama masyarakat yang wajib didukung oleh
perilaku baik..Etika bisnis menjadi sangat penting mengingat dunia usaha tidak lepas dari
elemen-elemen yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya (konsumen, distributor,
produsen). Nilai-nilai (values) dalam etika bisnis adalah standar kultural dari perilaku yang
diputuskan sebagai petunjuk bagi pelaku bisnis dalam mencapai dan mengejar tujuan. Pada
era kompetisi yang ketat ini, reputasi perusahaan yang baik yang dilandasi oleh etika bisnis
merupakan sebuah competitive advantage yang sulit ditiru.Oleh karena itu, perilaku etika
penting diperlukan untuk mencapai sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis.Etika bisnis
memiliki prinsip-prinsip yang harus ditempuh oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya dan
harus dijadikan pedoman agar memiliki standar baku yang mencegah timbulnya ketimpangan
dalam memandang etika moral sebagai standar kerja atau operasi perusahaan. Muslich (1998:
31-33) mengemukakan prinsip-prinsip etika bisnis sebagai berikut.
a.       Prinsip Otonomi: yaitu kemampuan mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan
kesadaran tentang apa yang baik untuk dilakukan dan bertanggung jawab secara moral atas
keputusan yang diambil.
b.      Prinsip Kejujuran: bisnis tidak akan bertahan lama apabila tidak berlandaskan kejujuran
karena kejujuran merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis (misal kejujuran dalam
pelaksanaan kontrak, kejujuran terhadap konsumen, kejujuran dalam hubungan kerja dan
lain-lain).
c.       Prinsip Keadilan: bahwa tiap orang dalam berbisnis harus mendapat perlakuan yang sesuai
dengan haknya masing-masing, artinya tidak ada yang boleh dirugikan haknya.
d.      Prinsip Saling Menguntungkan: agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan,
demikian pula untuk berbisnis yang kompetitif.
e.       Prinsip Integritas Moral: prinsip ini merupakan dasar dalam berbisnis dimana para pelaku
bisnis dalam menjalankan usaha bisnis mereka harus menjaga nama baik perusahaan agar
tetap dipercaya dan merupakan perusahaan terbaik

Praktik Bisnis yang Tidak Beretika


Praktik bisnis yang dijalankan selama ini masih cenderung mengabaikan etika, rasa
keadilan dan kerapkali diwarnai praktik-praktik bisnis tidak terpuji atau moral hazard.Hal ini
mengindikasikan bahwa di sebagian masyarakat telah terjadi krisis moral dengan
menghalalkan segala macam cara untuk mencapai tujuan, baik untuk tujuan individu
memperkaya diri sendiri maupun tujuan kelompok untuk eksistensi etika dan nilai-nilai moral
bagi para pelaku bisnis. (Rukmana:2004).
Menurut Komenaung (2007), masalah etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke
dalam lima kategori, yaitu:
1.      Suap (Bribery) adalah tindakan berupa menawarkan, membeli, menerima, atau meminta
sesuatu yang berharga dengan tujuan mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam
melaksanakan kewajiban public. Suap dimaksudkan untuk memanipulasi seseorang dengan
membeli pengaruh. Pembelian itu dapat dilakukan baik dengan membayar sejumlah uang
atau barang, maupun pembayaran kembali setelah transaksi terlaksana. Suap kadang kala
tidak mudah dikenali. Pemberian cash atau penggunaan callgirls dapat dengan mudah
dimasukkan sebagai cara suap, tetapi pemberian hadiah (gift) tidak selalu dapat disebut
sebagai suap tergantung dari maksud dan respons yang diharapkan oleh pemberi hadiah.
2.      Paksaan (Coercion) adalah tekanan, batasan, dorongan dengan paksa atau dengan
menggunakan jabatan atau ancaman. Coercion  dapat berupa ancaman untuk mempersulit
kenaikan jabatan, pemecatan, atau penolakan industri terhadap seorang individu.
3.      Penipuan (Deception) adalah tindakan memperdaya, ,menyesatkan yang disengaja dengan
mengucapkan atau melakukan kebohongan.
4.      Pencurian (Theft) adalah merupakan tindakan mengambil sesuatu yang bukan hak kita
atau mengambil properti milik orang lain tanpa persetujuan pemiliknya. Properti tersebut
dapat berupa properti fisik atau konseptual.
5.      Diskriminasi tidak jelas (Unfair Discrimination) adalah perlakuan tidak adil atau
penolakan terhadap orang-orang tertentu yang disebabkan oleh ras, jenis kelamin,
kewarganegaraan, atau agama. Suatu kegagalan untuk memperlakukan semua orang dengan
setara tanpa adanya perbedaan yang beralasan antara yang disukai atau tidak.
Beberapa pebisnis berpendapat bahwa terdapat hubungan simbiosis antara etika dan bisnis
dimana masalah etik sering dibicarakan pada bisnis yang berorientasi pada keuntungan.
Kebutuhan aspek moral dalam bisnis adalah:
(1)      Praktik bisnis yang bermoral hanya akan memberikan keuntungan ekonomis dalam jangka
panjang. Bagi bisnis yang didesain untuk keuntungan jangka pendek hanya akan memberikan
insentif yang kecil. Dalam kompetisi bisnis di pasar yang sama, keuntungan jangka pendek
merupakan keputusan yang diambil oleh kebanyakan perusahaan untuk dapat bertahan.
(2)      Beberapa praktik bisnis yang bermoral mungkin tidak memiliki nilai ekonomis bahkan
dalam jangka panjang sekalipun. Sebagai contoh, bagaimana mengkampanyekan kerugian
merokok, sebagai lawan dari promosi rokok itu sendiri.
(3)      Praktik bisnis yang bermoral akan menghasilkan keuntungan akan sangat tergantung pada
saat bisnis tersebut dijalankan. Pada pasar yang berbeda, praktik yang sama mungkin tidak
memberikan nilai ekonomis. Jadi masalah tumpang tindih antara eksistensi moral dan
keuntungan sifatnya terbatas dan insidental (situasional)
Dalam hal ini, etika bisnis menjadi suatu hal yang sangat mendesak untuk diterapkan, sebab
dengan etika pertimbangan mengenai baik atau buruk dapat distandardisasi secara tepat dan
benar. Namun perlu juga dicatat bahwa etika bisnis tidak akan berfungsi jika praktik-praktik
bisnis yang curang dilegalkan. Maka, diperlukan dua perangkat utama yaitu moral dan legal
politis.

Tuntutan Masyarakat terhadap Bisnis.


·         Kemunculan Model-model Tata Kelola dan Akuntabilitas Pemangku Kepentingan
Reaksi oleh bisnis terhadap evolusi dari mandat keuntungan murni menjadi pengenalan
adanya saling ketergantungan antara bisnis dan masyarakat. Beberapa tren dikembangkan
sebagai hasil dari tekanan ekonomi dan kompetitif serta memiliki efek pada etika bisnis dan
akuntan professional, mencakup:
a.       Memperluas kewajiban hukum untuk direktur perusahaan.
b.      Pernyataan manajemen kepada pemegang saham atas kecukupan pengendalian internal, dan
c.       Ketetapan niat untuk mengelola resiko dan melindungi reputasi.
Meskipun perubahan yang signifikan juga terjadi dalam cara organisasi beroperasi,
mencakup:
a.       Reorganisasi, pemberdayaan karyawan, dan penggunaan data elektronik yang
berhubungan, dan
b.      Meningkatnya ketergantungan manajemen pada indicator kinerja nonkeuangan yang
digunakan secara nyata.
Sebagai akibat dari tren dan perubahan tersebut, bahwa pendekatan tradisisonal perintah dan
kendali (atas-bawah) tidaklah cukup, dan organisasi menciptakan lingkungan yang kondusif
untuk mendorong etika prilaku, bukan memaksakannya.Dewan dan manajemen menjadi lebih
tertarik pada isu-isu etika meskipun kompeksitas entitas bisnis dan transaksi menjadi lebih
besar dan cepat.Oleh karena itu, semakin penting bahwa setiap karyawan memiliki kode
perilaku pribadi yang harmonis dengan pemberi kerja.
·         Manajemen Berdasarkan Nilai, Reputasi, dan Risiko
Para direktur, eksekutif, manajer, dan karyawan lainnya harus memahami sifat dari interes
pemangku kepentingan dan nilai-nilai yang mendukungnya untuk mengggabungkan interes
pemangku kepentingan ke dalam kebijakan, strategi, dan operasional perusahaan.Saat ini,
penyelidikan terhadap nilai-nilai, reputasi, dan manajemen risiko menjadi subjek studi terbaru
yang ramai diteliti. Nilai-nilai pada suatu perusahaan akan berbeda bergantung pada
kelompok pemangku kepentingan. Charles Fombrun dari Repitation Institute menetapkan
empat penentu reputasi sebuah perusahaan, antara lain: 1) Kredibilitas; 2) Keandalan; 3) Sifat
dapat dipercaya; dan 4) Tanggung jawab.
Manajemen dan auditor sejak tahun 1990-an semakin berorientasi pada manajemen risiko.
Teknik-teknik manajemen risiko telah berkembang seiring dengan pengakuan oleh direktur,
eksekutif, dan akuntan professional mengenai nilai-nilai dalam mengidentifikasi risiko di
awal dan dalam perencanaan untuk menghindari atau mengurangi konsekuensi yang tidak
menguntungkan, yang melekat dalam risiko.
·         Akuntabilias
Munculnya interes pemangku kepentingan dan akuntabilitas, serta terjadinya kasus krisis
keuangan yang menimpan Enron, telah meningkatkan keinginan untuk membuat laporan
(kinerja perusahaan) yang lebih relevan.Laporan dibuat lebih transparan dan akurat
dibandingkan dengan laporan masa lalu.Secara umum, kekurangan integritas sering kali
terdapat pada laporan-laporan perusahaan karena tidak mencakup beberapa hal atau
permasalahan. Dengan demikian, laporan tersebut tidak selalu memberikan presentasi yang
jelas dan seimbang bagaimana pemangku kepentinganakan terpengaruh oleh laporan.
Inisiatif untuk Menciptakan Bisnis yang Berkelanjutan
            Dampak meningkatnya harapan untuk bisnis pada umumnya telah membawa tuntutan
reformasi tata kelola dan pengambilan keputusan etis.Memahami harapan etika tempat kerja
sangat penting bagi keberhasilan organisasi dan para eksekutifnya.Sebuah perusahaan tidak
dapat memiliki etika budaya perusahaan yang efektif tanpa etika kerja yang terpuji.Melalui
tata kelola perusahaan (Good Coorporate Government), diharapkan seluruh organ perusahaan
mampu bertindak secara etis.Tata Kelola Perusahaan yang Baik (good corporate governance)
adalah struktur dan proses yang digunakan dan diterapkan Organ Perusahaan untuk
meningkatkan pencapaian sasaran hasil usaha dan mengoptimalkan nilai perusahaan bagi
seluruh pemangku kepentingan, secara akuntabel dan berlandaskan peraturan perundangan
serta nilai-nilai etika.
Konsep dari GCG belakangan ini makin mendapat perhatian dari masyarakat karena
konsep ini semakin memperjelas dan mempertegas mekanisme hubungan antar para
pemangku kepentingan di dalam suatu organisasi konsep ini mencakup beberapa hal antara
lain:

 hak-hak para pemegang saham (shareholders) dan perlindungannya,


 hak dan peran para karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders)
lainnya,
 pengungkapan (disclosure) yang akurat dan tepat waktu,
 transparansi terkait dengan struktur dan operasi perusahaan
 tanggungjawab dewan komisaris dan direksi terhadap perusahaan, kepada para
pemegang saham dan pihak-pihak lain yang berkrpentingan.
Konsep GCG sendiri muncul dilatar belakangi oleh maraknya skandal perusahaan
yang menimpa perusahaan-perusahaan besar, salah satu contohnya Endron WorldCom, KAP
Arthur-Andersen ini adalah salah satu conto kegagalan sistem tata kelola yang buruk yang
tidak hanya menyebabkan resesi ekonomi di Amerika, tapi dampaknya bisa dirasakan oleh
masyarakat dunia pada umunya. Terdapat 10 prinsip-prinsip dasar yang melandasi konsep
GCG ini antara lain; Vision, Participation, Equality, Professional, Supervision, Efective &
Efficient, Transparent, Accountability/Accoutable, Fairness, dan Honest.
KRONOLOGI KASUS

            Pada tahun 1985, InterNorth, sebuah penyalur gas alam melalui pipa yang berbasis di
Ohama, mengakuisisi Houston Natural Gas. Pada awalnya perusahaan berencana untuk
mempertahankan kantor pusatnya di Ohama, tetapi dewan direksi Houston secara bertahap
mengambil kendali kegiatan perusahaan dan memutuskan untuk memindahkan kantor pusat
perusahaan ke Houston. Pada saat yang bersamaan gabungan perusahaan tersebut
menggunakan nama yang lebih futuristik dan modern yaitu Enron.
Enron muncul pada masa yang cukup sulit bagi perusahaan pipa gas alam.Pada saat
itu rantai distribusi dari produsen ke konsumen sangat diatur oleh pemerintah.Tingkat harga
yang dibebankan perusahaan pipa kepada perusahaan utilitas lokal dan yang dibebankan
perusahaan lokal kepada konsumen eceran juga diatur oleh pemerintah berdasarkan biaya-
plus (cost-plus).Untuk mendorong eksplorasi gas alam dalam menanggapi krisis energi pada
tahun 1970-an, pemerintah mengubah peraturannya mengenai patokan harga gas alam.Hal ini
menyebabkan terjadinya peningkatan harga yang dibayarkan kepada produsen secara sangat
cepat.Meskipun demikian, harga eceran dijaga agar tetap rendah melalui peraturan
pemerintah, dan perusahaan pipa mengalami kesulitan untuk membeli seluruh gas alam yang
mereka butuhkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen perusahaan lokal.
Dalam pasar bebas risiko utama yang dihadapi oleh produsen gas dan perusahaan
lokal timbul dari gejolak harga bahan bakar.Kedua pihak merasa tidak nyaman untuk
melakukan kontrak-kontrak harga tetap jangka panjang, sehingga sebagian besar gas alam
dijual dengan menggunakan kontrak 30 hari.
Pada tahun 1990, Enron mulai memberikan jasa sebagai perantara, atau pencipta
pasar, untuk kontrak 30 hari tersebut. Disebut Gas Bank, aktivitas ini melibatkan perjanjian
jangka pendek yang ditandatangani Enron untuk membeli gas dari beberapa produsen,
menyatukan kontrak-kontrak tersebut, dan kemudian menawarkan komitmen harga jangka
panjang kepada perusahaan lokal. Enron telah membuat langkah awal dalam melakukan
transformasi aktivitis perusahaan dari perusahaan pipa tradisional menjadi perusahaan jasa
keuangan dan perdagangan.Pada tahun 2000, Enron mengembangkan usahanya dengan
menjadi pencipta pasar untuk listrik, minyak, dan bahkan kertas (Sjahputra dan Amin, 2005).
Pada Februari 2001, peningkatan pendapatan dan laba Enron sangat pesat diikuti oleh
peningkatan harga saham-perusahaan ini bernilai $60 miliar, dan harga per lembar sahamnya
$80 (sedikit menurun dari harga tertingginya sebesar $90).Fortune menamakan Enron
“Perusahaan Amerika yang Paling Inovatif” selama enam tahun berturut-turut. Enron, suatu
perusahaan yang menduduki rangking tujuh dari lima ratus perusahaan terkemuka di Amerika
Serikat dan merupakan perusahaan energi terbesar di AS yang kolaps dengan meninggalkan
hutang sebesar $ 31,2 milliar.

Fakta-fakta Kasus Enron:


1.      Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang melakukan out sourcing secara
total atas fungsi internal audit perusahaan (Kusmayadi, 2009):
a.       Mantan Chief Audit Executif Enron (Kepala internal audit) semula adalah partner KAP
Andersen yang di tunjuk sebagai akuntan publik perusahaan.
b.      Direktur keuangan Enron berasal dari KAP Andersen.
c.       Sebagian besar Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen
2.      Selama tahun 2000, harga saham Enron berkisar antara $60 sampai $90, tertinggi pada
Agustus sebesar $90.56, dan pada akhir tahun mendekati $80 (Brooks, 2003).
3.      Pada awal tahun 2001 patner KAP Andersen melakukan evaluasi terhadap kemungkinan
mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai klien perusahaan, mengingat resiko yang
sangat tinggi berkaitan dengan praktek akuntansi dan bisnis Enron. Dari hasil evaluasi di
putuskan untuk tetap mempertahankan Enron sebagai klien KAP Andersen. Salah seorang
eksekutif Enron di laporkan telah memepertanyakan praktek akunting perusahaan yang
dinilai tidak sehat dan mengungkapkan kekhawatiran berkaitan dengan hal tersebut kepada
CEO dan partner KAP Andersen pada pertengahan 2001. CEO Enron menugaskan penasehat
hukum perusahaan untuk melakukan investigasi atas kekhawatiran tersebut tetapi tidak
memperkenankan penasehat hukum untuk mempertanyakan pertimbangan yang
melatarbelakangi akuntansi yang dipersoalkan. Hasil investigasi oleh penasehat hukum
tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada hal-hal yang serius yang perlu diperhatikan
(Hendarto).
4.      Mei 2001, Clifford Baxter, wakil komisaris Enron resmi berhenti bekerja untuk Enron
karena tidak tahan melihat bisnis kerja Enron yang tidak beretika. (kris.riyadi).
5.      26 September 2001, harga saham jatuh menjadi $25 per lembar, Ken Lay masih mencoba
menghibur karyawan untuk tidak menjualnya, sebaliknya membujuk mereka untuk membeli.
Dalam e-mail yang dikirimkan kepada karyawan yang risau, dia mengatakan perusahaan
dalam kondisi sehat secara keuangan dan harga saham Enron “luar biasa murah” dalam posisi
itu (Mustika, 2008).
6.      16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan ketiga. Pengumuman
kepada pers menyatakan bahwa pro forma laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393
juta pada triwulan ketiga tersebut, dibandingkan dengan $292 juta pada tahun sebelumnya.
Pimpinan perusahaan Enron Kenneth Lay menyatakan bahwa Enron secara
berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik dan ia memilih untuk tidak
menjelaskan secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi khusus (special accounting
charge/ expense) sebesar $1 miliar yang menyebabkan hasil aktual pada periode tertentu, bila
dilaporkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP) akan menjadi
kerugian sebsar $644 juta. Para analis dan reporter kemudian mencari tahu lebih jauh
mengenai beban $1 miliar tersebut, dan ternyata berasal dari transaksi yangdilakukan oleh
perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh CFO Enron.
7.      Harga saham perusahaan ini turun secara drastis dari $36,00 per lembarnya pada minggu
sebelum 16 Oktober 2001 hingga menjadi $0,26 per lembarnya enam minggu kemudia pada
tanggal 30 November 2001.
8.      19 Oktober 2001, US Securities and Exchange Commision Rules (SEC Rules)
mengumumkan secara resmi ingin mereview file pembukuan Enron. Enron mengumumkan
kerugian sebesar 600 juta dolar AS dan nilai aset enron menyusut 1,2 triliun dolar AS. Pada
laporan keuangan yang sama diakui, bahwa selama tujuh tahun terakhir, Enron selalu
melebih-lebihkan laba bersih mereka. David Duncan, Akuntan Publik kantor Audit
Independen Arthur Anderson menghancurkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
Enron.
9.      2 Desember 2001, Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke pengadilan dan
memecat 5000 pegawai. Pada saat itu terungkap bahwa terdapat hutang perusahaan yang
tidak dilaporkan senilai lebih dari satu miliar dolar. Dengan pengungkapan ini investasi dan
laba yang ditahan (retained earning) berkurang dalam jumlah yang sama.
10.  2 Januari 2002, CEO Enron, Kenneth Lay mengundurkan diri dari dewan direktur
perusahaan.
11.  24 Januari 2002, Cliffor Baxter bunuh diri dengan cara menembak kepala di dalam mobil
Mercedez di depan rumah mewahnya di Houston (Kusmayadi, 2009).
12.  28 Februari 2002, KAP Andersen menawarkan ganti rugi sebesar 750 juta US dollar untuk
menyelesaikan masalah gugatan hukum yang diajukan kepada KAP Andersen. Pemerintahan
Amerika melarang Enron dan KAP Anderson untuk melakukan kontrak dengan lembaga
pemerintahan di Amerika.
13.  14 Maret 2002, departemen kehakiman Amerika memvonis KAP Andersen bersalah atas 
tuduhan melakukan penghambatan dalam proses peradilan karena telah menghancurkan
dokumen-dokumen yang sedang diselidiki. KAP Andersen terus menerima konsekuensi
negatif dari kasus Enron berupa kehilangan klien, pembelotan afiliasi yang bergabung dengan
KAP yang lain dan pengungkapan keterlibatan pegawai KAP Andersen dalam kasus Enron.
14.  22 Maret 2002, mantan kedua Federal Reserve, Paul Volkeer, yang direkrut untuk
melakukan revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan kembali citra KAP Andersen
mengusulkan agar keseluruhan manajemen dirombak ulang untuk menyusun manajemen
baru.
15.  26 Maret 2002, CEO Anderson, Joseph Berandino mengundurkan diri dari jabatannya.
16.  8 April 2002, seorang partner KAP Andersen, David Duncan, yang bertindak sebagai
penganggung jawab audit Enron mengaku bersalah atas tuduhan melakukan hambatan proses
peradilan dan setuju untuk menjadi saksi kunci dipengadilan bagi KAP Anderson dan Enron.
17.  15 Juni 2002, juri federal Houston menyatakan KAP Andersen bersalah telah melakukan
penghambatan terhadap proses peradilan.
PEMBAHASAN

Hubungan terhadap Etika Bisnis


            3 komponen utama penyebab timbulnya kecurangan, manipulasi, korupsi, dan
berbagai macam kegiatan sejenisnya atau yang bisa disebut sebagai pelaku tidak etis
(menurut teori fraud) adalah oppurtunity, pressure, dan rationalization.
Fraud Triangel (Segitiga Fraud) terdiri dari 3 hal:

1. Pressure (tekanan atau motif) : karena kebutuhan keuangan yang


sangat mendesak, adanya keinginan yang tidak atau belum terpuaskan, adanya
ketidakpuasan terhadap organisasi/perusahaan/manajemen, serta adanya tekanan dari
pihak lain atau atasan pelaku fraud.
2. Opportunity (kesempatan): Lemahnya pengendalian internal dalam sebuah
organisasi  membuka peluang fraud.
3. Rationalization (pembenaran): pelaku fraud merasa bahkan meyakini bahwa
tindakannya bukan merupakan fraud.
Bukan berarti 3 hal tersebut akan mutlak terjadi, hal-hal itu dapat dihindari dengan
peningkatan akhlak, moral, etika dan perilaku. Tindakan yang tidak bermoral akan
memberikan implikasi terhadap kepercayaan publik (public trust). Praktik bisnis Enron yang
menjadikannya bangkrut dan hancur serta berimplikasi negatif bagi banyak pihak. Andersen
sebagai KAP telah menciderai kepercayaan dari pihak stock holder untuk memberikan suatu
informasi yang benar mengenai pertanggungjawaban dari pihak agen dalam mengemban
amanah dari stock holder. Pihak manajemen Enron telah bertindak secara rasional untuk
kepentingan dirinya (self interest oriented) dengan melupakan norma dan etika bisnis yang
sehat.
Ketiga faktor tersebut adalah merupakan prilaku tidak etis yang sangat bertentangan
dengan good corporate governance philosofy yang membahayakan terhadap business going
cocern.Begitu pula praktik bisnis Enron yang menjadikannya bangkrut dan hancur serta
berimplikasi negatif bagi banyak pihak.Pihak yang dirugikan dari kasus ini tidak hanya
investor Enron saja, tetapi terutama karyawan Enron yang menginvestasikan dana pensiunnya
dalam saham perusahaan serta investor di pasar modal pada umumnya (social impact).
Milyaran dolar kekayaan investor terhapus seketika dengan meluncurnya harga saham
berbagai perusahaaan di bursa efek.
Secara kasat mata kasus Enron (baik manajemen Enron maupun KAP Andersen) telah
melakukan mal practice jika dilihat dari etika bisnis dan profesi akuntan antara lain:
1.      Adanya praktik discrimination of information/ unfair discrimination, melalui suburnya
praktik insider trading, dimana hal ini sangat diketahui oleh Board of Director Enron,
dengan demikian dalam praktik bisnis di Enron sarat dengan collusion. Kondisi ini diperkuat
oleh Bussines Round Table (BRT), pada tanggal 16 Pebruari 2002 menyatakan bahwa:
a.       Tindakan dan perilaku yang tidak sehat dari manajemen Enron berperan besar dari
kebangkrutan perusahaan;
b.      Telah terjadi pelanggaran terhadap normaetika corporate governance dan corporate
responsibility oleh manajemen perusahaan;
c.       Perilaku manajemen Enron merupakan pelanggaran besar-besaran terhadapkepercayaan
yang diberikan kepada perusahaan.
2.      Adanya Deception Information, yang dilakukan pihak manajemen Enron maupun
KAP Arthur Andersen, mereka mengetahui tentang praktek akuntansi dan bisnis yang tidak
sehat. Tetapi demi kepercayaan dari investor dan publik, kedua belah pihak merekayasa
laporan keuangan mulai dari tahun 1985 sampai dengan Enron menjadi hancur berantakan.
Bahkan CEO Enron saat menjelang kebangkrutannya masih tetap
melakukan Deception dengan menyebutkan bahwa Enron secara berkesinambungan
memberikan prospek yang sangat baik. KAP Andersen tidak mau mengungkapkan apa
sebenarnya terjadi dengan Enron, bahkan awal tahun 2001 berdasarkan hasil evaluasi Enron
tetap dipertahankan, hal ini dimungkinkan adanya coercion atau bribery, karena pihak
Gedung Putih termasuk Wakil Presiden Amerika Serikat juga di indikasikan terlibat dalam
kasus Enron ini.
3.      Arthur Andersen, merupakan kantor akuntan publik -The big five- yang melakukan
Audit terhadap laporan keuangan Enron Corp. tidak hanya melakukan manipulasi laporan
keuangan Enron, KAP Andersen telah melakukan tindakan yang tidak etis dengan
menghancurkan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan kasus Enron.
Arthur Andersen memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai mencuat
kepermukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan. Walaupun penghancuran
dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar
hukum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen hancur. Disini Andersen telah ingkar
dari sikap profesionalisme sebagai akuntan independen dengan melakukan
tindakan knowingly and recklessly yaitu menerbitkan laporan audit yang salah dan
meyesatkan (deception of information).

KESIMPULAN

Enron dan KAP Arthur Andersen sudah melanggar kode etik yang seharusnya
menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya.Pelanggaran tersebut awalnya
mendatangkan keuntungan bagi Enron, tetapi akhirnya dapat menjatuhkan kredibilitas bahkan
menghancurkan Enron dan KAP Arthur Andersen.Integritas adalah suatu elemen karakter
yang mendasari timbulnya pengakuan profesional.Integritas merupakan kualitas yang
melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam
menguji semua keputusan yang diambilnya.
Dilihat dari sisi KAP Andersen, tanggung-jawab seorang akuntan tidak semata-mata
untuk memenuhi kebutuhan klien individual atau pemberi kerja.Dalam melaksanakan
tugasnya seorang akuntan harus mengikuti standar profesi yang dititik-beratkan pada
kepentingan publik.Di sisi lain, Enron telah melakukan berbagai macam pelanggaran praktik
bisnis yang sehat melakukan (Deception, discrimination of information, coercion, bribery)
dan keluar dari prinsip good corporate governance.Akhirnya Enron harus menuai suatu
kehancuran yang tragis dengan meninggalkan hutang milyaran dolar.KAP Andersen sebagai
pihak yang seharusnya menjungjung tinggi independensi, dan profesionalisme telah
melakukan pelanggaran kode etik profesi dan ingkar dari tanggungjawab terhadap profesi
maupun masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Leonard J. dan Paul Dunn. 2012. Etika Bisnis & Profesi, untuk direktur, eksekutif, dan
akuntan. Edisi 5, buku 1. Jakarta: Salemba empat.
Brooks, Leonard J. 2004. Business & Profesional Ethics for Directors, Executives, &
Accountants.Third Edition.University of Toronto.
Pricillia, Mellisa. 2012. Mengkaji Pentingnya Etika Dalam Praktik Bisnis Pada Pasar Ritel
Modern.

http://dion.staff.gunadarma.ac.id/.../BAB+01+ETIKA+DAN+BISNIS.

www.bapepam.go.id

http://zetzu.blogspot.com/2012/03/lingkungan-etika-dan-akuntansi.html?m=1
http://finamarilys.blogspot.com/2013/06/etika-bisnis-pentingnya-etika-dalam.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai